Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem
retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dl.
Pada konsentrasi > 5 mg/dl bilirubin maka akan tampak secara klinis berupa
pewarnaan kuning pada kulit dan membran mukosa yang disebut ikterus. Ikterus
akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa
angka kejadian ikterus terdapat pada 50% bayi cukup bulan (aterm) dan 75% bayi
kurang bulan (preterm) (Winkjosastro, 2007).

Menurut WHO (2011) Insidensi terjadinya hiperbilirubin adalah 25-60 % dari


semua neonatus cukup bulan dan 80% dari neonatus kurang bulan.
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering
ditemukan pada bayi baru lahir. 1,3 Lebih dari 85% neonatus cukup bulan
kembali dirawat dalam minggu pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan ini. 2
Insiden hiperbilirubinemia di Amerika 65%, Malaysia 75%, sedangkan Surabaya
30% pada tahun 2000, dan 13% pada tahun 2002. (kosim, 2007)

Di Indonesia, ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru lahir yang
sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% bayi cukup bulan
dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan. Oleh sebab itu, memeriksa ikterus
pada bayi harus dilakukan pada waktu melakukan kunjungan neonatal/pada saat
memeriksa bayi di klinik (Depkes RI, 2006). Angka kematian bayi (AKB) di
Indonesia, pada tahun 1997 tercatat sebanyak 41,4 per 1000 kelahiran hidup.
Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin
(lebih dikenal sebagai kernikterus). Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi,
kern icterus juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, gangguan
pendengaran, paralisis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas
hidup. Kasus hiperbilirubinemia di RSUD DR ADNAN WD Payakumbuh
didapatkan pada tahun 2016 sebanyak 107 kasus, tahun 2017 104 kasus, dan
pada Januari – Mei tahun 2018 sebanyak 50 kasus hiperbilirubinemia.
Berdasarkan laporan diatas , kelompok untuk melakukan pengelolaan kasun dan
mengaplikasikan masalah hiperbilirubinemia sehingga dapat menunjukkan angka
kejadian hiperbilirubinemia di ruang perinatologi RSUD DR ADNAAN WD
Payakumbuh.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan hiperbilirubinemia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep hiperbilirubinemia.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan
hiperbilirubinemia
c. Mahasiswa mampu membuat analisa data dan menegakkan diagnosa
keperawatan pasien dengan hiperbilirubinemia.
d. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada pasien
dengan hiperbilirubinemia.
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien
dengan hiperbilirubinemia.
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien
dengan hiperbilirubinemia.
g. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian terhadap tindakan
yang dilakukan pada pasien dengan hiperbilirubinemia.
h. Mampu membandingkan antara teori, kasus dan evidence based
nursing yang ada.
1.3 Manfaat
1. Bagi Pelayanan kesehatan
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan hiperbilirubinemia, sehingga dapat
dilakukan tindakan yang segera untuk mengatasi masalah yang terjadi
pada pasien dengan hiperbilirubinemia. Dan dapat menerapkan asuhan
keperawatan mengenai hiperbilirubinemia
2. Bagi Pembaca
Memberikan pengertian / pengetahuan dan pengambilan keputusan
yang tepat kepada pembaca. Khususnya dalam menyikapi dan mengatasi
jika ada penderita dengan hiperbilirubinemia.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang lebih mendalam dalam memberikan Asuhan
Keperawatan khususnya pada pasien dengan hiperbilirubinemia.
4. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat menerima dan memahami asuhan
keperawatan yang diberikan dan mampu mencegah komplikasi lebih
lanjut. Dan mengaplikasikan tata laksana pada bayi hiperbilirubinemia di
rumah.

Anda mungkin juga menyukai