Anda di halaman 1dari 78

Definisi Iman

By Ari Wahyudi, Ssi. 13 March 2012

Pengertian iman secara bahasa menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al


Utsaimin adalah pengakuan yang melahirkan sikap menerima dan tunduk.
Kata beliau makna ini cocok dengan makna iman dalam istilah syariat.
Dan beliau mengkritik orang yang memaknai iman secara bahasa hanya
sekedar pembenaran hati (tashdiq) saja tanpa ada unsur menerima dan
tunduk. Kata iman adalah fiil lazim (kata kerja yang tidak butuh objek),
sedangkan tashdiq adalah fiil mutaaddi (butuh objek) (Lihat Syarh Arbain,
hal. 34)

Adapun secara istilah, dalam mendefinisikan iman manusia terbagi menjadi


beragam pendapat [dikutip dari Al Minhah Al Ilahiyah, hal. 131-132 dengan
sedikit perubahan redaksional] :

Pertama
Imam Malik, Asy Syafii, Ahmad, Al Auzai, Ishaq bin Rahawaih, dan
segenap ulama ahli hadits serta ahlul Madinah (ulama Madinah) semoga
Allah merahmati mereka- demikian juga para pengikut madzhab Zhahiriyah
dan sebagian ulama mutakallimin berpendapat bahwa definisi iman itu
adalah : pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan amal
dengan anggota badan. Para ulama salaf semoga Allah merahmati
mereka- menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman
bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan
berkurang (lihat Kitab Tauhid li Shaff Ats Tsaani Al Aali, hal. 9).

Kedua
Banyak di antara ulama madzhab Hanafi yang mengikuti definisi
sebagaimana yang disebutkan oleh Ath Thahawi rahimahullah yang
mengatakan bahwa iman itu pengakuan dengan lisan dan pembenaran
dengan hati.

Ketiga
Ada pula yang mengatakan bahwa pengakuan dengan lisan adalah rukun
tambahan saja dan bukan rukun asli. Inilah pendapat Abu Manshur Al
Maturidi rahimahullah, dan Abu Hanifah pun diriwayatkan memiliki sebuah
pendapat seperti ini.

Keempat
Sekte Al Karramiyah mengatakan bahwa iman itu hanya pengakuan
dengan lisan saja! Maka dari definisi mereka ini orang-orang munafiq itu
dinilai sebagai orang-orang beriman yang sempurna keimanannya, akan
tetapi menurut mereka orang-orang munafiq itu berhak mendapatkan
ancaman yang dijanjikan oleh Allah untuk mereka! Pendapat mereka ini
sangat jelas kekeliruannya.

Kelima
Jahm bin Shafwan dan Abul Hasan Ash Shalihi salah satu dedengkot
sekte Qadariyah- berpendapat bahwa iman itu cukup dengan pengetahuan
yang ada di dalam hati! [Dan inilah yang diyakini oleh kaum Jabariyah,
lihat. Syarh Aqidah Wasithiyah, hal. 163]. Pendapat ini jauh lebih jelas
kerusakannya daripada pendapat sebelumnya! Sebab kalau pendapat ini
dibenarkan maka konsekuensinya Firaun beserta kaumnya menjadi
termasuk golongan orang-orang yang beriman, karena mereka telah
mengetahui kebenaran Musa dan Harun alaihimash sholatu was salam
dan mereka tidak mau beriman kepada keduanya. Karena itulah Musa
mengatakan kepada Firaun, Sungguh kamu telah mengetahui dengan
jelas bahwa tidaklah menurunkan itu semua melainkan Rabb pemilik langit
dan bumi. (QS. Al Israa [17] : 102). Allah Taala berfirman (yang artinya),
Mereka telah menentangnya, padahal diri mereka pun meyakininya, hal
itu dikarenakan sikap zalim dan perasaan sombong. Maka perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang melakukan kerusakan itu. (QS.
An Naml [27] : 14). Bahkan iblis pun dalam pengertian Jahm ini juga
termasuk kaum beriman yang sempurna imannya! Karena ia tidaklah
bodoh tentang Rabbnya, bahkan dia adalah sosok yang sangat mengenal
Allah (yang artinya), Iblis berkata,Rabbku, tundalah kematianku hingga
hari mereka dibangkitkan nanti.. (QS. Al Hijr [15] : 36). Dan hakekat
kekufuran dalam pandangan Jahm ini adalah ketidaktahuan tentang Allah
taala, padahal tidak ada yang lebih bodoh tentang Rabbnya daripada dia!!

Imam Asy Syafii rahimahullah berkata, Iman itu meliputi perkataan dan
perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan
sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan. Imam Ahmad
bin Hanbal rahimahullah berkata, Iman bisa bertambah dan bisa
berkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang
dengan sebab meninggalkan amal. (Perkataan dua orang imam ini bisa
dilihat di Al Wajiz fii Aqidati Salafish shalih, hal. 101-102) Bahkan Imam
Bukhari rahimahullah mengatakan, Aku telah bertemu dengan lebih dari
seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat
mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa
bertambah dan berkurang. (Lihat Fathul Baari, I/60)

Penjelasan definisi iman

Iman itu berupa pembenaran hati artinya hati menerima semua ajaran
yang dibawa oleh Rasul shallallahu alahi wa sallam. Pengakuan dengan
lisan artinya mengucapkan dua kalimat syahadat asyhadu an la ilaha
illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah. Sedangkan perbuatan
dengan anggota badan artinya amal hati yang berupa keyakinan-
keyakinan dan beramal dengan anggota badan yang lainnya dengan
melakukan ibadah-ibadah sesuai dengan kemampuannya (Lihat Kitab At
Tauhid li Shaff Ats Tsaani Al Aali, hal. 9)

Dan salah satu pokok penting dari aqidah Ahlus sunnah wal jamaah ialah
keyakinan bahwa iman itu bertambah dan berkurang (Lihat Fathu Rabbbil
Bariyah, hal. 102). Hal ini telah ditunjukkan oleh dalil-dalil dari Al Kitab
maupun As Sunnah. Salah satu dalil dari Al Kitab yaitu firman Allah taala
(yang artinya), Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan
mereka yang sudah ada. (QS. Al Fath [48] : 4).

Dalil dari As Sunnah di antaranya adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa


sallam tentang sosok kaum perempuan, Tidaklah aku melihat suatu kaum
yang kurang akal dan agamanya dan lebih cepat membuat hilang akal
pada diri seorang lelaki yang kuat daripada kalian ini (kaum perempuan).
(HR. Al Bukhari dan Muslim).

Maka ayat di atas menunjukkan penetapan bahwa iman itu bisa


bertambah, sedangkan di dalam hadits tersebut terdapat penetapan
tentang berkurangnya agama. Sehingga masing-masing dalil ini
menunjukkan adanya pertambahan iman. Dan secara otomatis hal itu juga
mengandung penetapan bisa berkurangnya iman, begitu pula sebaliknya.
Sebab pertambahan dan pengurangan adalah dua hal yang tidak bisa
dipisah-pisahkan. Tidak masuk akal keberadaan salah satunya tanpa
diiringi oleh yang lainnya.
Dengan demikian dalam pandangan ahlus sunnah definisi iman memiliki 5
karakter : keyakinan, ucapan, amal, bisa bertambah, dan bisa berkurang.
Atau bisa diringkas menjadi 3 : keyakinan, ucapan, dan amal. Karena amal
bagian dari iman, secara otomatis iman bisa bertambah dan berkurang.
Atau bisa diringkas lebih sedikit lagi menjadi 2 : ucapan dan amal, sebab
keyakinan sudah termasuk dalam amal yaitu amal hati. Wallahu alam.

Penyimpangan dalam mendefinisikan iman

Keyakinan bahwa iman bisa bertambah dan berkurang adalah aqidah yang
sudah paten, tidak bisa diutak-atik atau ditawar-tawar lagi. Meskipun
demikian, ada juga orang-orang yang menyimpang dari pemahaman yang
lurus ini. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa orang-
orang yang menyimpang tersebut terbagi menjadi dua kelompok yaitu :
Murjiah dan Waidiyah.

Murjiah tulen mengatakan bahwa iman itu cukup dengan pengakuan di


dalam hati, dan pengakuan hati itu menurut mereka tidak bertingkat-
tingkat. Sehingga menurut mereka orang yang gemar bermaksiat (fasik)
dengan orang yang salih dan taat sama saja dalam hal iman. Menurut
orang-orang Murjiah amal bukanlah bagian dari iman. Sehingga cukuplah
iman itu dengan modal pengakuan hati dan ucapan lisan saja.
Konsekuensi pendapat mereka adalah pelaku dosa besar termasuk orang
yang imannya sempurna. Meskipun dia melakukan kemaksiatan apapun
dan meninggalkan ketaatan apapun. Madzhab mereka ini merupakan
kebalikan dari madzhab Khawarij. (lihat Syarh Lumatul Itiqad, hal. 161-
163, Syarh Aqidah Wasithiyah, hal. 162).

Waidiyah yaitu kaum Mutazilah [Mereka adalah para pengikut Washil bin
Atha yang beritizal (menyempal) dari majelis pengajian Hasan Al Bashri.
Dia menyatakan bahwa orang yang melakukan dosa besar itu di dunia
dihukumi sebagai orang yang berada di antara dua posisi (manzilah baina
manzilatain), tidak kafir tapi juga tidak beriman. Akan tetapi menurutnya di
akherat mereka akhirnya juga akan kekal di dalam Neraka, lihat Syarh
Lumatul Itiqad, hal. 161-163] dan Khawarij mengatakan bahwa pelaku
dosa besar telah keluar dari lingkaran iman. Mereka mengatakan bahwa
iman itu kalau ada maka ada seluruhnya dan kalau hilang maka hilang
seluruhnya. Mereka menolak keyakinan bahwa iman itu bertingkat-tingkat.
Orang-orang Mutazilah dan Khawarij berpendapat bahwa iman itu adalah :
pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan amal dengan
anggota badan, akan tetapi iman tidak bertambah dan tidak berkurang
(lihat Thariqul wushul ila idhahi Tsalatsati Ushul, hal. 169). Sehingga orang
Mutazilah menganggap semua amal adalah syarat sah iman (lihat catatan
kaki Al Minhah Al Ilahiyah, hal. 133). Dengan kata lain, menurut mereka
pelaku dosa besar keluar dari Islam dan kekal di neraka (lihat Syarh
Aqidah Wasithiyah, hal. 163).

Kedua kelompok ini sudah jelas terbukti kekeliruannya baik dengan dalil
wahyu maupun dalil akal. Adapun wahyu, maka dalil-dalil yang
menunjukkan bertambah dan berkurangnya iman sudah disebutkan
(Lebih lengkap lihat Fathu Rabbil Bariyah, hal. 103-104).

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi


Artikel Muslim.Or.Id

Sumber: https://muslim.or.id/8631-definisi-iman.html

Iman dalam Pandangan Ahlus Sunnah wal Jamaah


By dr. Adika Mianoki 1 February 2011

Pembicaraan tentang masalah iman merupakan salah satu perkara penting


yang mendasar. Bahkan ini merupakan dasar aqidah seorang muslim.
Salah dalam memahami keimanan bisa menyebabkan seseorang
terjerumus dalam keharaman, kebidahan, bahkan bisa berujung kekafiran.
Semoga sekelumit pembahasan masalah iman ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Definisi Iman
Para ulama mendefinisikan iman yaitu ucapan dengan lisan, keyakinan
hati, serta pengamalan dengan anggota badan, bisa bertambah
dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Inilah makna
iman menurut Ahlus Sunnah wal Jamaah. Mayoritas Ahlus Sunnah
mengartikan iman mencakup itiqad (keyakinan), perkataan, dan
perbuatan.

Imam Muhammad bin Ismail bin Muhammad bin al Fadhl at Taimi al


Asbahani mengatakan : Iman menurut pandangan syariat adalah
pembenaran hati, dan amalan anggota badan.

Imam Al Baghawi mengatakan : Para sahabat, tabiin, dan ulama ahlis


sunnah sesudah mereka bahwa amal termasuk keimanan mereka
mengatakan bahwa iman adalah perkataan, amalan, dan aqidah

Al Imam Asy Syafii berkata dalam kitab Al Umm : Telah terjadi ijma
(konsesus) di kalangan para sahabat, para tabiin, dan pengikut sesudah
mereka dari yang kami dapatkan bahwasanya iman adalah perkataan,
amal, dan niat. Tidaklah cukup salah satu saja tanpa mencakup ketiga
unsur yang lainnya

Al Imam Al Laalikaa-i meriwayatkan dari Imam Bukhari : Aku telah


bertemu lebih dari seribu ulama dari berbagai negeri. Tidak aku dapatkan
satupun di antara mereka berselisih bahwasanya iman adalah ucapan dan
perbuatan,bisa bertambah dan berkurang

Kesimpulannya menurut definisi syariat tentang iman bahwasanya iman


mencakup perkataan dan perbuatan. Perkataan mencakup dua hal :
perkataan hati, yaitu itiqad (keyakinan) dan perkataan lisan. Perbuatan
juga mencakup dua hal yati perbuatan hati, yaitu niat dan ikhlas, serta
perbuatan anggota badan. Sehingga tidak ada perbedaan makna dari
ucapan para ulama di atas, yang ada hanya sebatas perbedaan istilah
saja.[1]

Iman Mencakup Keyakinan, Perkataan, dan Perbuatan

Berikut dalil-dalil yang menjelaskan bahwa iman mencakup keyakinan hati,


perkataan, dan perbuatan.

Dalil tentang keyakinan hati :


Allah Taala berfirman :


karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu (Al Hujurat:14)

Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati


mereka (Al Mujaadilah:22)

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda :


Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya namun keimanannya
belum masuk ke dalam hatinya[2]

Dalil tentang perkataan lisan :

Firman Allah Taala :




{136}
Katakanlah (hai orang-orang mumin): Kami beriman kepada Allah dan
apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada
Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan
kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari
Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka
dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya (Al Baqarah:136)

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda :






Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
mengucapkan, Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah,
maka barangsiapa yang mengucapkan, Tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Allah, maka sungguh dia telah menjaga harta dan
jiwanya dari (seranganku) kecuali dengan hak Islam, dan hisabnya
diserahkan kepada Allah[3]

Dalil tentang amalan anggota badan :

Allah Taala berfirman :

{143}

dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu (shalatmu) (Al
Baqarah:143)

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda :



Seorang mukmin tidak disebut mukmin saat ia berzina[4]

Dan masih banyak dalil-dalil lain dari al Quran dan hadist yang
menunjukkan bahwa iman mencakup keyakinan, perkataan, dan
perbuatan[5]

Iman Bisa Bertambah dan juga Berkurang


Di antara keyakinan yang benar tentang iman adalah bahwasanya iman
dapat bertambah dan juga dapat berkurang. Bertambah dengan ketaatan
dan berkurang dengan kemaksiatan. Dalilnya adalah firman Allah Taala :


maka perkataan itu menambah keimanan mereka (Ali Imran :173)

{4}
supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang
telah ada) (Al Fath:4)
Nabi Shalallahu alihi wa sallam bersabda :



akan keluar dari neraka, orang yang mengucapkan, Laa Ilaaha Illaahu
(Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah) , dan di dalam
hatinya terdapat kebaikan seberat biji sawi[6]

Dalam hadist di atas nabi menjelaskan bahwa iman bertingkat-tingkat. Jika


sesuatu bisa mengalami penambahan, maka bisa juga berkurang, karena
konsekuensi dari penambahan adalah sesuatu yang diberi tambahan itu
lebih kurang daripada yang bartambah.[7]

Iman dapat bertambah disebabkan karena beberapa hal :


1. Mengenal Allah Taala melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Semakin
seseorang mengenal Allah, keimanannya semakin bertambah.

2. Memperhatikan ayat-ayat Allah baik ayat-ayat kauniyah maupun ayat


syariyah.

3. Banyak melakukan ketaaatan.

4. Meninggalkan kemaksiatan dalam rangka mendekatkan diri kepada


Allah

Adapun ha-hal yang dapat mengurangi keimanan di antaranya :


1. Berpaling dari mengenal Allah dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya

2. Tidak mau memperhatikan ayat-ayat kauniyah dan syariyah

3. Sedikitnya amal shalih

4. Melakukan kemaksiatan kepada Allah[8]


Iman Memiliki Banyak Cabang
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda :

Iman itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan, atau enam
puluh tiga sampai enam puluh sembilan cabang. Yang paling utama adalah
perkataan, Laa illaaha illallah (Tidak ada tuhan yang berhak disembah
selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari
jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman.[9]

Hadist ini diantara dalil yang menunjukkan bahwa iman mencakup


keyakinan hati dan amalan hati, perkataan lisan, dan juga perbuatan
anggota badan .Selain itu, hadist ini juga menunjukkan bahwa iman itu
memiliki cabang-cabang.

Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : Pokok keimanan memiliki


cabang yang banyak. Setiap cabang adalah bagian dari iman. Shalat
adalah cabang keimanan, begitu pula zakat, haji, puasa, dan amalan-
amalan hati seperti malu, tawakal Di antara cabang-cabang tersebut
adacabang yang jika hilang maka akan membatalkan keimanan seperti
cabang syahadat. Ada pula cabang yang jika hilang tidak membatalkan
keimanan seperti menyingkirkan gangguan dari jalan. Di antara dua
cabang tersebut terdapat cabang-cabang keimanan lain yang bertingkat-
tingkat. Ada cabang yang mengikuti dan lebih dekat ke cabanag syahadat.
Ada pula yang mengikuti dan lebih dekat ke cabang menyingkirkan
gangguan dari jalan. Demikian pula kekafiran, memiliki pokok dan cabng-
cabang. Sebagaimana cabang iman adalah termasuk keimanan, maka
cabang kekafiran juga termasuk kekafiran. Malu adalah cabang iman,
maka berkurangnya rasa malu merupakan cabang dari kekafiran. Jujur
adalah cabang iman, sedangkan dusta adalah cabang kekafiran. Maksiat
seluruhnya adalah cabang kekafiran, sebgaiaman semua ketaatan adalah
cabang keimanan[10]

Keimanan Betingkat-Tingkat
Syaikh Ibnu Baaz ketika mengomentari perkataan Imam at Thahawi Iman
adalah satu kesatuan dan pemiliknya memiliki keimanan yang sama
mengatakan : Perkataan Imam at Thahawi ini perlu ditinjau lagi, bahkan ini
merupakan perkataan yang batil. Orang yang beriman tidaklah sama
dalam keimanannya. Justru sebaliknya, mereka memiliki keimanan yang
bertingkat-tingkat dengan perbedaan yang mencolok. Iman para rasul
tidaklah dapat disamakan dengan iman selain mereka. Demikian pula iman
para al khulafaur rasyidin beserta para sahabat yang lain, tidaklah sama
dengan yang lainnya. Iman orang-orang yang betul-betul beriman juga
tidak sama dengan iman orang yang fasik. Hal ini didasari pada perbedaan
yang ada dalam hati, berupa pengenalan terhadap Allah, nama-nama dan
sifat-sifat-Nya, dan segala yang disyariatkan bagi hamba-Nya. Inilah
pendapat Ahlus sunnah wal jamaah, berbeda dengan pendapat murjiah
dan yang sepaham dengan mereka.Wallahul mustaan [11]

Permasalahan ini sangat jelas jika kita melihat dalil-dalil yang ada dalam al
Quran dan as Sunnah serta realita yang terjadi bahwa keimanan itu
bertingkat-tingkat.

Allah melebihkan sebagian rasul dibandingkan rasul yang lainnya. Allah


Taala berfirman :

}



{253

Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang
lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia)
dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. (Al
Baqarah:253)

Pemberian keutamaan sebgaian rasul dibandingkan yang lain disebabkan


perbedaan tingkat keimanan mereka. Demikian pula di antara para rasul
ada yang termasuk ulul azmi. Mereka adalah rasul-rasul yang memiliki
kedudukan yang paling agung dan derajat yang paling tinggi. Para rasul
tidak sama semua kedudukannaya di sisi Allah.

Allah Taala berfirman :

{35}

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan


hati dari rasul-rasul (Al Ahqaf:35)
Demikian pula keimanan para sahabat. Keimanan mereka berbeda-beda.
Keimanan yang paling tingggi adalah keimanan yang dimiliki oleh Abu
Bakar radhiyallahu anhu. Rasulullah sahalallhu alaihi wa sallam
bersabda :Seandainya keimaanan seluruh umat ditimbang dengan
keimanan Abu bakar, maka keimanan Abu Bakar lebih berat. Abu Bakar
Subah al Qaari berkata : Tidaklah Abu Bakar mendhaului kalian dengan
banyaknya sholat dan shodaqoh, namun dengan iman yang menancap di
hatinya[12]

Pelaku Dosa Besar Tetaplah Seorang Mukmin

Termasuk pembahasan penting dalam masalah iman adalah dalam


menghukumi pelaku dosa besar. Pada dasarnya, seorang mukmin yang
melakukan kemaksiatan yang tidak sampai derajat kekafiran tetap
dihukumi sebagai seorang mukmin. Inilah madzab ahlus sunnah wal
jamaah. Di antara dalilnya yaitu ayat qishos dalam firman Allah :

Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,


hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik (Al
Baqarah:178). Mereka (pelaku maksiat) tetap dianggap saudara seiman
dengan kemksiatan yang mereka lakukan. Allah juga berfirman :


{ 9}

{10}

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu
melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.
Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan
hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berlaku adil. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.
Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu
itu (Al Hujurat:9-10). Dalam ayat ini Allah menyifati dua kelompok yang
berperang dengan predikat mukmin walaupun mereka saling berperang.
Allah juga memberitakan bahwa mereka adalah saudara, dan
persaudaraan tidaklah terwujud kecuali antara sesama kaum mukminin,
bukan antara mukmin dan kafir.
Adapun orang-orang fasik yang berbuat kemakisatan, keimanan mereka
tidak hilang secara total Dalil-dalil syariat terkadang menetapkan keimanan
pada mereka, seperti firman Allah :

(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya (budak) yang


beriman (An Nisaa:92). Budak beriman yang dimaksud termasuk juga
budak yang fasik.

Terkadang juga dalil-dalil syariat menafikan keimanan pada mereka, seperti


dalam hadist:

Seorang mukmin tidak disebut mukmin saat ia berzina[13]

Madzab ahlussunnah dalam menyikapi pelaku maksiat adalah tidak


mengkafirkannya, namun juga tidak memutlakkan keimanan pada diri
mereka. Oleh akarena itu kita katakan sebgaimana penjelasan Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah: Mereka (orang-orang fasik) adalah
mukmin dengan keimanan yang kurang (tidak sempurna), atau bisa juga
dikatakan mukmin dengan keimanannya dan fasik dengan dosa besarnya.
Mereka tidak mendapat predikat iman secara mutlak, tidak pula hilang
keimanan (secara total) dengan dosa besarnya[14] (Matan al Aqidah al
Washitiyah)

Antara Iman dan Islam

Apa perbedaan antara iman dan islam? Kata iman dan islam terkadang
disebutkan bersamaan dalam satu kalimat, namun terkadang disebutkan
salah satunya saja. Jika disebutkan salah satunya saja, maka mencakup
makna keduanya. Dan bila disebutkan kedua-duanya, maka iman dan
islam memiliki makna yang berbeda. Jika disebutkan iman saja, maka
tercakup di dalamnya makna iman dan islam. Demikian pula sebaliknya.
Namun, jika desebutkan iman dan islam, maka masing-masing memilki
makna sendiri-sendiri. Iman mencakup malan-amalan hati, sedangkan
islam mencakup amalan-amalan lahir.

Imam Ibnu Rajab al Hambali menjelaskan : Jika masing-masing islam dan


iman disebutkan secara sendiri-sendiri (disebutkan iman saja atau islam
saja) maka tidak ada perbedaan di antara keduanya. Namun, apabila
disebutkan secra bersaamaan, di antara keduanya ada perbedaan. Iman
adalah keyakinan hati, pengakuan dan pengenalan. Sedangkan islam
adalah berserah diri kepada Allah, tunduk kepadan-Nya dengan
melakukan amalan ketaatan [15]

Kadar Minimal Rukun Iman

Pokok-pokok keimanan terdapat dalam rukun iman yang enam,


sebagaimana diterangkan Nabi shalallahu alaihi wa sallam dalam hadist
Jibril :

Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para


Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk. [16]

Masing-masing rukun iman memiliki kadar minimal sehingga dikatakan sah


keimanan seseorang terhadap rukun tersebut. Secara umum, kadar
minimal untuk keenam rukun iman tersebut adalah sebagai berikut

Iman kepada Allah:

Beriman dengan wujud Allah

Beriman dengan rububiyah Allah

Beriman dengan uluhiyah Allah

Beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah

Iman kepada para malaikat Allah:

Beriman dengan keberadaan para malaikat Allah

Mengimani secara rinci nama-nama malaikat yang kita ketahui, dan

mengimani secara global yang tidak kita ketahui

Mengimani secara rinci sifat-sifat mereka yang kita ketahui, dan


mengimanisecara global yang tidak kita ketahui
Mengimani secara rinci tugas-tugas mereka yang kita ketahui, dan

mengimani secara global yang tidak kita ketahui

Iman kepada kitab-kitab Allah :

Mengimanai bahwa seluruh kitab berasal dari Allah

Mengimani secara rinci nama-nama kitab Allah yang kita ketahui dan

mengimani secara global yang tidak kita ketahui

Membenarkan berita-berita yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut

Beramal dengan hukum-hukum yang ada di dalamnya selama belum

Dihapus.

Iman kepada para rasul Allah :

Mengimani bahwa seluruh risalah para rasul berasal dari Allah

Mengimani secra rinci nama para nabi dan rasul Allah yang kita ketahui

dan mengimani secara global yang tidak kita ketahui

Membenarkan berita yang shahih yang datang dari mereka

Beramal dengan syariat Rasul yang diutus kepada kita (yaitu Muhammad

shalallhu alaihi wa sallam)

Iman kepada hari akhir :

Beriman dengan hari kebangkitan

Beriman dengan hari perhitungan dan pembalasan (al hisaab wal jazaa)
Beriman dengan surga dan neraka

Beriman dengan segala sesuatu yang terjadi setelah kematian

Iman kepada takdir Allah :

Beriman bahwasanya Allah mengetahui segala sesuatu yang terjadi

Beriman bahwasanya Allah telah menetapkan segala sesuatu di Lauh

mahfudz

Beriman bahwa segala sesuatu terjadi dengan kehendak Allah

Beriman bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan makhluk


Allah[17]

Barangsiapa yang tidak mengimani pokok-pokok yang ada pada kadar


minimal rukun iman, maka batal rukun iman tersebut. Dan barangsiapa
yang batal salah satu rukun iman, maka batal pula seluruh keimanannya.

Hukum Mengatakan Saya Mukmin InsyaAllah

Bolehkah mengucapkan perkataan Saya mukmin InsyaAllah?. Perkataan


ini diistilahkan oleh para ulama dengan al istisnaa fil iman (pengecualian
dalam keimanan). Manusia terbagi menjadi tiga kelompok dalam masalah
ini. Ada yang mengharamkannya secara mutlak, ada yang
membolehkannya secara mutlak, dan ada yang merinci hukumnya.

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah pernah ditanya


tentang hukum perkataan : Saya mukmin Insya Allah. Beliau
menjelaskan : Perkataan seseorang Saya mukmin Insya Allah
diistilahkan oleh para ulama dengan al istisnaa fil iman (pengecualian
dalam keimanan). Masalah ini perlu perincian :

1. Jika istisna muncul karena ragu dengan adanya pokok keimanan maka
ini merupakan keharaman bahkan kekafiran.. Karena iman adalah sesuatu
yang pasti (yakin) sedangkan keraguan membatalkan keimanan.
2. Jika istisna muncul karena khawatir terjatuh dalam tazkiyatun nafsi
(menyucikan diri), namun tetap disertai penerapan iman secara perkataan,
perbuatan, dan keyakinan, maka hal ini sesuatu yang wajib karena adanya
rasa khawatir terhadap sesuatu yang berbahaya yang dapat merusak
iman.

3.Jika maksud istisna adalah bertabaruk dengan menyebut masyiah


(kehendak Allah) atau untuk menjelaskan alasan, dan iman yang ada
dalam hati tetap tergantung kehendak Allah, maka hal ini diperbolehkan.
Dan penjelasan untuk penyebutan alasan (bayaani talil) tidaklah
meniadakan pembenaran iman. Telah terdapat penjelasan hal ini seperti
dalam firman Allah :


{27}
bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram,
insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan
mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut (Al Fath :27). Dan
juga dalam doa Nabi ketika ziarah kubur :

dan kami insya Allah akan menyusul kalian[18]


Dengan penjelasan di atas, maka tidak boleh memutlakkan hukum dalam


masalah al istisna fil iman. Yang benar adalah merinci masalah ini[19].

Demikian beberapa penjelasan mengenai permasalahan iman. Semoga


bermanfaat.

Alhamdulillahiladzi bi nimatihi tatimus shaalihaat

Penulis: Adika Mianoki

Artikel www.muslim.or.id

Catatan kaki

[1]. Lihat Nawaaqidul Iman al Itiqodiyyah wa Dhowabitu Takfiir inda as


Salaf I/35-37

[2]. H.R Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi. Dishahihkan Albani dalam Shohihul
Jaami VI/308
[3]. H.R Muslim22

[4]. H.R. Muslim 57

[5]. Lihat dalil-dalil yang lebih lengkap dan penjelasannya dalam


Nawaaqidul Iman I/38-54

[6]. H.R Muslim 193

[7]. Syarh Lumatil Itiqad 57, Syaikh Muhammad bin Sholeh al Utsaimin

[8]. Diringkas dari Syarh al Aqidah al Wasithiyah 594-596, Syaikh


Utsaimin. Kumpulan Ulama.

[9]. H.R Muslim 58

[10]. Dinukil dari Nawaaqidul Iman I/55-56

[11]. Taliq Syaikh Ibnu Baaz terhadap al Aqidah at Thahawiyah. Dalam


Jaamius Syuruh al Aqidah ath Thahawiyah II/488. Cet. Darul Ibnul Jauzi.

[12]. Lihat Syarh al Aqidah at Thahawiyah, Syaikh Sholeh Alu Syaikh.


Dalam Jaamius Syuruh al Aqidah ath Thahawiyah II/488

[13]. H.R. Muslim 57

[14]. Matan al Aqidah al Washitiyah

[15]. Jaamiul Ulum wal Hikam 63, Ibnu Rajab Al Hambali.

[16]. H.R. Muslim 8

[17]. Silakan simak pembahasan lengkapnya dalam Syarh Ushul Iman,


Syaikh Muhammad bin Sholeh al Utsaimin.

[18]. H.R Muslim 974

[19]. Alfaadz wa Mafaahim fii Mizani as Syari wa ad Diin 28-29, Syaikh


Muhammad bin Sholeh al Utsaimin.
Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah
sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung
pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya

Keimanan dalam agama Islam


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ada usul agar artikel atau bagian ini digabungkan dengan Rukun
Iman. (Diskusikan)

Keimanan sering disalah pahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam


diawali dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi alam
sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya Yang Mengatur alam
semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal akan berusaha
memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam
ajaran Islam tidak sama dengan dogma atau persangkaan tetapi harus
melalui ilmu dan pemahaman.
Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu
berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai
akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai akhlak
mahmudah.Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap
jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll.
Sebagai umat islam kita mempunyai suri tauladan yang perlu untuk
dicontoh atau diikuti yaitu nabi Muhammad SAW. Ia adalah sebaik-baik
manusia yang berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana
akhlak rosul, maka ia menjawab bahwa akhlak rosul adalah Al-quran.
Artinya rosul merupakan manusia yang menggambarkan akhlak seperti
yang tertera di dalam Al-quran

[10:36] Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.


Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai
kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan.

Adapun sikap 'percaya' didapatkan setelah memahami apa yang


disampaikan oleh mu'min mubaligh serta visi konsep kehidupan yang
dibawakan. Percaya dalam Qur'an selalu dalam konteks sesuatu yang
ghaib, atau yang belum terrealisasi, ini artinya sifat orang yang beriman
dalam tingkat paling rendah adalah mempercayai perjuangan para
pembawa risalah dalam merealisasikan kondisi ideal bagi umat manusia
yang dalam Qur'an disebut dengan 'surga', serta meninggalkan kondisi
buruk yang diamsalkan dengan 'neraka'. Dalam tingkat selanjutnya orang
yang beriman ikut serta dalam misi penegakkan Din Islam.

Adapun sebutan orang yang beriman adalah Mu'min

Tahap dan Tingkatan Iman serta Keyakinan


Tahap-tahap keimanan dalam Islam adalah:

Dibenarkan di dalam qalbu (keyakinan mendalam akan Kebenaran


yang disampaikan)

Diikrarkan dengan lisan (menyebarkan Kebenaran)

Diamalkan (merealisasikan iman dengan mengikuti contoh Rasul)

Tingkatan Keyakinan akan Kebenaran (Yaqin) adalah:


Ilmul Yaqin (yaqin setelah menyelidikinya berdasarkan ilmu) contoh
---- seperti keyakinan orang amerika yang masuk islam setelah
membuktikan AL QUR'AN dengan ILMU PENGETAHUAN

'Ainul Yaqin (yaqin setelah melihat kebenarannya hasilnya baik


berupa mu'zizat , karomah dll ) contoh ----- keyakinan Bani israil
yaqin setelah melihat mu'zizat dari nabinya

Haqqul Yaqin (yaqin yang sebenar-benarnya meskipun belum


dibuktikan dengan ilmu dan belum melihat kebenarannya) contoh -----
yakinnya para sahabat RA kepada nabi MUHAMMAD.SAW pada
peristiwa ISRA' MIRAJ meskipun tidak masuk akal(berdasarkan ilmu)
dan tidak seorang sahabat pun melihat kejadian itu , namun mereka
tetap meyakini peristiwa itu .

PayTren UYM

24 Desember 2016

Pengertian Iman dan Taqwa dalam Islam.


================================

Kita sebagai umat islam harusla megerti apa yang dimaksud dengan
iman dan taqwa yang biasa disingkat menjadi (IMTAQ) dalam
kurikulum Sekolah Dasar, didalam Al-Quran sangat banyak
disebutkan kata iman dan taqwa, (Hai orang yang beriman,, hai
orang yang bertaqwa). apa sebenarnya ketaqwaan itu dan
bagaiamana iman itu, dan apakah ada hubungan iman dat taqwa,
silahkan baca sampai tuntas dan bubuhkan argumen anda untuk
menyempurnakan artikel ini.

Arti Taqwa
Menurut pendapat majmu' ulama sepakat bahwa Taqwa adalah
sebuah keuatan yang teguh dalam menjalankan/mengerjakan
peirntah Allah dan menjauhi larangan-Nya. taqwa juga dikaitkan
dengans ebuah prestasi yang bias disebut dengan derajat atau
tingkatan terhormat.
Orang yang bertaqwa adalah orang yang dekat dengan Allah dan
Allah yang akana mnjaganya dan memudahkan Rezeki baginya dan
lain-lain, dalam tanda kutip orang yang bertaqwa itu mendapat
tempat yang dimuliakan oleh Allah Swt.

Maksud Iman
Iman adalah sebuah perasaan keyakinan, dalam bahasa arab istilah
iman itu dibahasakan dengan I'tiqad yaitu keyakinan penuh . nah
dalam konteks ini iman bisa dikatakan sebagai perasaan yakin.

Dalam Sebuah sirah tauhid (Pendapat Ahlu Shufi) bahwa dikatakan


iman itu memiliki karakteristik:

Bahasa diatas bisa kita artikan dengan : Keimnan itu bertambah dan
berkurang

Inilah yang dimaksud dengan karakteristik iman, hal ini juga bisa kita
bandingkan dengan jelas, dalam menjalankan sebuah ibadahm sperti
sholat misalnya, ibdah yang kita kerjakan setiap hari, terkadang kita
semangat dan cepat berangkat pergi ke mesjid untuk sholat
berjamaan namun kadang-kadang kit malas untuk melaksanakan
sholat, itulah keimanan. Keimanan dapat berubah-berubah sewaktu-
waktu.

Hubungan antara Iman dan Taqwa


Jika dilihat dari polanya, Iman dan Taqwa ini memiliki hubungan yang
erat dan memilki ketergantungan keduanya. singkatnya, jika
ketaqwaan itu merupakan ebuah derajat karena upaya kita dalam
meningkatkan amal ibadah serta meninggalkan larangan Allah Swt
untuk mencapai itu semua harus dimulai dengan keimanan.

Timbul sebuah pertanyaan,


Jika memang ketaqwaan bisa dicapai dengan modal iman dan iman
itu bersikap tidak netral (berubah-ubah), ketaqwaan itu pastinya
berubah-rubah juga karena imannya tidak stabil..?
Iya benar, ketaqwaan akan terganggu karena keimanan tidak stabil,
dalam membangun keimanan inilah yang harus diperhatikan, dalam
keimanan ada beberapa unsur:
Yakin
Teguh
Ikhlas
Tawakkal
Keempat ini merupakan tameng penting dalam membangun iman..
Contohnya seperti ini, kita sudah yakin dengan kekuasaan Allah,
maka kita harus teguh dalam berusaha dan selalu memohon
kepadanya, ihlas dari apa yang hadapi dalam hidup dan apa yang
kita amalkan dan berserah diri (tawakkal) dalam setiap kondisi. disini
motif keraguan harus dibuang jauh-jauh, jangan pernah ragu bahwa
Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang setelah kita mengucapkan
Bismillahirrahmanirrahim.

Dengan demikian Prinsip taqwa akan tumbuh dengan sendirinya..


menjalankan perintah Allah tidak terasa berat dan sangat nyaman.
dan bahkan kita mampu berdakwah untuk menyeru saudara-saudara
kita untuk mengingat Allah.mampu besedekah tanpa ada maksud
selain karena Allah. mampu Naik Haji tanpa mengharap pujian dari
orang lain., semua karena Allah. itulah hakikat Taqwa.
Intinya adalah iman dan taqwa itu saling berkaitan dan berhubungan

Iman
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Iman (bahasa Arab: )secara etimologis berarti 'percaya'.

Daftar isi

1 Etimologi

2 Pandangan Islam

o 2.1 Tingkatan iman

3 Pandangan Kristen

o 3.1 Etimologi
o 3.2 Terjemahan Lukas 8:25

o 3.3 Dari mana Iman timbul

4 Referensi dan pranala luar

Etimologi

Perkataan iman ( )diambil dari kata kerja 'aamana' ( )-- yukminu' (


)yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'.

Pandangan Islam

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Rukun Iman dan Hadits Jibril

Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-


Quran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia
(Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan
membenarkan kepada para orang yang beriman." Iman itu ditujukan
kepada Allah, kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua jenis: Iman Hak dan
Iman Batil.

Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang


diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip
dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan,
maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya,
disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman
dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki
prinsip. Atau juga pandangan dan sikap hidup.

Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain,
seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan
lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan
anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan
lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota."
Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah
(lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya
dengan rukun-rukun (anggota-anggota)."

Tingkatan iman
Dalam Islam dikenal beberapa tingkatan seseorang dalam keyakinan
beragama, diantaranya adalah:

Muslim: orang mengaku islam, kadar keimanannya termasuk yang


terendah, sebatas pengakuan Allah sebagai tuhan yang esa, belum
ada bedanya dengan iblis yang juga meyakini bahwa Allah adalah
maha esa,

Mu'min: orang beriman, yang mengkaji syariat Islam sehingga


meningkat wawasan keislamannya,

Muhsin: orang yang memperbaiki segala perbuatannya agar menjadi


lebih baik,

Mukhlis: orang yang ikhlas dalam beribadah, hidupnya hanya untuk


mengabdikan kepada Allah,

Muttaqin: orang yang bertakwa, tingkatan ini adalah yang tertinggi di


antara tingkatan lainnya.

Pandangan Kristen

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Iman dalam Kekristenan

Etimologi

Iman (bahasa Yunani: pisti)[1] adalah rasa percaya kepada Tuhan.


Iman sering dimaknai "percaya" (kata sifat) dan tidak jarang juga diartikan
sebagai kepercayaan (kata benda). Alkitab Terjemahan Baru (TB)
mencatat kata "iman" sebanyak 155 kali. Menurut Paulus, "Iman adalah
dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibrani 11:1).

Menurut beberapa versi terjemahan Alkitab, kata "iman" yang dalam


bahasa Yunani tertulis sebagai (baca "pistin") Namun dalam
beberapa versi terjemahan Alkitab, kata "iman" dan kata "percaya"
diterjemahkan juga dari kata Yunani "" (baca "pistis").

Terjemahan Lukas 8:25


25 ;
,
, ; (Lukas 8:25).

25 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Di manakah kepercayaanmu?" Maka


takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: "Siapa
gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air
dan mereka taat kepada-Nya?". (Lukas 8:25 - versi LAI Terjemahan Baru)

25 Lalu Yesus berkata kepada pengikut-pengikut-Nya, "Mengapa kalian


tidak percaya kepada-Ku?" Mereka menjadi heran dan takut. Dan
berkatalah mereka satu sama lain, "Siapa sebenarnya orang ini sampai
memberi perintah kepada angin dan ombak, dan Ia pun ditaati!" (Lukas
8:25 - versi Alkitab Kabar Baik BIS)

25 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Di mana imanmu?" Mereka


ketakutan dan heran. Mereka berkata satu sama lain, "Orang yang
bagaimanakah Itu sehingga dapat memerintah angin ribut dan air, dan taat
kepada-Nya?" (Lukas 8:25 - versi Perjanjian Baru WBTC)

25 Maka kata-Nya kepada mereka itu, "Di manakah imanmu?" Maka


takutlah mereka itu serta heran sambil berkata seorang kepada seorang,
"Siapakah Ia ini, yang memerintah angin dan air, sehingga menurut Dia?"
(Lukas 8:25 - versi Alkitab Terjemahan Lama).

Atas dasar terjemahan-terjemahan tersebut, maka "Iman" menurut


kepercayaan Kristen dapat dimaknai sebagai "percaya".

Dari mana Iman timbul

Iman timbul karena seseorang mendengar firman Kristus :

o Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh


firman Kristus. (Roma 10:17)

Iman timbul dari Berita Injil:

o Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus,


supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak
datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu
roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari
Berita Injil, (Filipi 1:27)

Sebuah contoh menarik soal bagaimana iman dapat tumbuh, dapat dilihat
pada kisah seorang wanita yang sakit pendarahan selama 12 tahun
(Markus 5:25-29)

Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya
menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib,
sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama
sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin
memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di
tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan
menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku
akan sembuh." Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia
merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.

Kalimat "Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus,"


menjelaskan darimana iman perempuan itu mulai tumbuh. Kabar-kabar
yang dia dengar dari banyak orang bahwa Yesus menyembuhkan semua
orang dan semua penyakit membuat perempuan malang itu memiliki
harapan baru dan keyakinan baru bahwa penyakitnya pasti dapat sembuh
asalkan dia ketemu Yesus Kristus, bahkan dia berkata dalam hati "Asal
kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." (ayat 28).

Referensi dan pranala luar

Pengertian Iman Dalam Agama Islam

Pengertian Iman Dalam Agama Islam

Download
Pengertian Iman Dalam Agama Islam - Iman (bahasa Arab:

) secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman (

) diambil dari kata kerja 'aamana' (

) -- yukminu' (

) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'.Iman secara bahasa berarti


tashdi (membenarkan). !edangkan secara istilah syar"i# iman adalah $
%eyakinan dalam hati# Perkataan di lisan# amalan dengan anggota
badan# bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan
maksiat$. Para ulama sala& menjadikan amal termasuk unsur keimanan.
leh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang# sebagaimana amal
juga bertambah dan berkurang$. Ini adalah denisi menurut Imam alik#
Imam !ya"i# Imam Ahmad# Al Au*a"i# Isha bin +aha,aih# mad*hab
hahiriyah dan segenap ulama selainnya.Dengan demikian denisi iman
memiliki karakter: keyakinan hati# perkataan lisan#dan amal perbuatan#
bisa bertambah dan bisa berkurang.Imam !ya"i berkata# /Iman itu
meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa berkurang.
0ertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab
kemaksiatan.1 Imam Ahmad berkata# /Iman bisa bertambah dan
bisaberkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal# dan ia berkurang
dengan sebab meninggalkan amal.1 Imam 0ukhari mengatakan# /Aku
telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru
negeri# aku tidak pernah melihat mereka berselisih bah,asanya iman
adalah perkataan dan perbuatan# bisa bertambah dan berkurang.1+ukun
Iman2 . I m a n k e p a d a A l l a h !eseorang tidak dikatakan beriman kepada
Allah hingga dia mengimani 3 hal: engimani adanya Allah. engimani
rububiah Allah# bah,a tidak ada yang mencipta# menguasai# dan
mengatur alam semesta kecuali Allah. engimani uluhiah Allah# bah,a
tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengingkari
semua sembahan selain Allah 4a"ala. engimani semua nama dan
si&atAllah (al-Asma'ul 5usna) yang Allah telah tetapkan untuk diri-6ya dan
yang nabi-6ya tetapkan untuk Allah# serta menjauhi sikap menghilangkan
makna# memalingkan makna# mempertanyakan# dan
menyerupakan6ya.7 . I m a n k e p ad a pa r a m a l a i ka t A l l a h engimani
adanya# setiap amalan dan tugas yang diberikan Allah kepada
mereka.8 . I m a n k e p a d a k i t ab - k i t a b A l l a h engimani bah,a seluruh
kitab Allah adalah ucapan-6ya dan bukanlah ciptaan6ya.karena kalam
(ucapan) merupakan si&at Allah dan si&at Allah bukanlah makhluk. uslim
,ajib mengimani bah,a Al-9uran merupakan penghapus hukum dari
semua kitab suci yang turun sebelumnya.

3 . I m a n ke p a d a p a r a r a s u l A l l a h engimani bah,a ada di antara laki-


laki dari kalangan manusia yang Allah 4a"ala pilih sebagai perantara antara
diri-6ya dengan para makhluknya. Akan tetapi mereka semua tetaplah
merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai si&at-si&at
dan hak-hak ketuhanan# karenanya menyembah para nabi dan rasul
adalah kebatilan yang nyata. ;ajib mengimani bah,a semua ,ahyu kepada
nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah 4a"ala. <uga ,ajib
mengakui setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak
kita ketahui namanya.=3> . I m a n k ep a d a h ar i a k h ir engimani
semua yang terjadi di alam bar*akh (di antara dunia dan akhirat)
berupatnah kubur (nikmat kubur atau siksa kubur). engimani tanda-
tanda hari kiamat. engimani hari kebangkitan di padang mahsyar hingga
berakhir di !urga atau 6eraka.?.Iman kepada ada dan adar# yaitu
takdir yang baik dan buruk engimani kejadian yang baik maupun yang
buruk# semua itu berasal dari Allah 4a"ala. %arena seluruh makhluk tanpa
terkecuali# *at dan si&at mereka begitupula perbuatan mereka adalah
ciptaan Allah.
READ PAPER

Wahai Manusia Lihatlah Hatimu!!

Wahai Dzat yang membolak-bolakkan hati, teguhkanlah hati kami


diatas agamamu

By Satria Buana 15 July 2008


23 9685 24

Rosulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari


dan Muslim yang artinya: Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal
darah. jika segumpal darah tersebut baik maka akan baik pulalah seluruh
tubuhnya, adapun jika segumpal darah tersebut rusak maka akan rusak
pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal darah tersebut adalah
hati. (Yang lebih benar untuk penyebutan segumpal darah ( ) tersebut
adalah jantung, akan tetapi di dalam bahasa Indonesia sudah terlanjur
biasa untuk menerjemahkan dengan hati).

Maka hati bagaikan raja yang menggerakkan tubuh untuk melakukan


perbuatan-perbuatannya, jika hati tersebut adalah hati yang baik maka
seluruh tubuhnya akan tergerak untuk mengerjakan hal-hal yang baik,
adapun jika hatinya adalah hati yang buruk maka tentunya juga akan
membawa tubuh melakukan hal-hal yang buruk. Hati adalah perkara utama
untuk memperbaiki manusia, Jika seseorang ingin memperbaiki dirinya
maka hendaklah ia memperbaiki dahulu hatinya!!!

Ketahuilah, hati ini merupakan penggerak bagi seluruh tubuh, ia


merupakan poros untuk tercapainya segala sarana dalam terwujudnya
perbuatan. Hati laksana panglima yang memompa pasukannya untuk
melawan musuh atau melemahkan mereka sehingga mundur dari medan
peperangan. Karena hati disifatkan dengan sifat kehidupan dan kematian,
maka hati ini juga dibagi dalam tiga kriteria yakni hati yang mati, hati yang
sakit dan hati yang sehat.

1. Hati yang Sehat

Yaitu hati yang selamat, hati yang bertauhid (mengesakan Alloh dalam
setiap peribadatannya), di mana seseorang tidak akan selamat di hari
akhirat nanti kecuali ia datang dengan membawa hati ini. Alloh berfirman
dalam surat as-Syuara ayat 88-89:

(Yaitu) hari di mana tidak berguna lagi harta dan anak-anak kecuali
mereka yang datang menemui Alloh dengan hati yang selamat (selamat
dari kesyirikan dan kotoran-kotorannya). (QS. Asy Syuara: 88,89)

Hati yang sehat ini didefinisikan dengan hati yang terbebas dari setiap
syahwat, selamat dari setiap keinginan yang bertentangan dari perintah
Alloh, selamat dari setiap syubhat (kerancuan-kerancuan dalam
pemikiran), selamat dari menyimpang pada kebenaran. Hati ini selamat
dari beribadah kepada selain Alloh dan berhukum kepada hukum selain
hukum Rosul-Nya. Hati ini mengikhlaskan peribadatannya hanya kepada
Alloh dalam keinginannya, dalam tawakalnya, dalam pengharapannya
dalam kecintaannya Jika ia mencintai ia mencintai karena Alloh, jika ia
membenci ia membenci karena Alloh, jika ia memberi ia memberi karena
Alloh, jika ia menolak ia menolak karena Alloh. Hati ini terbebas dari
berhukum kepada hukum selain Alloh dan Rosul-Nya. Hati ini telah terikat
kepada suatu ikatan yang kuat, yakni syariat agama yang Alloh turunkan.
Sehingga hati ini menjadikan syariat sebagai panutan dalam setiap
perkataan dan perbuatannya.

Alloh berfirman:




Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian bersikap mendahului
Alloh dan Rosul-Nya, bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Hujurot: 1)

Pemilik hati yang sehat ini akan senantiasa dekat dengan Al Quran, ia
senantiasa berinteraksi dengan Al Quran, ia senantiasa tenang,
permasalahan apapun yang dihadapinya akan dihadapi dengan tegar, ia
senantiasa bertawakal kepada-Nya karena ia mengetahui semua hal
berasal dari Alloh dan semuanya akan kembali kepada-Nya. Di manapun ia
berada zikir kepada Alloh senantiasa terucap dari lisannya, jika disebut
nama Alloh bergetarlah hatinya, jika dibacakan ayat-ayatNya maka
bertambahlah imannya. Pemilik hati inilah seorang mukmin sejati, orang
yang Alloh puji dalam Firman-Nya:





Sesungguhnya orang-orang yang beriman (sempurna imannya) ialah
mereka yang bila disebut nama Alloh gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan
hanya kepada Allohlah mereka bertawakkal (berserah diri). (QS. Al-Anfaal:
2)

2. Hati yang Mati


Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Robbnya, ia tidak
menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya, ia tidak menghadirkan
setiap perbuatannya berdasarkan sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya.
Hati ini senantiasa berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan dunia
walaupun di dalamnya ada murka Alloh, akan tetapi hati ini tidak
memperdulikan hal-hal tersebut, baginya yang terpenting adalah
bagaimana ia bisa melimpahkan hawa nafsunya. Ia menghamba kepada
selain Alloh, jika ia mencinta maka mencinta karena hawa nafsu, jika ia
membenci maka ia membenci karena hawa nafsu.

Alloh berfirman:

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya


sebagai tuhannya, dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya
dan Alloh mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan
tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya
petunjuk sesudah Alloh (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu
tidak mengambil pelajaran? (QS. Al Jaatsiyah: 23)

Pemilik hati ini jika dibacakan kepadanya ayat-ayat Al Quran maka dirinya
tidak tergetar, ia senantiasa ingin menjauh dari Al Quran, ia lebih senang
mendengar suara-suara yang membuatnya lalai, ia lebih senang
mendengar nyanyian, mendengar musik, mendengar suara-suara yang
menggejolakkan hawa nafsunya. Pemilik hati ini senantiasa gelisah, ia
tidak tahu harus kepada siapa ia menyandarkan dirinya, ia tidak tahu
kepada siapa ia berharap, ia tidak tahu kepada siapa ia meminta,
kehidupannya terombang-ambing, ke mana saja angin bertiup ia akan
mengikutinya, ke mana saja syahwat mengajaknya ia akan mengikutinya,
wahai betapa menderitanya pemilik hati ini!

3. Hati yang Sakit

Hati ini adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Hati ini akan
mengikuti unsur kuat yang mempengaruhinya, terkadang hati ini cenderung
kepada kehidupan dan terkadang cenderung kepada penyakit. Pada
hati ini ada kecintaan kepada Alloh, keimanan, keikhlasan dan tawakal
kepada-Nya. Akan tetapi pada hati ini juga terdapat kecintaan kepada
syahwat, ketamakan, hawa nafsu, dengki, kesombongan dan sikap bangga
diri.

Ia ada di antara dua penyeru, penyeru kepada Alloh, Rosul dan hari akhir
dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan disambutnya
adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab kepadanya.

Pemilik hati ini akan senantiasa berubah-ubah, terkadang ia berada dalam


ketaatan dan kebaikan, terkadang ia berada dalam maksiat dan dosa.
Amalannya senantiasa berubah sesuai dengan lingkungannya, jika
lingkungannya baik maka ia berubah menjadi baik adapun jika
lingkungannya buruk maka ia akan terseret pula kepada keburukan.

Demikianlah, hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu, tawadhu,
lembut dan selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan
mati. Hati yang ketiga adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat kepada
keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan.

Maka wahai kaum muslimin! hendaknya kita menginterospeksi diri kita


sendiri, termasuk dalam golongan yang manakah hati kita? apakah hati kita
termasuk dalam hati yang sehat, hati yang sakit atau malah hati kita telah
mati? Maka renungkanlah Firman Alloh dalam surat Al-Kahfi ayat 49:

Dan diletakkanlah kitab (kitab amalan perbuatan), lalu kamu akan melihat
orang-orang berdosa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya,
dan mereka berkata: Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak
meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia
mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan
hadir (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun. (QS. Al
Kahfy: 49)

Dan sebaliknya Firman-Nya dalam Surat Al-Kahfi ayat 30-31:







Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, tentulah
Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan
amalan(nya) dengan yang baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi
mereka surga Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu
mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau
dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar
di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan
tempat istirahat yang indah. (QS. Al Kahfy: 30-31)

Wahai zat yang membolak-bolakkan hati, teguhkanlah hati kami diatas


agamamu, wahai zat yang membolak-balikkan hati tuntunlah hati kami
teguh di atas ketaatan kepada-Mu

Penulis: Abu Said Satria Buana


Murojaah: Ustadz Abu Saad
Artikel www.muslim.or.id

Sumber: https://muslim.or.id/247-wahai-manusia-lihatlah-hatimu.html
26 of 28
Memperbaiki hati
506 views

azelia

Published on Dec 19, 2014

Memperbaiki Hati

Published in: Education

Memperbaiki hati

1. 1. Judul : : How to Recitify The Heart Penulis : Syaikh Abu Islam


Shalih bin Thaha Abdul Wahid Judul Terjemahan : Meperbaiki Hati
Alih Bahasa : Ummu Abdillah al-Buthoniyah Desain Sampul : MRM
Graph Disebarluaskan melalui: Website:
http://www.raudhatulmuhibbin.org e-Mail:
redaksi@raudhatulmuhibbin.org Oktober, 2008. Buku ini adalah
online e-Book dari Maktabah Raudhah al Muhibbin yang
diterjemahkan dari on-line e-Book versi bahasa Inggris dari situs
www.salafimanhaj.com sebagaimana aslinya tanpa perubahan
apapun. Diperbolehkan untuk menyebarluaskannya dalam bentuk
apapun, selama tidak untuk tujuan komersil

2. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali


orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS
Asy-Syuara [26] : 88-89)

3. BIOGRAFI SINGKAT PENULIS Nama beliau adalah Saleh bin


Thaha Abdul Wahid. Beliau dikenal dengan nama Abu Islam dan lahir
di Mesir. Beliau belajar pada Syaikh Abdul Adzim Badawi, penulis
Kitab Al-Wajiz yang menamatkan pendidikannya di Universitas Al-
Azhar di Mesir. Syaikh Abdul Adzim mengajar di masjid di sebuah
desa kecil, dan disanalah Syaikh Abu Islam bertemu dengannya dan
mengambil manfaat yang besar dari ilmunya. Selanjutnya, Syaikh
Abu Islam menjadi muridnya selama lebih dari 30 tahun. Selama itu
beliau belajar hadits, fiqih dan usul fiqih dan bahasa Arab. Beberapa
tahun kemudian mereka pindah ke Jordan, dimana Syaikh menetap
hingga kini. Disanalah keduanya bertemu dengan Syaikh Albani dan
mengambil manfaat dari keluasan ilmunya. Kemudian Syaikh Abdul
Adzim kembali ke Mesir, namun Syaikh Abu Islam menetap atas
nasihat dari Syaikh Albani. Lalu Syaikh Abu Islam menetap dan
belajar kepada Syaikh Albani selama 29 tahun hingga beliau (Syaikh
Albani wafat). Syaikh Abu Islam saat ini adalah imam dan khatib
Masjid Ibrahim di wilayah Al-Haaj Hasan. Beliau juga secara rutin
mengajar Fiqih, Aqidah dan Tafsir setiap minggu. Beliau juga penulis
beberapa buku. Yang paling terkenal adalah Aqidatul Awal wa lau
Kaanu Yalamun. Syaikh Abu Islam juga melakukan perjalanan ke
Emirat untuk berdakwah.

2. 4. KATA PENGANTAR Ikhwani wa akhwati, perkara hati bukan


merupakan perkara yang remeh, oleh karena itu jika kita menaruh
perhatian untuk memperbaikinya, sebagai akibatnya umat ini akan
menjadi lebih baik. Kita harus menyebutkan betapa pentingnya hati,
sehingga masing-masing dari kita meletakkan hati di hadapannya
dan bekerja siang dan malam untuk memperbaikinya. Kami
mengingatkan kepadamu bahwa hati adalah organ di dalam tubuh
yang membantu mengalirkan darah, dan jika dia berhenti maka
seluruh tubuh pun akan mati seketika. Hati adalah salah satu
penyebab kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dan pada saat yang
sama merupakan menyebab bagi kehidupan yang penuh kesedihan
dan penyesalan. Rasulullah bersabda: Ketahuilah bahwa di dalam
tubuh ada segumpal daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh
tubuh itu baik; dan apabila segumpal daging itu rusak, maka seluruh
tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati.'"1 Abu Islam 1 HR
Bukhari Muslim

5. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 1 Syaikh Abu


Islam bin Thaha Abdul Wahid Imam dan Khatib Masjid Ibrahim Hajj
Hassan Jordan Amman Mukadimah Sesungguhnya segala puji
hanya milik Allah Yang kami memuji-Nya, kami memohon
pertolongan dan pengampunan dari-Nya, yang berlindung dari
kejelekan jiwa-jiwa kami dan keburukan amal-amal kami.
Barangsiapa yang mendapatkan petunjuk Allah, tidak ada yang dapat
menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh-Nya, tidak
ada yang dapat menunjukinya. Saya bersaksi bahwasanya tiada Ilah
yang Haq untuk disembah melainkan Allah, tiada sekutu bagi-Nya
dan saya bersaksi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah .
Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan
sebenar- benar takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam
keadaan islam. (QS Al-Imran [3] : 102) Wahai sekalian manusia
bertakwalah kepada Tuhanmu yang menciptakanmu dari satu jiwa
dan menciptakan dari satu jiwa ini pasangannya dan

6. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 2


memperkembangbiakkan dari keduanya kaum lelaki yang banyak
dan kaum wanita. Maka bertaqwalah kepada Allah yang dengan
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah senantiasa menjaga dan
mengawasimu. (QS An-Nisa [4] : 1) Wahai orang-orang yang
beriman bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang
benar niscaya Ia akan memperbaiki untuk kalian amal-amal kalian,
dan akan mengampuni dosa-dosa kalian, dan barangsiapa yang
mentaati Allah dan Rasul-Nya maka baginya kemenangan yang
besar. (QS Al-Ahzab : 70 71) Adapun setelah itu, sesungguhnya
sebenar-benar kalam adalah Kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad Dan seburuk-buruk suatu perkara
adalah perkara yang mengada-ada (muhdats) dan tiap-tiap muhdats
itu Bidah dan tiap kebidahan itu sesat. Dan setiap kesesatan
tempatnya di neraka.2 Pembahasan lengkap berbagai riwayat
mengenai khutbah ini ditulis oleh Syaikh Albani dalam bukunya
Khtubatul Haajah, diterbitkan oleh Al-Maktab Al-Islami, Beirut. 2 HR
Muslim

7. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 3 Memperbaiki


HatiMemperbaiki HatiMemperbaiki HatiMemperbaiki Hati ita memuji
kepada Allah yang telah memberkahi kita dan mengumpulkan kita
dalam salah satu masjid dari masjid-masjid Allah, dan karunia ini
sungguh datangnya dari Allah. Kita memohon kepada Allah agar
menyatukan kita semua, sebagaimana Dia menyatukan kita di dalam
masjid ini dan juga agar menyatukan kita kelak di tempat tertinggi di
surga. Kita memohon kepada Allah taufik dan ikhlas dalam perkataan
dengan apa yang kita pelajari. Topik kita pada hari ini adalah
Bagaimana Memperbaiki Hati. Saudara saudariku, kita hidup di
zaman yang aneh dimana saya meyakini bahwa jalan untuk
memperbaiki keadaan adalah dengan memperbaiki hati dari
kebencian, dengki, dan dari perpecahan diantara kita. Akibat dari
keburukan- keburukan ini, musuh-musuh telah menguasai kita.
Mengapa? Karena mereka melihat kita menjadi sangat lemah dan
terpecah belah. Salah satu alasan kita berada dalam keadaan yang
demikian karena hati-hati kita telah menjadi sakit, apakah sakit
karena nafsu atau karena syubhat. Allah berfirman mengenai
penyakit hati: Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.
(QS Al-Ahzab [33] : 32) Penyakit hati telah menyebabkan kita
meninggalkan shalat kita dan demikian juga agama kita, karena hati
kita telah terobsesi dengan penumpukan harta lalu menghabiskannya
untuk nafsu dunia. Lihatlah diri kita, perhatian kita semua adalah
uang untuk memenuhi keinginan kita. Penyakit lain yaitu syubhat.
Disebabkan kurangnya ilmu kita mengalami keraguan di dalam hati.
Sebagai akibatnya kita terpecah dalam kelompok- kelompok, pedang
diarahkan kepada pemerintah kita, pengkafiran antara satu sama lain
bahkan sampai seseorang mengkafirkan orang tuanya dan shalat
ditinggalkan dari masjid-masjid. Allah menyebutkan tentang penyakti
ini dalam firman-Nya: K

8. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 4 Dalam hati


mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya. (QS Al-
Baqarah [1] : 10) Apabila penuntut ilmu duduk dengan seseorang
dengan gambaran seperti itu, dia akan dengan mudah melihat
penyakit perpecahan, kebencian dan kedengkian. Keadaan kita saat
ini dan situasi yang menyedihkan telah meneybabkan musuh-musuh
kita menaklukkan, mengalahkan dan mempermalukan kita. Mereka
telah membesar-besarkan kelemahan kita dan sedemikian tanpa
ampun meningkatkan keraguan kita, kebingungan, dan perpecahan
diantara kita. Mereka mencapai ini dengan cara membajiri kita
dengan keinginan-keinginan hawa nafsu, seperti televisi, satelit, uang
dan wanita. Semua ini telah menambah kelemahan kita dan sebagai
akibatnya mereka menguasai kita. Saudara saudariku, perkara hati
bukanlah merupakan persoalan yang remeh. Jika kita semua
menaruh perhatian terhadap perbaikannya, maka kaum Muslimin
akan menjadi lebih baik dengannya. Akibat dari hati yang tidak sehat
dapat dilihat kepada orang-orang yang berbicara mengenai jihad,
manakala mereka bertempat tinggal disebelah masjid namun tidak
melaksanakan shalat (di masjid). Saya katakan kepada orang yang
demikian: Wahai engkau yang berbicara tentang jihad, dimana
dirimu pada saat fajar? Kami tidak melihatmu di halaqah ilmu, atau
di majelis dimana Al-Quran dipelajari. Mengapa? Karena hatimu
telah menjadi rusak. Perlu bagi kita untuk memahami pentingnya hati,
sehinga masing-masing dari kita menempatkan hati kita tepat
dihadapan kita dan bekerja siang dan malam untuk memperbaikinya.
Perkara pertama yang menyangkut hati adalah bahwa ia adalah
organ di dalam tubuh yang mengontrol peredaran darah dan jika dia
berhenti maka tubuh otomatis akan mati. Hati adalah salah satu
alasan kebahagiaan hidup di dunia ini dan kehidupan setelahnya.
Pada saat yang sama juga menjadi sebab penyesalan dan kepedihan
hidup.

9. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 5 Rasulullah


bersabda: Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging.
Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila
segumpal daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak.
Ketahuilah, dia itu adalah hati.'"3 Tubuh, yang hatinya memiliki iman
dan aqidah yang benar akan memeperoleh banyak manfaat dalam
hidupnya. Hal ini akan membawa seseorang untuk melakukan
perbuatan ketaatan seperti merendahkan pandangannya di jalan,
mendengar hanya pada apa yang disenangi Allah dan berbicara dari
apa-apa yang baik dengan lidahnya. Karenanya seluruh
kehidupannya menjadikannya seseorang yang diridhai Tuhannya.
Persamaan hati yang murni dan kuat seperti seorang komandan
yang lurus yang akan menjadikan tentara-tentara yang lurus. Dari sini
jelas bahwa hati yang lurus hanya akan membuahkan perbuatan
yang lurus. Sebaliknya, apabila hati sakit maka demikian pula seluruh
tubuh. Sehingga hati akan condong kepada nafsu akan musik, rokok,
dan segala bentuk dosa lainnya. Perkara kedua mengenai hati
adalah bahwa hati merupakan alat untuk memperoleh ilmu. Ilmu ini
dapat diperoleh melalui mendengar, memperhatikan dan meyakinkan
dengan hati. Semua kita lahir ke dunia ini tanpa mengetahui apapun.
Jangan berpikir bahwa ada orang yang terlahir sebagai ulama,
namun sebaliknya seseorang harus bersungguh-sungguh menuntut
ilmu. Kita berusaha dengan seluruh kemampuan kita untuk
memperoleh pendidikan sekuler sampai mencapai gelar Doktor, yang
dalam pandangan Allah tidak berarti apa-apa. Namun demikian, jika
itu menyangkut menuntut ilmu agama yang indah ini, maka kita
hanya menggunakan sedikit kemampuan. Allah berfimran: Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS An-Nahl [16] : 78) 3
HR Bukhari Muslim

10. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 6 Inilah


sebabnya mengapa Allah memberikan kita pendengaran, penglihatan
dan hati. Sebaliknya, kita tidak menggunakannya untuk menuntut
ilmu dan karenanya kita jatuh kedalam maksiat, ini adalah kejahatan.
Ini semua adalah anugerah dari Allah yang dengannya tanpa ragu
lagi kita akan ditanyai tentangnya pada hari kiamat. Maka hati adalah
alasan untuk mempelajari dan memahami agama yang agung ini.
Ketiga: hati adalah tempatnya niat. Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat4 Dari sini
saya bertanya kepada anda, darimana niat itu berasal? Bukankah itu
dari hati? Jika niat kita yang terpancar dari hati murni dan hanya
mencari keridhaan Allah maka Dia akan menerima amalan kita pada
hari kiamat. Hal ini dapat digambarkan dari hadits Bukhari dan
Muslim, dimana tiga orang laki-laki terperangkap di dalam gua,
mereka semua memohon kepada Allah melalui amal-amal baik
mereka, dan Allah menyelamatkan mereka dari kematian. Mengapa?
Karena mereka ikhlas hanya kepada Allah, yang menunjukkan
betapa pentingnya amal shalih dan bagaimana ia dapat
menyelamatkan seseorang dalam kehidupan ini dan kehidupan yang
akan datang. Namun demikian, jika amalan itu ditujukan kepada
selain Allah maka akan ditolak oleh-Nya pada hari kiamat. Hadits
yang juga dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, mengabarkan
kepada kita mengenai tiga orang yang pertama kali menjadi bahan
bakar api neraka: 4 HR Bukhari Muslim

11. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 7


"Sesungguhnya orang yang paling pertama diadili pada hari kiamat
adalah seseorang yang mati syahid, ia didatangkan dan ditanyakan
ni'mat-ni'matnya, lalu ia mengakuinya. Dia berfirman : "Apakah yang
kamu amalkan di dunia ? ". Ia menjawab : "Saya berperang sampai
mati syahid". Dia berfirman : "Kamu berdusta, tetapi kamu berperang
agar dikatakan sebagai pemberani dan itu telah dikatakan".
Kemudian ia diperintahkan, lalu wajahnya ditarik sehingga ia
dilemparkan kedalam neraka. Seorang yang memperlajari Ilmu,
mengajarkannya dan membaca Al Qur'an didatangkan. Nikmat-
nikmatnya, ditanyakan dan ia mengakuinya. Dia berfirman : "Apakah
yang kamu kerjakan di dunia ?". Ia menjawab : "Saya mempelajari
Ilmu, mengajarkannya, dan saya membaca Qur'an karena-Mu". Dia
berfirman : "Kamu berdusta, karena kamu mempelajari Ilmu agar
dikatakan pandai dan kamu membaca Al Qur'an agar dikatakan
sebagai qari', dan itu semua telah diucapkan". Kemudian
diperintahkan, lalu wajahnya ditarik sampai dicampakkan kedalam
neraka. Dan seorang yang diberi kelapangan oleh Allah dan diberi
berbagai macam seluruh harta didatangkan dan ditanyakan ni'mat-
ni'matnya lalu ia mengakuinya. Dia berfirman : "Apakah yang kamu
kerjakan di dunia ?". Ia menjawab : "Saya tidak meninggalkan jalan
yang mana engkau senang untuk di infakkannya (harta) melainkan
saya menginfakkannya karena-Mu". Dia berfirman : "Kamu berdusta,
tetapi kamu kerjakan agar dikatakan sebagai dermawan, dan itu telah
dikatakan". Ia diperintahkan, lalu ditarik wajahnya kemudian
dilemparkan kedalam neraka".5 Sebagaimana yang dapat dilihat,
semua amalan tertolak tanpa keikhlasan. Orang-orang yang beramal
untuk (tujuan) selain Allah akan menjadi orang yang paling pertama
dibakar dalam api neraka sebagaimana ketiga kasus yang
disebutkan dalam hadits di atas. Sebaliknya, ketiga orang yang
berada di dalam goa selamat, karena Allah menerima amalan
mereka. Setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban
berdasarkan niatnya. Bila dia berniat untuk melaksanakan kejahatan
namun tertahan dari mengerjakannya (bukan karena pilihannya
sendiri), Rasulullah bersabda: 5 HR Muslim dari Abu Hurairah

12. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 8 Apabila


berhadapan dua orang Muslim dengan pedangnya masing-masing,
maka baik yang membunuh maupun yang dibunuh masuk neraka.
Seorang Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, itu layak bagi yang
membunuh, tetapi bagaimana dengan yang terbunuh? Beliau
menjawab: Sesungguhnya dia (yang terbunuh) juga berkehendak
membunuh Sahabatnya itu.6 Orang yang terbunuh yang disebutkan
dalam hadits berniat untuk membunuh lawannya namun dia tertahan
dari melakukannya. Perkara keempat mengenai hati: bahwa hati
adalah tempat Al-Quran. Dalilnya terdapat dalam firman Allah: Dan
sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke
dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan, (QS Asy-Syuara [26] :
192-194) Kita seringkali bertanya pada diri sendiri mengapa kita tidak
dapat menghafalnya? Mengapa begitu sukar? Karena hati kita sakit.
Jika siang dan malam hati kita hanya mendengarkan musik,
pembicaraan maksiat dan dirusak oleh kejahatan dunia, bagaimana
kita dapat menghafalkan Al-Quran? Jika engkau memenuhi sebuah
cangkir dengan air lalu engkau mencoba menambahkan teh atau
susu atau air lagi, kemana dia akan pergi? Saudara- saudari, hati
adalah tempat Al-Quran maka penting untuk menjaganya agar tetap
murni dari segala jenis kerusakan jika kita benar-benar ingin
menghafalkan Al-Qruan. Kelima, hati adalah tempat yang dilihat
Allah. Dia tidak melihat pada penampilanmu tidak juga pakaianmu.
Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk
tubuh-tubuh kalian dan tidak pula kepada bentuk-bentuk rupa kalian,
tetapi Dia melihat hati-hati kalian.7 6 HR Bukhari dan Muslim 7 HR
Muslim [2564/33) dari Abu Hurairah

13. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 9 Allah tidak


suka melihat kebencian di hati kita, syirik, hasad, dan racun-racun
hati lainnya. Sebaliknya Dia ridha melihat hati kita bersih, suci dan
dipenuhi ketaqwaan, keshalihan dan cinta. Dia melihat hati dan
perbuatan kita, jika keduanya sesuai dengan sunnah Rasulullah .
Allah berfirman: Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup 'auratmu dan
pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling
baik. (QS Al-Araf [7] : 26) Namun, dengan sangat menyesal, kita
lebih menaruh perhatian kepada penampilan luar kita, sedangkan
penampilan didalam diri, yakni hati, kita tidak menjaganya murni
untuk Allah. Keenam, hati adalah tempatnya Taqwa. Orang selalu
berkata kepada kami, Tapi syaikh, iman tempatnya di dalam hati.
Bagi mereka, janggut, shalat, dan hijab tidaklah penting. Yang paling
penting bagi mereka adalah apa yang berada di dalam hati.
Rasulullah menerangkan dalam sebuah riwayat apa yang
sebenarnya terdapat di dalam hati: )( Taqwa itu tempatnya disini
(beliau mengisyaratkan ke dadanya tiga kali)8 Allah
menggambarkan orang-orang yang bertaqwa (Muttaqin) sebagai
orang- orang yang bersedekah dan hati mereka dipenuhi rasa takut
dan mereka membandingkan amalan baik satu sama lain. Allah
berfirman: 8 HR Muslim (2564) dari Abu Hurairah

14. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 10 Dan


orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya
mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera
untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang
yang segera memperolehnya. (QS Al-Muminun [23] : 60-61) Aisyah
radhiallahu anha berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang
ayat tersebut, Apakah mereka itu orang yang meminum khamr,
berzina dan mencuri? Beliau menjawab: Bukan wahai puteri As-
Siddiq. Mereka adalah orang yang berpuasa, shalat, dan
bersedekah, namun mereka khawatir kalau-kalau amal yang mereka
lakukan itu tidak diterima oleh Allah. Mereka itulah sebenarnya orang
yang berlomba- lomba dalam berbuat amal kebajikan.9 Karena
taqwa bercabang dari hati, ini menunjukkan pentingnya untuk
meletakkan ketaqwaan diatasnya. Ketujuh, hati adalah anugerah dari
Allah dan Dia akan menanyakan kepada kita pada hari kiamat. Allah
berfirman: Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS Al-Isra
[17] : 36) Wahai Muslim, jelas dalam ayat ini bahwa Allah akan dan
pasti akan bertanya kepadamu mengenai hatimu. Kedelapan, hati
adalah tempatnya penyakit. Allah berfirman: Dalam hati mereka ada
penyakit , lalu ditambah Allah penyakitnya. (QS Al- Baqarah [2] : 10)
9 HR Bukhari dan Muslim.

15. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 11 Penyakit


hati yang disebutkan dalam ayat di atas syubhat dan kemunafikan.
Allah berfirman: Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.
(QS Al-Ahzab [33] : 32) Jika hati menjadi sakit dan akhirnya mati
maka orang yang (memiliki hati) demikian akan tersesat. Kesembilan,
hati berubah dan terbolak-balik. Itulah sebabnya disebut Qalb, karena
ia berbolak-balik dan keadaannya senantiasa berubah. Jika,
misalnya, seseorang duduk di depan televisi dan mendengarkan
berita, dia melupakan shalat dan beribadah kepada Allah, orang
tersebut berpindah dari keadaan beriman kepada tidak beriman.
Wajib bagi kita, wahai saudara dan saudari Muslim, ketika kita
mengakui rencana non Muslim, (untuk) menyatakan perang dan
bersatu untuk tegak berdiri di atas agama kita, meningkatkan iman
kita dan yakin bahwa Allah akan membukakan jalan bagi kita.
Memiliki ilmu mengenai pentingnya hati akan membantu kita untuk
memperbaikinya. Tapi apa yang menahan kita dari melakukannya?
Mengapa kita tidak berhenti merokok wahai saudaraku? Karena
penyakit hati. Mengapa kita tidak shalat fajar di masjid? Mengapa kita
mencukur janggut? Mengapa para wanita kita keluar rumah tanpa
hijab yang sempurna? Mengapa kita menghabiskan sepanjang
malam dengan tidur dan tidak mendirikan shalat malam? Apa yang
menghentikan kita dari membayar zakat? Apa yang menghentikan
kita dari menutup kedai-kedai kita ketika waktu shalat tiba agar kita
mendirikan shalat? Apa yang menghentikan kita dari menghafalkan
kitabullah dan memperbaiki hubungan dengan saudara atau saudari
yang dengannya hubungan kita menjadi jauh sepuluh tahun terakhir?
Apa yang menghentikan kita dari berbuat baik kepada orang tua?
Jawaban yang tidak dapat diingkari dari semua pertanyaan ini adalah
karena hati kita sakit. Setiap orang yang mengetahui kesalahan atau
kekurangannya harus mulai memperbaikinya dan jika ini tercapai,
maka seluruh hidupnya akan berubah. Kita harus memperbaiki mata,
hati, pikiran dan tangan kita dan kemudian kita akan merasakan
bahwa hati kita menjadi (lebih baik), bersih dan murni, sebagaimana
Rasulullah bersabda dalam sebuah riwayat:

16. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 12


Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila
daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila segumpal
daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia
itu adalah hati.'"10 Bagian Kedua audara saudariku, dapatkah kita
melihat betapa pentingnya hati kita? Seseorang harus menempatkan
hatinya tepat di depan matanya, dan memperbaikinya siang dan
malam. Wahai Muslim, bagaimana memperbaiki hati? Bagaimana
masing-masing kita memperbaiki hati? Memperbaiki hati dapat
dilakukan degan beberapa cara. Pertama kembali kepada Allah
memohon bantuan dan pertolongan. Hanya dari Allah saja semua
pertolongan dan bantuan berasal. Kita harus memohon kepada-Nya
melalui doa, yang sayangnya, banyak diantara kita yang
mengabaikannya. Allah berfirman: Berdo'alah kepada-Ku, niscaya
akan Kuperkenankan bagimu. (QS Al-Mumin [40] : 60) Allah juga
berfirman: Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
(QS An-Nisa [4] : 32) Saya jamin jika anda menemui teman anda dan
dia berkata kepadamu, mintalah apa saja kepadaku dan akan
kuberikan. Dia akan terus menawarkan seperti itu hingga engkau
menerimanya. 10 HR Bukhari dan Muslim S

17. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 13 Hingga


suatu waktu hal ini mulai menjadi beban sampai akhirnya dia berhenti
mengabulkan permintaanmu. Dengan Allah, Pemilik semua yang
berada di langit dan di bumi, keadaannya tidaklah demikian. Dia
berkata berdoalah kepada-Ku, mintalah dari apa-apa dari karunia-
Ku Aku akan mengabulkannya bagimu, dan ini tidak terbatas.
Rasulullah juga bersabda mengenai doa: Doa bermanfaat apa yang
diturunkan dan apa yang tidak diturunkan.11 Orang-orang yang tidak
berbicara dengan nafsunya, tidakkah mereka mengakui bahwa doa
memberikan pertolongan? Karena alasan ini kita harus banyak
berdoa. Jika anda menginginkan seorang isteri maka mintalah
kepada Allah. Jika engkau miskin mintalah kekayaan. Jika engkau
sakit, mohonlah kepada Allah agar menyembukannmu. Terdapat
banyak ayat di dalam Al-Quran yang menyebutkan tentang para
Nabi Allah berdoa kepada-Nya dan Dia mengabulkannya. Sebagai
contoh Nabi Ayub yang menderita penyakit berdoa kepada Allah, lalu
Dia mengabulkannya. Zakaria tidak mampu memiliki anak, (beliau)
berdoa kepada Allah dan Allah mengabulkan doanya. Yunus , yang
berada di dalam perut ikan Paus berdoa kepada Allah dan Dia
mengabulkannya. Setiap Muslim harus berdoa secara teratur dan
lebih khusus lagi dari hatinya. Orang-orang beriman berdoa kepada
Allah, sebagaimana yang Dia ajarkan di dalam Al-Quran: (Mereka
berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami
condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada
kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau.
karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". (QS Al-
Imran [3] : 8) Kita harus terus menerus meminta kepada Allah agar
Dia melindungi hati kita dari kesesatan. Berapa banyak kaum
Muslimin hari ini yang menghafal ayat ini? Kita harus menyadari
kenyataan bahwa hati Bani Adam berada diantara jari jemari Allah
dan Dia membolak-balikkannya sebagaimana yang diinginkan-Nya.
11 Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Albani, Shahih al-Jami 3409.

18. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 14 Karena


alasan inilah Rasulullah seringkali berdoa: Wahai Yang Membolak-
balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas ketaatan kepada-Mu12
Dalam riwayat lain: Wahai Yang Membolak-balikkan hati,
tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.13 Sekarang ini kaum
Muslimin sangat membutuhkan doa karena banyaknya fitnah
disekitar kita. Dalam doa yang lain Rasulullah mengucapkan:
Jadikanlah Al-Quran sebagai penentram hatiku, cahaya di dadaku,
pelenyap lara dan penghilang kedukaanku.14 Rasulullah juga
mengucapkan: Ya Allah, bersihkanlah hatiku dengan air salju dan es,
dan bersihkanlah hatiku dari kesalahan-kesalahan, sebagaimana
baju dibersihkan dari kotoran15 Wahai Muslim, kapan kita akan
mulai menghafal doa-doa itu? Kapan kita beralih dan kapan hati kita
akan mendapatkan pengaruhnya? Tidakkah aneh menyaksikan
betapa banyak orang dianugerahi dengan ilmu namun mereka
(menjadi) sombong? Ini karena hati mereka telah sakit. Siapa yang
benar-benar 12 Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Dzilalul
Jannah. 13 Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih al-Jami
no. 7988. 14 Ini merupakan potongan dari doa panjang yang
diajarkan Rasulullah apabila seseorang ditimpa kesusahan dan
kesedihan. (HR. Ahmad dalam musnad-nya dan dan Ibnu Hibban
dalam Shahih-nya. Silahkan lihat Al-Kalaam ut-Tayyib hal. 73 oleh
Syaikh Albani.; atau dalam terjemahan Bahasa Indonesia hal.128) 15
HR Bukhari Muslim

19. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 15


mendapatkan manfaat dari ilmunya? Ilmu, jika tidak diamalkan akan
dipertanggungjawabkan di hari kiamat. Kedua, kita dapat
memperbaiki hati dengan memohon pertolongan Allah dalam setiap
perkara. Rasulullah memohon kepada Allah untuk berlindung dari
terlibat dalam keburukan, mendengarkan keburukan, mengucapkan
kata-kata yang buruk, dan menyimpan sesuatu yang buruk di dalam
hati. Adapun arti dari mendengarkan keburukan adalah jika dia tidak
menggunakan pendengarannya untuk keridhaan Allah seperti
mendengarkan Al-Quran, namun dipergunakan untuk mendengarkan
musik dan ghibah. Adapun pada penglihatan, maka itu berarti jika
seseorang tidak digunakan untuk mengamati ciptaan Allah, dan untuk
membaca Al-Quran, namun digunakan untuk menatap pria dan
wanita di jalan-jalan. Keburukan lisan adalah jika seseorang tidak
menggunakan lisannya untuk membaca Al-Quranul Karim, namun
menggunakannya untuk menyanyi dan mengghibah, dan lain-lain.
Adapun keburukan hati, maksudnya adalah hati tidak takut kepada
Allah, tidak memenuhinya dengan tauhid dan aqidah yang benar, dan
hati ini hanya dipenuhi setiap bentuk maksiat. Rasulullah memohon
pertolongan Allah dengan berdoa: Ya Allah aku berlindung kepada-
Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak takut
kepada-Mu, dari jiwa yang tidak tenang, dan dari doa yang tidak
dikabulkan.16 Ketiga mengetahui kategori-kategori hati yang
berbeda akan membantu dalam memperbaikinya. Hal ini juga akan
membantu seseorang untuk mengetahui keadaan hatinya. Kategori
ini ada tiga: 1. Hati yang sehat 2. Hati yang sakit 3. hati yang mati
Secara ringkas hati yang sehat adalah hati yang bebas dari nafsu,
syubhat, dan tidak menyelisihi perintah Allah dan Rasul-Nya. 16 HR
Muslim

20. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 16 Dia


beribadah dan berserah diri kepada Allah dan perhatiannya hanya
untuk meraih keridhaan-Nya. Wahai pemilik hati yang demikian,
engkaukah yang mencintai, membenci, memberi dan menahan
hanya karena Allah. Jika orang ini hendak mendekatkan diri kepada
Allah, maka dia menanyakan dua pertanyaan kepada dirinya
sebelum melakukan suatu perbuatan. Yang pertama, mengapa saya
melakukan perbuatan ini, dan yang kedua bagaimana saya
melakukannya? Adapun pertanyaan pertama, jawabannya terletak
pada melakukan perbuatan untuk meraih keridhaan Allah, tidak
menginginkan sesuatu kecuali untuk mendekatkan diri kepada Allah
dengannya. Yang kedua adalah mengikuti contoh Nabi dalam
melakukan perbuatan tersebut. Singkatnya, jawaban pertama adalah
berdasarkan ikhlas, dan yang kedua adalah kesungguhan dalam
mengikuti Rasulullah . Dari sini dipahami bahwa tidak ada perbuatan
yang akan diterima pada Hari Kiamat kecuali memenuhi kedua syarat
tersebut. Seseorang yang melakukannya pasti akan diselamatkan
pada hari yang agung ini. Allah telah menyebutkan mengenai hal
tersebut: (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
kecuali orang- orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih, (QS Asy-Syuara [26] : 88-89) Hati yang diberi kabar gembira
pada hari kiamat adalah hati yang selamat. Hati yang demikian
adalah hati yang sehat. Mendengarkan ayat-ayat Al-Quran akan
menjaga hati tetap dalam kondisi demikian. Allah berfirman mengenai
hal ini: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya),
(QS Al-Anfal [8] : 2) Keadaan kita di zaman sekarang ini sungguh
bertentangan, engkau mendapati ayat-ayat Al-Quran diperdengarkan
di taksi, sang sopir dengan segera menggantinya dengan musik.

21. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 17 Di sisi


lain, anda juga mendapati seseorang yang mendengarkan Al-Quran
sebagai pengantar tidur. Orang yang seperti ini tidak mendapatkan
manfaat dari Al-Quran. Allah berfirman: Dan apabila diturunkan
suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang
berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan
(turunnya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat
ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. (QS At-
Taubah [9] : 124) Maka siapa diantara kita yang menarik manfaat dari
Al-Quran? Seseorang yang memiliki hati yang sehat. Allah berfirman:
(Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang
Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang
bertaubat, (QS Qaaf [50] : 33) Apa tanda-tanda dari hati yang sehat?
Itu adalah hati yang ketika bermaksiat dia bertaubat dan tidak
bertahan dengan perbuatan dosa. Orang yang mati dengan
membawa hati sehat akan masuk surga. Saudara saudaraku,
bagaimana hati kita menjadi sehat ketika segala hal yang kita
lakukan adalah maksiat? Kita suka mengikuti hawa nafsu kita,
sehingga ketika memberi, kita memberi karena hawa nafsu. Ketika
kita menahan diri, kita menahan diri karena hawa nafsu. Ketika
mencintai, kita mencintai karena hawa nafsu, dan ketika membenci,
kita membenci karena nafsu. Allah mencela seseorang yang seperti
itu sebagaimana firman-Nya: Terangkanlah kepadaku tentang orang
yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. (Al-Furqan [25] :
43) Maka hati yang bermaksiat siang dan malam akan menjadi keras,
tidak memiliki kehidupan dan mati.

22. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 18 Allah


berfirman: Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah
membatu hatinya untuk mengingat Allah. (QS Az-Zumar [39] : 22)
Maka hati yang mati hanya menuju kepada neraka, dan hati yang
sehat menuju kepada surga. Kategori yang kedua adalah hati yang
sakit. Hati yang demikian juga hidup, maksudnya ada harapan untuk
pulih dan menjadi sehat. Ini akan tercapai bila seseorang mengisi
hatinya dengan taubat dan ketaatan. Dalam keadaan ini hati yang
sehat memperoleh kemenangan sebagaimana sembuhnya dari sakit.
Namun demikian, jika penyakit hati bertambah maka pada akhirnya
akan mati. Hal ini serupa dengan seorang pasien diberi pengobatan
yang jika dilakukan dengan baik dia akan kembali sehat, insya Allah.
Namun jika dia tidak melakukannya, maka penyakitnya akan semakin
parah. Hal-hal yang menyebabkan penyakit hati Dosa-dosa adalah
penyebab terbesar dari penyakit hati dan pada akhirnya akan
membunuh hati. Rasulullah bersabda: Fitnah-fitnah itu menempel
pada hati seperti tikar (yang dianyam) sebatang- sebatang. Hati siapa
yang mencintainya niscaya timbul noktah hitam dalam hatinya. Dan
hati siapa yang mengingkarinya niscaya timbul noktah putih di
dalamnya, sehingga menjadi dua hati (yang berbeda)17 Barangsiapa
yang menyukai menatap wanita telanjang (yakni yang tidak menutup
aurat) di jalanan, jika engkau menahan dirimu dan merendahkan 17
HR Muslim dari Hudzaifah bin al-Yaman .

23. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 19


pandanganmu engkau akan mendapati hatimu menjadi lebih teguh
atau menjadi lebih kuat. Jika engkau mencobanya, engkau akan
mengetahui bagaimana hatimu bekerja. Semakin engkau berbuat
maksiat, hatimu akan semakin hitam dan hitam sampai akhirnya mati.
Setelah mengetahui pentingnya hatimu dan setelah itu berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk melindunginya dengan menjaganya
tetap suci dan bersih, engkau akan mendapati bahwa mudah bagimu
untuk merendahkan pandanganmu, menghentikan ghibah, dan
secara umum, menghentikan dirimu dari berbuat maksiat.
Dengannya hatimu akan menjadi putih, suci, bersih dan sehat.
Segala macam fitnah akan dihadapkan pada hati, dan diantaranya
adalah fitnah terhadap wanita. Rasulullah bersabda: Tidaklah aku
tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi
kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita..18 Rasulullah telah
mengatakan kebenaran, sebagaimana diketahui ini (wanita) adalah
cobaan terbesar bagi para pemuda kita sekarang ini. Juga (termasuk
fitnah) harta dan anak-anak yang kita miliki. Allah berfirman
mengenai hal ini: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu
hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.
(QS At-Taghabun [64] : 15) Jika kita menanyakan kepada mereka,
mengapa mereka meninggalkan shalat? Mereka akan menjawab,
karena anak-anak kami, karena toko kami, dan sebab- sebab dunia
lainnya. Penyakit hati lainnya adalah kebodohan yang obatnya
adalah ilmu tentang agama yang agung ini. Diriwayatkan dalam
sebuah hadits: 18 HR Bukhari dan Musli

24. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 20 Suatu


hari kami keluar dalam sebuah perjalanan. Tiba-tiba salah seorang
diantara kami tertimpa batu, sehingga menyebabkan kepalanya
robek. Kemudian orang tersebut ihtilam, maka dia pun bertanya
kepada teman- temannya dengan berkata : "Apakah kalian melihat
ada rukhshah untuk melakukan tayammum?" Para shahabatnya pun
menjawab: "Kami tidak mendapatkan bagimu rukhshah, sementara
engkau mampu untuk (mandi dengan air)." Maka orang itu pun
kemudian mand, dan ternyata orang itu kemudian meninggal dunia.
Ketika kami tiba kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam ,
beliau pun dikabari tentang hal itu. Maka beliau pun berkata :
Mereka telah membunuhnya (semoga) Allah binasakan mereka.
Tidakkah mereka bertanya ketika mereka tidak mengetahui19
Dari hadits ini kita mengambil pelajaran untuk bertanya kepada orang
yang memiliki ilmu adalah alat untuk mengentaskan kebodohan.
Mendengarkan musik juga merupakan salah satu penyebab hati
menjadi sakit. Musik menempatkan nifaq di hati seseorang
sebagaimana ia menuangkan air ke dalam cangkir. 19 Dihasakan
oleh Syaikh Albani dalam Sunan Abu Dawud, hadits no. 336-337 hal.
59-60)

25. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 21


Penyembuhan Hati ertama, memiliki pengetahuan tentang obat
penyakit hati yang disebutkan di atas adalah sangat penting. Yang
paling utama adalah memiliki aqidah yang benar. Allah berfirman:
dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. (QS At-Taghabun [64] : 11)
Penyembuhan kedua adalah menerima Al-Quran sebagai sumber
petunjuk. Allah berfirman: Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu
yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(QS Al-Isra [17] : 82) Dan juga Allah berfirman: Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS Yunus
[10] : 57) Ketiga mengikuti jalan para salaf akan menyembuhkan hati
dari penyakitnya. Jika misalnya, anda tersesat di jalan kemudian
melihat di depanmu seorang laki-laki yang engkau percaya dan salih.
Dia berkata kepadamu: ikutilah aku. Tidakkah engkau akan
mengikutinya? Tentu saja anda akan mengikutinya. Ini sama dengan
mengikuti para sahabat Nabi . P

26. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 22 Allah


memuji mereka dalam kitab-Nya dengan berfirman: Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan
muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha
kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal
di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS At-Taubah [9] :
100) Keempat, kesembuhan diperoleh dengan berdzikir kepada
Allah. Kelima, berziarah ke kubur. Hal ini ditinggalkan, kecuali kepada
orang-orang yang dirahmati Allah. Rasulullah bersabda: Dahulu aku
pernah melarang kalian berziarah kubur, namun sekarang
berziarahlah kalian.20 Dalam riwayat yang lain: Berziarahlah,
karena berziarah mengingatkan akhirat21 Dengan melakukan hal-
hal tersebut, hati kita akan menjadi lembut dan akan mengingatkan
kepada kehidupan berikutnya. Dengan mengingat orang-orang yang
telah meninggal, ibu, ayah, paman, bibi, dan anak-anak, hal ini akan
mengingatkanmu kepada kematian. * * * 20 HR Muslim, At-Tirmidzi,
An-Nasai dan Abu Dawud. 21 Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam
Sunan At-Tirmidzi no. 1054.

27. Memperbaiki Hati http://www.raudhatulmuhibbin.org 23 Ya Allah,


anugerahkanlah kepada hatiku Ketakwaannya, Sucikanlah ia,
Engkau adalah Sebaik-baik yang mensucikannya Emgkau adalah
pelindung dan penolongnya

Anda mungkin juga menyukai