Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOKIMIA

SISTEM IMUNOLOGI

Disusun oleh :

Linda Yulianingsih (2010730061)

Kelompok 4

Pembimbing : 1. dr. Kartono Ichwani, Sp.BK

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Program Studi Pendidikan Dokter

Universitas Muhammadiyah Jakarta

2011
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat kepada
umatnya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan biokimia. shalawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membawa umatnya dari jaman
jahiliyah menuju jaman islamiyah. Laporan ini saya buat untuk memenuhi tugas dan
memahami serta mengetahui semua tentang biokimia.

Dalam Laporan ini, penulis akan menguraikan tentang hasil praktikum biokimia. Laporan ini
diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Berbagi
teknik dan intrik penulis kemas dalam laporan ini dan juga penulis berharap bisa
dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Dr. Kartono Ichwani, Sp.BK sebagai tutor pembimbing kami dalam praktikum,
2. Bpk Riswan dan Ibu Reni yang membantu kami mempersiapkan alat dan bahan saat
praktikum dilaksanakan, dan
3. Kepada teman-teman yang memberikan dukungan dan support.
Meskipun telah berusaha segenap kemampuan, namun penulis menyadari bahwa
laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu, segala tegur sapa dan kritik yang diberikan
akan penulis sambut dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para
mehasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Jakarta, Juli 2011

Penulis
Tujuan Umum

Setelah selesai melaksanakan praktikum ini, mahasiswa dapat mengenal dan mengerti serta
memahami reaksi aglutinasi dan reaksi hambatan aglutinasi.

Waktu Praktikum

1 kali pertemuan selama 2 jam untuk tiap group

Metoda Praktikum

1. Penjelasan pengantar praktikum selama 15 menit


2. Praktikum mempelajari dan melakukan kegiatan sesuai praktikum
3. Membuat hasil kerja dan laporan praktikum

Evaluasi

Ujian praktikum

Referensi

Sadikin, M. Reaksi aglutinasi dalam biokimia. Eksperimen laboratorium. Bagian Biokimia


FKUI. Widya Medika : 2001
A. Reaksi aglutinasi pasif terbalik/Reaksi aglutinasi lateks langsung (Direct Lates
Agglutinations)
Tujuan :

Memperlihatkan bahwa suatu reaksi presipitasi dapat dibuat menjadi reaksi aglutinasi
dengan cara mengikatkan salah satu reaktan ke suatu partikel. Reaksi aglutinasi pasif
terbalik ini digunakan antara lain dalam penetapan kehamilan.

Dasar :

HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah hormon yang dikeluarkan oleh


plasenta sejak usia kehamilan yang sangat dini. Hormon ini diekskresikan dalam urin dan
keberadaannya dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis kehamilan.

Hormon HCG adalah salah sutau glikoprotein yang mudah larut. Bila
direaksikan dengan antibody spesifik anti-HCG, akan memeberi reaksi presipitasi. Reakai
presipitasi ini memerlukan jumlah hCG relatif besar serta memerlukan banyak antibody.
Dengan demikian, pelacakan HCG dengan HCG dengan reaksi presipitasi menjadi tidak
praktis dan tidak dapat digunakan untuk diagnosis dini kehamilan.

Bila salah satu reaktan diikatkan pada suatu partikel, reaksi imun yang terjadi
adalah reaksi aglutinasi dan disebut reaksi aglutinasi pasif atau tidak langsung. Dikatakan
demikian, sebab partikel ikut teraglutinasi karena ia mengikat antigen atau antibody, yang
pada mulanya bukan bagian integral dari partikel seperti lateks polistiren. Bila yang
diikatkan pada partikel adalah anti HCG, reaksi yang akan terjadi adalah reaksi aglutinasi
positif terbalik. Ini dikarenakan pada reaksi aglutinasi alamiah antibody berada dalam
serum dalam keadaan terlarut yang akan mengenali serta mengikat molekul antigen yang
ada di permukaan sel.

Perubahan ini sangat meningkatkan kepekaan dan kecepatan reaksi. Reaksi


berlangsung dalam waktu singkat dan hanya memerlukan jumlah sedikit contoh uji
dengan konsentrasi Hcg dan antibody yang rendah. Dengan demikian, diagnosis dini
kehamilan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Reaksi aglutinasi pasif terbalik
dapat diliht pada reaksi ini :

Ab
+

Keterangan :
: Partikel lateks

: hCG

: antibodi anti-hCG

1. Alat dan bahan :


1. Pereaksi lateks berupa suspensi yang mengandung antibody monoklonal anti hCG Na-
azida pengawet.
2. Kontrol urin positif
3. Kontrol urin negatif
4. Plat kaca
5. Pipet plastik,dengan tangkainya sebagai pengaduk.

6. Prosedur
1. Dengan pipet plastik teteskan 1 tetes urin ditengah lingkaran diatas plat kaca
2. Pipetkan pula 1 tetes kontrol urin positif dan 1 tetes kontrol urin negatif ditengan dua
lingkaran lain.
3. Kocok botol pereaksi lateks dan segera teteskan dari botol 1tetes pereaksi ini langsung
pada urin uji,kontrol urin positif dan kontrol urin negatif,dalam limgkaran.
4. Aduk dengan tangkai pipet,sehingga memenuhi lingkaran. Goyangkan plat kaca
perlahan-lahan dan hati-hati selama 2 menit,segera catat hasil yang didapat.

Catatan :

Pada uji positif,aglutinasi terjadi dalam 2 menit

Pada uji negatif,tidak terjadi aglutinasi dalam 2 menit.

7. Hasil Praktikum
 Pada plat kaca yang ditetesi 1 tetes urin wanita hamil dan 1 tetes lateks timbul
gumpalan putih yang menunjukan hasil positif .
 Pada plat kaca yang ditetesi 1tetes urin wanita tidak hamil dan 1 tetes lateks tidak
timbul gumpalan yang menunjukan hasil negatif.
 Pada kertas indikator yang ditetesi 1 tetes kontrol hCG positif pada kertas indikator
sebagai kontrol yang ditetesi 1 tetes lateks timbul gumpalan putih hasil positif.
 Pada kertas indikator yang ditetesi 1 tetes kontrol hCG pada kertas indikator sebagai
kontor yan ditetesi 1 tetes lateks tidak timbul gumpalan putih hasil negatif.

B. Reaksi hambatan aglutinasi lateks tidak langsung (latex agglutination inhibition)

Dasar :
Hormon hCG yang diikatkan pada butiran lateks dapat bereaksi dengan
antibody anti hCG menghasilkan kompleks antigen antibody yang dapat terlihat
sebagai agregasi/aglutinasi. Bila antibody anti hCG direaksikan terlebih dahulu
dengan urin wanita hamil (mengandung hCG), antibody anti hCG akan mengikat hCG
urin membentuk kompleks antigen antibody yang tidak memperlihatkan aglutinasi.
Sehingga pada penambahan pereaksi lateks tidak terbentuk aglutinasi karena antibody
anti hCG telah habis terikat dengan hCG maka lateks hCG dapat bereaksi dengan
antibody anti hCG membentuk agregasi kompleks antigen antibody. Reaksi dikatakan
negatif (tidak hamil, atau kadar hCG urin dibawah sensitifitas KIT).
I. Uji kehamilan negatif (aglutinasi +)

Lateks hCG antibodi


Anti hCG

Agregat /aglutinasi +
(kompleks antigen-antibodi)

II. Uji kehamilan positif (aglutinasi negatif karena antibody anti hCG diikat
oleh hCG urin)

hcg Urin antibodi-anti hCG Kompleks hCG antibodi


wanita hamil
+

Reagensia lateks-hCG
Tidak terbentuk aglutinasi
Gambar. Reaksi hambatan aglutinasi lateks
Alat dan Bahan :

1. Pereaksi Lateks berupa suspensi yaml, mengandung antibody monoclonal anti hCG
dengan Na-azida sebagai pengawet.
2. Kontrol urin positif
3. Kontrol urin negatif
4. Plat kaca
5. Pipet plastik, dengan tangkainya sebagai paengaduk
6. Reagensia antibody anti hCG (monoclonal)

PROSEDUR

Teteskan I tetes reagensia antibody diatas tiap-tiap lingkaran

1. Dengan pipet plastik, teteskan 1 tetes urin, kontrol negatif, kontrol positif masing-
masing disamping tetesan reagensia antibody.
2. Campurkan kedua cairan tersebut dengan ujung belakang tiap-tiap pipet.
3. Teteskan 1 tetes reagensia lateks disamping cairan tadi, tetapi tidak bersentuhan
dalam tiap-tiap lingkaran
4. Kemudian campurkan merata dalam tiap-tiap lingkaran dengan menggunakan ujung
belakang pipet masing-masing.
5. Goyangkan kedepan dan kebelakang 10-20 kali permenit. Baca aglutinasi setelah 2
menit, tepat dibawah sianr lampu/cahaya matahari.

Catatan :

Pada Uji Positif : bila tidak terjadi aglutinasi, suspense tampak apaque, yang berarti
wanita tersebut positif hamil.

Pada Uji Negatif : bila tampak agregasi setelah 2 menit, yang berarti wanita tersebut tidak
hamil atau kadar hCG masih terlalu rendah.
Hasil Praktikum

Percobaan yang dilakukan pada praktikum Kamis, 18 Juli 2011 yaitu Reaksi
aglutinasi pasif terbalik/Reaksi aglutinasi lateks langsung (Direct Latex
Agglutinations).
 Pada plat kaca yang ditetesi 1 tetes urin wanita hamil dan 1 tetes lateks timbul
gumpalan putih yang menunjukan hasil positif .
 Pada plat kaca yang ditetesi 1tetes urin wanita tidak hamil dan 1 tetes lateks tidak
timbul gumpalan yang menunjukan hasil negatif.
 Pada kertas indikator yang ditetesi 1 tetes kontrol hCG positif pada kertas indikator
sebagai kontrol yang ditetesi 1 tetes lateks timbul gumpalan putih hasil positif.
 Pada kertas indikator yang ditetesi 1 tetes kontrol hCG pada kertas indikator sebagai
kontor yan ditetesi 1 tetes lateks tidak timbul gumpalan putih hasil negatif.

TEORI

Pada praktikum uji kehamilan (direct latex agglutination)kita menguji urin untuk
menunjukkan pada urin wanita hamil tekandung hormon hCG (Human Chorionic
Gonadtropine) dan menunjukkan tidak terkandung (negative) hCG (Human Chorionic
Gonadtropine) pada urin wanita tidak hamil. Dengan menggunakan metode aglutinasi lateks.
Hormon Chorionic Gonadotropin (hCG) adalah hormon gonadotropin yang disekresi oleh
wanita hamil dan disintesa oleh sel-sel sintitio tropoblas dari placenta. Hormon hCG
mempunyai dua rangkaian rantai peptide yaitu α yang mengandung 92 asam amino dan β
mengandung 145 asam amin. Hormon Chorionic Gonadotropin (hCG) mempertahankan
korpus luteum yang terbentuk ketika sel telur dibuahi yang dilanjutkan dengan terjadinya
ovulasi. Hormon hCG berdampak pada meningkatnya produksi progesterone oleh indung
telur sehingga menekan menstruasi dan menjaga kehamilan. Produksi hormon hCG akan
meningkat hingga hari ke 70 dan akan menurun selama sisa kehamilan. Hormon ini di
ekskresikan melalui urin juga terdapat dalam serum. Kali ini kita akan mendeteksi hormon
hormon hCG di urin wanita hamil.

Penentuan kehamilan dengan menggunakan urine dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara
biologik dan cara imuno- logik. Percobaan biologik dengan tiga cara yaitu cara Ascheim
Zondek, cara Friedman dan cara Galli Mainini; masing-masing cara biologik ini
menggunakan binatang percobaan yaitu tikus putih, kelinci dan katak jantan. Sedangkan
pemeriksaan secara imunologik dapat dilakukan secara langsung dengan cara Direct Latex

Agglutination (DLA) atau secara tidak langsung dengan cara Latex Agglutination Inhibition

(LAI) serta cara Hemagluti- nation Inhibition (HAI) (2,3,4,5) Sejak tahun1960 cara
imunologik telah mendapat tempat yang luas. Hal ini disebabkan karena cara ini lebih mudah,
cepat dan lebih sensitif dari cara biologik; walaupun demikian cara Galli Mainini masih tetap
digunakan sampai sekarang. Dewasa ini untuk pemeriksaan kehamilan di laboratorium-
laboratorium yang paling banyak digunakan adalah cara imunologik dengan cara Latex
Agglutination Inhibition. Prinsip tes imunologik ini adalah berdasarkan terjadinya reaksi
imunologis kimiawi antara HCG dalam urine dengan antobodi HCG (anti HCG).

Pada praktikum ini deteksi hormon hCG dilakukan dengan menggunakan metode aglutinasi
lateks. Aglutinasi adalah Teknik yang dapat menentukan antigen atau antibodi secara
semikuantitatif, aglutinasi dapat dilihat dengan mata atau dengan mikroskop. Metode
aglutinasi yang sering dipakai adalah aglutinasi lateks dan hemaglutinasi, yang masing-
masing menggunakan partikel lateks dan sel eritrosit yang dilapisi antibody atau antigen.

Tergantung apakah yang hendak ditentukan itu antigen atau antibodi. Cara aglutinasi lateks
banyak dipakai untuk menetapkan adanya rheumatoid faktor (RA) atau CRP dalam serum
dan Human chorionic gonadotropin (hCG) dalam urin, sedangkan cara hemaglutinasi sering
dipakai untuk menetapkan HBsAg dan anti--HBsAg, masing - masing cars reverse passive
hemaglu- tination (RPHA) dan passive hemaglutination (PHA), disamping itu juga untuk
menetapkan adanya antibodi terhadap Treponema pallidum.

Prinsip tes imunologik ini adalah berdasarkan terjadinya reaksi imunologis kimiawi antara
hormon hCG dalam urine dengan antobodi (anti HCG). Suspensi lateks mengandung
antibody monoclonal anti hCG dengan natrium azida sebagai pengawet sebagai anti hCG dan
hormon hCG yang terkandung dalam urin sebagai antigen. Ketika anti hCG (antibodi)
bertemu dengan antigen(hormon hCG) maka terbentuklah kompleks imun.
Pada praktikum ini hormon hCG akan dideteksi pada

 Urin uji (urin wanita hamil)

 kontrol + (urin yg positif mengandung hCG)

 Kontrol- (urin wanita tidak hamil)

Semua urin diatas masing – masing ditetesi pada plat kaca dan ditambahkan suspense lateks
selanjutnya diaduk hingga seluruh lingkaran penuh. Positif hCG ditunjukkan dengan
terbentuknya gumpalan bewarna putih pada urin. Pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa
hanya pada urin uji terbentuk gumpalan bewarna putih. Walaupun tidak terlihat jelas akan
tetapi menunjukkan perbedaan warna dan tekstur dengan urin lainnya. Gumpalan tidak
terlihat jelas disebabkan oleh urin uji / urin wanita hamil yang diambil telah memasuki
kehamilan bulan ke – 5. Dimana pada bulan tersebut hormon hCG yang disekresikan oleh
placenta telah berkurang. Hormon hCG diproduksi banyak pada trimester pertama. Akan
tetapi hCG tidak specific untuk menentukan kehamilan karena beberapa sekresi hCG
disebabkan oleh adanya tumor.

KESIMPULAN

- Hormon hCG digunakan sebagai uji kehamilan


- Hormon hCG dihasilkan oleh plesenta untuk mempertahankan korpus luteum pada tri
mester pertama
- Prinsip yang digunakan pada praktikum ini adalah immunokimia (reaksi antibody dan
antigen)
- Hanya pada urin wanita hamil yang positif terkandung hormon hCG.

Pada urin yang terdapat butiran-butiran putih setelah ditambahkan lateks yang
mengandung antibody monoklonal dan diaduk perlahan, memperlihatkan adanya suatu
pengikatan molekul hCG dengan lateks yang sudah ditambahkan dengan antibody
monoklonal. Reaksi ini disebut dengan reaksi direct (langsung) dan hal ini menunjukkan
bahwa urin tersebut adalah urin seseorang yang hamil karena hCG (human Chorionic
Gonadotropin) adalah hormon yang dikeluarkan plasenta sejak usia kehamilan dini, dan
keberadaan hormon ini sangat membantu dalam menegakkan diagnosis kehamilan.
Sebaliknya, pada urin yang berwarna putih dan tidak terdapat butiran-butiran putih
menunjukkan tidak adanya pengikatan molekul hCG dengan lateks yang sudah ditambahkan
dengan antibody monoklonal karena pada urin tersebut tidak terdapat molekul hCG, yaitu
hormon yang hanya ada pada seseorang yang hamil.

Anda mungkin juga menyukai