Anda di halaman 1dari 8

STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP)

PERAWATAN PASIEN MENJELANG AJAL

Disusun Oleh:
I Ketut Tirta Yasa 1710201239 Isnawati Fataruba 1710201270
Nur Prihartanto 1710201246 Nurfadillah Hi Rauf 1710201271
Miko Muhammad Nanter 1710201247 Inge Velysta Resly 1710201272
Irfandani Wahyu S 1710201248 Nia Wahyu Marlina 1710201274
Kristiningsih 1710201266 Eni Purwanti 1710201277
Intan Wildyan Dani 1710201268 Riska Diah Anggraini 1710201278
Nindy Sunting Pramesti 1710201269

Kelas D (Aanvullen)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
PERAWATAN MENJELANG AJAL

A. Pengertian
Menjelang ajal atau sekarat (dying) merupakan kondisi ketika seseorang
semakin mendekati kematian. Kematian (death) adalah kondisi ketika fungsi
jantung dan paru-paru serta kerja otak berhenti secara permanen (Rakhman &
Khodijah, 2014).
Menurut Papalia (2008) kematian merupakan fakta biologis akan tetapi
juga memiliki aspek sosial, kultural, historis, religius, legal, psikologis,
perkembangan, medis dan etis. Aspek-aspek tersebut memiliki keterkaitan
antara satu sama lain.

B. Tanda-Tanda Menjelang Kematian


Menurut Rakhman dan Khodijah (2014), tanda-tanda menjelang
kematian adalah sebagai berikut:
1. Tonus otot menurun
a. Gerakan ekstremitas berangsur-angsur menghilang, khususnya pada
kaki dan ujung kaki
b. Sulit berbicara
c. Tubuh semakin lemah
d. Aktifitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
e. Otot rahang dan muka mengendur
f. Rahang bawah cenderung turun
g. Sulit menelan, refleks gerakan menurun
h. Mata sedikit terbuka
2. Sirkulasi melemah
a. Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan dan ujung hidung terasa
dingin serta lembab
b. Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan, kelabu atau
pucat
c. Denyut nadi tidak beraturan, kadang leah kadang kuat
d. Tekanan darah menurun
e. Peredaran darah menurun
f. Peredaran darah perifer berhenti
3. Kegagalan fungsi sensorik
a. Sensasi nyeri menurun atau hilang
b. Pandangan mata kabur dan berkabut
c. Kemampuan indra berangsur-angsur menurun
d. Sensasi di kulit, misalnya panas, dingin, dan tajam menurun
4. Penurunan atau kegagalan fungsi pernapasan
a. Pernapasan cheyne stokes atau bunyi nafas terdengar kasar
b. Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut

C. Tahap Menjelang Ajal


Dr. Elisabeth kubler-Rosa (1969) telah mengidentifikasi lima tahap
berduka yang dapat terjadi pada pasien menjelang ajal. Tahap-tahap tersebut
adalah mengingkari, marah, tawar-menawar, depresi dan menerima. Jika
terdapat cukup waktu dan dukungan mental, beberapa pasien dapat
menggerakkan emosinya melalui tiap tahap sampai titik penerimaan
penyakitnya dan kematiannya. Tahap-tahap tersebut yaitu:
1. Menolak (Denial)
Pada fase ini, pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang
sebenarnya terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak. Timbul pemikiran-
pemikiran seperti: “Seharusnya tidak terjadi dengan diriku, tidak salahkah
keadaan ini?”. Beberapa orang bereaksi pada fase ini dengan menunjukkan
keceriaan yang palsu (biasanya orang akan sedih mengalami keadaan
menjelang ajal).
2. Marah (Anger)
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya
dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-
citanya. Timbul pemikiran pada diri klien, seperti: “Mengapa hal ini terjadi
dengan diriku?”. Kemarahan-Kemarahan tersebut biasanya diekspresikan
kepada obyek-obyek yang dekat dengan klien, seperti keluarga, teman dan
tenaga kesehatan yang merawatnya.
3. Menawar (Bargaining)
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan
dirinya. Pada pasien yang sedang dying, keadaan demikian dapat terjadi,
seringkali klien berkata: “Ya Tuhan, jangan dulu saya mati dengan segera,
sebelum anak saya lulus jadi sarjana”.
4. Kemurungan (Depresi)
Selama tahap ini, pasien cenderung untuk tidak banyak bicara dan
mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan
tenang disamping pasien yang sedang melalui masa sedihnya sebelum
meninggal.
5. Menerima/Pasrah (Acceptance)
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan
keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu
kematian. Fase ini sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-
reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal.
Misalnya ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat,
dan sebagainya.

D. Peran Perawat Paliatif


Terdapat banyak alasan mengapa pasien dengan penyakit stadium
lanjut tidak mendapatkan perawatan yang memadai, namun semua alasan itu
pada akhirnyaberakar pada konsep terapi yang eksklusif pada penyembuhan
penyakit dan memperpanjang nyawa dari pada meningkatkan kualitas hidup
dan mengurangi penderitaan. Itulah mengapa, seringkali keputusan untuk
mengambil tindakan paliatif baru dilakuakan setelah segala usaha
penyembuhan penyakit ternyata tidak effektif dan kematian tidak terelakkan.
Padahal seharusnya, perawatan paliatif filakukan secara integral dengan
perawatan kuratif ddan rehabilitasi baik pada fase dini maupun lanjut
(Rasjidi, 2010).
Seiring dengan berkembangnya bidang ilmu ini, lapangam kerja dari
perawatan paliatif yang dulunya hanya terfokus pada memberikan
kenyamanan bagi penderita, sekarang telah meluas menjadi perawatan
holistik yang mencakup aspek fisik, sosial, psikologi dan psiritual dalam
menghadapi kanker. Perubahan perspektif ini dikarenakan semakin hari
semakin banyak penderita kanker sebgai sebuah penyakit kronis sehingga
tuntutan untuk suatu perkembangan adalah mutlak adanya (Rasjidi, 2010).

E. Standar Perawatan Pada Pasien Menjelang Ajal


Menurut Campbell (2014) standar yang menggambakan berbagai nilai
dan prioritas bagi profesi yang merawat pasien yang sekarat. Sebuah
kolaborasi para ahli dalam perawatan mempersiapkan kematian yaitu The
National Consensus Project (NCP) for Quality Palliative Care. Tujuan dari
NCP for Quality Palliative Care adalah memastikan bahwa perawatan tetap
konsisten dan berkualitas tinggi serta berpedoman pada pengembangan dan
struktur pelayanan paliatif yang baru maupun yang masih berlaku. Panduan
tersebut menggambarkan aturan-aturan dan struktur inti dari program
perawatan paliatif klinis yang dibagi menjadi 8 bagian
a. Struktur dan Proses Perawatan
b. Aspek Fisi dalam Perawatan
c. Aspek Psikologi dan Psikiatri dalam Perawatan
d. Aspek Sosial dalam Perawatan
e. Aspek Spiritual, Agama, dan Eksistensial dalam Perawatan
f. Aspek Budaya daam Perawatan
g. Perawatan Pasien yang Mendekati Kematian
h. Aspek Legal dan Etik dalam Perawatan
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, M. L. 2014. Nurse to Nurse Palliative Care. Jakarta: Salemba Medika.


Kubler-Ross, E. 1998. Kematian Sebagai Kehidupan: On Death and Dying.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Papalia, D. E., Old, S. W., Feldman, & R. D. 2008. Human Development. Jakarta:
Prenada Media Group.
Rakhman, Arif., Khodijah. 2014. Buku Panduan Praktek Laboratorium
Ketrampilan Dasar Dalam Keperawatan II (KDDK II). Yogyakarta:
Deepublish.
Rasjidi, I. 2010. Perawatan Palliatif Suportif & Bebas Nyeri pada Kanker.
Jakarta: Sagung Seto.
STANDARD OPERATING PROCEDURES
PERAWATAN PASIEN MENJELANG AJAL

No Dokumen: No Revisi:
Halaman:
1/2
Univeristas ‘Aisyiyah ..................... .....................
Yogyakarta
Tanggal Terbit Ditetapkan
STANDARD
OPERATING
PROCEDURES (SOP)
..................... .....................
1. Menjelang ajal atau sekarat (dying) merupakan
kondisi ketika seseorang semakin mendekati
kematian.
PENGERTIAN
2. Kematian (death) adalah kondisi ketika fungsi
jantung dan paru-paru serta kerja otak berhenti
secara permanen.
1. Memberikan rasa puas secara jasmani dan rohani
kepada pasien dengan kondisi terminal
2. Memberikan rasa nyaman dan bebas nyeri pada
TUJUAN
pasien dengan kondisi terminal.
3. Memberikan rasa ikhlas dan tabah kepada keluarga
pasien dengan kondisi terminal.
1. Mendukung hak pasien untuk mendapatkan
pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang di
akhir kehidupannya.
KEBIJAKAN
2. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien
mengarah pada semua aspek pelayanan diakhir
kehidupannya.
1. Melakukan assessment tanda-tanda klinis menjelang
kematian:
a. Tonus otot menurun
1) Gerakan ekstremitas berangsur-angsur
menghilang, khususnya pada kaki dan ujung
kaki
2) Sulit berbicara
3) Tubuh semakin lemah
PROSEDUR
4) Aktifitas saluran pencernaan menurun
sehingga perut membuncit
5) Otot rahang dan muka mengendur
6) Rahang bawah cenderung turun
7) Sulit menelan, refleks gerakan menurun
8) Mata sedikit terbuka
b. Sirkulasi melemah
1) Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki,
tangan dan ujung hidung terasa dingin serta
lembab
2) Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak
kebiruan, kelabu atau pucat
3) Denyut nadi tidak beraturan, kadang leah
kadang kuat
4) Tekanan darah menurun
5) Peredaran darah menurun
6) Peredaran darah perifer berhenti
c. Kegagalan fungsi sensorik
1) Sensasi nyeri menurun atau hilang
2) Pandangan mata kabur dan berkabut
3) Kemampuan indra berangsur-angsur
menurun
4) Sensasi di kulit, misalnya panas, dingin, dan
tajam menurun
d. Penurunan atau kegagalan fungsi pernapasan
1) Pernapasan cheyne stokes atau bunyi nafas
terdengar kasar
2) Pernapasan tidak teratur dan berlangsung
melalui mulut
2. Memenuhi kebutuhan spiritual
a. Menginformasikan ke keluarga terkait kondisi
pasien
b. Pendampingan Keagamaan oleh petugas Bina
Rohani kepada pasien dengan kondisi
terminal.
c. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk
memberikan tuntunan menjelang ajal sesuai
agamanya.
3. Memenuhi kebutuhan jasmani pasien
a. Perawat melakukan evaluasi Vital sign/tanda-
tanda kehidupan pasien
b. Membantu pasien mendapatkan posisi yang
nyaman dalam berbaring.
c. Memberikan obat-obatan anti nyeri.
d. Melakukan perawatan personal higiene.
e. Memenuhi kenutuhan nutrisi melalui NGT /
cairan infus.
1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP)/Dokter Jaga
UNIT TERKAIT
2. Perawat
3. Petugas Bina Rohani

Anda mungkin juga menyukai