Pada hari ini tanggal 3 Mei 2018 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama Pendamping : dr. Sapta Yudha Oka & dr. K. Dandung, Sp.A
No No
Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan
. .
1 Lusy Novitasari 1
2 2
3 3
4 4
5 5
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
Catatan: Halaman protofolio ini sebaiknya disalin~sinar (fotokopi) karena anda akan membuat sejumlah laporan yang sekaligus merupakan
catatan untuk bekal dan berpraktik nantinya.
Obyektif Presentasi:
Deskripsi:
Tujuan:
1. Leung DYM, Eichenfield LF, Boguniewicz M. Atopic Dermatitis. In: Goldsmith LA, Katz LI, Gilchrest BA, Paleer AS, Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpat
2. Ou LS, Leung DYM. Advances in atopic dermatitis. Chang Gung Med J. 2005;28:1-8.
3. Sularsito SA, Djuanda A. Dermatitis. In: Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (Edisi ke5). Jakarta: FKUI, 2007; p.129-58.
4. Remitz A, Reitamo S. The clinical manifestations of atopic dermatitis. In: Reitamo S, Luger TA, Steinhoff M, editors. Textbook of Atopic Dermatitis. Londo
HASIL PEMBELAJARAN:
1. Definisi: Dermatitis atopi (DA) adalah penyakit kulit kronik kambuhan yang paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak. DA dikenal juga
sebagai eksema atopi, eksema konstitusional, eksema fleksural, neuro-dermatitis diseminata, dan prurigo. Istilah “atopi” pertama kali
diperkenalkan oleh Coca dan Cooke pada tahun 1923, yang dipakai untuk sekumpulan penyakit pada individu yang mempunyai riwayat
alergi dan hipersensitivitas.
2. Epidemiologi: DA merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia, dengan prevalensi 10-20% pada anak, sedangkan pada orang
dewasa 1-3%. Beberapa penelitian menyatakan bahwa kasus perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki dengan rasio 1,3 : 1,0. Sekitar
45% dari keseluruhan kasus dimulai pada 6 bulan awal kehidupan, 60% pada usia 1 tahun, dan 85% sebelum usia 5 tahun.
4. Gambaran Klinis
Gejala dermatitis atopik dapat bervariasi pada setiap orang. Gejala yang paling umum adalah kulit tampak kering dan gatal. Gatal merupakan
gejala yang paling penting pada dermatitis atopik. Garukan atau gosokan sebagai reaksi terhadap rasa gatal menyebabkan iritasi pada kulit,
menambah peradangan, dan juga akan meningkatkan rasa gatal. Gatal merupakan masalah utama selama tidur, pada waktu kontrol kesadaran
terhadap garukan menjadi hilang. Insiden tertinggi dermatitis atopik ditemukan dalam 2 tahun pertama kehidupan meskipun penyakit dapat
mulai hampir pada usia berapa pun. Pada balita bagian yang sering terkena adalah batang tubuh, pipi dan ekstremitas atas. Pasien dermatitis
atopik dalam praktek klinis mengeluhkan menggosok lesi yang gatal terus-menerus, kulit menjadi menebal dan mengembangkan penampilan
kasar. Karakteristik wajah pasien dermatitis atopik kronis adalah keriput kecil di bawah kedua mata (Denny Morgan’s fold) dan hilangnya
lapisan ketiga alis luar karena menggosok.
5. Patogenesis
Sampai saat ini penyebab pasti DA masih sulit dipahami. Pada beberapa kasus, DA merupakan masalah kulit yang berlangsung lama dan
memerlukan lebih dari satu pengobatan. Beberapa penelitian menunjukkan kemungkinan DA berhubungan dengan interaksi antara
penurunan fungsi sawar kulit, sistem imun, genetik, serta faktor pemicu lainnya seperti faktor lingkungan maupun agen infeksi.
Penurunan fungsi sawar kulit
Kulit merupakan organ terluar yang melindungi tubuh dari lingkungan sekitarnya dan membantu tubuh berinteraksi dengan lingkungan.
Fungsi kulit antara lain mencegah keluarnya cairan berlebihan dari dalam tubuh dan menahan substansi yang merugikan masuk ke dalam
tubuh; hal ini terutama dilakukan oleh lapisan epidermis paling luar, yaitu stratum korneum. Pada DA kulit menjadi kering; hal ini
berhubungan dengan disfungsi permeabilitas sawar epidermis yaitu hilangnya fungsi mutasi gen filaggrin (FLG). Gen ini mengkode protein
profilargin sebagai prekusor struktur protein FLG pada diferensiasi kompleks epidermal. FLG terekspresi pada granula keratohialin selama
diferensiasi terminal epidermis. Setelah keratinosit menjadi padat, protein FLG melepaskan natural moisturizing factor (NMF).
Imunopatogenesis dermatitis atopik
Umumnya pasien DA memiliki peningkatan jumlah eosinofil dan kadar serum Immunoglobulin E (IgE). Hal ini berhubungan dengan
mekanisme imunologi dan seluler yang berperan penting dalam patogenesis DA. Kelainan imunopatogenesis utama DA berkaitan dengan sel
T helper (Th), yang berfungsi mengenali antigen dan mengatur respon imun seperti inflamasi, pertahanan terhadap infeksi virus, serta
6. Diagnosis
Pada umumnya diagnosis dibuat dari riwayat adanya penyakit atopi seperti asma dan rinitis alergi, pada keluarga, khususnya kedua orang
tuanya. Kemudian dari gejala yang dialami pasien, kadang perlu melihat beberapa kali untuk dapat memastikan dermatitis atopik dan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain serta mempelajari keadaan yang menyebabkan iritasi/alergi kulit.
Adapun penggunaan kriteria diagnostik yang baik penting dalam diagnosis dermatitis atopik, terutama untuk pasien yang termasuk dalam
tipe fenoti dan diagnosis ini dikembangkan oleh Hanifin dan Rajka yang secara luas diterima.
b) Kriteria minor:
1. Hiperpigmentasi daerah periorbita
2. Tanda Dennie-Morgan
3. Keratokonus
4. Konjungtivitis rekuren
5. Katarak subkapsuler anterior
6. Cheilitis pada bibir
7. White dermatographisme
8. Pitiriasis Alba
9. Fissura pre aurikular
10. Dermatitis di lipatan leher anterior
11. Facial pallor
12. Hiperliniar palmaris
13. Keratosis palmaris
14. Papul perifokular hiperkeratosis
15. Xerotic
16. Iktiosis pada kaki
17. Eczema of the nipple
18. Gatal bila berkeringat
19. Awitan dini
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 1
21. Reaktivitas kulit tipe cepat (tipe 2)
22. Kemudahan mendapat infeki
23. Stafilokokus dan Herpes Simpleks
24. Intoleransi makanan tertentu
25. Intoleransi beberapa jenis bulu binatang
26. Perjalanan penyakit dipengaruhi faktor lingkungan dan emosi
27. Tanda Hertoghe ( kerontokan pada alis bagian lateral)
Seseorang dianggap menderita dermatitis atopik bila ditemukan minimal 3 gejala mayor dan 3 gejala minor.
7. Tata Laksana:
Penatalaksanaan dermatitis atopik harus mengacu pada kelainan dasar selain mengobati gejala utama gatal untuk meringankan
penderitaan penderita.Penatalaksanaan ditekankan padakontrol jangka waktu lama (long term control), bukan hanyauntuk mengatasi
kekambuhan.
Pengobatan dermatitis atopik kronik pada prinsipnya adalah sebagai berikut:
1. Menghindari bahan iritan
Penderita dermatitis atopik rentan terhadap bahan iritan yang memicu dan memperberat kondisi seperti sabun, deterjen, bahan
kimiawi, rokok, pakaian kasar, suhu yang ekstrem dan lembab. Pemakaian sabun hendaknya yang berdaya larut minimal terhadap
lemak dan dengan PH netral. Hindari sabun atau pembersih kulit yang mengandung antiseptik atau antibakteri yang digunakan
rutin karena mempermudah resistensi, kecuali bila ada infeksi sekunder. Pakaian baru hendaknya dicuci terlebih dahulu sebelum
dipakai dengan deterjen untuk menghindari formaldehid atau bahan kimia. Usahakan tidak memakai pakaian yang bersifat iritan
seperti wol atau sintetik yang menyebabkan gatal, lebih baik menggunakan katun. Pemakaian tabir surya juga perlu untuk
mencegah paparan sinar matahari yang berlebihan.
c. Preparat tar
Walaupun tidak sekuat kortikosteroid topikal Preparat tar batubara mempunyai efek anti-gatal dan anti-inflamasi. Preparat tar
sebaiknya dipakai pada lesi kronik tidak digunakan pada lesi akut karena dapat menyebabkan iritasi. Efek sampingnya antara
lain folikulitis, fotosensitivitas, dan potensi karsinogenik.
2) MenderitaPada randomized
rhinitis clinical
alergik dan asma trials menunjukkan bahwa sinar UV (UVB, narrowband UVB, dan high intensity UVA) lebih menguntungkan
bronkial
untuk dermatitis atopik pada penggunaan jangka pendek. Rasa terbakar, gatal, dan efek karsinogen sering terjadi pada penggunaan jangka
3) Riwayat dermatitis atopik pada
panjang. Fototerapi orang tua
biasanya atau saudara
digunakan kandung
sebagai terapi lini kedua atau ketiga.
5) Anak 8.
tunggal
Balut basah (wet wrap dressing)
6) Kadar IgEBalut
serumbasah (wet
sangat wrap dressing) dapat diberikansebagai terapi tambahan untuk mengurangi gatal, terutama untuk lesi yang berat dan
tinggi
kronik atau yang refrakter terhadap pengobatan biasa. Bahan pembalut (kasa balut) dapat diberi larutan kortikosteroid atau mengoleskan
krim kortikosteroid pada lesi kemudian dibalut basah dengan air hangat dan ditutup dengan lapisan atau baju kering di atasnya. Cara ini
sebaiknya dilakukan secara intermiten dan dalam waktu tidak lebih dari 2-3 minggu. Balut basah dapat pula dilakukan dengan
mengoleskan emolien saja di bawahnya sehingga memberi rasa mendinginkan dan mengurangi gatal serta berfungsi sebagai pelindung
efektif terhadap garukan sehingga mempercepat penyembuhan. Penggunaan balut basah yang berlebihan dapat menyebabkan maserasi
sehingga memudahkan infeksi sekunder. Balut basah juga memiliki potensial dapat menambah kekeringan kulit dan menyebabkan fisura
bila tidak disertai pelembab emolien. Balut basah banyak dijadikan terapi lini kedua atau ketiga untuk anak-anak yang resisten terhadap
dermatitis atopik walaupun belum ada data yang mendukung.