Anda di halaman 1dari 6

SP Diagnosa Sehat

1. Kesiapan peningkatan perkembangan usia infan


SP1 : Segera mengendong, memeluk dan membuat bayi saat nangis.
SP2 : Terapi stimulus perkembangan psikososial anak usia 8-18 bulan.

2. Kesiapan peningkatan perkembangan usia toddler


SP1 : a. Latihan anak untuk melaksanakan kegiatan secara mandiri.
b. Puji keberhasilan yang menjapai anak.
c. Tidak menggunakan kata yang memerintah tetapi melatih anak
memberikan pilihan-pilihan dalam memuaskan keinginannya.
d. Hindari suasana yang membuat anak bersikap negate.
SP2 : Terapi kelompok terapeutik pada anak toddler. Melatih anak
memposisikan keterampilan untuk menstimulasi perkembangan.

3. Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah


SP1 : a. Pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal.
b. Mengembangkan keterampilan materik kasar dan halus.
SP2 : a. Terapi kelompok teraupetik anak usia pra seksual.
b. Terapi suportif.

4. Kesiapan peningkatan perkembangan anak usia sekolah


SP1 : a. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal.
b. Mengembangkan keterampilan materik kasar.

SP2 : a. FPE
b. Terapi keluarga teraupetik anak usia sekolah.

5. Kesiapan peningkatan perkembangan usia remaja


SP1 : a. Menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang normal
dan menyimpang.

b. Menuntuk jelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang


normal.

c.Melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial yang


normal.

SP2 : a. Terasi kelompok teraupetik remaja.

b. Triangle terapi, family psikoeduksi keluarga.


6. Kesiapan peningkatan perkembangan usia dewasa
SP1 : a. Menjelaskan perkembangan dan perubahan yang normal dan
perkembangan yang menyimpang.
b. Menerima pesan penuaan yang perubahan peran dalam lawannya.

SP2 : Terapi stimulasi perkembangan psikososial usia 30-60 tahun.

7. Kesiapan peningkatan perkembangan usia lansia


SP1 : a. Lansia dapat menyebutkan krakteristik perkembangan psikososial
yang normal.
b. Lansia dapat menjelaskan cara mencapai karakteristik perkembangan
yang normal.

SP2 : a. Menjelaskan ciri perilaku lansia yang normal dan menyimpang.

b. Mendiskusikan cara yang dapat dilakukan oleh lansia untuk


mencapai integritas diri yang utuh.

c. Membimbing lansia membuat rencana kegiatan untuk mencapai


integritas.
SP Diagnosa Resiko

1. Kecemasan
SP1 : Problem Folused coping ( PFC)
Strategi koping untuk menghadapi masalah secara langsung yang
ditunjukkan untuk menghilangkan atau mengubah sumber-sumber stress.
SP2 : Emotion Focused Coping (EFC)
Strategiuntuk melepaskan energy individu yang ditimbulkan oleh sters.

2. Ketidakberdayaan
SP1 : Respon adaptif psikologis (penerimaan).
SP2 : Respon adaptif spiritual
Harapan yang realita..
Subar dan tabah.
Pandai mendapat hikmat.

3. Keputusasaan
SP1 : Mendiskusikan kegiatan positif yang dulu pernah dilakukan dan
memutuskan ulang kegiatan positif yang sudah di diskusikan.
SP2 : Mendiskusikan kemampuan pasien dalam kegiatan sehari-hari misalnya
membuat minum untuknya dan orang lain.

4. Gangguan Citra Tubuh


SP1 : Mengidentifikasi perasaan pasien tentang bagian tubuh yang mengalami
ganguan.
Mendiskusikan dengan pasien aspek positif bagian tubuh.
Melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik.
Mengefaluasi perasaan pasien.
SP2 : Meminta pasien terbuka tentang perasaannya.
Melatih koordinasi fungsi anggota tubuh.
Merencanakan kegiatan yang dapat dilakukan kedepan.
Mengevaluasi perasaan pasien.

5. Gangguan harga diri rendah


SP1 : Pasien dapat mengidentifikasi aspek positifnya.
Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Pasien dapat mengetahui cara untuk meningkatkan rasa percaya dirinya.
SP Diagnosa Gangguan

1. Harga diri rendah


SP1 : Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
SP2 : Memulai kemampuan yang dapat digunakan.
SP3 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih.
SP4 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih.

2. Isolasi diri
SP1 : Menjelaskan keuntungan dan kerugian mempunyai teman.
SP2 : Melatih klien berkenalan dengan 2 orang arau lebih.
SP3 : Melatih bercakap-cakap sambil melakukan kegiatan harian.
SP4 : Melatih berbicara sosial, meminta sesuatu.

3. Halusinasi

SP1 : Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi, pencetus,


perasaan, dan respon halusinasi.
Mengontrol halusinasi dengan menghandrik.
SP2 : Mengontrol halusinasi dengan minum obat secara teratur.
SP3 : Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
SP4 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan berjadwal.

4. Perilaku kekerasan/ resiko perilaku kekerasan


SP1 : Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara :
Latihan fisik 1 : Tarik nafas dalam.
Latihan fisik 2 : Pukul kasur bantal.
SP2 : Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat
SP3 : Komunikasi secara verbal : Asertif/bicara baik-baik.
SP4 : Spiritual.

5. Gangguan proses berpikir : waham


SP1 : Latihan orientasi recilita orientasi orang, tepat dan waktu.
SP2 : Minum obat secara teratur.
SP3 : Melatih cara pemenuhan dasar.
SP4 : Melatih kemampuan positif yang dimiliki.

6. Defisit perawatan diri


SP1 : Melatih cara perawatan diri : Mandi.
SP2 : Melatih cara perawatan diri : Berhias.
SP3 : Melatih cara perawatan diri : Makan/minum.
SP4 : Melatih cara perawatan diri : BAK/BAB.

7. Resiko Bunuh Diri


SP1 : Identivikasi masalah bunuh diri.
SP2 : Latihan cara mengidentifikasi dari dorongan bunuh diri.
SP3 : Mendiskusikan harapan dan masa depan.
SP4 : Melatih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap.

Anda mungkin juga menyukai