Askep Ima
Askep Ima
Nama Kelompok 2 :
AMILIA PRATIWI
GALUH ARUM SARI
SYARIF HIDAYATULLAH
ENY SULFIYAH
2012-2013
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr Wb
Segala puji hanya bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang amat jelas bukti kebenaranNya,
Maha Tinggi KemulianNya dan Maha Agung KedudukanNya yang telah melimpahkan rahmat dan
KaruniaNya kepada kita semua sehingga Makalah yang berjudul “ LAPORAN PENDAHULUAN
DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PADA Ny.M DENGAN INFARK MIOKARD AKUT (IMA) DI RUANG
INTENSIF CARE UNIT (ICU) RSUD Dr. M. SOEWANDHIE SURABAYA” ini dapat selesai dengan baik.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian Makalah ini. Sedikit yang dapat kami sampaikan, diantara mereka adalah sebagai
berikut :
1. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan baik moril maupun materiil yang dapat
menjadikan suatu pendorong semangat bagi kami dalam menyelesaikan Makalah ini.
2. Dosen Prodi S1 Keperawatan Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Rs.islam Surabaya,
khususnya Dosen Mata Kuliah keperawatan GADAR .
3. Teman – teman Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Rs.Islam Surabaya yang telah
memberikan support dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik mengenai isi dalam pembahasan
maupun dari segi sistematika penulisannya. Untuk itu kami selalu mengharapkan suatu kritik dan
saran yang dapat menjadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian yang utama. Banyak pasien
yang mangalami kematian akibat penyakit jantung. Penanganan yang salah dan kurang cepat
serta cermat adalah salah satu penyebab kematian. Infark miokard akut merupakan penyebab
kematian utama bagi laki-laki dan perempuan di USA. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang
menderita infark miokard setiap tahunnya dan lebih dari 600 orang meninggal akibat
penyakit ini. Masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang rendah membuat mereka salah
untuk pengambilan keputusan penangan utama. Sehingga menyebabkan keterlambatan untuk
ditangani. Hal ini yang sering menyebabkan kematian. Berbagai penelitian standar terapi
trombolitik secara besar-besaran telah dipublikasikan untuk infark miokard akut (IMA)
dengan harapan memperoleh hasil optimal dalam reperfusi koroner maupun stabilisasi
koroner setelah iskemia.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan IMA ?
b. Apa saja Klasifikasi IMA?
c. Apa etiologi dari IMA ?
d. Jelaskan patofisiologi dari IMA ?
e. Jekaskan manifestasi klinis dari IMA?
f. Apa komplikasi dari IMA ?
g. Apa saja Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada IMA?
h. Bagaimana Penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada klien dengan IMA ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui :
a. Pengertian IMA
b. Klasifikasi IMA
c. Etiologi dari IMA
d. Patofisiologi dari IMA
e. Manifestasi klinis dari IMA
f. Komplikasi dari IMA
g. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada IMA
h. Penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada klien dengan IMA
D. Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan IMA sehingga menunjang pengetahuan dalam praktik keprofesian (Ners)
khususnya dalam gerbong Keperawatan Gawat Darurat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Brunner & Sudarth, 2002 infark miokardium mengacu pada proses rusaknya
jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang.
Sedangkan pengertian menurut Suyono, 1999 infark miokard akut atau sering juga
disebut akut miokard infark adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu.
Infark miokard adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.
Biasanya didasari oleh adanya aterosklerosis pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut
hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk
pada plaqus aterosklerosis yang tidak stabill (Soeparman, 1996:1098).
Infark miokardium merupakan blok total yang mendadak dari arteri koroner atau
besar atau pada cabang-cabangnya (Barbara C. Long, 1996:568).
Myocardial infark (MI, sumbatan koroner, thrombosis koroner atau serangan jantung)
merupakan sumbatan total pada arteri koronaria. Sumbatan ini mungkin kecil dan focal atau
besar dan difus. Pembuluh yang sering terkena adalah koronaris kiri, percabangan anterior
kiri dan arteri circumflex. Pembuluh yang tersumbat mungkin hanya satu, dua, atau tiga
pembuluh (Depkes, 1993:138).
Infark Miokard Akut (IMA) adalah kerusakan jaringan miokard akibat iskemia hebat
yang terjadi secara tiba-tiba. Tiga kriteria untuk menegakkan diagnosis IMA adalah adanya
nyeri dada khas infark, elevasi segmen ST pada EKG, dan kenaikan enzim creatine kinase
(CK), dan creatine kinase myocardial band (CKMB).
B. Klasifikasi IMA
Ada dua jenis infark miokardial yang saling berkaitan dengan morfologi, patogenisis, dan
penampakan klinis yang cukup berbeda. (Dasar Patologi Penyakit, 1999 : 319)
1. Infark Transmural
Infark yang mengenai seluruh tebal dinding ventrikel. Biasanya disebabkan oleh
aterosklerosis koroner yang parah, plak yang mendadak robek dan trombosis oklusif yang
superimposed.
2. Infark Subendokardial
Terbatas pada sepertiga sampai setengah bagian dalam dinding ventrikel yaitu daerah yang
secara normal mengalami penurunan perfusi.
C. Etiologi
Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor menurut Kasuari(2002) :
Faktor pembuluh darah :
Aterosklerosis
Spasme
Arteritis
Faktor sirkulasi :
Hipotensi
Stenosos aurta
Insufisiensi
Faktor darah :
Anemia
Hipoksemia
polisitemia
Curah jantung yang meningkat :
Aktifitas berlebihan
Emosi
Hypertiroidisme
Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
Kerusakan miocard
Hypertropimiocard
Hypertensi diastolic
Faktor predisposisi
Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
o Usia lebih dari 40 tahun
o Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah
menopause
o Hereditas
o Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
Faktor resiko yang dapat diubah :
o Mayor :
Hiperlipidemia
Hipertensi
Merokok
Diabetes
Obesitas
Diet tinggi lemak jenuh, kalori
o Minor:
Inaktifitas fisik
Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
Stress psikologis berlebihan.
D. Patifisiologi IMA
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik dan aritmia.
Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan
sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume)
dan peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25
mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal
jantung).
Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena daerah infark, tetapi juga
daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi,
khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung,
tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga
mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus
berkompensasi masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila
infark luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark
lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai
akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung
ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan
remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya
aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin tenang fungsi
jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang
tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi
akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku.
Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik
akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis
seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan
memperburuk faal hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau
jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa
refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom
juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia. Pasien IMA inferior umumnya mengalami
peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat,
sedangkan peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan
fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.
PATHWAY IMA
Pembekuan darah
Iskemik miokard
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG: Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis,
menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler dan konfigurasi
atau fungsi katup.
2. Laboratorium
Enzim Jantung: CKMB, LDH,
Elektrolit: Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
missal hipokalemi, hiperkalemi
Sel darah putih: Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2
setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi
Kecepatan sedimentasi: Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan
inflamasi.
GDA: Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
Kolesterol atau Trigliserida serum: Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis
sebagai penyebab AMI.
3. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma
ventrikuler.
Pemeriksaan pencitraan nuklir
o Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia misal
lokasi atau luasnya IMA
o Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
Pencitraan darah jantung (MUGA): Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus
dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah)
Angiografi koroner: Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.
Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI
kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
Digital subtraksion angiografi (PSA) Nuklear Magnetic Resonance (NMR):
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel,
lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
Tes stress olah raga: Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau
sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
G. Komplikas IMA
1. Gagal ginjal kongestif
Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium. Infark miokardium
mengganggu fungsi miokardium karena menyebabkan pengurangan kontraktilitas,
menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung
tersebut. Dengan berkurangnya kemampuan ventrikel kiri untukmengosongkan diri, maka
besar curah sekuncup berkurang sehingga volume sisa ventrikel meningkat. Akibatnya
tekanan jantung sebelah kiri meningkat. Kenaikkan tekanan ini disalurkan ke belakang ke
vena pulmonalis. Bila tekanan hidrostatik dalam kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik
vaskuler maka terjadi proses transudasi ke dalam ruang interstitial. Bila tekanan ini masih
meningkat lagi, terjadi udema paru-paru akibat perembesan cairan ke dalam alveolis sampai
terjadi gagal jantung kiri. Gagal jantung kiri dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan
akibat meningkatnya tekanan vaskuler paru-paru sehingga membebani ventrikel kanan.
2. Syok kardiogenik
Diakibatkan karena disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang masif,
biasanya mengenai lebif dari 40% ventrikel kiri. Timbul lingkaran setan hemodinamik
progresif hebat yang irreversibel, yaitu :
Penurunan perfusi perifer
Penurunan perfusi koroner
Peningkatan kongesti paru-paru
3. Disfungsi otot papilaris
Disfungsi iskemik atau rupture nekrosis otot papilaris akan mengganggu fungsi katub
mitralis, memungkinkan eversi daun katup ke dalam atrium selama sistolik. Inkompentensi
katub mengakibatkan aliran retrograd dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri dengan dua
akibat pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena
pulmonalis. Volume aliran regugitasi tergantung dari derajat gangguan pada otot papilari
bersangkutan.
4. Defek septum ventrikel
Nekrosis septum interventrikularis dapat menyebabkan ruptura dinding septum sehingga
terjadi depek septum ventrikel. Karena septum mendapatkan aliran darah ganda yaitu dari
arteri yang berjalan turun pada permukaan anterior dan posterior sulkus interventrikularis,
maka rupture septum menunjukkan adanya penyakit arteri koronaria yang cukup berat yang
mengenai lebih dari satu arteri. Rupture membentuk saluran keluar kedua dari ventrikel kiri.
Pada tiap kontraksi ventrikel maka aliran terpecah dua yaitu melalui aorta dan melalui defek
septum ventrikel. Karena tekanan jantung kiri lebih besar dari jantung kanan, maka darah
akan mengalami pirau melalui defek dari kiri ke kanan, dari daerah yang lebih besar
tekanannya menuju daerah yang lebih kecil tekanannya. Darah yang dapat dipindahakan ke
kanan jantung cukup besar jumlahnya sehingga jumlah darah yang dikeluarkan aorta menjadi
berkurang. Akibatnya curah jantung sangat berkurang disertai peningkatan kerja ventrikel
kanan dan kongesti.
5. Rupture jantung
Rupture dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi pada awal perjalanan infark
selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum pembentukkan parut. Dinding nekrotik
yang tipis pecah sehingga terjadi perdarahan masif ke dalam kantong perikardium yang relatif
tidak alastis tak dapat berkembang. Kantong perikardium yang terisi oleh darah menekan
jantung ini akan menimbulkan tanponade jantung. Tanponade jantung ini akan mengurangi
alir balik vena dan curah jantung.
6. Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi kasar yang
merupakan predisposisi pembentukkan trombus. Pecahan trombus mural intrakardia dapat
terlepas dan terjadi embolisasi sistemik. Daerah kedua yang mempunyai potensi membentuk
trombus adalah sistem vena sistenik. Embolisasi vena akan menyebabkan embolisme pada
paru-paru.
7. Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung berkontak dengan
perikardium menjadi besar sehingga merangsang permukaan perikardium dan menimbulkan
reaksi peradangan, kadang-kadang terjadi efusi perikardial atau penimbunan cairan antara
kedua lapisan.
8. Aritmia
Aritmia timbul aibat perubahan elektrofisiologis sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofiiologis ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel.
H. Penatalaksanaan
1) Pengobatan iskemia dan infark
Nitrogliserin
Terutama untuk dilatasi arteria dan vena perifer dengan memperlancar distribusi aliran
darah koroner menuju daerah yang mengalami iskemia meliputi; vasodilatasi pembuluh darah
kolateralis. Dilatasi vena akan meningkatkan kapasitas penambahan darah oleh vena
diperifer, akibatnya aliran balik vena ke jantung menurun sehingga memperkecil volume dan
ukuran ventrikel. Dengan demikian vasodilatasi perifer akan mengurangi beban awal
akibatnya kebutuhan oksigen pun akan berkurang.
Propranol (inderal)
Suatu penghambat beta adrenergik, menghambat perkembangan iskemia dengan
menghambat secara selektif pengaruh susunan saraf simpatis terhadap jantung. Pengaruh ini
disalurkan melalui reseptor beta. Rangsangan beta meningkatkan kecepatan denyut dan daya
kotraksi jantung . Proprenol menghambat pengaruh-pengarug ini, dengan demikian dapat
mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
Digitalis
Digitalis dapat meredakan angina yang menyertai gagal jantung dengan meningkatkan
daya kontraksi dan akibatnya akan meningkatnya curah sekuncup. Dengan meningkatnya
pengosongan ventrikel, maka ukuran ventrikel berkurang. Meskipun kebutuhan akan oksigen
meningkat akibat meningkatnya daya kontraksi, hasil akhir dari pengaruh digitalis terhadap
gagal jantung adalah menurunkan kebutuhan miokardium akan oksigen.
Diuretika
Mengurangi volume darah dan aliran balik vena ke jantung, dan dengan demikian
mengurangi ukuran dan volume ventrikel. Obat vasodilator dan antihipertensi dapat
mengurangi tekanan dan resistensi arteria terhadap ejeksi ventrikel, akibatnya beban akhir
menurun/berkurang. Sedativ dan antidepresan juga dapat mengurangi angina yang
ditimbulkan oleh stres atau depressi.
2). Pengobatan untuk mencegah komplikasi
Deteksi dini dan pencegahan sangat penting pada penderita infark. Dua kategori
komplikasi yang perlu diantisipasi yaitu; ketidakstabilan listrik atau aritmia dan
gangguan mekanis jantung atau kegagalan pompa. Segera dilakukan pemantauan
elektrokardiografi.
Prinsip-prisip penanganan aritmia :
o Mengurangi takikardi dengan perangsangan parasimpatis. Diperlukan abat-abat
anti aritmia. antara lain ; isoproterenal (isuprel)
o Escopa beats, akibat kegagalan nodus sinus, obat-obat yang diperlukan untuk
mempercepat pulihnya pacu jantung normal, yaitu nodus sinus, seperti :
lidokain(xylocaine) dan prokainamid.
o Terapi dari blok jantung ditujukan untuk memulihkan atau merangsang hantaran
normal. Diperlukan obat-obat yang mempercepat hantaran dan denyut jantung,
antara lain : atropin, atau isoproterenal (isuprel) atau dengan pacu listrik (pace
maker).
I. Prognosis
Kelangsungan hidup kedua pasien STEMI dan NSTEMI selama enam bulan setelah serangan
jantung hampir tidak berbeda. Hasil jangka panjang yang ditingkatkan dengan kepatuhan
hati-hati terhadap terapi medis lanjutan, dan ini penting bahwa semua pasien yang menderita
serangan jantung secara teratur dan terus malakukan terapi jangka panjang dengan obat-
obatan seperti:
1. ASPIRIN
2. clopidrogel
3. statin (cholesterol lowering) drugs
4. beta blockers (obat-obat yang memperlambat denyut jantung dan melindungi otot
jantung)
5. ACE inhibitors (obat yang meningkatkan fungsi miokard dan aliran darah)
Kerusakan pada otot jantung tidak selalu bermanifestasi sebagai rasa sakit dada yang
khas, biasanya berhubungan dengan serangan jantung. Bahkan jika penampilan karakteristik
EKG ST elevasi tidak dilihat, serangan jantung mengakibatkan kerusakan otot jantung,
sehingga cara terbaik untuk menangani serangan jantung adalah untuk mencegah mereka.
Asuhan keperawatan pada klien dengan IMA
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dalam proses keperawatan dalam mengumpulkan data
yang akurat dan sistematis membantu dalam penentuan status kesehatan dan pola pertahanan
tubuh pasien, mengidentifikasi kesehatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa
keperawatan (lismidar, 1993)
Pengumpulan data
1) Anamnesa
Nama, alamat, umur >40tahun, jenis kelamin pada laki-laki lebih tinggi dari pada wanita,
pekerjaan, agama, suku, bangsa ras pada kulit hitam , status penderita, tanggal dan jam
masuk di Rumah Sakit, diagnosa medis, No. register, serta tempat tanggal lahir.
2) Keluhan utama
Nyeri dada seperti diremas-remas atau tertekan
3) Riwayat kesehatan sekarang
Adanya keluhan sesak nafas, batuk, anureksia, mual muntah, nyeri hebat selama 30
menit, dan mejalar menjalar ke lengan (umumnya ke kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke
punggung dan epigastrium.
4) Riwayat kesehatan yang lalu
Adanya riwayat penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi, penyakit jantung koroner,
DM dan lain-lain.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti DM, Hipertensi atau lainnya
yang berhubungan dengan penyakit pasien.
6) Riwayat psikososial
Perasaan terpisah dengan keluarga dan kebiasaan pasien sebelum masuk rumah sakit.
7) Pola-Pola fungsi kesehatan
(1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Bagaimana persepsi klien tentang kesehatan, berapa kali sehari bila mandi, dan pada
klien infark miokard akut didapatkan klien suka mengkonsumsi makanan yang
berkolesterol, apakah klien merokok, berapa batang rokok yang dihisap setiap hari
dan apakah klien mengkonsumsi minuman keras
(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Berapa kali klien makan dalam sehari, komposisi apa saja dan minum berapa gelas
sehari, pada klien infark miokard akut didapatkan mual dan mutah)
(3) Pola Aktivitas
Klien dapat mengalami gangguan aktivitas akibat dari nyeri yang sangat hebat.
(4) Pola Eliminasi
Berapa kali klien buang air besar dan buang air kecil sehari, bagaimna konsistensinya
serta apakah ada kesulitan.
(5) Pola Tidur dan Istirah
Adanya nyeri dada hebat disertai mual, muntah, sesak sehingga klien mengalami
ganguan tidur.
(6) Pola Sensori dan Kognitif
Klien mengerti atau tidak akan penyakitnya .
(7) Pola Persepsi Diri
Klien mengalami cemas, kelemahan, kelelahan, putus asa serta terjadi gangguan
konsep diri.
(8) Pola Hubungan dan Peran
Adanya perubahan kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan dan peran
serta mengalami hambatan dalam menjalankan perannya dalam kehidupan sehari-hari
(9) Pola repruduksi dan seksual
Klien mempunyai anak berapa serta berapa kali klien melakukan hubungan seksual
dalam seminggu.
(10) Pola penanggulangan stres
Apakah ada katidak efektifan mengatasi masalah.
(11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Kepercayaan atau agama yang dianut klien serta ketaatan dalam menjalankan
ibadah.
8) Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing)
Inspeksi: sesak nafas +, retraksi intercostae +, pernafasan cuping hidung +, terpasang
alat bantu nafas, RR > 20 x/menit
Auskultasi: terdapat suara tambahan, ronchi +, wheezing +, crackles +,
B2 (Blood)
Inspeksi: sianosis +, pucat +, edema perifer +
Palpasi: vena jugular amplitudonya meningkat, CRT > 2 detik, nadi biasanya takikardi
Auskultasi: sistolik murmur, suara jantung S3 dan S4 galop.
B3 (Brain)
Kesadaran biasanya masih baik
B4 (Bladder)
Biasanya urin output menurun, warna kuning pekat, terpasang cateter, frekuensi
berkemih turun, dan terjadi edema perifer
B5 (Bowel)
Biasanya terjadi konstipasi, nafsu makan menurun, bising usus menurun, perut
biasanya kembung, palpasi di hati lembek.
B6 ( Bone)
Penurunan ADL, bed rest total, kelemahan otot, nyeri positif.
3. Intervensi keperawatan
N DIAGNOSA
INTERVENSI RASIONAL
o KEPERAWATAN
1. Nyeri akut 1. Pantau atau catat 1. Kebanyakan px dengan IM akut
berhubungan dengan karakteristik nyeri, catat tampak sakit. Pernapasan
iskemia jaringan laporan verbal, petunjuk mungkin meningkat senagai
sekunder terhadap nonverbal, dan respon akibat nyeri dan berhubungan
sumbatan arteri hemodinamik (meringis, dengan cemas, sementara
koroner menangis, gelisah, hilangnya stres menimbulkan
berkeringat, mencengkeram katekolamin akan meningkatkan
dada, napas cepat, kecepatan jantung dan TD.
TD/frekwensi jantung
berubah).
2. Ambil gambaran lengkap
2. Nyeri sebagai pengalaman
terhadap nyeri dari pasien
subjektif dan harus digambarkan
termasuk lokasi, intensitas
oleh px. Bantu px untuk menilai
(0-10), lamanya, kualitas
nyeri dengan membandingkannya
(dangkal/menyebar), dan
dengan pengalaman yang lain.
penyebarannya.
3. Observasi ulang riwayat 3. Dapat membandingkan nyeri
angina sebelumnya, nyeri yang ada dari pola sebelumnya,.
menyerupai angina, atau
nyeri IM. Diskusikan
riwayat keluarga.
4. Penundaan pelaporan nyeri
4. Anjurkan pasien untuk
menghambat peredaran
melaporkan nyeri dengan
nyeri/memerlukan peningkatan
Berikan lingkungan yang
dosis obat.
tenang, aktivitas perlahan,
dan tindakan nyaman 5. Menurunkan rangsang eksternal
5. Bantu melakukan teknik
dimana ansietas dan regangan
relaksasi, mis,, napas
jantung serta keterbatasan
dalam/perlahan, perilaku
kemampuan koping
distraksi, visualisasi,
6. Meningkatkan jumlah oksigen
bimbingan imajinasi.
6. Kolaborasi : yang ada untuk pemakaian
Berikan oksigen tambahan
miokardia dan juga mengurangi
dengan kanula nasal atau
ketidaknyamanan sehubungan
masker sesuai indikasi.
dengan iskemia jaringan.
7. Berikan obat sesuai
7. Nitrat berguna untuk kontrol nyeri
indikasi, contoh:
dengan efek fasodilatasi koroner,
Antiangina, seperti
yang meningkatkan aliran darah
nitrogliserin (Nitro-Bid,
koroner dan perfusi miokardia.
Nitrostat, Nitro-Dur).
1.
2.
anoreksia, penurunan/tak
ada bising usus,
mual/muntah, distensi 7. Penurunan pemasukan/mual
DAFTAR PUSTAKA
5.Bowel (B5)
- distensi (+)
- NGT (+) , keluar cairan kemerahan sebanyak 10 cc
- Bising usus 8 x/ menit
- tidak teraba massa
- Asites (-)
6. Bone (B6)
- kemampuan sendi terbatas
- Oedema tungkai ( - )
- parese (-)
- hemiparese (-)
- infuse asering 7 TPM tangan kiri
- Dopamin Pump Tangan kiri 10 meq/kgBB/mnt
BGA
3. EKG
Atrial fibrillation, ventrivular premature complex, ST dan T abnormal, consider recens
, inferior miocard or pericardial demage, ST depression , kesimpulan abnormal EKG
4. Therapy
- Inf Ringer Asetat 500 cc/24jam ( 7 TPM)
- Inj Omeprazol : 1x40 mg
- Inj Ceftizoxime 3x 1gr
- Inj Lovenox 2x0,6 cc (SC)
- Inj Antrain 3x1 k/p suhu > 38 C
Oral :
- Atorvastatin 2 mg 0-0-1 (PC)
- Alprazolam 0,5 mg 0-0-1 (PC)
- ASA 100 mg 1-0-0 (PC)
- CPG : 75 mg 1-0-0 (PC)
Pump :
- Dopamin pump 3 Meq/kgBB/mnt
- Furosemid 1 mg/jam (stop)
ANALISA DATA
Nama px : Ny. M
Umur : 56 tahun
NO Data (DS/DO) Masalah Etiologi
1 Ds : - Gg. pola nafas Iskemik miocard
Do: bunyi nafas ireguler, ronchi
Kontraktilitas
+/+ , terpasang masker ketat
jantung menurun
tersambung ventilator 5 (CMV),
CO2 dan saturasi
100 % VT : 500. FiO2 : 100, FreQ
O2 menurun
: 14, PEEP : 12 , RR : 42 x /mnt,
Dispneu
SPO2 : 85, foto thorak : pneumoni
2 Ds : - Gangguan perfusi Iskemik miocard
Do : perfusi DLP, nadi perifer jaringan
Kontraktilitas
lemah, suara jantung S3, CRT >2
jantung menurun
detik, TD : 77/51 mmhg, N :
CO2 dan saturasi
70X/mnt, RR : 42 x/mnt , pasien
O2 menurun
coma , GCS 111, produksi urin
Produksi urine: Hipotensi ortostatik
jam 09.00 sebanyak 110 cc
jam 12.00 sebanyak 20 cc
jam 15.00 sebanyak 0 cc
jam 18.00 sebanyak 0 cc
jam 21.00 sebanyak 0 cc
RENCANA TINDAKAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
NO TINDAKAN KEPERAWATAN
Dx 1 dan Jm. 07.00 mengobservasi TTV
Dx 2 r/ TD : 70/51, N : 70, RR : 42 x/mnt
5/12/2012 jm. 07.10 memberikan therapy O2
r/ pasien mendapatkan O2 masker ketat
jm. 07.30 mengkolaborasikan pemberian obat diuretic
r/ awalnya pasien mendapatkan furosemid , tapi dikarenakan tensi <100
furosemid stop
jm. 08.00 memberikan posisi syok
r/ kaki lbh tinggi dari jantung
jm 08.00 kolaborasi pemberian obat adrenalin
r/ dopamine pump 2 meq/ kg BB/mnt
jm 08.20 memonitoring EKG
r/ sinus takikardi HR : 40 X/mnt
jm. 09.00 memonitoring tanda tanda sianosis
r/ nadi perifer lemah CRT> 2 detik
jm 09.00 memantau balance cairan
r/ 60 – 110 = - 50 cc
jm 09.30 dilakukan pemasangan ETT
r/ ventilator 5 (CMV), 100 % VT : 500. FiO2 : 100, FreQ : 14, PEEP :
12 , RR : 42 x /mnt, SPO2 : 85
jm 10.00 injeksi miloz 3mg, SA 2 ampul, morfin 2 mg
jm 12.00 balance cairan
r/ 110 – 20 = + 90 cc
jm 13.00 observasi TTV
r/ Td: 90/50 N: 80
jm 21.00 observasi TTV
r/ Td:70/50 N:40 pasien cardict arest dilakukan RJPO dan pemberian
obat adrenalin
jm 21.30 pasien meninggal dunia
CATATAN PERKEMBANGAN
No CATATAN PERKEMBANGAN
Dx 1 S= -
14.00 O = bunyi nafas ireguler , ronchi +/+, terpasang masker ketat tersambung
dengan ventilator S(CMV) 100 % , VT =500 , fiO2= 100 %, FreQ= 14
PEEP= 12, RR= 42x /mnt , SPO2 = 85 , Foto thorax= pneumoni
A = masalah belum teratasi
P = intervensi di lanjutkan
Dx 2 S= -
14.00 O= perfusi DLP, nadi periver lemah, Td; 70/51 , n: 70x/mnt , RR= 42x/mnt,
pasien coma, GCS = 111 cairan masuk = 930 cc, cairan keluar = 1010 cc ,
CRT : >2detik , suara jantung S3
A= maslah belum teratasi
P= intervensi dilanjutkan
EVALUASI
No EVALUASI
Dx1 S= -
22.00 O = bunyi nafas ireguler , ronchi +/+, terpasang masker ketat, tersambung
dengan ventilator S(CMV) 100 % , VT =500 , fiO2= 100 %, FreQ= 14 PEEP=
12, RR= 42x /mnt , SPO2 = 85 , Foto thorax= pneumoni,
Balance cairan : cairan masuk - cairan keluar =1050-340 =+710 cc
A = masalah belum teratasi
P = intervensi dihentikan pasien meninggal
Dx 2 S= -
22.00 O= perfusi DLP, nadi periver lemah, Td; 70/51 , n: 70x/mnt , RR= 42x/mnt,
pasien coma, GCS = 111, CRT : >2detik , suara jantung tambahan S3
Balance cairan : cairan masuk - cairan keluar =1050-340 =+710 cc
A= maslah belum teratasi
P= intervensi dihentikan pasien meninggal