Anda di halaman 1dari 56

BAB 2

KERANGKA KERJA SEKTOR


SANITASI KOTA DEPOK

2.1 Gambaran Umum Sanitasi Kota Depok


Hasil studi EHRA di kombinasikan dengan data skunder dan persepsi SKPD secara keseluruhan
menghasilkan area beresiko yang akan digunakan untuk menentukan SSK. Berikut disajikan peta
wilayah resiko menurut hasil pengolahan data.

Gambar 2.1 Peta Area Beresiko Kota Depok

Terdapat satu area yang beresiko sangat tinggi yaitu kelurahan kukusan dan terdapat19 daerah
yang beresiko sedang dan 43 area beresiko tinggi. Secara rinci tabel penetapan resiko ini dapat
dilihat pada tabel dibawah.

7
Tabel 2.1 Area Beresiko

NO KECAMATAN KELURAHAN NO KECAMATAN KELURAHAN


1 Depok 35 Tapos
2 Pancoran Mas 36 Leuwinanggung
3 Depok Jaya 37 Cimpaeun
PANCORAN MAS
4 Mampang 38 TAPOS Jatijajar
5 Rangkapan Jaya 39 Cilangkap
6 Rangkapan Jaya Baru 40 Sukatani
7 Cipayung 41 Sukamaju Baru
8 Bojong Pondok Terong 42 Sawangan Lama
9 CIPAYUNG Ratu Jaya 43 Sawangan Baru
10 Cipayung Jaya 44 Pasir Putih
11 Pondok Jaya 45 SAWANGAN Cinangka
12 Beji Timur 46 Kedaung
13 Beji 47 Pengasinan
14 Kemiri Muka 48 Bedahan
BEJI
15 Pondok Cina 49 Pondok Petir
16 Tanah Baru 50 Serua
17 Kukusan 51 Curug
18 Mekarjaya 52 BOJONG SARI Bojong Sari Baru
19 Tirtajaya 53 Bojong Sari Lama
20 Bhaktijaya 54 Duren Seribu
SUKMAJAYA
21 Sukmajaya 55 Duren Mekar
22 Abadijaya 56 Cinere
23 Cisalak 57 Gandul
CINERE
24 Kalimulya 58 Pangkalan Jati Lama
25 Jatimulya 59 Pangkalan Jati Baru
26 CILODONG Cilodong 60 Grogol
27 Kali Baru 61 Krukut
LIMO
28 Sukamaju 62 Meruyung
29 Curug 63 Limo
30 Cisalak Pasar
31 Mekarsari
C I M A N G G I S
32 Tugu
33 Pasir Gunung Selatan
34 Harjamukti
Sumber : Pengolahan data, 2011

Dari hasil analisis data EHRA maka kebanyakan permasalahan kelurahan yang mempunyai resiko
tinggi dan sangat tinggi ada pada pengolahan air limbah, pengelolaan persampahan dan perilaku
hidup sehat. Hanya sedikit kelurahan yang bermasalah dengan sumber air minum. Untuk masalah
pada kelurahan Kukusan yang mempunyai resiko sangat tinggi adalah pada air limbah,
persampahan, drainase dan PHBS.
8
Maka permasalahan utama Kota Depok adalah dari segi air limbah, persampahan dan perilaku
hidup sehat. Dari segi air limbah maka masalah utama adalah pencemaran tangki septic yang tidak
pernah disedot. Dari segi persampahan terhadap pengumpulan sampah yang tidak mencukupi,
waktu pengumpulan sampah yang lama dan terlambat, serta tidak adanya pengolahan setempat
untuk sampah. Dari segi perilaku maka perilaku yang masih jarang dilakukan adalah perilaku cuci
tangan dengan sabun pada 5 waktu kritis, pencemaran jamban, pada wadah air, dan buang air
besar sembarangan.

2.1.1 Sektor Limbah Cair


Sistem pelayanan air limbah domestik di Kota Depok secara teknis dilayani oleh sistem setempat
(on site system). Adapun teknologi pengolahan yang ada adalah tangki septik yang dilanjutkan
dengan pengolahan lumpur tinja di IPLT. Di samping itu, masih banyak masyarakat yang
mempergunakan cubluk atau tangki septik yang secara konstruksi tidak memenuhi persyaratan
desain yang ditentukan.

Dari hasil survey EHRA diperoleh sekitar 88,66% rumah tangga di Kota Depok yang melaporkan
menggunakan tangki septik. Namun, dari jawaban yang diberikan tentang pembuatan tangki
septik kebanyakan sudah dibangun lebih dari 10 tahun yang lalu saat studi EHRA dilaksanakan
mencapai 45,03%. Kemudian 23,71% menyatakan dibangun lebih dari 5-10 tahun yang lalu.

D 5. L AMA T ANG K I S E P T IK D IB UAT /D IB ANG UN


45.03%

8.66% 0-12 bulan yang lalu


1-5 tahun yang lalu
L ebih dari 5-10 tahun yang lalu
3.43% L ebih dari 10 tahun
T idak tahu

19.17%
23.71%

Gambar 2.2 Lama Tangki Septik Dibangun

Sementara itu saat ditanyakan kapan terakhir tangki septic dikosongkan maka 65,68% menjawab
tidak pernah mengosongkan tangki septic. Perlu dicurigai bahwa konstruksi tangki septic yang
mereka buat tidak sesuai dengan desain tangki septic yang seharusnya. Dalam hal ini komunikasi
tentang pembuatan tangki septic yang baik perlu diperhatikan.
9
D 6. WAK T U T ANG K I S E P T IK T E R AK H IR D IK OS ONG K AN

70.00% 65.68%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00% 14.47%
9.78%
10.00% 4.48% 4.07% 1.52%
0.00%
0-12 1-5 tahun L ebih dari L ebih dari Tidak Tidak
bulan yang lalu 5-10 10 tahun pernah tahu
S eries 1 4.48% 9.78% 4.07% 1.52% 65.68% 14.47%

Gambar 2.3 Waktu Tangki Septik Dikosongkan

Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok pada tahun
2010, dari sampling yang diperiksa sejumlah 328.183 KK dapat digambarkan bahwa sebagian
besar keluarga di Depok telah menggunakan jamban (79,57 %), meskipun baru 89,55 persennya
yang memenuhi kriteria sehat. Dari sampling yang sama, baru 203.134 KK (69,29 %) yang telah
memiliki septictank dan dari jumlah tersebut hanya 75,89 % yang memenuhi persyaratan sanitasi.

Tabel 2.2 Persentase Keluarga dengan Prasarana Air Limbah


JAMBAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH
DIPERIKS

DIPERIKS
% SEHAT

% SEHAT
MEMILIKI

MEMILIKI

MEMILIKI

MEMILIKI
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
SEHAT

SEHAT
% KK

% KK

NO KECAMATAN JUMLAH KK
KK

KK

KK

KK
A

1 Pancoran Mas 45,961 37,053 31,001 25,263 83.67 81.49 22,003 14,274 10,538 64.87 73.83
2 Beji 30,465 13,174 6,532 5,961 49.58 91.26 3,255 2,265 1,644 69.59 72.58
3 Sukmajaya 58,681 58,613 41,276 38,628 70.42 93.58 58,613 38,671 29,740 65.98 76.91
4 Cimanggis 51,176 49,563 41,337 38,093 83.40 92.15 44,880 45,818 42,143 102.09 91.98
5 Sawangan 25,166 23,730 20,377 17,336 85.87 85.08 20,870 17,556 11,056 84.12 62.98
6 Limo 10,167 10,167 7,764 7,707 76.36 99.27 10,617 7,430 3,151 69.98 42.41
7 Cinere 32,635 32,635 30,507 30,498 93.48 99.97 32,635 12,737 12,737 39.03 100.00
8 Cipayung 28,348 28,348 22,035 19,784 77.73 89.78 28,348 15,787 6,745 55.69 42.73
9 Cilodong 10,643 10,643 8,801 8,413 82.69 95.59 10,643 6,172 4,526 57.99 73.33
10 Tapos 91,229 44,034 36,376 31,722 82.61 87.21 41,185 30,248 21,421 73.44 70.82
11 Bojongsari 20,223 20,223 15,134 10,453 74.84 69.07 20,223 12,176 10,462 60.21 85.92
JUMLAH (KAB/KOTA) 404,694 328,183 261,140 233,858 79.57 89.55 293,272 203,134 154,163 69.26 75.89

Sumber : Profil Kesehatan 2010

Pembangunan MCK Plus-Plus ini dilakukan oleh pemerintah di tahun 2010 dengan menggunakan
dana DAK tahun 2010. Tabel 3.9 menunjukkan fasilitas MCK umum terdapat di beberapa
kecamatan di Kota Depok.
10
Tabel 2.3 Lokasi MCK Umum dan MCK Plus-Plus di Kota Depok
Kecamatan MCK Umum MCK Plus-Plus

Pancoran Mas -  Pesantren Himatul Aliyah, Kel.


Rangkapan Jaya
Cipayung  Samping Mushola An-Nur  Pesantren Kotrun Nada, Kel.
 RT 03/RW 02 Kel. Pondok Jaya Cipayung Jaya
 RT 04/RW 02 Kel. Pondok Jaya  Pesantren Ar-Rahmanyah, Kel.
 RT 02/RW 01 Kel. Pondok Jaya Bojong Terong

Tapos  RT 01/RW 16 Kel. Cilangkap  Pesantren Darussalam Kel.


 RT 03/RW 16 Kel. Cilangkap Cilangkap
 RT 02/RW 02 Kel.Leuwi Nanggung  Kel. Cimpaeun
 RT 03/RW 02 Kel.Leuwi Nanggung
 RT 01/RW 06 Kel.Leuwi Nanggung
 RT 01/RW 07 Kel Leuwi Nanggung
Sawangan  RT 02/RW 09 Kel. Bedahan -
 Samping Majelis Khoirul Huda
Sumber : Dinas Tata Ruang dan Permukiman, 2010

Tabel 2.4 Kapasitas Pelayanan Kota Depok 2011


Prasarana dan Jumlah Kapasitas Sistem Pengelola
Sarana (vol atau jiwa) pengolahan

Truk tinja 1 unit 2 m3 On-site UPT IPLT pada Dinas


6 unit 3 m3 Kebersihan dan Pertamanan

IPLT 1 buah 790 m3 On-site UPT IPLT pada Dinas


Kebersihan dan Pertamanan
IPAL - -
Sumber : DKP Kota Depok, 2011

Sistim pelayanan Air Limbah Kota Depok saat ini mengandalkan pada 1 unit Instalasi pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT). IPLT yang berdiri di atas lahan seluas 2 Ha ini terletak di Kelurahan Kalimulya
dan memiliki kapasitas pengolahan 790 m3/tahun. Tidak hanya Kota Depok, Kabupaten Bogorpun
memanfaatkan IPLT ini sebagai tempat pengolahan tinjanya.

11
IPLT Kalimulya memiliki kelengkapan inhoff tank dengan kapasitas 408 m3, kolam maturasi seluas
967 m2 dan kolam indikator seluas 1580 m2. IPLT Kalimulya pada mulanya merupakan aset
Kabupaten Bogor yang kemudian diserahkan kepada Kota Depok saat pembentukan Kota Depok
tahun 1999. Pada tahun 2000 dengan dana dari Asian Development Bank (ADB) dilakukan
rehabilitasi dan penambahan fasilitas in-hoff tank dari IPLT yang ada. Namun saat ini kondisi in-
hoff tank dan kolam pengolahan sudah mengalami kerusakan, antara lain dengan tidak
berfungsinya penyaring pada in-hoff tank dan bocornya dinding pembatas antar kolam, sehingga
air hasil pengolahan (effluent) yang seharusnya jernih tampak masih kotor.

Setelah pelaksanaan rehab tahun 2000, sampai saat ini belum pernah lagi dilakukan rehabilitasi
yang cukup besar ataupun optimalisasi IPLT. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan bersifat
setempat seperti perbaikan dinding pembatas antar kolam. Pemeliharaan yang rutin dilakukan
berupa pengangkatan lumpur setahun sekali. IPLT Kalimulya juga dilengkapi dengan fasilitas
prasarana cuci mobil dan 1 buah laboratorium uji kualitas. Namun sampai saat ini laboratorium
tersebut belum memiliki kelengkapan peralatan laboratorium dan SDM yang dapat
menjalankannya. Pelaksanaan pengujian masih dilakukan bekerja sama dengan pihak luar.

Untuk layanan penyedotan tinja domestik Pemerintah Kota Depok memiliki 1 buah truk tinja
berkapasitas 2 m3 dan 6 buah truk tinja berkapasitas 3 m3. Daerah layanan penyedotan mencakup
80 % wilayah Kota Depok. Saat ini ke 6 truk penyedot dalam kondisi yang cukup baik, namun
pemanfaatannya masih perlu dioptimalkan, sedangkan 1 truk dalam keadaan rusak. Selain oleh
instansi pemerintah, jasa pelayanan penyedotan juga dilakukan oleh pihak swasta yang kemudian
membuang limbah tinja ke IPLT Kalimulya.

12
Tabel 2.5 Potensi Pelayanan Jasa Pengurasan Lumpur Tinja
No Kecamatan Jumlah KK Sarana Sek/Per Komersial/
Penduduk Ibadah Industri

1. Sukmajaya 225.299 59.008 82 121 87


2. Pancoran Mas 191.742 50.594 76 130 89
3. Cipayung 111.685 28.651 74 61 55
4. Beji 133.123 35.091 76 97 67
5. Cimanggis 210.173 56.004 84 123 112
6. Tapos 192.744 51.500 73 83 88
7. Cilodong 111.022 29.258 71 71 85
8. Sawangan 105.874 27.077 69 72 86
9. Bojong Sari 81.497 20.692 66 72 66
10. Limo 63.669 16.384 61 67 68
11. Cinere 82.529 21.144 66 71 59
Kota Depok 1.509.357 395.403 800 985 862
Sumber : Dinas Kebersihan & Pertamanan, 2010

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah cair domestik di Kota Depok relatif sudah
berjalan walaupun dengan volume yang terlayani masih rendah, dengan rata-rata volume lumpur
tinja yang diolah perhari sebesar 11 m3.

Beberapa permasalahan yang terdapat dalam pengelolaan limbah cair di Kota Depok adalah:
• Kurangnya sarana dan prasarana pengolahan air limbah di Kota Depok. Masih banyaknya
penggunaan cubluk dan pembuangan air limbah rumah tangga tanpa saluran, terutama
pada permukiman padat.
• Pemisahan limbah rumah tangga dan industri rumah tangga belum dilakukan.
Bercampurnya air limbah domestik dan limpasan permukaan pada satu saluran
menyebabkan besarnya volume air limbah yang masuk ke drainase primer.
• Masih rendahnya pemahaman dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan air limbah
rumah tangga.

13
2.1.2 Sektor Persampahan
Dalam operasional pengangkutan sampah di Kota Depok, Dinas Kebersihan dan Pemakaman Kota
Depok ditunjang oleh sarana dan prasarana yang ditampilkan pada Tabel berikut ini.

Tabel 2.6 Sarana dan Prasarana Persampahan Kota Depok


No Fasilitas Jumlah (unit)

1 TPA 1 (luas 11,6 Ha)


2 TPS 42
3 Kontainer 41
4 Transfer Depo 2
5 Truk sampah 48
6 Arm roll 11
7 Alat berat 5
8 Gerobak sampah 319
9 Tong sampah terpisah 527
10 UPS (yang beroperasional) 19
11 UPS (mandiri) 5
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, 2010

Sementara itu untuk melayani pengangkutan persampahan di tiap kecamatan, Dinas Kebersihan
dan Pemakaman Kota Depok menempatkan beberapa TPS dibeberapa lokasi. Jumlah TPS yang
tersebar di tiap kecamatan ditampilkan pada Tabel berikut ini.

14
Tabel 2.7 Jumlah Fasilitas TPS dan UPS di Tiap Kecamatan
No Kecamatan Fasilitas

TPS UPS UPS


(PEMKOT) (mandiri)
1 Cimanggis 3 4 1
2 Tapos 4 - -
3 Sukmajaya 5 2 -
4 Cilodong 1 - -
5 Sawangan 5 1 1
6 Bojong sari 4 - -
7 Pancoran mas 15 3 2
8 Limo 1 4 -
9 Cinere 1 - 1
10 Beji 1 1 -
11 Cipayung 2 4 -
Sumber : DKP Kota Depok, 2010

Fasilitas yang tersedia masih belum melayani pengelolaan persampahan di Kota Depok, hal ini
dapat terlihatnya dengan masih terlihat penumpukan-penumpukan sampah liar dan juga perilaku
masyarakat yang mencerminkan kurang pedulinya dengan kesehatan lingkungan yang terkait
dengan masalah persampahan.

Selain itu juga ditemukan beberapa penumpukan sampah liar yang tersebar di beberapa
kecamatan, seperti yang tampak pada Tabel 3.23 berikut.

15
Tabel 2.8 Sebaran Penumpukan Sampah Liar
No Kecamatan Jumlah Sampah liar (titik)

1 Cimanggis 1
2 Tapos 3
3 Sukmajaya 29
4 Cilodong 4
5 Sawangan 2
6 Bojong sari 7
7 Pancoran mas 4
8 Limo 6
9 Cinere 2
10 Beji 1
11 Cipayung 2
Sumber : Profil Sanitasi Kota Depok, 2010

Pewadahan sampah di Kota Depok dapat dibedakan berdasarkan besarannya. Untuk pewadahan
rumah tangga biasanya menggunakan bin / bak sampah, lubang di pagar, pojokan jalan atau
didalam kantong kantong plastik yang diikat dan TPS. Dalam hal ini sampah pada umumnya tidak
terpilah, baik antara organik dan an organik bahkan dengan sampah beracun seperti battery
misalnya.

Pasar; pewadahan di pasar pada umumnya tidak teratur terutama yang berada diluar lokasi.
Selain itu kebanyakan kios / los di pasar menggunakan keranjang yang langsung diangkut oleh
petugas menuju TPS pasar. Sedangkan dari daerah komersial untuk pewadahan biasanya
menggunakan bin / bak sampah besar atau TPS.

Sampah industri dalam hal ini adalah sampah domestiknya yaitu sisa kegiatan karyawan.
Umumnya pewadahannya menggunakan bin / bak sampah besar yang kemudian dibawa ke TPS.
Sedangkan sampah sisa produksi umumnya langsung ditampung oleh pihak yang akan
menggunakan, kecuali sampah B3 yang harus dibuang ke PPLI Cileungsi.

Jalan, sungai dan taman; umumnya untuk sampah ini memerlukan penanganan khusus misalnya
penyapuan untuk jalan dan taman serta pengerukan sungai. Dibeberapa tempat sudah disediakan

16
bin bin yang terpisah untuk sampah organik (basah / membusuk) dan an organik (kering / tidak
membusuk). Sampah sampah semacam ini sebetulnya merupakan beban tersendiri bagi
pembiayaan persampahan karena tidak tercover dalam retribusi.

Sampah rumah sakit, puskesmas dan institusi kesehatan lainnya terdiri dari sampah domestik dan
non domestik berupa sampah medis. Sampah medis umumnya termasuk sampah berbahaya,
dapat bersifat infeksius atau benda tajam seperti jarum suntik dan pisau bedah serta racun
misalnya obat obatan kadaluwarsa. Sampah domestik biasanya ditempatkan di bin yang tertutup,
sedangkan sampah medis diperlakukan seperti yang ada pada peraturan.

Pengelolaan akhir sampah Kota Depok terletak pada Kelurahan Cipayung Kecamatan Pancoran
Mas. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Depok sudah dioperasionalkan sejak tahun 1992
dengan system Controlled Landfill pada areal 11,6 Ha dan memiliki 3 (tiga) kolam pengumpulan.
Untuk kolom pertama seluas ± 2 Ha, kolom yang kedua ± 2,8 Ha, dan kolam ketiga (kolam baru)
adalah 6000 m². Sistem pengelolan Controlled landfill yaitu dimana sampah akan dikumpulkan
dam suatu kolam untuk kemudian ditimbun. Kondisi TPA Cipayung saat ini sudah dalam kondisi
penuh dan menumpuk hingga ketinggian ± 6 m dari permukaan tanah, seperti yang terjadi pada
kolam 1 dan kolam 2.

Batasan TPA Cipayung sebagai berikut :


1. Sebelah Utara dan Timur ; berbatasan dengan Kampung Bulak Kelurahan Cipayung.
2. Sebelah Selatan dan Barat ; berbatasan dengan sungai pesanggrahan.

Spesifikasi TPA sampah saat ini :


1. Letak lokasi = Kel. Cipayung Kecamatan Pancoran Mas
2. Luas areal = 10,6 ha
3. Jarak terhadap pemukiman = 0.5 km
4. Jarak terhadap sungai Pesangrahan = 0,2 km
5. Jarak terhadap pusat kota = 10 km

Pada awal dioperasikannya TPA tahun 1992 volume sampah sebanyak 69,6 m3/hari. Hingga tahun
2007 TPA ini diperluas hingga 10,6 ha seiring dengan bertambahnya volume sampah Kota Depok
sebesar 4.265 m3/hari. Setiap harinya TPA Cipayung ini melayani sampah sekitar 55 hingga 58
truk perharinya dengan kapasitas truk mencapai 8 hingga 12 m³. Aktivitas pemulung di TPA

17
Cipayung ini tidak bisa dihindarkan, namun demikian keberadaan pemuling juga dapat mereduksi
sampah yang masuk ke TPA hingga ± 50 m³/hari. Waktu peluruhan sampah organik di tempat
penimbunan sekitar 1 tahun sedangkan sampah anorganik dapat mencapai puluhan tahun.

TPA Cipayung ini memiliki pengelolaan air lindi sebanyak 2 kolam penampungan. Kolam yang
pertama dibangun dengan luas mencapai 2500 m² pada tahun 2008. Kemudian pembangunan
kolam yang kedua baru dilakukan pada awal tahun 2010 dengan luas 500 m². Pengelolaan air lindi
ini hanya menggunakan bak penampungan dengan alur pembuangan air lindi/limbah cair yang
dihasilkan dari sampah mengikuti alur kolam yang berbentuk seperti huruf S yang kemudian akan
dialirkan ke badan air Sungai Pasanggarahan. Kapasitas bangunan untuk menampung air lindi
yang diperlukan adalah 978 m², akan tetapi yang baru terbangun 228 m² dalam kondisi baik dan
100 m² dalam kondisi kurang baik.

Data yang didapat dari studi EHRA sebagian besar warga Kota Depok melakukan pemilahan
sampah organik dan non organik, plastik, kertas, logam dan lain-lain kadang-kadang saja sebesar
23%, yang sering memilah sampah sebesar 4%, dan yang selalu memilah sampah hanya sebesar
5%. Angka ini belum besar tapi cukup untuk menjadi acuan program pemilahan dan daur ulang
sampah.

C4. PEMILAHAN SAMPAH

4% 5%

23%

68%

Tidak pernah Kadang-kadang Sering Selalu

Gambar 2.4 Pemilahan Sampah Kota Depok

Permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan sampah adalah:


• Masih rendahnya pengetahuan masyarakat ditingkat keluarga dalam pemilahan sampah.
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan seperti program 3 R di Kota
Depok masih belum teralisasi.
18
• Perilaku yang kurang tertib dalam membuang sampah disembarang tempat sehingga
menimbulkan tumpukan sampah (TPS liar) yang berjumlah 65 titik di seluruh Kota Depok.
• Volume sampah yang dihasilkan tiap tahunnya meningkat sementara sarana dan
prasarana persampahan belum memadai.
• Belum siapnya Pemerintah Kota Depok dari segi sarana prasarana untuk membuang
sampahnya di TPA Regional Nambo yang direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2015.
• Kondisi TPA Cipayung yang akan habis masa pakainya pada tahun 2011. Belum ada
penerapan teknologi yang secara signifikan dapat mengurangi tumpukan sampah di TPA
Cipayung, untuk memperpanjang usia TPA.
• Belum terpadunya paradigma dalam pengelolaan sampah.

2.1.3 Sektor Drainase Lingkungan


Sistem drainase di Kota Depok secara umum dibagi dalam tiga sistem :
 Sistem drainase terbuka. Sistem drainase terbuka saat ini cukup memadai untuk menampung
dan mengendalikan air hujan.
 Sistem drainase tertutup. Sistem drainase tertutup saat ini juga memadai, namun terkendala
dalam hal pembersihan/pengerukan sedimen, disebabkan oleh adanya sebagian pertokoan di
atas saluran
 Sistem drainase saluran tanah (alami). Sistem ini sudah lama ada dan sangat bermanfaat bagi
drainase kota di kala hujan turun sehingga drainase tanah yang ada dapat menampung beban
curah hujan yang cukup tinggi.

Saluran-saluran drainase di Kota Depok memiliki pola yang sejajar dengan jaringan jalan dan
memiliki pengaliran akhir di badan air (sungai, danau, situ, atau parit). Saat ini pola drainase Kota
Depok menggunakan pola hierarkis drainase, dari drainase primer, sekunder, dan tersier dengan
metode pengaliran gravitasi. Sampai saat ini belum ada bangunan pelengkap drainase yang
dibangun di Kota Depok seperti halnya kolam retensi, sumur resapan, dan parit infiltrasi.

Daerah Depok memiliki titik-titik banjir dan kerap terjadi genangan bila hujan turun. Beberapa
ruas jalan di Depok tidak memiliki sistem drainase yang layak. Hal ini dikarenakan perkembangan
wilayah ini sedari awal tidak disertai dengan perencanaan yang bervisi ke depan sebagai kota
permukiman. Sebelum tahun 1970-an, Depok merupakan areal persawahan yang sarat dengan
sistem irigasi, sehingga infrastruktur jalan yang ada sekarang mengikuti sistem pengairan ini.

19
Untuk membangun sistem drainase memang membutuhkan biaya yang tinggi. Tabel 3.14 berikut
ini menunjukkan titik-titik banjir dan penyebabnya di Kota Depok.

Tabel 2.9 Titik Banjir di Kota Depok


No Lokasi Penyebab Genangan Besaran Frekuensi

Luas Tinggi Durasi (kali/

(Ha) (m) (jam) thn)

1. Jalan Pala  Kapasitas saluran drainase 3,13 0,30 2,0 10


(Cinere) lebih kecil dari debit banjir
 Meluapnya air dari saluran
tersier Pesanggrahan krn
penyempitan & pendangkalan

2. Jalan  Kapasitas saluran & gorong2 1,08 0,30 1,0 5


Raya lebih kecil dari debit banjir
Cinere  Elevasi jalan sebelah kanan
(ujung) lebih rendah krn jalan sebelah
kiri sdh ditinggikan
3. Jalan  Melimpasnya air dr saluran 5,37 0,40 4,0 4
Pramuka, irigasi cabang Barat karena
kel. pendangkalan saluran
Mampang  Elevasi jembatan lbh rendah
dari muka air banjir sehingga
menghambat aliran
4. Jalan  Kapasitas saluran drainase 2,41 0,30 4,0 6
Pitara, lebih kecil dari debit banjir
kel. yang terjadi
Pancoran
Mas
5. Pasar  Saluran tertutup sampah dan 2,33 0,30 4,0 8
Sawangan endapan sedimen
(depan  Saluran ke arah outlet
Carrefour kapasitasnya lebih kecil dari

20
) debit banjir yang terjadi
6. Kampung  Elevasi tanah permukiman 6,74 0,50 3,0 5
Sawah, kampung sawah lebih rendah
Kelapa dari dasar saluran yang ada
Dua  Melimpasnya air karena
kapasitas saluran lebih kecil
dari debit banjir yang terjadi

7. Asrama  Kapasitas saluran drainase 15,35 1,00 2,0 15
Brimob lebih kecil dari debit banjir
 Melimpasnya air dari saluran
irigasi Kali Laya
8. Taman  Kapasitas saluran drainase 17,16 0,30 6,0 20
Duta lebih kecil dari debit banjir
 Melimpasnya air dr Kali Laya
 Penyempitan dan
pendangkalan bagian hilir Kali
Laya
9. Mekarsari  Merupakan daerah cekungan 4,59 0,30 1,0 12
Permai  Penyempitan dan
Rw 16, 17 pendangkalan Situ Tipar
Kel.  Kapasitas saluran drainase
Mekarsari lebih kecil dari debit banjir
10 Jl Kipas  Merupakan daerah cekungan 5,68 0,40 6,0 20
Angin,  Elevasi muka air banjir di inlet
Lembah Kali Cipinang lebih tinggi dari
Hijau, elevasi perumahan
Wisma
Harapan
11 Jalan Situ  Merupakan daerah cekungan 2,09 0,5 1,0 18
Indah  Tidak terdapat saluran
pembuang (outlet)
12 Kampung  Saluran drainase tertutup 5,16 0,30 4,0 20

21
Lio sedimen
 Muka air situ lebih tinggi dari
muka air saluran drainase
13 Terminal  Drainase tertutup sampah 1,17 0,40 2,0 10
Depok  Gutter inlet yang masuk ke
saluran tertutup sampah dan
sedimen
14 Jl  Saluran drainase pembuang 1,14 0,30 3,0 12
Margond ke Kali Ciliwung belum
a Raya optimal
(depan  Meluapnya air dari saluran
POM irigasi cabang Timur karena
bensin) penyempitan / pendangkalan
15 Jalan  Kapasitas saluran lebih kecil 3,49 0,30 1,0 12
Siliwangi dari debit banjir
(depn  Meluapnya air dari Kali Malela
kantor karena penyempitan /
Pegadaia pendangkalan
n)
16 Kompleks  Kapasitas saluran lebih kecil 0,60 0,30 2,0 10
BDN dari debit banjir
 Saluran tertutup kearah outlet
17 Sawangan  Melimpasnya air dari bagian 2,5 0,30 4,0 10
Permai hulu sungai yang belum
Blok A ditanggul
 Backwater karena muka air
sungai lebih tinggi dari muka
air saluran perumahan

22
18 Perumaha  Melimpasnya air dari bagian 6,82 0,5 2,0 8
n Reni hulu Kali Angke yang belum
Jaya RT ditanggul
04  Air dari perumahan tertahan
karena muka air sungai lebih
tinggi dari muka air saluran
perumahan
19 Villa  Melimpasnya air dari Kali 6,22 0,30 2,0 9
Pamulang Angke karena kapasitasnya
RW 12 lebih kecil dari debit banjir
 Air dari perumahan tertahan
karena muka air sungai lebih
tinggi dari muka air saluran
perumahan
20 Sarua  Kapasitas saluran drainase 1,15 0,20 0,7 12
Bulak, Jl lebih kecil dari debit banjir
Mandor
Tajir
21 Bumi  Kapasitas saluran drainase 0,72 0,30 0,6 10
Sawangan lebih kecil dari debit banjir
Indah  Saluran tertutup sedimen dan
(depan sampah
POM
bensin)
22 Perumaha  Kapasitas saluran drainase 3,0 0,30 1,0 20
n Griya lebih kecil dari debit banjir
Depok  Saluran tertutup sedimen dan
Asri rumput
23 Jalan  Kapasitas saluran drainase 1,3 0,40 1,0 15
Parung lebih kecil dari debit banjir
(Kampung  Penyempitan saluran di
Serab) RT bagian hilir
08 RW 02

23
Kel.
Tirtajaya
24 Jl  Kapasitas saluran drainase 10 1 24 20
Merdeka lebih kecil dari debit banjir
Raya Blok  Saluran tertutup sedimen dan
IV Depok rumput
II Tengah
25 Kampung  Saluran tertutup sedimen 3,34 0,50 4,0 18
Cipayung  Penyempitan saluran di
Rw 28 - bagian hilir
29
26 Perumaha  Melimpasnya air dari Kali 5,09 0,30 2,0 6
n Mekar Cijantung karena kapasitas
Perdana lebih kecil dari debit banjir
Rw 022
27 Perumaha  Melimpasnya air dari Kali 1,22 0,50 1,0 15
n Taman Sugutamu akibat muka air
Cipayung banjir lebih tinggi dari elevasi
Kel. perumahan
Abadijaya  Besarnya debit banjir dari
hulu dan penyempitan dan
pendangkalan di hilir
 Tanggul saluran jebol sehingga
air masuk ke perumahan
28 Perumaha  Merupakan daerah cekungan 3,32 0,50 4,0 20
n Taman
Cimanggis
Indah
29 Perumaha  Pendangkalan akibat 5,04 0,90 3,0 6
n Pondok sedimentasi Kali Cijantung
Tirta  Elevasi muka air banjir lebih
Mandala tinggi dari elevasi perumahan
RW 018  Besarnya debit banjir dari

24
hulu dan penyempitan dan
pendangkalan di hilir

30 Jalan Gas  Kapasitas saluran lebih kecil 6,88 0,40 2,0 10


Alam, dari debit banjir yang terjadi
Perumaha  Penyempitan saluran di
n Cibubur bagian hilir jembatan
Indah
31 Kampung  Pendangkalan saluran akibat 2,85 0,30 1,0 10
Tapos Rt sedimentasi
03 Rw 05  Muka air banjir lebih tinggi
dari elevasi permukiman
32 Kampung  Tidak ada saluran drainase 0,62 0,30 1,0 15
Sawah jalan
33 Jalan  Saluran drainase jalan belum 2,97 0,30 5,0 12
Raya terbangun seluruhnya
Cipayung  Meluapnya air dari saluran
irigasi yang juga berfungsi
sebagai saluran drainase
Sumber : Masterplan Drainase Kota Depok, 2010

25
26
Dari data tersebut terungkap bahwa pelayanan drainase kota depok belum sepenuhnya
mengcover air limpasan permukaan yang terdapat di Kota Depok.

Masyarakat yang diharapkan berperan banyak dalam memelihara saluran belum sepenuhnya
dapat diandalkan, bahkan untuk membersihkan saluran yang ada di depan rumahnya sekalianpun.
Hal ini terutama terjadi pada saluran di jalan-jalan yang dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Untuk mendorong partisipasi masyarakat, Pemda setiap tahunnya mengalokasikan dana stimulan
untuk swakelola masyarakat dalam pemeliharaan drainase.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan drainase lingkungan adalah:


• Banyak saluran yang sekarang berfungsi sebagai drainase awalnya merupakan saluran
irigasi.
• Banyaknya sampah yang berada di saluran drainase.
• Lemahnya koordinasi antara OPD dalam menangani kegiatan drainase.
• Tidak adanya lubang street inlet pada beberapa trotoar tepi jalan sehingga cenderung
terjadi genangan air pada saat hujan.
• Masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan drainase.
• Terdapat beberapa saluran drainase yang memiliki kapasitas lebih kecil dibandingkan
debit atau limpasan yang mengalir sehingga saluran tidak dapat berfungsi secara optimal,
begitu pula dengan gorong-gorong.
• Perubahan sistem tataguna lahan yang tidak disertai dengan antispasi terhadap
peningkatan akan sarana drainase
• Tidak terintegrasinya sistem drainase antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.

2.1.4 Penyediaan Air Bersih


Penyediaan air bersih di Kota Depok saat ini sudah terlayani oleh sistem penyediaan air bersih
perpiaan dan non perpipaan Pelayanan air bersih yang dilayani oleh sistem perpipaan adalah
penyediaan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kahuripan yang dimiliki
oleh Kabupaten Bogor dan UPT Air Bersih. Sementara untuk pelayanan penyediaan air minum non
perpipaan dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Tata Ruang dan Pemukiman.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta kahuripan merupakan penyelenggara penyedia air
utama ke Kota Depok. Tingkat pelayanan air untuk Kota Depok dari PDAM Tirta Kahuripan
mencakup 48,63 % dari seluruh pelayanan dan 51,37 % melayani suplai untuk Kabupaten Bogor.
27
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, Kota Depok menyelenggarakan Program
Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) Air Bersih dalam rangka melayani kebutuhan air bersih
yang sehat dan merata yang dimulai pada tahun 2003.

Tabel 2.10 Cabang Pelayanan PDAM Tirta Kahuripan


No Cabang Pelayanan Wilayah

Kecamatan Kelurahan
1 Cabang Pelayanan I Pancoran mas  Pancoran Mas
 Depok
 Depok Jaya
Beji  Beji
 Beji Timur
Sawangan  Cinangka
Bojong sari  Kelurahan Duren Mekar
2 Cabang Pelayanan II Sukmajaya  Kelurahan Mekarjaya
 Kelurahan Abadijaya
 Kelurahan Tirtajaya

3 Cabang Pelayanan III Sukmajaya  Kelurahan Mekarjaya


 Kelurahan Abadijaya
 Kelurahan Tirtajaya
Cilodong  Kelurahan Sukamaju
Tapos  Jatijajar
4 Cabang Pelayanan IV Cimanggis  Kelurahan Tugu
 Kelurahan Pasir Gunung
Selatan
 Kelurahan Mekarsari
 Kelurahan Cisalak Pasar
Sumber : PDAM Tirta Kahuripan,2008 dalam Profil Sanitasi Kota, 2010

KPS Air Bersih ini merupakan perwujudan pelayanan air bersih Pemerintah Kota Depok diluar
pelayanan PDAM Tirta Kahuripan. KPS Air Bersih dalam kegiatannya telah melakukan pekerjaan
pengadaan dan pemasangan pipa retikulasi sepanjang ± 2,17 km dan sambungan rumah hingga
28
12.417 sambungan secara bertahap mulai dari tahun 2004 hingga 2008. Pembangunan yang
dilakukan oleh KPS telah berakhir pada tahun 2008 dan setelah itu pengelolaan air bersih di Kota
Depok dilakukan oleh UPT Air Bersih hingga saat ini. Wilayah pelayanan PDAM Tirta Kahuripan
terbagi menjadi 4 cabang pelayanan.

SKEMA PELAYANAN KOTA DEPOK


Cabang IV
Cabang III 5.190 SA
14.150 SA
Cabang I
10.263 SA

Cabang II
12.374 SA

Pelayanan

Gambar 2.6 Skema Pelayanan Kota Depok

Dimana wilayah kecamatan di Kota Depok yang sudah terlayani penyedian air bersih dengan
sistem perpipaan baik dari PDAM Titra kahuripan maupun UPT Air Bersih Kota Depok dapat
ditampilkan pada Tabel berikut ini.

29
Tabel 2.11 Pelayanan air bersih perpipaan di Kota Depok
No Kecamatan Lokasi

1 Beji  Kelurahan Beji


 Kelurahan Beji Timur
2 Pancoran Mas  Kelurahan Pancoran Mas
 Kelurahan Depok
 Kelurahan Depok Jaya
 Perum Mampang indah 2
 Perum Maharaja
 Perum Poin Mas
 Perum Bumi Panmas
 Kp. Pitara
 Perum Depok Jaya Agung
 Perum Graham (Kelurahan Rangkapan Jaya)
 Perum Arco (Kelurahan Rangkapan Jaya)
 Perum Puri Anggrek Mas
 Perum Marinir
 Perum Puri Pelita
 Kelurahan Rangkapan Jaya Lama
3 Sukmajaya  Kelurahan Mekarjaya
 Kelurahan Abadi Jaya
 Perum Kembang Kelurahan Tirtajaya
 Kelurahan Bakti Jaya
4 Cipayung, Tapos, Limo Belum terlayani
5 Cilodong Kelurahan Sukamaju
6 Cimanggis  Kelurahan Tugu
 Kelurahan Pasir Gunung Selatan
 Perum Laguna
 Permata Puri Kelurahan Cisalak Pasar
 Perum Jasindo
 Perum Wisma Harapan 1
 Perumahan Grya Cimanggis

30
 Perum Gobel
 Perum Lembah Nirmala 2
 Perum Lembah Hijau
 Perum Lembah Nirmala 1
 Perum Mekarsari
7 Tapos  Perum Jatijajar Estate
8 Sawangan  Perum Bapenas Kelurahan Cinangka
 Perum BDN
 Perum.Puri Depok Mas
9 Bojong sari  Perum BSI Kelurahan Duren Mekar
Sumber : UPT Air Bersih Kota Depok, 2010.

Selain penyediaan air bersih yang disediakan oleh Pemerintah Kota Depok (KPS dan PDAM),
terdapat pula penyediaan air bersih yang merupakan hasil swadaya masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan air bersih di wilayahnya, yaitu berupa kran umum yang pemasangan dan
pengadaannya dibantu oleh Dinas Pekerjaan umum Kota Depok. Sarana dan prasarana air bersih
swadaya masyarakat yang dibantu oleh Pemerintah Kota Depok antara lain fasilitas sumur tanah
dalam (deep well) sebanyak 9 titik dan sistem pengolahan air sederhana (SIPAS) sebanyak 4 unit.
Berikut ini adalah sebaran fasiltas penyediaan air bersih swadaya masyarakat Kota Depok.

Berdasarkan data profil sanitasi kota depok, secara umum kondisi sarana dan prasarana
penyediaan air minum yang merupakan hasil swadaya masyarakat hingga saat ini dalam kondisi
masih beroperasional, namun pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana oleh
masyarakat sekitar yang dilayani sebagian kecil masih rendah.

31
Tabel 2.12 Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Bersih Swadaya Masyarakat
Sarana- Jumlah Kapasitas Lokasi Tahun
Prasarana (unit) air (L/det) Kelurahan Kecamatan Pembuatan

Sumur tanah 1 1 Kalimulya Cilodong 2006


dalam (deep 1 2,5 Tirtajaya Sukmajaya 2006
well) 4 1,5 Pengasinan Sawangan  1 titik =
2006
 3 titik =
2009
1 1,5 Sawangan Sawangan 2005
Lama
1 Tidak ada Bedahan Sawangan 2009
data
1 Tidak ada Kedaung Sawangan 2007
data
SIPAS 1 0,8 Sawangan Sawangan 2004
Lama
1 0,8 Cipayung Cipayung 2003
1 0,8 Bedahan Sawangan 2005
1 1 Pondok Jaya Cpayung 2004
Sumber : Distarkim Kota Depok, 2010

Permasalahan yang ditemukan dalam pelayanan air bersih di Kota Depok ini adalah masih belum
meratanya pelayanan penyediaan air bersih yang dilakukan Pemerintah Kota Depok. Pengawasan
terhadap kualitas dan kuantitas air yang digunakan sebagai sumber air bersih masyarakat masih
perlu diperhatikan. Serta masih kurangnya partisipasi masyarakat Kota Depok terhadap
pemeliharaan dan perawatan fasilitas penyediaan air minum (deep well dan SIPAS) yang
disediakan oleh pemerintah.

2.1.5 Komponen Sanitasi Lainnya


Pola hidup bersih dan sehat merupakan salah satu upaya untuk mencegah timbulnya penyakit
menular yang disebabkan oleh kondisi sanitasi buruk. Program kampanye PHBS dilaksanakan oleh

32
Dinas Kesehatan Kota Depok dimana pelaksanaan dilapangan dibantu oleh kader-kader dari
Posyandu. Data dari Dinas Kesehatan Kota Depok pada tahun 2009 menunjukan bahwa
pemantauan pola hidup bersih dan sehat dilakukan pada 264.251 rumah tangga. Program
kampanye PHBS yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan menunjukan sekitar 67,81% dari jumlah
rumah tangga yang dipantau telah melaksanakan PHBS yang selama ini dikampanyekan.

Pembuangan tinja anak adalah salah satu masalah sanitasi yang perlu diberi perhatian justru
karena masyarakat umumnya kerap menganggap masalah ini kurang begitu penting. Berbeda
dengan tinja orang dewasa, masyarakat kerapkali menganggap kotoran anak sebagai hal yang
tidak atau kurang berbahaya, dan karenanya, kotoran anak ditoleransi untuk dibuang ke mana
pun, termasuk ke ruang-ruang terbuka seperti sungai, parit, tanah lapang, ataupun keranjang
tempat pembuangan sampah rumah tangga. Persepsi semacam itu tentu keliru. Kotoran manusia,
dari kelompok usia berapapun, tetaplah berbahaya karena mencemari lingkungan dengan
berbagai patogen penyebab berbagai penyakit. Berikut adalah hasil Laporan EHRA untuk mengkaji
hal tersebut.

D 9. K E B IAS AAN ANAK UMUR 0-5 T H B UANG AIR B E S AR D I


L ANT AI, K E B UN,J AL AN, S E L OK AN AT AU S UNG AI

60.00% 52.59%
43.92%
40.00%

20.00%

0.60% 2.89%
0.00%
Y a, s angat Y a, kadang-
Tidak bias a Tidak tahu
s ering kadang
S eries 1 0.60% 2.89% 52.59% 43.92%

Gambar 2.7 Perilaku Buang Air anak Umur 0-5 Tahun

Diagram di atas menunjukkan kebiasaan anak-anak umur 0-5 tahun buang air besar, 52,59%
menyatakan tidak biasa buang air besar di lantai, kebun, jalan, selokan atau sungai bagi anak-
anaknya. Namun yang menjawab tidak tahu masih cukup besar. Jawaban ini masih merupakan
tanda tanya. Namun yang menjawab kadang-kadang 2,8% dan yang sering 0,60%. Pembuangan

33
tinja yang ada di pampers bagi anak-anak juga menjadi perhatian dalam studi EHRA ini. Berikut ini
adalah hasil studi selengkapnya.

D11. TEMPAT MEMBUANG TINJA DI PAMPERS


Ke WC/Jamban
46.81%
Ke tempat sampah

18.84% Ke
kebun/pekarangan/jalan
Ke sungai/selokan/got

Lainnya
11.96% 14.79%
4.15% 3.44% Tidak tahu

Gambar 2.8 Tempat Membuang Tinja Di Pampers

Diagram di atas menunjukkan bahwa warga yang membuang tinja yang ada di pampers ke tempat
yang relative aman masih dibawah 50%, hanya mencapai 46,81%. Selebihnya masih membuang ke
tempat yang tidak aman. Seperti ke tempat sampah 14,79%, ke kebun/pekarangan/jalan 3,44%,
ke sungai 4,15%, lainnya 11,96% dan yang tidak tahu sebesar 18,84%.
Data di atas baru menjelaskan tempat membuang tinja yang ada dalam pampers. Pampersnya
sendiri masih merupakan limbah berbahaya bagi kesehatan. Untuk itu harus pula dikelola dengan
baik. Data berikut ini akan menjelaskan tentang pengelolaan limbah pampers oleh warga Kota
Depok.

D 12. T E MP AT ME MB UANG B E K AS P AMP E R S


K e WC /J amban
55.35%

K e tempat s ampah

2.65% K e kebun /
pekarangan/ jalan
K e s ungai/s elokan/got

21.10% L ainnya

3.57%
5.61% T idak tahu
11.72%

Gambar 2.9 Tempat Membuang Pampers

34
Tempat membuang bekas pampers yang baik tentunya ke tempat pembuangan sampah
sementara (TPS) setelah dicuci bersih. Namun sesungguhnya pampers bekas ini bisa didaur ulang
seperti yang dilakukan oleh anggota PKK Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Mereka mendaur ulang pampers sebagai bantal. Data diagram 23, menggambarkan 55,35% warga
Kota Depok membuang bekas pampers ke tempat sampah. Yang membuangnya ke kebun 3,57%,
ke sungai/selokan/got 5,61% dan lainnya 11,72%. Setelah kita perhatikan jawaban lainnya dalam
hasil studi EHRA ternyata, yang dimaksudkan lainnya tersebut adalah ke kali, ke kebun, ke kolam,
dikubur, dibakar dan lain-lain. Jadi dengan demikian pembuangan bekas pampers yang tidak aman
masih cukup tinggi bila digabung dengan jawaban “tidak tahu”.
Terkait dengan studi mengenai buang air besar pada anak, EHRA juga melakukan kajian yang
berhubungan dengan kebiasaan menceboki anak setelah buang air besar. Berikut datanya.

D 13. K E B IAS AAN ME NC E B OK I ANAK S E T E L AH B AB

73.64%

17.27%

6.67%
1.52% 0.40% 0.51%

Y a, dengan Y a, dengan Y a, dengan Y a, dengan Tidak Tidak tahu


air air & s abun tis s u lainnya

Gambar 2.10 Kebiasaan Menceboki Anak

Diagram di atas mengungkapkan bahwa sebagian besar warga Kota Depok telah telah memiliki
kebiasaan yang baik terkait buang air besar anak-anaknya. Sudah 73,64% yang menceboki
anaknya dengan air dan sabun, 17,27% dengan air saja dan 1,52% dengan tissu. Hanya 0,51% yang
tidak melakukannya.

35
52.18%
D 14. T E MP AT P E MB UANG AN AIR B E K AS C E B OK ANAK B IL A D IC E B OK I
D E NG AN AIR

31.00%

8.81% 6.18%
1.82%

K e W C /J amban K e kebun/ pekarangan/ jalan K e s ungai/s elokan/got L ainnya Tidak tahu

Gambar 2.11 Saluran Air Bekas Cebok Anak

Berdasarkan data dalam diagram di atas 52,18% membuangnya ke WC/ jamban. Namun yang
masih memprihatinkan bahwa 31,00% membuangkan ke sungai/ selokan/ got. Ini berarti mereka
masih menyamakan perlakuan air bekas cebokan yang banyak mengandung tinja dengan air
limbah cucian biasa.
Menceboki anak yang buang air besar ada kalanya dengan memakai tissu. Sesungguhnya
pemakaian tissu untuk menceboki anak kurang baik, terkait dengan tempat pembuangan bekas
tissu yang mengandung tinja. Cara yang baik tentu dengan cara tissu dicuci dan airnya mengalir ke
tangki septik. Tetapi hal ini menimbulkan masalah lain pada tangki septiknya, karen tissu bukanlah
benda cair. Kehadirannya ke tangki akan bisa menimbulkan sumbatan pada salurannya. Namun
demikian studi EHRA kali ini juga menjadikannya sasaran. Berikut hasilnya.

D15. TEMPAT PEMBUANGAN TISSU, JIKA ANAK


DICEBOKI DENGAN TISSU
Ke WC/Jamban

40.74% Ke tempat sampah


38.09%
Ke kebun/ pekarangan/
jalan
Ke sungai/selokan/got
13.83%

3.62% Lainnya
1.49%2.23%

1 Tidak tahu

Gambar 2.12 Tempat Membuang Tisu Setelah Menceboki Anak

36
Berdasarkan diagram 26 di atas yang terbanyak tempat pembuangan tissu yang mengandung tinja
adalah tempat sampah sebesar 38,09%. Tetapi prosentase terbesar adalah tidak tahu yang
mencapai 40,74%. Selebihnya ada yang membuangnya ke WC/jamban 3,62% dan juga ke
sungai/selokan/got sebesar 2,23%.

Prilaku hygiene / sehat menjadi fokus perhatian dalam bab ini. Prilaku hygiene sehat dalam studi
EHRA dikaitkan dengan pemakaian sabun. Pemakaian sabun penting untuk dikaji karena sabun
adalah salah satu desinfektan yang dapat mencegah masuk dan berkembangnya kuman patogen
ke dalam tubuh. Koesioner EHRA menanyakan kepada responden tentang pemakaian sabun hari
ini atau kemarin. Kemudian juga penggunaan sabun untuk keperluan apa saja. Tempat cuci tangan
dan waktu mencuci tangan bagi anggota keluarga juga menjadi perhatian dalam studi ini. Berikut
hasil studi selengkapnya.

G.1 PEMAKAIAN SABUN HARI INI ATAU KEMARIN

99.76%

100.00%

80.00%
Ya
60.00%
Tidak
40.00%
0.24%
20.00%

0.00%
1

Gambar 2.13 Pemakaian Sabun

Bila melihat data dalam diagram 41 di atas pemakaian sabun bagi warga Kota Depok sudah sangat
baik. 99,76% telah memakai sabun dalam kesehariannya.

37
Tabel 2.13 Peruntukan Sabun
PERUNTUKAN SABUN Frekuensi %

Mandi 3,720 98.6


Memandikan anak 1,612 42.7
Menceboki pantat anak 1,359 36.0
Mencuci tangan sendiri 3,199 84.8
Mencuci tangan anak 2,013 53.4
Mencuci perlatan 3,558
Mencuci pakaian 3,498 92.7
Lainnya 220 5.8
Tidak tahu 93 2.5
Sumber : Laporan EHRA Kota Depok, 2011

Berdasarkan tabel di atas, peruntukan sabun yang tertinggi prosentasenya adalah untuk mandi
yang mencapai 98,6%, mencuci pakaian 92,7%, untuk mencuci tangan sendiri 84,8% dan mencuci
tangan anak 53,4%. Melihat data tersebut kebiasaan pemekaian sabun warga Kota Depok dapat
dikatakan sudah cukup baik, hanya penting untuk ditingkatkan cuci tangan pakai sabun untuk
anak. Karena anak lebih rentan terhadap kuman patogen dibanding orang dewasa.

Tabel 2.14 Tempat Mencuci Tangan bagi Anggota Keluarga


TEMPAT MENCUCI TANGAN Frekuensi %

Di kamar Mandi 2,831 75.1


Di dekat kamar mandi 422 11.2
Di jamban 286 7.6
Di dekat jamban 188 5.0
Di sumur 366 9.7
Di sekitar penampungan 93 2.5
Di tempat cuci piring 2,379 63.1
Di dapur 1,024 27.2
Lainnya 337 8.9
Tidak tahu 46 1.2
Sumber : Laporan EHRA Kota Depok, 2011

38
Tempat mencuci tangan yang ideal adalah tempat yang terdapat air mengalir dan sabun. Bila kita
perhatikan tabel di atas, tempat cuci tangan yang terbesar dipakai oleh warga Kota Depok adalah
di kamar mandi sebesar 75,1%, dan tempat cuci piring. Di kedua tempat tersebut besar
kemungkinan terdapat air mengalir dan sabun. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tempat
cuci tangan warga Kota Depok berdasarkan studi ini sudah cukup baik.

Tabel 2.15 Waktu Mencuci Tangan Memakai Sabun


WAKTU MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN Frekuensi %

Sebelum ke toilet 317 8.4


Setelah menceboki bayi/anak 1,114 29.5
Setelah buang air besar 3,095 82.1
Sebelum makan 3,509 93.1
Setelah makan 3,530 93.6
Sebelum menyuapi anak 1,296 34.4
Sebelum menyiapkan masakan 2,031 53.9
Setelah memegang hewan 1,748 46.4
Sebelum sholat 1,761 46.7
Lainnya 182 4.8
Tidak tahu 46 1.2
Sumber : Laporan EHRA Kota Depok, 2011

Dalam hal mencuci tangan memakai sabun, waktu mencuci tangan memakai sabun sangat
penting. Setidaknya ada lima saat penting harus mencuci tangan memakai sabun, yaitu; setelah
buang air besar/menceboki bayi/anak, sebelum makan, sebelum menyiapkan masakan, setelah
memegang sesuatu/hewan, dan sebelum menyuapi anak makan. Berdasarkan data dalam tabel
21 di atas, prosentase mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar sudah cukup
baik, yaitu sebelum makan 93,1% dan setelah buang air besar 82,1%. Namun mencuci tangan
memakai sabun setelah menceboki anak, sebelum menyuapi anak, setelah memegang hewan dan
sebelum menyiapkan masakan prosentasenya masih kecil. Setelah menceboki anaka 29,5%,
sebelum menyuapi anak 34,4%, setelah memegang hewan 46,4% dan sebelum menyiapkan
makanan 53,9%. Hal ini menunjukkan masih ada risiko kesehatan yang cukup tinggi melalui
keempat kegiatan tersebut.

39
2.2 Visi Misi Sanitasi Kota Depok
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di
Kota Depok dalam bidang sanitasi maka visi Kota Depok bidang sanitasi adalah :

“Terwujudnya Kota Depok yang Indah dan Sehat”


Indah didefinisikan sebagai :
• Kota yang bebas dari sampah dan genangan banjir.
Sehat didefinisikan sebagai :
• Kota yang bebas dari penyakit yang berkaitan dengan sanitasi buruk.

Sebagai penjabaran visi Pemerintah Kota Depok diatas disusunlah misi dalam rangka mewujudkan
visi Terwujudnya Kota Depok yang Indah dan Sehat, dengan rincian sebagai berikut :
1. Mewujudkan depok bebas TPS liar dengan sistem persampahan yang baik;
2. Mewujudkan depok bebas banjir dengan sistim drainase yang tertata;
3. Mewujudkan depok bebas waterborn disease dengan pengelolaan sumber air minum dan
pengolahan air limbah yang baik;

2.3 Kebijakan Umum dan Strategi Sektor Sanitasi


Kota tahun 2011 – 2016
Pembangunan sanitasi di Kota Depok sudah dan sedang berlangsung sampai saat ini. Pelaksanaan
program sanitasi ini dilaksankan oleh masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya. Program sanitasi ini termasuk dalam urusan wajib
pemerintahan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah berkaitan dengan pelayanan dasar.
Program ini terdapat pada empat urusan yaitu: urusan kesehatan, pekerjaan umum, permukiman
dan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh lima OPD yaitu : Dinas Kesehatan, Dinas Bina Marga
dan Sumber Daya Air, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Tata Ruang dan Permukiman serta
Badan Lingkungan Hidup.

Berdasarkan RPJMD 2011 – 2015 sektor sanitasi masuk dalam visi misi kota depok yaitu Misi ke-3,
yang bunyinya adalah mewujudkan Infrastruktur dan lingkungan yang nyaman. Urusan yang
terkait dengan misi ini khususnya adalah yang berkaitan dengan pembangunan, peningkatan dan
pemeliharaan prasarana, sarana dan fasilitas permukiman dan lingkungan seperti urusan

40
Perumahan Rakyat, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Pertanahan dan
Lingkungan Hidup.

Strategi dan arah kebijakan misi ini yang dijabarkan menurut sasarannya, ialah sebagai berikut:

A. Dalam mencapai sasaran berkurangnya kemacetan kota, maka strategi dan arah kebijakan
yang akan dilakukan ialah dengan meningkatkan ketersediaan sarana prasarana
transportasi serta penataan kawasan strategis kota;

B. Dalam mencapai sasaran berkurangnya kejadian banjir, maka strategi dan arah kebijakan
yang akan dilakukan ialah dengan meningkatkan kondisi infrastruktur dan konservasi
sumberdaya air;

C. Dalam mencapai sasaran meningkatnya kualitas permukiman, maka strategi dan arah
kebijakan yang akan dilakukan ialah dengan meningkatkan pelayanan air bersih,
pemakaman, serta ketersediaan rumah bagi masyarakat;

D. Dalam mencapai sasaran meningkatnya sanitasi lingkungan, maka strategi dan arah
kebijakan yang akan dilakukan ialah dengan Meningkatkan penanganan persampahan, air
limbah dan kesehatan lingkungan;

E. Dalam mencapai sasaran meningkatnya kualitas dan pemanfaatan ruang dan lingkungan
hidup perkotaan, maka strategi dan arah kebijakan yang akan dilakukan ialah dengan
meningkatkan pemanfaatan ruang kota dengan menjaga ruang terbuka hijau, dan
meningkatkan upaya konservasi serta pengendalian pencemaran lingkungan hidup.

2.4 Sasaran Umum dan Arahan Tahapan Pencapaian

Pengelolaan Limbah Cair


Sementara itu di Kota Depok sistem pengelolaan Air Limbah yang diprogamkan 5 (lima) tahun ke
depan adalah dengan membangun komponen-komponen sebagai berikut :
1. Evaluasi kinerja IPLT
2. Perbaikan manajemen pengelolaan IPLT
3. Bintek Pelatihan Manajemen
4. Penyiapan dokumen perencanaan
5. Optimalisasi dan rehabilitasi IPLT Kalimulya

41
6. Sosialisasi IPLT, penyuluhan penyedotan tinja, kampanye PHBS
7. Perluasan / Pembangunan IPLT
8. SANIMAS, Pembangunan Septik Tank Komunal/MCK plus
9. Peningkatan pendanaan melalui revisi perda retribusi, pemanfaatan alternatif sumber
pendanaan

Sedangkan untuk program yang akan dilaksanakan dalam lima tahun ke depan maka didapatkan
program dari dua dinas yang terkit dengan air limbah yaitu Badan Lingkungan Hidup Kota Depok
dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok. Selengkapnya program kerja kedua sector ini
dapat dilihat pada table di bawah :

42
Tabel 2.16 Program Kerja Bidang Air Limbah sampai Tahun 2016
No. OPD/Urusan/Program Indikator Kinerja JUMLAH Kondisi Target Kinerja program
Prioritas/Kegiatan Program/Kegiatan KEGIATAN Kinerja Awal
Tahun ke 1 Tahun ke 2 Tahun ke 3 Tahun ke 4 Tahun ke 5
Prioritas (2009)
(2012) (2013) (2014) (2015) (2016)
Target Target Target Target Target

1 Program : Konservasi Jumlah hari dg 9 kegiatan


dan peningkatan kualitas udara
kualitas lingkungan perkotaan kategori
hidup baik
Kegiatan : Konservasi Terlaksananya 15% 15% 15% 15% 15%
DAS pemeliharaan
Konservasi DAS
Kegiatan : Pembinaan Meningkatnya
Pengelolaan Situ peran serta
Berbasis Mayarakat masyarakat dalam
pengelolaan
lingkungan hidup

43
2 Program : 15 kegiatan
Pengendalian dan
penanganan kasus
pencemaran dan
perusakan lingkungan
hidup
Kegiatan : Pengujian kualitas
Pengendalian air
pencemaran air
1. Sungai (16 titik)
2. Situ (19 titik)
Kegiatan : Program
Kali Bersih
1. Pembuatan IPAL 4 buah 3 buah 3 buah
Komunal Industri
Rumah Tangga
2. Pemeliharaan
IPAL
Kegiatan : Pengujian kualitas
Pengendalian udara
pencemaran udara

44
1. Sumber emisi
bergerak (11 lokasi)
2. Ambien (11
lokasi)
Kegiatan : Pengawasan dan
Pemantauan kegiatan pembinaan
industri/usaha ketaatan
industri/usaha
1. Pemantauan dan
pembinaan
kegiatan
industri/usaha
Kegiatan : pengujian air
Pemantauan limbah dan badan
Pencemaran air air penerima
Kegiatan : Terkendalinya
Pengawasan pengelolaan B3 dan
Pengelolaan B3 dan limbah B3 sumber
Limbah B3 sumber institusi
institusi

45
Kegiatan : Pilot Project Meningkatnya
Pengelolaan Limbah pengelolaan limbah
B3 sumber non B3 di permukiman
institusi dan usaha skala
kecil
Kegiatan : Terkelolanya
Pembangunan TPS pengumpulan
limbah B3 skala kota limbah B3 skala
kota (sumber non
institusi)
Kegiatan : Pelatihan Terpahaminya
pengelolaan limbah B3 pengelolaan limbah
oleh operator
Kegiatan : Pembinaan Terwujudnya
produksi bersih di efisiensi
Industri penggunaan energi
di industri
Kegiatan : Terlaksananya
Pengawasan pemulihan akibat
pelaksanaan terkontaminasi
pemulihan akibat limbah B3

46
pencemaran limbah
B3 skala kota

3 Program : 8 kegiatan
peningkatan kualitas
perencanaan dan
pengendalian
pembangunan
Kegiatan : kajian tersusunnya 1 dokumen
design onsite sanitasi rencana
perumahan skala 0-50 komprehensif
pengelolaan
lingkungan
Kegiatan : kajian tersusunnya 1 dokumen
design onsite sanitasi rencana
perumahan skala 50 - komprehensif
100 pengelolaan
lingkungan

47
Kegiatan : kajian tersusunnya 1 dokumen
design onsite sanitasi rencana
perumahan skala 100 - komprehensif
150 pengelolaan
lingkungan
Kegiatan : design IPAL tersusunnya 1 dokumen
pabrik tahu rencana
komprehensif
pengelolaan
lingkungan
Kegiatan : DED of site tersusunnya 1 dokumen
sanitation (IPAL rencana
terpadu se-kota komprehensif
depok) pengelolaan
lingkungan
4 Program : 2 kegiatan
peningkatan peran
serta masyarakat
dalam pengelolaan
lingkungan hidup

48
Kegiatan : pembinaan terlaksananya 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi
industri tahu dan workshop/pembina
tempe, pembinaan an (untuk kegiatan
IKM masyarakat)
5 Program Peningkatan Layanan 1 1 1 1 1 1
Pengelolaan Air penampungan
Limbah pembuangan air
limbah
Pengelolaan IPLT Luas Areal IPLT 2,1 ha 1 Areal 1 Areal 1 Areal 1 Areal 1 Areal

Pemeliharaan IPLT Luas kolam IPLT 1200 m2 1 Areal 1 Areal 1 Areal 1 Areal 1 Areal

Sosialisasi IPLT Terlaksananya 500 orang


kegiatan Sosialisasi dan 11 titik
Pengelolaan IPLT
Pengadaan Lahan IPLT Tersedianya lahan
9000 M2
Sumber : RPJMD BLH & DKP

49
Pengelolaan Sampah
Penanganan sampah yang masih belum dapat terlayani dilakukan dengan memaksimalkan
penganggaran dalam APBD Kota Depok setiap tahunnya. Namun, sebaimana telah diketahui
secara luas bahwa anggaran persampahan di Kota Depok masih jauh dari yang diharapkan,
akibatnya adalah Pemerintah Daerah tidak dapat mengimbangi pertumbuhan kebutuhan
persampahan yang meningkat lebih tinggi dibandingkan penyediaan anggarannya. Berikut daftar
kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah kota Depok dalam bidang pengelolaan sampah
(limbah padat):

Strategi dan Arah Kebijakan dalam pengelolaan persampahan di kota depok oleh DKP adalah:
Meningkatkan penanganan persampahan, air limbah, air bersih, dan pemakaman, serta
ketersediaan rumah bagi masyarakat.
Program Prioritas :
1. Peningkatan pengelolaan persampahan;

2. Peningkatan Pengelolaan TPA;

3. Peningkatan Pengelolaan air limbah;

4. Peningkatan kesehatan lingkungan permukiman;

50
Tabel 2.17 Program Kerja Bidang Persampahan sampai Tahun 2016
No Program Prioritas/ Indikator Kinerja Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program
Kegiatan Prioritas Program Awal RPJMD Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Program Cakupan layanan 38% 47% 59% 64% 67% 71%
Peningkatan pengelolaan
Pengelolaan persampahan
Persampahan
1 Pelayanan Jumlah sampah 29 % (1200 m3 dr 11 Kec 28% (1200 27% (1200 27% (1200 26% (1200 26% (1200
Pengangkutan yang diangkut timbulan sampah m3 dari m3 dari dari m3 dari m3 dari
Sampah 4200 m3) timbulan timbulan timbulan timbulan 4700 m3)
sampah sampah sampah sampah
4300 m3) 4400 m3) 4500 m3) 4600 m3)
2 Pelaksanaan Jumlah sampah 15 UPS = 375 m3 22 UPS 32 UPS= 56 66 UPS = 76 UPS= 85 UPS =
Pengolahan yang diolah di UPS (9 %) 800m3 UPS=1400 1650 m3 1900 m3 2125 m3
Sampah Skala Kawasan (19%) m3 (32%) (37%) (41%) (45%)
Kawasan
3 Pengadaan Lahan Jumlah lahan UPS 25 Lokasi milik Pemkot & 16 8 Lokasi 10 Lokasi 10 Lokasi 10 Lokasi 10 lokasi
UPS Skala Kawasan Lokasi milik masyarakat baru & 3 baru & 3 baru & 3 baru & 3 baru
lokasi lama lokasi lama lokasi lama lokasi lama

51
4 Pembangunan Jumlah Bangunan 41 UPS 15 unit 6 UPS 4 UPS 10 UPS 10 UPS 14 UPS
Hanggar/UPS Hanggar UPS pembangu
Kawasan nan baru &
5 unit
lanjutan
Jumlah Bangunan 5 UPS 4 UPS 6 UPS
Hanggar UPS TPA
5 Pengadaan Mesin Jumlah mesin UPS 47 Unit 15 unit 6 Unit 4 Unit 10 unit 10 Unit 8 Unit
pengolah Sampah (kapasitas 30 m3
per hari)
Jumlah mesin UPS 4 Unit 6 Unit 5 Unit
(kapasitas 80 m3
per hari)
6 Pengadaan Terpenuhinya 43 Dump Truck, 2 9 Dump 1 mobil 5 Dump 1 Mobil 3 Dump 11 Dump
Kendaraan kebutuhan Mozah,2 Mobil truk, 3 pangkas Truck Siram Truck, 1 Truck, , 1
Operasional kendaraan Siram Taman, 1 Kendaraan pohon Taman Mozah,1 Mobil
Kebersihan, operasional Mobil Tebang Operasion Mobil Tebang
Pertamanan, dan kebersihan Pohon, 14 Armroll, al dinas, 35 Siram Pohon, 6
TPU 2 Mobil unit Taman, 1 Armroll
Operasional DKP, gerobak Mobil
& 13 Gerobak motor Tebang

52
Motor Pohon, 1
Armroll

7 Pemeliharaan Jumlah UPS yang 18 hanggar UPS 1 UPS 32 hanggar 53 hanggar 53 53 60


hanggar UPS terpelihara UPS UPS hanggar hanggar hanggar
UPS UPS UPS
8 Pengadaan Jumlah peralatan 280 GS, 13 Jenis 9 Alat 280 GS, 13 280 GS, 13 280 GS, 13 280 GS, 13 280 GS, 13
Peralatan kebersihan Alat Kebersihan Kebersihan Jenis Alat Jenis Alat Jenis Alat Jenis Alat Jenis Alat
Kebersihan, , 227 GS, Kebersihan Kebersihan Kebersihan Kebersihan Kebersihan
Pertamanan, dan 86 mesin
TPU potong
rumput, 10
unit papan
informasi
9 Penggantian Suku Terpenuhinya 236 Jenis 236 Jenis 236 Jenis 236 Jenis 236 Jenis 236 Jenis 236 Jenis
Cadang Kendaraan Kebutuhan suku
Operasional cadang kendaraan
Kebersihan operasional
kebersihan
10 Pemeliharaan rutin Jumlah kendaraan 118 kendaraan 118 118 118 118 118
berkala kendaraan yg operasional Kendaraan kendaraan kendaraan kendaraan kendaraan
operasional

53
kebersihan
11 Pendataan dan Jumlah Pelaku 3 Kec 2 Kec 2 Kec 2 Kec 2 Kec
pembinaan Pelaku Usaha
Usaha Persampahan
Persampahan
12 Pengelolaan TPA Luas Areal TPA 11,2 Ha 1 Areal 11,2 Ha 13,2 Ha 13,2 Ha 13,2 Ha 13,2 Ha
13 Penataan Terbangunnya Terbangunnya: 100 M' 100 M' 100 M'
infrastruktur TPA Jalan dan drainase Jalan dan drainase Jalan & Jalan & Jalan &
100 M' 100 M' 100 M'
Drainase Drainase Drainase
Terolahnya 9 UPS = 15 UPS= 15 UPS 15 UPS = 15 UPS =
sampah 445 m3 925 m3 =1200 m3 1200 m3 1200 m3
(10%) (21%) (27%) (26%) (26%)
Kolam Kompos 1 Ha
Lahan bufferzone 2 Ha
TPA
Jembatan Timbang 1 Unit
14 Pengadaan Alat Jumlah alat berat 7 unit alat berat 1 unit track 1 unit (
Berat loader buldozer )

54
15 Pengembangan Jumlah komunitas 8 RW 8 RW 10 RW 10 RW 12 RW 12 RW 15 RW
Komunitas lingkungan yang
Lingkungan di dibina
Sekitar TPA
16 Pelaksanaan Terpantaunya 2 kali 1 Tahun (10 4 kali 1 4 kali 1 4 kali 1 4 kali 1 4 kali 1
Monitoring dan Kualitas titik) % Tahun (10 Tahun (10 Tahun (10 Tahun (10 Tahun (10
Evaluasi Lingkungan TPA titik) titik) titik) titik) titik)
Lingkungan TPA
17 Pembangunan Terbangunnya 200 m (1 ruas 200 m (1
Drainase dan Jalan drainase dan jalan jalan) ruas jalan)
Operasi Lingkar lingkar di TPA
TPA (Tahap 4)
18 Penyusunan Jumlah dokumen 1 Dokumen
AMDAL SPA Amdal
2 Program Meningkatnya 0
Peningkatan keterlibatan
Partisipasi/ masyarakat dalam
Kemitraan pengelolaan
Masyarakat persampahan
1 Lomba Kebersihan lomba kebersihan : 0 5 jenis 5 jenis 5 jenis 5 jenis 5 jenis
antar kelurahan lomba lomba lomba lomba lomba

55
Sekolah
SD/SMP/SMA,
antar Puskesmas,
antar kawasan 3R,
antar perkantoran
pemerintahan
2 Komposting Jumlah Rumah 240 RT 330 RT(11 330 IRT 330 IRT 330 IRT 330 IRT
Rumah tangga Tangga yang kec, 30
melakukan IRT/kec)
komposting
3 Gerakan Depok Jumlah kawasan 11 Kawasan 11 11 11 11 11
Memilah rumahtangga kawasan kawasan kawasan kawasan kawasan
percontohan 3R
Sumber : RPJMD DKP

56
Pengelolaan Drainase
Strategi dan Arah Kebijakan dalam pengelolaan saluran drainase oleh BIMASDA adalah:
Meningkatkan kondisi infrastruktur dan konservasi sumberdaya air.
Program Prioritas :
1. Pembangunan, peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan drainase dan irigasi;

2. Pengendalian banjir;

Penyediaan Air Minum


Strategi dan Arah Kebijakan pembangunan sumber air minum oleh DISTARKIM dan
memanfaatkan PDAM Tirta Kahuripan adalah: Meningkatkan pelayanan air bersih, pemakaman,
serta ketersediaan rumah bagi masyarakat.
Program Prioritas :
1. Peningkatan pengelolaan air bersih;

2. Pengembangan perumahan rakyat;

3. Pengembangan pemakaman umum.

Bidang Pelayanan Kebersihan terdiri atas:


a. Seksi Operasional Pengangkutan dan Pengelolaan Sampah;
b. Seksi Operasional Pengangkutan dan Pengelolaan Air Limbah.

57
Tabel 2.18 Program Kerja Bidang Air Minum sampai 2016

No Bidang Urusan/ Indikator Kinerja Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Program Prioritas/ Keg Prioritas Program Kinerja Tahun 2012 Tahun Tahun Tahun Tahun
Awal 2013 2014 2015 2016
RPJMD Target Target Target Target Target
1 Program Peningkatan - Jumlah rumah 98,88%
Pengelolaan Air Bersih tangga pengguna
air bersih

- Cakupan 4624 SR 1000 SR 2500 SR


pelayanan air
bersih (Kota)
A. Pengelolaan PDAM Depok
1 Fit and Proper Test Pengelolaan 1 keg
Air Bersih
2 Fasilitasi Pengelolaan Air Bersih 1 keg

3 Pemeliharaan dan Pengelolaan 1 keg


Jaringan Air Bersih
4 Pengadaan dan Pemasangan 1000 SR
Instalasi SR Penunjang Air Bersih

58
5 Penyusunan FS dan DED
- FS IPA Pesanggerhan
- FS Peningkatan IPA Legong
- FS Peningkatan IPA Citayam
- DED IPA Cimanggis
- DED IPA Pesanggerahan
- DED Peningkatan IPA Legong
- DED Peningkatan IPA Citayem
- DED Bendung Angke
- DED Jaringan IKK Bojongsari
- DED Unit Produksi IKK
Bojongsari
6 Pembangunan IPA Air Bersih
- IPA Kali Angke
- IPA Pesanggrahan
- IPA Cimanggis
- Peningkatan IPA Legong
- Peningkatan IPA Citayam
7 Pembangunan Jaringan 4 Lokasi
Infrastruktur Air Bersih (swgn, beji,

59
panmas,
skmjya)
8 Pengadaan Lahan Pembangunan -
IPA
B. Pemisahan Asset PDAM Kota
Depok
1 Inventarisasi Asset Metro 50% 50% - - -
Botabek
2 Inventarisasi Asset PDAM 25% 25% 25% 25% 25%
Kab.Bogor
C. Pengembangan SPAM Non
Perpipaan
1 Pembangunan PAMSIMAS / SPAM 1 lokasi 200 KK 200 KK 200 KK 200 KK
non PDAM (200 KK)
2 Program Penataan Lingkungan Rumah tangga
Permukiman bersanitasi
1 Pembangunan Sanitasi 8 4 unit 4 unit 4 unit 4 unit 5 unit
Lingkungan Permukiman
2 Sosialisasi Resettlement di kwsn 0% 1 keg 1 keg 1 keg 1 keg 1 keg
Squatters
3 Penyusunan FS Peremajaan Kwsn 0% - 1 kwsn 1 kwsn

60
4 Peremajaan Kawasan (Urban 0% 1 keg 1 keg 1 keg 1 keg 1 keg
Renewal)
3 Program Penanggulangan Jumlah RTLH yang 2 lokasi 2 lokasi 2 lokasi 2 lokasi 2 lokasi
Kemiskinan Terpadu diperbaiki pada
lokasi penanganan
terpadu
1 Perbaikan RTLH / Pembangunan 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi
Infrastruktur Permukiman pada
lokasi P2WKSS
2 Pembangunan Infrastruktur 3 lokasi 3 lokasi 3 lokasi 3 lokasi 3 lokasi 4 lokasi
Kawasan Kumuh
3 Fasilitasi Peningkatan Kualitas 100 KK 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi
Perumahan melalui PKP, PNPM
Perkim dan Stimulan PSU
4 Program Peningkatan Kualitas Jumlah aparatur
Sumber Daya Aparatur yang mengikuti
diklat (%)
1 Pelatihan Pengelolaan Air Bersih 0% 40 org - - - -
Sumber : RPJMD DISTARKIM

61
Kampanye PHBS
Menurut renstra Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011 – 2016 terdapat program peningkatan
promosi kesehatan, dimana kondisi kesehatan saat ini adalah hanya 6 kecamatan yang berkategori
kecamatan sehat, sedangkan untuk kelurahan ada 38 yang tergolong dalam kelurahan sehat serta
kelurahan siaga aktif, dengan prosentase jumlah keluarga sehat hanya 60 %. Maka direncanakanlah
program peningkatan promosi kesehatan yang tergambar dalam table berikut:

Tabel 2.19 Program Peningkatan Kampanye PHBS Sampai tahun 2016


No Program Indikator Eksisting Target
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Peningkatan Jumlah 6 7 8 9 10 11
Promosi Kecamatan
Kesehatan Sehat
2 Jumlah 38 38 44 50 56 63
Kelurahan
Sehat
3 Jumlah 38 38 44 50 56 63
Kelurahan
Siaga Aktif
4 Persentase 60 % 62,50% 65% 67,50% 70% 72.50 %
Rumah
Tangga
Sehat
Sumber : RPJMD DINKES

62

Anda mungkin juga menyukai