Anda di halaman 1dari 14

TEORI DAN MODEL KONSEP KEPERAWATAN

JEAN WATSON
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep merupakan suatu ide di mana terdapat suatu kesan yang abstrak yang
dapat diorganisir menjadi simbul-simbul yang nyata sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan. Teori ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang
membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan
suatu proses, peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah
diobservasi, tetapi kurang absolut (kurang adanya bukti) secara langsung.

Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam


keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi dari
struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk
mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat ditempat mereka bekerja dalam batas
kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan
dalam menentukan model praktek keperawatan yang akan diterapkan sesuai
kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja. Mengingat dalam model
praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan
nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai
dalam memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatan terhadap kebutuhan
semua pasien, serta adanya pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh
perawat dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasien.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlunya mempelajari teori dan Model
konsep keperawatan yang telah ada sebagai salah satu kunci dalam
mengembangkan ilmu dan praktek, serta profesi keperawatan di Indonesia. Pada
kesempatan kali ini saya mencoba memaparkan “Teori dan Model Konsep
Keperawatan Jean Watson”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup seorang Jean Watson?
2. Apa teori yang dikemukakan oleh Jean Watson?
3. Apa hubungan teori yang dikemukakan oleh Jean Watson dengan konsep
keperawatan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimanakah teori keperawatan Jean Watson.


2. Mengetahui bagaimanakah hubungan antara teori Jean Watson dengan
Paradigma Keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BIOGRAFI
John Broades Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan
wafat di New York City pada tanggal 25 September 1958.Ia mempelajari ilmu
filsafat di University of Chicago dan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1903
dengan disertasi berjudul “Animal Education”. Watson dikenal sebagai ilmuwan
yang banyak melakukan penyelidikan tentang psikologi binatang.
Pada tahun 1908 ia menjadi profesor dalam psikologi eksperimenal dan psikologi
komparatif di John Hopkins University di Baltimore dan sekaligus menjadi
direktur laboratorium psikologi di universitas tersebut. Antara tahun 1920-1945 ia
meninggalkan universitas dan bekerja dalam bidang psikologi konsumen.

John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat.


Karyanya yang paling dikenal adalah “Psychology as the Behaviourist view
it” (1913). Menurut Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah
menjadi ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran
yang hanya diteliti melalui metode introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa
psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam.
Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-
penyelidikan tentang tingkahlaku yang nyata saja. Meskipun banyak kritik
terhadap pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson tetap
dianggap penting, karena melalui dia berkembang metode-metode obyektif dalam
psikologi.
Peran Watson dalam bidang pendidikan juga cukup penting. Ia menekankan
pentingnya pendidikan dalam perkembangan tingkahlaku. Ia percaya bahwa
dengan memberikan kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, maka akan
dapat membuat seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu. Ia bahkan
memberikan ucapan yang sangat ekstrim untuk mendukung pendapatnya tersebut,
dengan mengatakan: “Berikan kepada saya sepuluh orang anak, maka saya akan
jadikan ke sepuluh anak itu sesuai dengan kehendak saya”

2.2 KONSEP CARING


Caring science merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan
terhadap proses, fenomena, dan pengalaman human caring. Caring science, seperti
juga science lainnya, meliputi seni dan kemanusiaan. Transpersonal Caring
mengakui kesatuan dalam hidup dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam
lingkaran caring yang konsentrik dari individu, pada orang lain, pada masyarakat,
pada dunia, pada planet Bumi, pada alam semesta (Watson, 2004).

Watson (1988) dalam George (1990) mendefinisikan caring lebih dari


sebuah exisestensial philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya
caring adalah ideal moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi
spiritualnya meningkat ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran
diri yang tinggi, kekuatan dari dalam diri, intuitif. Caring sebagai esensi dari
keperawatan berarti juga pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien,
dimana perawat membantu partisipsi klien, membantu memperoleh pengetahuan
dan meningkatkan kesehatan.
Teori human caring yang dikembangkan oleh Watson antara tahun 1975-1979,
hanya berkisar pada sepuluh carative factors sebagai suatu kerangka untuk
memberikan suatu bentuk dan focus terhadap fenomena keperawatan. Watson
menganggap istilah “factors” terlalu stagnant terhadap sensibilitasnya di masa
kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu konsep yang lebih sesuai dengan evolusi
teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep tersebut adalah “clinical caritas” dan
“caritas processes”, yang dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide dan ara
perkembangan teorinya (Watson, 2004).

2.3. ASUMSI DASAR SCIENCE OF CARING


Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari
transpersonal caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi
oleh ruang dan waktu. Watson menyatakan tujuh asumsi tentang science of
caring. Asumsi dasar tersebut yaitu:
1. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan dipraktekkan secara interpersonal.
2. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya faktor carativeyang
menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia.
3. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan
perkembangan individu dan keluarga.
4. Respon asuhan keperawatan tidak hanya menerima seseorang sebagaimana
mereka sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nanti.
5. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan
kemungkinan perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi sesorang
untuk memilih kegiatan yang terbaik bagi dirinya dalam waktu yang telah di
tentukan.
6. Asuhan keperawatan lebih “ healthgenic” (menyehatkan)
daripada curing (pengobatan). Praktek asuhan keperawatan terintegrasi
antara pengetahuan biofisikal
dengan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk meningkatkan
kesehatan dan membantu individu yang sakit.
Ilmu caring melengkapi curing.
7. Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan.
Dalam penilaian Watson, penyakit mungkin saja teratasi dengan upaya
pengobatan. Akan tetapi, tanpa perawatan, penyakit itu akan tetap ada dan kondisi
sehat tidak akan tercapai. Caring merupakan intisari keperawatan dan
mengandung arti responsive antara perawat dan klien. Caring dapat membantu
seseorang lebih terkontrol, lebih berpengetahuan, dan dapat meningkatkan
kesehatan.

2.4 FAKTOR CARATIVE TEORI WATSON


Struktur ilmu caring dibangun dari 10 faktor carative, yaitu:

1. Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik.


Watson mengemukakan bahwa asuhan keperawatan didasarkan pada
nilai-nilai kemanusiaan (humastik) dan perilaku mementingkan kepentingan
oranglain diatas kepentingan pribadi (altruistik)

2. Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope).


Menekankan pentingnya obat-obatan untuk carative, perawat juga perlu memberi
tahu individu alternatif pengobatan lain yang tersedia (mis: meditasi, relaksasi
atau kekuatan penyembuhan oleh diri sendiri atau secara spiritual)

3. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan oranglain.


Perawat dituntut untuk mampu meningkatkan sensitivitas terhadap diri pribadi
dan oranglain serta bersikap lebih otentik.

4. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust).


Ciri hubungan helping-trust adalah harmonis (hubungan yang harus dilakukan
secara jujur dan terbuka), empati (perawat harus menunjukkan sikap dengan
berusaha merasakan apa yang dirasakan oleh klien) dan hangat (menerima
oranglain secara positif).

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positf dan negatif.


Perawat harus menerima persaan oranglain serta memahami perilaku mereka.

6. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam


pengambilan keputusan.
Metode ini merupakan metode yang memnberikan control dan prediksi serta
memungkinkan koreksi diri sendiri.

7. Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal.


Perawat harus mampu memahami ppersepsi klien dan meredakan situasi yang
menegangkan agar proses belajar-mengajar ini berjalan lebih efektif.

8. Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan/atau


memperbaiki mental, sosiokultural dan spiritual.
Perawat dapat memberi dukungan situsional, membantu individu
mengembangkan persepsi yang lebih akurat serta memberi informasi sehingga
klien dapat menanggulangi masalahnya. Perawat juga harus menyalurkan
perasaan nyaman, aman, dan keleluasaan pribadi kepada klien.

9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.


Menurut hirarki kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan fungsional,
kebutuhan integrative, kebutuhan untuk tumbuh dan kebutuhan untuk mencari
bantuan (seeking) ketika individu kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya.

1. Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial-fenomenologis.


Kedua faktor ini membantu seseorang untuk mengerti kehidupan dan kematian
serta membantu seseorang untuk menemukan kekuatan atau keberanian untuk
menghadapi kehidupan dan kematian.

2.5 KONSEP UTAMA TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN


Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini
didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini
memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang
saling berhubungan di antaranya :

¥ Kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan


makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi.
¥ Kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan
aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual.
¥ Kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan
untuk berprestasi, kebutuhan organisasi.
¥ Kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu
kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia
adalah mahluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan,
sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan
sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena sejahtera merupakan
keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan
tersebut keperawatan harus berperan dalam meninggalkan status kesehatan,
mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan
kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan.
Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki 4
bagian kebutuhan dasar manusia yang saling berhubungan antara kebutuhan yang
satu dengan kebutuhan yang lain. Berdasarkan dari empat kebutuhan tersebut,
Jean Watson memahami bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna dan
memiliki berbagai ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan,
manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial, serta
spiritual.

2.6 PARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT


WATSON KEPERAWATAN
Jean Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian, yaitu:

1. Kemanusiaan (Human Being)


Menurut pandangan Watson orang yang bernilai bagi dirinya atau orang lain
dalam memberikan pelayanan keperawatan harus dapat memelihara, menghargai,
mengasuh, mau mengerti dan membantu orang yang sedang sakit. Dalam
pandangan filosofi umum, manusia itu mempunyai fungsi yang kompleks yang
terintegrasi dalam dirinya. Selain itu manusia juga dinilai sempurna, karena
bagian-bagian tubuhnya mempunyai fungsi yang sempurna; tetapi dalam fungsi
perkembangannya dia harus selalu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.
Jika adaptasi tersebut tidak berhasil, maka akan terjadi konflik (terutama konflik
psikososial), yang berdampak pada terjadinya krisis disepanjang kehidupannya.
Hal tersebut perlu mendapatkan asuhan, agar dapat ditanggulangi.

2. Kesehatan
Menurut WHO meliputi bagian positif dari fisik, mental , dan sosial yang baik.
Akan tetapi Watson juga mempercayai bahwa ada beberapa faktor lain yang
dibutuhkan untuk dimasukkan dalam definisi sehat ini, yaitu:
1. Fungsi manusia secara keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan sosial
seimbang/serasi.
2. Adaptasi secara umum terhadap pertahanan dirinya sehari-hari dengan
lingkungannya.
3. Tidak adanya penyakit.
Asuhan kesehatan yang benar fokusnya pada gaya hidup, kondisi sosial, dan
lingkungan :

1. Kesehatan adalah hubungan yang harmonis antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
2. Kesehatan juga dihubungkan dengan tingkat kesesuaian antara apa yang
dirasakan dengan apa yang dialami.
3. Lingkungan sosial
Salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat saat ini adalah lingkungan
sosial. Masyarakat memberikan nilai yang menentukan terhadap bagaimana
seharusnya berkelakuan, dan tujuan apa yang harus dicapai. Nilai-nilai
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial, kultural, dan spiritual.

Asuhan keperawatan telah ada dalam masyarakat, karena setiap masyarakat


biasanya mempunyai seseorang yang care terhadap orang lain. Watson
menyatakan bahwa merawat, dan keperawatan itu ternyata sangat dibutuhkan oleh
setiap lingkungan sosial yang mempunyai beberapa orang yang saling peduli
dengan yang lainnya. Sikap merawat tidak diturunkan dari generasi ke generasi,
melalui gen, tetapi diturunkan dari kebudayaan profesi sebagai suatu koping yang
unik terhadap lingkungan.

4. Keperawatan
Menurut Watson keperawatan fokusnya lebih pada promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan fisik.
Keperawatan pada promosi kesehatan awalnya sama dengan mengobati penyakit.
Dia melihat keperawatan dapat bergerak dari dua area, yaitu: masalah
penanganan stres dan penanganan konflik. Hal ini dapat menunjang tersedianya
perawatan kesehatan yang holistik, yang dia percayai dapat menjadi pusat dari
praktik keperawatan.

Salah satu asumsi Watson mengatakan bahwa kondisi sosial, moral, dan ilmu
pengetahuan sangat berkontribusi terhadap kondisi kesehatan manusia dan
masyarakat, sehingga perawat perlu berkomitmen terhadap pemberian asuhan
kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek, dan riset keperawatan.

Ada 10 faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:

1. Membentuk sistem nilai humanistik altruistik.


2. Membangkitkan rasa percaya dan harapan.
3. Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain.
4. Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”.
5. Meningkatkan intuisi dan peka terhadap ekspresi perasaan baik positif,
maupun negative.
6. Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk
mengambil keputusan.
7. Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching-learning”.
8. Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu memperbaiki
kondisi mental, fisik, sosial-kultural, serta spiritual.
9. Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia.
10. Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.
2.7 PROSES KEPERAWATAN DALAM TEORI CARING
Watson merekomendasikan suatu pendekatan penelitian keperawatan yang lebih
dalam, agar menghasilkan suatu hubungan keperawatan yang baik dengan keb
utuhan manusia. Agar hasilnya sempurna, maka perawat perlu melakukan metoda
pemecahan masalah secara ilmiah. Watson juga menyatakan proses
keperawatan terdiri atas langkah-langkah yang sama dengan proses ilmiah.
Watson kemudian mengkolaborasikannya dalam dokumentasi (tulisan yang
dicetak miring mengidikasikan adanya keterkaitan dengan adanya penelitian
dalam proses keperawatan).
1. Pengkajian
2. Pengkajian meliputi: tindakan pengamatan, melakukan identifikasi, dan
menelaah masalah yang muncul melalui pengaplikasian dari hasil studi
literature.
3. Untuk dapat menelaah dan memprediksi suatu masalah dengan baik
sesuai kerangka kerja yang telah dibuat, maka perlu menggali lebih
dalam pengetahuan yang terkait secara konseptual.
4. Dalam pengkajian juga mencakup formulasi hipotesis mengenai
hubungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah.
5. Selain itu juga dalam menilai situasi perlu mencantumkan definisi
dari variable-variable yang akan diperiksa dalam pemecahan masalah ini.
2. Perencanaan
3. Dengan perencanaan yang baik, maka akan membantu dalam menentukan
bagaimana variabel-variabel dapat diuji atau diukur.
4. Dalam merancang suatu pemecahan masalah yang mengacu
pada rencana asuhan keperawatan tetap melalui pendekatan konseptual.
5. Selain itu juga dalam perencanaan tercantum data-data yang telah
dikumpulkan & sesuai.
3. Intervensi
Merencanakan tindakan sesuai dengan masalah yang ditemukan.

4. Evaluasi
5. Evaluasi merupakan sebuah metoda dan proses untuk menganalisa hasil
pelaksanaan inter-vensi dari setiap masalah yang ada.
6. Disamping itu menurut Watson, evaluasi juga harus mampu memberikan
generalisasi terhadap hipotesa-hipotesa tambahan atau kejadian
yang mungkin akan terjadi untuk mendorong teori keperawatan secara
umum didasarkan pada studi pemecahan masalah.
2.8 PENERAPAN TEORI WATSON DALAM KASUS DI RUMAH SAKIT
Berikut ini akan diberikan sebuah contoh kasus. Pada kasus ini akan diterapkan
proses keperawatan berdasarkan teori Watson. Proses keperawatan pada kasus ini
didasarkan pada aplikasi teori Watson dalam George (1995). Empat derajat
kebutuhan digunakan dalam tahap pengkajian dan sepuluh faktor karatif
digunakan dalam tahap perencanaan dan implementasi. Diagosa keperawatan
yang diangkat dan dibahas pada aplikasi dalam kasus ini hanya satu saja dengan
maksud sebagai proritas penyelesaian. Diagnosa keperawatan lain dapat saja
dirumuskan dan diselesaikan dengan menggunakan metode yang sama dengan
diagnosa keperawatan yang dibahas dibawah ini.

Adapun kasus tersebut adalah : Ny. S, 70 tahun dilarikan ke sebuah rumah sakit
pemerintah oleh para tetangganya karena sesak nafas dan batuk-batuk berdahak
saat sedang mencuci pakaian di depan rumahnya. Ny. S tampak kurus, kulit
kering, badan lemah dan muka pucat. Para pengantar mengatakan selama ini Ny.
S tinggal sendiri di rumah dan tidak punya keluarga lagi. Ny. S termasuk kurang
mampu. Ny. S sehari-hari bekerja sebagai pengumpul botol-botol yang akan dijual
kepada pabrik pengolah plastik. Ny. S tinggal di rumah sempit dan kurang
ventilasi. Dari hasil pemeriksaan saat masuk rumah sakit didapatkan data tekanan
darah 80/60 mmmHg, nadi 100 kali/menit, suhu 37 derajat Celcius, pernafasan 25
kali/menit, dan sklera tampak pucat. Hasil pemeriksaan laboratorium darah
didapatkan Hb 10 gr/dl, Ht 33%, leukosit 10000 ul dan trombosit 140.000 ul, dan
albumin diperiksa dengan hasil 3 gr/dl. Dari hasil rontgen dada menunjukkan
adanya TB paru. Proses keperawatan menurut teori Watson untuk kasus Ny. S
adalah : Proses Keperawatan Aplikasi Teori Pengkajian Kebutuhan derajat lebih
rendah (Biofisik) Bagaimana Ny. S melihat dirinya?Apakah tinggi badan, berat
badan, hasil pemeriksaan fisik Ny. S normal?Apakah Ny. S cukup makan dan
minum untuk mempertahankan kondisi tubuh yang normal?Apakah pola eliminasi
dan pernafasan Ny. S normal? Kebutuhan derajat lebih rendah (Psikofisik)
Apakah citra tubuh Ny. S positif?Apakah dia berpartisipasi dalam aktifitas yang
biasa pada seusianya?apakah evaluasi hasil nilai lab dalam batas
normal?Bagaimana kehidupan

seksualitasnya? Kebutuhan derajat lebih tinggi (Psikososial) Apakah hubungan


Ny. S dengan sesama memuaskan?Apakah kondisi kurang mampu membuatnya
terhambat?Apakah lingkungannya memfasilitasi pertumbuhan dirinya?Apakah dia
merasa dicintai dan mencintai? Kebutuhan derajat lebih tinggi (Intrapersonal)
Bagaimana perasaan Ny. S tentang dirinya?Apakah Ny. S menyukai dunianya?
Apakah Ny. S merasa mencapai tujuannya? Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang tebal dan kental, usaha batuk
efektif lemah. Perencanaan dan Implementasi Penggunaaan faktor karatif
Membangun lingkungan caring melalui Pemahaman empatik. Membangun
hubungan saling melalui mendorong ekspresi

BAB III
KESIMPULAN
1. Konsep utama teori Jean Watson adalah “ Human Science and Human
Care ”, yang fokus utamanya dalam keperawatan adalah careative factor,
dimana dia berasal dari humanistic perspective yang dikombinasikan
dengan dasar ilmu pengetahuan ilmiah.
2. Hubungan teori Jean Watson ini dengan konsep utama keperawatan, yaitu
adanya unsur teori kemanusiaan dalam pandangannya yang
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki
berbagai ragam perbedaan.
3. Hubungan dengan proses perawatan, Jean Watson menganjurkan supaya
penelitian- penelitian di bidang keperawatan dapat dihubungkan dengan
proses keperawatan, sebab di dalam proses keperawatan langkah-langkahnya
sama dengan proses ilmiah.
4. Penerapan teori Jean Watson, terdiri dari: pengkajian, penentuan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Hidayat Aziz Alimul A. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konse, Proses dan
Praktik Edisi 4 Volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Potter, Patricia A. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 1.Jakarta:
Salemba Medika
Iklan

Anda mungkin juga menyukai