Disusun Oleh:
H. SUMARNA,S.Sos.,M.A.P
NDH : 43
Penulis,
i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. i
DAFTAR TABEL ………………………………………………..………………. iii
DAFTAR GAMBAR ……………….…………………………………….……………. iv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………….………………………………………. vi
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
KESEPAKATAN AREA PERUBAHAN PESERTA DIKLAT PIM TINGKAT II
Disusun Oleh:
H. SUMARNA,S.Sos.,M.A.P
NDH :
2015
1
KESEPAKATAN AREA PERUBAHAN
PESERTA DIKLATPIM TINGKAT II
1. Judul:
“Strategi Peningkatan Konsumsi Ikan di Kabupaten Subang dengan Tekno;ogi
Pengolahan Produk Bahan Baku Ikan.”
2
Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya dibidang kelautan dan perikanan, Dinas
Kelautan dan Perikanan mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kelautan dan perikanan
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
kelautan dan perikanan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bupati
3. Pembinaan dan pelaksanaan kegiatan di bidang kelautan dan perikanan
4. Pengelolaan administrasi umum, meliputi urusan umum, urusan keuangan,
urusan kepegawaian dan perlengkapan dinas.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud di atas, maka Dinas
Kelautan dan Perikanan mempunyai kewenangan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir
Termasuk Sumberdaya Alam di Wilayah Laut Kewenangan Kabupaten/Kota
2. Pelaksanaan Pengawasan dan Penegakan Hukum di Wilayah Laut
Kewenangan Kabupaten dan Pemberian Informasi Apabila Terjadi
Pelanggaran di Luar Batas Kewenangan Kabupaten.
3. Pelaksanaan dan Koordinasi Perijinan Terpadu Pengelolaan dan
Pemanfaatan Wilayah Laut.
4. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir di Wilayah Kewenangan Kabupaten.
5. Pelaksanaan pencegahan pencemaran dan kerusakan Sumber Daya Ikan
Serta Lingkungannya.
6. Pelaksanaan Eksplorasi, Eksploitasi, konservasi dan Pengelolaan Kekayaan
Perairan Danau, Sungai, Rawa dan Wilayah Perairan Lainnya di Wilayah
Kabupaten.
7. Rehabilitasi Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Yang Mengalami
Kerusakan (Kawasan Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang).
8. Pengelolaan dan Pemanfaatan Perikanan di Wilayah Laut Kewenangan
Kabupaten.
9. Pelaksanaan Kebijakan Pemberdayaan Nelayan Kecil.
10. Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pelelangan di Tempat Pelelangan Ikan
(TPI).
11. Pelaksanaan Kebijakan Pembudidayaan Ikan dan Perlindungannya.
12. Pelaksanaan Kebijakan Mutu Benih/Induk Ikan.
13. Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Penggunaan Sarana dan Prasarana
Pembudidayaan Ikan.
14. Pengawasan Perbenihan, Pembudidayaan ikan dan System Pengendalian
Hama dan Penyakit Ikan.
3
15. Pelaksanaan Kebijakan, Pembangunan dan Pengelolaan Balai Benih Ikan Air
Tawar, Air Payau dan Laut.
16. Pelaksanaan Kebijakan Pengolahan Hasil Perikanan dan Pemasarannya.
17. Pembangunan, Perawatan dan Pengelolaan Pasar Ikan
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Subang Nomor 7 Tahun 2008, tanggal 13 Juni 2008 tentang Susunan Organisasi
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang adalah sebagai berikut :
Kepala Dinas
I. Sekretaris Dinas
1. Sub Bagian Keuangan
2. Sub Bagian Kepegawaian
3. Sub Bagian Umum
II. Bidang Perikanan Budidaya
1. Seksi Perikanan Air Tawar
2. Seksi Perikanan Air Payau
3. Seksi Pengendalian Perikanan Air Tawar dan Payau
III. Bidang Kelautan dan Perikanan Tangkap
1. Seksi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Perikanan Tangkap
2. Seksi Pengembangan Perikanan Tangkap
3. Seksi Pengendalian dan Perlindungan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Tangkap
IV. Bidang Bina Usaha
1. Seksi Perijinan dan Kelembagaan
2. Seksi Pemasaran, Permodalan dan Investasi
3. Seksi Usaha dan Pengolahan Hasil
V. Bidang Program
1. Seksi Identifikasi dan Perumusan Program
2. Seksi Data dan Informasi
3. Seksi Evaluasi dan Pelaporan
VI. Kelompok Jabatan Fungsional
1. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah
2. Latar Belakang.
Ikan, baik ikan segar maupun ikan olahan memiliki kandungan gizi sangat tinggi, yakni
rendah kolesterol, tinggi asam lemak tak jenuh ganda omega-3 dan relatif lebih tinggi
4
kuantitas dan mutu protein (kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahan untuk
dicerna) daripada bahan pangan sumber protein lainnya. Oleh karena itu, ikan dengan
segala keunggulan gizi yang dimiliki dapat dijadikan sebagai sumber pangan masa
depan yang mempunyai banyak manfaat untuk pertumbuhan.
Terkait dengan hal tersebut, Indonesia sangat berpeluang untuk menjadikan ikan
sebagai sumber protein utama guna meningkatkan gizi masyarakat, karena memiliki
potensi ikan melimpah.
Namun besarnya potensi tersebut tidak diikuti dengan tingkat konsumsi ikan dalam
negeri yang tinggi pula. Menurut Direktorat Pemasaran Dalam Negeri/PDN (2014),
penyediaan ikan untuk konsumsi di Indonesia pada tahun 2014 adalah 40,95 kg/kapita
dengan tingkat konsumsi ikan 38 kg/kapita. Tingkat konsumsi ini masih di ba-wah tingkat
konsumsi ikan di beberapa negara, di antaranya Jepang (140 kg/kapita), Korea Selatan
(115 kg/kapita), Amerika Serikat (110 kg/kapita), Singapura (110 kg/kapita), Hongkong
(115 kg/ kapita), Malaysia (70 kg/kapita), dan Thailand (75 kg/kapita). Kabupaten
Subang sendiri sebagai daerah penghasil ikan, baik ikan air tawar maupun ikan laut,
yakni 31,51 kg/kapita pada tahun 2014 dan masih dibawah target daerah yaitu 32,52
kg/kapita.
Rendahnya tingkat konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia, disebabkan oleh
dua hal yang terkait dengan lemahnya sisi ketersediaan (supply) dan rendahnya tingkat
permintaan (demand). Pada sisi ketersediaan, rendahnya konsumsi ikan masyarakat
Indonesia disebabkan kurang meratanya suplai ikan bermutu, kurangnya sarana
prasarana penjualan, distribusi ikan yang baik dan higienis, yang mampu menjangkau
seluruh penjuru daerah dan adanya produk substitusi ikan. Sementara pada sisi
permintaan, banyak faktor diduga berperan dalam pembentukan budaya makan ikan
yang masih rendah di Indonesia sampai saat ini, di antaranya:
1. Ketersediaan ikan segar yang rendah di pasaran,
2. Perilaku dan budaya tabu makan ikan dalam komunitas masyarakat tertentu,
Pengetahuan gizi di kalangan ibu yang masih rendah,
3. Harga ikan dan produknya yang relatif lebih mahal daripada yang lainnya, serta
daya beli masyarakat yang rendah,
4. Rendahnya ragam jenis ikan dan produk diversifikasi olahan hasil perikanan dan
penguasaan teknologi yang masih minim,
5. Masalah prestise dan preferensi di kalangan masyarakat tertentu yang
menganggap bahwa produk ikan merupakan bahan pangan inferior,
6. Ketakutan akan terkontaminasi logam-logam berat dari perairan tercemar. Dalam
hal ini perilaku, persepsi dan preferensi konsumen menjadi penting untuk
diketahui.
5
Kabupaten Subang memiliki luas wilayah sebesar 205.176,95 ha dan memiliki panjang
pantai sebesar 68,0 km dengan budaya pesisir yang kuat dan budaya petani ikan yang
mengakar sejak lama sehingga Kabupaten Subang mempunyai potensi perikanan yang
sangat layak untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat pada sumbangan subsektor
perikanan terhadap PDRB Kabupaten Subang menurut sektor pertanian sebesar 6,84 %
atau 1,95% dari total PDRB Kab. Subang pada tahun 2012 (Tabel 1.1). Besarnya
potensi yang ada memerlukan suatu strategi yang tepat agar potensi tersebut dapat
diwujudkan dan dikembangkan sehingga dapat memberikan kesejahteraan kepada
masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Subang.
TABEL 1.1
PDRB ATAS HARGA KONSTAN 2009 – 2012 (jutaan Rupiah)
LAPANGAN
No. 2009 2010 2011 2012
USAHA
Rp % Rp % Rp % Rp %
I. PERTANIAN 2.123.043,38 30,04 2.175.005,12 29,50 2.261.781,26 29,37 2.290.944,79 28,46
Tanaman dan
1.1 1.433.507,09 20,29 1.474.444,75 20,00 1.550.195,57 20,13 1.573.771,99 19,55
Bahan Makanan
Tanamana
1.2 82.326,02 1,17 82.973.,58 1,13 83.986,77 1,09 84.825,99 1,05
Perkebunan
Peternakan &
1.3 444.884,42 6,30 452.498,79 6,14 460.400,92 5,98 462.514,61 5,75
Hasil2nya
1.4 Kehutanan 12.456,45 0,18 12.633,58 0,17 12.809,18 0,17 13.111,86 0,16
1.5 Perikanan 149.869,42 2,12 152.454,42 2,07 154.388,81 2,00 156.720,34 1,95
Sumber : Subang Dalam Angka 2013
Strategi yang dapat dilakukan dapat dibagi menjadi tiga kelompok karakteristik strategi,
adalah:
1. Strategi peningkatan produksi;
2. Strategi pengembangan dan peningkatan hasil olahan perikanan;
3. Strategi pengembangan permintaan hasil produksi perikanan.
Strategi tersebut dapat diperinci dalam strategi-strategi yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten Subang melalui Dinas Kelautan dan Perikanan yaitu:
1. Melaksanakan promosi potensi kelautan dan perikanan Kabupaten Subang
2. Membuka lapangan usaha baru dibidang kelautan dan perikanan
3. Meningkatkan kampanye/sosialisasi gerakan makan ikan
4. Mengadakan kerjasama dengan pihak perguruan tinggi dan atau swasta untuk
transfer teknologi bidang kelautan dan perikanan
5. Perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana dibidang kelautan dan
perikanan
6
6. Adanya suatu usaha perlindungan bagi sumberdaya perikanan yang semakin
punah
7. Meningkatkan sistem informasi pemasaran
8. Meningkatkan pengelolaan budidaya perikanan
9. Mengadakan kaji terap teknologi kelautan dan perikanan
10. Mencari pakan alternatif untuk menekan biaya produksi yang tinggi
11. Menjaga kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan
Strategi yang selama ini telah dijalankan telah berhasil menaikkan produksi perikanan di
Kabupaten Subang dengan terus meningkatnya produksi perikanan di Kabupaten Subang
(Tabel 1.2). Tapi hal ini masih dapat ditingkatkan melihat potensi pengolah ikan yang
membutuhkan hasil produksi perikanan sebagai bahan baku. Pada akhirnya, pengolah hasil
perikanan juga membutuhkan demand atau permintaan dari pasar yang dapat ditingkatkan
dengan suatu gerakan kampanye atau sosialisasi gemar makan ikan.
Tabel 1.2
Pertumbuhan Produksi Perikanan
JUMLAH PRODUKSI ( TON )
No. Kegiatan Usaha Tahun Tahun Tahun Tahun
Tahun Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Penangkapan
- Laut 18.240,93 18.243,58 18.243,83 18.324,03 18.847,62 18.912,034
- Perairan Umum 535,6 542,89 451,87 396,88 374,67 359,261
Jumlah 1 18.776,53 18.786,47 18.695,70 18.720,91 18.713,31 19.271,30
2 Budidaya
- Tambak 12.885,72 13.610 14.563,04 18.754,64 28.541,31 28.756,93
- Kolam Air 6.256,97 14.103,74 14.187,98 11.624,31 9.276 9.291,81
Tenang
- Sawah 1.168,87 182,83 177,59 51,19 5 3
- Kolam Air Deras 2.873,00 4.708,19 4.867,12 5.138,26 8.258,84 8.297,46
- Budidaya Laut 440 85 88,00 72 36 -
- Karamba 4,58 7 0,11
7
3. Identifikasi Kondisi Organisasi
Identifikasi Permasalahan Sektor Kelautan dan Perikanan
1. Permasalahan Sumber Daya Manusia
2. Permasalahan Sumber Daya Ikan
3. Permasalahan Teknologi Yang Digunakan
4. Permasalahan Sarana dan Prasarana
berdasarkan Visi Pemerintah Kabupaten Subang, maka dIuraikan kedalam Misi yang terdiri
dari :
Hubungan/keterkaitan antara misi dengan tugas pokok dan fungsi setiap dinas/SKPD dalam
konteks pelayanan kelautan dan perikanan adalah pada misi yang ketiga yaitu mewujudkan
Ekonomi Mandiri Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Keungguan daerah.
8
Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan Untuk
Kesejahteraan Masyarakat
2. Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
Arahan Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan dikaitkan dengan tugas pokok
dan fungsi SKPD/Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang :
1. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan
2. Mengoptimalkan Pembangunan Kelautan dan Perikanan
1. Masyarakat Perikanan dan Kelautan Jawa Barat Yang maju dan Sejahtera
2. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
3. Meningkatkan Usaha dan Nilai Tambah Produk Perikanan dan Kelautan
4. Meningkatkan Pengelolaan, Pengawasan, Pengendalian dan Pelestarian
Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
Keterkaitan Visi, misi Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, dengan Tugas
pokok dan fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang
9
10. Mencari pakan Alternatif Untuk Menekan Biaya Produksi Yang Tinggi
11. Menjaga Kelestarian Sumber Daya Perikanan
12
c. Sekretaris Dinas, Kepala Bidang, Kepala Seksi, Kepala UPTD, dan Pelaksana
di Lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Subang.
d. KUD Mina, Kelompok Nelayan, dan Kelompok Petani Ikan
2. Defenders memiliki kepentingan pribadi & dapat menyuarakan dukungannya dlm
komunitas, tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi Proyek Perubahan
a. Wakil Bupati Kab. Subang ( Ibu Hj. Imas Aryumningsih, S)
b. Sekretaris Daerah Kab. Subang ( Bpk. Drs. H. Maman Abdurrahman, M.Si)
c. Kepala Bappeda Kab. Subang
3. Latents tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam Proyek
Perubahan, tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi Proyek
Perubahan Upaya jika mereka menjadi tertarik
a. Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
b. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pemasaran
c. Kepala Bagian Ekonomi Setda Kab. Subang
4. Apathetics kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan, bahkan mungkin
tidak mengetahui adanya Upaya
ATASAN LANGSUNG
COACH
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak potensi dari sektor agribisnis yang dapat dijadikan tonggak
pembangunan nasional. Salah satu sektor agribisnis yang memiliki potensi yang cukup besar
yaitu sektor perikanan. Dilihat dari sisi geografis, luas perairan Indonesia lebih luas dari
daratannya, sehingga sektor perikanan sangat strategis untuk dapat dikembangkan sebagai
penggerak ekonomi nasional. Potensi yang cukup besar yang tersimpan didalam lingkungan
perairan Indonesia, sudah seharusnya mampu dimanfaatkan oleh pemerintah. Kementerian
Kelautan dan Perikanan mencanangkan peningkatan target produksi dari sektor perikanan
budidaya sebesar 353 persen. Konsep peningkatan produktifitas perikanan Indonesia pun
terdapat dalam program kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan saat ini dengan
mencanangkan konsep industrialisasi perikanan di berbagai sentra produksi perikanan. Salah
satu kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. 32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan dengan
tujuan tercapainya peningkatan produksi untuk 10 komoditas unggulan perikanan budidaya
antara lain rumput laut, udang, kakap, kerapu, bandeng, mas, nila, patin, lele dan gurame.
Data SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) – BPS menunjukkan bahwa sumbangan
protein ikan terhadap konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia mencapai 57%. Ini
terjadi seiring dengan kecenderungan pergeseran konsumen dalam pemenuhan kebutuhan
protein hewani dari red meat kepada white meat. Mutu protein pada bahan pangan ditentukan
oleh tinggi-rendahnya asam amino esensial yang dikandungnya. Dan protein ikan memiliki
keunggulan dibandingkan dengan sumber protein lainnya yaitu kelengkapan komposisi asam
amino dan kemudahannya untuk dicerna tubuh. Disamping itu, kandungan gizi ikan yang kaya
omega 3 juga menyumbang terhadap peningkatan kecerdasan masyarakat Indonesia.
Sedangkan konsumsi ikan per kapita di Kabupaten Subang dari tahun 2013 – 2014
mengalami peningkatan walaupun secara prosentase menunjukkan bahwa
Perkembangan PDRB dan Income Per Kapita di Kabupaten Subang dari tahun
2013 – 2014 mengalami peningkatan yang sangat signifikan dimana ini
membuktikan bahwa dari sektor perikanan mulai tumbuh menjadi sektor andalan
di Kabupaten Subang. Data selengkapnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Data Perkembangan PDRB dan Income Per Kapita
Perkembangan PDRB dan Income Per Kapita (Rp)
Uraian
Tahun 2013 Tahun 2014 Kenaikan (%)
PDRB 96.975.099 318.425.080 228,3
Income / Kapita 18.329 39.627,70 116,2
Dari data-data di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sektor perikanan
mengalami pergeseran dari sektor sekunder menjadi sektor primer penyokong
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Subang. Oleh karena ini, perlu adanya suatu
strategi dan kebijakan yang tepat agar sektor perikanan, baik perikanan tangkap
maupun perikanan budidaya, dapat terus tumbuh dan berkembang. Peningkatan
pertumbuhan produksi tetap harus didukung oleh peningkatan konsumsi ikan agar
stabilitas antara supply dan demand tetap terjaga dengan baik sehingga sektor
perikanan menjadi sektor primadona di Kabupaten Subang.
Dari hasil benchmarking Diklatpim II yang dilaksanakan di Thailand dapat diambil
pembelajaran yang patut dicontoh, antara lain:
1. Pelatihan dan pengembangan teknologi perikanan baik untuk para nelayan,
petani ikan, maupun pelaku industri perikanan agar dapat memiliki daya saing.
2. Ketersediaan pasar dan regulasi pemerintah yang melindungi industri perikanan.
3. Pengembangan pusat-pusat (clusters) berbasis perikanan baik perikanan
budidaya maupun perikanan tangkap.
4. Pengembangan dan perkuatan dalam industri kapal, khususnya kapal nelayan.
C. Ruang Lingkup
D. Kriteria Keberhasilan
1. Indikator Keberhasilan
a. Terlaksananya Bimbingan Teknis Pengembangan Industri Tepung Ikan.
b. Terlaksananya Penyuluhan Pengembangan Usaha Perikanan Berbasis
Kerakyatan
c. Terlaksananya Pelatihan Budidaya Ikan Mas dan Nila
d. Terlaksananya Pelatihan Teknis Usaha Perikanan
e. Terlaksananya Sosialisasi Budidaya Ikan Jaring Terapung di Perairan
Umum
f. Terlaksananya Penyerahan bantuan Jaring Insang (Gill Net) dan Jaring
Udang (Trimmel Net) Untuk Masyarakat Nelayan
g. Terlaksananya Penyerahan Benih Ikan Untuk Dilepaskan di Perairan
Terbuka (restocking)
h. Penyerahan Bantuan Benih dan Bibit Ikan Kualitas Unggul Bagi Petani Ikan
i. Terlaksananya Pemberian Bantuan Alat Pengolahan Makanan Berbahan
Ikan dan Alat Pemasaran
Secara garis besar, aksi perubahan yang dilaksanakan dapat dilihat pada alur pikIr atau frame
work dibawah ini,
RENSTRA DINAS
VISI-MISI DINAS
TUPOKSI DINAS
DASAR HUKUM
GEJALA
PERMASALAHAN
(GAP)
ALTERNATIF
PRIORITAS
PERMASALAHAN (
AREA PERUBAHAN)
SOLUSI
HASIL PERUBAHAN MANFAAT
BENCHMARKING (INOVASI)
JANGKA PENDEK
IMPLEMENTASI
JANGKA MENENGAH
JANGKA PANJANG
a. Maksud penyusunan petunjuk teknis adalah sebagai acuan atau panduan bagi Dinas
Kelautan dan Perikanan dalam penyusunan, penetapan, dan penerapan Standar
Pelayanan.
c. Sasaran petunjuk teknis ini adalah agar Dinas Kelautan dan Perikanan mampu
menyusun, menetapkan, dan menerapkan Standar Pelayanan dengan baik dan
konsisten.
d) Akuntabel. Hal-hal yang diatur dalam Standar Pelayanan harus dapat dilaksanakan
dan dipertanggungjawabkan secara konsisten kepada pihak yang berkepentingan.
f) Transparansi. Standar Pelayanan harus dapat dengan mudah diakses dan diketahui
oleh seluruh masyarakat.
g) Keadilan. Standar pelayanan harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan dapat
menjangkau semua masyarakat yang berbeda status ekonomi, jarak lokasi geografis,
dan perbedaan kapabilitas fisik dan mental.
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna | 14
ii. Buku Panduan Pembuatan SOP di Dinas Kelautan dan Perikanan
i. Monitoring
Tahap monitoring merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proyek perubahan
ini. Hal ini disebabkan karena stakeholders yang terlibat tidak hanya dari dalam Dinas
Kelautan dan Perikanan itu sendiri, tapi juga melibatkan stakeholders dari luar Dinas
Kelautan dan Perikanan yaitu dari pengurus KUD, pengusaha yang bergerak di bidang
perikanan, nelayan, dan petani ikan dengan melibatkan sumberdaya material yang tidak
sedikit. Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus terlaporkan dengan baik dari mulai
tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi sehingga dapat diambil
langkah-langkah selanjutnya.
ii. Evaluasi
Mengadakan suatu evaluasi dari setiap kegiatan harus dilakukan agar setiap
perkembangan dapat terlaksana dengan baik karena setiap kesalahan dan capaian yang
tidak sesuai target dapat terdeteksi sejak awal dan dapat segera dilakukan perbaikan
sedini mungkin. Dengan demikian capaian sasaran sesuai target yang direncanakan
dapat tercapai dengan baik.
1. BUPATI
2. SEKDA
3. ASDA III
4. KABID BINUS
5. KABID
1. BAPPEDA BUDIDAYA
2. BPMKB 6. KABID
3. DISKOP KELAUTAN
&UKM 7. KABID
4. DINKES PROGRAM
5. IRDA
6. DPPKAD
7. BP4KP
1. SEKDIS
2. STAF DKP
LATENTS PROMOTERS
INTEREST
APATHETIES DEFENDERS
1. ANGGOTA 1. PERBANKAN
DPRD KAB 2. PENGOLAH
SUBANG HASIL IKAN
3. PETANI IKAN
4. NELAYAN
2. LSM
5. MASYARAKAT
BPMKB
Asda III (Mentor) Sekdis DKP
Dinas Koperasi & UKM
DPPKAD
DPRD
LSM
Masyarakat
Perbankan
3. PELAKSANAAN;
1. Bimbingan Teknis Pengembangan Industri Tepung Ikan. 28 – 29 Mei 2015
2. Penyuluhan Pengembangan Usaha Perikanan Berbasis 3 Juni 2015
Kerakyatan
3. Pelatihan Budidaya Ikan Mas dan Nila 8 – 10 Juni 2015
4. Pelatihan Teknis Usaha Perikanan 17 Juni 2015
5. Sosialisasi Budidaya Ikan Jaring Terapung di Perairan Umum 26 Juni 2015
6. Penyerahan bantuan Jaring Insang (Gill Net) dan Jaring 3 & 6 Juli 2015
Udang (Trimmel Net) Untuk Masyarakat Nelayan
7. Penyerahan Benih Ikan Untuk Dilepaskan di Perairan 6 Juli 2015
Terbuka (restocking)
8. Penyerahan Bantuan Benih dan Bibit Ikan Kualitas Unggul 7 - Juli 2015
Bagi Petani Ikan
9. Pemberian Bantuan Alat Pengolahan Makanan Berbahan 16 Juli 2015
Ikan dan Alat Pemasaran
10. Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Ikan Kepada Para 4 – 5 Juni 2015
Balita
11. Pembuatan Buku Tentang Kandungan Gizi Pada Ikan dan 2 – 15 Juli 2015
Cara Memasak Ikan
12. Pembuatan Baligo, Banner, Spanduk, Leaflet, dan Pamflet 9 – 29 Juli 2015
untuk kegiatan Gemarikan
4. MONITORING DAN EVALUASI
1. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan proyek perubahan 18 Mei – 24 Juli 2015
2. Membuat Laporan akhir 22 – 26 Juli 2015
4. Perbandingan Kondisi/Keadaan :
a. Kondisi Awal (Sebelum Proyek Perubahan)
a) Kurangnya pengetahuan para pengusaha di bidang perikanan tentang
manajemen pengelolaan usaha perikanan.
b) Kurangnya pengetahuan dari para petani ikan dan pembudidaya ikan tentang
cara beternak ikan yang baik.
2. Eksternal
Stakeholder Eksternal atau pemangku kepentingan yang berasal dari luar Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Subang adalah:
a. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di luar Dinas Kelautan dan Perikanan adalah
Dinas dan Badan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang yang memiliki
tugas pokok dan fungsi yang dapat meningkatkan konsumsi makan ikan di Kabupaten
Subang. Dalam proyek perubahan ini, SKPD merupakan stakeholders Latens dimana
stakeholders ini memiliki ketertarikan yang rendah terhadap proyek perubahan ini tapi
memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilannya.
b. Perbankan merupakan sekelompok badan keuangan yang memiliki kemampuan dan
keahlian aplikatif di bidang permodalan bagi usaha di bidang perikanan. Dalam proyek
perubahan ini Perbankan sebagai stakeholder defender yaitu memiliki kepentingan
pribadi & dapat menyuarakan dukungannya dalam komunitas apabila dia tertarik,
tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi Proyek Perubahan ini dan memliki sifat
netral yaitu tidak menentang atau mendukung proyek perubahan ini.
c. Pengolah hasil ikan, petani ikan, nelayan dan masyarakat, merupakan sekelompok
orang dan atau masyarakat yang memiliki kemampuan dan keahlian aplikatif di bidang
perikanan. Dalam proyek perubahan ini Pengolah hasil ikan, petani ikan, nelayan dan
masyarakat sebagai stakeholder defender yaitu memiliki kepentingan pribadi & dapat
menyuarakan dukungannya dalam komunitas apabila dia tertarik, tetapi kekuatannya
kecil untuk mempengaruhi Proyek Perubahan ini dan memliki sifat netral yaitu tidak
menentang atau mendukung proyek perubahan ini.
d. Anggota DPRD; merupakan pejabat pemerintah dan wakil dari keinginan masyarakat
luas yang memiliki tugas dalam memberikan kebijakan pemerintahan. Dalam proyek
perubahan ini Anggota DPRD sebagai stakeholder apathities yaitu memiliki
ketertarikan dan pengaruh yang kecil dalam proyek perubahan ini, tetapi memiliki
potensi yang besar dan negatif dalam mempengaruhi Proyek Perubahan.
C. Strategi Komunikasi
a) Komunikasi Kepada Stakeholders yang Mendukung
Strategi komunikasi yang digunakan adalah strategi komunikasi berstruktur
(Structuring style) yaitu memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun
lisan guna memantapkan perintah atau keinginan yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan, serta struktur organisasi. Project Leader lebih
memberi perhatian pada keinginan untuk mempengaruhi orang lain melalui
informasi tentang tujuan proyek perubahan, jadwal kerja, aturan, serta prosedur yang
digunakan. Strategi ini digunakan mengingat proyek perubahan ini lebih menekan
pada implementasi dari peraturan yang ada yaitu Undang-undang No. 32 tahun 2014
Tentang Kelautan.
Strategi komunikasi dua arah juga diterapkan dalam proyek perubahan ini karena
setiap stakeholders dapat mengungkapkan gagasan atau pendapat dalam suasana
yang dibuat informal sehingga memungkinkan setiap stakeholders mencapai
pemahaman dan kesepakatan yang sama terhadap output proyek perubahan ini.
b) Komunikasi Kepada Stakeholders yang Netral san negatif
Kepada stakeholders yang bersifat netral, dilakukan komunikasi dinamis (dynamic
style communication) adalah gaya komunikasi yang cenderung agresif, seperti yang
biasa digunakan oleh wiraniaga (sales) atau juru kampanye, karena project leader
memiliki tujuan untuk menstimulasi atau merangsang stakeholders untuk melalukan
suatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan.
c. Mengefisienkan peralatan dan sarana yang ada sehingga dapat dipergunakan dengan
baik sesuai dengan jadwal dan rencana.
2. Dalam usaha pengolahan makanan berbahan ikan, perlu adanya strstegi yang
mendukung kontinyunitas ketersediaan bahan baku ikan berkualitas baik, strategi
pengolahan yang lebih efisien dengan tetap memperhatikan kualitas dan ciri khas
hasil sehingga dapat menjadi ciri khas daerah, penggunaan sistem rantai dingi dalam
penyimpanan hasil produk olahan makan berbahan ikan sehingga mutu tetap terjaga
tanpa bahan pengawet, dan strategi pemasaran yang didukung oleh pemerintah.
3. Usaha yang terus menerus dari pemerintah untuk memasyarakatkan makan ikan
dengan merubah mindset masyarakat yang negatif tentang daging ikan menjadi
mindset yang positif tentang daging ikan sebagai bahan makanan utama.
4. Perkuatan pada organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai garda depan
pelaksana kebijakan Pemerintah Kabupaten Subang di bidang perikanan dan
kelautan sehingga kebijakan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan
masyarakat.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang ada maka dapat direkomendasikan beberapa hal, antara
lain:
2. Perlu adanya inovasi yang baik terhadap hasil olahan makanan berbahan ikan
sehingga dapat menjadi brand atau ikon daerah dengan dukungan promosi dari
pemerintah daerah.
3. Kampanye yang intensif melalui berbagai media dan di berbagai kesempatan dalam
mempromosikan kelebihan daging ikan dan manfaatnya.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 57 Tahun 2014 Tentang Usaha Perikanan
Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 27 Tahun 2012 Tentang Industrialisasi
Kelautan dan Perikanan
Balai Besar Teknologi Tepat Guna. Bunga Rampai Upaya Penerapan Teknologi Tepat Guna.
Penerbit LIPI. Jakarta 2011