Anda di halaman 1dari 102

Jumat, 12 Februari 2016

KHUTBAH JUMAT: PERJALANAN HIDUP MANUSIA


KHUTBAH PERTAMA

‫ض ِل ْلهُ َفلَ ْن ت َ ِج َد َلهُ َو ِليًّا‬ ْ ُ‫ َو َم ْن ي‬،ُ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَه َُو ا ْل ُم ْهتَد‬،‫ت أ َ ْع َما ِلنَا‬ َ ‫سنَا َومِ ْن‬
ِ ‫س ِيئ َا‬ ِ ُ‫هلل مِ ْن ش ُُر ْو ُر أ َ ْنف‬
ِ ‫ َونَعُ ْوذُ ِبا‬،ُ‫ست َ ْغف ُِره‬
ْ َ‫ست َ ِع ْينُهُ َون‬
ْ َ‫ِي َنحْ َم ُدهُ َون‬ ِ ‫ا َ ْلح َْم ُد‬
ْ ‫هلل الَّذ‬
‫شدًا‬ ِ ‫ُم ْر‬
ُ‫س ْولُه‬ َ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمدًا‬
ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ َ ‫ َوأ‬،ُ‫ش َه ُد أ َ ْن الَ ِالَهَ اِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ ش َِر ْيكَ َله‬ ْ َ‫أ‬
‫عتِ ِه‬ ِ ‫ ا ُ ْو ِص ْي ُك ْم َونَ ْفسِي بِت َ ْق َوى‬،ِ‫ فَيَا ِعبَا َد هللا‬،ُ‫ أَ َّما بَ ْعد‬.‫الدي ِْن‬
َ ‫هللا َو َطا‬ ِ ‫ِلى ي َْو ِم‬ َ ‫ع َلى آ ِل ِه َوصَحْ بِ ِه َو َم ْن َدعَا بِ َدع َْوتِ ِه ا‬ َ ‫ َو‬،ٍ‫علَى نَبِيِنَا ُم َح َّمد‬ َ ‫ال َّل ُه َّم ص َِل َو‬
َ ‫س ِل ْم‬
‫الرحِ ي ِْم‬َّ ‫الرحْ َم ِن‬ َّ ‫هللا‬ ِ ‫ بِس ِْم‬،‫الر ِجي ِْم‬ َّ ‫ان‬ ِ ‫ش ْي َط‬ َّ ‫هلل مِ نَ ال‬ ِ ‫ أَع ُْوذُ بِا‬:‫ َو َقا َل هللاُ تَعَالَى فِي ِكتَا ِب ِه ا ْلك َِري ِْم‬. َ‫لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِلح ُْون‬:
)102 : ‫س ِل ُمونَ (ال عمران‬ ْ ‫يَا أَيُّهَا الَََّ ِذ ْينَ آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ حَقَّ تُقَا ِت ِه َوالَ ت َ ُموت ُنَّ إِالَّ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم‬
‫علَى أ َ ْنفُس ِِه ْم أَلَسْتُ بِ َربِ ُك ْم قَالُوا بَلَى ش َِهدنا أن تقولوا ي َْو َم ال ِقيَا َم ِة‬
ْ ُ ُ َ ْ َ َ ْ َ ‫ش َه َد ُه ْم‬ْ َ ‫ُور ِه ْم ذُ ِريَّت َ ُه ْم َوأ‬
ِ ‫ظه‬ ُ ‫ َوإِ ْذ أَ َخذَ َربُّكَ مِ ْن بَنِي آ َ َد َم مِ ْن‬: ‫َو َقا َل فِي أَيَ ٍة أ ُ ْخ َرى‬
‫هللا ا ْلعَظِ ْي ُم‬
ُ َ‫َق‬ ‫د‬‫ص‬َ .) 172 :‫(األعراف‬ َ‫ين‬ ‫ل‬
ِِ ‫ف‬‫ا‬‫غ‬َ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ َ
‫ه‬ ْ
‫َن‬‫ع‬ ‫ا‬َّ ‫ن‬ ُ
‫ك‬ ‫ا‬َّ ‫ن‬ ‫إ‬
ِ .

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.


Suatu nikmat baru terasa dia sebagai nikmat ketika dia hilang dari diri kita. Nikmat sehat baru terasa,
ketika kita sudah merasa sakit; nikmat kaya baru terasa, ketika kita jatuh miskin; nikmat waktu luang baru
terasa, ketika kita merasa sudah sempit. Oleh sebab itu kita mestinya bersyukur kepada Allah sebelum
nikmat tersebut hilang.

Selanjutnya, shalawat dan salam mari kita bacakan untuk nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan
dengan memperbanyak shalawat, dalam kehidupan kita diberikan istiqamah, dan di akhir hayat kita
ditutup dengan husnul khatimah, dan ketika menghadap Allah SWT kita mendapatkan syafaatnya, insya
Allah, Amin-Amin ya Rabbal Alamin.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.


Hari ini kita akan mengkaji tentang perjalanan hidup manusia. Ibarat melakukan suatu perjalanan wisata,
kita tentu harus tahu tentang seluk beluk tempat yang akan kita singgahi. Untuk perjalanan wisata yang
singkat itu, orang perlu tahu lokasi dan tempat tujuannya dengan sangat detil. Kenapa? Supaya jangan
sampai perjalanannya mengambang, tidak tentu arah, tidak tahu tujuan, akhirnya ketika sudah selesai
perjalanan, baru datang penyesalan.

Perjalanan yang singkat ini saja, orang perlu tahu begitu pasti dan yakin, di mana dan kemana rute
perjalanan. Tapi mengapa perjalanan kehidupan banyak orang yang tidak tahu. Dimana dia berada, akan
kemana dia pergi, dan apa yang perlu dia bawa dari tempat persiapan ini menuju tempat keabadian
(Kholidiina Fiiha Abadaa).
Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.

Pertanyaan yang paling sulit dijawab oleh manusia adalah dari mana dia datang, mau kemana dia pergi,
dan untuk apa dia sekarang berada di sini. Ini tidak dapat ditangkap oleh akal dan tidak bisa dijawab oleh
hati. Yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, hanyalah dari wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yaitu dari al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW.

Maka menurut yang disebutkan dalam al-Qur’an dan hadits, kita ini semua berasal dari alam yang sangat
besar, yang disebut dengan alam arwah. Saat itu kita semuanya berkumpul. Apa kata Allah dalam al-
Qur’an:
ُ ‫( َو ِإ ْذ أ َ َخذَ ُربُّكَ مِ ْن بَنِى آ َد َم مِ ْن‬Dan ingatlah – dikatakan di pangkal ayat ini “ ‫ = َو ِإ ْذ‬dan ingatlah” –
‫ظ ُه ْو ِر ِه ْم ذُ ِريَّت َ ُه ْم‬
ingatlah ketika Tuhanmu mengambil sumpah dari anak cucu keturunan Adam).

Saat itu Allah ambil kesaksian: ‫علَى أ َ ْنفُ ِس ِه ْم‬َ ‫( َوأَ ْش َه َد ُه ْم‬Allah ambil persaksian). Saat itu Allah bertanya kepada
kita semua. Kata Allah SWT: ‫( ألسْتُ بِ َربِك ْم‬Hai anak cucu keturunan Adam, ruh yang ada di alam arwah, ُ‫أَلَسْت‬
ُ َ َ
‫ = بِ َربِ ُك ْم‬Bukankah aku ini Tuhan kamu?.
Waktu itu kita semua menjawab, ‫ = قَالُ ْوا‬Semuanya menjawab: ‫ش ِه ْدنَا‬ َ ‫ = َبلَى‬Iya ya Allah, Engkau adalah
Tuhan kami. ‫ش ِه ْدنَا‬ َ = Kami bersaksi Engkau adalah Tuhan kami.
‫ = أ َ ْن تَقُ ْو ُل يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬Tapi nanti pada hari kiamat kamu mengatakan: َ‫ع ْن َهذَا غَافِ ِليْن‬
َ ‫ = إِنَّا ُكنَّا‬Kami lalai, kami tidak
ingat, kami lupa bahwa kami pernah mengambil persaksian ketika berada di alam arwah.

Karena kita tidak ingat itulah mengapa di pangkal ayat itu disebutkan ‫ = َو ِإ ْذ‬dan ingatlah. Ingatlah ketika
Allah mengambil persaksian, mengambil perjanjian kepada semua anak cucu cicit keturunan Adam AS.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.


Maka tempat kita pertama kali adalah di alam arwah. Berapa lama kita berada di dalam alam arwah itu?
Wallahu a’lam bish-shawab, Allah SWT tidak sebutkan, cukuplah itu sebagai pengetahuan Allah SWT.

Ketika datang orang Yahudi kepada Nabi Muhammad, “Hai Muhammad, apa ruh itu? Bagaimana
bentuknya? Dimana dia berada? Berada lama di alam arwah?”. Nabi Muhammad diam, tidak menjawab.
Lalu turun wahyu, apa kata Allah:

ِ‫الر ْوح‬ َ َ‫ = يَ ْسأَلُ ْونَك‬Ya Muhammad, kalau mereka bertanya kepadamu tentang ruh. ‫الر ْو ُح مِ ْن أ َ ْم ِر َربِي‬
ُّ ‫ع ِن‬ ُّ ‫= قُ ِل‬
Katakan ruh itu urusan Tuhanku. ‫ = َو َما أ ُ ْوتِ ْيت ُ ْم مِ نَ ْالع ِْل ِم إِالَّ قَ ِل ْيلا‬Tidaklah kamu diberikan ilmu tentang ruh. َّ‫إِال‬
‫ = قَ ِل ْيلا‬Kecuali hanya sedikit maklumat, sedikit informasi tentang ruh. Yang disebutkan itu hanyalah bahwa
kita dulu pernah berada di alam arwah, bersama ruh semua anak cucu keturunan Adam.

Lalu setelah dari alam arwah, alam yang pertama, kemana kita pergi? Masuklah kita ke alam yang kedua
yang disebut dengan alam rahim.

ْ ُ‫ط ِن أ ُ ِم ِه ا َ ْربَ ِعيْنَ يَ ْو اما ن‬


Apa kata nabi? ‫طفَةا‬ ْ َ‫ = إِ َّن أ َ َح َد ُك ْم َيجْ َم ُع خ َْل َقهُ فِ ْي ب‬Kamu diciptakan oleh Allah SWT dalam perut
ibumu 40 hari dalam bentuk nutfah, air/cairan.

‫علَقَةا‬
َ ُ‫ = ث ُ َّم يَ ُك ْون‬Kemudian air tadi berubah dalam bentuk ‫علَقَة‬
َ (‘Alaqah artinya lengket menempel). Mengapa
disebut dia “lengket menempel”? Karena dia seperti lintah yang menempel di kulit. Dari mana lintah
makan? Dari sari pati darah yang ada di badan kita. Begitulah menempelnya darah yang ada di dinding
rahim.

Dari air, dirubah Allah SWT menjadi segumpal darah yang menempel. Setelah itu: َ‫ضغَةا مِ ثْ َل َذلِك‬
ْ ‫= ث ُ َّم يَ ُك ْونُ ُم‬
Kemudian berubah 40 hari dalam bentuk segumpal daging. 40 hari air, 40 hari darah, 40 hari daging
sama dengan 120 hari. 120 hari sama dengan 4 bulan.
Setelah 4 bulan umur janin dalam rahim, maka Allah mengirim satu Malaikat yang khusus membawa
pindah dari alam arwah masuk ke dalam alam rahim. Ketika itu berdetaklah jantung si cabang bayi.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.


Selesai dia masuk dari alam arwah ke alam rahim selama 9 bulan 10 hari, maka dia pun lahir ke dunia.
Saat dia lahir, apa yang dilakukan oleh bapaknya? Sayup-sayup terdengar suara sang bapak
mengazankan anaknya. Saat itu sang bapak membisikkan nama Allah, membisikkan kalimat yang
pernah dia ucapkan dulu di alam arwah.

Maka kalimat yang pertama dia ingat dan dengar bukan nama bapaknya, bukan nama ibunya, tapi nama
Allah SWT. Yaitu kalimat: ُ‫ أَ ْش َه ُد أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ للا‬.Karena kalimat itulah yang dulu dia ucapkan di alam arwah:
َ ‫ = بَلَى‬Kami bersaksi Engkau adalah Tuhan kami ya Allah.
‫ش ِه ْدنَا‬

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.


Masuk ke alam yang ketiga, inilah alam yang pertengahan, disebut dia dengan dunia. Dunia diambil dari
kata “adna” artinya dekat. Karena dunia adalah alam yang paling dekat dengan kita.

Dunia diambil juga dari kata “daniy” artinya hina. Mengapa disebut ini dengan alam yang hina? Karena
ada alam yang mulia, yaitu akhirat. ‫ = َولَألَخِ َرة ُ َخي ٌْر لَكَ مِ نَ اْأل ُ ْولَى‬Alam akhirat itu lebih baik bagi engkau dari
pada yang pertama.

Maka orang Islam yang paham hakikat hidup dia tidak merasa abadi di dalam kehidupan dunia ini.
Karena ini bukan stasiun terakhir, ini cuma tempat perhentian sementara. Tempat yang selamanya nanti
di sana, di alam berikutnya.

Berapa lama kita di alam yang ketiga, di alam dunia ini? Wallahu a’lam bish-shawab, hanya Allah yang
tahu. Kita semua punya ajal, batas umur masing-masing. Kalau ikut nabi, 63 tahun. Ada di antara kita
yang lebih dari itu, ada yang pas, ada juga yang kurang. Sesuai dengan qadha dan qadar, ketetapan
Allah SWT. ‫ = ِل ُك ِل أ ُ َّم ٍة أ َ َج ٌل‬Setiap umat ada ajal, ada limit waktu.

Habis masanya, limit waktu pun datang, izra’il pun datang mencabut nyawa. Tidak semua kita yang
mendapatkan kebaikan saat kematian itu datang. Makanya di antara doa yang kita ucapkan: ‫اختِ ْم لَنَا‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم‬
ْ
‫س ْوءِ الخَاتِ َم ِة‬ َ
ُ ِ‫عل ْينَا ب‬ ْ َ ْ
َ ‫ َوال ت َختِ ْم‬،ِ‫ بِ ُحس ِْن الخَاتِ َمة‬. Su’ul khatimah adalah tidak sempat mulut kita mengucapkan “La
ilaha illa Allah”.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.


Saat lahirnya, sayup-sayup terdengar di pangkal telinganya suara azan. Namun saat mati nanti tidak lagi
diazankan, tapi yang diajarkan adalah ‫ = لَ ِقنُ ْوا َم ْوت َ ُك ْم‬Talqinkan orang yang mau sakaratul maut, ُ‫= بِـلَ إِلَهَ إِالَّ للا‬
dengan ucapan “La ilaha illa Allah”.

Kalaulah anak diajarkan agama, tahu dia hadits tentang talqin, maka dibisikkannya ke pangkal telinga
ayahnya “La ilaha illa Allah”. Supaya akhir kalamnya husnul khatimah. Itu yang diucapkan dulu di alam
arwah, itu juga yang diucapkan waktu lahir, itu juga yang dibisikkan waktu mati. Itu kalau anak dididik
agama. Tapi kalau tidak dididik agama, apa yang bisa kita harapkan darinya untuk menolong kita ketika
sakaratul maut?

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.


Maka di akhir hayat itulah penentuan segala amal. Makanya kita mohon kepada Allah: ‫ي‬ ُ ‫اللَّ ُه َّم اجْ عَ ْل َخي َْر‬
ْ ‫ع ُم ِر‬
ُ‫ = خ ََواتِ َمه‬Ya Allah, jadikan sebaik-baik umurku waktu penutupnya nanti. Karena betapa banyak orang yang:
‫ص ِب ُح ُمؤْ مِ ناا َوي ُْمسِى كَاف اِرا‬
ْ ُ‫ = ي‬Paginya beriman, petangnya kafir. Na’udzubillah.

Jadi mari kita jaga “La ilaha illa Allah” tidak keluar dari dalam badan. Dibawa dari alam arwah, masuk ke
alam rahim, masuk ke alam dunia, sampai ke garis finish, menjelang maut tiba, tetap dalam kalimat “La
ilaha illa Allah”.

Memangnya ada orang yang imannya keluar? Ada, iman itu bisa keluar. Kata nabi: Pencuri, pezina,
peminum khamar imannya lepas dan tanggal. Lalu kapan iman itu balik lagi? Ketika orang itu bertaubat,
masuk lagi iman ke dalam badan. Kalau sempatlah bertaubat nasuha, masuk iman ke dalam, baru
datang izra’il, alhamdulillah. Tapi kalau sempat iman masih di luar, datang izra’il mencabut nyawa,
na’udzubillah, mati dalam keadaan tidak beriman.

Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.


Selesai alam ketiga masuk alam yang keempat, disebut dengan alam barzakh. Apa kata Allah dalam
surah ar-Rahman: ‫ان‬ِ ‫ = بَ ْينَ ُه َما بَ ْرزَ ا ٌخ الَ يَ ْب ِغ َي‬Antara air laut dan air sungai ada barzakh.

Barzakh maknanya pemisah. Ayat ini bercerita tentang pemisah antara air laut dan air sungai. Mengapa
alam itu disebut dengan alam barzakh? Karena dia pemisah antara akhirat dan dunia.

Berapa lama dia di sana? Wallahu a’lam bish-shawab, sampai ditiupkan sangkakala, lalu terjadilah
kiamat besar, itulah akhir kehidupan kita yaitu alam akhirat.

َ َ‫س َما ُء ا ْنف‬


ْ ‫ط َر‬
‫ت‬ ْ ‫ = َوإِذَا ْالك ََواكِبُ ا ْنتَث َ َر‬Ketika planet-planet berguguran, ‫ت‬
َّ ‫ = إِذَا ال‬Apabila langit terbelah, ‫ت‬ ُ ‫= َوإِذَا ْال ِب َح‬
ْ ‫ار فُ ِج َر‬
ْ ُ ْ َ
Ketika lautan diledakkan, ‫ = َوإِذا القب ُْو ُر بُ ْعث َِرت‬Ketika kuburan dibangkitkan, ‫س َما ق َّد َمت َوأخ َرت‬ ْ َّ َ ْ َ ْ ْ
ٌ ‫ع ِل َمت نَف‬
َ = Saat itu
sadarlah manusia apa yang pernah dibuatnya dulu dan apa yang akan dia pertanggungjawabkan di
hadapan Allah SWT.

Inilah akhir dari kehidupan. Alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh dan alam akhirat. Di
sinilah kita mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita: ‫ص َر َو ْالفُ َؤا َد ُك ُّل أُولَئِكَ َكانَ َع ْنهُ َم ْسؤ ُْوالا‬
َ ‫= إِ َّن الس َّْم َع َو ْال َب‬
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, bisikan hati, semuanya akan disoal, akan ditanya oleh Allah
SWT.

Sekecil apa perbuatan yang akan diperiksa nanti? ‫ = َف َم ْن َي ْع َم ْل مِ ثْ َقا َل َذ َّرةٍ َخي اْرا‬Sebesar dzarrah perbuatan baik
yang kita lakukan, ُ‫ = َي َره‬akan ditengok oleh mata. ‫ = َو َم ْن َي ْع َم ْل مِ ثْقَا َل ذَ َّرةٍ ش ًَّرا‬sebesar dzarrah pun yang tidak
baik yang kita lakukan, ُ‫ = يَ َره‬akan ditengok juga oleh mata.

Oleh sebab itu, kita semua akan menuju ke arah sana. Inilah akhir kehidupan kita. Maka lima perjalanan
ini, setengahnya sudah kita lewati. Alam arwah sudah, alam rahim sudah, sekarang kita berada di alam
dunia. Di alam dunia ini, ada yang sudah menghabiskan seperempat, ada yang sudah menghabiskan
setengah, ada yang sudah menghabiskan semua, ada yang hidup dalam bonus. Masing-masing kita
akan berakhir. Kemana kita ujungnya? Pindah ke alam barzakh, dan berakhir di alam akhirat.

Apa yang sudah kita persiapkan? Tidak perlu dijawab dengan lidah, tapi mari kita jawab dalam bentuk
amal nyata untuk mengisi sisa kehidupan kita.

‫ ِإنَّهُ ه َُو السَّمِ ْي ُع ْالعَ ِل ْي ُم‬،ُ‫ َوتَقَبَ َّل للاُ مِ نِ ْي َومِ ْن ُك ْم تِلَ َوتَه‬،‫الذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬ ِ ‫ َو َنفَعَنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه مِ نَ اْآل َيا‬،‫آن ْالعَظِ ي ِْم‬
ِ ‫ت َو‬ ِ ‫اركَ للاُ ِل ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُ ْر‬
َ َ‫ب‬.

KHUTBAH KEDUA

.ُ‫ِي لَه‬ َ ‫ض ِل ْلهُ فَالَ َهاد‬ ْ ُ‫ َو َم ْن ي‬،ُ‫هللا فَالَ ُم ِض َّل َله‬ ُ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه‬،‫ت أ َ ْع َما ِلنَا‬ ِ ‫سيِئ َا‬ َ ‫سنَا َومِ ْن‬ ِ ُ‫ َونَعُ ْوذُ ِب ِه مِ ْن ش ُُر ْو ُر أ َ ْنف‬،ُ‫ست َ ْغف ُِره‬ ْ َ‫ست َ ِع ْينُهُ َو ن‬ ْ َ‫ نَحْ َم ُدهُ َو ن‬،ِ‫ا َ ْلح َْم ُد هلل‬
ُ‫ َو َم ْن تَبِعَه‬،ِ‫صحَا ِبه‬ ْ َ ‫علَى آ ِل ِه َوأ‬ َ ‫سيِ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫ع َلى‬ َ ‫س ِل ْم‬ َ ‫ ال َّل ُه َّم ص َِل َو‬.ُ‫س ْولُه‬ ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬َ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمدًا‬ ْ َ ‫ َوأ‬،ُ‫ش َه ُد أ َ ْن الَ ِالَهَ اِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ ش َِر ْيكَ َله‬ ْ َ‫أ‬
َ ‫هللا فَ َق ْد َف‬
َ‫از ا ْل ُمتَّقُ ْون‬ ِ ‫ ا ُ ْو ِص ْي ُك ْم َونَ ْفسِي بِت َ ْق َوى‬:‫اس‬ ُ َّ‫ فَيا َ اَيُّهَا الن‬،ُ‫ ا َ َّما بَ ْعد‬.‫الدي ِْن‬ ِ ‫ان ِإلَى ي َْو ِم‬ ٍ ‫س‬ َ ْ‫بِ ِإح‬.
َ ‫صلُّ ْونَ ع‬
‫َلى‬ َ ُ‫ اِنَّ هللاَ َو َمآل ئِ َكتَهُ ي‬:‫الرحِ ي ِْم‬ َّ ‫الرحْ َم ِن‬ َّ ‫هللا‬ ِ ‫ بِس ِْم‬،‫الر ِجي ِْم‬ َّ ‫ان‬ ِ ‫ش ْي َط‬
َّ ‫هلل مِ نَ ال‬ ِ ‫ أَع ُْوذُ بِا‬، َ‫ق ا ْلقَائِ ِل ْين‬ ْ َ‫ َوه َُو أ‬،‫قَا َل هللاُ تَعَالَى فِي ِكتَابِ ِه ا ْلك َِري ِْم‬
ُ ‫ص َد‬
‫س ِل ْي ًما‬ْ َ ‫س ِل ُم ْوا ت‬ َ
َ ‫عل ْي ِه َو‬ َ ‫صل ْوا‬ ُّ ُ َّ َ
َ ‫ يآ ايُّهَا ال ِذ ْينَ آ َمن ْوا‬،‫النبِى‬. َّ
‫علَى آ ِل‬ َ ‫سيِ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫علَى‬ َ ْ‫ َو ب َِارك‬،‫سيِ ِدنَا إِب َْراهِي َم‬ َ ‫علَى آ ِل‬ َ ‫سيِ ِدنَا إِب َْراهِي َم َو‬ َ ‫علَى‬ َ َ‫صلَّيْت‬ َ ‫ َك َما‬،ٍ‫سيِ ِدنَا ُم َح َّمد‬ َ ‫علَى آ ِل‬ َ ‫سيِ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو‬َ ‫علَى‬ َ ‫ال َّل ُه َّم ص َِل‬
‫ فِي ا ْل َعالَمِ ْينَ ِإنَّكَ حَمِ ي ٌد َم ِجي ٌد‬،‫س ِي ِدنَا ِإب َْراهِي َم‬ َ ِ ‫ل‬ ‫آ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬َ ‫و‬ ‫م‬ ‫ِي‬
‫ه‬
َ َ َ ِ َِ ‫ا‬ ‫ْر‬‫ب‬ ‫إ‬ ‫ا‬ َ ‫ن‬ ‫د‬
ِ ‫ي‬ ‫س‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬َ َ‫ْت‬‫ك‬ ‫َار‬
َ َ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫م‬ َ
‫ك‬ ،ٍ ‫د‬‫م‬ ‫ح‬
َ ‫م‬
َّ ُ ِ َ‫ا‬َ ‫ن‬ ‫د‬
ِ ‫ي‬ ‫س‬ .
‫ي ا ْلحَا َج ِة‬ َ ‫اض‬ ِ ‫ َو يَا َق‬،ِ‫ب ال َّدع ََوات‬ ُ ‫ْب ُم ِج ْي‬ ٌ ‫ ِإنَّكَ سَمِ ْي ٌع قَ ِري‬،ِ‫ت اْألَحْ يَاءِ مِ ْن ُه ْم َواْأل َ ْم َوات‬ ِ ‫ َوا ْل ُمؤْ مِ نِ ْينَ َوا ْل ُمؤْ مِ نَا‬،ِ‫س ِل َمات‬ ْ ‫سلِمِ ْينَ َوا ْل ُم‬ ْ ‫اَل َّل ُه َّم ا ْغف ِْر ِل ْل ُم‬.
‫س ْوءِ ا ْل َخاتِ َم ِة‬ ُ ‫علَ ْينَا ِب‬ َ ‫ َوالَ ت َ ْختِ ْم‬،ِ‫اختِ ْم لَنَا ِب ُحس ِْن ا ْل َخاتِ َمة‬ ْ ‫ال َّل ُه َّم‬
ُ‫ارزُ ْقنَا اجْ تِنَابَه‬ ْ ‫ َوأَ ِرنَا ا ْلبَاطِ َل باَطِ الً َو‬،ُ‫عه‬ َ ‫ارزُ ْقنَا اتِبَا‬ ْ ‫اَل َّل ُه َّم أ َ ِرنَا ا ْلحَقَّ َح ًّقا َو‬.
‫اب النَّ ِار‬ َ َ‫عذ‬ َ ‫سنَةً َوقِنَا‬ َ ‫سنَةً َوفِي اآلخِ َر ِة َح‬ َ ‫ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح‬. َ
‫اذك ُُروا هللاَ اْلعَظِ ْي َم ي َْذك ُْر ُك ْم‬ ْ ‫ َف‬، َ‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَك َُّر ْون‬ ُ ‫ يَ ِع‬،‫بى َويَ ْنهَى ع َِن اْل َفحْ شآءِ َواْل ُم ْنك َِر َواْلبَ ْغي‬ َ ‫ َوإِيْتآءِ ذِى اْلقُ ْر‬،‫ان‬ ِ ‫س‬ َ ْ‫ِعبَا َدهللاِ! اِنَّ هللاَ يَأْ ُم ُر بِاْلعَ ْد ِل َواْالِح‬
َ‫صنعُ ْون‬ َ َ َ
ْ َ ‫ َوهللاُ يَ ْعل ُم َما ت‬،‫هللا ا ْكب َْر‬ َ
ِ ‫ َول ِذك ُْر‬،‫َلى نِعَمِ ِه ي َِز ْد ُك ْم‬ َ ‫شك ُُر ْوهُ ع‬ ْ ‫ َوا‬.

PROSES DAN PERKEMBANGAN JANIN DI RAHIM


Saat yang dinanti sepasang suami-isteri, dari perwujudan buah percintaan kasih-sayang sekian
waktu, yaitu ketika rahim sang isteri mengandung janin calon bayi. Sungguh terasa sebagai
anugerah indah tiada tara dari Allah Azza wa Jalla. Gerakan-gerakan kecil menyentak dinding perut
sang ibu. Betapa bahagia calon orang tuanya. Ingin segera mengasuh dan merawatnya.
Itulah kebesaran Allah Azza wa Jalla sebagai bukti kekuasaan Nya kepada manusia. Agar mereka
banyak bersyukur. Di dalam al-Qur’an Allah Azza wa Jalla telah berfirman
‫س َّواهُ َونَفَ َخ فِي ِه مِ ن ُّروحِ ِه ۖ َو َجعَ َل لَ ُك ُم‬ َ ‫ين ث ُ َّم‬ٍ ‫ين ث ُ َّم َجعَ َل نَ ْسلَهُ مِ ن سُ ََللَ ٍة ِ ِّمن َّماءٍ َّم ِه‬
ٍ ِ‫ان مِ ن ط‬
ِ ‫س‬َ ‫اْلن‬ِ ْ َ‫سنَ كُ َّل ش َْيءٍ َخلَقَهُ ۖ َوبَ َدأ َ خ َْلق‬
َ ْ‫الَّذِي أَح‬
ْ َ
ٍ ‫ض أإِنَّا لفِي خَل‬
َ‫ق َجدِي ٍد ۚ بَ ْل هُم بِ ِلقَاءِ َربِِّ ِه ْم كَاف ُِرون‬ َ َ ْ
ِ ‫ضللنَا فِي اْل ْر‬ ْ َ َ ُ ‫ا‬ ْ َ ْ
َ ‫ار َواْلفئِ َدة َ ۚ قَلِيَل َّما ت َ ْش ُك ُرونَ َوقَالوا أإِذَا‬َ ‫ص‬ َ ْ
َ ‫الس َّْم َع َواْل ْب‬
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Dan mereka berkata, “Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami benar-benar
akan berada dalam ciptaan yang baru?” Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar akan menemui
Rabbnya. [As Sajdah : 7-10]
Firman Allah yang lain tentang penciptaan manusia ialah :
ُ َ ‫علَقَ ٍة ث ُ َّم ي ُْخ ِر ُج ُك ْم طِ ْف اَل ث ُ َّم ِلت َ ْبلُغُوا أ‬
ُ ‫ش َّدكُ ْم ث ُ َّم ِلت َ ُكونُوا‬
‫شيُو اخا َومِ نكُم َّمن يُت ََوفَّ ٰى مِ ن قَ ْب ُل‬ ْ ُّ‫ب ث ُ َّم مِ ن ن‬
َ ‫طفَ ٍة ث ُ َّم مِ ْن‬ ٍ ‫ه َُو الَّذِي َخلَقَ ُكم ِ ِّمن ت ُ َرا‬
ُ ُ َّ َ
َ‫س ًّمى َولعَلك ْم ت َ ْع ِقلون‬ ‫ا‬ َ ُ
َ ‫َو ِلت َ ْبلغُوا أ َجَل ُّم‬
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal
darah, kemudian dilahirkanNya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup)
supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan hidup lagi) sampai tua, di antara
kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal
yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). [Al Mu’min : 67].
TAHAPAN PERKEMBANGAN JANIN
Setelah terjadi pembuahan yang ditakdirkan oleh Allah Azza wa Jalla hingga berproses menjadi
seorang anak, mulailah sang ibu mengalami perubahan-perubahan di rahimnya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu hadits shahih bersabda.
ُّ ‫س ُل إِلَ ْي ِه ْال َملَكُ فيَ ْنفُ ُخ فِ ْي ِه‬
،‫الر ْو َح‬ َ ‫ ث ُ َّم ي ُْر‬، َ‫ضغَةا مِث َل ذَلِك‬ْ ‫ ث ُ َّم يَ ُك ْونُ ُم‬، َ‫علَقَةا مِ ثْ َل ذَلِك‬ ْ ُ‫ط ِن أ ُ ِ ِّم ِه أ َ ْربَ ِعيْنَ يَ ْو اما ن‬
َ ُ‫ ث ُ َّم يَ ُك ْون‬،‫طفَةا‬ ْ َ‫إن أ َ َح َدكُم يُجْ َم ُع خلقُهُ ف ِْي ب‬
َّ
‫س ِعيْد‬ َ
َ ‫ي أ ْو‬ٌّ ‫ش ِق‬
َ ‫ َو‬،ِ‫ع َم ِله‬ َ
َ ‫ َو‬،ِ‫ َوأ َج ِله‬،ِ‫ب ِرزقِه‬ ْ ْ َ
ِ ‫ بِ َكت‬:ٍ‫ويُؤْ َم ُر بِأ ْربَ ِع َك ِل َمات‬،
َ
Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dipadukan bentuk ciptaannya dalam perut ibunya
selama empat puluh hari (dalam bentuk mani) lalu menjadi segumpal darah selama itu pula (selama
40 hari), lalu menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat untuk
meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu ditetapkan baginya empat hal: rizkinya, ajalnya,
perbuatannya, serta kesengsaraannya dan kebahagiaannya.” [Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin
Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu].
Dilihat dari perkembangan ilmu medis sekarang ini, jelas hadits tersebut akan dibenarkan para
ilmuwan, karena tidaklah jauh berbeda dengan penemuan-penemuan mereka. Disebutkan pula,
bahwa pada kehamilan antara 8 sampai 10 pekan (sekitar 56-70 hari) pembuluh darah janin mulai
terbentuk. Dengan alat-alat modern seperti alat perekam jantung bayi (elektrokardiografi/EKG untuk
bayi) dan ultrasonografi (USG) dapat diketahui sedini mungkin, apakah jantung bayi sudah
berdenyut atau belum. Umumnya denyut jantung bayi dapat diketahui dan dicatat pada pekan ke 12
(lebih kurang 84 hari). Tetapi dengan alat sederhana, baru terdengar pada kehamilan 20 pekan
(kira-kira 140 hari). Dibuktikan bahwa kira-kira pada kehamilan 10 pekan (kira-kira 70 hari) sudah
mulai terbentuk sistem jantung dan pembuluh darah.
Sejak umur kehamilan 8 pekan (kira-kira 56 hari) mulai terbentuk hidung, telinga, dan jari-jari
dengan kepala membungkuk ke dada.
Setelah 12 pekan (84 hari) telinga lebih jelas, tetapi mata masih melekat. Leher sudah mulai
terbentuk, alat kelamin sudah terbentuk tetapi belum begitu nampak. Baru setelah 16 pekan (112
hari) alat kelamin luar terbentuk, sehingga dapat dikenali dan kulit janin berwarna merah tipis sekali.
Pada umumnya plasenta atau ari-ari sudah terbentuk lengkap pada 16 pekan.
Menginjak kehamilan 24 pekan (168 hari), kelopak mata sudah terpisah. Ditandai dengan adanya
alis dan bulu mata. Maha luas ilmu Allah Azza wa Jalla dalam segala penciptaanNya.
Apa yang disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits tersebut memang
benar adanya. Manusia baru membuktikannya pada abad ini. Padahal kebenaran ayat-ayat Allah
Azza wa Jalla sudah disampaikan puluhan abad lalu; sebagai bukti, bahwa Allah Azza wa Jalla telah
menciptakan manusia dari segumpal darah (alaqah) 40 hari, setelah terbentuknya air mani. Hal ini
bisa diketahui oleh ahli medis, bahwa kurang lebih umur 56-70 hari pembuluh darah janin mulai
terbentuk..Kemudian ada gerakan-gerakan. Gerakan inilah yang mungkin terdeteksi oleh alat-alat
kedokteran modern sebagai denyut jantung janin. Namun berdasarkan dhohir hadits, bahwa ruh
ditiupkan pada saat janin berumur lebih dari 120 hari. Wallahu a’lam
MENENTUKAN USIA KEHAMILAN
Seringkali ibu hamil tidak mengetahui secara pasti berapa usia kehamilannya. Ini dapat dimaklumi,
mengingat waktu terjadinya pembuahan sering tidak dapat diketahui secara pasti. Tidak demikian
halnya, bila sepasang suami-isteri terakhir berhubungan tanpa melakukannya lagi, dan diketahui
sang isteri langsung terlambat haid, serta mendapatkan tanda-tanda kehamilan. Maka, usia
kehamilannya langsung dapat diketahui.
Rahim (uterus) wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam. Bila terjadi kehamilan, rahim
tumbuh secara teratur. Kecuali jika ada gangguan pada kehamilan tersebut.
Pada kehamilan 8 pekan (kurang lebih 2 bulan), rahim membesar sebesar telur bebek, kemudian
pada kehamilan 12 pekan kira-kira 3 bulan membesar seperti telur angsa. Pada saat inilah puncak
rahim atau fundus uterus dapat diraba dari luar.
Secara syariat tidak ada cara khusus untuk menentukan umur kehamilan wanita. Namun secara
medis ada cara-cara tertentu, untuk mengetahui usia kehamilan walaupun hanya perkiraan.
Ada tiga cara untuk memperkirakan usia kehamilan. Dengan mengukur tinggi dari puncak rahim.
Yaitu bagian tertinggi puncak rahim yang menonjol di dinding perut. Kadang terasa keras karena
terasa kepala, atau lunak apabila teraba pantat janin.
Pertama : Menggunakan Ukuran Sentimeter.
Apabila jarak dari tulang kemaluan sampai puncak rahim menunjukkan lebih kurang 25 cm, berarti
usia kehamilan 28 pekan (kira-kira 7 bulan). Apabila 27 cm, lebih kurang 32 pekan (kira-kira 8
bulan). Terukur 30 cm, menunjukkan umur 36 pekan (kira-kira 9 bulan).
Pada kehamilan 40 pekan (lebih kurang 9 bulan lebih), puncak rahim turun kembali dan terletak kira-
kira 3 jari di bawah tulang dada, yang terletak di tengah-tengah melekatnya beberapa tulang rusuk.
Ukuran ini tidak akan bertambah, walau usia kehamilan mencapai 40 pekan. Jika tingginya
bertambah, kemungkinan bayi besar, kembar atau cairan tubuh berlebih.
Kedua : Menghitung Dengan 2 Jari Tangan.
Setiap pertambahan selebar 2 jari tangan menunjukkan pertumbuhan 2 pekan. Perhitungan ini
digunakan jika jarak antara tulang kemaluan dengan puncak rahim masih di bawah pusar.
Sebaliknya, jika jarak tulang kemaluan dengan puncak rahim sudah di atas pusar perhitungan 2 jari,
menunjukkan pertambahan 4 pekan.
Ketiga : Memperkirakan kalau tinggi puncak rahim sudah tepat di pusar, itu menunjukkan usia
kehamilan 5 bulan-6 bulan. Sementara, jika puncak rahim sudah sampai di tengah antara tulang
dada dan pusar, menunjukkan usia kehamilan kira-kira 7 bulan. Apabila puncak rahim sudah
mencapai dada, diperkirakan usia kehamilan 9 bulan. Hasil pengukuran ini akan meragukan, jika ibu
hamil terlalu gemuk atau otot perut tegang.
Jika calon ibu sudah mulai dapat merasakan gerakan janin, diperkirakan usia kehamilan mencapai
18 pekan (kira-kira 4,5-5 bulan). Tetapi pada kehamilan kedua, gerakan janin sudah terasa pada
usia kehamilan 16 pekan.
GANGGUAN PADA PEMBENTUKAN JANIN
Terkadang seorang wanita yang positif hamil, hasil pembuahannya bisa mengalami gangguan. Atau
pembentukan janin tidak berlanjut. Ada beberapa jenis gangguan yang berhubungan dengan hasil
pembuahan. Sebagian besar dengan keluhan pendarahan. Macam-macam gangguan pada
pembentukan janin diantaranya ialah :
Abortus (Keguguran).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan, sebelum janin mampu hidup di dunia luar. Rata-rata dengan
umur kehamilan kurang dari 22 pekan (kurang dari 5 bulan), dengan berat badan kurang dari 500 gr.
Sebab-sebab terjadinya keguguran, bisa diakibatkan karena kelainan zigote. Yaitu kelainan hasil
penyatuan dari sel sperma (sel kelamin laki-laki) dan ovum (sel kelamin perempuan).
Adanya gangguan di selaput lendir dalam rahim (endometrium), juga bisa mengakibatkan
keguguran. Hal ini karena masuknya ovum yang telah dibuahi ke dalam rahim tersebut, mengalami
gangguan. Atau gangguan tersebut terjadi dalam pertumbuhan embrio.
Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan fungsi selaput lendir rahim tersebut ialah kelainan
hormonal, gangguan nutrisi. Contohnya, anemia berat, penyakit menahun, dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi gizi penderita. Juga penyakit infeksi, kelainan imunologik (misalnya gangguan darah,
faktor rhesus, dsb.). Selain itu, faktor psikologis (mental) seorang wanita juga dapat mempengaruhi
gangguan di rahimnya.
Kehamilan Diluar Kandungan (Kehamilan Ektopik)
Kehamilan ini terjadi, apabila ovum yang dibuahi masuk dan tumbuh tidak di tempat yang normal di
dalam rahim. Tempat-tempat tersebut bisa di saluran telur, rahim yang bukan tempat kebiasaan
janin untuk tumbuh, di tempat indung telur (organ penghasil telur), diantara jaringan ikat yang
berbentuk seperti tali penghubung organ-organ tertentu dengan rahim.
Kehamilan diluar kandungan bisa juga terjadi di dalam rongga perut. Tempat pertumbuhan janin
yang tidak sempurna menyebabkan kematian janin. Atau janin tidak tumbuh secara normal. Kondisi
seperti inilah oleh tim medis harus dilakukan operasi segera; apalagi untuk janin yang masih hidup.
Mengingat resiko pendarahan bagi wanita yang mengalami kehamilan ektopik tersebut. Biasanya
kehamilan seperti ini sering berakhir setelah umur 6-8 pekan. Ada yang sampai 10 pekan, dan ada
juga yang berakhir sampai pada umur 5-6 bulan pada janin yang berkembang di perut (abdomen).
Tetapi biasanya meninggal atau cacat.
Kehamilan Anggur (Mola Hidatidosa)
Kehamilan ini adalah kehamilan abnormal. Pada kehamilan biasa, embrio tumbuh terus menjadi
janin dan kemudian dapat dilahirkan sebagai bayi. Adapun pada kehamilan anggur ini,
perkembangan sel ovum bukan menjadi embrio. Tetapi menjadi bentuk seperti anggur. Biasanya
tidak ada tanda-tanda kehidupan pada janin.
Kehamilan anggur ini bisa berkembang menjadi tumor ganas. Kelainan bentuk rahim juga dapat
menghalangi berkembangnya janin secara sempurna.
PENUTUP
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan seorang wanita, yang secara fitrah berlainan dengan
laki-laki. Dengan fitrahnya, disiapkanlah seorang wanita yang siap untuk mengandung dan
melahirkan. Yang akhirnya akan mengasuh anak yang telah dilahirkannya sebagai calon generasi
penerus.
Berkenaan keadaan fitrahnya tersebut, wanita juga mendapatkan hukum-hukum tersendiri
berkenaan dengan keadaan organ rahim yang dimilikinya. Sehingga seorang wanita bisa berbeda
dalam melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dikarenakan sebab hukum haid,
nifas, atau istihadhah yang terjadi pada dirinya. Ataupun sebab kehamilannya.
Oleh karena itu, kita harus merujuk kepada ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta para ulama fiqh yang bermanhaj salaf yang telah
membahasnya panjang lebar berkenaan kondisi fitrah seorang wanita. Wallahu a’lam. (dr. Ummu
Muhammad)
Maraji’
– Ilmu Kebidanan, Prof. Sarwono P, Yayasan Bina Pustaka FKUI, 1994.
– Ilmu Kandungan, Prof. Sarwono P, Yayasan Bina Pustaka FKUI, 1991.
– Indeks Al Qur’an, Yusuf Rocy Asyarif. S, Penerbit Pustaka Salman ITB, 1984.
– Kamus Istilah Kedokteran, Penerbit FKUI, 1984.
– Al Qur’nul Karim, terjemahan.
– Fatwa-fatwa Tetantang Wanita Edisi Indonesia. Penerbit Darul Hak Jakarta.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VI/1423H/2003M Diterbitkan Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp.
08121533647, 08157579296]

Sumber: https://almanhaj.or.id/3033-proses-dan-perkembangan-janin-di-rahim.html

Rabu, 24 Juni 2009


Kapan Ruh itu ditiupkan ?
Saat sel sperma dan sel telur bertemu, maka terjadilah satu sel batang (stem cell). Sel ini
bukan sel dari ibu dan bukan pula dari sel ayah. Ini adalah sel yang baru. Pada hari pertama
saat sel sperma dan sel telur itulah ruh ditiupkan. Bukan setelah sempurna kemudian
ditiupkan ruh tetapi bersamaan karena kata sambungnya adalah“dan” bukan “kemudian”.
Saat itu pula atas perintah Tuhan melalui ruh yang ditiupkan, sel ini menjadi tumbuh dan
berkembang menuju kesempurnaanya. Tanpa ruh, sel tidak bisa hidup dan tumbuh
kembang.

“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh


Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya." [QS Shaad
(38) ayat 72].

Sesungguhnya yang ditiupkan Tuhan itu adalah ruh dan jiwa (badan halus). Badan halus ini
hidup karena ada ruh didalamnya. Jiwa (badan halus) atau juga disebut “sang diri” atau
“nafs” dalam bahasa Arab.

“Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat
tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda
kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.” [QS Al An'aam (6) ayat 98].

Allah menciptakan seseorang dari satu diri atau diri yang satu (nafsin wahidatin). Sehingga
satu sel batang yang terdiri dari badan sel itu sendiri (phisik); badan halus (diri) dan ruh,
dapat hidup dan tumbuh kembang.. Sang diri inilah yang mempertanggung jawabkan apa
yang telah dikerjakan. Bukan phisik atau badannya bertanggung jawab tetapi sang diri.

“Di tempat itu (padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa
yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka dikembalikan kepada Allah
Pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka
ada-adakan.” [QS Yunus (10) ayat 30]
Ruh adalah kepunyaan atau bagian dari Tuhan. Dengan ruh, satu sel batang itu hidup,
dapat membelah dan menyerap makanan. Ruh merupakan derivasi yang paling kecil dari
Tuhan. Tuhan maha berkehendak, ruh juga berkehendak. Tuhan maha pencipta, ruh juga
dapat mencipta. Seluruh sifat Tuhan itu menurun kepada ruh. Tanpa ruh sel batang
merupakan seonggok materi dan energi hidup tetapi tidak tumbuh kembang menuju
kesempurnaannya. Seperti contoh bayi tabung. Sel sperma dan sel telur diproses “ditempat
lain” ( diluar rahim ibu). Dalam waktu tertentu batang sel itu hidup tetapi tidak dapat
tumbuh kembang karena tanpa ruh dan jiwa, walaupun kondisi “ditempat lain” itu persis
sama dengan rahim seorang ibu. Oleh karenanya batang sel itu kemudian dikembalikan ke
rahim seorang ibu sehingga batang sel itu bisa tumbuh kembang. Sesuatu tidak akan
hidup dan tumbuh kembang kecuali dalam naungan yang hidup. Allah
mengeluarkan yang mati dari yang hidup (QS Yunus [10] ayat 31). Artinya satu sel
batang yang mati ( hidup tetapi tidak tumbuh kembang) dihidupkan oleh Allah dengan sang
diri (ruh dan jiwa ) di dalam rahim ibu yang hidup. Sel batang pasti tidak akan hidup pada
rahim ibu yang mati.
Demikian juga jiwa atau sang diri tidak akan hidup dan tumbuh kembang menuju
kesempurnaannya tanpa ruh.

” dan jiwa serta penyempurnaannya ,” [QS Asy Syams (91) ayat 7]


“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,” [QS Al
Muddatstsir (74) ayat 38]

Jiwa (sang diri) itu juga hidup dan tumbuh dan berkembang menuju kesempurnaannya.
Yang datang untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya di dunia ini adalah sang diri
(jiwa/nafs) karena sang diri itu mengetahui apa yang dikerjakan dan apa yang dilalaikan (
QS Al Infithar [82] ayat 5), sang diri juga dapat menyesali diri ( al lauwamah) dan lain
sebagainya. Sang diri diberikan pilihan jalan kefasikan atau jalan ketaqwaan karena Allah
telah mengilhamkan kefasikan dan ketaqwaan [QS Asy Syams (91) ayat 8]. Sungguh
beruntung orang yang menyucikan jiwanya (sang diri).
Kalau sang diri tidak berkembang sebagaimana fitrahnya, maka ilmuwan menyebutnya
keterlambatan mental atau cacat (handicapped) mental. Hidup tetapi sang diri tidak
berkembang atau tidak normal. Sehingga mereka tidak diberikan tanggung jawab atas
perbuatannya.
Satu sel batang atau badan sel secara phisik tadi hidup dan tumbuh berkembang sampai
siap untuk lahir dan menjadi dewasa dan akhirnya menjadi tua renta dan mati. Demikian
juga sang diri (jiwa/nafs) hidup dan tumbuh dan berkembang. Jiwa kekanak-kanakan
menjadi jiwa yang sudah dewasa dan akhirnya dikembalikan menjadi jiwa yang ke kanak-
kanakan lagi, sehingga jiwa-jiwa itu tidak tahu lagi apa yang telah diperbuat.

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian
dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging
yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu
yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian
(dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara
kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila
telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. “[QS Al Hajj (22)
ayat 5]

Pengertian “pikun” ini sesungguhnya (faktanya) suatu keadaan badan phisik yang sudah
tua renta dan jiwanya sering lupa dan tingkah lakunya kembali seperti anak-anak.
Setelah badan phisiknya mati, maka ruh dan jiwanya tetap hidup dan datang kepada Tuhan
untuk mempertanggung jawabkan atas perbuatannya di dunia. Dan Allah sangat sepat
perhitungannya (kalkulasinya).

“(Ingatlah) suatu hari (ketika) tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri
dan bagi tiap-tiap diri disempurnakan (balasan) apa yang telah dikerjakannya,
sedangkan mereka tidak dianiaya (dirugikan).” [QS An Nahl (16) ayat 111].

“agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang (nafs/ diri) terhadap apa
yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya.” [QS Ibrahim (14)
ayat 51]

Setelah dihisab amal perbuatannya, maka ruh dan jiwa ini dibangkitkan lagi untuk
menerima balasan atas perbuatannya. Pengertian dibangkitkan ini, adalah ruh/jiwa ini
dipertemukan dengan tubuhnya.

” dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh).” [QS At Takwiir (81) ayat 7].

Dalam bahasa aslinya ‫وس َو ِإذَا‬


ُ ُ‫ زُ ِوجَتْ النُّف‬artinya bukan ruh-ruh tetapi diri-diri atau jiwa-jiwa
(nufus). Sang diri atau jiwa-jiwa inilah yang kemudian dipertemukan dengan tubuh atau
badan phisiknya. Tetapi kalau jiwanya itu mutmainah, maka akan langsung dipanggil Allah
untuk berkumpul dengan hamba-hamba-Nya yang salih dan tinggal di jannah-Nya dan tidak
perlu dipertemukan dengan badan phisiknya. Jannah yang mana, ya tentunya di alam ruh
atau tinggal di alam yang berdimensi yang lebih tinggi (QS Al Fajr [89] ayat 27).
Tetapi kalau jiwanya masih kotor atau menyesali diri (lauwamah), maka mereka
dipertemukan lagi dengan badan phisiknya untuk kembali di dunia yang berdimensi tiga ini
untuk memperbaiki jiwanya agar menjadi mutmainah. Apakah sang diri dipertemukan
dengan tubuh (badan phisik) nya dulu, mungkin tidak, dan mungkin ya tetapi tidak dikenali,
karena Allah berfirman :”… dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang
tidak kamu ketahui.” (QS Al Waaqia’ah (56) ayat 61). Wa llahu ‘alam bish shawab.

Diposting oleh Islam Moderen di 17.36

8 komentar:

Anonim mengatakan...

Terima kasih atas informasi menarik

30 Desember 2009 06.34

learning quran online mengatakan...

The Most Concise Definition of Allah


The most concise definition of God in Islam is given in the four verses of Surah
Ikhlas which is Chapter 112 of the Qur’an:

"Say: He is Allah,
The One and Only.
"Allah, the Eternal, Absolute.
"He begets not, nor is He begotten.
And there is none like unto Him."
[Al-Qur’an 112:1-4]
The word ‘Assamad’ is difficult to translate. It means ‘absolute existence’, which can
be attributed only to Allah (swt), all other existence being temporal or conditional. It
also means that Allah (swt) is not dependant on any person or thing, but all persons
and things are dependant on Him.

Surah Ikhlas - the touchstone of theology:

Surah Ikhlas (Chapter 112) of the Glorious Qur’an, is the touchstone of theology.
‘Theo’ in Greek means God and ‘logy’ means study. Thus Theology means study of
God and to Muslims this four line definition of Almighty God serves as the touchstone
of the study of God. Any candidate to divinity must be subjected to this ‘acid test’.
Since the attributes of Allah given in this chapter are unique, false gods and
pretenders to divinity can be easily dismissed using these verses.

27 Januari 2010 15.06

Anonim mengatakan...

vvwppdjuapnmltytiiiu, justin bieber baby, izufmmu.

14 September 2010 13.11

Freeware Download Software mengatakan...

kak tuker link yuk


blog kakak udah ada di http://softwareuntukdownload.blogspot.com/p/tukar-
link.html
makasih...hehehe

16 Mei 2011 18.25

keigo mengatakan...

nice.. keep posting..

tulisan breikut semoga melengkapi..


http://jagadinspirasimuslim.blogspot.com/2012/04/pulang-ke-akhirat.html

17 April 2012 21.23

PakHadi mengatakan...

Anda menulis: "Pada hari pertama saat sel sperma dan sel telur itulah ruh ditiupkan.
Bukan setelah sempurna kemudian ditiupkan ruh tetapi bersamaan ...dst."
Itu menyimpang dari Al Quran Surat 15.29 "Maka apabila Aku telah
menyempurnakannya, dan telah meniupkan roh-Ku kepadanya, hendaklah kamu
tunduk sujud kepadanya". - dan Surat 38.72.

8 Februari 2013 02.37

Anonim mengatakan...

Ruh adalah kepunyaan atau bagian dari Tuhan. Dengan ruh, satu sel batang itu
hidup, dapat membelah dan menyerap makanan. Ruh merupakan derivasi yang
paling kecil dari Tuhan. Tuhan maha berkehendak, ruh juga berkehendak. Tuhan
maha pencipta, ruh juga dapat mencipta. Seluruh sifat Tuhan itu menurun kepada
ruh.<<< pendapat inilah yang di pakai orang untuk mengatakan "aku adalah Allah
dan Allah adalah aku" ruh adalah ciptaan Allah sebagaimana malaikat dan jin. bukan
bagian dari dzat Allah yang di tiupkan ke raga. Allah menciptakan ruh dengan
ilmunya. banyak penyimpangan penjelasan di artikel ini

13 April 2013 01.32

Kusuma _Name mengatakan...

Setau saya yg ditiupkan ruh cuma 2 orang dì alquran, adam as dan isa as,
selebihnya ga ada tuh broo, lagian ruh itu kan kehidupan utk manusia, pas ada
detak jantung si janin baru ada kehidupan, selama masih lom ada detak jantung
janin masìh bergantung sama ibunya kan utk masalah kehidupan sijanin

30 Mei 2015 13.43

Menurut islam usia berapa bulankah ditiupkan roh


dalam janin!?
Menurut islam fase seorang ibu hamil dibagi menjadi 7, dan tiap tiap fase mempunyai lama
waktu 40 hari dan kalau ditotal memang jumlah harinya 9bulan 10 hari. Mohon bagi yang
tahu anda jelaskan tiap tiap fasenya atau cukup pada usia berapa ditupkan roh pada
janin/masuk faseyang keberapa. Jawaban anda akan... tampikan lainnya
6 mengikuti

7 jawaban
Laporkan Penyalahgunaan
Jawaban
Peringkat

Jawaban Terbaik: Jumhur ulama mengatakan bahwa usia janin mulai ditiupkan ruh
kepadanya adalah 120 hari atau 4 bulan. Namun selain pendapat ini, ada juga pendapat
yang sedikit berbeda. Dari Abi Abdurrahman Abdilah bin Masud ra. Bahwa Rasulullah SAW
mengatakan kepada kami,"Sesungguhnya tiap-tiap kamu dibentuk dalam perut ibunya 40
hari berbentuk nuthfah (mani), kemudian menjadi 'alaqah selama 40 hari, kemudian
menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama 40 hari, kemudian dikirimkan kepadanya
malaikat meniupkan ruh . . . " Hadits Muttafaqun Alaih.

Selain itu ada pendapat lain seperti dalam hadits berikut: Imam Muslim meriwayatkan
dalam Shahih-nya dari hadits Hudzaifah bin Usaid, ia berkata: "Aku mendengar Rasulullah
saw. Bersabda: "Apabila nutfah telah berusia empat puluh dua malam, maka Allah
mengutus malaikat, lalu dibuatkan bentuknya, diciptakan pendengarannya, penglihatannya,
kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Kemudian malaikat bertanya, ra Rabbi, laki-laki ataukah
perempuan?' Lalu Rabb-mu menentukan sesuai dengan kehendak-Nya, dan malaikat
menulisnya, kemudian dia (malaikat) bertanya, Ya Rabbi, bagaimana ajalnya?' Lalu Rabb-
mu menetapkan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, dan malaikat menulisnya.
Kemudian ia bertanya, 'Ya Rabbi, bagaimana rezekinya?' Lalu Rabb-mu menentukan
sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, dan malaikat menulisnya. Kemudian malaikat itu
keluar dengan membawa lembaran catatannya, maka ia tidak menambah dan tidak
mengurangi apa yang diperintahkan itu. Hadits ini menjelaskan diutusnya malaikat dan
dibuatnya bentuk bagi nutfah setelah berusia enam minggu (empat puluh dua hari) bukan
setelah berusia seratus dua puluh hari sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Mas'ud
yang terkenal itu.

Sebagian ulama mengompromikan kedua hadits tersebut dengan mengatakan bahwa


malaikat itu diutus beberapa kali, pertama pada waktu nutfah berusia empat puluh hari, dan
kali lain pada waktu berusia empat puluh kali tiga hari (120 hari) untuk meniupkan ruh.

fase-fare tersebut :
Minggu pertama

* Pertumbuhan janin

Sel telur dan sperma yang telah menyatu membentuk satu sel yang disebut zigot. Dalam
minggu pertama setelah pembuahan, sel tunggal itu membelah diri menjadi 200-an sel
seperti sekumpulan bola, yang disebut blastula. Kemudian ‘bola’ itu akan membelah diri
terus-menerus dan terus berjalan menuju rahim untuk kemudian menanamkan diri
(implantasi) di dinding rahim.
* Tubuh Anda

Anda belum merasakan perubahan apa pun di dalam tubuh. Malah, banyak wanita tidak
menyadari kalau dirinya hamil.

Minggu ke-2

* Pertumbuhan janin

Saat ini panjang embrio (hasil pembuahan yang sudah berimplantasi di rahim) baru sekitar
0,36 – 1 milimeter. Sangat kecil, memang. Tetapi proses perkembangan terus terjadi. Saat
ini rongga kantung ketuban (amnion) yang nantinya akan terisi air ketuban, mulai
membentuk.

* Tubuh Anda

Tubuh Anda masih belum mengalami perubahan yang berarti. Umumnya Anda pun juga
belum menyadari kalau sudah terjadi kehamilan.

Minggu ke-3

* Pertumbuhan janin

Sekarang panjang embrio bertambah menjadi sekitar 1,25 milimeter. Bentuknya mirip pelat,
yang nantinya akan menjadi jantung. Mulai saat ini, sistem saraf pusat (otak dan tulang
belakang), otot-otot serta tulang-tulang mulai terbentuk.

* Tubuh Anda

Beberapa wanita ada yang mulai mengalami pertambahan berat badan sedikit dan
merasakan mual serta tidak nafsu makan. Namun, umumnya tetap belum menyadari kalau
dirinya hamil.

Minggu ke-4

* Pertumbuhan janin

Formasi dasar dari manusia mulai muncul. Panjang embrio sekitar 2-4 milimeter dan ia
sudah mempunyai dasar-dasar dari otak dan tulang belakang. Saat ini merupakan awal dari
periode embriyonik (dari konsepsi/pembuahan hingga minggu-8 kehamilan).

Boleh dibilang, masa ini merupakan periode penting, sebab janin sangat rentan terhadap
faktor-faktor dari luar yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Banyak kasus
malformasi (salah bentuk) terjadi pada periode ini.

* Tubuh Anda

Berat badan Anda bisa jadi sudah bertambah 1-2 kilogram, dan rasa mual serta tidak nafsu
makan mulai jelas terasa. Nah, Anda telah hamil satu bulan!

Saat ini mungkin Anda sudah menyadari terjadinya kehamilan di tubuh, karena masa haid
sudah terlewati. Bagi Anda yang mengharapkan kehamilan, tentunya merasa surprise!

Minggu ke-5

* Pertumbuhan janin

Embrio di dalam rahim Anda melewati masa pertumbuhan yang cepat dan mengagumkan.
Di awal minggu ke-5, panjang embrio sekitar 4-5 milimeter dan di akhir minggu ini
ukurannya jadi 1,1 - 3 cm.

Di minggu ini, pucuk ‘calon’ kaki dan tangan mulai muncul. Lubang mata mulai kelihatan
namun bentuk kepala masih terlihat besar dan ia masih punya ‘ekor’. Jantung embrio mulai
membentuk menjadi 2 kamar (kanan dan kiri), dan paru-paru serta bronchi (saluran udara)
juga mulai muncul. Begitu juga usus dan pankreas

* Tubuh Anda

Menurut Islam usia berapa bulankah ditiupkan roh


dalam janin!?
MARCH 26, 2010 BY WAHYUWULANDARI
Jumhur ulama mengatakan bahwa usia janin mulai ditiupkan ruh kepadanya adalah 120 hari atau 4 bulan. Namun selain pendapat
ini, ada juga pendapat yang sedikit berbeda. Dari Abi Abdurrahman Abdilah bin Masud ra. Bahwa Rasulullah SAW mengatakan
kepada kami,”Sesungguhnya tiap-tiap kamu dibentuk dalam perut ibunya 40 hari berbentuk nuthfah (mani), kemudian menjadi
‘alaqah selama 40 hari, kemudian menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama 40 hari, kemudian dikirimkan kepadanya
malaikat meniupkan ruh . . . ” Hadits Muttafaqun Alaih.

Selain itu ada pendapat lain seperti dalam hadits berikut: Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari hadits Hudzaifah
bin Usaid, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda: “Apabila nutfah telah berusia empat puluh dua malam, maka
Allah mengutus malaikat, lalu dibuatkan bentuknya, diciptakan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan
tulangnya. Kemudian malaikat bertanya, ra Rabbi, laki-laki ataukah perempuan?’ Lalu Rabb-mu menentukan sesuai dengan
kehendak-Nya, dan malaikat menulisnya, kemudian dia (malaikat) bertanya, Ya Rabbi, bagaimana ajalnya?’ Lalu Rabb-mu
menetapkan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, dan malaikat menulisnya. Kemudian ia bertanya, ‘Ya Rabbi, bagaimana
rezekinya?’ Lalu Rabb-mu menentukan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, dan malaikat menulisnya. Kemudian malaikat itu
keluar dengan membawa lembaran catatannya, maka ia tidak menambah dan tidak mengurangi apa yang diperintahkan itu. Hadits
ini menjelaskan diutusnya malaikat dan dibuatnya bentuk bagi nutfah setelah berusia enam minggu (empat puluh dua hari) bukan
setelah berusia seratus dua puluh hari sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Mas’ud yang terkenal itu.
Sebagian ulama mengompromikan kedua hadits tersebut dengan mengatakan bahwa malaikat itu diutus beberapa kali, pertama
pada waktu nutfah berusia empat puluh hari, dan kali lain pada waktu berusia empat puluh kali tiga hari (120 hari) untuk
meniupkan ruh.

fase-fare tersebut :
Minggu pertama

* Pertumbuhan janin

Sel telur dan sperma yang telah menyatu membentuk satu sel yang disebut zigot. Dalam minggu pertama setelah pembuahan, sel
tunggal itu membelah diri menjadi 200-an sel seperti sekumpulan bola, yang disebut blastula. Kemudian ‘bola’ itu akan
membelah diri terus-menerus dan terus berjalan menuju rahim untuk kemudian menanamkan diri (implantasi) di dinding rahim.

* Tubuh Anda

Anda belum merasakan perubahan apa pun di dalam tubuh. Malah, banyak wanita tidak menyadari kalau dirinya hamil.

Minggu ke-2

* Pertumbuhan janin

Saat ini panjang embrio (hasil pembuahan yang sudah berimplantasi di rahim) baru sekitar 0,36 – 1 milimeter. Sangat kecil,
memang. Tetapi proses perkembangan terus terjadi. Saat ini rongga kantung ketuban (amnion) yang nantinya akan terisi air
ketuban, mulai membentuk.

* Tubuh Anda

Tubuh Anda masih belum mengalami perubahan yang berarti. Umumnya Anda pun juga belum menyadari kalau sudah terjadi
kehamilan.

Minggu ke-3

* Pertumbuhan janin

Sekarang panjang embrio bertambah menjadi sekitar 1,25 milimeter. Bentuknya mirip pelat, yang nantinya akan menjadi jantung.
Mulai saat ini, sistem saraf pusat (otak dan tulang belakang), otot-otot serta tulang-tulang mulai terbentuk.

* Tubuh Anda

Beberapa wanita ada yang mulai mengalami pertambahan berat badan sedikit dan merasakan mual serta tidak nafsu makan.
Namun, umumnya tetap belum menyadari kalau dirinya hamil.

Minggu ke-4

* Pertumbuhan janin

Formasi dasar dari manusia mulai muncul. Panjang embrio sekitar 2-4 milimeter dan ia sudah mempunyai dasar-dasar dari otak
dan tulang belakang. Saat ini merupakan awal dari periode embriyonik (dari konsepsi/pembuahan hingga minggu-8 kehamilan).

Boleh dibilang, masa ini merupakan periode penting, sebab janin sangat rentan terhadap faktor-faktor dari luar yang dapat
mempengaruhi pertumbuhannya. Banyak kasus malformasi (salah bentuk) terjadi pada periode ini.

* Tubuh Anda
Berat badan Anda bisa jadi sudah bertambah 1-2 kilogram, dan rasa mual serta tidak nafsu makan mulai jelas terasa. Nah, Anda
telah hamil satu bulan!

Saat ini mungkin Anda sudah menyadari terjadinya kehamilan di tubuh, karena masa haid sudah terlewati. Bagi Anda yang
mengharapkan kehamilan, tentunya merasa surprise!

Minggu ke-5

* Pertumbuhan janin

Embrio di dalam rahim Anda melewati masa pertumbuhan yang cepat dan mengagumkan. Di awal minggu ke-5, panjang embrio
sekitar 4-5 milimeter dan di akhir minggu ini ukurannya jadi 1,1 – 3 cm.

Di minggu ini, pucuk ‘calon’ kaki dan tangan mulai muncul. Lubang mata mulai kelihatan namun bentuk kepala masih terlihat
besar dan ia masih punya ‘ekor’. Jantung embrio mulai membentuk menjadi 2 kamar (kanan dan kiri), dan paru-paru serta
bronchi (saluran udara) juga mulai muncul. Begitu juga usus dan pankreas

* Tubuh Anda

Inilah Perjanjian Antara Allah dan Manusia Sebelum Dilahirkan


OLEH WIWIK SETIAWATI
SELASA, 19 MEI 2015
Bagikan :
Ingatkah anda pernah melakukan perjanjian dengan Allah SWT sebelum lahir ke dunia? Ya, fitrah manusia
memang pelupa, sehingga tidak ingat terhadap hal-hal yang sudah disepakati dengan Rabb-Nya sebelum terlahir
ke dunia.

Perjalanan hidup manusia sebenarnya sudah terperinci. Semua awal kehidupan dimulai dari alam ruh, kehidupan
dunia dan berakhir di surga atau neraka. Sebelum akhirnya dilahirkan ke dunia, manusia sebenarnya melakukan
perjanjian dengan Allah SWT.

Jika manusia menyanggupi, maka Ia akan lahir dan hidup di dunia, namun jika tidak, Allah tidak akan
menakdirkannya menjalani kehidupan di muka bumi. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran dan hadist-hadist yang
diriwayatkan Nabi Muhammad SAW. Sebelum setiap manusia lahir ke dunia, Allah telah mengambil kesaksian
dari setiap jiwa atau ruh manusia.

Dan dinyatakan juga dalam Alquran sebagaimana ayat Al-Hadid ayat 8. “Dan mengapa kamu tidak beriman
kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia
(Allah) telah mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang-orang yang beriman”. (QS. Al Hadid, 57:8)

Dalam sebuah hadist riwayat Iman Tirmidzi Rasulullah SAW bersada bahwa saat penciptaan adam Allah
mengusap punggung Adam lalu dari punggung tersebut keluar setiap ruh yang menyerupai biji atom yang
berjatuhan. Ruh tersebut kemudian dijadikan berpasangan-pasangan lalu diambil janji dan kesaksiannya.

Hal ini diperkuat dalam QS Al A’raaf Ayat 172 tentang Syahadatnya jiwa manusia sebelum ke Alam
Dunia. “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (serayaberfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka
menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari
kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keEsaan Tuhan)”. (QS. Al A’raaf, 7 : 172)

Dari ayat tersebut diketahui bahwa ruh manusia sudah mengakui keesaan Allah SWT. Ini disaksikan oleh Nabi
Adam dan penduduk langit sebagai saksi . Perjanjian ini tidak akan pernah diingat manusia karena fitrah
manusia sebenarnya adalah pelupa. Manusia kemudian lahir dalam keadaaan suci. Orang tuanya lah yang
membuatnya beragama selain Islam.

Namun ini bukan alasan manusia bisa mengelak atas janjinya kepada Allah SWT di akhirat kelak. Karena
manusia dibekali akal dan pikiran untuk menentukan jalan kebenaran. Allah SWT juga sudah mengutus Nabi
dan Rasul-Nya untuk mengingatkan kembali tentang perjanjian tersebut. Namun manusia tetap saja ingkar.

Manusia secara fitrah memang melupakan perjanjian tersebut. Karena itu kenyataan yang harus dihadapi oleh
setiap manusia adalah sesungguhnya tidak ada satu jiwa pun yang lahir ke dunia ini, kecuali Allah telah
mengambil perjanjian dan kesaksian mereka ketika di alam ruh bahwa, Allah adalah Rabb mereka, dan Allah
melakukan hal ini agar mengujinya dalam kehidupan dunia agar pada hari akhirat nanti tidak ada satupun
manusia yang akan mengingkari tentang keEsaan Allah.

Zakir Naik, seorang ulama asal India mengatakan hidup ini seperti ujian di sekolah. Manusia menjalani
kehidupan setelah setuju dengan perjanjian yang dibuatnya dengan Allah SWT. Saat menjalani kehidupan,
manusia seperti sedang ujian, Guru tidak akan memberitahu jawaban meski sebelumnya apa yang diuji telah
diajarkan. Jawabannya baru akan diberitahu saat ujian telah selesai. Setelah hari kiamat, Allah barulah akan
memberikan jawaban atas apa perjanjian yang sudah kita buat dengannya sebelum lahir ke dunia.

*Sebuah rahasia dahsyat tentang Roh yang selama ini sulit dianalogikan,namun kini berhasil
terungkap secara ringkas*

MOHON DIBACA SECARA PERLAHAN UNTUK KEPADATAN PEMAHAMAN,Ambil


manfaatnya,dan sangat mengharap saran dan kritik untuk menyempurnakan sedikit hal-hal yang
masih belum tepat.

Pendahuluan.
Dari seluruh karya tulis yang saya hadirkan buat para sahabat selama ini,maka mengintisarikan tulisan
yang berkaitan dengan keberadaan “ROH” yang tengah anda baca saat ini sungguh merupakan
sebuah pekerjaan menyusun tulisan yang terberat dan ter-rumit dibanding dengan tulisan-tulisan yang
saya persembahkan sebelumnya,Sedangkan telah jelas didalam Al-Qur’an,Allah Ta’ala
menyatakan,bila ilmu tentang keberadaan ROH ini yang dapat diungkap pengetahuannya kepada
para hamba-Nya,hanyalah sedikit saja.

“Dan mereka bertanya padamu tentang al-ruh. Katakan, ‘al-ruh itu urusan Tuhanku. Dan tidaklah kamu
diberi al-i’lm kecuali sedikit.’ (QS. 17:85).
Namun demikian semoga pengetahuan tentang “ROH” yang sedikit ini cukuplah menjadikan kita
mampu memetik hikmahnya dan menjadikannya sebagai wahana menuju kesadaran penuh
memahami akan tanda-tanda Kebesaran dan Kekuasaan-Nya.Maka dengan dilandasi niat hati yang
tulus memohon hidayah serta petunjuk kepada Allah Ta’ala semata dan kemudian menggali lebih
banyak hikmah lagi dari buah karya tulisan para ulama alim,dan menyusunnya dengan seksama,maka
tulisan ini berhasil saya intisarikan dalam metode bahasa yang mengarah pada pendekatan yang
rasional serta mudah untuk dipahami oleh kita yang awam ini.Amin.
KENALI UNSUR ROH UTAMA DALAM DIRI MANUSIA YANG MENJADIKAN KEBERADAANNYA
ADA :
Aku,engkau,kalian atau kita manusia,dikatakan ada atau exist keberadaannya jika memenuhi unsur-
unsur zat kehidupan yang terpadu di dalam diri.Maka,ternyata unsur yang terdapat dalam diri
manusia itu tidak hanya terdiri dari satu jenis ROH saja dengan Jasad.Tetapi ternyata manusia
memlilki berbagai unsur Roh.
PENJABARAN TENTANG RUH (ROH) :
Dalam bahasa Arab Kata ruh berasal dari bahasa Al-Qur’an “Al-Ruh” dengan akar kata “RA-WAU-
HA” (R-W-H),yang bermakna pancaran zat kehidupan yang menggerakkan suatu makhluk ciptaan-
Nya menjadi hidup, yang berasal dari zat Kemaha Hidup-Nya, (Al-Hayyi),Rabb,Tuhan semesta alam,
atau dalam perbendaharaan bahasa Indonesia kata “RUH” hanya dapat diterjemahkan dengan
“ROH”,atau yang dikenal dengan sebutan “NYAWA”

Ini satu-satunya karakter bahasa yang tidak dimiliki oleh tata bahasa manapun di dunia, kata Al-Ruh
berasal dari kalimat Al-Qur’an,yang kemudian hanya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
dengan terjemahan,“ROH”,dalam bahasa Ibrani adalah “RU’ACH”, dalam bahasa Yunani
diterjemahkan sebagai “Pneu’ma”,dan dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “SPIRIT”,

Maka terjemahan secara umum bahwa roh adalah :

“Daya /pancaran kehidupan yang tidak kelihatan,yang memberikan kehidupan kepada semua
makhluk hidup”.
Dalam versi Al-Kitab Nasrani,Ruh adalah daya kehidupan yang akan kembali ke asalnya, yaitu
Allah.(Ayub 34:14, 15; Mazmur 36:9),

Maka dalam Al-Qur’an diberitakan bahwa seluruh unsur jati diri manusia pada akhirnya bakal
kembali kepada Tuhannya.

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah pada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam
golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke sorga-Ku.” (QS. 89.Al-Fajr:27-30).
Kemudian dalam bahasa sehari-hari kita,juga mengenal adanya sebutan, “Jiwa,sukma,Ruh kudus”,
Roh Jahat,roh gentayangan,dll.Apakah semua itu?

Maka,tiap manusia itu memiliki 4 elemen / unsur utama zat kehidupan yang “menempel” atau berpadu
di dalam dirinya,bahkan beberapa ulama meyakini bahwa 4 elemen ruh itu sebagai tergolong
“makhluk” yang ditiupkan (dijadikan unsur) oleh Allah SWT,pada diri manusia tersebut ketika tercipta
atau terlahir,sedangkan pada nafs-nafs lain yang terdapat dalam diri manusia,maka disebut sebagai
unsur yang “dibekalkan”,karena merupakan jenis sifat :

BERIKUT BERBAGAI UNSUR DAN JENIS-JENIS ROH UTAMA YANG BERSEMAYAM DALAM
DIRI MANUSIA :
Unsur manusia terdiri dari :

1. AR-RUH AL-IDHOFI atau RUH AL-HAYAT / RUH SEGALA SUMBER KEHIDUPAN (bentuk
halus/gaib/tidak kasat mata)
2. AL-JASAD / FISIK (Ruh bentuk MATERI / BENDA yang dipengaruhi oleh ruang dan waktu)
3.AR-RUH AL-‘AQL atau ruh intelektual manusia (bentuk halus/gaib/tidak kasat mata)
4.AR-RUH AN-NAFSIY (Ruh kepribadian/Ego) atau Ruh angan/kesadaran (bentuk halus/gaib/tidak
kasat mata),
“Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian adalah
orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)”, (QS.21. Al Anbiyaa’:64)
I.AR-RUH AL-IDHOFI :
-Ruh Al-Idhafi atau Ruh Al-Hayat atau bahasa kita menyebutnya “Nyawa” :
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.
(QS.32. As Sajdah:9)
-Adalah roh utama manusia,karena roh inilah maka manusia dapat hidup. Bila roh tersebut keluar dari
raga, maka manusia yang bersangkutan akan mati jasadnya. Roh ini sering disebut “NYAWA”.
-Roh Al-Idhofi merupakan sumber kehidupan dan keberadaan adanya manusia,Dan roh Al-Idhofi ini
mempengaruhi roh-roh lainnya.Maka ketika manusia masih dalam keadaan belum mengalami
kematian namun salah satu jenis roh yang lain keluar dari raga, maka roh Al-Idhofi ini tetap akan
tinggal didalam jasad,sehingga manusia tetap hidup/bernyawa.
-Bagi hamba Tuhan yang telah sampai pada tingkat kedekatan Irodat Ilahi atau telah mencapai
maqam “MAKRIFAT,maka dapat mengenali roh nya sendiri ini dengan penglihatan kebatinannya(Al-
Bashirah). Ia berujud mirip diri sendiri, baik rupa maupun suara serta segala sesuatunya. Bagai berdiri
di depan cermin. Meskipun roh-roh yang lain juga demikian, tetapi kita dapat membedakannya dengan
roh yang satu ini.Alamnya Ruh Al-Idhofi berupa nur terang benderang dan rasanya sejuk tenteram
(bukan dingin).Inilah Ruh yg dikatakan akan kembali kepada Tuhannya saat manusia mati atau
dicabut nyawanya.
(Menurut Syeikh Naem As-Saufi dalam kitab Mengenal Ruh : Bermula dari Ruh Idhafi itu maka daripadanya
asalnya Jawahir(perwujudan). Ada pun Ruh Idhafi itu ialah Nuktah. Yang mengadakan Nuktah itu Zat Allah
yang Maha Suci,Maka Roh Idafi itulah izin Allah(tiupan sebagian Ruh Al-Quds-Nya) didalam diri kita. Maka
Ruh Idhafi itulah dinamakan Ujud Idhafi. Maka Ruh Idhafi itulah dinamakan Nyawa Muhammad, Nyawa Adam,
Nyawa orang-orang Mukmin dan Nyawa kepada Ruhani. Maka kenyataan Ruh Idhafi itulah bersumber dari
Ruhul Quddus. Maka kenyataan Ruhul Quddus itu ialah Ruhani. Kenyataan Ruhani itu ialah Nafas kita. Maka
ada pun Ruh Idhafi itu didalam diri. Maka Hakeqat itu diri, dan diri itu didalam Idhafi).
Ruh Al-Idhofi ini terdiri dari :
1. Roh Al-Qudus (Roh Kudus /Roh Suci) dan Roh Al-Hayat (Nyawa):
-Roh Al-Qudus adalah merupakan manisfestasi difusi Ruh suci yang bersumber dari Ruh-Nya yang
Maha Al-Hayyu Al-Qayyum,yang ditiupkan langsung oleh Tuhan kepada makhluk-Nya yang
tertentu,yang adalah dikhususkan untuk makhluk pilihan-Nya.
-Sedangkan Roh Al-Hayat yang sering disebut “NYAWA” ini,adalah roh nyawa kehidupan yang
bersumber (baca:bagian) dari Roh Kudus-Nya tersebut yang “ditiupkan” kepada seluruh makhluk
ciptaan Allah baik Malaikat,Jin,Manusia umum yang lahir/tercipta dan merasakan hidup baik di alam
dunia maupun alam ghaib lainnya (termasuk tumbuhan dan hewan).

Maka perbedaan Roh Qudus dengan Roh Al-Hayat adalah bahwa :


-Roh Qudus tidak ditiupkan kepada makhluk/manusia umum tapi hanya ditiupkan Roh Al-
Hayat,sedangkan yang ditiupkan langsung Roh Qudus-Nya ini diantaranya adalah :

HAMBA-HAMBA TUHAN YANG DITIUPKAN DENGAN RUH AL-QUDUS :

a.Jibril (Malaikat),
“Katakanlah: “Ruhul Qudud,(Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk
meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”(QS. 16. An Nahl:102)
b.Adam,yaitu pada penciptaan langsung dahulu,
“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya Ruh -Ku; maka
hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.”
(QS.38. Shaad:72)
c.Nabi Isa,yaitu tatkala Ibundanya tanpa suami namun dapat mengandung dan melahirkan Nabi Isa
AS:
“(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan
kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus…..”.(QS. 5. Al Maa’idah:110),
Ayat senada silahkan renungi : (QS.Al-Baqarah :87 dan 253)
d.Nabi Muhammad SAW.yang disebut Ruh Al-Amin,adalah esensi dari Nur Muhammad yg
merupakan cikal bakal penciptaan segala sesuatu kehidupan makhluk-Nya,maka justru Roh Qudus
yang paling tertinggi derajatnya justru yang ditiupkan pada jiwa Muhammad SAW.
Dari sabda Rasulullah Saw :
(Aku dari Allah dan sekalian mukmin dariku.)
-Firman Allah Swt. dalam hadis qudsiy:
“Innallaaha khalaqa ruuhi nabiyyika shalallaahu `alaihi wasallam min dzaatihi”
(Sesungguh-Nya Allah menciptakan ruh/Nur Muhammad Saw. itu dari Zat-Nya/Nurillah.)
Selengkapnya silahkan renungi dalam-dalam riwayat Nur Muhammad ini pada link berikut :
-https://kelanadelapanpenjuruangin.wordpress.com/2013/07/12/the-effulgence-of-mohammed-nur-muhammad/
(Jadi tiupan ruh Al-Qudus tidak hanya disematkan/ditiupkan pada Isa anak maria saja tapi juga pada
Jibril,Adam dan Muhammad SAW).

2.Roh Rabani ,
-Adalah Ruh Jiwa yang selalu menangisi diri teringat akan Tuhannya,yang selalu meratap
memanggil-manggil Rabb nya.
“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (nafsy dirinya sendiri)”.(QS.75. Al Qiyaamah:2)
(Bila kita berhasil menguasainya maka kita tak mempunyai kehendak apa-apa. Hatipun terasa
tenteram).

3. Roh Nurani :
-Roh ini dibawah pengaruh roh-roh Al-Idhofi. Roh Nurani ini mempunyai pembawa sifat terang.
Karena adanya roh ini menjadikan manusia yang bersangkutan jadi terang hatinya. Kalau Roh
Nurani meninggalkan tubuh maka orang tersebut hatinya menjaid gelap dan gelap pikirannya.
-Roh Nurani ini hanya menguasai nafsu Mutmainah saja. Maka bila manusia ditunggui Roh Nurani
maka nafsu Mutmainahnya akan menonjol, mengalahkan nafsu-nafsu lainnya.
Hati orang itu jadi tenteram, perilakunyapun baik dan terpuji. Air mukanya bercahaya, tidak banyak
bicara, tidak ragu-ragu dalam menghadapi segala sesuatu, tidak protes bila ditimpa
kesusahan.Senyum tangis suka duka,bahagia maupun menderita dipandang sama.

4. Roh Rahmani (Roh Cinta Kasih):


-Roh dibawah kekuasaan Roh Al-Idhofi pula. Roh ini juga disebut Roh Pemurah,yang merupakan
manifestasi dari Zat-Nya yang Ar-Rahman dan Ar-Rahim.Roh ini mempengaruhi manusia bersifat
sosial,dan berkasih sayang(roh cinta).
Oleh karena adanya unsur Roh cinta inilah maka manusia dapat saling merasakan timbulnya rasa
cinta dan sayang,yaitu pada suami sitri,sahabat,keluarga dan antar sesama orang-orang yang
bernurani.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir”.(QS.30. Ar Ruum:21)
Darimana datang ruh cinta ini?
Maka ayat berikut yang mengisahkan riwayat Nabi Musa dengan Fir’aun adalah menyiratkan asal
datangnya ruh cinta ini.

“…..Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku, …”(QS.20. Thaahaa:39)
Jelas sekali bahwa manusia terdapat unsur Ruh Cinta yang berasal dari Dzat Ar-Rahman Ar-Rahim-
Nya.

II.AL-JASAD :
Terdiri dari :

1. Jasmani / Jasad / Tubuh /daging :

Bahwa salah satu elemen manusia itu adalah Jasad/jasmani yang terdiri dari “cangkang” atau
prototype tulang yang diselubungi daging beserta seluruh komponen system metabolismenya,yang
asal usulnya berasal dari tanah.

“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah,…….’. “(QS.40.Al Mu’min:67)


ٍ‫سنُون‬ ِّ ‫ص ْلصَال‬
ْ ‫ٍٍمنٍٍْ َح َمإٍٍ َّم‬ َ ٍ‫سانٍٍَمِّ ن‬ ِّ َ‫َولَقَ ْدٍٍ َخلَ ْقن‬
َ ‫اٍاإلن‬
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal)
dari Lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS.15.Al-Hijr:26)
-Maka seluruh aktifitas dan mekanisme perkembangan tubuh manusia ini tetap di bawah kekuasaan
Roh Al-Idhofi. yang menguasai seluruh peredaran darah dan urat syaraf serta memberi energi listrik
pada pergerakan/kerja paru-paru dan jantung.

-Karena adanya roh yang menguasai jasad/jasmani ini maka manusia dapat merasakan adanya rasa
sakit, lesu, lelah, segar dan lain-lainnya. Bila Roh Al-Idhofi yang menguasai badan ini keluar dari
raganya, maka ditusuk jarumpun tubuh tidak terasa sakit atau tubuh dalam keadaan mati rasa.
-Roh jasmani ini menguasai nafsu amarah dan nafsu hewani. Nafsu hewani ini memiliki sifat dan
kegemaran seperti binatang, misalnya: malas, suka setubuh, serakah, mau menang sendiri dan lain
sebagainya.
2. Al-Nabati An-Nafsiy (Gen , Cikal Bakal) .
Unsur Al-Nabati dalam diri manusia jika menurut bahasa ilmiahnya adalah Gen atau DNA,seperti
yang disiratkan dalam ayat-Nya :

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada
diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa
sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
(QS.41. Fushshilat:53)
Pada kalimat “Sanurihim ayatina…” yg bermakna “Tuhan menghadirkan tanda-tanda…”,kemudian
sambungannya,”Fi Anfusihim…” yang bermakna ,”Sesuatu unsur inti yang tanda-tandanya terdapat
dalam diri manusia…”,maka pesan penjabarannya dari ayat tersebut adalah :

“Bahwa didalam unsur manusia terdapat suatu “tanda-tanda” inti zat manusia (lebih kecil dari
atom),yang tak akan hilang yang dengan inti itu maka sesuatu yang diam,yang mati dapat
tumbuh/dihidupkan kembali,yang semua itu sebagai memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya”.
Dengan apa zat itu dapat diperlihatkan?maka tentu dengan ilmu pengetahuan.Dan jelas sekali ilmu
pengetahuan modern telah menemukan adanya unsur Gen,ya DNA itulah yang dimaksud dalam Al-
Qur’an.
APA ITU DNA ?

-DNA, kepanjangan dari Deoxyribo Nucleic Acid, merupakan asam nukleat yang menyimpan semua
informasi tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna kulit dan sifat-sifat
khusus dari manusia. DNA umumnya terletak di dalam inti sel.

Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetic, artinya DNA
menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ia mengandung perintah-perintah yang memberitahu
sel bagaimana harus bertindak. Ia juga menentukan bagaimana sifat organisme diturunkan dari
suatu generasi ke generasi berikutnya.
Selebihnya silahkan kunjungi link tentang DNA :
– http://kesehatan707.blogspot.com/2012/05/apa-itu-dna.html
-http://www.arrahmah.com/news/2013/02/17/subhanallah-ayat-suci-dalam-kromosom-manusia.html
Ketika manusia mati,adalah terjadinya suatu peristiwa dimana terjadi pelepasan unsur-unsur atas
satu kesatuan pada diri manusia,yakni terpisahnya roh-roh kehidupan seperti yang dijelaskan diatas
dengan jasad/badannya,maka yang terjadi pada jasad/fisik adalah kembali melebur menjadi tanah
yang memang asal usul bahannya dari sana.

“Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari
kiamat) dengan sebenar-benarnya”.
(QS. 71. Nuh:18)
Namun ada satu unsur yang tak akan hilang pada diri manusia ketika lainnya melebur menjadi
tanah,yaitu unsur An-Nafsiy atau Gen/DNA.

“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami aka mengembalikan kamu dan
daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain”.(QS. 20. Thaahaa:55)
“Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti
(menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”.(QS.31. Luqman:28)
-Maka hakekat manusia mengapa berasal dari tanah ini yang ternyata adalah bahwa ada keterkaitan
sejarah riwayat masa lalu ketika Tuhan menciptakan Makhluk dari bangsa Jin yang bukan berasal dari
tanah namun menjadi khalifah dimuka bumi yang kemudian malah membuat kerusakan tanah/bumi
sehingga bumi menangis bahwa zatnya hanya dikotori oleh bangsa Jin dahulu.
Maka kemudian Tuhan menjanjikan pada tanah ketika mencipta manusia bahwa nanti akan
dikembalikan lagi dan bahkan mendapat kemuliaan tinggal disyorga sebagai penghargaan pada unsur
tanah.Hingga bahkan tanah/bumi menjadi bangga karena telah dihadirkannya manusia mulia yang
juga dibangga-banggakan oleh penduduk langit termasuk Malaikat dan Bouraq.
Siapa manusia mulia itu,Beliau adalah Muhammad SAW yang hadir memuliakan bumi pertiwi.
Lihat selengkapnya pada riwayat “MAKHLUK-MAKHLUK SEBELUM MANUSIA”,pada link berikut :

https://kelanadelapanpenjuruangin.wordpress.com/2013/07/06/makhluk-makhluk-sebelum-
manusia/?fb_source=pubv1
IV.Ruh Al-‘AQL (Ruh Intelektual):
-Adalah Ruh kesadaran dan akal pikir yang terdapat dalam unsur (dalam jiwa diri) manusia yang
disematkan oleh Sang Pencipta.

“Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang
mempunyai aqal, (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan
kepadamu”.
(QS.65. Ath-Thalaaq:10)
(QS.26. Asy-Syu’araa’:28)
Elemen Ruh Al-Aql inilah yang membedakan antara makhluk manusia dengan tumbuhan dan
binatang.Artinya tumbuhan dan binatang tidak dibekali Ruh ini,hanya dibekali Ruh Al-Hayat dan
Nafs-nafs sifat ego.
Namun ternyata justru Ruh Aql ini yang jarang di pergunakan oleh kebanyakan manusia.

“Atau apakah kamu mengira bahwa KEBANYAKAN mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak
lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak
itu)”. (QS.25.Al Furqaan:44)
Ayat senada :
(QS.40. Al Mu’min:57)
“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan
dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan
akal”.
(QS.5. Al Maa’idah:58),
Ancaman bagi yang tidak mem-fungsikan aqal yang telah dianugerahkan Tuhan pada manusia :
“Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan
kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya”.(QS.10. Yunus:100)
V.Ruh An-NAFSIY (Roh REWANI atau SUKMA):

Ruh ini terdiri dari :


1-Roh Rewani (Sukma):
-Ialah roh yang menjaga raga manusia.Ketika manusia hidup dan dalam keadaan sadar serta sehat
atau terjaga,maka ruh Rewani /sukma ini komplit nempel ( menyatu) pada diri manusia,
-Bila roh Rewani ini keluar dari tubuh maka orang yang bersangkutan menjadi tidak sadar
atau tidur.Maka orang akan terjaga kembali ketika roh Rewaninya ini merasuk kembali ke tubuhnya.
-Juga ketika orang dalam keadaan tidur kemudian bermimpi berjumpa dengan arwah seseorang
dialam mimpinya, maka roh Rewani dari orang yang bermimpi itulah yang menjumpainya,bahkan
dapat melakukan komunikasi dialamnya tersebut. Jadi mimpi itu hasil kerja roh Rewani yang
mengendalikan alam bawah sadar manusia. Roh Rewani ini juga di bawah kekuasaan Roh Idofi. Jadi
kepergian Roh Rewani dan kehadirannya kembali diatur oleh Ruh Al-Idhofi.
َ ‫ٍٍاْل ُ ْخ َرىٍإِّلَىٍأَجَلٍٍ ُم‬
‫س ًّمى‬ ْ ‫س ُل‬
ِّ ‫تٍٍَويُ ْر‬ َ ٍ‫َاٍوالَّتِّيٍلَ ْمٍٍت َ ُمتٍٍْفِّيٍ َمنَامِّ هَاٍفَيُ ْمسِّكٍٍُالَّتِّيٍقَضَى‬
َ ‫علَ ْيهَاٍا ْل َم ْو‬ َ ُ‫ىٍاْلَنف‬
َ ‫سٍٍحِّ ينٍٍَ َم ْوتِّه‬ ْ َّ‫ّللاٍٍُيَت ََوف‬
َّ
ٍَ‫ٍٍلقَ ْومٍٍيَتَفَك َُّرون‬ َ ‫إِّنٍٍَّفِّيٍذَل‬
ِّ ‫ِّكٍٍََليَات‬
“Allah memegang jiwa (nafs) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu
tidurnya. Maka Dia, tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan
jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.” (QS.39.Az-Zumar:42)
-Oleh karena itu makanya kita sering dengar orang bilang bahwa kalau orang sedang tidur seperti
kaya mati saja ,namun bagi yang tertidur kadang merasa angan dirinya dapat menari-nari terbang
bebas kealam luas.

-Maka Ruh Rewani ini merupakan pokoknya Ruh Angan,alam bawah sadar,Roh Rewani adalah
duplikat jasad dalam bentuk halus atau SUKMA dalam bahasa kebatinan Jawa.
(Itulah mengapa pada komunitas ahli supranatural dapat memiliki ilmu yang disebut,”Ngerogoh Sukma”
alias mampu melakukan perjalanan kebatinan dan mampu berkomunikasi dengan arwah orang-orang yang
sudah meninggal,dengan makhluk astral lain atau bahkan mampu melakukan komunikasi jarak jauh/telepati
dialam kebatinan).
-Maka ketika manusia mati yg terjadi adalah :
Ia hanya kehilangan fisik,dan Ruh Al-Idhafinya,sedangkan Jiwa,aqal dan angannya masih hidup
dialam sana,maka oleh karena itulah di kehidupan sehari-hari,kita dapat mengenal adanya desas
desus hal-hal gaib,hantu,roh gentayangan,penampakan,mati suri,masuk ke alam astral,dll,sungguh
semua itu sebenarnya dapat dijelaskan.

2. Roh Rohani /Ruh Ego:


Pada Ruh Ar-Ruhani inilah yang merupakan sarana Tuhan dalam mengilhamkan qalbu manusia
untuk menggunakan insting memilih jalan negatif atau jalan positif.

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.
(QS.91. Asy Syams:8)
-Roh inipun juga dikuasai oleh roh Al-Idhofi. Karena adanya roh Rohani ini, maka manusia memiliki
kehendak dua rupa. Kadang-kadang suka sesuatu, tetapi di lain waktu ia tak menyukainya. Roh ini
mempengaruhi perbuatan baik dan perbuatan buruk. Roh inilah yang menempati pada sifat-
sifat/nafsy bakat manusia,sebagai berikut :

Kenali unsur diri Manusia yang pada penciptaan manusia telah disematkan 2 (dua) Nafs/Sifat utama
:

I. Unsur Nafs Kiri (Cenderung Negatif) / Nafs Fujurah:


Yang dapat menimbulkan / mengarahkan perilaku manusia pada nafs-nafs keburukan/kefasikan sbb
:
1.An-Nafs Al-Hayawaniyyah.
2.An-Nafs Al-Musawwillah
3.An-Nafs Al-Ammarah
4. Nafsu Al-Lawwamah (Nafs ganda yang dapat menghantar ke negatife dan positif)
5. Nafsu Supiyah (Nafs ganda yang dapat menghantar ke negatife dan positif)

II. Unsur Nafs Kanan (Nafsyu positive / At-Taqwa :


Yang dapat menimbulkan / mengarahkan perilaku manusia pada nafs-nafs kebajikan/ketaqwaan sbb
:
1.An-Nafs An-Nafsyaniyyah
2.An-Nafs Al-Mulhammah
3.An-Nafs Al-Muthmainnah

Baca selengkapnya tentang Nafsy-nafsy yg terdapat dalam diri manusia di link berikut :

– https://kelanadelapanpenjuruangin.wordpress.com/2013/07/25/anasir-anasir-manusia-yang-disematkan-saat-
diciptakan-tuhan/
Kalau manusia ditinggalkan oleh roh rohani ini, maka manusia itu tidak mempunyai nafsu lagi, sebab
semua nafsu manusia itu roh rohani yang mengendalikannya. Maka, kalau manusia sudah bisa
mengendalikan roh rohani ini dengan baik, ia akan hidup dalam kemuliaan. Roh rohani ini sifatnya
selalu mengikuti penglihatan yang melihat. Dimana pandangan kita tempatkan, disitu roh rohani
berada,namun sebaliknya jika manusia cenderung mengumbar nafsyu negatifnya saja maka keadaan
manusia tersebut akan jatuh ke dalam derajat rendah (bahkan lebih rendah dari binatang).

Dengan demikian telah kita pahami bahwa diri manusia itu terdapat unsur 9 (Sembilan) “ROH” yakni
:
1.Ruh Al-Hayat
2.Ruh Rabbani
3.Ruh Nurani
4.Ruh Rahmani
5.Ruh Al-Jasad
6.Ruh An-Nabati
7.Ruh Al-Aql
8.Ruh Rewani / Sukma
9.Ruh Rohani / Ego.

LANTAS APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN JIWA ?


Maka dari keseluruh unsur Ruh berikut jasad yang melekat pada diri manusia,itulah satu kesatuan
unsur/wujud yang disebut “JIWA”,yang mengejawantahkan akan adanya keberadaan jatidiri manusia
tersebut baik dalam keadaan hidup atau sesudah matinya.
Dan jiwa pada masing-masing diri seseorang itu,diwakili oleh sebutan namanya masing-masing yang
bersifat abadi atau yang disebut,“Ism”
Maka Jiwa mewakili nama dan nama mewakili karakter serta spirit ruh dari orang yang
bersangkutan,oleh karena itu demikianlah mengapa nama seseorang itu tak akan pernah musnah
biarpun meninggal,tetap saja namanya tak akan hilang,contoh si Badrun meninggal,maka tak akan
ganti panggilan menjadi si Bolang,maka tetap saja akan di panggil namanya dengan Badrun,hanya
saja ada tambahan gelar Almarhum didepan namanya.makadengan demikian nama adalah
sebutan/gelar “JIWA” seseorang.
Dari semua ayat yang menyebutkan tentang jiwa dalam Al-Qur’an,maka sekaligus merupakan
definisi tegas tentang jiwa itu sendiri.
-Berikut ayat yang mendefinisikan tentang jiwa,yang mengejawantahkan keseluruhan unsur zat
manusia secara utuh ketika hidup :

“Berjihadlah dengan harta dan jiwamu…. “(QS.49. Al Hujuraat:15)


Artinya:”Berjuanglah dijalan-Nya dengan segenap kemampuan yg dimiliki dari seluruh unsur jasmani
dan ruhaninya”.
Juga pada : (QS.40. Al Mu’min:17) , (QS.31. Luqman:28)
Pada contoh bait lagu,coba ingat-ingat akan sebuah lagu nasional,yang berbunyi :
“Bagimu negeri,jiwa raga kami….”,
Atau pada sebuah pelaksanaan program pemerintah ketika diadakan Sensus Penduduk,maka
dikatakan “Cacah Jiwa”,satuannya adalah jiwa.(bukan cacah orang atau cacah manusia,kan?)
Maka demikianlah semua itu mengejawantahkan sebagai bentuk utuh manusia itu sendiri yang
terdiri dari unsur ruh -ruh seperti tersebut diatas,atau keseluruhan jasmani dan ruhaninya.
-Berikut ayat yang mendefinisikan tentang jiwa,yang mengejawantahkan jatidiri manusia ketika setelah
matinya :
“Hai jiwa yang tenang”.(QS. 89. Al-Fajr:27)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman Allah ini turun berkenaan dengan Hamzah yang
gugur (mati) sebagai syahid.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Buraidah.)
-Berikut ayat yang mendefinisikan tentang jiwa,yang mengejawantahkan jatidiri manusia ketika di
alam akherat (Setelah alam kubur):
“Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui
apa yang mereka kerjakan”.(QS. 39. Az Zumar:70)
KEADAAN UNSUR JIWA MANUSIA MENURUT ALAM KEHIDUPANNYA :
1.KETIKA MANUSIA MASIH HIDUP DIALAM DUNIA :
-Maka keseluruh unsur zat manusia yang terdiri dari Ruh-ruh Al-Idhofi,Jasad,Aql dan An-nafsiy
beserta seluruh sifat Nafs-nafs nya,semua melekat atau komplit bersemayam dalam jati diri jiwa
manusia.

2.KETIKA MANUSIA SEDANG DI CABUT NYAWANYA (meninggal) :


-Adalah saat proses dilepasnya seluruh unsur Ruh halus ,ruh-ruh kehidupan pada diri manusia dari
jasadnya.

-Pada peristiwa ini maka keadaan manusia ybs seolah mengalami mati rasa,ketidak
sadaran,diam,ditusuk benda tajampun akan diam,disiksa orangpun tak akan lari……karena apa?
karena ruhnya sedang dilepas…karena nafs-nafsnya sedang mengalami pelepasan dari jasadnya.

-Kemudian dalam riwayat ketika manusia sudah sampai ajalnya dan sedang dicabut
nyawanya,(sakarotul maut) diriwayatkan,dalam alam jiwanya mengalami sakit sangat luar
biasa,karena adanya suatu proses pelepasan unsur-unsur ruh kehidupan dengan badannya.

“Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan
belakang mereka (dan berkata): “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan
merasa ngeri)”.(QS. 8.Al-Anfaal:50)
2.KETIKA MANUSIA MENJALANI KEHIDUPAN DIALAM KUBUR/BARZAH :
-Ketika manusia telah berada hidup dialam kubur/Barzah,maka Unsur yang lepas atau meninggalkan
jiwanya adalah hanya jasadnya,karena jasad/fisiknya melebur menjadi tanah,sedangkan unsur ruh-
ruh lainnya seperti :

Ruh Al-Idhofi, Al-Aql dan Ruh An-Nafsiy nya dikembalikan lagi oleh Allah setelah manusia dibenamkan
ke dalam liang lahat dan menjalani kehidupan baru dialam dikubur.
Maka dengan demikian kala manusia berada dialam kubur,Gen atau DNA nya mengalami/merasakan
hidup kembali dalam dimensi alam halus dengan Ruh-ruh yang dikembalikan lagi yakni Ruh Al-
Idhofi,Ruh Al-Aql dan Ruh An-Nafsiy nya (Sukma)

-Oleh karena itulah ada istilah Merasakan siksa kubur,menangis,menyesali diri,dan ingin kembali ke
dunia,dll

Berikut informasi dari ayat Al-Qur’an tentang adanya siksa kubur :

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang,dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan
kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.”(QS.40. Al
Mu’min:46)
Riwayat tentang adanya siksa kubur silahkan renungi pada link berikut :
-http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/siksaalamkubur.htm
-
http://www.sabah.org.my/mns/allPDF/nov06/TAZKIRAH%2070%20311006%20Kebenaran%20Azab%20Ku
bur.pdf
3.KETIKA MANUSIA DI ALAM AKHERAT SETELAH KIAMAT DAN DIBANGKITKAN :
-Maka diri manusia akan dikembalikan lengkap dengan jiwa raganya,utuh sediakala seperti bentuk
ketika hidup dialam dunia,karena Allah menyatukan kembali seluruh unsur ruh dengan jasadnya.
Silahkan perhatikan ayat berikut :
“Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna”.
(QS. 75.Al-Qiyaamah:4)
4.KETIKA MANUSIA BERADA DI ALAM TEMPAT KEMBALI AKHIR :
-MANUSIA YANG BERADA DIALAM SYORGA :
Juga diri manusia akan dikembalikan dengan jiwa yang utuh sediakala seperti bentuk ketika hidup
dialam dunia,karena Allah menyatukan kembali seluruh unsur ruh Al-Idhofi,Jasad,Aql dan An-nafsiy
dengan jasadnya.
Silahkan perhatikan ayat berikut :

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah pada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam
golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke sorga-Ku.” (QS.89.Al-Fajr:27-30).
“Di dalam Syorga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan”.
(QS. 43. Az Zukhruf:70 s/d 73)
Ayat diatas menggambarkan keadaan manusia di dalam syorga lengkap dengan unsur ruhani dan
jasmani,karena ada aktifitas jasadiyah seperti makan,minum,merasakan,dll sama seperti ketika di
alam dunia,hanya Nafs-nafs keburukan saja yang telah dilepaskan seluruhnya,karena dalam syorga
tidak ada dendam dan sakit hati dan tidak ada sifat-sifat kesia-siaan.

-MANUSIA YANG BERADA DI ALAM NERAKA :


Di alam Neraka,maka diri manusia juga akan dikembalikan lengkap dengan jiwa raganya,utuh
sediakala seperti bentuk ketika hidup dialam dunia,karena Allah menyatukan kembali seluruh unsur
ruh Al-Idhofi,Jasad,Aql dan An-nafsiy dengan jasadnya.

Silahkan perhatikan ayat berikut :

“Dan tahukan kamu apa huthamah itu? (Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang
(membakar) sampai ke hati.” (Q.S. al-Humazah: 5-7)
“Di hadapannya ada jahanam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnya air nanah itu dan
hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia
tidak juga mati; dan dihadapannya masih ada azab yang berat.” (Q.S. Ibrahim: 16-17)
Ayat diatas menggambarkan keadaan manusia di siksa dalam Neraka lengkap dengan unsur ruhani
dan jasmaninya,karena ada aktifitas jasadiyah seperti makan,minum,merasakan,dll,hanya saja
semuanya berbentuk api dan kesengsaraan,sama seperti ketika di alam dunia,hanya Nafs-nafs
Muthmainnah,Al-Mardiyyah dan Ar-Radhiyahnya saja yang tidak ikut ke neraka,karena didalam
neraka tidak ada sifat kedamaian,ketenteraman dan kesenangan.

MANUSIA
MENGENAL HAKEKAT DIRI MANUSIA DAN UNSURNYA :
Kita selama ini memahami keberadaan manusia hanya sebatas makhluk yang diciptakan Tuhan dari
bahan tanah kemudian cukup melakukan penghambaan dan beribadah hanya kepada-Nya
saja,kemudian bagi yang taat akan masuk syorga dan bagi yang ingkar akan berakhir dineraka.
Padahal ternyata setelah dilakukan pendalaman dari berbagai sumber ulama alim dan menginti
sarikannya lebih dalam lagi,maka bahwa hakekat keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang lebih mulia dibanding dengan makhluk ciptaan lainnya ini sungguh memuat makna lain
yang lebih luas,yang akan menuntun kepada kita (bagi yang mau merenunginya) ini,menuju pada
sebuah kesadaran yang lebih dahsyat akan makna sebuah rasa syukur yang teramat sangat kepada
Tuhannya dengan sebenar-benar runduk sujud syukur yang dalam lagi dan akan membuat kita lebih
khidmat lagi menyadari siapa diri kita yang sungguh tak ada sebutir-butirnya tepung diri kita dibanding
dengan karunia Tuhan yang telah diberikan kepada manusia.
(pada kesadaran lain akan timbul rasa malu teramat sangat kita kepada Tuhan,jika kita hanya menjadi
makhluk sampah yang tak pernah mempersembahkan sesuatu bakti kepada-Nya).
Mari kita telusuri siapa sesungguhnya diri kita.

MENGAPA MANUSIA DISEBUT TUHAN SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA?


Manusia makhluk paling sempurna dan mulia?
Ah,sepertinya omong kosong.Realitasnya dalam kehidupan dunia saat ini begitu memprihatinkan
menyaksikan ulah sepak terjang dan tabiat manusia.Jahat,egois,sadis dan penuh kesombongan,saling
injak menginjak,saling hancur menghancurkan,tipu menipu dan saling iri dengki.
Lihat yg jadi penjahat,betapa sadisnya mereka merampok,menjambret,menodong kadang tanpa belas
kasihan langsung membacok,membunuh korbannya.Lihat yang saling bunuh-bunuhan antar sesama
umat karena dalih membenarkan kelompok/sektenya sendiri.Lihatlah realitas di
Suriah,Irak,Mesir,Myanmar,dan dibelahan lain dunia.
Lihat yang saling tawuran ,pertikaian SARA,mereka bunuh-bunuhan dan mati bagai binatang,yang
mati dibakar,yang dimutilasi,yang di ambil paksa organ dalam tubuhnya,dll.Lihat para pecandu
narkoba,lihat dan lihat realitas dikehidupan kita sehari-hari,maka manusia kelasnya tak lebih baik dari
nasib binatang yang mati.
Mau disebut mulia darimana? Padahal Tuhan telah menyiratkan bahwa manusia adalah makhluk yang
dilebihkan kemuliaan dan derajatnya dibanding makhluk lainnya :
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862],
Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.(QS. 17. Al Israa’:70)
Maka jawaban makhluk manusia dapat digolongkan sebagai makhluk mulia jika memenuhi hal-hal
sebagai berikut dibawah ini :
Jawaban yang paling mendasar adalah bahwa,ternyata derajat mulia itu,berpasangan dengan
kerendahan.Maknanya bahwa manusia jika mau termasuk ke dalam makhluk yang disebut
mulia,maka itu harus dengan niat dan berusaha,berupaya mencapainya atau meraihnya.
Maka,

Manusia dapat digolongkan sebagai makhluk mulia terbagi dalam dua katagory:
1.Menurut aspek filsafat global :
*Dalam ilmu mantiq (logika) manusia disebut sebagai Al-Insanu hayawanun nathiq (manusia adalah
binatang yang berfikir). Nathiq sama dengan berkata-kata dan mengeluarkan pendapatnya
berdasarkan pikirannya. Sebagai binatang yang berpikir manusia berbeda dengan hewan. Walau
pada dasarnya fungsi tubuh dan fisiologis manusia tidak berbeda dengan Hewan, namun hewan lebih
mengandalkan fungsi-fungsi kebinatangannya, yaitu naluri, pola-pola tingkah laku yang khas, yang
pada gilirannya fungsi kebinatangan juga ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan. Semakin
tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola-pola tindakannya dan semakin kurang
lengkap penyesuaian struktural yang harus dilakukan pada saat lahirnya.
Pertanyaan tentang jati diri manusia itu mulai timbul atau baru terlacak pada masa Para pemikir kuno
Romawi yang konon dimulai dari Thales (abad 6 SM).
Maka,keberadaan manusia berbeda dengan binatang yang tak diberi beban penugasan sebagai
khalifah (penguasa bumi),sehingga tak dibekalinya dengan aqal.

Sedangkan manusia yang diberi aqal memungkinkan dapat menerima signal-signal petunjuk atau
hidayah dalam menjalani kehidupan sebagai koridor yang mesti diaplikasikannya.

TENTANG SIGNAL HIDAYAH YANG TERTANAM DALAM DIRI MANUSIA

As-Syaikh Musthafa al-Maraghi ketika menafsirkan makna hidayah dalam surat al-Fatihah
menerangkan bahwa ada lima macam dan tingkatan hidayah yang dianugerahkan Allah s.w.t. kepada
manusia, yaitu:
1. Hidayahal-Ilham gharizah atau (insting).
2. Hidayah al-Hawasy, (indra).
3.Hidayah al- ‘Aql, (akal budi).
4. Hidayah al-Adyan, (agama).
5.Hidayah at-Taufik.

Hidayah al- ‘Aql ,lebih tinggi tingkatannya dari hidayah terdahulu (insting dan indra yang
dianugerahkan Tuhan kepada hewan). Dan pada hidayah aql pula yang membedakan antara manusia
dan binatang. Di samping itu, di atas akal budi terdapat hidayah agama dan hidayah at-taufiq.

Manusia menurut aspek Ilmu Pengetahuan:


Pada zaman modern pendefinisian manusia banyak dilakukan oleh mereka yang menekuni
bidang psikologi.Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (manusia
berkeinginan). Menurut aliran ini manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku hasil interaksi antara
komponen biologis (id), psikologis (ego) dan sosial (superego), Di dalam diri manusia terdapat unsur
animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Maka kesimpulannya,kemakhlukan bahwa manusia lebih mulia entah apapun agamanya dan latar
belakangnya.
Yakni :
a.Telah diberinya ruh yang berasal dari Ruh Kemuliaan-Nya,bukan dari ruh Iblis atau syetan atau
binatang.(Silahkan renungi kembali tulisan diatas tentang unsur ruh dalam diri manusia).
b.Telah diberinya Akal dan nafs pilihan,yang berbeda dengan hewan,yang dengan akal tersebut
manusia diberi ilham untuk berpikir,berbudi daya dan ber nurani.Dengan akal pikir itu manusia mampu
mempertahankan hidup dan mampu mengembangkan teknologi,mampu berkomunikasi dan
berinteraksi dengan alam semesta.

2.BERDASAR NILAI-NILAI ISLAM :


*Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah,Tuhan Pencipta Alam Semesta. Walaupun telah
berusaha memahami dirinya selama beribu-ribu tahun, namun gambaran yang pasti dan meyakinkan
tak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya nalarnya yang subyektif. Oleh karena
itu manusia memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secara
lebih utuh.Allah Sang Pencipta Alam telah menurunkan Kitab Suci Alquran yang di antara ayat-ayat-
Nya menggambarkan keadaan konkret tentang kejadian manusia.
Manusia Makluk Terbaik dan Termulia*
Allah Ta’ala menciptakan manusia itu melalui dua model proses,yakni :

a.Penciptaan langsung (penciptaan Adam) dengan prototype.


b.Penciptaan tidak langsung (proses reproduksi manusia).

-Dalam penciptaan Adam :


Allah Ta’ala langsung membentuknya dengan model / Protoype dari unsur-unsur tanah yang dibentuk
dan dengan air, lalu ditiupkan ruh Allah secara langsung (ROH Al-Qudus),sehingga terciptalah Nabi
Adam sebagai manusia pertama.
PROSES SEBAGAI BERIKUT :

1) Menggunakan “ Tiin”, yaitu tanah lempung:

ٍ ِّ‫انٍٍمِّ نٍط‬
‫ين‬ ِّ ‫س‬ ِّ ْ ‫ٍٍوبَ َدأٍٍَ َخ ْل‬
َ ‫قٍٍَاإلن‬ َ ْ‫الَّذِّيٍأَح‬
َ ُ ‫سنٍٍَكُ َّلٍٍش َْيٍءٍٍ َخلَقَه‬
(Tuhan) memulai penciptaan manusia dari tanah lempung. (QS.32.As-Sajadah:7)
Dalam ayat ini, Alquran menyebut kata badaa yang berarti memulai. Ini menunjukkan adanya awal
suatu penciptaan dari tiin. Hal ini jelas bermakna tahap yang lain akan segera mengikuti.
2)Menggunakan “ Turaab”, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebut dalam ayat:

ٍ‫ٍٍوه َُوٍٍيُحَا ِّو ُر ُهٍٍأ َ َكفَ ْرتٍٍَ ِّبالَّذِّيٍ َخلَقَكٍٍَمِّ نٍت َُراب‬ َ ُ‫قَا َلٍٍلَهٍٍُصَاحِّ بُه‬
‫لا‬
ٍ ‫اكٍٍَر ُج‬
َ َّ َ َّ ‫و‬ ‫س‬ ٍٍ‫م‬ ُ ‫ث‬ٍ‫ة‬ َ ‫ف‬‫ط‬ْ ُّ ‫ن‬ ٍ‫ن‬ ُ
ِّ‫ث ٍٍَّم‬
‫م‬
“Kawanmu (yang mukmin) berkata kepadanya, sedang dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir
kepada Tuhan Yang Menciptakan kamu dari tanah (turaab), kemudian dari setetes air mani lalu Dia
menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?” (QS.18.Al-Kahfi:37)
3) .Menggunakan “Tiinul laazib”, yaitu tanah lempung yang pekat (tanah liat):

ِّ ‫ش ُّدٍٍ َخ ْلقااٍٍأَمٍ َّمنٍٍْ َخلَ ْقنَاٍإِّنَّاٍ َخلَ ْقنَاه‬


َّ ‫ُمٍمنٍطِّ ين‬
ٍ‫ٍٍَّل ِّزب‬ َ َ ‫ست َ ْفت ِِّّه ْمٍٍأَهُ ْمٍٍأ‬
ْ ‫فَا‬
“Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): “Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah
apa yang telah Kami ciptakan itu?” Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari tanah liat (tiinul
laazib). (QS.37.As-Saffaat: 11)
4).Diprototype kan dengan” Salsalun”, yaitu lempung yang dikatakan” Kalfakhkhar”, (seperti
tembikar). Citra ayat ini menunjukkan bahwa manusia “dimodelkan”.

5) .Dan dengan, “ Salsalun min hamain masnuun”, (lempung dari Lumpur yang dicetak/diberi
bentuk):
ٍ‫سنُون‬ ِّ ‫ص ْلصَال‬
ْ ‫ٍٍمنٍٍْ َح َمإٍٍ َّم‬ َ ٍ‫سانٍٍَمِّ ن‬ ِّ َ‫َولَقَ ْدٍٍ َخلَ ْقن‬
َ ‫اٍاإلن‬
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari
Lumpur hitam yang diberi bentuk”. (Q.S. Al-Hijr, 15: 26)
6)Disarikan dengan,” Sulaalatin min tiin”, yaitu dari sari pati tanah.( Sulaalat berarti sesuatu yang
disarikan dari sesuatu yang lain):

ٍ‫ٍٍمنٍطِّ ين‬ِّ ‫سانٍٍَمِّ نٍسُ َللَة‬ ِّ ْ َ‫َولَقَ ْدٍٍ َخلَ ْقن‬


َ ‫اٍاإلن‬
َ ‫ا‬ ْ
ٍ‫ث ُ َّمٍٍ َجعَ ْلنَاهٍٍُنطفةٍٍفِّيٍق َرارٍٍ َّمكِّين‬
َ ُ
ُ ‫كٍٍَّللا‬
ٍَّ ‫ار‬ َ َ ‫ا‬ ْ َ ْ َ ُ ‫ا‬ َ َ ْ
َ َ‫س ْونَاٍال ِّعظا َمٍٍلحْ ماٍٍث َّمٍٍأنشَأناهٍٍُخلقاٍٍآخ َرٍٍفتب‬
َ َ َ ‫ظامااٍٍفَ َك‬ َ ‫ضغَةٍٍَ ِّع‬ ْ ‫ضغَةاٍٍفَ َخلَ ْقنَاٍا ْل ُم‬ ْ ‫علَقَةاٍٍفَ َخلَ ْقنَاٍا ْلعَلَقَةٍٍَ ُم‬
َ ٍٍَ‫ث ُ َّمٍٍ َخلَ ْقنَاٍالنُّ ْطفَة‬
َ ْ
ٍَ‫سنٍٍُالخا ِّلقِّين‬ َ ْ‫أح‬ َ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah (sulaalatin min
tiin). Kemudian Kami jadikan saripati air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian
air mani itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”.
(QS.23. Al-Mukminun: 12-14)
7)Dicampur dengan Air sebagai unsur penting asal usul seluruh kehidupan:

‫َانٍٍَربُّكٍٍَقَدِّيرٍا ا‬
َ ‫ٍٍوك‬ َ ‫ٍٍو ِّص ْهٍرا ا‬ َ َ‫قٍٍمِّ نٍٍَا ْل َماءٍبَشَرااٍٍفَ َجعَلَهٍٍُن‬
َ ‫سبا ا‬ َ َ‫َوه َُوٍٍالَّذِّيٍ َخل‬
Dan Dia (Allah) pula yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia (Allah) jadikan manusia itu punya
keturunan dan musaharah adalah Tuhanmu Mahakuasa. (QS.25.Al-Furqaan: 54)
8). Peniupan Ruh Al-Qudus,Al-Hayat-Nya:

‫اجدِّينٍَ فَ ِّإذَا‬ ِّ ‫س‬َ ٍٍُ‫نٍروحِّ يٍفَقَعُواٍٍْلَه‬ُّ ِّ‫ٍٍونَفَ ْختٍٍُفِّي ِّهٍٍم‬ َ ُ ‫س َّو ْيتُه‬
َ
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan) Ku,
maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (Q.S. Al-Hijr, 15: 29)
ْ َ ‫ٍٍو ْاْل َ ْفئِّ َدةٍٍَقَلِّيلاٍٍ َّماٍت‬
ٍَ‫شك ُُرون‬ َ ‫ٍٍو ْاْل َ ْبص‬
َ ‫َار‬ َّ ‫ٍٍو َجعَ َلٍٍلَ ُك ُمٍٍال‬
َ ‫س ْم َع‬ ُّ ِّ‫ٍٍوٍنَفَ َخٍٍفِّي ِّهٍٍم‬
َ ‫نٍروحِّ ِّه‬ َ ٍٍ‫ث ُ َّم‬
َ ُ‫س َّواه‬
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan) Nya dan Dia menjadikan
bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi kamu sedikit sekali bersyukur”.(Q.S. As-Sajdah, 32:
9)
Demikian model penciptaan langsung nabi Adam yang difirmankan Allah dalam Alquran. Manusia
menurut Islam berbeda sama sekali dengan makhluk-makhluk lain, manusia adalah makhluk yang
paling terbaik dan sempurna dihadapan Allah. Manusia di samping mempunyai jasad, nyawa, nafsu
naluri, dan insting, manusia dilengkapi dengan Ruh Al-Qudus,Al-Hayat-Nya.
Karena kelebihannya itulah manusia memperoleh predikat sebagai makhluk terbaik dan termulia,
baik bentuk kejadiannya maupun kedudukannya di alam semesta ini.

ٍ ‫س ِّنٍٍت َ ْق ِّو‬
‫يم‬ َ ْ‫سانٍٍَفِّيٍأَح‬ ِّ ْ َ‫لَقَ ْدٍٍ َخلَ ْقن‬
َ ‫اٍاإلن‬
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Q.S. At-Tin, 95: 4)
ٍ ‫ٍٍم َّمنٍٍْ َخلَ ْقنَاٍت َ ْف ِّضي‬
‫لا‬ ِّ ‫علَىٍ َكثِّير‬ َّ َ‫ٍٍوف‬
َ ٍٍ‫ض ْلنَاهُ ْم‬ َ ‫ت‬ ِّ ‫طيِّبَا‬ ِّ ‫ٍٍو َر َز ْقنَاه‬
َّ ‫ُمٍمنٍٍَال‬ َ ‫ٍٍوا ْلبَحْ ِّر‬
َ ‫ٍٍو َح َم ْلنَاهُ ْمٍٍفٍِّيٍا ْلبَ ِّر‬
َ ‫َولَقَ ْدٍٍك ََّر ْمنَاٍبَنِّيٍآ َد َم‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka ke daratan dan lautan, Kami
beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (Q.S. Al-Isra, 17: 70)
-Penciptaan melalui proses reproduksi manusia :
PROSES SEBAGAI BERIKUT :
*Kandungan ayat-ayat Al-Quran telah membuka mata pakar dunia di bidang ilmu kedokteran dan
embriologi. Mereka terpana akan kesuaian ilmu ilmiah modern yang telah dihasilkan dengan riset-
riset mahal dengan wahyu Al-quran yang notabene telah ada sejak 1400 tahunan yang lalu. Hal ini
telah membuktikan kebenaran wahyu Alquran dan agama Islam sebagai pedoman hidup manusia.

ٍَ‫َاءٍر َّكبَك‬
َ ‫ورةٍٍ َّماٍش‬
َ ‫ص‬ُ ٍٍِّ‫س َّواكٍٍَفَعَ َدلَكٍٍَفِّيٍأَي‬
َ َ‫غ َّركٍٍَ ِّب َر ِّبكٍٍَا ْلك َِّر ِّيمٍٍالَّذِّيٍ َخلَقَكٍٍَف‬
َ ٍ‫سانٍٍُ َما‬ ِّ ْ ‫يَاٍأَيُّه‬
َ ‫َاٍاإلن‬
“Hai manusia apakah yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha
Pemurah, yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan
tubuhmu) seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (Q.S. Al- Infithar,
82: 6-8)
Proses terjadinya manusia merupakan fenomena yang baru saja diketahui setelah diketemukannya
alat-alat modern yang serba canggih diperbagai segi. Para pakar sains di bidang kedokteran terkejut
tatkala mereka menemukan teori-teori proses terjadinya manusia di dalam Al-quran yang sangat
sesuai dengan hasil yang mereka peroleh setelah melakukan penyelidikan berabad-abad lamanya
hingga saat ini.
Ilmu tentang proses kejadian manusia dalam Al-Qur’an yang sangat ilmiah:

Proses Kejadian dalam Kandungan (belum ada)

َ ‫ٍٍوكُنت ُ ْمٍٍأ َ ْم َواتااٍٍفَأَحْ يَاكُ ْمٍٍث ُ َّمٍٍيُمِّ يتُكُ ْمٍٍث ُ َّمٍٍيُحْ يِّيكُ ٍْم َكي‬
ٍ‫ْف‬ ِّ َّ ‫ت َ ْكفُ ُرونٍٍَ ِّب‬
َ ‫اّلل‬
ٍَ‫ث ُ َّمٍٍإِّلَ ْي ِّهٍٍت ُْر َجعُون‬
“Mengapa kamu kafir terhadap Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan
kamu.”(QS.2. Al-Baqarah: 28)
Al-Qur’an bilang bahwa kita tadinya “mati” alias belum ada.Lho,di manakah kita?Maka ilmu modern
telah memberi definisi, bahwa pada waktu itu kita masih berupa unsur-unsur zat-zat anorganis
dalam tanah,sedangkan unsur kehidupan (roh-red) berada dalam sumber kekuatan semesta (Allah-
red.).
Berikut penjelasan ilmiahnya :
(Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah akan diserap, baik itu oleh hewan maupun
tumbuhan, dan tak terkecuali akan sampai juga kepada manusia, termasuk ayah dan ibu kita. Dalam
tubuh ayah, zat-zat tersebut akan terbentuk menjadi sperma, sedang pada ibu akan terwujud ovum
(sel telur). Dari kedua benda (sperma dan ovum) inilah nanti akan terwujud sosok manusia yang
menakjubkan di dalam rahim ibu).

‫ُخلِّقٍٍَمِّ نٍ َّماءٍدَافِّق‬
ٍ‫ب‬ َ َّ ‫ٍٍوالت‬
ِّ ِّ‫ٍرائ‬ َ ‫ب‬ِّ ‫ص ْل‬ ُ ‫يَ ْخ ُر‬
ُّ ‫جٍٍمِّ نٍبَي ِّْنٍٍال‬
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dan apa ia diciptakan. Dia diciptakan dari air yang terpancar,
yang keluar dari antara bagian seksuil daripada lelaki dan perempuan.”(Q.S. Ath Thariq, 86: 6-7)
ْ ُ‫أَلَ ْم يَكُ ن‬
ِّ ِ‫طفَةا ِ ِّمن َّمن‬
‫ي ٍ ي ُْمنَى‬

“Bukankah ia dahulu berupa setetes mani yang ditumpahkan.”(Q.S. Al Qiyamah, 75: 37)
Mani atau sperma yang terbentuk di dalam tubuh setelah terjadinya persenyawaan antara zat-zat
yang terbawa dari makanan dengan unsur-unsur lain di dalam tubuh inilah yang merupakan salah
satu bahan terpenting bagi terwujudnya sosok manusia.

Sebelum lebih jauh tentang reproduksi manusia di dalam Alquran,maka perlu mengetahui dulu
bagaimana proses reproduksi manusia menurut ilmu embriologi modern yang telah diperoleh .
Para ahli Embriologi begitu takjub dengan susunan ayat Al-Qur’an yang begitu sistematik mengenai
soal-soal reproduksi manusia,yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Setetes cairan yang menyebabkan pembuahan (facondation).


b. Watak dari zat cair yang membuahi.
c. Menetapnya telur yang sudah dibuahi dalam rahim.
d. Perkembangan embrio di dalam rahim.
Setetes cairan yang menyebabkan pembuahan.
Alquran mengetengahkan soal ini sebelas kali dalam berbagai surah,silahkan perhatikan ayat-ayat
ini;

ٍ‫سانٍٍَمِّ نٍٍنُّ ْطفَةٍٍفَ ِّإذَاٍه َُوٍٍ َخ ِّصيمٍٍ ُّم ِّبين‬ ِّ َ‫َخل‬


َ ‫قٍٍَاإلن‬
“Dia telah menciptakan manusia dari nutfah, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.”(Q.S. An Nahl,
16: 4)
Kata nutfah dalam ayat ini berasal dari akar kata yang artinya “mengalir”. Kata ini dipakai untuk
menunjukkan air yang ingin tetap dalam wadahnya, sehingga sesudah wadah itu dikosongkan. Jadi
kata tersebut menunjukkan setetes kecil yang dalam hal ini berarti setetes air sperma (mani), karena
dalam ayat lain diterangkan bahwa setetes itu adalah setetes sperma.

ِّ ‫ٍأ َلَ ْمٍٍيَكٍٍُن ُ ْطفَةا‬


‫ٍٍمنٍ َّمنِّيٍٍي ُ ْمنَى‬
“Bukankah ia dahulu dari setetes mani (sperma) yang ditumpahkan.”(Q.S. Al Qiyamah, 75:37)

Dalam ayat lain setetes itu ditempatkan dalam tempat yang tetap atau kokoh yang dinamai rahim.

ٍ‫ث ُ َّمٍٍ َجعَ ْلنَاهٍٍُنُ ْطفَةاٍٍفِّيٍقَ َرارٍٍ َّمكِّين‬


“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (sperma) (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).” (Q.S. Al Mu’minun, 23:13)
Inilah ayat-ayat Quran yang menunjukkan ide tentang setitik cairan yang diperlukan untuk
pembuahan, hal ini sesuai tepat dengan sains modern yang telah diketahui sekarang.
Watak dari zat cair yang membuahi,
Alquran menunjukkan cairan yang memungkinkan terjadinya pembuahan dengan watak-watak atau
sifat yang perlu dicermati,

– Sperma (seperti yang baru dibicarakan)


– Cairan yang terpancar (Q.S. Ath Thariq, 86:6)
– Cairan yang hina (Q.S. Al Mursalaat, 77: 20)
– Cairan yang bercampur/amsyaj (Q.S. Al Insan, 76:2)
Watak cairan yang terakhir perlu digaris bawahi, karena mengandung suatu hal yang menakjubkan
yang perlu kita ketahui dan mengerti.

‫سانٍٍَمِّ نٍنُّ ْطفَةٍٍأ َ ْمشَاجٍٍنَّ ْبتَلِّي ِّهٍٍفَ َجعَ ْلنَا ُهٍٍسَمِّ يعااٍٍبَ ِّصيرٍا ا‬ ِّ ْ َ‫ِّإنَّاٍ َخلَ ْقن‬
َ ‫اٍاإلن‬
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes nutfah yang bercampur.., (QS Al
Insan, 76:2)
Banyak ahli tafsir seperti Hamidullah dan juga ahli-ahli tafsir kuno yang mereka itu belum memiliki
ide sedikit pun tentang fisiologi pembuahan, mereka mengira bahwa kata “campuran” itu hanya
menunjukkan bertemunya unsur lelaki dan wanita.
Tetapi ahli tafsir modern seperti penulis Muntakhab yang diterbitkan Majelis Tinggi soal-soal Islam di
Kairo mengoreksi cara para ahli tafsir kuno dan menerangkan bahwa setetes sperma itu banyak
mengandung unsur-unsur. Suatu keterangan yang sangat tepat, walaupun mereka tidak
memberikan perinciannya. Apakah unsur-unsur sperma yang bermacam-macam itu? Cairan sperma
mengandung unsur-unsur yang bermacam-macam yang berasal dari kelenjar-kelenjar sbb;

– Tetis, buah pelir yang mengeluarkan spermatozoa yaitu sel panjang berekor dan berenang dalam
cairan serolife.
– Kantong-kantong benih (besicules seminutes). Organ ini merupakan tempat menyimpan
spermatozoa, juga mengeluarkan cairan, tapi tak bersifat membuahi.
– Prostat, mengeluarkan cairan yang memberikan sifat krem serta bau khusus kepada sperma.
– Kelenjar Cooper/mery, mengeluarkan cairan yang lekat.
– Kelenjar letre, yang mengeluarkan semacam lendir.

Inilah unsur-unsur campuran yang dimaksud dalam Alquran.


Betapa menakjubkan, Alquran memberikan hal-hal yang harus diketahui dengan alat-alat modern
pada saat ini, yang tidak mungkin diketahui orang-orang pada waktu Alquran diturunkan 15 abad
silam. Ini membuktikan bahwa Tuhan yang menguasai jagat inilah yang menurunkan kitabNya
kepada manusia sebagai petunjuk dan bukti akan kebenaran yang Mutlak.
Satu lagi para sarjana yang mencoba mempelajari Alquran dibuat kagum dan dengan tulus mereka
menyatakan beriman Islam, yaitu bunyi suatu ayat dalam QS.32. As-Sajadah: 8;
ِّ ‫س َللَة‬
ٍ‫ٍٍمنٍ َّماءٍ َّم ِّهين‬ ْ َ‫ث ُ َّمٍٍ َجعَ َلٍٍن‬
ُ ٍ‫سلَهٍٍُمِّ ن‬
“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.”
Yang dimaksud saripati di ayat ini adalah suatu bahan yang dikeluarkan atau keluar dari bahan yang
lain dan merupakan bagian yang terbaik (terpilih) daripada bahan itu (sperma). lebih jelasnya adalah;
yang menyebabkan terjadinya pembuahan (sehingga tercipta manusia) pada sel telur (ovum) pada
pihak wanita, adalah satu bagian yang berupa sebuah sel panjang yang besarnya kurang lebih
1/10.000 mm. Satu dari beberapa juta sel yang serupa di dalam setetes sperma yang dihasilkan
seorang lelaki.
Sejumlah yang sangat besar tetap di jalan dan tidak sampai ke trayek yang menuntun dari kelamin
wanita sampai ke sel telur di dalam rongga rahim (uterus dan trompe).
Bagaimana kita tidak terpukau oleh persesuaian antara teks Alquran dengan ilmu pengetahuan ilmiah
yang kita miliki sekarang ini (abad modern)!
Menetapnya telur yang sudah dibuahi dalam rahim
Telur yang telah dibuahi dalam “trompe” turun bersarang di dalam rongga rahim (cavum uteri). Inilah
yang dinamakan “bersarangnya telur”. Quran menamakan uterus tempat telur dibuahkan itu rahim
(kata jamaknya arham).

‫س ًّمى‬ ِّ ‫ِّيٍاْل َ ْرح‬


َ ‫َامٍٍ َماٍنَشَاءٍإِّلَىٍأَجَلٍٍ ُّم‬ ْ ‫َونُق ُِّّرٍٍف‬
“Dan kami tetapkan dalam rahim apa yang kami hendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.”(Q.S. Al Hajj,
22: 5)
Menetapnya telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya jonjot (villi), yakni perpanjangan telur yang
akan mengisap dari dinding rahim zat yang perlu bagi membesamya telur, seperti akar tumbuh-
tumbuhan yang masuk dalam tanah. Pertumbuhan semacam ini mengokohkan telur di dalam rahim.
Pengetahuan hal ini baru diperoleh manusia pada jaman modem saat ini.
Pelekatan ini disebutkan dalam Alquran 5 kali, salah satunya ada dalam :

ٍ‫علَق‬
َ ٍٍْ‫سانٍٍَمِّ ن‬ ِّ ْ َ‫َخل‬
َ ‫قٍٍَاإلن‬
“Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat.” Q.S. Al Alaq, 96: 2

“Sesuatu yang melekat” adalah terjemahan kata bahasa arab ‘alaq. Ini adalah arti yang pokok. Arti
lainnya adalah gumpalan darah yang sering disebutkan dalam terjemahan Alquran. Ini adalah suatu
kekeliruan yang harus kita koreksi. Manusia tidak pernah melewati tahap gumpalan darah. Ada lagi
terjemahan ‘alaq yaitu lekatan (adherence) yang juga merupakan kata yang tidak tepat. Arti pokok
yaitu “suatu yang melekat” sesuai sekali dengan temuan sains modern. Secara lebih jelasnya adalah
sebagai berikut;

Setelah pembuahan antara sperma dengan ovum, kedua sel tersebut akan membelah dari 1,2,4,8,16
dan seterusnya secara cepat sekali. Enam atau tujuh hari setelah pembuahan sel yang banyak
menyerupai gelembung kecambah ini menetap dan bersarang pada dinding dalam uterus, yang
rupanya seperti bunga karang atau selapis karet busa. Kejadian yang sangat penting ini disebut
“nidasi” atau implantasi, maksudnya penyarangan atau penanaman. Selama proses nidasi ini,
beberapa pembuluh yang sangat halus dalam jaringan sel sang ibu dibuka. Sisa jaringan yang rusak
dan tetes darah kecil yang keluar merupakan makanan untuk sel-sel yang sedang berkembang. Sel-
sel ini mengisap makanan dengan cara sama seperti tumbuh-tumbuhan mengisap makanan dari
tanah lembab.

Memang, “alaq atau sesuatu yang melekat ini akan dengan segera mengeluarkan semacam jaringan
akar-akar yang halus sekali, yang disebut “villi”. Guna akar-akar ini selain untuk menerima zat
makanan, juga supaya ‘alaq ini dapat mengikatkan diri dengan kokoh di dalam rahim. Di dalam
dinding-dinding inilah ‘alaq akan berkembang mengalami metamorfbrse yang amat dasyat. Tak lama
lagi ‘alaq ini makin lama makin berkembang dan besar. Dan berubah setiap jam menjadi apa yang
jelas-jelas sebagai makhluk manusia yang mempunyai kepala, tubuh, tangan, kaki, jari-jari, mata,
telingan dan hidung.
Ide tentang sesuatu yang melekat (‘alaq), disebutkan di beberapa ayat yang lainnya. Misalnya sebagai
berikut;

َ ٍٍَ‫ث ُ َّمٍٍ َخلَ ْقنَاٍالنُّ ْطفَة‬


‫علَقَ ٍةا‬
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah (sesuatu yang melekat).”(Q.S. Al Mu’minun 23:14)
َ ٍٍْ‫ُمٍمنٍت َُرابٍٍث ُ َّمٍٍمِّ نٍنُّ ْطفَةٍٍث ُ َّمٍٍمِّ ن‬
ٍ‫علَقَة‬ ِّ ‫ه َُوٍٍالَّذِّيٍ َخلَقَك‬
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari ‘sesuatu
yang melekat’. “(Q.S. Al Mu’min 40:67)

ِّ ‫أَلَ ْمٍٍيَكٍٍُن ُ ْطفَةا‬


‫ٍٍمنٍ َّمنِّيٍٍي ُ ْمنَى‬
‫س َّوى‬َ ‫علَقَةاٍٍف َخلقٍٍَف‬
َ َ َ َ ٍٍَ‫ث ُ َّمٍٍكَان‬
“Bukankah ia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi ‘sesuatu
yang melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempumakannya.”(Q.S. al Qiyaamah 75: 37-38)
Persesuaian ini sungguh mempertebal iman Islam,kepada Allah dan kitab-Nya yang diturunkan
kepada Muhammad SAW.
Perkembangan embrio dalam rahim.
Semua hal yang telah disebutkan oleh Alquran di atas telah diketahui oleh manusia saat ini, dan tidak
mengandung sedikitpun hal-hal yang dapat dikritik oleh sains. Sekarang kita mulai membicarakan
mengenai tahap-tahap perkembangan embrio di dalam rahim.
Setelah kata “sesuatu yang melekat” (‘alaq) yang telah kita lihat kebenarannya, Alquran menyatakan
bahwa embrio melalui tahap; secuil daging (seperti daging yang dikunyah), kemudian nampaklah
tulang yang diselubungi oleh daging (diterangkan dengan kata lain berarti daging segar).

َ‫علَقَةاٍٍفَ َخلَ ْقنَاٍا ْلعَلَقَ ٍة‬


َ ٍٍَ‫كٍٍَّللا ُ ث ُ َّمٍٍ َخلَ ْقنَاٍالنُّ ْطفَة‬
ٍَّ ‫ار‬ َ َ‫ظا َمٍٍلَحْ مااٍٍث ُ َّمٍٍأَنشَأْنَاهٍٍُ َخ ْلقااٍٍآ َخ َرٍٍفَتَب‬ َ ‫ضغَةٍٍَ ِّع‬
َ ‫ظامااٍٍفَ َك‬
َ ‫س ْونَاٍا ْل ِّع‬ ْ ‫ضغَةاٍٍفَ َخلَ ْقنَاٍا ْل ُم‬
ْ ‫ُم‬
َ ْ
ٍَ‫سنٍٍُالخا ِّلقِّين‬ َ ْ‫أح‬ َ
“Kemudian air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu Kami jadikan sesuatu yang melekat itu secuil
daging dan secuil daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging, kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik.”(Q.S. Al Mu’minun 23:14)
Daging (seperti yang dikunyah) adalah terjemahan kata bahasa arab “mudlghah“, daging (seperti
daging segar) adalah terjemahan kata “lahm“. Perbedaannya perlu digarisbawahi, embrio pada
permulaannya merupakan benda yang nampak kepada mata biasa, dalam tahap tertentu daripada
perkembangan sebagai daging yang dikunyah. Sistem tulang berkembang pada benda tersebut di
dalamnya, yang dinamakan “mesenbyme“. Tulang yang sudah terbentuk dibungkus dengan otot-otot,
inilah yang dimaksud kata “lahm“
Dalam perkembangan embrio, ada beberapa bagian yang muncul yang tidak seimbang proporsinya
dengan yang akan menjadi manusia nanti, sedang bagian-bagian lain tetap seimbang. Bukankah arti
bahasa arab “mukhallaq” adalah dibentuk dengan proporsi seimbang?, yang dipakai dalam ayat 5
surat Al Maaidah disebutkan untuk menunjukkan fenomena ini?
Alquran juga menyebutkan munculnya panca indera dan hati (perasaan, afidah)
ٍَ ‫ٍٍو ْاْل َ ْبص‬
‫َار‬ َّ ‫ٍٍو َجعَ َلٍٍلَ ُك ُمٍٍال‬
َ ‫س ْم َع‬ َ ‫نٍروحِّ ِّه‬ُّ ِّ‫ٍٍونَفَ َخٍٍفِّي ِّهٍٍم‬ َ ٍٍ‫ث ُ َّم‬
َ ُ‫س َّواه‬
ٍَ‫ش ُك ُرون‬ ْ َ ‫َو ْاْل َ ْفئِّ َدةٍٍَقَلِّيلاٍٍ َّماٍت‬
“Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh-Nya, dan Dia menjadikan bagi
kamu pendengaran, pengelihatan dan hati.” (Q.S. As-Sajadah 32: 9)
Terbentuknya seks juga disebutkan dalam Quran surah Faathir ayat 11 dan surah Al Qiyamah 39 juga
surah An Najm 45-46 sebagai berikut;

‫ٍٍو ْاْلُنثَى‬
َ ‫قٍٍَالز ْو َجي ِّْنٍٍالذَّك ََر‬
َّ َ‫َوأَنَّهٍٍُ َخل‬
َ َ َ ْ
‫مِّ نٍنطفةٍٍإِّذاٍت ُْمنى‬ ُّ
“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari mani yang
dipancarkan.”(Q.S. An Najm 53: 45-46)
Maka kesimpulannya :
-Bahwa manusia dapat digolongkan sebagai makhluk mulia,jika manusia tersebut mengenali asal usul
dirinya darimana berasal dan menyadari hakekat untuk apa manusia itu dilahirkan/diciptakan.

a.Menyadari bahwa manusia diciptakan hanya untuk mengabdi,menyembah kepada Tuhannya


b.Maka pertamakali haruslah beriman
c.Kemudian ber-Islam,dengan mengaplikasikan nilai-nilai Islam,manusia akan diberi petunjuk jalan
pintas untuk menemukan dan mencapai derajat kesempurnaa/kemuliaan dirnya.
d.Mengaplikasikan nilai-nilai Muhammad sebagai utusan Tuhan yang terakhir yang laku perbuatannya
merupakan cermin yang baik untuk pedoman hidup dan mengabdi pada Tuhan.Nilai-nilai Muhammad
SAW adalah rahmatan lil ‘alamin,yakni berbuat manfaat pada diri dan umat serta sekelilingnya.
e.Ketika manusia itu telah mampu memahami hakekat keberadaan dirinya kemudian menenggelami
seluruh aspek keber-imanannya,keber-Islamannya dan berlaku perbuatan mensuri tauladani nilai-nilai
Muhammad dalam setiap nafas kehidupannya di dunia,maka manusia tersebut akan mencapai posisi
derajat / maqam yang tinggi hingga mencapai derajat AL-MUQARRABIN (Yang didekatkan pada Allah
Ta’ala),yang posisi ini dapat melebihi derajat Malaikat.

JIKA KITA TELAH MEMAHAMI HAKEKAT BAHWA MANUSIA ITU MAKHLUK YANG
PALING MULIA,MAKA KITA AKAN MEMAHAMI PULA MENGAPA TUHAN MENYEBUT
MANUSIA ITU DENGAN BERBAGAI ISTILAH,SBB :
ANALOGY SEBUTAN-SEBUTAN LAIN SPECIES MANUSIA :
1. Al-INSAN : Di tinjau dari habitat/group
-Disebut INSAN (QS.76.Al-Insan:1-2)
-Sebagai aspek dari sisi kecerdasan yakni makhluk terbaik selain hewan,Jin,Malaikat,yang diberi
akal sehingga mampu menyerap pengetahuan :
“Dia menciptakan manusia…..Mengajarnya pandai berbicara”. (QS.55.Ar-Rahmaan: 3-4).
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”, (QS.96.Al ‘Alaq:1-4)
-Ditinjau dari Existensi (QS.114.An-Nas:1-6)
2.Al-BASYAR : Ditinjau dari Individu
-Disebut BASYAR (QS.15.Al-Hijr:28, Al-Isra’:93, Maria:26)
-Sebagai aspek biologis manusia yang mencerminkan sifat-sifat fisik-kimia dan biologisnya
(QS.23.Al-Mukminun: 33).
3. BANI ADAM :
Ditinjau dari aspek historis manusia yang menunjukkan darimana asal usulnya :
-Disebut BANI ADAM (QS.17.Al-Isra’: 70) , (QS.7.Al-A’raaf:31).
-Nenek Moyang Manusia,bukan dari kera (QS.7. Al- A’raaf:172) , (QS.39.Az-Zumar:06)
4.AN-NAAS :
– Ditinjau dari aspek sosiologisnya yang menunjukkan sifat manusia yang suka berkelompok
sesama komunitasnya (QS.2.Al-Baqarah: 21).

5.AL-ABDUN :
-Sebagai aspek dari kedudukannya yang menunjukkan bahwa manusia sebagai hamba Tuhan yang
harus tunduk dan patuh kepadanya-Nya (QS.34.Saba’:9).
KEFITRAHAN MANUSIA
Potensi Hanif , Akal, Qalb dan Nafsy
*Kata fithrah (fitrah) merupakan derivasi dari kata fatara, artinya ciptaan, suci, dan seimbang. Louis
Ma’ruf dalam kamus Al-Munjid (1980:120) menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat yang ada pada
setiap yang ada pada awal penciptaannya, sifat alami manusia,pada agama,pada sunnah-Nya.

Menurut imam Al-Maraghi (1974: 200) fitrah adalah kondisi di mana Allah menciptakan manusia
yang menghadapkan dirinya kepada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan pikirannya.
Dengan demikian arti fitrah dari segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal suatu ciptaan atau
kondisi awal manusia yang memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung kepada kebenaran
(hanif). Fitrah dalam arti hanif ini sejalan dengan isyarat Alquran:

ٍَ‫ٍٍَّلٍٍيَ ٍْعلَ ُمون‬


َ ‫اس‬ ِّ َّ‫ٍٍولَكِّنٍٍَّأ َ ْكث َ َرٍٍالن‬
َ ‫ٍٍّللاٍٍذَلِّكٍٍَالدِّينٍٍُا ْلقَيِّ ُم‬ِّ ‫َاٍَّلٍٍت َ ْبدِّي َلٍٍ ِّل َخ ْل‬
ِّ َّ ‫ق‬ َ ‫علَ ْيه‬ َ َ‫ٍٍّللاٍٍالَّتِّيٍف‬
َ َّ‫ط َرٍٍالن‬
َ ٍٍ‫اس‬ ِّ َّ َ‫ِّينٍٍ َحنِّيفااٍٍ ِّف ْط َرة‬ َ ‫فَأَقِّ ْم‬
ِّ ‫ٍٍوجْ هَكٍٍَلِّلد‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-Ruum, 30: 30)
Fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan fisik, melainkan juga
dalam arti rohaniah, yaitu sifat-sifat dasar manusia yang baik. Karena itu fitrah disebutkan dalam
konotasi nilai. Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia itu dapat dirujukkan kepada
ayat:

ٍ‫ستٍٍَ ِّب َر ِّبكُ ْمٍٍقَالُواٍٍْبَلَىٍش َِّه ْدنَاٍأَنٍتَقُولُواٍٍْيَ ْو َمٍٍا ْل ِّقيَا َم ِّةٍٍإِّنٍَّا‬


ْ َ‫علَىٍأَنفُس ِِّّه ْمٍٍأَل‬ ْ َ ‫ٍٍوأ‬
َ ٍٍ‫ش َه َدهُ ْم‬ َ ‫ور ِّه ْمٍٍذُ ِّريَّت َ ُه ْم‬ َ َ‫َوإِّ ْذٍٍأ َ َخذ‬
ِّ ‫ٍٍربُّكٍٍَمِّ نٍبَنِّيٍآ َد َمٍٍمِّ نٍظُ ُه‬
َ ٍ‫ُكنَّاٍعَنٍٍْ َهذَا‬
ٍَ‫غافِّلِّين‬
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka
menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan).” (Q.S. Al-A’raaf, 7: 172)
Ayat di atas merupakan penjelasan dari fitrah yang berarti hanif (kecenderungan kepada kebaikan)
yang dimiliki manusia karena terjadinya proses persaksian sebelum digelar ke muka bumi. Persaksian
ini merupakan proses fitrah manusia yang selalu memiliki kebutuhan terhadap agama (institusi yang
menjelaskan tentang Tuhan), karena itu dalam pandangan ini manusia dianggap sebagai makhluk
religius. Ayat di atas juga menjadi dasar bahwa manusia memiliki potensi baik sejak awal
kelahirannya. la bukan makhluk amoral, tetapi memiliki potensi moral. Juga bukan makhluk yang
kosong seperti kertas putih sebagaimana yang dianut para pengikut teori tabula rasa.
Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi
yang dimiliki manusia tersebut dapat dikelompokkan kepada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi
rohaniah.
Potensi fisik manusia telah dijelaskan pada bagian yang lalu, sedangkan potensi rohaniah adalah
akal, qalb dan nafsu. Akal dalam pengertian bahasa Indonesia berarti pikiran, atau rasio. Harun
Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa Arab), yaitu menahan, dan orang ‘aqil di
zaman jahiliah yang dikenal dengan darah panasnya adalah orang yang dapat menahan amarahnya
dan oleh karenanya dapat mengambil sikap dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi
masalah yang dihadapinya. Senada dengan itu akal dalam Alquran diartikan dengan kebijaksanaan
(wisdom), intelegensia (intelligent) dan pengertian (understanding). Dengan demikian di dalam
Alquran akal diletakkan bukan hanya pada ranah rasio tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu jika
akal diartikan dengan hilunah atau bijaksana.

Al-qalb berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah atau berbalik dan menurut Ibn
Sayyidah (Ibn Manzur: 179) berarti hati. Musa Asyari (1992) menyebutkan arti al-qalb dengan dua
pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk bulat
panjang, terletak di dada sebelah kiri, yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah
pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah yaitu hakikat manusia yang dapat
menangkap segala pengertian, berpengetahuan dan arif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akal digunakan manusia dalam rangka memikirkan alam
sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu. Keduanya merupakan
kesatuan daya rohani untuk dapat memahami kebenaran sehingga manusia dapat memasuki suatu
kesadaran tertinggi yang bersatu dengan kebenaran Ilahi.
Adapun nafsu (bahasa Arab: al-hawa, dalam bahasa Indonesia sering disehat hawa nafsu) adalah
suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya. Dorongan-dorongan ini
sering disebut dengan dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk.
Oleh karena itu nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak bebas. Dengan nafsu manusia
dapat bergerak dinamis dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Kecenderungan nafsu yang bebas
tersebut jika tidak terkendali dapat menyebabkan manusia memasuki kondisi yang membahayakan
dirinya. Untuk mengendalikan nafsu manusia menggunakan akalnya sehingga dorongan-dorongan
tersebut dapat menjadi kekuatan positif yang menggerakkan manusia ke arah tujuan yang jelas dan
baik. Agar manusia dapat bergerak ke arah yang jelas, maka agama berperan untuk menunjukkan
jalan yang akan harus ditempuhnya. Nafsu yang terkendali oleh akal dan berada padajalur yang
ditunjukkan agama inilah yang disebut an-nafs al-mutmainnah yang diungkapkan Alquran :

ُ ‫سٍٍا ْل ُم ْط َمئِّنَّ ٍة‬ُ ‫يَاٍأَيَّتُهَاٍالنَّ ْف‬


‫اضيَةاٍٍ َّم ْر ِّضيَّ ٍةا‬ ِّ ‫كٍٍِّر‬
َ ِّ‫ىٍرب‬ َ َ‫ار ِّجعِّيٍإِّل‬
ْ
‫فَا ْد ُخلِّيٍفِّيٍ ِّعبَادِّي‬
‫َوا ْد ُخلِّيٍ َجنَّتِّي‬
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah
ke dalam jamaah hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu.” (Q.S. Al-Fajr, 89:27-30)
Dengan demikian manusia ideal adalah manusia yang mampu menjaga fitrah (hanif)-nya dan mampu
mengelola dan memadukan potensi akal, qalbu, dan nafsunya secara harmonis.

HAK PREROGATIF MANUSIA


Mempunyai Hak Pilih dan Kebebasan
Pada setiap ciptaan-Nya, Allah telah menentukan qadamya. Qadar sendiri berarti “memberikan
ukuran/keterhinggaan/ketetapan). Arti ini dapat diketahui dari ayat-ayat berikut ini:

‫كٍٍِّو َخلَقٍٍَكُ َّلٍٍش َْيءٍٍفَقَد ََّرهٍٍُت َ ْقدِّيرٍا ا‬


َ ‫ٍٍولَ ْمٍٍيَكُنٍلَّهٍٍُش َِّريكٍٍفِّيٍا ْل ُم ْل‬ َ ‫ٍٍولَ ْمٍٍيَتَّخِّ ْذ‬
َ ‫ٍٍولَدا ا‬ َ ‫ض‬ ِّ ‫ٍٍو ْاْل َ ْر‬
َ ‫ت‬
ِّ ‫اوا‬ َّ ‫الَّذِّيٍلَهٍٍُ ُم ْلكٍٍُال‬
َ ‫س َم‬
“…yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu
bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Q.S. al-Furqan, 25: 2)
‫ِّيم‬ ُ ‫ستَقَرٍٍلَّهَاٍذَلِّكٍٍَت َ ْقد‬
ٍِّ ‫ِّيرٍٍا ْلعَ ِّز ِّيزٍٍا ْلعَل‬ ْ ‫سٍٍتَجْ ِّريٍ ِّل ُم‬ ُ ‫َوالش َّْم‬
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.” (Q.S. Yasin, 36: 38)
ٍَ‫س َماءٍٍِّ َما اءٍٍبِّقَدَرٍٍفَأَنش َْرنَاٍبِّ ِّهٍٍبَ ْل َدةاٍٍ َّميْتااٍٍ َكذَلِّكٍٍَت ُْخ َر ُجون‬ َّ ‫َوالَّذِّيٍنَ َّز َلٍٍمِّ نٍٍَال‬
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu
negeri yang mati,…” [Q.S. az-Zukhruf, 43: 11)
ٍ‫إِّنَّاٍكُ َّلٍٍش َْيءٍٍ َخلَ ْقنَاهٍٍُ ِّبقَدَر‬
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Q.S. al-Qamar, 54: 49)
‫ٍٍّللاٍٍُ ِّلك ُِّلٍٍش َْيءٍٍقَدْرٍا ا‬
َّ ‫قَ ْدٍٍ َجعَ َل‬
“… Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S. ath-Thalaq, 65:
3)

‫ظ َمٍٍأَجْ را‬َ ‫ٍٍوأ َ ْع‬


َ ‫ٍٍّللاٍٍه َُوٍٍ َخيْرا ا‬
ِّ َّ ‫ُمٍمنٍٍْ َخيْرٍٍت َِّجدُوهٍٍُعِّن َد‬ِّ ‫سك‬ ِّ ُ ‫واٍْلَنف‬
ِّ ‫…و َماٍتُقَ ِّد ُم‬
َ
“… Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu, memperoleh (balasannya) di sisi
Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya,…”[Q.S. al-Muzamil 73: 20].
ٍ‫ٍٍو َماٍنُنَ ِّزلُهٍٍُإَِّّلٍٍَّبِّقَدَرٍٍ َّم ْعلُوم‬
َ ُ‫نٍمنٍش َْيءٍٍإَِّّلٍٍَّعِّن َدنَاٍ َخ َزائِّنُه‬ ِّ ِّ‫َوإ‬
“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya
melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (Q.S. al-Hijr 15: 21)
Ide yang terkandung dalam doktrin qadar ini adalah bahwa Allah saja yang tak terhingga secara
mutlak, sedang segala sesuatu selain Allah sebagai ciptaanNya memiliki “ukuran/keterhinggaan” atau
memilih kapasitas yang terbatas. Menurut al-Qur’an, setiap Allah menciptakan sesuatu hal (khalq),
Allah memberikan sifat-sitat, potensi-potensi dan hukum-hukum tingkah laku (amr, “perintah” atau
hidayah “petunjuk”) tertentu kepadanya, sehingga ia menuruti sebuah pola tertentu dan menjadi
sebuah laktor didalam “kosmos”.

Oleh karena itu segala sesuatu di dalam alam semesta ini bertingkah laku sesuai dengan hukum-
hukum yang telah ditentukan padanya secara otomatis mentaati “perintah” Allah-maka keseluruhan
alam semesta ini adalah muslim atau tunduk kepada kehendak Allah.
Manusia adalah satu-satunya kekecualian didalam hukum universal ini karena diantara scmuanya,
manusialah satu-satunya ciptaan Allah yang diberi kebebasan untuk mentaati atau mengingkari
perintah Allah.
Sebagaimana ciptaan yang lain, pada manusia juga telah ditetapkan sifat-sifat, potensi-potensi dan
hukum-hukum tingkah laku, yaitu bahwa manusia diciptakan telah dilengkapi dengan perbekalan-
perbekalan yang berupa kodrat, pembawaan jiwa (watak) dan perlengkapan-perlengkapan lainnya.
Semua ini dapat diarahkan pemakaiannya kearah yang baik maupun ke arah yang buruk. Jadi tidak
semata-mata untuk kebaikan atau untuk keburukan saja. Walaupun sebagian orang lebih kuat iradah
kebaikannya dan sebagian lain lebih kuat iradah kejahatannya. Semua itu hanya Allah yang tahu
ukurannya secara pasti, sebagaimana firman Allah:

‫ساهَا‬ َ ‫ٍوقَ ْدٍٍ َخ‬#‫َا‬


َّ ‫ابٍٍ َمنٍ َد‬ َ ‫ٍقَ ْدٍٍأ َ ْفلَ َحٍٍ َم‬#‫َاٍوت َ ْق َواهَا‬
َ ‫نٍزكَّاه‬ َ ‫وره‬َ ‫ٍفَأ َ ْل َه َمهَاٍفُ ُج‬#‫س َّواهَا‬ َ ‫ونَ ْفس‬#
َ ٍ‫ٍٍو َما‬ َ
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketaqwaan. Sesungguh-nya beruntunglah orang yang mensucikanjiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah
orang yang mengotorinya.” (Q.S. asy-Syams, 91: 7-10)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah menjadikan manusia dengan sempurna lagi berimbangan dan
mengisinya dengan kodrat-kodrat (sarana) yang dapat menerima kebaikan atau kejahatan.
Di samping itu Allah juga telah membekali manusia dengan akal yang dapat membedakan mana yang
benar dan mana yang salah. Dan juga Allah memberikan kepada manusia tenaga dan kemampuan
untuk membenarkan yang haq dan menyalahkan yang bathil, sanggup mengerjakan yang baik dan
meninggalkan yang buruk.
Tidak hanya itu saja, Allah masih mengutus para rasul untuk mewujudkan jalan-jalan kebenaran dan
memberikan bimbingan. Allah juga telah merumuskan dalil-dalil (pokok-pokok pedoman) tentang
kebenaran dengan diturunkan kitab suci (al-Qur’an) kepada manusia.

Dengan demikian manusia dipandang mukhtar dalam segala perbuatannya, dengan ikhtiar yang
hakiki, bukan majazi, karena ia menyukai perbuatan itu dan mempunyai pengaruh dalam
meninggalkan perbuatan.
Melihat kelengkapan perbekalan yang diberikan Allah kepada manusia, maka manusia harus
mengerahkan kodrat dan kemampuannya untuk memilih jalan kebenaran atau jalan sesat.
Sebagaimana firman Allah:

ٍ‫َو َه َد ْينَاهٍٍُالنَّجْ َدي ِّْن‬


“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (Q.S. al-Balad, 90: 10)

‫ٍٍوإِّ َّماٍ َكفُورٍا ا‬ َّ ‫إِّنَّاٍ َه َد ْينَاهٍٍُال‬


َ ‫س ِّبي َلٍٍإِّ َّماٍشَاكِّرا ا‬
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang
kafir.” (Q.S. al-Insan, 76: 3)

Dengan demikian segala hasil dan akibat dari perbuatan manusia adalah karena ulah manusia sendiri,
sebagaimana firman Allah:

ٍ‫تٍٍْرهِّينَة‬
َ َ‫سب‬ َ ‫ُك ُّلٍٍٍنَ ْفسٍٍ ِّب َماٍ َك‬
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (Q.S. al-Muddatstsir, 74: 38)
ٍ‫ٍٍل ْلعَبِّي ِّد‬ َ ِّ‫اٍربُّكٍٍَب‬
ِّ ‫ظ َّلم‬ َ ‫َاٍو َم‬ َ َ ‫ٍٍو َمنٍٍْأ‬
َ ‫ساءٍفَعَلَ ْيه‬ ِّ ‫َمنٍٍْعَمِّ َلٍٍصَالِّحااٍٍفَ ِّلنَ ْف‬
َ ‫س ِّه‬
“Barang siapa mengerjakan amal sholeh maka (pahalanya) untuk dirinva sendiri dan barang siapa
yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya
hamba-hamba(Nya).” (Q.S. Fushshilat, 41: 46)

‫يُغَيِّ ُرواٍٍْ َماٍ ِّبأ َ ْنفُس ِِّّه ٍْم ِّإنٍٍَّّللاٍٍََّلٍٍَيُغَ ِّي ُرٍٍ َماٍ ِّبقَ ْومٍٍ َحت َّى‬
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri.” (Q.S. ar-Ra’du, 13: 11)
Makna senada dapat dilihat pada beberapa ayat berikut ini:

‫ؤْمِّنٍو َمنٍشَاءٍفَ ْليَ ْكفُ ٍْر‬


َ ُ‫نٍر ِّبكُ ْمٍٍفَ َمنٍشَاءٍفَ ْلي‬
َّ ِّ‫وقُ ِّلٍٍا ْلحَقٍٍُّم‬..
َ
“Dan katakanlah, Kebenaran itu datangnya dan Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin, (kafir) biarlah ia kafir,…” (Q.S. al-Kahfi, 18: 29)

ٍْ‫سبَت‬َ َ ‫علَ ْيهَاٍ َماٍا ْكت‬


َ ‫تٍٍْو‬
َ َ ‫سب‬ َ ‫سعَهَاٍلَهَاٍ َماٍ َك‬ ُ َّ‫ِّفٍٍّللاٍٍُنَ ْفسااٍٍإَِّّل‬
ْ ‫ٍٍو‬ ُ ‫َّلٍٍَيُكَل‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesangggupannya. la mendapat pahala (dari
kebajikan) yang ia usahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya…” (Q.S. al-
Baqarah, 2: 286)
ٍَ‫مٍمنٍق ُ َّر ِّةٍٍأ َ ْعيُنٍٍج ََزاءٍبِّ َماٍكَانُواٍيَ ْع َملُون‬ َ ‫فَ َلٍٍت َ ْعلَ ُمٍٍنَ ْفسٍٍ َّماٍأ ُ ْخف‬
ِّ ‫ِّيٍٍلَ ُه‬
“Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang
menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. as-Sajadah, 32:
17)
ٍ‫ٍٍويَ ْعفُوٍعَنٍ َكثِّير‬ َ ‫سبَتٍٍْأ َ ْيدِّي ُك ْم‬ َ ‫ُمٍمنٍ ُّم ِّصيبَةٍٍفَبِّ َماٍ َك‬ ِّ ‫َو َماٍأَصَابَك‬
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Q.S. asy-Syuura, 42: 30)
ٍَ‫اسٍٍ ِّليُذِّيقَ ُهمٍبَ ْعضٍٍَالَّذِّيٍعَمِّ لُواٍلَعَلَّ ُه ْمٍٍيَ ْر ِّجعُون‬ ِّ َّ‫سبَتٍٍْأ َ ْيدِّيٍالن‬ َ ‫ٍٍوا ْلبَحْ ِّرٍٍبِّ َماٍ َك‬
َ ‫سا ُدٍٍفِّيٍا ْلبَ ِّر‬ َ
َ َ‫ظه ََرٍٍا ْلف‬
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merusakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(kejalan yang benar).” (Q.S. ar-Rum, 30: 41)

َ ٍ‫ٍانٍٍ ِّإ ََّّلٍٍ َما‬


‫سعَى‬ ِّ ‫س‬
َ ‫ِّْلن‬ َ ‫َوأَنٍلَّي‬
ِّ ْ ‫ْسٍٍل‬
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (Q.S. an-Najm,
53: 39)
Keterangan di atas menunjukkan bahwa Allah memberikan kebebasnya kepada manusia untuk
menggunakan potensi-potensi yang telah diberikan Allah kepada manusia. Dengan demikian
perbuatan manusia adalah hasil dari kehendak dan kemampuan manusia sendiri, yaitu kehendak dan
kemampuan yang telah diberikan Allah kepada manusia. ,
Dengan potensi dan kemampuan diatas, manusia dibebani taklif, yaitu untuk berbuat baik dan
meninggalkan yang buruk; menunaikan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan.
Sebagai konsekwensinya, manusia diminta untuk memperianggungjawabkan atas segala
penggunaan potensi-potensi dan kemampuan yang telah diberikan Allah padanya untuk melakukan
kebaikan atau keburukan. Jika ia menggunakan potensi-potensi dan kemampuan itu untuk kebaikan,
maka Allah akan membalas dengan kebaikan danjika ia menggunakannya untuk melakukan
keburukan, maka Allah akan membalas dengan keburukan pula. Demikian itulah keadilan Allah
kepada hamba Nya.
Akhimya dapat diketahui bahwa dengan dibekali potensi-potensi, kemampuan dan akal; diberi
petunjuk tentang kebaikan dan kejahatan (dengan diutusnya rasul dan diturunkannya kitab suci);
dibebani kewajiban dan dimintai tanggung-jawab, maka manusia diberi kebebasan
berkehendak/ikhtiar untuk menentukan apa yang dikerjakan sebatas kemampuan yang telah diberikan
oleh Allah. Dengan demi-ldan manusia bukanlah makhluk yang terpaksa.
Namun demikian kehendak dan kemampuan manusia bukanlah kehendak dan kemampuan yang
bebas tanpa batas. Melainkan semua itu dibatasi oleh sunnatullah, yaitu ketetapan Allah yang telah
diberikan Allah kepada makhluk Nya.

Peran Ganda Manusia:


Sebagai Hamba dan Khalifah
Allah menciptakan manusia tidak sekadar untuk permainan, tetapi untuk melaksanakan tugas yang
berat (Q.S. al-Mu’minun, 23: 115)

Menunaikan amanah yang manusia memang telah bersedia untuk menerimanya (Q.S. al-Ahzab, 33:
72),

Yaitu melaksanakan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi dan misinya untuk menciptakan
kemakmuran di muka bumi. Fungsi sebagi khalifah ditunjukkan oleh ayat:

ٍٍَ‫ِّسٍٍلَك‬
ُ ‫ِّكٍٍَونُقَد‬
َ ‫حٍٍبِّح َْمد‬ َ ُ ‫اءٍونَحْ نٍٍُن‬
ُ ‫س ِّب‬ َ ‫ٍكٍٍُالد َم‬
ِّ ‫س ِّف‬
ْ َ‫َاٍوي‬ ِّ ‫ضٍٍ َخلِّيفَةاٍٍقَالُواٍٍْأَتَجْ عَ ُلٍٍفِّيهَاٍ َمنٍي ُ ْف‬
َ ‫س ُدٍٍفِّيه‬ ِّ ‫ٍٍربُّكٍٍَ ِّل ْل َملَئِّ َك ِّةٍٍإِّنِّيٍجَاعِّلٍٍفِّيٍاْل َ ْر‬
َ ‫َوإِّ ْذٍٍقَا َل‬
‫قَا ٍَل‬
ٍَ‫إِّنِّيٍأ َ ْعلَ ُمٍٍ َماٍَّلٍٍَت َ ْعلَ ُمون‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah, 2: 30)
َّ ‫ٍٍوإِّنَّهٍٍُلَغَفُور‬
ٍ‫ٍٍرحِّ يم‬ َ ‫ب‬ِّ ‫س ِّري ُعٍٍا ْل ِّعقَا‬ ِّ ‫ض ُك ْمٍٍفَ ْوقٍٍَبَ ْعضٍٍد ََرجَات‬
َ ِّ‫ٍٍليَ ْبل ُ َوكُ ْمٍٍفِّيٍ َماٍآت َا ُك ْمٍٍإ‬
َ ٍٍَ‫نٍٍَّربَّك‬ َ ‫ٍٍو َرفَ َعٍٍبَ ْع‬
َ ‫ض‬ ِّ ‫ِّفٍٍاْل َ ْر‬
َ ‫َوه َُوٍٍالَّذِّيٍ َجعَلَ ُك ْمٍٍ َخلَئ‬
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa (khalifah) di bumi dan Dia meninggikan sebagian
kamu atas sehagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksanya dan sesungguhnya Dia M aha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Q.S. al-An’am, 6: 165)
Misi manusia adalah membuat kemakmuran di muka bumi dengan jalan menegakkan sebuah tata
sosial yang bermoral untuk terwujudnya masyarakat yang beradab, adil dan makmur untuk menjadi
rahmat bagi seluruh alam. Hal ini bisa ditelusuri dalam firman Allah:

ِّ ‫ٍٍرحْ َمةا‬
ٍَ‫ٍٍل ْلعَالَمِّ ين‬ َ ‫َو َماٍأ َ ْر‬
َ ‫س ْلنَاكٍٍَإِّ ََّّل‬
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. al-Anbiya’,
21: 107)
Di samping kewajiban untuk menunaikan amanah sebagai khalifah, maka kewajiban yang lain yang
langsung kepada Allah adalah “Ibadah”. Allah bahkan telah menegaskan bahwa manusia diciptakan
memang untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana firman Allah sebagai berikut:

ِّ ‫نسٍٍإِّ ََّّلٍٍ ِّليَ ٍْعبُد‬


ٍ‫ُون‬ َ ‫اإل‬ َ ‫َو َماٍ َخلَ ْقتٍٍُا ْل ِّج‬
ِّ ْ ‫نٍٍَّو‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah KU.” (Q.S. adz-
Dzariyat, 51: 56)

Oleh karena itu manusia hams mengabdikan diri sepenuhnya untuk menghambakan diri semata-mata
karena Allah.
َ‫لِل َربِّ ِ ْالعَالَمِ ين‬
ِ ِّ ِ ‫اي َو َم َماتِي‬
َ َ ‫ي‬ ْ‫ح‬ ‫م‬ ‫و‬
َ َ ‫ِي‬
‫ك‬ ‫س‬
ُ ُ ‫ن‬‫و‬َ ‫ِي‬ ‫ت‬َ ‫َل‬ ‫ص‬
َ َّ
‫ن‬ ‫إ‬
ِ ْ
‫ل‬ ُ ‫ق‬

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam.” (Q.S. al-An’am, 6: 162)
Maka demikianlah yang disebut bahwa seluruh aktivitas manusia sesungguhnya mempunyai nilai
ibadah apabila dilakukan dalam rangka penunaian amanah sebagai khalifah untuk menuju
tercapainya nilai-nilai Islam yang rahmatan lil’alamin dan mengorientasikan segala laku perbuatannya
dipersembahkan hanya kepada Allah Ta’ala saja.

Semoga bermanfaat,

Salam ilmu pengetahuan

Kelana Delapan Penjuru Angin,

Jakarta,26 Juli 2013

Eksistensi Ruh dalam Tinjauan Ulama Islam


Pendahuluan
Al Qur'an telah membahas tentang hakekat asal-usul manusia yang di awali dari proses
kejadian manusia yaitu dari segumpal darah (QS. 96:1-5), dan setelah melewati
beberapa tahapan dan sempurna kejadiannya, dihembuskan-Nyalah kepadanya ruh
ciptaan Tuhan (QS. 38:71-72).1
Dari ayat-ayat di atas menjadi jelas bahwa hakekat manusia terdiri dari dua unsur
pokok yakni, gumpalan tanah (materi/badan) dan hembusan ruh (immateri). Di mana
antara satu dengan satunya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
agar dapat di sebut manusia. Dalam perspektif sistem nafs, ruh menjadi faktor penting
bagi aktivitas nafs manusia ketika hidup di muka bumi ini, sebab tanpa ruh, manusia
sebagai totalitas tidak dapat lagi berpikir dan merasa.2
Ruh adalah zat murni yang tinggi, hidup dan hakekatnya berbeda dengan tubuh. Tubuh
dapat diketahui dengan pancaindra, sedangkan ruh menelusup ke dalam tubuh
sebagaimana menyelusupnya air ke dalam bunga, tidal larut dan tidak terpecah-pecah.
Untuk memberi kehidupan pada tubuh selama tubuh mampu menerimanya. Sudah
lama "kemisteriusan" ruh menjadi perdebatan di kalangan ulama Islam (teolog, filosof
dan ahli sufi) yang berusaha menyingkap dan menelanjangi keberadaannya. Mereka
mencoba mengupas dan mengulitinya guna mendapatkan kepastian tentang hakekat
ruh.
Pembahasan
Dalam bahasa Arab, kata ruh mempunyai banyak arti.

 Kata ‫ روح‬untuk ruh


 Kata ‫( ريح‬rih) yang berarti angin
 Kata ‫( روح‬rawh) yang berarti rahmat.

Ruh dalam bahasa Arab juga digunakan untuk menyebut jiwa, nyawa, nafas, wahyu,
perintah dan rahmat.3 Jika kata ruhani dalam bahasa Indonesia digunakan untuk
menyebut lawan dari dimensi jasmani, maka dalam bahasa Arab kalimat

‫روحانيون * روحاني‬
Digunakan untuk menyebut semua jenis makhluk halus yang tidak berjasad, seperti
malaikat dan jin.4
Dalam al-Qur'an, ruh juga digunakan bukan hanya satu arti. Term-term yang digunakan
al-Qur'an dalam penyebutan ruh, bermacam-macam. Diantaranya ruh di sebut sebagai
sesuatu:

‫الرو ُح ِم ْن أ َ ْم ِر َر ِبي َو َما أُوتِيت ُ ْم ِمنَ ْال ِع ْل ِم‬


ُّ ‫وح قُ ِل‬ ُّ ‫َويَ ْسأَلُون ََك َع ِن‬
ِ ‫الر‬
ً ‫ِإ اَّل قَ ِل‬
‫يل‬
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra': 85)
Hanya saja, ketika ruh manusia diyakini sebagai zat yang menjadikan seseorang masih
tetap hidup

‫الروح انه ما به حياة النفس‬


atau seperti yang dikatakan al-Farra' [5]

‫الروح هو الذي يعيش به اإلنسان‬


Serta jawaban singkat al-Qur'an atas pertanyaan itu (lihat QS. Al-Isra': 85),
menunjukkan bahwa ruh akan tetap menjadi "rahasia" yang kepastiannya hanya bisa
diketahui oleh Allah semata.
Selanjutnya al-Qur'an juga banyak menggunakan kata ruh untuk menyebut hal lain,
seperti:
1. Malaikat Jibril, atau malaikat lain dalam QS. Al-Syu'ara' 193, al-Baqarah 87, al-Ma'arij 4,
al-Naba' 38 dan al-Qadr 4.

‫ (والروح الملئكة‬, ‫ روح القدس‬, ‫(الروح األمين‬


2. Rahmad Allah kepada kaum mukminin dalam QS. al-Mujadalah 22

‫وأيدهم بروح منه‬


3. Kitab suci al-Qur'an dalam QS. Al-Shura 52.6

‫وكذلك أوحينا إليك روحا من امرنا‬


Tentang bagaimana hubungan ruh itu sendiri dengan nafs, para ulama berbeda
pendapat mengenainya. Ibn Manzurmengutip pendapat Abu Bakar al-Anbari yang
menyatakan bahwa bagi orang Arab, ruh dan nafs merupakan dua nama untuk satu hal
yang sama, yang satu dipandang mu'anath dan lainnya mudhakkar.7
Makalah berikut ini berusaha menjelaskan beberapa pendapat 'ulama Islam yang
berusaha menjelaskan pengertian, kedudukan dan hubungan ruh dengan nafs dalam
diri manusia, berdasarkan rentang urutan hidup mereka:
Ibnu Sina (370-428 H/980-1037 M)
Ibnu Sina mendefinisikan ruh sama dengan jiwa (nafs). Menurutnya, jiwa adalah
kesempurnaan awal, karena dengannya spesies (jins) menjadi sempurna sehingga
menjadi manusia yang nyata. Jiwa (ruh) merupakan kesempurnaan awal, dalam
pengertian bahwa ia adalah prinsip pertama yang dengannya suatu
spesies (jins) menjadi manusia yang bereksistensi secara nyata. Artinya, jiwa
merupakan kesempurnaan awal bagi tubuh. Sebab, tubuh sendiri merupakan prasyarat
bagi definisi jiwa, lantaran ia bisa dinamakan jiwa jika aktual di dalam tubuh dengan
satu perilaku dari berbagai perilaku8 dengan mediasi alat-alat tertentu yang ada di
dalamnya, yaitu berbagai anggota tubuh yang melaksanakan berbagai fungsi
psikologis.
Ibnu Sina membagi daya jiwa (ruh) menjadi 3 bagian yang masing-masing bagian
saling mengikuti, yaitu
1. Jiwa (ruh) tumbuh-tumbuhan, mencakup daya-daya yang ada pada manusia, hewan
dan tumbuh-tumbuhan. Jiwa ini merupakan kesempurnaan awal bagi tubuh yang
bersifat alamiah dan mekanistik, baik dari aspek melahirkan, tumbuh dan makan.
2. Jiwa (ruh) hewan, mencakup semua daya yang ada pada manusia dan hewan. Ia
mendefinisikan ruh ini sebagai sebuah kesempurnaan awal bagi tubuh alamiah yang
bersifat mekanistik dari satu sisi, serta menangkap berbagai parsialitas dan bergerak
karena keinginan.9
3. Jiwa (ruh) rasional, mencakup daya-daya khusus pada manusia. Jiwa ini melaksanakan
fungsi yang dinisbatkan pada akal. Ibnu Sina mendefinisikannya sebagai
kesempurnaan awal bagi tubuh alamiah yang bersifat mekanistik, dimana pada satu sisi
ia melakukan berbagai perilaku eksistensial berdasarkan ikhtiar pikiran dan kesimpulan
ide, namun pada sisi lain ia mempersepsikan semua persoalan yang bersifat
universal.10

Imam Ghazali (450-505 H/1058-1111 M)


Sebagaimana Ibn Sina, al-Ghazali membagi jiwa menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Jiwa nabati (al-nafs al-nabatiyah), yaitu kesempurnaan awal baqgi benda alami yang
hidup dari segi makan, minum, tumbuh dan berkembang.
2. Jiwa hewani (al-nafs al-hayawaniyah), yaitu kesempurnaan awal bagi benda alami yang
hidup dari segi mengetahui hal-hal yang kecil dan bergerak dengan iradat (kehendak).
3. Jiwa insani (al-nafs al-insaniyah), yaitu kesempurnaan awal bagi benda yang hidupdari
segi melakukan perbuatan dengan potensi akal dan pikiran serta dari segi mengetahui
hal-hal yang bersifat umum.11

Jiwa insani inilah, menurut al-Ghazali di sebut sebagai ruh (sebagian lain
menyebutnya al-nafs al-natiqah/jiwa manusia). Ia sebelum masuk dan berhubungan
dengan tubuh disebut ruh, sedangkan setelah masuk ke dealam tubuh dinamakan nafs
yang mempunyai daya (al-'aql), yaitu daya praktik yang berhubungan dengan badan
daya teori yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak. Selanjutnya al-Ghazali
menjelaskan bahwa kalb, ruh dan al-nafs al mutmainnah merupakan nama-nama lain
dari al-nafs al-natiqah yang bersifat hidup, aktif dan bisa mengetahui.12
Ruh menurut al-Ghazali terbagi menjadi dua, pertama yaitu di sebut ruh hewani, yakni
jauhar yang halus yang terdapat pada rongga hati jasmani dan merupakan sumber
kehidupan, perasaan, gerak, dan penglihatan yang dihubungkan dengan anggota tubuh
seperti menghubungkan cahaya yang menerangi sebuah ruangan. Kedua, berarti nafs
natiqah, yakni memungkinkan manusia mengetahui segala hakekat yang ada. Al-
Ghazali berkesimpulan bahwa hubungan ruh dengan jasad merupakan hubungan yang
saling mempengaruhi.13 Di sini al-Ghazali mengemukakan hubungan dari segi maknawi
karena wujud hubungan itu tidak begitu jelas. Lagi pula ajaran Islam tidak membagi
manusia dalam kenyataan hidupnya pada aspek jasad, akal atau ruh, tetapi ia
merupakan suatu kerangka yang saling membutuhkan dan mengikat; itulah yanmg
dinamakan manusia.
Ibn Tufail (Awal abad IV/580 H/ 1185 M)
Menurut Ibn Tufail, sesungguhnya jiwa yang ada pada manusia dan hewan tergolong
sebagai ruh hewani yang berpusat di jantung. Itulah faktor penyebab kehidupan hewan
dan manusia beserta seluruh perilakunya. Ruh ini muncul melalui saraf dari jantung ke
otak, dan dari otak ke seluruh anggota badan. Dan inilah yang yang menjadi dasar
terwujudnya semua aksi anggota badan.14
Ruh berjumlah satu. Jika ia bekerja dengan mata, maka perilakunya adalah melihat; jika
ia bekerja dengan telinga maka perilakunya adalah mendengar; jika dengan hidung
maka perilakunya adalah mencium dsb. Meskipun berbagai anggota badan manusia
melakukan perilaku khusus yang berbeda dengan yang lain, tetapi semua perilaku
bersumber dari satu ruh, dan itulah hakikat zat, dan semua anggota tubuh seperti
seperangkat alat".15
Ibn Taimiyah ( 661-728 H/1263-1328 M)
Ibn Taimiyah berpendapat bahwa nafs tidak tersusun dari substansi-substansi yang
terpisah, bukan pula dari materi dan forma. Selain itu, nafs bukan bersifat fisik dan
bukan pula esensi yang merupakan sifat yang bergantung pada yang lain.16
Sesungguhnya nafs berdiri sendiri dan tetap ada setelah berpisah dari badan ketika
kematian datang.
Ia menyatakan bahwa kata al-ruh juga digunakan untuk pengertian jiwa (nafs). Ruh
yang mengatur badan yang ditinggalkan setelah kematian adalah ruh yang
dihembuskan ke dalamnya (badan) dan jiwalah yang meninggalkan badan melalui
proses kematian. Ruh yang dicabut pada saat kematian dan saat tidur disebut ruh dan
jiwa (nafs). Begitu pula yang diangkat ke langit disebut ruh dan nafs. Ia
disebut nafs karena sifatnya yang mengatur badan, dan disebut ruh karena sifat
lembutnya. Kata ruh sendiri identik dengan kelembutan, sehingga angin juga disebut
ruh.17
Ibn Taimiyah menyebutkan bahwa kata ruh dan nafs mengandung berbagai pengertian,
yaitu:

1. Ruh adalah udara yang keluar masuk badan.


2. Ruh adalah asap yang keluar dari dalam hati dan mengalir di darah.
3. Jiwa (nafs) adalah sesuatu itu sendiri, sebagaimana firman Allah SWT: ... Tuhanmu
telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang ... (QS. al-'An'am, 54).
4. Jiwa (nafs) adalah darah yang berada di dalam tubuh hewan, sebagaimana ucapan ahli
fiqih, "Hewan yang memiliki darah yang mengalir dan hewan yang tidak memiliki darah
yang mengalir".
5. Jiwa (nafs) adalah sifat-sifat jiwa yang tercela atau jiwa yang mengikuti keinginannya.18

Tentang tempat ruh dan nafs di dalam tubuh, Ibn Taimiyah menjelaskan: "Tidak ada
tempat khusus ruh di dalam jasad, tetapi ruh mengalir di dalam jasad sebagaimana
kehidupan mengalir di dalam seluruh jasad. Sebab, kehidupan membutuhkan adanya
ruh. Jika ruh ada di dalam jasad, maka di dalamnya ada kehidupan (nyawa); tetapi jika
ruh berpisah dengan jasad, maka ia berpisah dengan nyawa". 19
Ibn Taimiyah menyatakan bahwa jiwa (nafs/ruh) manusia sesungguhnya berjumlah
satu, sementara al-nafs al-ammarah bi al-su', jiwa yang memerintahkan pada
keburukan akibat dikalahkan hawa nafsu sehingga melakukan perbuatan maksiat dan
dosa, al-nafs al-lawwamah, jiwa yang terkadang melakukan dosa dan terkadang
bertobat, karena didalamnya terkandung kebaikan dan keburukan; tetapi jika ia
melakukan keburukan, ia bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Dan
dinamakan lawwamah (pencela) karena ia mencela orang yang berbuat dosa, tapi ia
sendiri ragu-ragu antara perbuatan baik dan buru, dan al-nafs al-mutmainnah, jiwa yang
mencintai dan menginginkan kebaikan dan kebajikan serta membenci kejahatan. 20
Ibn Qayyim al-Jauziyah (691-751 H/1292-1350 M)
Ibn Qayyim al-Jauziyah Menggunakan istilah ruh dan nafs untuk pengertian yang sama.
Nafs (jiwa) adalah substansi yang bersifat nurani 'alawi khafif hayy
mutaharrik atau jism yang mengandung nur, berada di tempat yang tinggi, lembut,
hidup dan bersifat dinamis. Jizm ini menembus substansi anggota tubuh dan mengalir
bagaikan air atau minyak zaitun atau api di dalam kayu bakar. Selama anggota badan
dalam keadaan baik untuk menerima pengaruh yang melimpah di atasnya
dari jism yang lembut ini, maka ia akan tetap membuat jaringan dengan bagian-bagian
tubuh. Kemudian pengaruh ini akan memberinya manfaat berupa rasa, gerak dan
keinginan.21
Ibn Qayyim menjelaskan pendapat banyak orang bahwa manusia memiliki tiga jiwa,
yaitu nafs mutmainnah, nafs lawwamah dan nafs amarah. Ada orang yang dikalahkan
oleh nafs mutmainnah, dan ada yang dikalahkan oleh nafs ammarah.
Mereka berargumen dengan firman Allah:

Wahai jiwa yang tenang (nafs mutmainnah) ...


(QS. Al-Fajr: 27).
Aku sungguh-sungguh bersumpah dengan hari kiamat dan aku benar-benar bersumpah
dengan jiwa lawwamah
(QS. al-Qiyamah: 1-2)
Sesungguhnya jiwa itu benar-benar menyuruh kepada keburukan (nafs ammarah)
(QS. Yusuf: 53)
Ibn Qayyim menjelaskan bahwa sebenarnya jiwa manusia itu satu, tetapi memiliki tiga
sifat dan dinamakan dengan sifat yang mendominasinya. Ada jiwa yang disebut
mutmainnah (jiwa yang tenang) karena ketenangannya dalam beribadah, ber-
mahabbah, ber-inabah, ber-tawakal, serta keridhaannya dan kedamaiannya kepada
Allah. Ada jiwa yang bernama nafs lawwamah, karena tidak selalu berada pada satu
keadaan dan ia selalu mencela; atau dengan kata lain selalu ragu-ragu, menerima dan
mencela secara bergantian. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa nafs
lawwamah dinamakan demikian karena orangnya sering mencela. Sedangkan nafs
ammarah adalah nafsu yang menyuruh kepada keburukan.22
Jadi, jiwa manusia merupakan satu jiwa yang terdiri dari ammarah, lawwamah dan
mutmainnah yang menjadi tujuan kesempurnaan dan kebaikan manusia. Sehingga ada
kemiripan antara pendapat Ibn Qayyim dengan pendapat Ibn Taimiyah tentang tiga sifat
jiwa ini.
Ibn Qayyim juga menjelaskan dan membagi menjadi tiga kelompok kaum filosof yang
terpengaruh oleh ide-ide Plato. Ia menyebutkan tiga jenis cinta pada masing-masing
kelompok tersebut, yaitu:

1. Jiwa langit yang luhur (nafs samawiyah 'alawiyah) dan cintanya tertuju pada ilmu
pengetahuan, perolehan keutamaan dan kesempurnaan yang memungkinkan bagi
manusia, dan usaha menjauhi kehinaan.
2. Jiwa buas yang penuh angkara murka (nafs sab'iyyah ghadabiyyah) dan cintanya
tertuju pada pemaksaan, tirani, keangkuhan di bumi, kesombongan, dan kepemimpinan
atas manusia dengan cara yang batil.
3. Jiwa kebinatangan yang penuh syahwat (nafs hayawaniyyah shahwaniyyah) dan
cintanya tertuju pada makanan, minuman dan seks.23

Dari konteks pembicaraan Ibn Qayyim ini, dapat dipahami bahwa ketiga macam jiwa ini
bukan berdiri sendiri dan bukan pula berarti jiwa yang yang tiga, tetapi ia merupakan
tiga daya untuk satu jiwa.24
Filosof Lain

 Al-Nazzam berpendapat bahwa ruh adalah jism dan jiwa. Ia hidup dengan sendirinya. Ia
masuk dan bercampur dengan badan sehingga badan tersebut menjadi bencana,
mengekang dan mempersempit ruang lingkupnya. Keberadaannya dalam badan adalah
untuk menghadapi kebinasaan badan dan menjadi pendorong bagi badan untuk
memilih. Seandainya ruh telah lepas dari badan, maka semua aktivitas badan hanyalah
bersifat eksidental dan terpaksa.
 Al-Jubba'i berpendapat bahwa ruh adalah termasuk jism, dan ruh itu bukan kehidupan.
Sebab kehidupan adalah a'rad (kejadian). Ia beranggapan bahwa ruh tidak bisa
ditempati a'rad.
 Abu al-Hudhail beranggapan bahwa jiwa adalah sebuh definisi yang berbeda dengan
ruh dan ruhpun berbeda dengan kehidupan, karena menurutnya kehidupan adalah
termasuk a'rad. Ia menambahkan, ketika kita tidur jiwa dan ruh kita kadang-kadang
hilang, tetapi kehidupannya masih ada.
 Sebagian mutakallimin lain meyakini bahwa ruh adalah definisi kelima selain panas,
dingin, basah dan kering. Tetapi mereka berbeda ketika membahas tentang aktivitas
ruh. Sebagian berpendapat aktivitas ruh bersifat alami, tetapi sebagian lain
berpendapat bersifat ikhtiyari.25
Penutup
Dalam filsafat dan tasawuf Islam, di samping istilah ruh dan al-nafs, ditemukan juga
istilah al-qalb dan al-'aql. Empat istilah ini tersebut mempunyai hubungan yang sangat
erat ibarat kacang dengan kulit arinya.
Para ulama di atas hampir semua sepakat bahwa pengertian ruh adalah sama
dengan nafs (kecuali Abu Hudhail). Hanya saja, ketika mereka berusaha mengupas
lebih dalam lagi tentang peran, macam-macam, fungsi ruh dan tujuan penciptaan ruh
bagi kehidupan manusia terkesan berbeda. Meskipun perbedaan tersebut amat tipis
sekali karena kesemuaan pembahasan diatas saling berkaitan satu dengan yang
lainnya yang terkadang pada proses dan fase tertentu mereka mendefinisikannya
sama.
Terlepas dari pro dan kontra berbagai pendapat mengenai ruh dan hal-hal yang terkait
dengannya, satu hal yang pasti, bahwa kebenaran tentang hakekat dari ruh itu sendiri
tetap menjadi rahasia Allah semata dan Ia hanya membukakan sedikit celah pintu bagi
manusia untuk mencoba membuka dan menyingkapnya secara utuh.
Bibliografi
Amin, Ahmad,
Hayy bin Yaqzan li Ibn Sina wa Ibn Tufail wa al-Suhrawardi, cet. III, Kairo: Dar al-Ma'arif, 1966.

al-Asy'ari, Imam Abu Hasan Ali bin Isma'il,


Maqalat al-Islamiyin wa Ikhtilaf al-Mushallin, terj. Rosihan Anwar, Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Damej, M. Amin,
Majmu'ah al-Rasail al-Muniriyah, juz 2, 1970.

al-Jauziyah, Ibn Qayyim,


Kitab al-Ruh, ditahkikkan oleh Sayyid Jamili, cet. I, Bairut: Dar al-Kitab al-'Arabi, 1986.

Al-Jauziyah, Ibn Qayyim,


Raudah al-Muhibbin wa Nuzah al-Mushtaqin, Kairo: Dar al-Fikr al-'Arabi tt.

Lane, Edward William,


Arabic-English Lexicon, London: Islamic Texts Society Trust, 1984.

Manzur, Ibn,
Lisan al-'Arab, ttp, Dar al-Ma'arif, t.th..

Mubarok, Achmad,
Jiwa dalam Al-Qur'an, Jakarta: Paramadina, 2000.

Najati M. 'Uthman,
Al-Dirasah al-Nafsaniyyah 'inda al-'Ulama' al-Muslimin, terj., Bandung: Pustaka Hidayah, 2002.

Othman, Ali Issa,


Manusia menurut Al-Ghazali, cet. II, Bandung: Pustaka, 1987.

Redaksi, Dewan,
Ensklopedi Islam vol. 4, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1993.

Sina, Ibn,
Ahwa al-Nafs, ditahkik oleh Ahmad Fuasd al-Ahwani Kaira: Dar Ihya' al-Kutub al-'Arabiyah, 1952.

Taimiyah, Ibn,
Risalah fi al-'Aql wa al-Ruh, tt.

Warson, Ahmad Warson,


Al-Munawwir, Yogyakarta: Pesantren Al-Munawwir, 1984.
1Materi manusia merupakan saripati tanah liat yang merupakan cikal bakal Nabi Adam
dan keturunannya. Materi atau sel benih (nutfah) ini, yang semula adalah tanah liat,
setelah melewati berbagai proses, akhirnya menjadi manusia. Tanah liat berubah
menjadi makanan (melalui tanaman dan hewan). Makanan menjadi darah, darah
menjadi sperma dan indung telur. Sperma kemudian bersatu dengan indung telur dalam
suatu wadah (QS. 23:14) hasil dari persatuan yang terjadi di dalam rahim, setelah
melalui proses transformasi yang panjang sehingga menjadi resam tubuh yang
harmonis (jibillah) dan menjadi cocok untuk menerima ruh. Adapun penerimaan ruh ini
semuanya langsung dari Allah, dan ini diberikan tatkala embrio sudah siap dan cocok
untuk menerimanya. Lihat Ali Issa Othman, Manusia menurut Al-Ghazali, cet. II
(Bandung: Pustaka, 1987), 115.
2 Achmad Mubarok, Jiwa dalam Al-Qur'an (Jakarta: Paramadina, 2000), 128.
3Ibn Manzur, Lisan al-'Arab, ttp (Dar al-Ma'arif, t.th), 1763-1771. Lihat juga, Ahmad
Warson M., Al-Munawwir (Yogyakarta: Pesantren Al-Munawwir, 1984), 1232.
4 Ibn Manzur, Lisan...
5Edward William Lane, Arabic-English Lexicon (London: Islamic Texts Society Trust,
1984), 1182.
6 Jiwa Dalam Al-Qur'an, 128.
7 Ibn Manzur, Lisan..., 1768.
8'Uthman, Najati, M., Al-Dirasah al-Nafsaniyyah 'inda al-'Ulama', al-Muslimin, terj.
(Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), 144.
9Ibn Sina, Ahwa al-Nafs, ditahkik oleh Ahmad Fuasd al-Ahwani (Kaira: Dar Ihya' al-
Kutub al-'Arabiyah, 1952), 258.
10 Ahwa al-Nafs, 62-65.
11 Dewan Redaksi, Ensklopedi Islam vol. 4 (Jakarta:Ichtiar Baru van Hoeve, 1993), 174.
12 Ensiklopedi Islam, 147.
13 Ensiklopedi Islam vol. 4, 176.
14Ahmad Amin, Hayy bin Yaqzan li Ibn Sina wa Ibn Tufail wa al-Suhrawardi,
cet. III (Kairo: Dar al-Ma'arif, 1966), 37-38.
‫‪15‬‬ ‫‪Hay bin Yaqwzan, 149.‬‬
‫‪16‬‬ ‫‪Ibn Taimiyah, Risalah fi al-'Aql wa al-Ruh dalam M. Uthman Najati, al-Dirasah..., 342.‬‬
‫‪17‬‬ ‫‪Majmu'ah al-Rasail al-Muniriyyah, 1970, 36-37.‬‬
‫‪18‬‬‫‪M. Amin Damej, Majmu'ah al-Rasail al-Muniriyah, juz 2, 1970, 39-41 dimuat dalam al-‬‬
‫‪Dirasah...,343.‬‬
‫‪19‬‬ ‫‪Al-Dirasah...,47-48.‬‬
‫‪20‬‬ ‫‪Al-Dirasah...,41‬‬
‫‪21‬‬‫‪Ibn Qayyim al-Jauziyah, Kitab al-Ruh, ditahkikkan oleh Sayyid Jamili, cet. Iv (Bairut:‬‬
‫‪Dar al-Kitab al-'Arabi, 1986), 276.‬‬
‫‪22‬‬ ‫‪Kitab al-Ruh, 330.‬‬
‫‪23‬‬‫‪Ibn Qayyim al-Jauziyah, Raudah al-Muhibbin wa Nuzah al-Mushtaqin (Kairo: Dar al-‬‬
‫‪Fikr al-'Arabi tt.), 259-287.‬‬
‫‪24‬‬ ‫‪Ibid, 252-255.‬‬
‫‪25‬‬‫‪Imam Abu Hasan Ali bin Isma'il Anwar (Bandung al-Asy'ari, Maqalat al-Islamiyin wa‬‬
‫‪Ikhtilaf al-Mushallin, terj. Rosihan: Pustaka Setia, 1999), 69-71.‬‬
‫‪Penulis: M. Aqim Adlan‬‬
‫‪Penulis adalah guru Madrasah Aliyah Tribakti (Lirboyo) Kediri.‬‬

‫‪Edisi 3 Naskah Khutbah Jumat terbaru 2017‬‬


‫‪Menuju Manusia Terbaik‬‬
‫‪Oleh: Atin‬‬

‫الحوادث تقرب فل المقدس ‪،‬وأشباه نظراء له يكون أن عن المنزه هلل الحمد و ‪،‬للا هدانا أن لوال لنهتدي كنا وما ‪,‬لهذا هدانا الذي هلل الحمد‬
‫منهم كلا فاختار أصحابا ا له وجعل ‪،‬واصطفاه – وسلم عليه للا صلى – محمد به فأرسل ‪،‬وارتضاه دينا ا اإلسلم اختار الذي ‪،‬حماه‬
‫لهم توجب صلة وأصحابه آله وعلى عليه للا فصلى ‪،‬واقتفاه الحق إلى اهتدى اإلنسان اقتدى بأيهم كالنجوم وجعلهم ‪،‬واجتباه لصحبته‬
‫ّللا اتَّقُوا آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها يَا} قسمه من النصيب لنا ويجزل ‪،‬نعمه من الزيادة يقتضي حمدا ا كلها نعمه على أحمده ‪،‬رضاه‬ ‫قَ ْوالا َوقُولُوا َّ َ‬
‫سدِيداا‬‫صلِحْ )‪َ (۷٠‬‬ ‫ّللا يُطِ ْع َو َمن ذُنُوبَ ُك ْم لَ ُك ْم َويَ ْغف ِْر أ َ ْع َمالَكُ ْم لَكُ ْم يُ ْ‬
‫سولَه ُ َّ َ‬‫عظِ ي اما فَ ْو ازا فَازَ فَقَ ْد َو َر ُ‬ ‫ّللا اتَّقُوا آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها يَا { } َ‬ ‫َّ َ‬
‫ورا لَّ ُك ْم َويَجْ عَل َّرحْ َمتِ ِه مِ ن ِك ْفلَي ِْن يُؤْ تِ ُك ْم ِب َر ُ‬
‫سو ِل ِه َوآمِ نُوا‬ ‫شونَ نُ ا‬ ‫ّللاُ لَ ُك ْم َويَ ْغف ِْر ِب ِه ت َْم ُ‬
‫ور َو َّ‬ ‫غفُ ٌ‬
‫}رحِ ي ٌم َ‬ ‫ّللاَ اتَّقُوا آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها يَا { َّ‬ ‫َّ‬
‫ظ ْر‬ ‫س َو ْلت َن ُ‬ ‫ت َّما نَ ْف ٌ‬‫ّللا إِ َّن َواتَّقُوّللاََّ ِلغَ ٍد قَ َّد َم ْ‬ ‫ت َ ْع َملُونَ بِ َما َخبِ ٌ‬
‫ير َّ َ‬
Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah Tiada kata yang paling pantas kita
senandungkan pada hari yang berbahagia ini melainkan kata-kata syukur kepada Allah
SWT yang telah mencurahkan dan mencucurkan berbagai kenikmatan kepada kita
semua, sehingga kita semua dapat berkumpul dalam majelis ini dalam keadaan sehat
wal ‘afiyat. Dan marilah kita merealisasikan rasa syukur kita dengan menjalankan
segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Sholawat seiring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan insya Allah SWT
terlimpah pula kepada kita selaku umatnya yang senantiasa berusaha untuk
meneladani Beliau. Amin.

Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah

Advertisement

Sebelum khatib menyampaikan khutbahnya, sudah barang tentu menjadi kewajiban


seorang khatib untuk menyampaikan wasiat taqwa. Marilah senantiasa kita tingkatkan
mutu kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, karena iman dan taqwa itulah
satu-satunya bekal bagi kita untuk menuju kehidupan yang kekal dan abadi yakni
kehidupan akhirat.

ْ‫الزا ِد َخي َْر فَإِ َّن َوت َزَ َّودُوا‬ ِ ُ‫األ َ ْلبَاب أ ُ ْولِي يَا َواتَّق‬
َّ ‫ون الت َّ ْق َوى‬

“Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah


kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal”. (QS. Al-Baqoroh: 197)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Allah SWT. berfirman dalam surat At-tin ayat 3-4:

‫سانَ َخلَ ْقنَا لَقَ ْد‬


َ ‫اإلن‬ َ ْ‫سافِلِينَ أ َ ْسفَ َل َر َد ْدنَاه ُ ث ُ َّم ت َ ْق ِو ٍيم أَح‬
ِ ‫س ِن فِي‬ َ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.


Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”,

Dalam surat At-Tin di atas Allah SWT menggambarkan tentang dua keadaan manusia,
yang pertama yakni manusia Ahsani taqwim (manusia yang paling baik) kemudian yang
kedua yakni manusia Asfala safilin (manusia yang paling rendah).

Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa Ahsani taqwim adalah manusia yang memilki
bentuk yang paling baik dibandingkan dengan makhluk yang lain, sedangkan Asfal
safilin adalah gambaran manusia pada saat usia tuanya yang tidak lagi mampu untuk
mengerjakan aktifitas sehari-hari sebagaimana yang dilakukan pada waktu mudanya.
Kemudian tafsir ini melanjutkan bahwa pahala dan dosa itu diberikan oleh Allah SWT
pada saat seseorang itu mulai aqil balig lebih-lebih pada waktu mudanya.

Kemudian dalam tafsir Muyassar disebutkan bahwa Ahsani taqwim adalah sama
pengertiannya dalam tafsir Jalalain yakni manusia memiliki bentuk paling baik
dibandingkan dengan makhluk yang lain, sedangkan pengertian Asfala safilin sendiri
adalah manusia yang tidak taat pada Allah SWT dan rasul-Nya, kelak akan
dikembalikan pada tempat yang paling buruk dari pada tempat yang lain yakni neraka
jahannam yang panas lagi berkobar-kobar apinya.

Dan sebaliknya manusia yang mentaati perintah Allah SWT dan rasul-Nya serta
menjauhi segala larangannya, akan ditempatkan pada tempat yang paling indah yakni
surga yang didalamnya penuh dengan kenikmatan-kenikmatan yang abadi.

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Lalu bagaimana kita meraih kedudukan Ahsani taqwim dan menjauhi dengan sejauh-
jauhnya Asfala safilin?

Pertama, kita harus mensyukuri karunia Allah SWT yang berupa dua mata, dua telinga,
dua tangan, dan dua kaki yang masih sempurna ini dengan syukur yang sebenar-
benarnya.

‫ار الس َّْم َع لَ ُك ُم َو َجعَ َل أَنشَأ َ ُك ْم الَّذِي ه َُو قُ ْل‬


َ ‫ص‬َ ‫ت َ ْش ُك ُرونَ َّما قَلِيلا َواأل َ ْفئِ َدة َ َواأل َ ْب‬

“Katakanlah: “Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu


pendengaran, penglihatan dan hati”. (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. Al-
Mulk: 23)

Dan Allah SWT juga berfirman:

‫شك َْرت ُ ْم لَئِن َربُّكُ ْم ت َأَذَّنَ َوإِ ْذ‬


َ ‫عذَابِي ِإ َّن َكف َْرت ُ ْم َولَئِن أل َ ِزي َدنَّكُ ْم‬ َ َ‫ل‬
َ ‫شدِي ٌد‬

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu


bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim:
7)
Kedua, kita harus menggunakan karunia badan yang masih sempurna ini dengan
menggunakannya sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, karena Allah SWT akan
meminta pertanggung jawabannya di akhirat kelak.

ُ ‫ْس َما ت َ ْق‬


َ‫ف َوال‬ َ َ‫ع ْنهُ َكانَ أُولئِكَ كُ ُّل َو ْالب‬
َ ‫ص َر َو ْالفُ َؤا َد الس َّْم َع ِإ َّن ع ِْل ٌم بِ ِه لَكَ لَي‬ َ ‫َم ْسؤُوالا‬

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabannya”. (QS. Al-Isra’: 36)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Dari ayat di atas kita dapat mengambil hikmahnya, bahwa semua tindakan yang kita
lakukan baik itu dari mata, telinga, tangan, dan kaki semuanya akan di mintai
pertanggung jawabannya. Maka jangan sampai tangan yang seharusnya kita gunakan
untuk membantu serta memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkan, malah
kita gunakan untuk menganiaya, menyiksa, bahkan membunuh orang lain hanya
karena hal yang sepele. Dan jangan sampai tangan yang kita miliki ini kita biarkan
untuk mengurangi timbangan, mengurangi yang seharusnya menjadi hak orang lain,
lebih-lebih korupsi yang sangat-sangat merugikan orang lain.

Begitu juga dengan mata, jangan sampai kita biarkan mata kita melihat hal-hal yang di
larang oleh agama bahkan hal-hal yang jelas-jelas di laknat oleh Allah SWT. Begitu
juga telinga mulut dan kaki, jangan sampai telinga dan mulut kita, kita gunakan untuk
mendengar dan mengucapkan hal-hal yang tidak sewajarnya, tetapi marilah kita
gunakan mulut dan telinga ini dengan memperbanyak membaca al-qur’an, berzikir
kepada Allah SWT serta membaca kalimat-kalimat Thoyyibah. Karena tangan, kaki,
serta mulut kita ini akan menjadi saksi di akhirat kelak.

‫علَى ن َْختِ ُم ْاليَ ْو َم‬


َ ‫يَ ْك ِسبُون كَانُوا بِ َما أ َ ْر ُجلُ ُه ْم َوت َ ْش َه ُد أ َ ْيدِي ِه ْم َوتُك َِل ُمنَا أ َ ْف َوا ِه ِه ْم‬

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka
dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dulu mereka usahakan”.
(QS. Yasin: 65)

Ketiga, dengan bertambah besarnya seseorang, dari mulai kecil hingga ia menginjak
masa muda inilah, yang seharusnya diperhatikan oleh semua orang. Ada pepatah
mengatakan ‘muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga’, pepatah ini sangat
salah dan keliru, tidak mungkin seseorang yang tanpa berusaha payah ketika masa
mudanya dengan banyak menggali ilmu agama, begitu saja masuk surga.
Mustahil sungguh-sungguh mustahil, nabi Muhammad SAW saja orang yang kita kenal
sebagai orang yang nomor satu dalam agama, ketika hendak wafatnya beliau
merasakan sakaratul maut yang benar-benar menyakitkan. Oleh karena itu, mari kita
gunakan masa-masa emas ini yakni masa-masa muda ini dengan banyak menuntut
ilmu agama dan pastinya tidak begitu saja mengabaikan kehidupan dunia ini.

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Keempat, mari kita gunakan hati dan fikiran ini sebagai anugrah terbesar yang di
berikan oleh Allah SWT kepada kita dengan sebaik-baiknya. Hati inilah yang menjadi
motor atau penggerak bagi seluruh anggota tubuh kita, hati ini pula yang menjadi raja
bagi seluruh anggota tubuh kita ini, sebagaimana termaktub dalam hadits Rasulullah
SAW yang artinya “Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal darah,
manakala ia baik maka baiklah seluruhnya tapi manakala ia buruk maka buruklah
seluruhnya, ia adalah hati” (HR. Muslim).

Allah SWT juga berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 36

ُ ‫ْس َما ت َ ْق‬


َ‫ف َوال‬ َ َ‫ع ْنهُ َكانَ أُولئِكَ كُ ُّل َو ْالب‬
َ ‫ص َر َو ْالفُ َؤا َد الس َّْم َع ِإ َّن ع ِْل ٌم بِ ِه لَكَ لَي‬ َ ‫َم ْسؤُوالا‬

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabannya.

Kelima, mari kita gunakan agama Islam ini, sebagai ruh utama bagi kita. Segala apa
yang kita kerjakan dan lakukan hendaklah sesuai dengan tuntunan dan ajaran agama
Islam. Karena agama Islam inilah satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman di dalam surat Ali-Imran ayat 19. Yang berbunyi:

ِ َّ ‫اإل ْسلَ ُم‬


‫ّللا عِن َد الدِينَ إِ َّن‬ ِ ‫ف َو َما‬ ْ َ‫َاب أ ُ ْوتُواْ الَّذِين‬
َ َ‫اختَل‬ َ ‫ت يَ ْكفُ ْر َو َمن بَ ْينَ ُه ْم بَ ْغياا ْالع ِْل ُم َجا َءهُ ُم َما بَ ْع ِد مِ ن إِالَّ ْال ِكت‬ ِ َّ ‫ّللا فَإِ َّن‬
ِ ‫ّللا بِآيَا‬ َ َّ ‫س ِري ُع‬
َ ‫ب‬ َ ِ‫ْالح‬
ِ ‫سا‬

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah SWT hanyalah Islam. tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah SWT maka sesungguhnya Allah SWT sangat cepat hisab-Nya.”

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Yang keenam atau yang terakhir adalah dengan menyatukan semua unsur-unsur dan
komponen yang telah kami sebutkan di atas yakni antara anggota badan jasmani dan
rohani haruslah senantiasa di bingkai dengan nilai-nilai agama Islam.
‫ّللا اتَّقُواْ آ َمنُواْ الَّذِينَ أَيُّ َها يَا‬
‫ُّم ْس ِل ُمونَ َوأَنتُم إِالَّ ت َ ُموت ُ َّن َوالَ تُقَاتِ ِه َح َّق َّ َ‬

‫‪“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dengan sebenar-‬‬
‫‪benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam‬‬
‫)‪Keadaan beragama Islam. (QS. Ali-Imron: 102‬‬

‫اركَاهللُ‬ ‫آن ف ِْي َولَ ُك ْم ل ْ‬


‫ِي بَ َ‬ ‫الرحِ ْي ُم الغَف ُ ْو ُر ه َُو إنَّهُ َوتَهُ ت َِل َومِ ْن ُك ْم مِن ِْي َوتَقَبَّ َل ال َح ِكي ِْم ال ِذ ْك ِر َو اآليَا ِ‬
‫ت مِ نَ ِف ْي ِه ِب َما َو ِإيَا ُك ْم َونَفَعَن ِْي ‪,‬العَظِ ي ِْم القُ ْر ِ‬ ‫َ‬

‫‪200530: Dimana Ruh Dan Bagaimana Kondisinya Setelah Orangnya Meninggal‬‬


‫?‪Sebelum Dikuburkan‬‬

‫‪Ketika seseorang meninggal dunia dan dikuburkan pada hari setelahnya, apakah jiwanya‬‬

‫?‪tergantung saat belum dikuburkan? Apa yang terjadi padanya‬‬

‫‪Published Date: 2016-03-17‬‬


‫‪Alhamdulillah‬‬

‫‪Pertama:‬‬

‫‪Diriwatkan Imam Ahmad, no. 17803 dari Bara bin Azib dari Nabi sallallahu alaihi wa‬‬

‫‪sallam bersabda:‬‬

‫ُ‬
‫يض‬ ‫َّ‬
‫الس َ‬ ‫م ْ‬ ‫ك ٌ‬
‫مالئِ َ‬ ‫ل إِل َ ْي ِ‬
‫ه َ‬ ‫خ َر ِة نَ َز َ‬ ‫م ْ‬ ‫وإ ِ ْقب ٍ‬ ‫ُّ‬
‫الد ْنيَا َ‬ ‫ان فِي ا ْن ِقطَاعٍ ِ‬
‫م ْ‬ ‫ك َ‬ ‫ن إِ َ‬
‫ذا َ‬ ‫م ْؤ ِ‬
‫م َ‬ ‫د ْ‬
‫ال ُ‬ ‫ن ْ‬
‫ال َ‬
‫ع ْب َ‬ ‫إ َّ‬
‫ما ِء بِ‬ ‫ن‬ ‫ة ِ‬ ‫ن اآل ِ‬ ‫َال ِ‬ ‫ن‬ ‫ِ‬

‫سوا‬ ‫ح َّتى يَ ْ‬
‫جلِ ُ‬ ‫ج َّن ِ‬
‫ة َ‬ ‫ط ْ‬
‫ال َ‬ ‫ح ُنو ِ‬ ‫ح ُنوط ٌ ِ‬
‫م ْ‬
‫ن َ‬ ‫و َ‬ ‫ج َّن ِ‬
‫ة َ‬ ‫ان ْ‬
‫ال َ‬ ‫ن أ َ ْك َ‬
‫ف ِ‬ ‫م ْ‬
‫ن ِ‬ ‫ك َ‬
‫ف ٌ‬ ‫م َ‬
‫ع ُه ْ‬
‫م َ‬ ‫م ُ‬
‫س َ‬ ‫َّ‬
‫الش ْ‬ ‫م‬ ‫ج َ‬
‫وه ُه ْ‬ ‫كأَ َّ‬
‫ن ُو ُ‬ ‫جو ِه َ‬
‫و ُ‬ ‫ْ‬
‫ال ُ‬

‫الن ْف ُ‬ ‫ول ‪ :‬أَيَّ ُت َ‬


‫في َُق ُ‬
‫ه َ‬ ‫س ع ْن َ ْ‬ ‫ك ْ‬ ‫صرِ ثُ َّ‬ ‫د ْ‬‫م َّ‬
‫س‬ ‫َّ‬ ‫ها‬ ‫د َرأ ِ‬
‫س ِ‬ ‫ح َّتى يَ ْ‬
‫جلِ َ ِ‬ ‫َّ‬
‫السالم َ‬ ‫علَ ْي ِ‬
‫ه‬ ‫م ْوتِ َ‬
‫ال َ‬ ‫ملَ ُ‬
‫م يَجِي ُء َ‬ ‫البَ َ‬ ‫م ْن ُ‬
‫ه َ‬ ‫ِ‬

‫الس َ‬
‫قا ِء‬ ‫ِ‬ ‫ط َر ُة ِ‬
‫م ْ‬
‫ن فِي‬ ‫ق ْ‬ ‫ل ْ‬
‫ال َ‬ ‫سي ُ‬
‫ما تَ ِ‬ ‫ل َ‬
‫ك َ‬ ‫سي ُ‬
‫ج تَ ِ‬ ‫ل‪َ :‬‬
‫ف َت ْ‬
‫خ ُر ُ‬ ‫ن َ‬
‫قا َ‬ ‫و ِر ْ‬
‫ض َ‬
‫وا ٍ‬ ‫ن َّ ِ‬
‫َّللا َ‬ ‫م ْغ ِف َر ٍة ِ‬
‫م ْ‬ ‫جي إِلَى َ‬
‫اخ ُر ِ‬ ‫الطَّ ِيب ُ‬
‫َة ْ‬

‫ن َ‬
‫وفِي‬ ‫ك َ‬
‫ف ِ‬
‫ك ْ‬
‫ال َ‬ ‫ذلِ َ‬ ‫ع ُل َ‬
‫وها فِي َ‬ ‫َج َ‬
‫في ْ‬ ‫ح َّتى يَ ْأ ُ‬
‫خ ُذ َ‬
‫وها َ‬ ‫ْن َ‬ ‫ة َ‬
‫عي ٍ‬ ‫د ِه ط َ ْر َ‬
‫ف َ‬ ‫ع َ‬
‫وها فِي يَ ِ‬ ‫د ُ‬ ‫ها ل َ ْ‬
‫م يَ َ‬ ‫ذ َ‬ ‫ذا أ َ َ‬
‫خ َ‬ ‫ها َ‬
‫ف ِإ َ‬ ‫في َْأ ُ‬
‫خ ُذ َ‬ ‫َ‬

‫م ُّر َ‬ ‫ها َ‬
‫فال يَ ُ‬ ‫ع ُد َ‬
‫ص َ‬ ‫ل‪َ :‬‬
‫فيَ ْ‬ ‫ض َ‬ ‫ج ِ َ‬ ‫علَى َ‬
‫ت َ‬ ‫ك ُو ِ‬ ‫ب نَ ْف َ‬ ‫كأَ ْ‬
‫ها َ‬ ‫ويَ ْ‬
‫خ ُر ُ‬ ‫ح ُنو ِ‬ ‫ك ْ‬ ‫َ‬
‫ون‬ ‫ون بِ َ‬ ‫قا َ‬ ‫ه األ ْر ِ‬ ‫و ْ‬ ‫د ْ‬
‫ج َ‬ ‫م ْ‬
‫س ٍ‬ ‫ة ِ‬
‫ح ِ‬ ‫طيَ ِ‬ ‫م ْن َ‬
‫ج ِ‬ ‫ط َ‬ ‫ال َ‬ ‫ذلِ َ‬

‫ن‬ ‫ن بِأَ ْ‬
‫ح َ‬
‫س ِ‬ ‫ن ُفال ٍ‬ ‫ون ُف ُ‬
‫الن ْب ُ‬ ‫في َُقولُ َ‬ ‫وح الطَّيِ ُ‬
‫ب َ‬ ‫ُّ‬
‫الر ُ‬ ‫ه َ‬
‫ذا‬ ‫قالُوا َ‬
‫ما َ‬ ‫ة إِال َ‬ ‫مالئِ َ‬
‫ك ِ‬ ‫ن ْ‬
‫ال َ‬ ‫م ْ‬
‫إل ِ‬
‫م ٍ‬‫علَى َ‬ ‫يَ ْع ِني بِ َ‬
‫ها َ‬

‫ف ُي ْف َت ُ‬
‫ح‬ ‫ه َ‬
‫ون ل َ ُ‬
‫ح َ‬‫َس َت ْفتِ ُ‬
‫في ْ‬ ‫ُّ‬
‫الد ْنيَا َ‬ ‫َّ‬
‫الس َ‬
‫ما ِء‬ ‫ها إِلَى‬
‫ح َّتى يَ ْن َت ُهوا بِ َ‬ ‫ُّ‬
‫الد ْنيَا َ‬ ‫س ُّ‬
‫مونَ ُ‬
‫ه بِ َ‬
‫ها فِي‬ ‫ه الَّتِي َ‬
‫كانُوا ُي َ‬ ‫أَ ْ‬
‫س َ‬
‫مائِ ِ‬

‫ة‬ ‫َّ‬
‫السابِ َ‬
‫ع ِ‬ ‫َّ‬
‫الس َ‬
‫ما ِء‬ ‫ه إِلَى‬ ‫ح َّتى ُي ْن َت َ‬
‫هى ب ِ ِ‬ ‫ما ِء الَّتِي تَلِي َ‬
‫ها َ‬ ‫َّ‬
‫الس َ‬ ‫وها إِلَى‬
‫ق َّر ُب َ‬
‫م َ‬
‫ما ٍء ُ‬
‫س َ‬
‫ل َ‬ ‫ن ُ‬
‫ك ِ‬ ‫م ْ‬
‫ه ِ‬ ‫شيِ ُ‬
‫ع ُ‬ ‫م َ‬
‫ف ُي َ‬ ‫لَ ُه ْ‬
َ ‫وفِي‬
‫ها‬ ْ ‫خلَ ْق ُت ُه‬
َ ‫م‬ َ ‫م ْن‬
َ ‫ها‬ َ ‫ض‬
ِ ‫ف ِإنِي‬ َ
ِ ‫وه إِلَى األ ْر‬
ُ ‫يد‬ ِ َ ‫وأ‬
ُ ‫ع‬ َ ‫ين‬
َ ‫علِ ِي‬ َ ‫اب‬
ِ ‫ع ْب‬
ِ ‫دي فِي‬ ْ :‫ل‬
َ ‫اك ُت ُبوا كِ َت‬ َّ ‫ج‬ َ ‫ع َّز‬
َ ‫و‬ ُ َّ ‫ول‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫في َُق‬
َ

‫ه‬
ِ ِ‫سان‬ َ ‫ان‬
ْ ‫ف ُي‬
َ ِ‫جل‬ ِ ‫ك‬َ َ ‫مل‬
َ ‫ه‬ ْ َ ‫سده‬
ِ ‫فيَأتِي‬ ِ ِ َ ‫ج‬ ُ ‫ح‬
َ ‫ه فِي‬ ُ ‫ع‬
ُ ‫اد ُرو‬ َ :‫ل‬
َ ‫ف ُت‬ َ ‫قا‬ ْ ‫م تَا َر ًة ُأ‬
َ ، ‫خ َرى‬ ْ ‫ج ُه‬ ْ ‫ها ُأ‬
ُ ‫خ ِر‬ َ ‫م ْن‬ ُ ‫يد‬
ْ ‫ه‬
َ ‫م‬
ِ ‫و‬ ُ ‫ع‬ ُ
ِ ‫ أ‬... ) .

“Sesungguhnya seorang hamba yang beriman, ketika terputus dari dunia dan memulai

(kehidupan) akhirat, para malaikat turun kepadanya dari langit, wajahnya putih, wajah

mereka seperti matahari. Bersamanya kain kafan dari surga dan minyak wangi dari surga.

Sampai mereka duduk sejauh mata memandang. Kemudian didatangkan malaikan maut

alaihissalam. Lalu dia duduk di kepalanya seraya mengatakan, “Wahai jiwa yang baik,

keluarlah menuju ampunan dan keridoan Allah. Maka (ruh) keluar lepas seperti tetasan

air yang mengalir dari tempat minuman. Maka dibawanya ruh itu dengan sepenuh

perhatian tidak lengah sedikipun. Lalu dibawa dan diletakkan di kafan itu dengan minyak

wangi itu, sehingga keluar darinya bau sangat wangi yang didapatkan di atas bumi.

Berkata, “Kemudian dia dibawa naik olehnya, tidaklah melewati sekumpulan malaikat

kecuali mereka mengatakan, “Apa gerangan ruh yang baik ini?” mereka menjawab, “Ini

fulan bin fulan.” dengan menyebutkan nama terbaiknya yang mereka namakan di dunia.

Hingga selesai dari langit dunia, lalu mereka meminta izin untuk dibukakan baginya, dan

dibukakan untuk mereka, dan setiap makhluk di langit ikut menghantarkan sampai ke

langit setelahnya sampai selesai di langit ketujuh. Maka Allah Azza Wajalla berfirman,

“Tulislah kitab hamba-Ku ini di Illiyyin dan kembalikan dia ke bumi. Karena Saya ciptakan

darinya dan ia dikembalikan dan nanti akan di keluarkan lagi.Maka ruhnya dikembalikan

ke jasadnya, sampai datang dua malaikat dan mendudukkannya….” kemudian

disebutkan hadits tentang pertanyaan kubur.

Kemudian disebutkan mencabut ruh orang kafir dan mengatakan, “Mereka

membawannya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka

mengatakan, “Ruh busuk apa ini.” Mereka mengatakan fulan bin fulan, dengan nama

terjelek yang mereka namakan di dunia. Sampai ke langit dunia. Dan meminta dibukakan,
namun tidak dibukakan untuknya. Kemudian Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam

bersabda:

‫ط‬
ِ ‫خيَا‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ال‬ ُ ‫م‬
َ ‫ل فِي‬
ِ ‫س‬ َ ‫ج‬ ْ ‫ج‬
َ ‫ال‬ َ ِ‫ح َّتى يَل‬ َ ‫ج َّن‬
َ ‫ة‬ َ ‫ال‬ َ ُ‫خل‬
ْ ‫ون‬ ُ ‫وال يَ ْد‬
َ ‫ما ِء‬ َّ
َ ‫الس‬ ُ ‫و‬
‫اب‬ َ ‫م أَ ْب‬
ْ ‫ح ل َ ُه‬
ُ ‫ف َّت‬
َ ‫ال ُت‬

“Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka

masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum.” (QS.Al-A’raf: 40)

Maka Allah Azza Wajalla berfirman, “Tulislah kitabnya di Sijjin di bumi yang bawah.

Kemudian dilemparkan ruhnya begitu saja dan dibacakan ayat:

َ ‫م‬ ُ ‫الر‬ َ َّ ُ َ ‫خط‬


ُ ‫ف‬ َ ‫ما ِء‬
ْ ‫ف َت‬ َّ ِ ‫خ َّر‬ َ َّ‫كأَن‬
َ ‫ف‬ ِ َّ ِ‫ك ب‬
َ ‫اَّلل‬
‫حيقٍ )سورة‬ َ ‫ان‬
ِ ‫س‬ ٍ ‫ك‬ َ ‫يح فِي‬ِ ‫ه‬ ِ ‫ه الط ْي ُر أ ْو ت َ ْه‬
ِ ِ‫وي ب‬ َ ‫الس‬ ْ ‫م‬
‫ن‬ َ ‫ما‬ ْ ‫ن ُي‬
ْ ‫ش ِر‬ ْ ‫م‬
َ ‫و‬
َ

22 :‫)الحج‬

“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh

dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tmpat yang jauh” (QS.

Al-Hajj: 31)

Dan ruhnya dikembalikan ke jasadnya dan dua malaikan datang dan didudukkannya…)

kemudian disebutkan pertanyaan kubur.

Dinyatakan shahih Albany dalam ‘Shahih Al-Jami’, (1676). Silahkan lihat jawaban soal

no. 4395.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini disimpulkan

bahwa ruh tetap setelah berpisah dari badan. Berbeda dengan kesesatan orang-orang

mutakallimin yang mengatakan bahwa dia naik dan turun, juga berbeda dengan

kesesatan orang ahli filsafat yang mengatakan bahwa dia dikembalikan ke badan. Hadits

ini juga mengndung pemahaman bahwa mayit ditanya maka dia akan diberi nikmat atau

diazab.” (Majmu Fatawa, 4/292).


Diriwayatkan Ibnu Majah, (4262) dari Abu Hurairah dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam

bersabda:

‫ت فِي‬ ُ ‫س الطَّ ِيب‬


َ ،‫َة‬
ْ َ ‫كان‬ ُ ‫الن ْف‬
َّ َ ‫جي أَيَّ ُت‬
‫ها‬ ْ :‫قالُوا‬
ِ ‫اخ ُر‬ َ ،‫حا‬
ً ِ‫صال‬ ُ ‫ج‬
َ ‫ل‬ َّ
ُ ‫الر‬ َ ‫ك‬
‫ان‬ َ ‫ذا‬ ُ ‫ك‬
َ ، ‫ة‬
َ ‫ف ِإ‬ َ ِ‫م َالئ‬ ْ ‫ض ُر ُه‬
َ ‫ال‬ ُ ‫ح‬ ُ ِ‫مي‬
ْ َ‫ت ت‬ ْ
َ ‫ال‬

َ ‫ها‬
َ ِ‫ذل‬
‫ك‬ َ َ‫ل ل‬ َ ‫ال ُي‬
ُ ‫قا‬ َ ، ‫َان‬
ُ ‫ف َال يَ َز‬ َ ‫ضب‬ َ ‫غ ْي ِر‬
ْ ‫غ‬ َ ٍ‫و َرب‬
َ ، ‫ان‬
ٍ ‫ح‬َ ‫و َر ْي‬ ِ ‫وأ َ ْب‬
َ ٍ‫شرِي بِ َر ْوح‬ َ ،‫د ًة‬
َ ‫مي‬ ْ ، ِ‫د الطَّيِب‬
ِ ‫اخ ُر‬
َ ‫جي‬
ِ ‫ح‬ َ ‫ج‬
ِ ‫س‬ ْ
َ ‫ال‬

َ ‫م ْر‬
‫حبًا‬ َ :‫ل‬ َ ‫ف ُي‬
ُ ‫قا‬ ٌ ‫ ُف َال‬: ‫ون‬
َ ،‫ن‬ ُ ‫في َُق‬
َ ‫ول‬ َ ‫ذا ؟‬
َ ‫ه‬
َ ‫ن‬
ْ ‫م‬ ُ ‫ق‬
َ : ‫ال‬ َ ،‫ها‬
َ ‫ف ُي‬ ُ ‫ف ُي ْف َت‬
َ َ‫ح ل‬ َ ، ‫ما ِء‬ َّ
َ ‫الس‬ ‫ها إِلَى‬
َ ِ‫ج ب‬ َّ ُ‫ ث‬، ‫ج‬
ُ ‫م ُي ْع َر‬ ْ َ‫ح َّتى ت‬
َ ‫خ ُر‬ َ

َ ‫ضب‬
‫َان‬ َ ‫غ ْي ِر‬
ْ ‫غ‬ َ ٍ‫و َرب‬
َ ، ‫ان‬
ٍ ‫ح‬َ ‫و َر ْي‬ ِ ‫وأ َ ْب‬
َ ٍ‫شرِي بِ َر ْوح‬ َ ، ‫د ًة‬
َ ‫مي‬ َ ‫خلِي‬
ِ ‫ح‬ ِ ِ‫د الطَّي‬
ُ ‫ ا ْد‬، ‫ب‬ َ ‫ج‬
ِ ‫س‬ ْ ‫ت فِي‬
َ ‫ال‬ ْ َ ‫كان‬ ِ َ‫الن ْفسِ الطَّيِب‬
َ ،‫ة‬ َّ ِ‫ب‬

َّ ‫ج‬
،‫ل‬ َ ‫ع َّز‬
َ ‫و‬ َ ‫َّللا‬ َ ‫ما ِء الَّتِي فِي‬
ُ َّ ‫ها‬ َّ
َ ‫الس‬ ‫ها إِلَى‬ َ ‫ح َّتى ُي ْن َت‬
َ ِ ‫هى ب‬ َ ‫ك‬ َ ‫ها‬
َ ِ‫ذل‬ َ َ‫ل ل‬ َ ‫ل ُي‬
ُ ‫قا‬ َ .
ُ ‫ف َال يَ َزا‬

ِ ‫اخ ُر‬
‫جي‬ ْ ، ‫ث‬
ِ ‫خ ِبي‬ ْ ‫د‬
َ ‫ال‬ َ ‫ج‬
ِ ‫س‬ ْ ‫ت فِي‬
َ ‫ال‬ ْ َ ‫كان‬ ُ ‫خ ِبي َث‬
َ ، ‫ة‬ ْ ‫س‬
َ ‫ال‬ ُ ‫الن ْف‬ َ ‫جي أَيَّ ُت‬
َّ ‫ها‬ ِ ‫اخ ُر‬
ْ : ‫ل‬
َ ‫قا‬ ُّ
َ ، ‫السو ُء‬ ُ ‫ج‬
‫ل‬ َّ ‫ان‬
ُ ‫الر‬ َ ‫ك‬ َ ِ ‫وإ‬
َ ‫ذا‬ َ

َّ ‫ ُث‬، ‫ج‬
‫م‬ ْ َ‫ح َّتى ت‬
َ ‫خ ُر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ها‬
َ ِ‫ذل‬ َ َ ‫ال ل‬
ُ ‫ق‬َ ‫ال ُي‬ َ ،‫اج‬
ُ ‫ف َال يَ َز‬ ٌ ‫و‬َ ‫ه أ َ ْز‬ ْ ‫ش‬
ِ ِ‫كل‬ ْ ‫م‬
َ ‫ن‬ ِ ‫خ َر‬
َ ‫وآ‬
َ ، ٍ‫ساق‬ َ ‫و‬
َّ ‫غ‬ َ ، ‫يم‬
ٍ ‫م‬ ِ ‫وأَ ْب‬
َ ِ‫شرِي ب‬
ِ ‫ح‬ ً ‫م‬
َ ،‫ة‬ َ ‫مي‬ َ
ِ ‫ذ‬

ٌ ‫ ُف َال‬:‫ال‬
ِ‫الن ْفس‬
َّ ِ‫حبًا ب‬ َ ‫ َال‬: ‫ل‬
َ ‫م ْر‬ َ ، ‫ن‬
َ ‫ف ُي‬
ُ ‫قا‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ذا ؟‬
َ ‫ف ُي‬ َ ‫ه‬
َ ‫ن‬
ْ ‫م‬ َ ، ‫ها‬
َ ‫ف ُي‬
ُ ‫قا‬
َ : ‫ل‬ ُ ‫ف َال ُي ْف َت‬
َ َ‫ح ل‬ َ ، ‫ما ِء‬ َّ
َ ‫الس‬ ‫ها إِلَى‬ ُ ‫ُي ْع َر‬
َ ِ‫ج ب‬

َ ‫م‬
‫ن‬ ُ ‫س‬
َ ِ‫ل ب‬
ِ ‫ها‬ َ ، ‫ما ِء‬
َ ‫ف ُي ْر‬ َّ
َ ‫الس‬ ُ ‫و‬
‫اب‬ َ ‫ك أَ ْب‬
ِ َ‫ح ل‬ َ َّ‫ف ِإن‬
ُ ‫ها َال ُت ْف َت‬ ً ‫م‬
َ ،‫ة‬ َ ‫مي‬ َ ‫عي‬
ِ ‫ذ‬ ِ ‫ج‬ ْ ،‫ث‬
ِ ‫ار‬ ِ ‫خ ِبي‬ ْ ‫د‬
َ ‫ال‬ َ ‫ج‬
ِ ‫س‬ ْ ‫ت فِي‬
َ ‫ال‬ َ ،‫ة‬
ْ َ ‫كان‬ ِ ‫خ ِبي َث‬ ْ
َ ‫ال‬

(‫ق ْب ِر )صححه األلباني في صحيح ابن ماجة‬ ْ ‫ير إلَى‬


َ ‫ال‬ ِ ُ ‫ص‬ َّ ‫ ُث‬،‫ما ِء‬
ِ َ‫م ت‬ َّ
َ ‫الس‬

“Mayit didatangi oleh Malaikat, kalau dia orang baik, para Malaikat berkata, “Keluarlah

wahai jiwa yang baik, dahulu berada di jasad yang baik. Keluarlah dengan mulia dan

diberi kabar gembira dengan ruh dan raihan. Dan Tuhan tidak marah. Hal itu terus

dikatakan seperti itu sampai (ruhnya) keluar. Kemudian dinaikkan ke langit, lalu

dibukakan baginya. Maka dikatakan, “Siapa ini?” Mereka mengatakan, “Fulan.” Lalu

dikatakan, “Selamat datang jiwa yang baik. Dahulu engkau berada dalam jasad yang baik.

Keluarlah dengan mulia, dan beri kabar gembira dengan ruh dan raihan dan bahwa Tuhan

tidak marah. Senantiasa dikatakan seperti itu sampai di langit tempat Allah Azza Wa Jalla

berada.

Kalau orangnya buruk, berkata, “Keluarlah wahai jiwa yang buruk, dahulu engkau berada

di tubuh yang buruk. Keluarlah dalam kondisi hina. Beri kabar gembira dengan Hamim

dan Gossak dan lainnya berbentuk berpasangan. Senantiasa dikatakan seperti itu sampai
(ruhnya) keluar. Kemudian dinaikkan ke langit. Tidak dibukakan baginya. Dikatakan,

“Siapa ini? Dikatakan, “Fulan. Dikatakan, “Tidak ada selamat datang dengan jiwa yang

buruk. Dahulu di tubuh yang jelek. Keluarlah dalam kondisi hina. Sesungguhna dia tidak

dibukakan pintu-pintu langit. Maka dilemparkannya dari langit kemudian sampai ke

kuburan.” (Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah)

Pada dua hadits ini, ada penjelasan kondisi ruh setelah mati dan sebelum dikubur. Yaitu

jika ruh seorang hamba mukmin, maka para Malaikat memberikan kabar gembira

sebelum dicabut dengan ampunan dan keridoan Allah. Kemudian diolesi minyak wangi

kemudian diangkat dalam kondisi bahagia menghadap Tuhannya Subhanahu wa taala.

Maka Allah berfirman, “Catatlah kitab hamba-Ku di Illiyyin dan kembalikan dia ke bumi.”

Kemudian ruh dikembalikan ke jasad asalnya. Kemudian pemiliknya ditanya di kuburan,

maka Allah kuatkan dengan jawaban yang pasti dan dihamparkan kuburannya sejauh

pandangan mata.

Kalau ruh orang kafir, maka para Malaikat memberi kabar gembira dengan neraka dan

kemurkaan Allah, kemudian dinaikkannya dalam kondisi busuk, hina dan ketakutan.

Pintu-pintu langit tidak dibukakkan. Kemudian dilemparkan ke bumi dan dikembalikan

ke jasadnya. Pemiliknya mendapatkan fitnah dikuburannya dan disempitkan dan

didatangkan panas dan hembusan neraka.

Masa antara dicabut ruh dan dikuburkan serta pertanyaan di kubur bagi orang beriman

adalah rihlah pertama kali menuju kebahagiaan selamanya. Karena dia diberi kabar

gembira dengan surga dan kenikmatan yang kekal. Ditulis pada kitabnya di Illiyyin. Di

sana ruh gembira dan bahagia, tidak sengsara selamanya.


Sementara bagi orang kafir, itu adalah awal rihlah siksaan selamanya. Karena Allah

murka kepadanya dan tidak diizinkan membuka pintu-pintu langit, tidak juga pintu

rahmat baginya. Ditulis di kitab Sijil, disana ruhnya sengsara, tidak bahagia selamanya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahulah mengatakan, “Seluruh hadits shahih dan

mutawatir menunjukkan bahwa ruh kembali ke badan. Permasalahannya adalah jika

dikatakan badan tanpa ruh. Ini pendapat yang dikatakan sebagian orang, tetapi dingkari

oleh jumhur. Begitu juga permasalahan ruh tanpa badan. Ini dikatakan oleh Ibnu

Maisarah dan Ibnu Hazm. Kalau seperti itu, maka dalam kuburan tidak ada pengkhususan

untuk ruh.” (Majmu Fatawa, 5/446).

Silahkan dilihat Fatawa Nurun ‘Alad Darbi karangan Syekh Ibnu Baz rahimahullah, 4/310-

311.

Kedua:

Permasalah ini termasuk masalah gaib seharusnya orang muslim menerimanya tidak

bertanya tentang bagaimana caranya, karena kehidupan barzah tidak seorang pun yang

mengetahui cara dan esensinya kecuali Allah.

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya, “Sesungguhnya kematian manusia

maksudnya adalah keluarnya ruh dari jasad. Ketika dikuburkan apakah ruh kembali ke

jasadnya atau kemana ia pergi? Jika ruh kembali ke jasad di kuburan, bagaimana hal itu?

Maka beliau menjawab, “Terdapat riwayat dari Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam

bahwa mayat ketika meninggal, maka ruhnya akan dikembalikan lagi kepadanya waktu

di kuburnya. Dan ditanya tentang Tuhan, agama dan nabinya. Maka Allah kuatkan orang

yang beriman dengan ucapan yang kuat di kehidupan dunia dan akhirat. Seraya orang

mukmin mengatakan, “Tuhanku Allah, agamaku Islam dan nabiku Muhammad.


Sementara orang kafir atau munafik, ketika ditanya dia menjawab, “Ha-ha-ha, saya tidak

tahu, saya mendengar orang mengatakan sesuatu dan saya ikut mengatakannya.

Pengembalian ini –maksudnya pengembalian ruh ke badan dalam kubur- bukan seperti

kejadian ruh manusia ke badannya di dunia, karena ia kehidupan barzah kita tidak

mengetahui hakekatnya. Kita tidak diberi tahu tentang hakekatnya di kehidupan ini.

Semua urusan gaib yang kita tidak diberitahu tentangnya, maka kewajiban kita

terhadapnya adalah tawaquf (berhenti tidak perlu mendalami). Berdasarkan firman Allah

ta’ala:

ُ ‫س‬
:‫ؤوال ً )سورة اإلسراء‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ع ْن‬
َ ‫ه‬ َ ‫ك‬
َ ‫ان‬ َ ‫ل أُولَ ِئ‬
َ ‫ك‬ ُّ ‫د ُك‬
َ ‫ؤا‬ ْ ‫و‬
ُ ‫ال‬
َ ‫ف‬ َ ‫ص َر‬ ْ ‫و‬
َ َ‫الب‬ َ ‫م‬
َ ‫ع‬ َّ
ْ ‫الس‬ َّ ‫م إ‬
‫ن‬ ْ ِ ‫ه‬
ِ ٌ ‫عل‬ َ َ‫ْس ل‬
ِ ِ‫ك ب‬ َ ‫ما لَي‬ ُ ‫وال تَ ْق‬
َ ‫ف‬ َ

36)

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan

tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan

diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)

(Fatawa Nurun ‘Ala Ad-Darbi’ karangan Syekh Utsaiin, 4/2, dengan penomoran syamilah)

Sebagai tambahan, silahkan merujuk jawaban soal no. 10547, 21212, 43138, 13183.

Wallahu a’lam .

Soal Jawab Tentang Islam


‫‪Bagian 2 Khutbah Jumat terbaru 2017‬‬
‫هلل ْال َح ْم َد ِإ َّن‬‫هلل َونَعُ ْوذُ َونَ ْست َ ْغف ُِرهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ نَحْ َم ُدهُ ِ‬ ‫مِن أ َ ْنفُ ِسنَا ش ُُر ْو ِر ْ‬
‫مِن ِبا ِ‬ ‫ت َو ْ‬ ‫ض َّل فَلَ للاُ يَ ْه ِد َم ْن ‪،‬أ َ ْع َما ِلنَا َ‬
‫س ِيئ َا ِ‬ ‫ضل ِْل َو َم ْن لَهُ ُم ِ‬ ‫ِي فَلَ يُّ ْ‬ ‫هَاد َ‬
‫ع ْب ُدهُ ُم َح َّمداا أ َ َّن َوأ َ ْش َه ُد ‪،‬لَهُ ش َِريْكَ الَ َوحْ َدهُ للاُ ِإالَّ ِإلَهَ الَ أ َ ْن َوأ َ ْش َه ُد لَهُ‬ ‫س ْولُهُ َ‬ ‫صلَّى َو َر ُ‬ ‫علَ ْي ِه للاُ َ‬ ‫سلَّ َم َ‬‫للا ِإ َّن ‪:‬بَ ْع ُد أ َ َّما ‪.‬ت َ ْس ِل اما َو َ‬
‫َو َملئِ َكتَهُ َ‬
‫صلَّونَ‬‫علَى يُ َ‬ ‫صلُّوا آ َمنُوا الَّ ِذيْنَ أَيُّ َها يَا الَّنِبْي ِ َ‬ ‫علَ ْي ِه َ‬ ‫ص ِل أَللَّ ُه َّم ‪.‬ت َ ْس ِل ْي اما َو َ‬
‫س ِل ُم ْوا َ‬ ‫علَى َ‬ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫آل َو َ‬ ‫صلَّيْتَ َك َما ُم َح َّم ٍد ِ‬ ‫علَى َ‬ ‫ِيم َ‬ ‫علَى ِإب َْراه َ‬ ‫َو َ‬
‫آل‬
‫ِيم ِ‬ ‫ار ْك ‪َ .‬م ِج ْي ٌد َحمِ ْي ٌد ِإنَّكَ ‪ِ ،‬إب َْراه َ‬ ‫علَى َوبَ ِ‬ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َ‬‫آل َو َ‬ ‫ار ْكتَ َك َما ‪ُ ،‬م َح َّم ٍد ِ‬ ‫علَى بَ َ‬ ‫علَى ِإب َْرا ِهي َْم َ‬ ‫آل َو َ‬ ‫ا ْغف ِْر اَللَّ ُه َّم‪َ .‬م ِج ْي ٌد َحمِ ْي ٌد ِإنَّكَ ِإب َْرا ِهي َْم ِ‬
‫ت ل ِْل ُم ْسلِمِ يْنَ‬‫‪،‬و ْال ُم ْس ِل َما ِ‬
‫ت مِ ْن ُه ْم اَألَحْ يَاءِ َ‬ ‫‪.‬واأل َ ْم َوا ِ‬ ‫َ‬

‫سبَقُ ْونَا الَّ ِذيْنَ َو ِإل ْخ َوانِنَا لَنَا ا ْغف ِْر َربَّنَا‬
‫ان َ‬ ‫ف ِإنَّك َربَّنَا آ َمنُو ْا لِلَّ ِذيْنَ ِغلًّ قُلُوبِنَا فِي تَجْ عَ ْل َوالَ بِ ِ‬
‫اإل ْي َم ِ‬ ‫‪.‬رحِ ْي ٌم َرؤ ُْو ُ‬
‫َّ‬

‫‪.‬الفَاتِحِ يْنَ َخي ُْر َوأ َ ْنتَ بِ ْال َح ِ‬


‫ق قَ ْومِ نَا َوبَيْنَ بَ ْينَنَا ا ْفتَحْ اَللَّ ُه َّم‬ ‫طيِباا َو ِر ْزقاا ناافِعاا ع ِْل اما نَسْأَلُكَ إِنَّا اَللَّ ُه َّم ْ‬
‫ع َملا َ‬
‫‪ُ .‬متَقَبِلا َو َ‬

‫سنَةا ال ُّد ْنيَا فِي آتِنَا َربَّنَا‬


‫سنَةا اآلخِ َرةِ َوفِى َح َ‬ ‫عذَ َ‬
‫اب َوقِنَا َح َ‬ ‫‪.‬النَّ ِ‬
‫ار َ‬

‫صلَّى‬
‫علَى للاُ َو َ‬
‫علَى ُم َح َّم ٍد نَبِيِنَا َ‬ ‫ان تَبِعَ ُه ْم َو َم ْن َو َ‬
‫صحْ بِ ِه آ ِل ِه َو َ‬ ‫س ٍ‬‫الدي ِْن يِ ْو ِم ِإلَى بِإِحْ َ‬
‫ِ‬

‫‪Update 4 Daftar Materi Khutbah Terbaru 2017 Tongkronganislami.net‬‬

‫‪Sumber: https://www.tongkronganislami.net/edisi-3-khutbah-jumat-terbaru-menuju-‬‬
‫‪manusia-terbaik/‬‬

‫‪Kedatangan Ruh Setelah Keluar Dari Jasad Ke Rumah & Kuburnya/Kitab-Daqoiqul‬‬


‫‪Akhbar‬‬
‫‪14 Oktober 2010 pukul 9:38‬‬
‫‪Nabi Saw. bersabda: Ketika ruh keluar dari tubuh anak cucu Adam dan telah lewat 3 hari, ruh‬‬
‫"‪berkata: "Wahai Tuhanku, Ijinkanlah aku berjalan-jalan dan melihat jasad tempatku berada.‬‬
‫‪Allah pun mengijinkannya, maka ruh pergi mendatangi kuburannya dan memandanginya dari‬‬
kejauhan, dan sungguh mengalir darah dari hidung dan mulutnya, maka menangislah ruh dengan
tangisan yang berkepanjangan dan berkata: "Wahai jasadku yang miskin, hai kekasihku, apakah
engkau ingat hari-hari kehidupanmu (didunia), ini adalah rumah tempatnya kesunyian, bala',
kepayahan, kesusahan dan penyesalan."

Setelah lewat 5 hari dari kematiannya dia berkata lagi: "Wahai Tuhanku,...

Setelah lewat 5 hari dari kematiannya dia berkata lagi: "Wahai Tuhanku, ijinkanlah aku untuk
melihat jasadku." Maka Allah pun mengijinkannya, ruh lalu pergi mendatangi kuburnya dan
melihat dari kejauhan, dia melihat dari lubang hidung dan mulutnya mengalir air nanah, maka
menangislah dia dan berkata: "Hai jasadku yang miskin, apakah engkau ingat hari-hari
kehidupanmu ?, ini adalah tempatnya prihatin, kesusahan cobaan, ulat dan kalajengking.
Sungguh ulat-ulat itu akan memakan dagingmu, merobek-robek kulit dan anggota tubuhmu."

Setelah lewat 7 hari, ruh berkata lagi: "Wahai Tuhanku, ijinkanlah aku untuk melihat jasadku."
Maka Allah pun mengijinkannya, ruh lalu mendatangi kuburnya dan melihat dari kejauhan, dan
ternyata jasadnya telah dipenuhi dengan ulat, maka ruh pun menangis dengan keras dan berkata:
"Hai jasadku, apakah engkau ingat hari-hari kehidupanmu, dimana anak-anakmu, dimana
kerabatmu, dimana istrimu, dimana saudara-saudaramu, dimana teman-teman dan tetangga-
tetanggamu yang merelakan bertetangga denganmu, hari ini mereka menangisi kamu dan
menangisi aku."

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.: Ketika seorang mukmin meninggal dunia, ruhnya berputar
mengelilingi rumahnya selama 1 bulan, dia melihat harta yang ditinggalkannya, bagaimana
pembagian dan pembayaran hutang-hutangnya. Setelah genap 1 bulan dia kembali pada
kuburnya dan berputar-putar selama 1 tahun, maka dilihatnya orang-orang yang mendoakannya
dan orang-orang yang bersusah hati atas kepergiannya. Setelah genap satu tahun ruhnya diangkat
dan dikumpulkan dengan ruh-ruh yang lain sampai hari kiamat, yaitu hari ditiupnya sangkalala.

Dikalatan bahwa maknanya ruh adalah anak cucu Adam, ada yang mengatakan bahwa ruh adalah
malaikat Jibril, dan ada yang mengatakan bahwa ruh adalah ruh Nabi Muhammad Saw. yang
berada dibawah Arasy dan memohon ijin kepada Allah pada malam Lailatul Qadar untuk turun
memberi salam keraf kaum mukmin laki-laki dan perempuan.

Ada juga yang mengatakan bahwa ruh adalah para kerabat orang-orang yang mati dan berkata:
"Ya Tuhan kami, ijinkanlah kami turun kerumah-rumah kami sehingga kami bisa melihat anak-
anak kami dan keluarga kami." Maka turunlah ruh pada malam Lailatul Qadar sebagaimana kata
Ibnu Abbas ra.: Ketika datang hari raya (Idul Fitri dan Idul Qurban), hari Asyura (10 Muharram),
hari Jumat yang pertama pada bulan Rajab, malam Nishfu Sya'ban, malam Lailatul Qadar dan
malam Jumat ruh-ruh orang mati keluar dari kuburnya dan berhenti didepan pintu rumah-rumah
mereka dan mereka berkata kepada kerabat-kerabatnya: "Berbelas kasihanlah kalian pada malam
yang penuh barokah ini dengan sedekah dan sesuap makanan (pada orang-orang yang
mematuhkan), maka sesungguhnya kami sangat membutuhkannya, jika kamu bakhil dan tidak
mampu bersedekah, maka ingatlah kami dengan membaca surat Al Fatihah pada malam yang
barokah ini. Apakah ada seseorang yang mengasihi kami, apakah ada orang yang ingat
pengembaraan kami. Wahai orang-orang yang mendiami rumah, wahai orang-orang yang
menikahi perempuan (istri) kami, wahai orang yang menempati gedung kami yang luas dan
sekarang kami dalam kubur yang sempit, wahai orang yang membagi harta kami, wahai orang-
orang yang mensia-siakan anak yatim kami, apakah salah seorang dari kalian tidak ingat akan
pengembaraan kami, shahifah (buku catatan) kami yang telah ditutup dan buku-buku kalian yang
masih terbuka, dan tidak ada bagi mayit secarik kainpun dalam liang lahad, maka janganlah
kalian lupa secuil dari roti kalian dan doa kalian, sesungguhnya kami membutuhkan kalian
selamanya."

Jika si mayit menemukan Shadaqoh dan doa dari mereka, maka kembalilah dia dengang rasa
senang dan gembira dan jika tidak mendapatkannya, maka kembalilah dia dengan kesusahan dan
rasa kecewa dan dia merasa telah dilupakan.

¤¤¤¤¤¤

Daqoiqul Akbar Fii Dzikril Jannati Wan-Nar


‫‪Kubur Adalah Gerbang Akherat‬‬
‫‪Nur Fitri Hadi, MA‬‬

‫‪Oktober 3, 2013‬‬

‫‪Artikel Khutbah Jumat‬‬

‫‪3 Comments‬‬

‫‪Khutbah Pertama :‬‬

‫س َت ْغ ِف ُر ُه‬ ‫ونَ ْ‬ ‫ه َ‬ ‫ع ْي ُن ُ‬ ‫س َت ِ‬‫ونَ ْ‬ ‫م ُد ُه َ‬ ‫ح َ‬ ‫ِهلل نَ ْ‬


‫د ِ‬ ‫م َ‬ ‫ح ْ‬
‫ال َ‬ ‫إن ْ‬
‫ِ‬
‫سي َئاتِ‬ ‫و َ‬ ‫س َنا َ‬ ‫ش ُر ْو ِر أَ ْن ُف ِ‬ ‫ن ُ‬ ‫م ْ‬ ‫اهلل ِ‬ ‫ع ْو ُذ بِ ِ‬ ‫ونَ ُ‬ ‫َ‬
‫م ْ‬
‫ن‬ ‫و َ‬‫ه َ‬ ‫ضل ل َ ُ‬ ‫م ِ‬ ‫فال َ ُ‬ ‫هللا َ‬
‫ُ‬ ‫د ِه‬‫ن يَ ْه ِ‬ ‫م ْ‬‫مالِ َنا َ‬ ‫ع َ‬ ‫أَ ْ‬
‫ُ‬
‫هللا‬ ‫ه إِال‬ ‫ن ال َ إِل َ‬ ‫ه ُد أَ ْ‬ ‫ش َ‬‫ه أَ ْ‬ ‫ي لَ ُ‬ ‫ها ِد َ‬ ‫فال َ َ‬ ‫ل َ‬ ‫ضلِ ْ‬ ‫ُي ْ‬
‫س ْو ُل ُ‬
‫ه‬ ‫و َر ُ‬ ‫ع ْب ُد ُه َ‬ ‫حم ًدا َ‬ ‫م َ‬ ‫ه ُد أَن ُ‬ ‫ش َ‬ ‫وأ َ ْ‬ ‫َ‬
‫ه‬
‫على آلِ ِ‬ ‫و َ‬‫د َ‬ ‫حم ٍ‬ ‫م َ‬ ‫على ُ‬ ‫م َ‬ ‫سل ْ‬ ‫و َ‬ ‫صل َ‬ ‫اَلل ُهم َ‬
‫م‬‫ان إِلَى يَ ْو ِ‬ ‫س ٍ‬ ‫ح َ‬ ‫م بِإِ ْ‬‫ع ُه ْ‬ ‫ن تَبِ َ‬ ‫م ْ‬ ‫و َ‬‫ه َ‬ ‫حابِ ِ‬‫ص َ‬ ‫وأ َ ْ‬ ‫ِ‬
‫‪.‬الد ْين‬
‫وال َ‬‫ه َ‬‫قاتِ ِ‬‫حق ُت َ‬ ‫هللا َ‬
‫َ‬ ‫م ُن ْوا ات ُقوا‬ ‫نآ َ‬ ‫ها ال َ‬
‫ذ ْي َ‬ ‫يَاأَي َ‬
‫م ْو َ‬
‫ن‬ ‫سلِ ُ‬ ‫م ُ‬
‫م ْ‬ ‫وأَ ْن ُت ْ‬ ‫م ْو ُتن إِال َ‬ ‫تَ ُ‬
‫س‬ ‫ْ‬
‫ف‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫ن‬‫ْ‬ ‫م‬
‫ِ‬ ‫م‬‫ْ‬ ‫ق ُ‬
‫ك‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫خ‬‫َ‬ ‫ي‬ ‫ذ‬
‫ِ‬ ‫ال‬ ‫ُ‬
‫م‬ ‫اس ات ُق ْوا َرب ُ‬
‫ك‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫َ‬ ‫ي‬‫يَاأَ‬
‫ٍ‬
ً ‫جاال‬ َ ‫ما ِر‬ َ ‫م ْن ُه‬ ِ ‫وبَث‬ َ ‫ها‬ َ ‫ج‬َ ‫ها َز ْو‬ َ ‫م ْن‬
ِ ‫ق‬ َ َ‫خل‬ َ ‫و‬ َ ‫د ٍة‬َ ‫ح‬ ِ ‫وا‬ َ
‫ه‬
ِ ِ‫ن ب‬ َ ‫سا َء ُل ْو‬ َ َ ‫ذي ت‬ ِ َ‫هللا ال‬
َ ‫وات ُقوا‬ َ ‫سا ًء‬ َ ِ‫ون‬ َ ‫كثِ ْي ًرا‬ َ
‫م َرقِ ْيبًا‬ ْ ‫ك‬ُ ‫علَ ْي‬ َ ‫ان‬ َ ‫ك‬ َ ‫هللا‬
َ ‫حام َ إِن‬ َ ‫و ْاأل َ ْر‬ َ
‫د ْي ًدا‬
ِ ‫س‬ َ ً ‫ق ْوال‬ َ ‫و ُق ْو ُل ْوا‬َ ‫هللا‬َ ‫م ُن ْوا ات ُقوا‬ َ ‫نآ‬ َ ‫ذ ْي‬ ِ ‫ها ال‬ َ ‫يَاأَي‬
‫ن‬ ْ ‫م‬ َ ‫و‬َ ‫م‬ ْ ‫ك‬ ُ َ‫م ُذ ُن ْوب‬ ْ ‫ك‬ُ َ‫ويَ ْغ ِف ْرل‬ َ ‫م‬ ُ َ‫مال‬
ْ ‫ك‬ َ ‫ع‬ ْ َ‫م أ‬ ْ ‫ك‬ ُ َ‫ح ل‬ ْ ِ‫صل‬ ْ ‫ُي‬
‫ أَما بَ ْع ُد‬،‫ما‬ ً ‫ظ ْي‬ِ ‫ع‬ َ ‫ف ْو ًزا‬ َ ‫فا َز‬ َ ‫ق ْد‬ َ ‫ه‬
َ ‫ف‬ ُ َ‫س ْول‬ ُ ‫و َر‬ َ ‫هللا‬ َ ِ‫طع‬ ِ ‫ُي‬

ِ ‫ه ْد‬
‫ى‬ ْ ‫خ ْي َر‬
َ ‫ال‬ َ ‫و‬َ ،‫هللا‬
ِ ‫اب‬ُ ‫ث كِ َت‬ِ ‫د ْي‬ ِ ‫ح‬ َ ‫ال‬ْ ‫ق‬ َ ‫د‬ َ ‫ص‬ ْ َ‫ف ِأن أ‬ َ
‫شر‬َ ‫و‬ َ ،‫م‬َ ‫سل‬ َ ‫و‬ َ ‫ه‬ ِ ‫علَ ْي‬ َ ‫صلى هللا‬ َ ‫د‬ ٍ ‫حم‬ َ ‫م‬ ُ ‫ى‬ ُ ‫ه ْد‬ َ
‫ة‬ َ ‫كل بِ ْد‬
ٍ ‫ع‬ ُ ‫و‬ َ ‫ة‬ٌ ‫ع‬َ ‫ة بِ ْد‬ ٍ َ‫دث‬ َ ‫ح‬ ْ ‫م‬ُ ‫كل‬ ُ ‫و‬َ ،‫ها‬ ُ َ‫دث‬
َ ‫ات‬ َ ‫ح‬ْ ‫م‬ ُ ‫م ْو ِر‬ُ ُ‫ْاأل‬
‫ة فِي النا ِر‬ ِ َ‫ضالَل‬َ ‫كل‬ ُ ‫و‬َ ،‫ة‬ ً َ‫ضالَل‬َ
Ibadallah! Saya berwasiat kepada anda semua agar senantiasa bertakwa kepada
Allah Yang Maha Mangetahui segala rahasia. Bertakwalah kepadaNya secara
lahir dan batin. Karena takwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala adalah bekal
terbaik untuk memasuki alam kubur dan hari akhir. Hari di saat semua rahasia
terbongkar dan apa yang tersembunyi menjadi terbuka. Hari ketika hati terdesak
ke kerongkongan. Hari saat harta benda dan kekayaan tidak lagi berguna.

Ibadallah! Siapakah yang akan kekal dan abadi ? Siapakah yang menetapkan
kematian atas seluruh makhluk ? Siapakah yang akan terus hidup dan tidak akan
mati ? Siapakah satu-satunya yang akan tetap bertahan ? Siapakah yang akan
tetap ada dan tidak akan hilang ? Siapakah satu-satunya yang tidak akan
berubah ? Dialah Allah Yang Maha Esa, Maha Perkasa, Maha Mulia lagi Maha
Gagah. Dialah yang menetapkan kematian atas seluruh hamba. Sedangkan Dia
tidak akan pernah hilang dan musnah.

Ma’syiral muslimin rahimani warahimakumullah! Orang yang diburu oleh


maut, mana mungkin bisa merasakan nikmatnya hidup ? Dan orang yang akan
tinggal di dalam kubur, mana mungkin menganggap dunia sebagai tempat
terbaiknya ? Kita terlalu asyik dengan harta, rumah, anak dan istana, sehingga
kita lupa bahwa kita semua pasti akan masuk ke liang kubur. Kita terlena
dengan hal-hal baru sehingga lupa akan masa depan kita di alam kubur. Ketika
kekuatan iman menurun dan perasaan melemah, kita menjadi lupa bahwa kita
akan dikubur di dalam tanah. Hanya kepada Allahlah kita mengadukan
kekerasan hati kita akibat banyaknya bencana dan malapetaka yang menimpa.

Wahai umat Islam! Jiwa kita pasti sangat tersentak saat kita mengantar orang-
orang tercinta ke liang lahat. Dan hati kita pasti sangat terguncang saat berpisah
dengan orang-orang yang kita kasihi. Tapi bagi orang-orang yang beriman
kepada qadla dan qadar Allah, dan mengetahui bahwa hal itu adalah sunnatullah
yang berlaku bagi makhlukNya (hukum Allah pada alam), tidak ada pilihan lain
selain berlapang dada dan bersikap pasrah. Tetapi anehnya, banyak sekali orang
yang larut dalam kebodohannya dan terombang-ambing dalam kemabukannya.

َ‫غ ْفلَ ٍة ُّم ْع ِرضُون‬


َ ‫سابُ ُه ْم َو ُه ْم فِي‬ َ ‫ا ْقت ََر‬
ِ َّ‫ب ِللن‬
َ ‫اس ِح‬

Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang
mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).(QS. Al-Anbiyaa’
:1)
Seolah-olah kebenaran adalah kewajiban orang lain. Seakan-akan kematian
adalah ketetapan bagi orang lain. Di saat kita dikepung oleh budaya kebendaan
(materialisme), disibukkan dengan permainan yang menggoda, dan
ditenggelamkan dalam kubangan kenikmatan dan kesenangan, hingga merasuk
ke dalam hati dan meresap ke dalam jiwa. Bahkan kita merasa seolah-olah kekal
di dunia ini. Dalam keadaan semacam ini, kita benar-benar perlu berhenti
sejenak untuk menghadapi masa depan yang pasti akan kita lalui. Khususnya
setelah dunia nyaris membawa banyak manusia menjauh dari pantai
keselamatan dan melemparkan mereka ke jurang kehancuran dan kesesatan.
Mudah-mudahan Allah berkenan menghindarkan kita dari murkaNya dan
siksaNya yang sangat pedih.

Wahai orang-orang yang beriman! Pernahkah kita bertanya pada diri kita,
apakah hidup akan terus begini, ataukah kubur akan menjadi persinggahan kita
setelah ini ? Pernahkah kita bertanya kepada diri kita tentang puluhan jenazah
yang kita shalati, kemanakah mereka pergi ? Apa yang akan mereka hadapi ?
Bagaimanakah keadaan mereka ? Apa yang akan mereka alami ? Dan
bagaimanakah nasib mereka nanti ? Tepat sekali apa yang dikatakan penyair
berikut ini :

Kematian itu bisa dihindari dan dijauhi


Bila ini turun dari ranjangnya, itu naik ke atasnya
Kita menginginkan banyak hal dan mengharapkan hasilnya
Tapi boleh jadi kematian lebih dekat dari harapan kita
Kita bangun istana-istana menjulang tinggi di angkasa
Padahal kita tahu bahwa kita pasti akan mati
Dan istana-istana itu pasti akan hancur
Kepada Allah kita mengadukan kerasnya hati kita
Setiap hati peringatan kematian selalu datang
Demi Allah, setiap pagi dan petang hari banyak sekali orang tercinta
Yang kita antar ke liang kuburnya
Dengan deraian air mata
Kita timbun tubuhnya dengan tanah bagai musuh saja
Sementara di dalam hati ada api yang membara

Liang kubur telah menampung orang-orang dulu dan orang-orang belakangan,


dimasuki anak-anak kecil dan orang-orang dewasa, dipenuhi rakyat dan pejabat.
Liang kubur menghimpun para Nabi, para ulama, orang-orang kaya, orang-
orang miskin, rakyat jelata, pejabat tinggi, laki-laki dan wanita.

Kubur adalah pintu yang akan dimasuki semua orang


Tempat apakah gerangan sesudah pintu kubur ?
Tempat yang nikmat jika anda mengerjakan apa yang diridhai Tuhan
Tapi jika anda melanggar aturanNya, Nerakalah adanya.

Ayyuhal ikhwah Fillah! Marilah kita hayati topik yang sangat penting ini. Topik
yang menggambarkan betapa pentingnya situasi ini dan betapa pentingnya apa
yang akan kita hadapi. Mudah-mudahan kita bisa menyiapkan bekal dengan
sebaik-baiknya.

Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Al-Hakim meriwayatkan
dengan sanad shahih dari Al-Bara’ bin ‘Azib Radiyallahu ‘anhu ia berkata:
“Kami pernah keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk
melayat jenazah seorang lelaki dari kalangan anshar lalu kami sampai di
kuburan. Setelah jenazah dikuburkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
duduk dan kami pun duduk di sekelilingnya seolah-olah di atas kepala kami ada
burung ( baca: sambil menundukkan kepala). Sementara beliau memegang
sebatang kayu kecil yang beliau gunakan untuk mengoyak tanah. Lalu beliau
mengangkat kepala dan bersabda: “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari
azab kubur” sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian beliau bersabda:

“Sesungguhnya ketika seorang hamba yang beriman meninggalkan dunia dan


menuju Akhirat ada banyak malaikat yang turun dari langit. Wajah mereka
putih bersih laksana matahari. Mereka membawa kain kafan dan parfum dari
Surga. Mareka duduk di dekatnya sepanjang mata memandang. Kemudian
malaikat maut datang dan duduk di dekat kepalanya, lalu berkata: “Wahai jiwa
yang tenang, keluarlah menuju ampunan dan ridha Allah.” Lalu jiwa itu keluar
mengalir seperti air mengalir dari bibir teko. Malaikat maut pun
mengambilnya. Setelah ia mengambilnya, mereka tidak membiarkannya di
tangan malaikat maut barang sekejap mata. Mereka langsung mengambilnya
dan membungkusnya dengan kain kafan dan parfum tersebut. Kemudian jiwa
itu mengeluarkan aroma seperti aroma minyak kasturi (misik) yang paling
harum di muka bumi. Lalu mereka membawanya naik ke atas. Dan setiap kali
mereka melewati kumpulan malaikat, mereka (yang dilewati itu ) berkata : ‘Apa
yang berbau harum ini ? Mereka ( para malaikat pembawa jiwa itu ) menjawab
: Fulan bin Fulan. Mereka menyebutnya dengan nama terbaik yang sebelumnya
digunakan oleh manusia untuk memanggilnya selama di dunia. Mereka terus
naik ke atas sampai tiba di langit terdekat. Lalu mereka minta izin untuk
dibukakan pintu langit dan pintu pun dibuka. Di tiap-tiap langit itu para
malaikat terdekatnya turut mengantarkannya ke langit berikutnya. Hingga
akhirnya ia sampai ke langit ketujuh. Lalu Allah berfirman : ‘Catatlah buku
hambaKu di dalam kelompok tertinggi dan kembalikan dia ke bumi. Karena
sesungguhnya dari situlah Aku menciptakan mereka, ke sanalah Aku
mengembalikan mereka, dan dari sanalah aku akan mengeluarkan mereka pada
kali yang lain. Kemudian ruhnya dikembalikan (ke bumi). Lalu ia didatangi dua
malaikat dan bertanya kepadanya: ‘Siapa Tuhanmu ? ia menjawab: Tuhanku
adalah Allah. Keduanya bertanya: Apa agamamu ? ia menjawab: Agamaku
adalah Islam. Keduanya bertanya: Siapakah orang yang diutus di antara kamu
ini ? ia menjawab: Dia adalah utusan Allah. Keduanya bertanya: Apa ilmumu ?
ia menjawab: Aku telah membaca kitab Allah, lalu aku percaya dan
membenarkannya. Kemudian ada seruan dari langit yang berbunyi: HambaKu
benar. Maka berilah dia kasur dari Surga dan berilah dia pakaian dari Surga.
Dan bukakanlah pintu menuju Surga untuknya, agar ia mendapatkan aroma
dan keharumannya. Dan kuburnya pun dilapangkan sepanjang mata
memandang. Lalu ia didatangi seorang yang berwajah rupawan, berpakaian
bagus dan berbau harum. Orang itu berkata: “Bergembiralah dengan sesuatu
yang menyenangkan hatimu. Ini adalah harimu yang dahulu dijanjikan
kepadamu. Ia (orang beriman yang mati) bertanya: Siapa kamu ? Wajahmu
adalah wajah yang datang dengan kebaikan. Aku adalah amalmu yang shalih,
jawabnya. Lalu ia berkata: Ya Tuhanku, laksanakanlah hari kiamat, agar aku
bisa kembali kepada keluargaku dan hartaku.”

Sedangkan ketika seorang hamba yang kafir meninggalkan dunia dan menuju
Akhirat ada banyak malaikat yang turun dari langit dengan wajah yang hitam
legam. Mereka membawa kain kasar. Mereka duduk di dekatnya sepanjang
mata memandang. Kemudian malaikat maut datang dan duduk di dekat
kepalanya, lalu berkata: “Wahai jiwa yang jahat, keluarlah menuju murka dan
amarah Allah! Lalu ia pun dilepas dari jasadnya. Malaikat maut mencabutnya
seperti mencabut tusuk sate dari wool yang basah. Setelah malaikat maut
mengambil jiwa tersebut, mereka (para malaikat yang berwajah hitam itu) tidak
membiarkannya berada di tangannya barang sekejap mata pun. Mereka
langsung membungkusnya dengan kain kasar tersebut. Dan jiwa itu langsung
mengeluarkan bau busuk seperti bau bangkai yang paling busuk di muka bumi.
Lalu mereka membawanya naik ke atas. Dan setiap kali mereka melewati
kumpulan malaikat, mereka (yang dilewati itu) berkata: ‘Apa bau yang busuk
ini ? Mereka (para malaikat pembawa jiwa itu) menjawab: Fulan bin Fulan.
Mereka menyebutnya dengan namanya yang paling jelek selama di dunia.
Mereka terus naik ke atas sampai tiba di langit terdekat. Lalu mereka minta izin
untuk dibukakan pintu langit tetapi tidak dibukakan.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membaca ayat:

َ ‫ج َّن‬
‫ة‬ َ ‫ال‬ َ ‫خ ُل‬
ْ ‫ون‬ ُ ‫والَيَ ْد‬َ ‫مآ ِء‬ َّ
َ ‫الس‬ ُ ‫و‬
‫اب‬ َ ‫م أَ ْب‬ ُ ‫ف َّت‬
ْ ‫ح لَ ُه‬ َ ‫ال َ ُت‬
‫ط‬ ِ ‫خيَا‬ ِ ‫ال‬ْ ‫م‬ ِ ‫س‬ َ ‫ل فِي‬ ُ ‫م‬
َ ‫ج‬َ ‫ال‬ ْ ‫ج‬َ ِ‫ح َّتى يَل‬ َ
Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka
masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum. (QS. Al-A’raf :40)

Lalu Allah berfirman: “Catatlah bukunya pada Sijjin di dalam bumi yang paling
bawah.” Lalu ruhnya dibuang begitu saja.

Kemudian beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membaca ayat:


‫مآ ِء‬ َّ
َ ‫الس‬ ‫ن‬َ ‫م‬ ِ ‫خ َّر‬ َ ‫ما‬ َ َّ‫كأَن‬
َ ‫ف‬ َ ‫اهلل‬
ِ ِ‫ك ب‬ ْ ‫ر‬
ِ ‫ش‬ْ ‫من ُي‬ َ ‫و‬ َ
‫ان‬
ٍ ‫ك‬َ ‫م‬ ُ ‫ر‬
َ ‫يح فِي‬ ‫ال‬ ‫ه‬
ِ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫و‬ ‫ه‬ْ َ ‫ت‬ ْ
‫و‬ َ‫ه الطَّ ْي ُر أ‬ُ ‫خطَ ُف‬ْ ‫ف َت‬َ
ِ ِ ِ
ٍ‫حيق‬ ِ ‫س‬ َ
Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-
olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke
tempat yang jauh. (QS. Al-Hajj :31)

Kemudian ruhnya dikembalikan ke dalam jasadnya dan ia didatangi oleh dua


orang malaikat. Lalu keduanya duduk didekatnya dan bertanya: Siapa tuhanmu
? Ia menjawab: Ha?! Ha?! Aku tidak tahu. Keduanya bertanya: Apa Agamamu
? Ia menjawab: Ha?! Ha?! Aku tidak tahu. Lalu keduanya bertanya: Siapakah
orang yang diutus di antara kamu ini ? Ternyata ia tidak tahu namanya. Lalu
dikatakan padanya: Muhammad. Lantas ia menjawab: Ha?! Ha?! Aku tidak
tahu. Kemudian ada seruan dari langit yang berbunyi: Hambaku berdusta.
Maka berilah dia kasur dari Neraka dan bukakanlah pintu Neraka untuknya,
agar hawa panas dan racunnya mengalir kepadanya. Dan kuburnya pun
menghempitnya hingga tulang-tulang iganya saling silang di dalamnya. Lalu ia
didatangi seseorang berpakaian jelek dan berbau busuk. Orang itu berkata:
Bergembiralah dengan sesuatu yang buruk bagimu. Inilah hari yang dahulu
dijanjikan kepadamu. Ia (orang kafir yang mati itu) bertanya: Siapa kamu ?
Wajahnya adalah wajah yang datang dengan keburukan. Aku adalah amalmu
yang buruk, jawabnya. Lalu ia berkata: Tuhanku! Jangan Engkau laksanakan
hari kiamat! Tuhanku! Jangan Eangkau laksanakan hari kiamat.”
Sungguh, ini adalah Hadits yang sangat penting. Hadits ini mengambil titik-titik
pertemuan hati. Maka bagi setiap orang yang kematian sebagai akhir hayatnya,
tanah sebagai tempat tidurnya, ulat sebagai temannya, Maunkar dan Nakir
sebagai penanyanya, amalnya sebagai pendampingnya, kuburan sebagai tempat
tinggalnya, alam barzakh sebagai persinggahannya, Hari Kiamat sebagai
janjinya, dan Surga atau Neraka sebagai akhir perjalanannya, sudah sepantasnya
baginya untuk tidak melalaikan detik-detik yang pasti akan dilaluinya ini.

Imam Ahmad dan Ibnu Majah meriwayatkan dengan sanad jayyid dari Al-Bara’
bin Azib Radiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Ketika kami sedang bersama
Rasulullah tiba-tiba beliau melihat sekelompok orang. Lalu beliau
bertanya: ‘Untuk apa mereka itu berkumpul di situ ? Mereka sedang menggali
kubur, jawab seseorang. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam langsung terkejut
dan bergegas mendatangi kubur tersebut. Kemudian beliau berlutut dan
menangis tersedu-sedu hingga air matanya membasahi tanah. Lalu beliau
menghadap ke arah kami dan bersabda: ‘Saudara-saudaraku, untuk hal
semacam inilah hendaknya kamu bersiap-siap.”

Demikian pula dengan generasi Salaf yang shalih. Hani’ maula Usman
Radiyallahu ‘anhu berkata: Utsman bin Affan apabila berada di dekat kubur
(makam) selalu menangis hingga jenggotnya basah dengan air mata. Lalu dia
ditanya: ‘Anda berbicara tentang Surga dan Neraka tetapi anda tidak menangis.
Namun ketika berbicara tentang kubur, anda selalu menangis ? Utsman
menjawab: ‘Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya kubur adalah persinggahan pertama menuju Akhirat dari itu


seseorang selamat darinya maka apa yang sesudahnya akan lebih mudah dari
itu. Dan jika ia tidak selamat darinya maka yang sesudahnya akan lebih berat
dari itu. (HR. Ahmad, 2/292, At-Tirmidzi, 2308, dan Ibnu Majah, 4267 )

Tsabit Al-Bunani berkata: “Dulu apabila kami menyaksikan jenazah, semua


orang menundukkan kepala sambil menangis.”

Begitu besar ketakutan mereka dan begitu kuat iman mereka. Bagaimana
dengan kondisi kita sekarang ?!

Jenazah-jenazah membuat kita ketakutan ketika datang


Lalu kita kembali bercanda ria setelah mereka berlalu
Allahul musta’an ! (Hanya Allah tempat memohon)

Dalam sebuah Hadits disebutkan:

“Sesungguhnya kubur tidak lain adalah salah satu taman Surga atau jurang
Neraka.” (HR. At-Tirmidzi, 2460 )

Dan disebutkan bahwa kubur berkata: “Hai kamu, anak Adam! Apa yang
membuatmu terlena ? Tidakkah engkau tahu bahwa aku adalah rumah
kegelapan, rumah keterasingan, rumah kesendirian, dan rumah ulat.”

Aku datang ke kubur lalu berseru


Di mana orang terhormat dan orang jelata ?
Mereka semua binasa lalu tak ada yang memberitakan
Mereka semua mati dan berita mereka pun mati
Ulat-ulat belatung datang pagi dan petang
Lalu menghabisi keelokan bentuk tubuh itu
Wahai orang yang bertanya padaku Tentang orang-orang yang telah lalu
Tidakkah anda punya pelajaran berharga
Dari orang-orang yang telah lalu

Abu Darda’ Radiyallahu ‘anhu berkata: “Aku pernah pergi ke makam bersama
Umar bin Abdul Aziz. Begitu melihat kuburan ia langsung menangis. Lalu ia
menghadap ke arahku dan berkata: ‘Hai Maimun, ini adalah kuburan para
leluhur Bani Umayyah. Seolah-olah mereka tidak pernah berbagi kesenangan
dan kehidupan dengan dengan penduduk dunia. Tidakkah kau lihat mereka
semua mati dan telah menerima hukuman. Mereka ditimpa petaka dan tubuh
mereka pun tidak berharga. Lalu Umar menangis dan berkata: ‘Demi Allah, aku
tidak mengetahui seorang pun yang beriman di antara mereka yang telah masuk
ke liang kubur itu merasa aman dari siksa Allah.”

Jadi, ingatlah selalu masa depan yang pasti akan kita alami itu. Bersiap-siaplah
untuk menghadapinya dengan taubat dan amal shalih.

“Ya Allah sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari siksa kubur. Ya Allah,
sesungguhnya kami memohon kepadaMu agar Engkau berkenan memelihara
kami dari fitnah kubur. Ya Allah, jadikanlah kubur setelah berpisah dengan
dunia ini sebagai persinggahan terbaik kami dan lapangkanlah liang lahat
kami. Ya Allah, tolonglah kami dalam menghadapi kematian dan sakaratnya,
kubur dan kegelapannya, padang mahsyar dan kesulitannya, shirath (jembatan
menuju Surga) dan ketergelincirannya, wahai Dzat Yang Maha Hidup lagi
Maha Mengurus makhlukNya.
َ َ‫ون‬
َ ‫ف‬
ْ‫عنِي‬ َ ،‫م‬ ِ ‫ك ِر ْي‬ ْ ‫آن‬
َ ‫ال‬ ِ ‫ال ُق ْر‬ ْ ‫م فِي‬ ْ ‫ك‬ ُ َ‫ول‬
َ ْ‫ك هللا لِي‬ َ ‫با َر‬
.‫م‬ِ ‫حكِ ْي‬َ ‫ال‬ ْ ‫ذ ْك ِر‬ ِ ‫وال‬َ ِ‫اآليَات‬ ْ ‫ن‬ َ ‫م‬ ِ ‫ه‬ َ ِ‫م ب‬
ِ ‫ما فِ ْي‬ ْ ‫اك‬ُ َّ‫وإِي‬َ
ْ ‫ك‬
‫م‬ ُ َ‫ول‬َ ْ‫هللا لِي‬ َ ‫ف ُر‬ِ ‫س َت ْغ‬ ْ َ‫وأ‬ َ ‫ق ْولِيْ هذا‬ َ ‫ل‬ ُ ‫أَ ُق ْو‬
ٍ ‫ذ ْن‬
‫ب‬ َ ‫ل‬ ُ ‫ن‬ ْ ‫م‬ َ ‫م ْي‬ ْ ‫م‬ ْ ‫سائِ ِر‬
ُ ‫ال‬ َ ِ‫ول‬ َ ،
ِ ‫ك‬ ِ ‫ن‬ ِ ‫س ِل‬
Khutbah Kedua

Amma ba’du:

Ibadallah! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala:

ُّ ‫ك‬
‫ل‬ َّ ‫و‬
ُ ‫فى‬ َّ ُ‫هللا ث‬
َ ‫م ُت‬ ِ ‫ه إِلَى‬
ِ ‫ون فِي‬ َ ‫ع‬ ُ ‫ج‬ ً ‫واتَّ ُقوا يَ ْو‬
َ ‫ما تُ ْر‬ َ
ْ ‫م ال َ ُي‬ ُ ‫و‬
َ ‫م‬
‫ون‬ ُ َ‫ظل‬ ْ ‫ه‬ َ ‫ت‬ ْ َ ‫سب‬َ ‫ك‬َ ‫ما‬ ٍ ‫نَ ْف‬
َّ ‫س‬
Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu
kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi
balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka
sedikitpun tidak dianiaya. (QS. Al-Baqarah :281)

Ibadallah! Ketika berbicara tentang masalah masa depan ini, setiap muslim
harus fokus pada keharusan mengubah masalah keyakinan ini menjadi
kenyataan pikiran dan prilaku nyata di dalam hudupnya. Dalam arti bahwa
setiap orang yang percaya bahwa dirinya akan masuk ke liang kubur harus
benar-benar yakin bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan dirinya dari
kesepian dan siksaan kubur selain beriman kepada Allah dan mengikuti
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Seandainya kita benar-benar percaya
akan hal itu, niscaya kita tidak akan menjumpai orang yang menodai akidah,
merusak mutaba’ah (mengikuti Sunnah Rasul), berzina, menjalankan riba,
berbuat zalim, berdusta, menipu, atau menyakiti orang lain. Karena ia tahu
bahwa dirinya akan masuk ke liang kubur. Setelah itu, ia akan ditanya tentang
amal perbuatannya. Dan setelah keluarga, anak-anak dan harta bendanya
kembali kerumah, tinggal malnya saja yang menemaninya.

Namun, harapan masih banyak. Kita harus tetap bersemangat. Para ulama dan
muballigh harus bisa mempertajam cita-cita, menggerakkan tekad dan
melembutkan hati dengan nasihat-nasihat semacam ini. Mudah-mudahan cara
ini dapat menggerakkan sumbu, menyalakan api dan menerangi jalan.

Siapkanlah bekal anda, wahai hamba-hamba Allah! Wahai orang-orang yang


lalai! Ingatlah masa depan yang pasti ini. Hitunglah amal anda sebelum dihitung
oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
Wahai orang-orang terpedaya oleh dunia, yang halal maupun yang haram,
ingatlah kubur dan pikirkanlah tidur anda di dalam timbunan tanah.

Wahai pemuda yang suka bersenang-senang, bermain-main dan asyik dengan


kelalaian dan kesenangannya, sadarlah sebelum habis waktu anda.

Wahai wanita yang suka menyia-nyiakan hak-hak Allah, hak-hak dirinya,


suaminya dan anak-anaknya, ingatlah apa yang akan anda hadapi.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

‫م َّر ٍة‬
َ ‫ل‬ َّ َ‫م أ‬
َ ‫و‬ ُ ‫خلَ ْق َن‬
ْ ‫اك‬ َ ‫ما‬َ ‫ك‬َ ‫دى‬ َ ‫مونَا ُف َرا‬ ُ ‫ج ْئ ُت‬ َ َ‫ول‬
ِ ‫ق ْد‬ َ
ْ ‫ك‬
‫م‬ ُ ‫و َرآ َء‬
ُ ‫ظ ُهو ِر‬ َ ‫م‬ ُ ‫و ْل َن‬
ْ ‫اك‬ َّ ‫خ‬
َ ‫ما‬َّ ‫وتَ َر ْك ُتم‬ َ
Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri kami ciptakan
pada mulanya, dan kamu tinggalkan dibelakangmu (di dunia) apa yang telah
kamu kurniakan kepadamu. (QS. Al-An’am :94)

Lakukanlah apa saja yang bisa menyelamatkan anda dari siksa kubur, seperti
taubat nasuhaa, amal shalih, menghitung-hitung diri, rajin berdzikir, membaca
Al-Qur’an, dan membaca Istighfar dengan niat yang benar, ikhlas dan sesuai
dengan tuntunan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Dan hadirilah apa saja yang bisa memicu datangnya siksa kubur, seperti
menggunjing, menyebar fitnah (mengadu domba), dan tidak menjaga diri dari
percikan air kencing. Karena Rasulullah pernah melewati dua buah kuburan lalu
beliau bersabda:
“Susungguhnya mereka berdua benar-benar sedang disiksa dalam perkara
yang besar. Salah satu dari mereka dahulu tidak menutup diri dari air kencing.
Sedangkan yang lain dahulu suka mengadu domba.”(Shahih Al-Bukhari, 218
dan Shahih Muslim, 292)

Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu


‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Jagalah kebersihanmu dari air kencing Karena sesungguhnya kebanyakan


siksa kubur disebabkan karena hal itu.” (HR. Ad-Daruquthni, 1/128 dan Al-
Hakim, 1/183)

Termasuk yang bisa menyebabkan datangnya siksa kubur ialah riya’ (pamer),
menjalankan praktik riba, berbuat zina, dan semua perbuatan maksiat.

Ibadallah! Kita harus memperbaharui taubat yang nasuhaa. Kita harus


memohon perlindungan kepada Allah dari terkenan dan himpitan liang kubur.
Karena Ummul Mukminin Aisyah Radiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa
Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya kubur itu memiliki tekanan. Seandainya ada orang yang bisa
selamat darinya, niscaya Sa’ad bin Mu’adz selamat darinya.” (HR. Ishaq bin
Rahawaih dalam Musnadnya, 1114, Ahmad, 6/55 dan Ath-Thahawi dalam
Musykilul Atsar, 273)

Ayyuhal ikhwah! Bagian luar kubur adalah tanah biasa. Tapi bagian dalamnya
bagi orang yang durhaka kepada Allah adalah penyesalan dan siksaan.
‫‪Inilah sekilas evaluasi diri sebelum ajal menjemput kita. Mudah-mudahan dapat‬‬
‫‪mendorong kita semua untuk melakukan taubat yangnasuhaa.‬‬

‫ها‬ ‫ي يَآأَيُّ َ‬ ‫ب‬ ‫َّ‬


‫الن‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫َ‬
‫ع‬ ‫َ‬
‫ون‬ ‫صل ُّ‬ ‫ه ُي َ‬ ‫ك َت ُ‬ ‫مالَئِ َ‬ ‫و َ‬ ‫هللا َ‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫إ َّ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫ما‬ ‫س ِلي ً‬ ‫موا تَ ْ‬ ‫س ِل ُ‬ ‫و َ‬ ‫ه َ‬ ‫علَ ْي ِ‬ ‫صلُّوا َ‬ ‫م ُنوا َ‬ ‫ين َءا َ‬ ‫ذ َ‬ ‫الَّ ِ‬
‫ك َ‬
‫ما‬ ‫د‪َ ،‬‬ ‫م ٍ‬ ‫ح َّ‬ ‫م َ‬ ‫آل ُ‬ ‫علَى ِ‬ ‫و َ‬ ‫د‪َ ،‬‬ ‫م ٍ‬ ‫ح َّ‬ ‫م َ‬ ‫علَى ُ‬ ‫ل َ‬ ‫ص ِ‬ ‫اللهم َ‬
‫م‪ ،‬إِنَّ َ‬
‫ك‬ ‫ه ْي َ‬ ‫آل إِ ْب َرا ِ‬ ‫علَى ِ‬ ‫و َ‬ ‫م‪َ ،‬‬ ‫ه ْي َ‬ ‫علَى إِ ْب َرا ِ‬ ‫ت َ‬ ‫صلَّ ْي َ‬ ‫َ‬
‫علَى‬ ‫و َ‬ ‫د‪َ ،‬‬ ‫م ٍ‬ ‫ح َّ‬ ‫م َ‬ ‫علَى ُ‬ ‫ك َ‬ ‫د‪ .‬اللهم بَا ِر ْ‬ ‫ج ْي ٌ‬‫م ِ‬ ‫د َ‬ ‫م ْي ٌ‬
‫ح ِ‬ ‫َ‬
‫علَى‬ ‫و َ‬ ‫م‪َ ،‬‬ ‫ه ْي َ‬ ‫علَى إِ ْب َرا ِ‬ ‫ت َ‬ ‫ما بَا َر ْك َ‬ ‫ك َ‬ ‫د‪َ ،‬‬ ‫م ٍ‬ ‫ح َّ‬ ‫م َ‬ ‫آل ُ‬ ‫ِ‬
‫د‬‫مجِ ْي ٌ‬ ‫د َ‬ ‫م ْي ٌ‬ ‫ح ِ‬‫ك َ‬ ‫م‪ ،‬إِنَّ َ‬ ‫ه ْي َ‬ ‫آل إِ ْب َرا ِ‬ ‫ِ‬
‫ماتِ‪َ ،‬ربَّ َنا‬ ‫سلِ َ‬ ‫م ْ‬ ‫ال ُ‬ ‫و ْ‬ ‫ن َ‬ ‫م ْي َ‬ ‫سلِ ِ‬ ‫م ْ‬ ‫ـر لِ ْل ُ‬ ‫ف ْ‬ ‫اغـ ِ‬ ‫اللهم ْ‬
‫م َنا‬ ‫ح ْ‬ ‫وتَ ْر َ‬ ‫ـر لَ َنا َ‬ ‫م تَ ْغـ ِف ْ‬ ‫ن لَ ْ‬ ‫وإ ِ ْ‬ ‫س َنا َ‬ ‫م َنا أَ ْن ُف َ‬ ‫ظَلَ ْ‬
‫الد ْنيَا‬ ‫ن‪َ ،‬ربَّ َنا آتِ َنا فِي ُّ‬ ‫س ِر ْي َ‬ ‫خا ِ‬ ‫ال َ‬ ‫ن ْ‬ ‫م َ‬ ‫ن ِ‬ ‫كونَ َّ‬ ‫لَ َن ُ‬
‫اب َّ‬
‫النار‬ ‫ذ َ‬ ‫ع َ‬ ‫وقِ َنا َ‬ ‫ة َ‬ ‫س َن ً‬ ‫ح َ‬ ‫خ َر ِة َ‬ ‫اآل ِ‬ ‫وفِي ْ‬ ‫ة َ‬ ‫س َن ً‬ ‫ح َ‬ ‫َ‬
‫‪[Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi pertama, ElBA Al-Fitrah,‬‬
‫]‪Surabaya .Diposting oleh Yusuf Al-Lomboky‬‬

‫‪Read more https://khotbahjumat.com/2254-kubur-adalah-gerbang-akherat.html‬‬

‫‪Ruh Dari Shalat‬‬


‫‪Nur Fitri Hadi, MA‬‬

‫‪September 17, 2017‬‬


‫‪Bersih Hati‬‬

‫‪2 Comments‬‬

‫‪Khutbah Pertama:‬‬

‫ه‬
‫ض ِل ِ‬ ‫ف ْ‬ ‫علَى َ‬ ‫ن َ‬ ‫عالَ ِ‬
‫م ْي َ‬ ‫َّلل َربِ ال َ‬ ‫م ُد ِ َّ ِ‬ ‫ح ْ‬ ‫اَ ْل َ‬
‫ب‬
‫جا ِ‬ ‫إل ْن َ‬ ‫ج ِِ‬ ‫و َ‬ ‫عبَا ِد ِه ال َت َزا َ‬ ‫ع لِ ِ‬ ‫ش َر َ‬ ‫ه‪َ ،‬‬ ‫سانِ ِ‬ ‫ح َ‬ ‫وإ ِ ْ‬ ‫َ‬
‫د ُه َال‬ ‫ح َ‬ ‫و ْ‬ ‫هللا َ‬ ‫ُ‬ ‫ه إِ َّال‬‫ن َال إِلَ َ‬ ‫ه ُد أَ ْ‬ ‫ش َ‬ ‫وأ َ ْ‬ ‫األ َ ْو َال ِد‪َ ،‬‬ ‫ْ‬
‫عا ِد‪،‬‬ ‫م َ‬ ‫م ال َ‬ ‫ها لِيَ ْو ِ‬ ‫خ َر َ‬‫دتاً أَد َ‬ ‫ه َ‬ ‫ش َ‬ ‫ه‪َ ،‬‬ ‫ك لَ ُ‬ ‫ش ِر ْي َ‬ ‫َ‬
‫ه‬‫خ ْي َر ُت ُ‬ ‫و ِ‬ ‫ه َ‬ ‫س ْو ُل ُ‬ ‫و َر ُ‬ ‫ع ْب ُد ُه َ‬ ‫مداً َ‬ ‫ح َّ‬ ‫م َ‬ ‫ن ُ‬‫ه ُد أَ َّ‬ ‫ش َ‬ ‫وأ َ ْ‬ ‫َ‬
‫علَى آلِ ِ‬
‫ه‬ ‫و َ‬ ‫ه َ‬ ‫علَ ْي ِ‬ ‫هللا َ‬
‫ُ‬ ‫صلَّى‬ ‫عبَا ِد‪َ ،‬‬ ‫سائِ ِر ال ِ‬ ‫ن َ‬ ‫م ْ‬ ‫ِ‬
‫سلِ ْيماً‬ ‫م تَ ْ‬ ‫سلَّ َ‬ ‫و َ‬ ‫جا ِد‪َ ،‬‬ ‫ه البَ َر َر ِة اَ ْأل َ ْم َ‬ ‫حابِ ِ‬ ‫ص َ‬ ‫وأ َ ْ‬ ‫َ‬
‫كثِ ْي ًرا‬ ‫‪َ .‬‬

‫‪:‬أَ َّ‬
‫ما بَ ْع ُد‬

‫عالَى‬
‫هللا تَ َ‬
‫َ‬ ‫اس‪ ،‬اِتَّ ُق ْوا‬
‫ُ‬ ‫الن‬ ‫‪،‬أَيُّ َ‬
‫ها َّ‬
‫‪Ibadallah,‬‬

‫‪Banyak orang terbuai dunia. Hati mereka hanya disibukkan gemerlap dunia,‬‬
‫‪sehingga melupakan kehidupan akhirat. Akibatnya, mereka lalai dari Khaliq‬‬
‫‪mereka. Mereka abaikan syariat agama ini. Allâh Azza wa Jalla berfirman:‬‬
‫الص َال َة‬
َّ ‫اعوا‬ُ ‫ض‬ َ َ‫ف أ‬ٌ ‫خ ْل‬
َ ‫م‬ ْ ‫ه‬ِ ‫د‬ِ ‫ن بَ ْع‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ف‬َ َ‫خل‬ َ ‫ف‬ َ
‫غيًّا‬ َ ‫ن‬ َ ‫ف يَ ْل‬
َ ‫ق ْو‬ َ ‫س ْو‬َ ‫ف‬ َ ۖ ِ‫وات‬َ ‫ه‬ َّ
َ ‫الش‬ ‫عوا‬ُ َ‫واتَّب‬ َ
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan
shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui
kesesatan (atau lembah di neraka). [Maryam/ 19: 59]

Ada sebagian orang mengerjakan shalat. Namun tidak berefek positif pada
kehidupan mereka. Mereka tidak memperhatikan adab-adab shalat, tidak
konsisten menunaikan rukun dan adabnya. Yang ada, hanya gerakan fisik belaka
namun kosong dari kekhusyukan. Seolah shalat itu hanya gerakan badan tanpa
ada ruh dan hati.

Belum lagi keadaan mereka di luar shalat! Sebagiannya tetap saja bertutur kata
kotor, berprilaku buruk, tak segan memakan haram, dan berbagai kemaksiatan
lain masih ia langgar! Kadang timbul tanya, bukankah shalat itu mencegah
perbuatan keji dan mungkar? Lalu mengapa shalat mereka tidak membawa
angin segar pada perangai mereka?

Jawabannya adalah, karena ruh shalat belum bisa mereka hadirkan, yaitu
khusyuk. Allâh Subhanahu wa Ta’ala mensifati kaum Mukminin bahwa mereka
khusyuk dalam shalat dan sebagai balasannya, Allâh memberikan kemenangan
dan keberuntungan bagi mereka. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

ُ ‫ين‬
ْ ‫ه‬
‫م فِي‬ َ ‫ذ‬ِ َّ‫﴾ ال‬١﴿ ‫ون‬
َ ‫م ُن‬ِ ‫م ْؤ‬ ْ ‫ح‬
ُ ‫ال‬ َ َ‫ق ْد أَ ْفل‬َ
َ ‫ع‬
‫ون‬ ُ ‫ش‬ِ ‫خا‬ َ ‫م‬ ِ ِ‫ص َالت‬
ْ ‫ه‬ َ
Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusyu’ dalam shalatnya, [Al-Mu’minun/23:1-2]

Ibnu Rajab berkata, “Asal makna khusyuk adalah: hati yang lembut, tenang dan
tunduk, hati yang luluh karena Allâh Azza wa Jalla . Bila hati khusyuk, maka ia
akan diikuti kekhusyukan semua anggota badan. Karena anggota badan
mengikut pada hati.” Al-Hasan berkata, “Khusyuk mereka ada di hati mereka,
sehingga mereka menundukkan pandangan dan merendahkan diri.”

Inilah jalan kaum salaf dalam shalat mereka. Yaitu mereka yang menghadirkan
rasa takut ketika menghadap Allâh Azza wa Jalla dalam shalat. Hatinya khidmat
dan khusyuk, sehingga khusyuknya menjalar pada anggota badan, raut muka
dan gerakan mereka, karena mereka menyadari keagungan Allâh Azza wa Jalla .
Hilang dari benak mereka semua urusan duniawi, karena mereka tengah
bermunajat kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Saat itulah shalat menjadi
ketenangan hati yang hakiki. Seperti sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam riwayat Anas Radhiyallahu anhu :

َّ
‫الص َال ِة‬ َ ‫ت ُق َّر ُة‬
‫ع ْينِي فِي‬ ْ َ‫عل‬ ُ ‫و‬
ِ ‫ج‬ َ
Dan dijadikan kesejukan pandanganku di dalam shalat. [HR. Ahmad, Nasa’i]

Juga dalam Musnad Imam Ahmad, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda:

َّ
‫الص َال ِة‬ ْ ‫فأَ ِر‬
‫ح َنا ِب‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ُق‬
ُ ‫م يَا بِ َال‬
Wahai Bilal, bangunlah, rehatkan kami dengan shalat.

Inilah ketenangan yang hakiki. Ia tahu, tatkala mengangkat tangannya, sejatinya


ia tengah menggagungkan Allâh Azza wa Jalla . Bila menyedekapkan tangan
kanan di atas tangan kiri, sebenarnya ia tengah merendahkan diri di hadapan
Allâh Yang Maha Perkasa, seperti yang dikatakan Imam Ahmad.

Inilah sikap muslim dalam shalatnya. Ia pererat tautannya dengan Allâh, agar
bisa meraih janji Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

ٌ َ‫ك ُتوب‬
‫ة‬ ْ ‫م‬
َ ‫ة‬ ٌ َ ‫صال‬
َ ‫ض ُر ُه‬ ُ ‫ح‬ ْ َ‫م ت‬ ٍ ‫س ِل‬ْ ‫م‬ُ ‫ئ‬ ٍ ‫ام ِر‬ْ ‫ن‬ ْ ‫م‬ِ ‫ما‬ َ
َّ ‫ إال‬، ‫ها‬ َ ‫ع‬َ ‫كو‬ ُ ‫و ُر‬َ ،‫ها‬ َ ‫وع‬ َ ‫ش‬ ُ ‫خ‬ ُ ‫و‬ َ ‫ضوءها ؛‬ ُ ‫ن ُو‬ ُ ‫س‬ِ ‫ح‬ ْ ‫ف ُي‬ َ
ِ
ْ َ‫ما ل‬
‫م‬ َ ‫الذ ُنوب‬ ُّ ‫ن‬ َ ‫م‬ َ َ‫ق ْبل‬ َ ِ‫فا َر ًة ل‬
َ ‫ما‬ َّ ‫ك‬َ ‫ت‬ ْ َ‫كان‬ َ
ِ ‫ها‬
‫ه‬ ُ َّ‫كل‬
ُ ‫ه َر‬ ْ ‫الد‬
َّ ‫ك‬ َ ِ‫وذل‬ ٌ ِ‫كب‬
َ ، ‫يرة‬ َ ‫ؤت‬ َ ‫ُت‬
Tidaklah seorang Muslim di mana tiba shalat fardhu, lalu ia memperbagus
wudhu, khusyuk dan rukuk dari shalatnya, melainkan itu (shalatnya) menjadi
kaffarah penghapus dosa yang sebelumnya, selama dosa besar tidak ia langgar.
Dan itu berlangsung sepanjang masa. [HR. Muslim]

Kedudukan khusyuk dalam shalat seperti kedudukan kepala dalam tubuh


manusia. Orang yang shalat sedangkan hatinya berputar-putar menerawang
dunia, maka syetan akan mencuri shalatnya. Yaitu dengan banyak menoleh,
banyak bergerak mempermainkan tubuh atau pakaiannya. Kadang ia tidak
thuma’ninah, tidak sadar dan tidak paham dengan yang ia baca. Maka
dikhawatirkan shalatnya akan tertolak. Seperti sabda Rasûl Shallallahu ‘alaihi
wa sallam :

ُ َ‫ص َالت‬
”‫ه‬ َ ‫ق‬ ُ ‫ر‬
ِ ‫س‬ ْ َ ‫ذي ي‬ ِ َّ ‫ة ال‬ ً ‫ق‬َ ‫س ِر‬ َ ‫اس‬
ِ َّ َ‫وأ‬
‫الن‬ َ ‫س‬ ْ َ‫ن أ‬ َّ ‫إ‬
ِ
‫ه؟‬ ُ َ‫ص َالت‬
َ ‫ق‬ ُ ‫ر‬ ِ ‫س‬ْ َ‫ف ي‬َ ‫ك ْي‬ َ ‫و‬َ ‫هللا‬ ِ َ ‫سو‬
‫ل‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫الوا‬ ُ ‫ق‬ َ
‫و َال‬َ ‫ها‬َ ‫د‬ َ ‫جو‬ ُ ‫س‬ُ ‫و َال‬ َ ‫ها‬ َ ‫وع‬َ ‫ك‬ُ ‫م ُر‬ُّ ِ‫ ” َال ُيت‬:‫ل‬ َ ‫قا‬ َ
َ ‫ع‬
‫ها‬ َ ‫شو‬ ُ ‫خ‬ ُ
“Sesungguhnya orang mencuri yang paling buruk adalah orang yang mencuri
shalatnya.” Sahabat bertanya: “Bagaimana ia mencuri shalatnya?” Beliau
menjawab: “Ia tidak menyempurnakan rukuk, sujud dan khusyuknya.” [HR.
Ahmad, Al-Hakim, Ibnu Khuzaimah]

Ketika hati manusia mengeras, manusia pun enggan mencari ilmu agama, maka
banyaklah terlihat orang yang merusak shalat mereka. Ada yang shalat, namun
tetap berbuat keji dan munkar. Atau berbuat hal yang merusak aqidahnya, atau
bertabrakan dengan dasar-dasar Islam. Ia tetap memakan riba, korupsi,
menyuap, minum minuman memabukkan, dan lainnya. Mereka ini yang juga
shalat, apakah telah mendirikan shalat dengan baik dan menunaikan
kewajibannya dengan sebaik mungkin?!

Demi Allâh! Sekiranya mereka menunaikannya dengan benar, tentu mereka


akan menghentikan semua hal yang haram. Hanya saja, mereka ini telah
menyia-nyiakan inti shalat.
Ubadah bin ash-Shâmit Radhiyallahu anhu berkata, “Ilmu yang pertama kali
diangkat dari manusia adalah khusyuk. Hampir-hampir engkau memasuki
masjid yang diadakan jamaah, namun tidak engkau lihat orang yang khusyuk di
dalamnya.” [HR. At-Tirmidzi]

Akankah kita berkenan untuk kembali dengan benar pada ajaran Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala hal, termasuk dalam menunaikan
shalat? Semoga Allâh memberi taufiq kepada kita untuk mewujudkannya.

‫ف ْع َنا‬
َ َ‫ون‬
َ ،‫م‬ ِ ‫ظ ْي‬ِ ‫ع‬ َ ‫آن ال‬ ُ ‫م فِي‬
ِ ‫الق ْر‬ ْ ‫ك‬ ُ َ‫ول‬َ ْ‫هللا لِي‬ ُ َ ‫بَا َر‬
‫ك‬
‫ل‬ُ ‫ أَ ُق ْو‬،‫م‬ ِ ‫حكِ ْي‬ َ ‫ذ ْك ِر ال‬ِ ‫وال‬ َ ‫ان‬ ِ َ‫ن البَي‬ َ ‫م‬ ِ ‫ه‬ ِ ‫ما فِ ْي‬ َ ِ‫ب‬
ِ‫م ْيع‬ِ ‫ج‬ َ ِ‫ول‬ َ ‫م‬ ْ ‫ك‬ ُ َ‫ول‬َ ْ‫هللا لِي‬َ ‫س َت ْغ ِف ُر‬ ْ َ ‫وأ‬
َ ‫ذا‬ َ ‫ه‬ َ ‫ق ْولِي‬ َ
‫ه‬ُ َّ‫اس َت ْغ ِف ُر ْو ُه إِن‬
ْ ‫ف‬ َ ،‫ب‬ َ ‫ل‬
ٍ ‫ذ ْن‬ ِ ‫ك‬ ُ ‫ن‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ن‬ َ ‫م ْي‬ ِ ِ‫سل‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ال‬
‫م‬ُ ‫ح ْي‬ ِ ‫غ ُف ْو ُر ال َر‬ َ ‫و ال‬ ُ
َ ‫ه‬.
Khutbah Kedua:

ْ َ‫ه ُد أ‬
‫ن‬ َ ‫ش‬ ْ َ‫وأ‬َ ،‫ه‬ ِ ِ‫سان‬ َ ‫ح‬ ْ ِ ‫وإ‬َ ‫ه‬ ِ ‫ض ِل‬ْ ‫ف‬ َ ‫علَى‬ ِ َّ ِ ‫م ُد‬
َ ‫َّلل‬ ْ ‫ح‬َ ‫اَ ْل‬
ً‫ظ ْيما‬ ِ ‫ه تَ ْع‬ ُ َ‫ك ل‬َ ‫ش ِر ْي‬ َ ‫د ُه َال‬ َ ‫ح‬ ْ ‫و‬ ُ
َ ‫هللا‬ ‫ه إِ َّال‬َ َ‫َال إِل‬
‫ه‬ُ ‫س ْو ُل‬ ُ ‫و َر‬َ ‫ع ْب ُد ُه‬ َ ً‫مدا‬ َّ ‫ح‬َ ‫م‬ ُ ‫ن‬ َّ َ‫ه ُد أ‬َ ‫ش‬ ْ َ‫وأ‬ َ ،‫ه‬ ْ َ ‫ل‬
ِ ِ‫شأن‬ ِ
‫علَى‬ َ ‫و‬ َ ‫ه‬ ِ ‫علَ ْي‬َ ‫هللا‬ ُ ‫صلَّى‬ َ ،‫ه‬ ِ ِ‫وان‬ َ ‫ض‬ْ ‫عيْ إِلَى ِر‬ ِ ‫لدا‬َّ َ‫ا‬
‫كثِ ْي ًرا‬ َ ً‫س ِل ْيما‬ ْ َ‫م ت‬ َ َّ‫سل‬َ ‫و‬ َ ،‫ه‬ ِ ِ‫حاب‬ َ ‫ص‬ ْ َ‫وأ‬ َ ‫ه‬ ِ ِ‫آل‬،
َّ َ‫أ‬:
‫ما بَ ْع ُد‬

‫عالَى‬
َ َ‫هللا ت‬
َ ‫ اِتَّ ُق ْوا‬،‫اس‬
ُ ‫الن‬ َ ُّ‫أَي‬،
َّ ‫ها‬
Ibadallah,

Bertakwalah kepada Allâh! Marilah kita mengagungkan syiar-syiar agama ini.


Jauhkan hati ini dari dominasi dunia, agar kita selalu bertaut kepada Allâh
Subhanahu wa Ta’ala , sehingga shalat kita pun khusyuk dan penuh khidmat.

Agar hati khusyuk, haruslah kita menghadirkan hati dan menghayati keagungan
Allâh al-Khaliq. Kita bersihkan hati ini dari segala hal yang membuat kita
berpaling dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Janganlah menyibukkan hati
dengan urusan dunia. Namun ramaikanlah hati ini dengan iman, dan tutup rapat-
rapat celah-celah masuknya setan.

Hal lain yang membantu kekhusyukan adalah agar kita hanya memandang pada
tempat sujud belaka. Janganlah mata ini bergerilya berkeliaran dalam shalat.
Juga kita sedekapkan tangan kanan kita di atas tangan kiri saat berdiri.
Hayatilah apa yang kita baca, baik itu ayat Al-Qur’an maupun doa-doa shalat.
Janganlah kita menengokkan wajah, dan jagalah thumakninah kita. Sekali-kali
hindari sikap tergesa-gesa dan gerakan mendahului imam. Juga hindarilah
gerakan-gerakan sia-sia dalam shalat.

Marilah kita perbaiki shalat kita. Bila memang seorang hamba punya keinginan
kuat mendapat kebaikan, Allâh pun akan memberinya taufiq dan
memudahkannya. Sekiranya kaum muslimin menunaikan shalat seperti halnya
‫‪yang dicontohkan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dengan taufiq‬‬
‫‪Allâh, tentunya itu akan menjadi langkah awal yang efektif untuk memperbaiki‬‬
‫‪kondisi mereka, akan menjadi jalan menuju terbukanya kemenangan atas‬‬
‫‪musuh, dan merealisasikan kebaikan dunia dan akhirat.‬‬

‫ه ْديِ‬
‫خ ْي َر ال َ‬
‫و َ‬‫هللا‪َ ،‬‬
‫ِ‬ ‫ث كِ َت ُ‬
‫اب‬ ‫د ْي ِ‬‫ح ِ‬ ‫خ ْي َر ْ‬
‫ال َ‬ ‫ن َ‬ ‫م ْوا أَ َّ‬ ‫اعلَ ُ‬‫و ْ‬ ‫َ‬
‫سل َّ َ‬
‫م‪،‬‬ ‫و َ‬ ‫ه َ‬‫علَ ْي ِ‬‫هللا َ‬
‫ُ‬ ‫صلَّى‬ ‫د َ‬ ‫م ٍ‬ ‫ح َّ‬ ‫م َ‬‫ي ُ‬ ‫ه ْد ُ‬‫َ‬
‫ض َاللَ ٌ‬
‫ة‬ ‫ة َ‬ ‫ع ٍ‬ ‫ل بِ ْد َ‬‫ك َّ‬‫و ُ‬
‫ها‪َ ،‬‬ ‫دثَ ُ‬
‫ات َ‬ ‫م ْ‬
‫ح َ‬ ‫م ْو ِر ُ‬ ‫ش َّر األُ ُ‬‫و َ‬‫‪َ .‬‬
‫فإ َّ‬ ‫علَ ْي ُ‬
‫ة‬‫ع ِ‬‫ما َ‬ ‫ج َ‬ ‫علَى ال َ‬ ‫هللا َ‬ ‫ِ‬ ‫ن يَ َ‬
‫د‬ ‫ة‪ِ َ ،‬‬ ‫اع ِ‬ ‫م َ‬ ‫ج َ‬ ‫م بِال َ‬ ‫ك ْ‬ ‫و َ‬ ‫َ‬
‫ه‬ ‫ك َت ُ‬ ‫مالئِ َ‬ ‫و َ‬ ‫َّللا َ‬ ‫ن َّ َ‬ ‫النا ِر )إ َّ‬ ‫ذ فِي َّ‬ ‫ش َّ‬ ‫ذ َ‬ ‫ش َّ‬ ‫ن َ‬ ‫م ْ‬ ‫و َ‬
‫َ‬
‫ِ‬
‫م ُنوا‬ ‫ين آ َ‬ ‫ذ َ‬ ‫ها ال َِّ‬ ‫ي يَا أَيُّ َ‬ ‫ب‬ ‫َّ‬
‫الن‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫ع‬‫َ‬ ‫ون‬‫َ‬ ‫صل ُّ‬ ‫ُي َ‬
‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫ما( اللَّ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ُّ‬
‫ل‬‫ِ‬ ‫ص‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ِ‬ ‫ل‬‫س‬ ‫ت‬ ‫وا‬ ‫م‬ ‫ل‬
‫ِ‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬
‫ِ‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫وا‬ ‫صل‬
‫د‪،‬‬‫م ٍ‬ ‫ح َّ‬ ‫م َ‬‫ك نَ ِبيِ َنا ُ‬ ‫س ْولِ َ‬ ‫و َر ُ‬ ‫ك َ‬ ‫د َ‬ ‫ع ْب ِ‬ ‫علَى َ‬ ‫م َ‬ ‫سلِ ْ‬ ‫و َ‬ ‫َ‬
‫ة‬
‫م ِ‬‫ن‪ ،‬اَ ْألَئِ َّ‬ ‫د ْي َ‬ ‫ش ِ‬ ‫ه ال َرا ِ‬ ‫فائِ ِ‬ ‫خلَ َ‬ ‫ن ُ‬ ‫ع ْ‬ ‫م َ‬ ‫ض الل َّ ُه َّ‬ ‫ار َ‬ ‫و ْ‬ ‫َ‬
‫م َ‬
‫ان‪،‬‬ ‫ع ْث َ‬ ‫و ُ‬ ‫م َر‪َ ،‬‬ ‫ع َ‬ ‫و ُ‬ ‫ك ٍر‪َ ،‬‬ ‫ن‪ ،‬أَبِيْ بَ ْ‬ ‫ديِ ْي َ‬ ‫م ْه ِ‬ ‫ال َ‬
‫ن‬ ‫ع‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫ن‬‫َ‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫ع‬ ‫َ‬
‫م‬ ‫ج‬‫ْ‬ ‫ة أَ‬ ‫حابَ ِ‬ ‫الص َ‬ ‫َّ‬ ‫ن‬ ‫و َ‬ ‫ي‪َ ،‬‬ ‫و َ‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ع ِ‬ ‫ع ِل ٍ‬
‫د ْي َ‬
‫ن‬ ‫م ال ِ‬ ‫ان إِلَى يَ ْو ِ‬ ‫س ٍ‬ ‫ح َ‬ ‫م بِإِ ْ‬ ‫ع ُه ْ‬ ‫ن تَبِ َ‬ ‫م ْ‬ ‫و َ‬ ‫ن‪َ ،‬‬ ‫ع ْي َ‬ ‫التابِ ِ‬ ‫‪َّ .‬‬

‫ش ْر َ‬
‫ك‬ ‫ل ال ِ‬ ‫وأَ ِذ َّ‬
‫ن‪َ ،‬‬ ‫م ْي َ‬‫سلِ ِ‬ ‫م ْ‬ ‫وال ُ‬‫م َ‬ ‫س َال َ‬ ‫إل ْ‬
‫ِ‬ ‫ا‬ ‫َّ‬
‫ز‬ ‫ع‬
‫ِ‬ ‫م أَ‬‫اللَّ ُه َّ‬
‫ع ْ‬
‫ل‬ ‫اج َ‬
‫و ْ‬ ‫ن‪َ ،‬‬ ‫د ْي َ‬‫دا َء ال ِ‬ ‫م ْر أَ ْ‬
‫ع َ‬ ‫و َ‬
‫د ِ‬ ‫ن‪َ ،‬‬ ‫ش ِركِ ْي َ‬ ‫م ْ‬ ‫وال ُ‬ ‫َ‬
‫م ْي َ‬
‫ن‬ ‫س ِل ِ‬‫م ْ‬ ‫سائِ َر بِ َال ِد ال ُ‬ ‫و َ‬ ‫م ِئناً َ‬‫ط َ‬‫م ْ‬ ‫مناً ُ‬ ‫دآ ِ‬ ‫البَلَ َ‬‫ذا ْ‬ ‫ه َ‬‫َ‬
‫س َال َ‬
‫م‬ ‫اإل ْ‬ ‫د ِْ‬ ‫ن أَ َرا َ‬ ‫م ْ‬ ‫م َ‬ ‫ن‪ ،‬اَللَّ ُه َّ‬ ‫م ْي َ‬ ‫عالَ ِ‬ ‫ب ال َ‬ ‫ة يَا َر َّ‬ ‫م ً‬ ‫عا َ‬ ‫َ‬
‫د ْد‬ ‫و ُر َّ‬ ‫ه‪َ ،‬‬ ‫س ِ‬ ‫ه بِ َن ْف ِ‬ ‫غلَ ُ‬ ‫ش َ‬ ‫فأَ ْ‬ ‫س ْو ٍء َ‬ ‫ن بِ ُ‬ ‫م ْي َ‬ ‫سلِ ِ‬ ‫م ْ‬ ‫وال ُ‬ ‫َ‬
‫ل‬‫ك ِ‬ ‫علَى ُ‬ ‫ك َ‬ ‫ش َّر ُه إِنَّ َ‬ ‫وكِ ْف َنا َ‬ ‫ح ِر ِه‪َ ،‬‬ ‫د ُه فِي نَ ْ‬ ‫ك ْي َ‬ ‫َ‬
‫خيَا َرنَا‪،‬‬ ‫علَ ْي َنا ِ‬ ‫ولِي َ‬ ‫م َ‬ ‫د ْي ٍر‪ ،‬اَللَّ ُه َّ‬ ‫ق ِ‬ ‫شيْ ٍء َ‬ ‫َ‬
‫علَ ْي َنا بِ ُذ ُن ْوبِ َنا‬ ‫ط َ‬ ‫سلِ ْ‬ ‫و َال ُت َ‬ ‫ش َرا َرنَا‪َ ،‬‬ ‫ش َّر ِ‬ ‫ك ِف ْي َنا َ‬ ‫و َ‬ ‫َ‬
‫م َنا‬ ‫ما َ‬ ‫ح إِ َ‬ ‫صلِ ْ‬ ‫م أَ ْ‬ ‫م َنا‪ ،‬اَللَّ ُه َّ‬ ‫ح ُ‬ ‫و َال يَ ْر َ‬ ‫ك َ‬ ‫اف َ‬ ‫خ ُ‬ ‫ما َال يَ َ‬ ‫َ‬
‫م‬ ‫س َال ِ‬ ‫إل ْ‬ ‫ح لِ ْ ِ‬ ‫ص َال َ‬ ‫وال َ‬ ‫خ ْي َر َ‬ ‫ه ال َ‬ ‫ما فِ ْي ِ‬ ‫ه لِ َ‬ ‫وفِ ْق ُ‬ ‫َ‬
‫م ْي َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ َ َ َّ ُ َّ َ ْ ْ ُ َ َ ُ‬ ‫م ْ‬ ‫وال ُ‬ ‫َ‬
‫ن‬ ‫ِ ِ‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ر‬
‫ِ‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫أ‬ ‫مين‪ ،‬اللهم أصلِح والة‬ ‫سلِ ِ‬
‫ه ْ‬
‫م‬ ‫ئ‬‫ا‬ ‫َ‬
‫س‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ج‬‫ُ‬ ‫َ‬
‫و‬ ‫م‬‫ْ‬ ‫ه‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ت‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫ط‬ ‫ب‬ ‫ح‬‫ْ‬ ‫ل‬ ‫ْ‬
‫ص‬ ‫م أَ‬ ‫ان‪ ،‬اَللَّ ُه َّ‬ ‫ك ٍ‬ ‫م َ‬‫ل َ‬ ‫فِي ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ك ِ‬
‫ع ْد‬ ‫م أَ ْب ِ‬ ‫م‪ ،‬اَللَّ ُه َّ‬ ‫ح ْولَ ُه ْ‬ ‫ن َ‬ ‫م ْ‬ ‫و َ‬ ‫م َ‬ ‫ه ْ‬ ‫شا ِر ْي ِ‬ ‫س َت َ‬ ‫م ْ‬ ‫و ُ‬ ‫َ‬
‫ب‬ ‫الس ْو ِء يَا َر َّ‬ ‫ُّ‬ ‫وبِطَانَ َ‬
‫ة‬ ‫الس ْو ِء َ‬ ‫ُّ‬ ‫سا َء‬ ‫جلَ َ‬ ‫م ُ‬ ‫ع ْن ُه ْ‬ ‫َ‬
‫م ُ‬
‫يع‬ ‫الس ِ‬ ‫َّ‬ ‫ت‬ ‫ك أَ ْن َ‬ ‫م َّنا إِنَّ َ‬ ‫ل ِ‬ ‫قبَّ ْ‬ ‫ن‪َ ) ،‬ربَّ َنا تَ َ‬ ‫م ْي َ‬ ‫عالَ ِ‬ ‫ال َ‬
‫علِ ُ‬
‫يم‬ ‫ْ‬
‫‪).‬ال َ‬

‫وإِي َتا ِء‬‫ان َ‬ ‫ح َ‬ ‫إل ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َّللا يَ ْ‬
‫ن َّ َ‬ ‫هللا‪) ،‬إ َّ‬ ‫ِ‬ ‫عبَا َ‬
‫س ِ‬ ‫ِ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ل‬
‫ِ‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ِ‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫أ‬ ‫ِ‬ ‫د‬ ‫ِ‬
‫ك ِر‬ ‫من َ‬ ‫و ْ‬
‫ال ُ‬ ‫شا ِء َ‬ ‫ح َ‬ ‫ف ْ‬ ‫ال َ‬ ‫ن ْ‬ ‫ع ْ‬ ‫هى َ‬ ‫ويَ ْن َ‬ ‫ال ُق ْربَى َ‬ ‫ِذي ْ‬
‫وأَ ْو ُفوا‬ ‫ون(‪َ ) ،‬‬ ‫ك ُر َ‬ ‫ذ َّ‬ ‫م تَ َ‬ ‫ك ْ‬ ‫علَّ ُ‬‫م لَ َ‬ ‫ك ْ‬ ‫عظُ ُ‬ ‫ي يَ ِ‬ ‫البَ ْغ ِ‬ ‫و ْ‬ ‫َ‬
‫د‬‫ان بَ ْع َ‬ ‫م َ‬ ‫ضوا األ َ ْي َ‬ ‫نق ُ‬ ‫وال تَ ُ‬ ‫م َ‬ ‫اه ْدتُ ْ‬ ‫ع َ‬ ‫ذا َ‬ ‫د َّ ِ‬
‫َّللا إِ َ‬ ‫ع ْه ِ‬‫بِ َ‬
‫ن َّ َ‬
‫َّللا‬ ‫ك ِفيال ً إ َّ‬ ‫م َ‬ ‫ك ْ‬ ‫علَ ْي ُ‬ ‫َّللا َ‬ ‫م َّ َ‬ ‫ع ْل ُت ْ‬‫ج َ‬ ‫ق ْد َ‬ ‫و َ‬‫ها َ‬ ‫د َ‬ ‫تَ ْوكِي ِ‬
‫ِ‬
‫م‪،‬‬ ‫ك ْ‬ ‫ك ْر ُ‬ ‫هللا يَ ْذ ُ‬ ‫َ‬ ‫ك ُر ْوا‬ ‫اذ ُ‬ ‫ف ْ‬ ‫ون(‪َ ،‬‬ ‫ع ُل َ‬ ‫ما تَ ْف َ‬ ‫م َ‬ ‫يَ ْعلَ ُ‬
،‫هللا أَ ْكبَ ُر‬
ِ ‫ذ ْك ُر‬
ِ َ‫ول‬ ُ ‫ه يَ ِز ْد‬
ْ ‫ك‬
َ ،‫م‬ ِ ‫م‬ ِ ‫ع‬َ ِ‫علَى ن‬ ُ ‫اش‬
َ ‫ك ُر ْو ُه‬ ْ ‫و‬ َ
‫ن‬ ُ ‫ص َن‬
َ ‫ع ْو‬ ْ َ‫ما ت‬
َ ‫م‬ُ َ‫هللا يَ ْعل‬
ُ ‫و‬َ .
[Diadaptasi dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XX/1437H/2016M].

Read more https://khotbahjumat.com/4767-ruh-dari-shalat.html

Khutbah yang pertama

Wahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah . . .

Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, serta yang selainnya, telah meriwayatkan dari
hadits Al-Baro’ bin ‘Azib, bahwa suatu ketika para sahabat berada di pekuburan Baqi’ul ghorqod. Lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi mereka. Beliau pun duduk. Sementara para
sahabat duduk disekitarnya dengan tenang tanpa mengeluarkan suara, seakan-akan di atas kepala
mereka ada burung. Beliau sedang menanti penggalian kubur seorang yang baru saja meninggal.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…

Ini menunjukkan bahwa tatkala seorang hamba berada di pekuburan, dituntunkan kepadanya untuk
bersikap tenang, diam, hening, dan tidak mengucapkan dzikir-dzikir dengan suara yang keras.
Terlebih lagi berbicara mengenai urusan-urusan dunia yang fana. Dalam suasana yang seperti ini,
hendaknya dia berpikir tentang kematian yang akan menimpa setiap manusia tanpa terkecuali.
Sudahkah dia berbekal diri untuk menghadapinya. Ini membutuhkan perenungan yang dalam,
sehingga melahirkan keimanan, ketakwaan, dan amal sholeh yang diterima disisi Allah.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kepalanya dan mengucapkan:


‫ْالقَبْر‬ ِ ‫عذَا‬
‫ب‬ َ ‫مِ ْن‬ ِ ِّ ِ‫ب‬
‫الِل‬ ‫أعوذ‬
“Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur.”

Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Setelah itu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya bila seorang yang mukmin menghadap ke alam akhirat dan meninggalkan alam
dunia, turun kepadanya sejumlah malaikat berwajah putih yang seolah-olah seperti matahari. Mereka
membawa sebuah kain kafan dan minyak wangi dari surga. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh
mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat
pencabut nyawa berkata:

‫رضوان‬ ‫و‬ ‫هللا‬ ‫من‬ ‫مغفرة‬ ‫إلي‬ ‫أخرجي‬ ،‫الطيبة‬ ُ ‫النَّ ْف‬
‫س‬ ‫أَيَّت ُ َها‬ ‫يَا‬
“Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau kepada keampunan dan keridhoan Allah Subhanahu wa
Ta’ala.”

Maka nyawanya keluar dan mengalir seperti air yang mengucur dari mulut wadah. Lalu malaikat
pencabut nyawa mengambilnya. Nyawanya tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan
malaikat pencabut nyawa dan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih tadi. Kemudian
mereka meletakkannya pada kain kafan dan minyak wangi surga yang telah mereka bawa. Maka
nyawanya mengeluarkan aroma minyak wangi misik yang paling terbaik di muka bumi. Lalu mereka
menyertainya untuk naik ke langit. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para
malaikat itu akan bertanya: “Siapakah nyawa yang baik ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin
Fulan”, dan disebutkan namanya yang paling terbaik ketika mereka memanggilnya di dunia.

Tatkala mereka telah sampai membawanya kelangit, mereka meminta agar pintu langit dibukakan
untuknya. Maka dari setiap langit dia diiringi oleh para penjaganya sampai ke langit berikutnya.
Demikianlah yang akan terjadi hingga dia sampai ke langit yang disana ada Allah. Maka Allah
berfirman:

‫ و منها أخرجهم تارة أخرى‬,‫ وفيها أعيدهم‬,‫ فإني منها خلقتهم‬,‫ و أعيدوه إلى اْلرض‬,‫اكتبوا كتاب عبدي في عليين‬
“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada di surga ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia
ke muka bumi. Sungguh darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan
mengembalikan mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi”.

Kemudian nyawanya dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu datanglah dua orang malaikat
kepadanya. Keduanya bertanya, siapa Rabbmu? Maka dia menjawab, Rabbku adalah Allah.
Keduanya kembali bertanya, apa agamamu? Maka dia menjawab, agamaku adalah islam. Keduanya
kembali bertanya, siapa orang yang telah diutus di tengah kalian ini? Maka dia menjawab, beliau
adalah utusan Allah. Keduanya kembali bertanya, siapakah yang telah mengajarimu? Maka dia
menjawab, aku membaca kitab Allah, beriman kepadanya dan membenarkannya.

Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Hambaku ini telah benar. Bentangkanlah
untuknya permadani dari surga dan bukakanlah sebuah pintu ke surga”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya diperluas sejauh mata memandang. Lalu
datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu
berkata, bergembiralah dengan segala yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu
engkau telah dijanjikan. Maka si mukmin bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah
wajah yang datang dengan membawa kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang
sholih.” Lalu si mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah hari kiamat agar aku kembali kepada
keluarga dan hartaku”.

Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Adapun bila seorang yang kafir meninggalkan alam dunia dan menghadap ke alam akhirat, turun
kepadanya dari langit sejumlah malaikat yang berwajah hitam legam. Mereka membawa sebuah kain
kafan yang buruk dan kasar. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah
malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata,

“Wahai jiwa yang buruk, keluarlah engkau kepada kemurkaan dan kemarahan Allah”.

Maka nyawanya tercerai berai di dalam jasadnya. Kemudian malaikat pencabut nyawa merenggut
nyawanya seperti mencabut besi pemanggang daging dari bulu domba yang basah. Setelah malaikat
pencabut nyawa mengambilnya, tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangannya dan segera
diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam legam tadi. Lalu mereka meletakkannya pada kain
kafan (yang telah mereka bawa) itu. Sehingga keluarlah dari nyawanya seperti bau yang sangat busuk
di atas muka bumi.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para
malaikat itu akan bertanya, siapakah nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin
Fulan” dan disebutkan namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di dunia.

Kemudian mereka membawanya naik sampai ke langit dunia dan dimintakan agar pintu langit di
bukakan untuknya. Namun pintu langit tidak dibukakan untuknya”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,

ِ‫ْالخِ يَاط‬ ‫س ِِّم‬


َ ‫فِي‬ ‫ْال َج َم ُل‬ ‫يَ ِل َج‬ ‫َحتَّى‬ َ‫ْال َجنَّة‬ َ‫يَ ْد ُخلُون‬ ‫َو َل‬ ِ‫س َماء‬
َّ ‫ال‬ ُ‫أَب َْواب‬ ‫لَ ُه ْم‬ ‫تُفَت َّ ُح‬ ‫َل‬

“Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga sampai
onta bisa masuk ke dalam lubang jarum.” (QS. Al-A’rof: 40)

Selanjutnya Allah Azza wa jalla berfirman,

“Catatlah oleh kalian bahwa ketetapannya berada di (neraka) Sijjiin, di bumi yang paling bawah”.

Setelah itu, nyawanya benar-benar dilemparkan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
membaca ayat yang berbunyi,

“Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, Maka dia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar
oleh burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh”. (surat Al Hajj:ayat 31)

Demikianlah, nyawanya dikembalikan kedalam jasadnya. Maka dua orang malaikat mendatanginya
lalu mendudukkannya. Keduanya bertanya, “Siapa Rabbmu?” Dia menjawab, “Hah.. hah..aku tidak
tahu”. Keduanya kembali bertanya, “Siapa orang yang telah diutus ditengah kalian ini?” Dia menjawab,
“Hah..hah..aku tidak tahu.” Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Dia telah
berdusta, bentangkanlah untuknya permadani dari api neraka dan bukakanlah sebuah pintu ke
neraka.” Sehingga hawa panas dan racun neraka pun menerpanya dan kuburnya dipersempit sampai
tulang-tulang rusuknya saling bergeser. Lalu datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya,
pakainnya, dan busuk baunya. Orang itu berkata, “Bergembiralah dengan segala yang akan
memperburuk keadanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan.” Maka si kafir bertanya,
“Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa keburukan.” Dia pun
menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk.” Lalu si kafir berkata, “Wahai Rabbbku! Janganlah
engkau datangkan hari kiamat”.

Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah di dalam kitabnya “Ahkamul Janaiz” (hal.
156-157) dan tahqiq beliau terhadap “Syarh Aqidah Thahawiyyah” (hal. 397-398).

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…


Inilah keadaan seorang yang mukmin dan seorang yang kafir tatkala meninggalkan alam dunia dan
masuk ke dalam alam akhirat yang dimulai dengan alam barzakh (alam kubur). Wallahu a’lam bi
showab

Khutbah yang kedua

Wahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah . . .

Ketika manusia meninggalkan alam dunia bukan berarti urusannya telah selesai. Dia akan mengalami
alam kedua yaitu alam barzakh (alam kubur). Alam ini merupakan pintu masuk ke dalam alam akhirat
yang sesungguhnya. Disebut dengan alam barzakh, karena makna barzakh adalah penutup atau
perantara bagi dua perkara. Maka alam barzakh adalah alam di antara alam dunia dan alam akhirat.
Di alam barzakh, manusia akan mengalami berbagai masalah yang menandakan bahwa urusannya
belum selesai dengan semata-mata meninggalkan alam dunia. Saat melewati alam barzakh, pertama
kali yang akan dihadapinya adalah pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya, sebagaimana di
dalam hadits Al Baro` bin ’Azib yang terdahulu. Maka keberhasilannya di alam barzakh, mendapat
kebaikan atau keburukan, akan tergantung dengan kemampuannya dalam menjawab pertanyaan dua
malaikat itu.

Perlu diingat, bahwa di alam barzakh, jasad manusia tidak akan mampu untuk menjawabnya. Yang
akan menjawabnya adalah ruh dan jiwa manusia yang telah diisi saat di alam dunia dengan kebaikan
atau keburukan. Adapun seorang yang mukmin niscaya akan dimudahkan oleh Allah untuk bisa
menjawab pertanyaan kubur yaitu tentang siapa Rabmu, apa agamamu, dan siapa nabimu. Itulah
yang Allah maksudkan dengan firman-Nya:

ِ‫ْاْلَخِ َرة‬ ‫َوفِي‬ ‫ال ُّد ْنيَا‬ ِ‫ْال َحيَاة‬ ‫فِي‬ ِ ِ‫الثَّاب‬
‫ت‬ ‫بِ ْالقَ ْو ِل‬ ‫آ َ َمنُوا‬ َ‫الَّذِين‬ ُ‫َّللا‬
َّ ُ‫يُث َ ِبِّت‬

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)

Di dalam sebuah hadits yang shohih dari sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu , bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ِ‫هللا‬ ‫س ْو ُل‬
ُ ‫َر‬ ‫ُم َح َّمداا‬ ‫َوأ َ َّن‬ ُ‫هللا‬ َّ‫ِإل‬ َ‫ِإلَه‬ َ‫ل‬ ‫أ َ ْن‬ ‫يَ ْش َه ُد‬ ‫ْالقَب ِْر‬ ‫فِي‬ ‫سئِ َل‬
ُ ‫إِذَا‬ ‫ْال ُم ْس ِل ُم‬

“Seorang hamba yang muslim bila ditanya di dalam kuburnya, niscaya dia akan bersaksi bahwasanya
tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwasanya
muhammad adalah utusan Allah”.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itulah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ِ‫ْاْلَخِ َرة‬ ‫َوفِي‬ ‫ال ُّد ْنيَا‬ ِ‫ْال َحيَاة‬ ‫فِي‬ ِ ِ‫الثَّاب‬
‫ت‬ ‫بِ ْالقَ ْو ِل‬ ‫آ َ َمنُوا‬ َ‫الَّذِين‬ ُ‫َّللا‬
َّ ُ‫يُث َ ِبِّت‬

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat”. (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa seorang yang mukmin akan mampu mengucapkan dua kalimat
syahadat “La ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah”, baik ketika di dunia maupun di akhirat.

Tatkala seorang hamba menghadapi pertanyaan dua malaikat ini, maka dia akan menjawabnya
sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu di dunia. Oleh sebab itu, seorang hamba yang berbuat
dosa-dosa besar dan tidak bertaubat darinya, sangat mungkin disiksa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
di dalam kuburnya, walaupun dia seorang yang mukmin.

Telah datang sebuah hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda:
‫يَ ْمشِي بِالنِّمِ ي َم ِة‬ َ‫ َوأ َ ِّما الَخ َُر فَ َكان‬، ،‫ْالبَ ْو ِل‬ َ‫لَ يَ ْستَت ُِر مِ ن‬ َ‫ أ َ ِّما أ َ َح ُدهُ َما فَ َكان‬،‫ير‬ ِ َ‫ َو َما يُعَذِّب‬،‫ان‬
ٍ ِ‫ان فِي َكب‬ ِ َ‫إِنِّ ُه َما لَيُعَذِّب‬

”Orang-orang yang berada di dalam dua kubur ini, sungguh sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya
disiksa karena suatu masalah yang besar. Adapun salah satu dari keduanya, dahulu tidak mau
menjaga diri dari air kencing. Sedangkan yang lain, dahulu biasa berjalan untuk mengadu domba”.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…

Hadits ini menunjukkan kepada kita sekalian bahwa dua orang yang disiksa di dalam kuburnya itu
dikarenakan dosa-dosa besar. Berarti yang disiksa oleh Allah di alam kubur bukan karena kekafiran
saja tetapi juga karena dosa-dosa besar.
Nasalullah salamah wal ‘afiah.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil sebuah pelepah kurma yang masih
basah dan membelahnya menjadi dua bagian. Beliau meletakkannya di masing-masing dua kubur ini
dengan harapan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingan siksa keduanya, selama pelepah
kurma itu masih basah dan belum kering.

Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga kita dimudahkan untuk menjawab
pertanyaan kubur dan diselamatkan dari siksanya.

Wallahu a’lam bis shawab.

Anda mungkin juga menyukai