Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesulitan paling esensi yang penulis alami ketika membelajarkan siswa bahasa

Inggris adalah bagaimana cara membelajarkan siswa untuk mengungkapkan

bahasa tersebut secara lisan dan berterima. Pada umumnya siswa kurang mampu

mengungkapkan bahasa lisan walaupun mereka telah mengalami pembelajaran

dalam beberapa bahasan pada siklus lisan. Beberapa cara sudah penulis lakukan

antara lain menambahkan waktu belajar khusus berbicara pada setiap hari sabtu

melalui ekstrakurikuler conversation, siswa diberi tugas untuk belajar

menggunakan bahasa lisan di sekolah atau di rumah secara berkelompok tetapi

hasilnya masih kurang memuaskan karena masih 40% siswa belum terampil

mengungkapkan bahasa Inggris secara lisan. Sedangkan 60% lainnya hanya

mampu mengungkapkan dengan frekuensi rata-rata dua sampai dengan tiga

kalimat saja dan dengan cara menghafalkan tulisan. Inilah fenomena kesulitan

yang dialami oleh penulis di dalam membelajarkan siswa di sekolah.

Ketika penulis membaca buku Percikan Perjuangan Guru karya Profesor Surya

yang menyatakan tentang perubahan paradigma guru pada abad ke 21, salah satu

pernyataannya mampu menyadarkan penulis untuk berkreasi didalam

membelajarkan siswa dengan cara yang kreatif, pernyataan tersebut tertulis

sebagai berikut: “Guru akan lebih tampil tidak lagi sebagai pengajar (teacher)

1
seperti fungsinya menonjol saat ini, melainkan sebagai: pelatih, konselor, manajer

belajar, partisipan, pemimpin, dan pelajar ”, (Surya,2003:334). Lebih mendalam

dan rinci pada buku tersebut dijelaskan sebagai berikut: Pada kata pelatih

dimaksudkan guru adalah seperti pelatih olah raga yang banyak membantu siswa

dalam permainan (game of learning), membantu siswa menguasai alat belajar,

memotivasi untuk kerja keras, bekerjasama dengan siswa yang lain. Sebagai

konselor, guru akan menjadi sahabat siswa, teladan bagi pribadi yang

mengundang rasa hormat dan keakraban. Struktur kelas, perlu ditata agar terjadi

school within school dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok dalam

bimbingan guru. Sebagai manajer, guru akan bertindak seperti manajer

perusahaan, membimbing siswa belajar, mengambil prakarsa, ide-ide terbaik yang

dimilikinya, namun disisi lain guru merupakan bagian dari siswa yang ikut belajar

bersama mereka sebagai pelajar. Guru juga belajar dari teman seprofesinya

melalui model team teaching. Pernyataan bijak di atas tentunya perlu diteladani

dan dimaknai, artinya guru sebagai pengelolah pembelajaran harus selalu kreatif

dan inovatif dalam menentukan stategi pembelajaran yang dapat membantu dan

mempermudah siswa dalam belajar untuk mencapai kompetensi. Banyak strategi

pembelajaran atau metoda yang ditawarkan agar siswa aktif dan kreatif yang

seperti Quantumn Learning, Accelerated Learning, Cooperative Learning,

Contextual Teaching and Learning dan sebagainya.

Setelah penulis membaca dan memahami beberapa strategi atau cara-cara

bagaimana membelajarkan siswa yang aktif dan interaktif maka, penulis memilih

2
salah satu strategi pembelajaran yang diperkirakan akan membuat siswa aktif dan

interaktif mengungkapkan bahasa Inggris secara lisan yang berterima adalah

sistem ICARE. Dengan sistem ICARE siswa akan menerapkan langsung

komunikasi berdasarkan ide atau pengalaman belajar yang dimiliki, dengan

demikian keterampilan siswa akan meningkat sebab seluruh siswa akan

mempraktikkan bahasa lisan yang berterima selama proses pembelajaran.

Fenomena lain yang terkait di dalam membelajarkan siswa adalah guru belum

terbiasa melakukan pembelajaran secara kreatif dan inovatif dengan

menggunakan sistem ICARE. Untuk itu selama proses pembelajaran cara-cara

guru didalam menerapkan sistem ICARE perlu dikaji juga.

Di dalam standar kompetensi bahasa Inggris SMP memiliki beberapa wacana,

salah satu wacana untuk kelas VII adalah monolog descriptive sederhana. Berikut

ini adalah salah satu standar kompetensi keterampilan berbicara yaitu:

“Mengungkapkan makna dalam monolog pendek sangat sederhana dengan

menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima untuk

berinteraksi dengan lingkungan terdekat dalam teks berbentuk descriptive dan

procedure.” (Standar isi, 2006; 4). Terdapat dua monolog dalam standar

kompetensi pada keterampilan berbicara di atas, yaitu monolog descriptive dan

procedure, wacana yang dipilih oleh penulis adalah monolog descriptive karena

monolog descriptive struktur tatabahasa yang digunakan wacana ini lebih

sederhana. Karena penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil maka dipilih

bahasan monolog descriptive dengan menggunakan model pembelajaran ICARE.

3
B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini

berdasarkan uraian pada pendahuluan di atas adalah :

1. Bagaimana cara guru meningkatkan keterampilan mengungkapkan monolog

descriptive lisan berbahasa Inggris sederhana yang berterima siswa kelas VIIA

SMP Negeri 2 Jabon menggunakan sistem ICARE?

2. Apakah dengan menggunakan sistem ICARE keterampilan mengungkapkan

monolog descriptive lisan berbahasa Inggris sederhana yang berterima siswa

kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon meningkat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan keterampilan mengungkapkan monolog descriptive sederhana

menggunakan bahasa Inggris lisan yang berterima siswa kelas VIIA SMP

Negeri 2 Jabon menggunakan sistem ICARE.

2. Meningkatnya kemampuan siswa didalam menggunakan bahasa Inggris lisan

sederhana yang beterima dengan pengucapan yang relatif tepat, lancar dan

menggunakan struktur kalimat yang tepat.

3. Meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon dalam

mengungkapkan bahasa Inggris lisan sederhana yang berterima.

4
4. Meningkatkan keterampilan guru dalam membelajarkan siswa untuk

mengungkapkan bahasa Inggris lisan sederhana yang berterima khususnya

monolog descriptive sederhana.

5. Meningkatkan keterampilan guru di dalam membelajarkan siswa

menggunakan sistem ICARE.

D. Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini membahas tentang monolog descriptive lisan sederhana

yang berterima dengan pokok bahasan Personal Description dan sub bahasan

Human’s Face yang terkait dengan Possessive Pronoun, “his dan her”, Human’s

Body yang terkait dengan Pronoun as Subject, “He dan She”, dan kata kerja

“wears” yang diikuti dengan kata benda tentang pakaian, di kelas VIIA SMP

Negeri 2 Jabon. Sebagai fungsi sosial (Lifeskills) dalam pembelajaran ini maka

monolog descriptive dipergunakan untuk mendiskripsikan orang-orang terkenal.

C. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan kejelasan tentang kesamaan arti dalam penelitian ini

maka diperlukan pendifinisian istilah sebagai berikut:

1. Monolog descriptive lisan yang berterima adalah wacana lisan yang

dipergunakan untuk mendiskripsikan ciri-ciri seseorang, binatang, tumbuhan,

benda atau tempat tertentu dengan struktur generik untuk mengidentifikasi

fenomena yang akan didiskripsikan, yaitu bagian, kualitas karakter, warna dan

5
sebagainya dan menggunakan ciri kebahasaan struktur kalimat dalam bentuk

Simple Present Tense,. Dalam monolog descriptive hal-hal yang

didiskripsikan sangatlah khusus (specific), dengan tingkat ketercapaian

kompetensi berbicara yang berterima meliputi kompetensi pendukung

linguistik, sosiokultural dan pembentuk wacana ada aspek kosakata yang

dikaitkan dengan pemahaman berbicara, pengucapan, tata bahasa, dan

kompetensi strategi pada aspek kelancaran.

2. Sistem pembelajaran ICARE adalah suatu sitem khusus untuk meningkatkan

hasil belajar peserta, dengan langkah-langkah pembelajaran meliputi:

(a) Introduce (perkenalkan), (b) Connect (hubungkan), (c) Apply (terapkan),

(d) Reflect (refleksikan) dan (e) Extend (perluaskan), bila menggunakan

strategi kognitif jembatan keledai maka akan menghasilkan kata yang

bermakna yaitu ICARE.

3. Standar Kompetensi Belajar Minimal (SKBM)

Standar Kompetensi Belajar Minimal merupakan patokan nilai minimal yang

harus dicapai siswa sebagai gambaran kualitas pencapaian kompetensi siswa

didalam belajar. SKBM Bahasa Inggris kelas VII di SMP Negeri 2 Jabon

adalah 7,00

6
F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk :

1. Para guru yang ingin mengembangkan teknik pembelajaran menggunakan

sistem ICARE

2. Para guru yang ingin meningkatkan keterampilan siswa mengungkapkan

monolog descriptive bahasa Inggris sederhana secara lisan dan berterima.

3. Sebagai bahan kajian di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa

Inggris Kabupaten Sidoarjo sebagai pembaruan model pembelajaran Bahasa

Inggris.

4. Sebagai literatur yang dapat ditawarkan kepada sekolah-sekolah di kabupaten

Sidoarjo untuk pengembangan salah satu model pembelajaran yang terkait

dengan terapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Salah satu

fungsi bahasa adalah untuk berkomunikasi. Berkomunikasi artinya memahami dan

mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian

yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau

menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan

berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat

keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana

dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris

diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan

mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi

tertentu.

A. Tingkat Literasi Bahasa Inggris siswa SMP

Menurut Pusat Kurikulum (2006:2), tingkat literasi mencakup empat aspek yaitu

performative, functional, informational, dan epistemic. Lebih rinci keempat aspek

tersebut dijelaskan sebagai berikut: Pertama, pada tingkat performative, orang mampu

membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang

8
digunakan. Kedua, pada tingkat fungtional, orang mampu menggunakan bahasa untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau

petunjuk. Ketiga, pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan

dengan kemampuan berbahasa, sedangkan keempat, pada tingkat epistemic orang

mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran Wells 1987 dalam

Puskur (2006:4). Pembelajaran bahasa Inggris di SMP ditargetkan agar peserta didik

dapat mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk

menyelesaikan masalah sehari-hari (lifeskills). Puskur (2006:5).

Puskur (2006:5) juga menjelaskan ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di

SMP/MTs meliputi: Pertama, kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami

dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat

keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis

secara terpadu untuk mencapai tingkat literasi functional, kedua, kemampuan

memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional pendek dan monolog serta esei

berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative, dan report, ketiga, kompetensi

pendukung, yakni kompetensi linguistik, yaitu menggunakan tata bahasa dan kosa

kata, tata bunyi, tata tulis, kompetensi sosiokultural, yaitu menggunakan ungkapan

dan tindak bahasa secara berterima dalam berbagai konteks komunikasi, kompetensi

strategi, sebagai upaya untuk mengatasi masalah yang timbul dalam proses

komunikasi dengan berbagai cara agar komunikasi tetap berlangsung, dan kompetensi

pembentuk wacana , yaitu menggunakan piranti pembentuk wacana.

9
B. Kompetensi Komunikatif yang berterima

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) model kompetensi berbahasa yang

digunakan adalah model berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pedagogi bahasa.

Salah satu model yang dipilih puskur adalah yang dikemukakan oleh Celce-Murcia

dan Thurrell (1995) yang kompatibel dengan pandangan teoritis bahwa bahasa adalah

komunikasi, bukan sekedar seperangkat aturan. Model kompetensi berbahasa yang

dirumuskan adalah model yang menyiapkan siswa berkomunikasi dengan bahasa

untuk berpartisipasi dalam masyarakat pengguna bahasa yang disebut

Communicative Competence, digambarkan seperti pada gambar 1.

Model Kompetensi Komunikatif dari Celce-Murcia et al. (dalam Puskur 2004;6)

yang berupa Discourse Competence (DC) atau Kompetensi Wacana (KW).

Merupakan kompetensi utama, artinya, jika seseorang berkomunikasi baik secara

lisan maupun tertulis orang tersebut terlibat dalam suatu wacana. Wacana yang

dimaksudkan adalah sebuah peristiwa komunikasi yang dipengaruhi oleh topik yang

dikomunikasikan, hubungan interpersonal pihak yang terlibat dalam komunikasi dan

jalur komunikasi yang digunakan dalam satu konteks budaya. Makna apapun yang ia

peroleh dan ia ciptakan dalam komunikasi selalu terkait dengan konteks budaya dan

konteks situasi yang melingkupinya. Berpartisipasi dalam percakapan, membaca dan

menulis secara otomatis mengaktifkan kompetensi wacana yang berarti menggunakan

seperangkat strategi atau prosedur untuk merealisasi nilai-nilai yang terdapat dalam

unsur-unsur bahasa, tata bahasa, isyarat-isyarat pragmatiknya dalam menafsirkan dan

10
mengungkapkan makna (Mc. Carthy dan Carter 2001:88 dalam Puskur 2004;6).

Kompetensi wacana hanya dapat diperoleh jika siswa memperoleh kompetensi

pendukungnya yaitu: (1) Linguistic Competence (Kompetensi Linguistik) meliputi

kemampuan seperti menggunakan tata bahasa, kosa kata, ucapan, intonasi, dan tanda

baca. (2) Actional Competence yang terdiri dari: (a). Kompetensi Tindak Tutur untuk

bahasa lisan seperti membuka pembicaraan, menginterupsi, membuat simpulan,

berpamitan dan sebagainya. (b). Kompetensi Retorika untuk bahasa tulis seperti

langkah-langkah retorika teks Procedure, Narrative, Recount, Report, dan

Descriptive. (3) Sociocultural Competence (Kompetensi Sosiocultural) mengacu pada

kemampuan menggunakan bahasa secara berterima dipandang dari konteks budaya

bahasa Inggris, misalnya mengatakan thank you bila diberi sesuatu, sorry dan please.

Tidak pantas bertanya umur, how do you do untuk bahasa formal, tanya jawab tentang

nama tidak perlu menggunakan I’m… atau my name is ……. dan hal-halyang tidak

lazim dikatakan tetapi di Indonesi tidak digunakan (memberi nomor telepon milik

orang lain tanpa ijin). (5) Strategic Competence (Kompetensi strategi) adalah

kompetensi yang dipergunakan untuk mengatasi kesulitan ketika pembicaraan

berlangsung (communication breakdown) misalnya meminta pengulangan,

mengatakan dengan cara lain dan sebagainya.

Karena itu perumusan kompetensi dan indikator-indikator bahasa Inggris perlu

didasarkan kepada komponen-komponen tersebut di atas untuk menjamin bahwa

kegiatan pendidikan yang dilakukan mengarah kepada tercapainya satu kompetensi

utama, yakni kompetensi wacana.

11
Selain kelima komponen tersebut, didalam Kurikulum Berbasis Kompetensi aspek

sikap juga dirumuskan sebagai hasil belajar yang dapat diamati berdasarkan apa yang

dilakukan siswa selama menjalani proses pembelajaran seperti berinisiatif untuk

berlatih dengan teman, melaksanakan tugas tepat waktu, senantiasa membawa kamus,

dan sebagainya.

C. Sistem pembelajaran ICARE

Konsep sistem ICARE yang diperkenalkan oleh Decentralized Basic Education

(DBE) yang dikembangkan oleh United States Agency International Developmen

(USAID) tahun 2006, mengemukakan suatu sistem pembelajaran yang bertujuan

untuk meningkatkan hasil belajar peserta (siswa) dengan tahapan-tahapan

pembelajaran sebagai berikut: (1) Introduce (Perkenalkan), pada tahap ini guru

sebagai fasilitator memperkenalkan topik (tujuan pembelajaran) kepada siswa,

kemudian guru sebagai fasilitator mencoba untuk menghubungkan topik

pembelajaran dengan sesuatu yang menarik perhatian siswa, yaitu hal-hal yang

berhubungan dengan kehidupan dan pengalaman orang sehari-hari. (3) Apply

(Terapkan), tahap ini sangat penting untuk siswa, karena siswa belajar menggunakan

apa yang baru mereka pelajari. Sehingga siswa terlibat langsung dalam kehidupan

nyata dengan mempraktikkan keterampilan-keterampilan yang baru. (4) Reflect

(Refleksikan) , merupakan aktivitas melalui diskusi-diskusi kelompok dan catatan-

catatan individu dalam jurnal (buku) pribadi siswa. (5) Extend (Perluaskan), tahapan

yang terakhir ini secara eksplisit guru memperluas apa yang telah dialami dan

12
dipelajari siswa, sehingga siswa akan mempraktikkan pengalaman belajarnya untuk

bersosial dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan cara ini siswa akan

mengungkapkan ide-ide atau pengalaman belajarnya. John Holt (1967) dalam

Siberman ML (2006;26) menyatakan bahwa “Proses belajar akan meningkat jika

siswa diminta untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: mengemukakan kembali

informasi dengan kata-kata mereka sendiri, memberi contohnya, melihat kaitannya

antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain, menggunakan dengan beragam

cara, memprediksikan sejumlah konsekuensinya dan menyebutkan lawan atau

balikannya”.

D. Monolog Descriptive lisan yang berterima

Pada standar kompetensi kurikulum bahasa Inggris SMP untuk kelas VII,

ditawarkan dua jenis teks fungsional (Genre) pendek berupa monolog descriptive dan

report. Dalam penelitian ini karena pelaksanaannya pada semester awal maka dipilih

monolog descriptive sebab monolog recount dianggap lebih kompleks dalam

kompetensi pendukung linguistik. Tujuan monolog descriptive adalah untuk

mendeskripsikan ciri-ciri seseorang, benda atau tempat tertentu, misalnya berasal dari

mana, warna, ukuran, kesukaan. Deskripsi hanya memberi informasi mengenai benda

atau orang tertentu yang sedang dibahas saja misalnya My Cat, ciri-ciri kucing milik

saya mungking berbeda dengan kucing-kucing yang lain. Monolog descriptive ini

memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut: (1) Menggunakan The Simple Present

13
Tense, (2) Menggunakan berbagai adjectives seperti: big, small, strong, red dan

sebagainya, (3) Abverbials untuk memberikan informasi tambahan tentang perilaku

seperti, fast, in the cage dan sebagainya. Ciri-ciri monolog descriptive akan lebih

jelas bila dilihat ditabel gambar 3.

E. Siklus Lisan

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004) pelaksanaan

pembelajaran dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus lisan yang terdiri dari

keterampilan mendengar dan berbicara sedangkan siklus tulis terdiri dari

keterampilan membaca dan menulis. Penelitian ini akan dilakukan pada siklus lisan

dengan langkah-langkah pembelajaran yang mengkaitkan keterampilan mendengar

dan berbicara secara bersama-sama dengan jenis penilaian untuk mengukur

ketercapaian kompetensi berbicara yang berterima berupa unjuk kerja dengan kriteria

penilaian meliputi kompetensi pendukung linguistik, sosiokultural dan pembentuk

wacana ada aspek kosakata yang dikaitkan dengan pemahaman berbicara,

pengucapan, tata bahasa, dan kompetensi strategi pada aspek kelancaran.

Diharapkan desain pembelajaran keterampilan mengungkapkan monolog

descriptive bahasa Inggris lisan sederhana yang berterima akan menarik dan

menyenangkan dengan menggunakan sistim ICARE, sebab dengan cara ini seluruh

siswa akan berpartsisipasi dan terlibat komunikasi langsung dalam proses

pembelajaran yang bermakna. Apabila seluruh siswa berpartisipasi dalam proses

14
pembelajaran maka akan timbul motivasi siswa untuk belajar, meningkatkan rasa

percaya diri, yang pada akhirnya keterampilan berbicara bahasa Inggris meningkat.

Azies,S,(1996:93) berpendapat “...proses belajar berbicara dalam bahasa asing akan

menjadi mudah jika pembelajar secara aktif terlibat dalam upaya-upaya untuk

berkomunikasi”.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

pendekatan kualitatif, sebab penelitian ini dilakukan karena terjadi permasalahan

pembelajaran di kelas. Permasalahan ini ditindak lanjuti dengan cara menerapkan

sebuah model pembelajaran yang diamati kemudian dianalisis dan direfleksi. Hasil

revisi kemudian diterapkan kembali pada siklus-siklus berikutnya.

B. Model Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, model Stephen Kemmis dan Mc.

Taggart (1998) yang diadopsi oleh Suranto (2000; 49). Model ini menggunakan

sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi

dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang

pemecahan masalah. Seperti yang diungkapkan oleh Mills (200;17) “Stephen

Kemmis has created a well known representation of the action research spiral …”.

Peneliti menggunakan model ini karena dianggap paling praktis dan aktual.

16
C. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan tiga siklus, siklus I, siklus II dan siklus

III, masing-masing siklus menggunakan empat tahapan, yaitu (1) menyusun rencana

tindakan, (2) melaksanakan tindakan, (3) melakukan observasi, (4) membuat analisis

dilanjutkan dengan melakukan refleksi. Masing-masing siklus menggunakan waktu

2 x 40 menit. Dalam penelitian ini yang melakukan kegiatan pembelajaran adalah

guru yang sekaligus berperan sebagai peneliti dan dibantu oleh dua orang selaku

pengamat yang bertugas mengamati proses pembelajaran dan memberi masukan bagi

guru atau peneliti untuk perbaikan tindakan berikutnya. Secara rinci masing masing

siklus dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Penyusunan Rencana Tindakan I

Peneliti menyusun rencanaan pembelajaran bahasa Inggris pada siklus lisan

dengan bahasan mengungkapkan monolog descriptive sederhana menggunakan sistim

ICARE. Rencana Pembelajaran ini mengacu pada silabus pembelajaran yang telah

dibuat guru. Untuk kelancaran proses pembelajaran maka rencana pembelajaran

tersebut dilengkapi dengan bahan ajar, media pembelajaran berupa gambar-gambar

wajah orang dan alat penilaian. Untuk kepentingan perolehan hasil penelitian

dipersiapkan juga alat observasi untuk siswa dan guru dan angket untuk siswa.

17
b. Rencana Pelaksanaan Tindakan I

Pada tahap ini akan dilakukan pembelajaran di kelas berdasarkan perencanaan

yang telah disusun dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Pertama,

pada tahap Introduce (Kenalkan) guru menjelaskan tujuan pembelajaran monolog

descriptive dengan melakukan permainan pembentukan sikap siswa dengan menyapa

“Hello” kepada siswa dan siswa merespon “Hai” kemudian siswa mendengarkan

informasi guru. Kemudian menghubungkan (Connect) pembelajaran dengan curah

pendapat tentang warna dan melakukan klarifikasi pengetahuan siswa tentang warna

rambut, kulit dan mata. Guru melakukan pemodelan pada tahap Penerapan (Apply)

dengan mengkaitkan Possessive Pronoun “his and her” dan menyebutkan macam

dan jenis rambut, kulit dan mata berdasarkan siswa yang dideskripsikan, dilanjutkan

dengan beberapa siswa meniru pemodelan guru yaitu mengkaitkan Possessive

Pronoun “his and her” dengan menyebutkan macam dan jenis rambut, kulit dan mata

berdasarkan teman-temannya yang dideskripsikan. Langkah berikutnya, guru

melakukan refleksi (Reflect) tentang macam-macam dan jenis warna rambut, kulit,

mata dan wajah orang dengan cara meminta siswa menyebutkannya dan menulis di

buku catatan siswa. Agar pembelajaran bermakna bagi siswa maka guru memodelkan

seseorang yang dicari berdasarkan gambar. Untuk mempermudah siswa

mendiskripsikan seseorang maka guru mengajak siswa menyebutkan kembali hal-hal

esensi untuk didiskripsikan dan ditulis dalam clue-clue atau berupa peta konsep.

Langkah berikutnya guru memperluas pengetahuan siswa (Extend) dengan cara siswa

belajar bersosial dalam kelompok empat orang , setiap kelompok diberi gambar orang

18
yang harus dideskripsikan dan diberi alat penilaian proses pembelajaran dengan

kriteria untuk mengetahui sejauh mana keterampilan siswa mengungkapkan monolog

descriptive untuk mendeskripsikan orang selama proses pembelajaran. Pada langkah

ini guru melakukan penilaian individu yaitu secara individu siswa mendeskripsikan

wajah orang-orang terkenal/favorit.

c. Observasi

Aktivitas observasi dilakukan ketika peneliti melakukan pembelajaran, pengamat

melaksanakan observasi untuk melihat seberapa jauh keefektifan perencanaan

pembelajaran ketika diterapkan dengan membuat catatan-catatan kekurangan atau

kelebihan yang nantinya akan dipergunakan untuk pengambilan keputusan, apakah

pembelajaran bahasa Inggris siklus lisan mengungkapkan monolog descriptive

menggunakan sistim ICARE ini, keterampilan siswa mengungkapkan monolog

descriptive sangat meningkat, cukup meningkat atau tidak meningkat.

d. Analisis dan Refleksi

Data yang diperoleh dari observasi dikumpulkan, berdasarkan hasil ini peneliti

melakukan analisis tentang pembelajaran yang telah dilakukan kemudian melakukan

refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tersebut peneliti akan tahu

kekurangan dan kelebihan dari aktivitas pembelajaran yang telah direncanakan.

Setelah mengevaluasi program pembelajaran peneliti merencanakan aktivitas

pembelajaran pada siklus berikutnya sebagai perbaikan dari siklus pertama dan begitu

19
juga pada siklus-siklus berikutnya sampai peneliti merasa puas dengan hasil yang

direncanakan.

2. Siklus II

a. Penyusunan Rencana Tindakan II

Rencana tindakan II ini disusun berdasarkan hasil analisis temuan dan refleksi

selama aktivitas pada siklus I, untuk mendapatkan perbaikan sesuai dengan tujuan

penelitian yaitu meningkatkan keterampilan siswa mengungkapkan monolog

descriptive sederhana.

b. Rencana Pelaksanaan Tindakan II

Pelaksanaan tindakan II ini dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang

timbul berdasarkan hasil observasi. Diharapkan pada siklus II ini permasalah yang

timbul pada siklus I dapat diatasi.

c. Observasi

Ketika guru melakukan pembelajaran, pengamat selaku anggota peneliti

melakukan pengamatan, mencatat temuan-temuan kekurangan atau kelebihan dan

hal-hal lain yang dianggap esensi selama proses pembelajaran pada siklus II.

d. Analisis dan Refleksi

Hasil pengamatan dari pengamat yang berupa catatan-catatan temuan selama

proses pembelajaran dianalisis dan dilakukan refleksi untuk diperbaiki dan dibuat

rencana pembelajaran pada siklus III.

20
3. Siklus III

a. Penyusunan Rencana Tindakan III

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama aktivitas pada siklus II, maka

disusun rencana pembelajaran sebagai rencana tindakan III yang bertujuan untuk

mengatasi permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada tindakan siklus II.

b. Rencana Pelaksanaan Tindakan III

Pelaksanaan Tindakan III ini dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah

yang timbul berdasarkan hasil observasi. Dengan menggunakan rencana tindakan

III, diharapkan pada siklus III ini permasalah yang timbul pada siklus II dapat

diatasi dan mencapai hasil yang optimal.

c. Observasi

Pada saat proses pembelajaran, pengamat selaku anggota peneliti melakukan

pengamatan terhadap guru dan siswa dan mencatat temuan-temuan penting

selama proses pembelajaran pada siklus III.

d. Analisis dan Refleksi

Pada aktivitas ini guru selaku peneliti dan pengamat selaku anggota bersama-

sama menganalisa hasil pengamatan yang berupa catatan-catatan temuan selama

proses pembelajaran kemudian dilakukan refleksi berupa saran dan simpulan.

21
D. Data dan Sumber Data

1. Fasilitas pembelajaran

Fasilitas yang dipersiapkan untuk membelajarkan siswa adalah standar isi, Silabus

Pembelajaran, Rencana Pembelajaran, bahan ajar, media pembelajaran berupa

gambar orang atau poster, instrumen penilaian atau alat penilaian.

2. Alat pengumpul data

Untuk mengumpulkan data selama proses penelitian disetiap siklus dipergunakan

beberapa instrument antara lain:

a. Alat observasi aktivitas siswa

Instrumen ini dipergunakan untuk memantau seberapa jauh peningkatan

keterampilan siswa mengungkapkan monolog descriptive sederhana dalam bahasa

Inggris, yang dilengkapi dengan notefield (temuan lapangan) yang bermanfaat

untuk mencatat kejadian-kejadian di luar target penelitian.

b. Alat observasi aktivitas guru

Instrumen ini berfungsi untuk mengamati bagaimana cara guru membelajarkan

siswa dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan mengungkapkan monolog

descriptive sederhana dalam bahasa Inggris yang berterima menggunaka sistim

ICARE yang juga dilengkapi dengan notefield (temuan lapangan) yang

bermanfaat untuk mencatat kejadian-kejadian diluar target penelitian.

22
c. Angket untuk siswa

Angket ini dipergunakan sebagai bahan cross check hasil pengamatan

pengamat yang dipadukan dengan pendapat siswa selama mengalami proses

pembelajaran.

d. Dokumen Nilai Keterampilan Berbicara Siswa pada Proses Pembelajaran

Dokumen nilai ini dipergunakan untuk mengetahui atau mengukur keterampilan

siswa selama proses pembelajaran dan kesiapan siswa sebelum melakukan

penilaian individu.

e. Dokumen Nilai Keterampilan Berbicara Siswa secara Individu

Dokumen nilai ini dipergunakan untuk mengetahui atau mengukur keterampilan

siswa sebagai hasil pembelajaran secara individu.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui hasil penelitian maka diperlukan data. Untuk mengumpulkan

data dibutuhkan alat pengumpul data. Dalam penelitian ini dibutuhkan dua macam

alat pengumpul data yaitu lembar observasi yang dipergunakan untuk mengamati

aktivitas siswa dan guru, dan angket untuk melakukan klarifikasi antara hasil

observasi oleh pengamat dengan responden selaku obyek yang diteliti dalam upaya

meminimalkan kesenjangan hasil penelitian yang diperoleh dari pengolahan data.

Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif dan kuantitaif. Analisis

kualitatif dipergunakan untuk mengelolah data hasil pengamatan selama proses

23
pembelajaran, sedangkan analisis kuantatif dipergunakan untuk mengolah data hasil

belajar untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa mengungkapkan monolog

descriptive sederhana lisan yang berterima.

F. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Jabon

Kabupaten Sidoarjo dengan subjek yang diteliti siswa kelas VIIA. Kelas ini

dipandang cukup representatif untuk penelitian tindakan kelas karena di kelas ini

jumlah siswanya 37 (tiga puluh tujuh), sehingga dirasa cukup ideal. Menurut

Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004) jumlah siswa setiap kelas

idealnya tidak lebih dari empat puluh siswa. Sedangkan kemampuan siswa relatif

cukup rata dengan berpedoman pada dokumen nilai hasil belajar yang dipergunakan

siswa ketika mereka mendaftarkan diri pada Penerimaan Siswa Baru (PSB).

G. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan September 2006 sampai

dengan bulan November 2006.

24
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini berangkat dari kesulitan yang dialami guru atau

penulis ketika membelajarkan siswa berbahasa Inggris lisan khususnya untuk

mengungkapkan bahasa Inggris secara lisan dan berterima. Pada umumnya siswa

kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon kurang mampu mengungkapkan bahasa lisan

walaupun mereka telah mengalami pembelajaran dalam beberapa bahasan pada siklus

lisan. Masih terdapat 40% siswa belum terampil mengungkapkan bahasa Inggris

secara lisan. Sedangkan 60% lainnya mampu mengungkapkan dengan frekuensi rata-

rata dua sampai dengan tiga kalimat saja dan dengan cara menghafalkan tulisan.Data

ini diambil dari data empiris dokumen siswa kelas VII tahun yang lalu dan data

dokumen guru penilaian berbicara bahasa Inggris siswa pada semester gasal tahun ini.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian tindakan kelas dan

disusunlah suatu rencana pembelajaran yang menggunakan sistim ICARE yang

dirancang dalam tiga siklus pembelajaran. Secara berturut-turut hasil penelitian dapat

dijelaskan sebagai berikut:

A. Siklus I

1. Persiapan Tindakan

Sebelum melaksanakan tindakan guru menyusun rencana pembelajaran

berdasarkan silabus yang telah disusun. Secara bersama-sama tim peneliti yang terdiri

25
dari peneliti dan dua orang pengamat selaku anggota menyusun rencana pembelajaran

bahasa Inggris lisan monolog descriptive lisan sederhana yang berterima

menggunakan sistim ICARE untuk siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon. Untuk

kelancaran proses pembelajaran maka rencana pembelajaran tersebut dilengkapi

dengan bahan ajar, media pembelajaran berupa gambar-gambar wajah orang dan alat

penilaian. Untuk kepentingan perolehan hasil penelitian dipersiapkan juga alat

observasi untuk siswa dan guru dan angket untuk siswa. Pada tahap awal guru

melakukan observasi kelas mengenai jumlah dan tatanan ruang atau susunan bangku

siswa, melakukan pengecekan kehadiran siswa dan memberi semangat belajar siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam waktu 2 kali 40 menit dengan langkah-

langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Di awal pembelajaran guru memperkenalkan (Introduce) Tujuan

Pembelajaran dan melakukan permainan pembentukan sikap siswa “ Hello

dan Hai”.

b. Guru melakukan curah pendapat tentang warna dengan cara menanyakan

macam-macam warna melalui benda yang ditunjuk, hal ini merupakan upaya

guru untuk mengkaitkan (Connect) tujuan pembelajaran dengan kehidupan

nyata kemudia melakukan klarifikasi pengentahuan siswa tentang warna

tersebut dengan cara bertanya kepada beberapa siswa secara acak. Kemudian

melakukan curah pendapat tentang warna rambut, kulit dan mata.

26
c. Guru melakukan pemodelan dan mengkaitkan Possessive Pronoun “his and

her” dengan menyebutkan macam dan jenis rambut, kulit dan mata

berdasarkan siswa yang dideskripsikan. Dilanjutkan dengan beberapa siswa

menerapkan (Apply) pemodelan yang telah dilakukan guru yaitu mengkaitkan

Possessive Pronoun “his and her” dengan menyebutkan macam dan jenis

rambut, kulit dan mata didalam mendiskripsikan teman-temannya.

d. Guru melakukan refleksi (Reflect) pembelajaran dengan curah pendapat

tentang macam-macam dan jenis warna rambut, kulit, mata dan wajah orang

dengan cara meminta siswa menyebutkan dan mencatat di buku pribadinya.

e. Untuk mempermudah siswa mendiskripsikan seseorang maka guru mengajak

siswa menyebutkan kembali hal-hal esensi untuk dideskripsikan dan ditulis

dalam clue-clue atau berupa peta konsep.

f. Untuk memperluas (Extend) pengetahuan atau pengalaman siswa maka siswa

belajar bersosial dalam kelompok empat orang, setiap kelompok diberi

gambar orang yang harus dideskripsikan dan diberi alat penilaian proses

pembelajaran dengan kriteria untuk mengetahui seberapa jauh siswa sudah

terampil mengungkapkan monolog descriptive untuk mendeskripsikan orang

selama proses pembelajaran, bagi siswa yang belum mencapai kompetensi

dalam penilaian proses ini mereka harus mengikuti pembelajaran remidial

dengan tutor sebaya.

g. Kegiatan paling akhir, guru melakukan penilaian individu, hal ini dilakukan

dengan cara setiap siswa secara individu mendeskripsikan salah satu dari

27
wajah orang-orang terkenal/favorit siswa yang telah dipersiapkan guru,

sehingga siswa dapat memilih siapa orang terkenal atau favorit yang mereka

suka dan harus dideskripsikan.

3. Observasi

a. Pada awal pembelajaran (Introduce) siswa terlihat sangat senang dan antusias

mendengarkan guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan manfaat

pembelajaran monolog descriptive yang dapat dipergunakan untuk

mendiskripsikan orang-orang yang dicari atau orang-orang terkenal. Begitu

juga ketika guru mengkaitkan pembelajaran dengan melakukan curah

pendapat dan tanya jawab secara berpasangan, kompetensi sikap siswa pada

umumnya mulai terbentuk, hanya ketika siswa belajar dalam kelompok empat

orang ada beberapa siswa yang belum mampu mengelolah diri sehingga

melakukan penyimpangan belajar terlihat seperti tidak mempunyai keinginan

untuk berlatih mendiskripsikan gambar yang dimiliki dengan teman-teman

dalam kelompoknya atau mungkin gaya belajar siswa, hanya saja gaya belajar

ini tidak menjadi target penelitian.

b. Pada saat menerapkan monolog descriptive lisan yang berterima ini, pada

umumnya siswa mampu mengungkapkan 5 (lima) bagian wajah yang

dideskripsikan tetapi sebagian siswa masih sering melakukan kesalahan pada

Kompetensi linguistik khususnya pada penggunaan “to be are” yang

dipergunakan untuk mendiskripsikan mata yang dalam bahasa Inggris

28
berbentuk jamak. Kelihatannya siswa pada umumnya terkecoh penggunaan

“to be is” yang dipergunakan untuk mendiskripsikan 4 (lima) dari 5 (lima)

bagian wajah yang dideskripsikan. Kesalahan juga sering dilakukan siswa

pada saat mengucapkan warna yang semu misalnya kemerah-merahan

seharusnya dikatakan [redist] tetapi siswa sering mengucapkan sepenggal-

sepenggal berdasarkan asal kata jadiannya yaitu “red-ist”.

c. Kesalahan pengucapan (Pronunciation) pada Kompetensi Tindak tutur

sebagai pembuka pembicaraan yaitu kata “describe” [di’skraib] sering

diucapkan [di’skrib].

d. Gambar yang dideskripsikan guru kurang besar, sehingga kurang jelas untuk

diamati bagi siswa yang duduk dibangku belakang.

e. Pada penilaian individu beberapa siswa, cenderung melihat peta konsep.

f. Kriteria pada alat penilaian kurang lengkap. Kriteria penilaian yang terdiri

dari aspek Pemahaman (kosa kata dan koherensi antar kata/kalimat),

Pengucapan dan Kelancaran, dirasa kurang lengkap karena guru

membelajarkan kompetensi linguistik“to be is dan are”, sehingga hal ini tidak

tercover dalam penilaian.

g. Hasil penilaian proses yang dilakukan siswa dalam kelompok pada aspek

kelancaran berbeda dengan hasil penilaian guru.

4. Analisis dan refleksi

a. Bila dilihat dari aktivitas siswa pada perkenalan (Introduce) dan hubungkan

(Connect) yang pada umumnya sangat antusias dan merasa senang selama

29
proses pembelajaran monolog descriptive menggunakan sistim ICARE,

menunjukan bahwa sistim ini dengan langkah-langkah Introduceion, Connect,

Apply, Reflect dan Extend (ICARE), mampu menciptakan situasi yang

kondusif dan menyenangkan, karena siswa merasa bebas untuk

mengungkapkan pendapatnya sehingga muncul rasa percaya diri. Hal ini juga

terlihat ketika waktu istirahat, ternyata semua siswa lebih cenderung ingin

melanjutkan pembelajaran dari pada istirahat.

b. Pada umumnya siswa mampu mengungkapkan 5 (lima) kalimat yang

ditargetkan dalam pembelajaran secara lisan yang berterima, untuk

mendiskripsikan wajah seseorang. Untuk itu monolog descriptive pada

pertemuan berikutnya dapat ditingkatkan jumlah kosakatanya.

c. Untuk mencapai Discourse Competence yaitu menggunakan bahasa Inggris

yang berterima perlu pembelajaran ulang yang diprogramkan pada siklus ke 2

(dua) sebagai berikut:

 Penekanan pada penggunaan to be untuk benda jamak yaitu “are” agar

siswa tidak terkecoh dengan penggunaan to be “is”.

 Perbaikan pengucapan kata “describe” [di’skraib] yang sering diucapkan

[di’skrib]. Pada kalimat pembuka pembicaraan.

 Perbaikan pengucapan kata jadian tentang warna semu, agar diucapkan

utuh, tidak terpenggal antara kata dasar dengan afiknya.

30
 Monitoring guru ketika siswa belajar kelompok perlu ditingkatkan agar

siswa dapat memanfaatkan waktu untuk berlatih dalam kelompoknya atau

dibentuk kelompok yang lebih besar agar guru lebih mudah untuk

memantau.

d. Untuk mendapatkan keabsahan data maka pada proses penilaian perlu

perbaikan pada:

 Penambahan kriteria penilaian pada aspek linguistik, yaitu dalam

penggunaan to be yang tepat.

 Untuk meminimalisasi kesenjangan hasil penilaian siswa dan guru maka

perlu penjelasan yang lebih mendalam kepada siswa tentang pemahaman

kriteria penilaian.

e. Hasil analisis angket siswa

Dari hasil angket yang dipergunakan sebagai informasi klarifikasi antara

pengamat dengan siswa yang mengalami pembelajaran, dijelaskan sebagai

bahwa selama proses pembelajaran sampai dengan penilaian, langkah-langkah

yang dilakukan guru sesuai dengan rencana pembelajaran. Hal ini dapat

diperoleh dari 34 siswa memberi centangan “ya” pada urutan proses

pembelajaran sampai dengan penilaian. Pada hasil pembelajaran seluruh siswa

menyatakan pembelajaran tersebut menyenangkan, membuat mereka percaya

diri, mereka lebih sering mengungkapkan dengan bahasa mereka sendiri dan

siswa merasa keterampilan mengungkapkan bahasa Inggris lisan meningkat.

31
Tabel 4.1

Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I


Mengungkapkan Monolog Descriptive lisan sederhana yang berterima

ASPEK YANG DINILAI


NO NAMA JUMLAH KELOMPOK
A B C
1 Achmad Al Islakhul M 34 24 10 68 7
2 Achmad Muzaki 00 00 00 00 tidak hadir
3 Achmad Solickudin 40 30 20 90 5
4 Andina Mauludiyah 40 24 15 79 4
5 Ardianto 40 24 15 79 5
6 Asmaul Khusnah 40 24 15 79 8
7 Choirul Arif 40 24 15 79 1
8 Diah Fikriani Mulia 34 24 20 78 2
9 Dimas Hakiki 34 24 20 68 7
10 Dwi Cahyono 00 00 00 00 tidak hadir
11 Edy Bahrudin 40 24 15 79 1
12 Fachriyah Mawali 34 18 10 62 9
13 Fatimatuz Zahro 40 24 20 84 6
14 Fifit Andini 40 24 10 74 6
15 Ika Putri Rahmawati 40 24 20 84 6
16 Kemal Maulana Akbar 40 24 15 79 5
17 Lina Anggia Putri 40 24 15 79 3
18 Lutfi Susanto 00 00 00 00 tidak hadir
19 M Nukman Mufidz 40 30 30 100 5
20 Moch. Miftakhul Hadi 40 18 15 73 1
21 Moh. Anton Wijaya 40 24 15 79 7
22 Moh. Aziz Nuril 00 00 00 00 tidak hadir
23 Mohammad Isyommudin 34 24 20 78 2
24 Mohammad Nasirudin 40 18 15 79 1
25 Mutiatul Lutfiyah 34 18 10 62 6
26 Naufal Jaadal Maula 40 24 15 79 7
27 Niswati 34 24 20 78 2
28 Nur Afifah 40 18 15 73 3
29 Nur Triani Indah Wati 40 24 15 79 4
30 Retno Rosari 40 30 20 90 4
31 Roudlotul Islamiyah 40 24 15 79 3
32 Sahrul Ma’sum 34 24 15 73 2
33 Sri Agustina 40 24 15 79 4
34 Susi Susanti 34 18 10 62 9
35 Titin Muzzaqiyatul Q 40 30 20 90 3
36 Wiwin Sholikhah 40 30 20 90 9
Yoga Prata37Yoga Pratama Eko P 40 18 15 73 1
Jumlah 1266 780 535 2577
Keterangan :
A= Pemahaman (Jumlah kosa kata/kalimat dan koherensi/keterkaitan dengan bahasan
B =Pengucapan (Pronunciation)
C =Kelancaran (Fluency)

32
Jumlah siswa yang di kelas VIIA adalah 37 (tiga puluh tujuh) siswa, yang tidak

hadir sejumlah 3 orang sehingga yang hadir dalam penelitian ini sejumlah 34 (tiga

puluh empat) siswa. Secara kuantitatif hasil belajar siswa tentang monolog

descriptive lisan yang berterima menggunakan sistim ICARE dapat dipaparkan

sebagai berikut:

 Rata-rata skor pemahaman : 1266 : 34 = 37,2. Artinya bila dikonversikan

dengan kriteria penilaian monolog descriptive pada siklus I (Kriteria penilaian

terlampir) , maka siswa rata-rata mampu atau terampil mengungkapkan lebih

dari 5 kalimat atau mendekati 6 kalimat. Sehingga pada pembelajaran yang

akan datang perlu ditingkatkan jumlah kosa kata/kalimatnya.

 Rata-rata skor pengucapan : 780 : 34 = 22,9. Perolehan nilai pada pengucapan

bila dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive pada siklus I

pada aspek pengucapan maka siswa cukup sering melakukan kesalahan

pengucapan, untuk itu perlu perbaikan pada aktivitas pembelajaran yang akan

datang.

 Rata-rata skor kelancaran : 535 : 34 = 15,73. Data hasil penilaian kelancaran

ini bila dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive pada

siklus I, artinya siswa pada umumnya cukup lancar di dalam mengungkapkan

monolog descriptive lisan. Untuk mencapai hasil yang optimal maka siswa

perlu latihan lebih intensif.

33
Tabel 4.2

Penilaian Individu Siswa Siklus I


Mengungkapkan Monolog Descriptive lisan sederhana yang berterima

ASPEK YANG DINILAI


NO NAMA JUMLAH KOMENTAR
A B C
1 Achmad Al Islakhul M 40 24 20 84
2 Achmad Muzaki 00 00 00 00 tidak hadir
3 Achmad Solickudin 40 18 20 78
4 Andina Mauludiyah 40 18 20 78
5 Ardianto 40 18 20 78
6 Asmaul Khusnah 40 18 20 78
7 Choirul Arif 34 18 15 67
8 Diah Fikriani Mulia 40 24 20 84
9 Dimas Hakiki 40 24 20 84
10 Dwi Cahyono 00 00 00 00 tidak hadir
11 Edy Bahrudin 40 18 20 78
12 Fachriyah Mawali 40 30 20 90
13 Fatimatuz Zahro 40 30 20 90
14 Fifit Andini 27 24 15 79
15 Ika Putri Rahmawati 40 24 20 84
16 Kemal Maulana Akbar 40 30 30 100
17 Lina Anggia Putri 40 24 20 84
18 Lutfi Susanto 00 00 00 00 tidak hadir
19 M Nukman Mufidz 40 24 25 89
20 Moch. Miftakhul Hadi 34 18 20 72
21 Moh. Anton Wijaya 40 18 20 84
22 Moh. Aziz Nuril 00 00 00 00 tidak hadir
23 Mohammad Isyommudin 40 24 20 84
24 Mohammad Nasirudin 40 18 20 78
25 Mutiatul Lutfiyah 40 18 20 78
26 Naufal Jaadal Maula 40 6 20 66
27 Niswati 40 30 20 90
28 Nur Afifah 40 30 25 95
29 Nur Triani Indah Wati 40 18 25 83
30 Retno Rosari 40 30 25 95
31 Roudlotul Islamiyah 40 18 20 78
32 Sahrul Ma’sum 40 18 20 78
33 Sri Agustina 40 18 20 78
34 Susi Susanti 40 30 20 90
35 Titin Muzzaqiyatul Q 40 30 30 100
36 Wiwin Sholikhah 40 30 25 95
Yoga Prata37Yoga Pratama Eko P 40 6 15 61
Jumlah 1295 726 690 2730
Keterangan :
A= Pemahaman (Jumlah kosa kata/kalimat dan koherensi/keterkaitan dengan bahasan
B =Pengucapan (Pronunciation)
C =Kelancaran (Fluency)

34
Dari data penilaian guru (Penilaian Individu) dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Rata-rata skor pemahaman : 1295 : 34 = 38,08. Terdapat selisih 0,88 dengan

penilaian siswa tetapi hal ini tidak menimbulkan kesenjangan karena bila

dikonversikan dengan kriteria nilai maka kemampuan siswa mengungkapkan

rata-rata berkisar lebih dari 5 kalimat atau mendekati 6 kalimat. Sehingga

pada pembelajaran yang akan datang perlu ditingkatkan jumlah kosa

kata/kalimatnya.

 Rata-rata skor pengucapan : 726 : 34 = 21,35, terdapat selisih 1,54. Bila

dikonversikan dengan kriteria nilai artinya siswa cukup sering melakukan

kesalahan pengucapan, untuk itu perlu perbaikan pada aktivitas pembelajaran

yang akan datang dan selisih angka ini tidak menimbulkan perbedaan antara

data siswa dibandingkan data guru.

 Rata-rata skor kelancaran : 690 : 34 = 20,2 terdapat selisih 4,56. Hasil

penilaian pada aspek kelancaran terdapat perbedaan antara hasil penilaian

siswa disbanding penilaian guru. Menurut data penilaian siswa diperoleh rata-

rata nilai 15,73 bila dikonversikan dengan kriteria nilai artinya siswa pada

umumnya cukup lancar didalam mengungkapkan monolog descriptive lisan,

tetapi berdasarkan data penilaian guru diperoleh rata-rata nilai 20,2, artinya

siswa pada umumnya lancar didalam mengungkapkan monolog descriptive

lisan. Setelah didiskusikan dengan tim pengamat dimungkinkan peningkatan

kelancaran siswa ini terjadi karena terdapat waktu untuk melatih diri secara

35
individu ketika siswa menunggu giliran saat penilaian individu atau siswa

lebih serius bila dinilai guru. Walaupun demikian untuk mencapai hasil yang

optimal perlu latihan lebih intensif sebelum siswa mendapat giliran penilaian

individu.

B. Siklus II

1. Persiapan Tindakan

Seperti yang telah dilakukan pada persiapan tidakan pada siklus I sebelum

melakukan tindakan guru dan anggota penelitian secara berkolaborasi menyusun

rencana pembelajaran berdasarkan silabus yang telah disusun. Pada siklus II ini

rencana pembelajaran bahasa Inggris lisan monolog descriptive lisan sederhana yang

berterima menggunakan sistim ICARE untuk siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon

dirancang dengan aktivitas lanjutan dari siklus I antara lain: Topik bahasan tentang

Human’s body description. Target kosakata/ kalimat yang harus diungkapkan dalam

monolog descriptive kali ini sejumlah 5 kalimat dan perbaikan pengucapan pada kata

“describe”, kata jadian warna semu, penggunaan “to be are”, dan penambahan

kriteria penilaian pada kompetensi linguistik. Untuk kelancaran proses pembelajaran

maka rencana pembelajaran tersebut dilengkapi dengan bahan ajar, media

pembelajaran berupa gambar-gambar wajah orang dan alat penilaian. Untuk

kepentingan perolehan hasil penelitian yang optimal dipersiapkan juga alat observasi

untuk siswa dan guru dan angket untuk siswa. Awal guru melakukan observasi kelas

mengenai jumlah dan tatanan ruang atau susunan bangku, pada siklus II ini siswa

36
dibagi dalam kelompok sepuluh agar mudah untuk dipantau selama proses

pembelajaran. Peneliti juga mengajak siswa berdo’a, melakukan pengecekan

kehadiran siswa dan memberi semangat belajar siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan di siklus II ini guru melakukan pembelajaran dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengawali aktivitas tindakan, guru memperkenalkan (Introduce) Tujuan

Pembelajaran dan melakukan review pembelajaran berkaitan dengan deskripsi

wajah seseorang, agar siswa dapat merecall atau mengkaitkan kembali

pengetahuan atau keterampilan yang sudah didapatkan pada siklus I, dengan

menggunakan poster/gambar yang cukup besar dan dapat diamati siswa yang

duduk dibagian bangku belakang. Beberapa siswa diminta untuk

mendemonstrasikan kembali keterampilan mengungkapkan monolog

descriptive lisan dengan cara mendiskripsikan gambar wajah seseorang yang

terkenal. Pada aktivitas tersebut guru juga mengklarifikasi pengucapan kata

jadian yang menunjukkan warna semu agar tidak diucapkan terpenggal antara

kata dasar dan afiknya atau diucapkan langsung dalam satu kata.

b. Berikutnya guru menghubungkan (Connect) topik bahasan dengan melakukan

curah pendapat tentang kata sifat yang dipergunakan untuk menghubungkan

topik bahasan dengan diskripsi tubuh manusia misalnya, short, tall, fat, thin.

37
c. Guru melakukan klarifikasi pengetahuan siswa tentang kata sifat yang

dipergunakan untuk mendiskripsikan tubuh manusia, melalui permainan tanya

jawab, arti kata atau lawan kata.

d. Guru sebagai model, menerapkan (Apply) kata ganti subyek “He dan She”

dengan mengkaitkan beberapa kata sifat dan kata kerja “wears” berdasarkan

siswa yang dideskripsikan.

e. Beberapa siswa ikut menerapkan model guru satu sama lain saling

mendiskripsikan postur tubuh mereka.

f. Guru melakukan refleksi (Reflect) melaui curah pendapat tentang hal-hal yang

harus dideskripsikan dengan cara menambahkan clues pada peta konsep,

sehingga jumlah clue dari 5 (deskripsi wajah) ditambah 3 (deskripsi postur

tubuh) dan 2 kalimat yang menggunakan kata kerja ”wears” yang diikuti

dengan kata benda berhubungan dengan pakaian sehingga jumlah Iclue

menjadi 10. Kemudian siswa menyalin dalam buku pribadi siswa.

g. Untuk memperluas pengetahuan siswa maka guru mengkondisikan siswa

untuk berlatih dalam kelompok untuk mendiskripsikan orang berdasarkan

gambar dengan menggunakan 10 clues dan memberi penjelasan ulang tentang

kriteria penilaian kemudian melakukan penilaian proses dengan memilih

ketua kelompok sebagai koordinator penilai.

h. Guru melakukan pendampingan dan mengingatkan pada siswa tentang

pengucapan “describe” dan penggunaan “to be are” yang sering salah.

38
i. Guru memberi kesempatan siswa untuk berlatih mendiskripsikan orang-orang

terkenal berdasarkan gambar secara acak sebelum melakukan penilaian

individu. Agar siswa lebih bersemangat maka aktivitas ini dilakukan di luar

kelas dengan diberi motivasi diperbolehkan duduk bagi siswa yang sudah siap

diuji secara individu.

j. Guru melakukan penilaian individu bagi siswa yang sudah siap diuji.

3. Observasi

a. Berdasarkan pengamatan, aktivitas pembelajaran pada siklus II ini siswa lebih

bersemangat dan lebih percaya diri dibandingkan dengan proses pembelajaran

pada siklus I.

b. Pada umumnya siswa terampil mengungkapkan monolog descriptive

walaupun jumlah kosakata/kalimat ditingkatkan 100%, dengan pengucapan

yang relatif benar dan lancar.

c. Pada saat penilaian proses maupun individu terlihat siswa sudah terbiasa

dengan penilaian yang mengacu pada kriteria (Penilaian Acuan Patokan)

sehingga siswa sudah mampu memprediksi kemampuan atau ketrempilannya

untuk mencapai kompetensi berdasarkan kriteria.

d. Selama proses pembelajaran siswa terkesan tenang karena jumlah siswa yang

tidak hadir cukup banyak yaitu 10 (sepuluh) orang, walaupun demikian tidak

mengurangi semangat belajar siswa yang hadir, hal ini juga terlihat ketika jam

pembelajaran telah usai tetapi siswa masih tetap ingin menyelesaikan

39
penilaian individu samapi tuntas, kecuali 2 orang mengatakan belum siap

mendapatkan nilai Standar Ketuntasan Minimal Belajar (SKMB)

e. Masih ada beberapa siswa yang masih menggunakan “to be is” untuk

mendiskripsikan mata, tetapi sebagian besar sudah benar. Begitu juga pada

pengucapan“describe” dan mengungkapkan kata jadian untuk warna semu

pada umumnya sudah benar.

4. Analisis dan refleksi

a. Model pembelajaran monolog descriptive lisan sederhana yang berterima

menggunakan ICARE yang diterapkan pada siklus II ini mampu

membangkitkan semangat siswa dalam belajar di kelas dan membuat siswa

lebih percaya diri dibandingkan dengan proses pembelajaran pada siklus I,

karena siswa sudah terbiasa (familiar) dengan model pembelajaran ini.

b. Hasil analisis angket siswa juga menunjukkan hal yang sama yaitu selama

proses pembelajaran sampai dengan penilaian, langkah-langkah yang

dilakukan guru sesuai dengan rencana pembelajaran. Hal ini dapat diperoleh

dari 27 siswa yang hadir memberi centangan pada kolom “ya” pada angket

proses pembelajaran sesuai yang dialami siswa. Seluruh siswa juga

menyatakan bahwa selama pembelajaran melalui aktivitas curah pendapat ini

menyenangkan, membuat mereka percaya diri, siswa lebih sering

mengungkapkan dengan bahasa mereka sendiri dan siswa merasa

keterampilan mengungkapkan bahasa Inggris lisan mereka meningkat.

40
Tabel 4.3

Penilaian Proses Pembelajaran Siklus II


Mengungkapkan Monolog Descriptive lisan sederhana yang berterima

ASPEK YANG DINILAI


NO NAMA JUMLAH KELOMPOK
A B C D
1 Achmad Al Islakhul M 40 16 12 12 80 1
2 Achmad Muzaki 00 00 00 00 00 tidak hadir
3 Achmad Solickudin 00 00 00 00 00 tidak hadir
4 Andina Mauludiyah 40 16 16 12 84 1
5 Ardianto 40 16 16 12 84 2
6 Asmaul Khusnah 40 16 16 12 84 1
7 Choirul Arif 40 16 12 12 80 1
8 Diah Fikriani Mulia 40 16 16 12 84 1
9 Dimas Hakiki 00 00 00 00 00 tidak hadir
10 Dwi Cahyono 00 00 00 00 00 tidak hadir
11 Edy Bahrudin 40 12 12 20 84 2
12 Fachriyah Mawali 40 16 16 12 84 1
13 Fatimatuz Zahro 32 16 12 20 80 2
14 Fifit Andini 40 16 12 12 80 1
15 Ika Putri Rahmawati 40 16 16 12 84 2
16 Kemal Maulana Akbar 40 16 16 20 92 2
17 Lina Anggia Putri 40 16 12 12 80 1
18 Lutfi Susanto 00 00 00 00 00 tidak hadir
19 M Nukman Mufidz 00 00 00 00 00 tidak hadir
20 Moch. Miftakhul Hadi 00 00 00 00 00 tidak hadir
21 Moh. Anton Wijaya 00 00 00 00 00 tidak hadir
22 Moh. Aziz Nuril 40 12 12 12 76 1
23 Mohammad Isyommudin 32 16 16 20 84 2
24 Mohammad Nasirudin 40 16 16 12 84 1
25 Mutiatul Lutfiyah 40 16 16 20 92 2
26 Naufal Jaadal Maula 00 00 00 00 00 tidak hadir
27 Niswati 40 12 12 12 76 1
28 Nur Afifah 40 16 16 20 92 2
29 Nur Triani Indah Wati 32 16 16 20 84 2
30 Retno Rosari 40 16 16 20 92 2
31 Roudlotul Islamiyah 40 20 20 20 100 1
32 Sahrul Ma’sum 40 16 12 12 80 1
33 Sri Agustina 40 16 20 12 88 1
34 Susi Susanti 40 16 8 12 76 2
35 Titin Muzzaqiyatul Q 40 16 16 20 92 2
36 Wiwin Sholikhah 40 16 16 20 92 2
Yoga Prata37 Yoga Pratama Eko P 00 00 00 00 00 tidak hadir
Jumlah 1056 424 396 412 2288
Keterangan :
A= Pemahaman (Jumlah kosa kata/kalimat dan koherensi/keterkaitan dengan bahasan
B =Pengucapan (Pronunciation)
C =Kelancaran (Fluency)
D=Struktur (Structure)

41
Jumlah siswa di kelas VIIA yang hadir pada pelaksanaan siklus II sejumlah 27

siswa, sepuluh siswa yang lainnya tidak hadir. Empat siswa mengirim surat

keterangan sakit sedangkan enam lainnya tanpa keterangan. Berdasarkan Kalender

Pendidikan SMP Negeri 2 Jabon selama bulan puasa mulai tanggal 26 September

2006 sampai dengan 16 Oktober 2006 adalah hari Efektif Fakultatif. Selama bulan

puasa aktivitas pembelajaran dibagi dalam 2 sesi. Sesi pertama tanggal 26 sampai

dengan 30 September 2006 pembelajaran umum dan sesi kedua mulai tanggal 1

sampai dengan 14 Oktober 2006 pembelajaran khusus Bimbingan Romadhon.

Sedangkan jadwal aktivitas Bimbingan Romadhon untuk kelas VII berakhir tanggal 5

Oktober 2006 dan aktivitas siklus II dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2006 pada

saat siswa kelas VII sudah mulai libur. Kemungkinan inilah yang menyebabkan siswa

kelas VIIA tidak hadir sampai 10 orang, walaupun peneliti telah memberi surat

pemberitahuan kepada wali murid khusus kelas VIIA tentang penelitian ini. Tetapi hal

ini tidak mengurangi semangat belajar siswa yang hadir, bahkan mereka lebih

semangat dan lebih percaya diri. Hal ini terlihat dari keceriaan siswa ketika belajar

mulai dari awal sampai dengan penilaian individu.

Secara kuantitatif hasil belajar siswa tentang mengungkapkan monolog descriptive

lisan sederhana dengan menggunakan sistim ICARE pada siklus II ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

 Rata-rata skor pemahaman : 1056 : 27 = 39,1. Rata-rata nilai ini bila

dikonversikan dengan tabel kriteria penilaian monolog descriptive penilaian

42
proses pembelajaran pada siklus II (Kriteria penilaian terlampir) , maka rata-

rata dari ke 27 siswa yang dibelajarkan telah terampil mengungkapkan 7

sampai dengan 10 kalimat. Hal ini menunjukkan bahwa hampir ke 27 siswa

telah terampil mengungkapkan monolog descriptive yang ditargetkan dalam

pembelajaran. Untuk mencapai Discourse Competence hasil penilaian dapat

paparkan melalui kompetensi pendukungnya di bawah ini.

 Rata-rata skor pengucapan : 424 : 27 = 15,7. Perolehan rata-rata nilai pada

pengucapan bila dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive

penilaian proses pada siklus II pada aspek pengucapan pada umumnya siswa

kadang-kadang melakukan kesalahan pengucapan tetapi pengucapannya jelas.

 Rata-rata skor kelancaran : 396 : 27 = 14,7. Hasil penilaian kelancaran ini bila

dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive penilaian proses

pembelajaran pada siklus II, menunjukkan bahwa siswa pada umumnya lancar

didalam mengungkapkan monolog descriptive lisan.

 Rata-rata skor struktur kalimat : 412 : 27 = 15,3. Data ini bila dikonversi

dengan tabel kriteria penilaian monolog descriptive penilaian proses

pembelajaran pada siklus II, menunjukkan bahwa pada umumnya siswa

mampu menggunakan struktur kalimat yang dibelajarkan dalam monolog

descriptive ini. Hanya beberapa siswa yang perlu dibelajarkan kembali pada

siklus yang akan datang.

43
Tabel 4.4

Penilaian Individu Siswa Siklus II


Mengungkapkan Monolog Descriptive lisan sederhana yang berterima

ASPEK YANG DINILAI


NO NAMA JUMLAH KOMENTAR
A B C D
1 Achmad Al Islakhul M 40 20 12 12 84
2 Achmad Muzaki 00 00 00 00 00 tidak hadir
3 Achmad Solickudin 00 00 00 00 00 tidak hadir
4 Andina Mauludiyah 40 16 16 20 92
5 Ardianto 34 20 16 20 90
6 Asmaul Khusnah 40 20 20 20 100
7 Choirul Arif 00 00 00 00 00 belum siap
8 Diah Fikriani Mulia 40 16 20 20 94
9 Dimas Hakiki 00 00 00 00 00 tidak hadir
10 Dwi Cahyono 00 00 00 00 00 tidak hadir
11 Edy Bahrudin 34 20 16 20 90
12 Fachriyah Mawali 40 20 12 12 84
13 Fatimatuz Zahro 34 20 16 20 90
14 Fifit Andini 34 20 16 20 90
15 Ika Putri Rahmawati 40 16 16 20 92
16 Kemal Maulana Akbar 40 16 16 20 92
17 Lina Anggia Putri 40 16 16 20 92
18 Lutfi Susanto 00 00 00 00 00 tidak hadir
19 M Nukman Mufidz 00 00 00 00 00 tidak hadir
20 Moch. Miftakhul Hadi 00 00 00 00 00 tidak hadir
21 Moh. Anton Wijaya 00 00 00 00 00 tidak hadir
22 Moh. Aziz Nuril 00 00 00 00 00 belum siap
23 Mohammad Isyommudin 40 16 16 20 92
24 Mohammad Nasirudin 40 16 16 12 84
25 Mutiatul Lutfiyah 40 16 16 12 84
26 Naufal Jaadal Maula 00 00 00 00 00 tidak hadir
27 Niswati 40 16 16 20 92
28 Nur Afifah 40 16 16 20 92
29 Nur Triani Indah Wati 40 16 16 16 88
30 Retno Rosari 40 16 16 20 92
31 Roudlotul Islamiyah 40 16 20 20 96
32 Sahrul Ma’sum 34 20 16 20 90
33 Sri Agustina 40 16 16 20 92
34 Susi Susanti 40 16 16 20 92
35 Titin Muzzaqiyatul Q 40 20 18 20 98
36 Wiwin Sholikhah 40 16 20 20 96
Yoga Prata37 Yoga Pratama Eko P 00 00 00 00 00 tidak hadir
Jumlah 970 436 410 464 2278
Keterangan :
A= Pemahaman (Jumlah kosa kata/kalimat dan koherensi/keterkaitan dengan bahasan
B =Pengucapan (Pronunciation)
C =Kelancaran (Fluency)
D=Struktur (Structure)

44
c. Data yang diperoleh guru ketika melakukan penilaian individu siswa sejumlah

25 (dua puluh lima), karena 2 siswa menyatakan belum siap sedangkan waktu

pembelajaran sudah usai, dipaparkan sebagai berikut:

 Rata-rata skor pemahaman : 970 : 25 = 38,8. Rata-rata nilai ini bila

dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive secara individu

pada siklus II (Kriteria penilaian terlampir) , maka ke 25 siswa yang

dibelajarkan tergolong terampil mengungkapkan monolog descriptive dengan

rata-rata 10 kalimat, sesuai dengan target pembelajaran. Untuk mencapai

Discourse Competence hasil penilaian dapat paparkan sebagai berikut:

 Rata-rata skor pengucapan : 436 : 25 = 18,16. Pada aspek pengucapan rata-

rata nilai ini bila dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive

penilian individu pada siklus II menunjukkan bahwa pada umumnya siswa

telah mampu mengungkapkan kalimat-kalimat monolog descriptive lisan

sederhana dengan benar walaupun sebagian kecil siswa masih kadang-kadang

melakukan kesalahan pengucapan tetapi pengucapannya jelas, perbaikan

pengucapan hanya dilakukan bagi beberapa siswa yang belum mencapai

kompetensi linguistik.

 Rata-rata skor kelancaran : 410 : 25 = 17,08. Angka ini bila dikonversikan

dengan kriteria penilaian individu monolog descriptive yang dilakukan guru

pada siklus II, menunjukkan bahwa siswa pada umumnya lancar dan sebagian

sangat lancar didalam mengungkapkan monolog descriptive lisan sederhana.

45
 Rata-rata skor struktur kalimat : 464 : 25 = 19,33. Data ini bila dikonversi

dengan tabel kriteria penilaian individu monolog descriptive yang dilakukan

guru pada siklus II, menunjukkan bahwa pada umumnya siswa mampu

menggunakan struktur kalimat yang benar dalam mengungkapkan monolog

descriptive ini.

C. Siklus III

1. Persiapan Tindakan

a. Berdasarkan hasil paparan analisis dan refleksi pada siklus II bahwa pada

umumnya siswa telah mencapai Discourse Competence untuk aktivitas

pembelajaran bahasa Inggris lisan, dan menunjukkan kemampuan

mengungkapkan monolog descriptive sederhana yang berterima meningkat,

dimana unsur-unsur kompetensi pendukungnya juga pada umumnya telah

dikuasai siswa, maka tim penelitian sepakat pada siklus III, merancang untuk

membelajarkan siswa 10 siswa yang tidak hadir dan 2 siswa yang belum siap

diuji lisan secara individu pada siklus II.

b. Agar seluruh siswa ikut belajar maka pembelajaran monolog descriptive

melalui sistim ICARE ini dilakukan menggunakan tutor sebaya.

c. Seperti pada siklus-siklus yang lalu, sebelum guru melaksanakan tindakan

guru dengan tim penelitian menyusun rencana pembelajaran berdasarkan

silabus yang telah disusun. Untuk proses pembelajaran maka rencana

46
pembelajaran dilengkapi dengan bahan ajar, media pembelajaran berupa

gambar/poster orang dan alat penilaian. Untuk kepentingan perolehan hasil

penelitian dipersiapkan juga alat observasi untuk siswa dan guru juga angket

untuk siswa. Pada tahap awal guru melakukan observasi kelas mengenai

jumlah dan tatanan ruang atau susunan bangku siswa, mengajak siswa berdo’a

kemudian melakukan pengecekan kehadiran siswa, melakukan pembelajaran

sikap dan memberi semangat belajar siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Mengawali aktivitas tindakan, membagi kelas menjadi empat kelompok

dengan mengkondisikan 10 siswa yang tidak hadir dan 2 siswa yang belum

siap diuji pada siklus II dibagi rata pada masing-masing kelompok, dan

menentukan ketua kelompok dan beberapa tutor sebaya yang bertanggung

jawab tentang keberhasilan siswa yang tidak hadir pada siklus II.

b. Pada awal pembelajaran guru memperkenalkan (Introduce) Tujuan

Pembelajaran dan fungsi sosialnya (Lifeskills) dan menjelaskan bahwa

pembelajaran ini masih berkaitan dengan monolog descriptive dengan topik

lanjutan The Human’s Body description.

c. Guru melakukan review pembelajaran berkaitan dengan aktivitas tindakan

pada siklus I yaitu dengan melakukan permainan kuis mendeskripsikan wajah

seseorang, dengan menggunakan poster/gambar yang cukup besar dan dapat

diamati siswa yang duduk dibagian bangku belakang.

47
d. Beberapa siswa diminta mendemonstrasikan kembali mengungkapkan

monolog descriptive dengan mendiskripsikan gambar wajah beberapa orang

terkenal seperti artis, pahlawan, pemimpin negara dan sebagainya.

e. Melalui tutor sebaya guru melakukan klarifikasi pengetahuan siswa tentang

kata sifat yang dipergunakan untuk mendiskripsikan tubuh manusia, melalui

permainan tanya jawab, arti kata atau lawan kata.

f. Pada tahap terapan (Apply), guru memodelkan kata ganti subyek “He dan

She” dengan mengkaitkan beberapa kata sifat berdasarkan siswa yang

dideskripsikan. Kemudian berapa siswa melakukan model guru satu sama lain

saling mendiskripsikan postur tubuh mereka.

g. Guru melakukan refleksi (Reflect) melalui permainan curah pendapat tentang

hal-hal yang harus dideskripsikan dengan cara menulis clues pada peta

konsep, sehingga jumlah clue dari 5 (deskripsi wajah) ditambah 3 (deskripsi

postur tubuh) dan 2 kalimat lainnya menggunakan kata kerja “wears” yang

diikuti dengan kata benda yang berhubungan dengan pakaian untuk dua

kalimat yang lain, sehingga jumlah kosa kata menjadi 10 kalimat dan jumlah

clue juga menjadi 10.

h. Guru mengkondisikan siswa untuk berlatih dalam kelompok yang dipandu

oleh tutor sebaya, untuk mendiskripsikan orang berdasarkan gambar dengan

menggunakan 10 clues, disamping itu tutor sebaya memberi penjelasan ulang

kriteria penilaian.

48
i. Aktivitas dilanjutkan dengan melakukan penilaian proses pembelajaran. Ketua

kelompok sebagai koordinator penilai dan melaporkan kepada guru tentang

keberhasilan siswa dalam kelompok.

j. Guru memberi kesempatan siswa untuk berlatih mendiskripsikan orang-orang

terkenal berdasarkan gambar secara acak sebelum melakukan penilaian

individu. Agar siswa lebih bersemangat maka aktivitas ini dilakukan di luar

kelas dengan diberi motivasi diperbolehkan duduk bagi siswa yang sudah siap

diuji secara individu.

3. Observasi

a. Selama pembelajaran seluruh siswa terlihat tetap bersemangat dan sangat

percaya diri khususnya siswa yang terpilih menjadi tutor sebaya sedangkan

siswa yang lain terlihat sangat konsentrasi.

b. Proses pembelajaran terkesan lebih cepat dan efektif karena para tutor sebaya

mendominasi pertanyaan guru ketika melakukan aktivitas curah pendapat, dan

muncul kosa kata baru seperi barcellet, earings, neclacke, veil.

c. Terdapat 2 orang yang belum mencapai SKBM pada saat penilaian proses

pembelajaran. Proses penilaian individu untuk 12 siswa terlihat lancar dan

beberapa siswa yang sudah diuji pada siklus II mengajukan ujian perbaikan.

Begitu juga para tutor sebaya terlihat juga ingin melakukan ujian perbaikan

atau ujian ulangan.

49
4. Analisis dan refleksi

a. Secara kualitatif selama proses pembelajaran disiklus III ini, seluruh siswa

terlihat bersemangat dan sangat percaya diri khususnya para tutor sebaya. Hal

ini menunjukkan bahwa keterampilan para tutor sebaya ini bukan hanya

sekedar hafalan, tetapi merupakan keterampilan yang dapat dipergunakan

dalam kehidupan sehari-hari.

b. Selama proses pembelajaran terkesan lebih cepat dan efektif karena sebagian

besar siswa mendapatkan pembelajaran ulang karena itu utamanya para tutor

sebaya selalu mendominasi pertanyaan guru pada tahap menghubungkan

(Connect). Munculnya kosa kata baru seperti barcellet, earings, neclacke,

veil, berasal dari kreativitas siswa setelah memperhatikan beberapa gambar

yang lain.

c. Hasil analisis data dari angket siswa pada siklus III ini menunjukkan hal yang

sama dengan siklus-siklus sebelumnya yaitu seluruh siswa menyatakan bahwa

selama pembelajaran menggunakan sistim ICARE ini menyenangkan,

membuat mereka percaya diri, siswa lebih sering mengungkapkan dengan

bahasa mereka sendiri dan siswa merasa keterampilan mengungkapkan bahasa

Inggris lisan mereka meningkat.

d. 2 siswa yang belum mencapai kompetensi saat penilaian proses pembelajaran

pada umumnya mereka kurang lancar dalam mengungkapkan monolog

descriptive, sehingga guru meminta tutor sebaya untuk melakukan

pembelajaran remidiasi berdasarkan saran-saran dari guru.

50
Tabel 4.5

Penilaian Proses Pembelajaran Siklus III


Mengungkapkan Monolog Descriptive lisan sederhana yang berterima

ASPEK YANG DINILAI


NO NAMA JUMLAH KELOMPOK
A B C D
1 Achmad Al Islakhul M 40 16 12 16 84 4
2 Achmad Muzaki 32 16 12 8 68 1
3 Achmad Solickudin 40 16 12 12 80 2
4 Andina Mauludiyah 40 16 16 16 88 1
5 Ardianto 40 20 16 20 96 1
6 Asmaul Khusnah 40 16 16 20 94 4
7 Choirul Arif 40 16 16 16 88 3
8 Diah Fikriani Mulia 40 16 16 20 94 2
9 Dimas Hakiki 40 16 16 12 84 4
10 Dwi Cahyono 40 16 12 20 88 1
11 Edy Bahrudin 40 16 16 16 88 2
12 Fachriyah Mawali 40 16 16 12 84 4
13 Fatimatuz Zahro 32 16 12 20 80 4
14 Fifit Andini 40 16 16 20 92 2
15 Ika Putri Rahmawati 40 16 16 12 84 1
16 Kemal Maulana Akbar 40 16 16 20 92 4
17 Lina Anggia Putri 40 16 16 20 92 3
18 Lutfi Susanto 32 16 12 20 80 2
19 M Nukman Mufidz 32 16 12 20 80 3
20 Moch. Miftakhul Hadi 32 16 12 20 80 4
21 Moh. Anton Wijaya 40 16 16 12 84 1
22 Moh. Aziz Nuril 40 16 12 16 84 2
23 Mohammad Isyommudin 32 16 12 20 80 3
24 Mohammad Nasirudin 40 16 16 12 84 4
25 Mutiatul Lutfiyah 40 16 16 20 92 1
26 Naufal Jaadal Maula 40 16 16 12 84 3
27 Niswati 40 16 16 12 84 3
28 Nur Afifah 40 16 16 20 92 1
29 Nur Triani Indah Wati 40 16 16 20 92 3
30 Retno Rosari 40 16 16 20 92 1
31 Roudlotul Islamiyah 40 20 20 20 100 3
32 Sahrul Ma’sum 40 16 16 12 84 2
33 Sri Agustina 00 00 00 00 00 tidak hadir
34 Susi Susanti 40 16 16 20 92 2
35 Titin Muzzaqiyatul Q 40 16 16 20 92 2
36 Wiwin Sholikhah 40 20 20 20 100 3
Prata
37 Yoga Pratama Eko P 32 12 12 8 64 4
Jumlah 1384 584 540 604 3116
Keterangan :
A= Pemahaman (Jumlah kosa kata/kalimat dan koherensi/keterkaitan dengan bahasan
B =Pengucapan (Pronunciation)
C =Kelancaran (Fluency)
D=Struktur (Structure)

51
Pada siklus III ini, jumlah siswa di kelas VIIA yang hadir sejumlah 36 siswa, 1

siswa yang tidak hadir karena sakit. Secara kuantitatif hasil belajar siswa di siklus III

ini dapat dipaparkan sebagai berikut:

 Rata-rata skor pemahaman : 1384 : 36 = 38,44. Rata-rata nilai ini bila

dikonversikan dengan kriteria penilaian mengungkapkan monolog descriptive

lisan yang berterima pada penilaian proses pembelajaran pada siklus III, rata-

rata nilai hasil belajar dari ke 36 siswa, menunjukkan telah terampil

mengungkapkan 7 sampai dengan 10 kalimat.

 Rata-rata skor pengucapan : 584 : 36 = 16,22. Bila dikonversikan dengan

kriteria penilaian mengungkapkan monolog descriptive lisan pada penilian

proses, pada umumnya siswa kadang-kadang melakukan kesalahan

pengucapan sampai dengan tidak pernah melakukan kesalahan dan

pengucapannya jelas.

 Rata-rata skor kelancaran : 540 : 36 = 15. Hasil penilaian kelancaran ini bila

dikonversikan dengan kriteria penilaian mengungkapkan monolog descriptive

lisan pada penilaian proses pembelajaran pada siklus III, menunjukkan bahwa

siswa pada umumnya lancar.

 Rata-rata skor struktur kalimat : 604 : 36 = 16,77. Data ini bila dikonversi

dengan kriteria penilaian mengungkapkan monolog descriptive lisan,

menunjukkan bahwa pada umumnya siswa mampu menggunakan struktur

kalimat yang dibelajarkan dalam monolog descriptive ini.

52
Tabel 4.6

Penilaian Individu Siswa Siklus III


Mengungkapkan Monolog Descriptive lisan sederhana yang berterima

ASPEK YANG DINILAI


NO NAMA JUMLAH KOMENTAR
A B C D
1 Achmad Al Islakhul M 40 20 12 12 84
2 Achmad Muzaki* 34 12 12 16 74
3 Achmad Solickudin* 40 20 12 12 84
4 Andina Mauludiyah 40 16 16 20 92
5 Ardianto 40 20 16 20 96
6 Asmaul Khusnah 40 20 20 20 100
7 Choirul Arif* 40 16 12 20 88
8 Diah Fikriani Mulia 40 16 20 20 94
9 Dimas Hakiki* 40 16 16 16 88
10 Dwi Cahyono* 40 16 16 20 92
11 Edy Bahrudin 34 20 16 20 90
12 Fachriyah Mawali 40 20 12 12 84
13 Fatimatuz Zahro 34 20 16 20 90
14 Fifit Andini 40 20 16 20 96
15 Ika Putri Rahmawati 40 16 16 20 92
16 Kemal Maulana Akbar 40 20 16 20 96
17 Lina Anggia Putri 40 16 16 20 92
18 Lutfi Susanto* 34 16 16 20 86
19 M Nukman Mufidz* 34 20 16 16 86
20 Moch. Miftakhul Hadi* 34 20 16 12 82
21 Moh. Anton Wijaya* 40 16 16 16 88
22 Moh. Aziz Nuril* 40 16 8 12 76
23 Mohammad Isyommudin 40 16 16 20 92
24 Mohammad Nasirudin 40 16 16 20 90
25 Mutiatul Lutfiyah 40 16 20 20 96
26 Naufal Jaadal Maula* 34 20 16 12 82
27 Niswati 40 16 16 20 92
28 Nur Afifah 40 16 16 20 92
29 Nur Triani Indah Wati 40 16 16 16 88
30 Retno Rosari 40 16 16 20 92
31 Roudlotul Islamiyah 40 20 20 20 100
32 Sahrul Ma’sum 34 20 16 20 90
33 Sri Agustina 00 00 00 00 00 tidak hadir
34 Susi Susanti 40 16 16 20 92
35 Titin Muzzaqiyatul Q 40 20 18 20 98
36 Wiwin Sholikhah 40 16 20 20 96
Prata
37 Yoga Pratama Eko P* 34 20 8 12 74
Jumlah 1386 636 562 644 3224
Keterangan :
A= Pemahaman (Jumlah kosa kata/kalimat dan koherensi/keterkaitan dengan bahasan
B =Pengucapan (Pronunciation)
C =Kelancaran (Fluency)
D=Struktur (Structure)

53
Pada penilaian individu siswa sejumlah 36 (tiga pulu enam), dapat dipaparkan

sebagai berikut:

 Rata-rata skor pemahaman : 1386 : 36 = 38,5. Rata-rata nilai ini bila

dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive secara individu

pada siklus III (Kriteria penilaian terlampir) , maka ke 36 siswa yang

dibelajarkan telah terampil mengungkapkan monolog descriptive dengan rata-

rata 10 kalimat. Untuk mencapai Discourse Competence hasil penilaian dapat

paparkan berikut ini.

 Rata-rata skor pengucapan : 636 : 36 = 17,66. Pada aspek pengucapan rata-

rata nilai ini bila dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive

penilaian individu pada siklus III menunjukkan bahwa pada umumnya siswa

telah mampu mengucapkan kalimat-kalimat monolog descriptive dengan

benar dn jelas walaupun sebagian kecil siswa masih kadang-kadang

melakukan kesalahan pengucapan tetapi masih dalam batas kewajaran.

 Rata-rata skor kelancaran : 562 : 36 = 15,61. Angka ini bila dikonversikan

dengan kriteria penilaian individu monolog descriptive yang dilakukan guru

pada siklus III, mengindikasikan bahwa ke 36 siswa di kelas VIIA pada

umumnya didalam mengungkapkan monolog descriptive lisan mereka lancar

sampai dengan sangat lancar.

 Rata-rata skor struktur kalimat : 644 : 36 = 17,88. Data ini bila dikonversi

dengan kriteria penilaian individu monolog descriptive yang dilakukan guru

54
pada siklus III, menunjukkan bahwa pada umumnya siswa mampu

menggunakan struktur kalimat yang benar dalam mengungkapkan monolog

descriptive menggunakan bahasa Inggris lisan.

D. Pembahasan

1. Pada awal pembelajaran siklus I terlihat semua siswa tertarik dengan penjelasan

guru pada tahap pengenalan tujuan pembelajara (Introduce) karena guru

memberi penjelasan tentang fungsi sosial (lifeskills) yang akan mereka dapatkan

dalam pembelajaran monolog descriptive, yaitu sebagai keterampilan yang

dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mendiskripsikan orang hilang,

orang yang dicari atau orang terkenal / favorit siswa. Tujuan pembelajaran ini

sesuai dengan konsep Kurikulum 2004, Penjelasan ini menunjukkan bahwa

kurikulum ini berorientasi pada pengembangan kompetensi wacana sebagai

lifeskills, yakni kemampuan berkomunikasi untuk membantu siswa menjalani

kehidupan sehari-hari (Depdiknas 2004:7).

2. Menurut Decentralized Basic Education (DBE) 2006;23 menyatakan

bahwa:”Tujuan dari pendidikan kecakapan hidup adalah untuk memberdayakan

anak-anak agar dapat melanjutkan mengembangkan pengetahuan dan

kecakapan sehingga mereka dapat hidup dimanapun dan mampu menggunakan

sarana-prasarana di sekitar mereka untuk mendukung mengembangkan kualitas

hidup mereka”, oleh karena itu desain pembelajaran bahasa Inggris lisan

monolog descriptive menggunakan sistim ICARE ini mampu memberdayakan

55
siswa untuk mengungkapkan sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya,

sehingga pengetahuan mereka menjadi bermakna, siswa akhirnya senang belajar

untuk mengembangkan kualitas hidup mereka.

3. Terapan aktivitas lifeskills khususnya pada aspek social skill terlihat ketika

siswa belajar dalam kelompok, siswa saling menunjukkan keterampilannya

mengungkapkan monolog descriptive berdasarkan gambar-gambar, mereka

saling memberitahu kekurangan atau kesalahan yang dilakukan temannya. Satu

lagi terlihat ketika siswa melakukan pembelajaran remedial dengan tutor sebaya

atau pelaksanaan pembelajaran pada siklus III, terlihat para tutor sebaya mampu

membimbing teamn-temannya didalam pembelajaran.

4. Pada tahapan Connect siswa mendapat kesempatan mengungkapkan ide-ide

atau pendapatnya berdasarkan pengalaman belajar mereka, didalam aktivitas ini

membentuk rasa percaya diri siswa, rasa senang, minat belajar dan

kebermaknaan pembelajaran. Hal ini terlihat ketika mereka mengungkapkan

pendapatnya mereka menyampaikannya dengan ceria, penuh harapan bahwa

idenya akan bermanfaat atau terpakai. Aktivitas ini mengubah paradigma

konvensional yaitu belajar berpusat pada guru (teaching) menjadi belajar

berpusat pada siswa (learning). Ternyata aktivitas ini seperti yang diharapkan

dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004.

5. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah bukan hasil pemindahan pengetahuan

guru kesiswa (Tranfer of Learning) atau hafalan, tetapi merupakan hasil

kreativitas siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka. Ini dapat dibuktikan

56
pada saat pembelajaran siklus III, para tutor sebaya ataupun siswa yang lain

lebih mampu mengungkapkan monolog descriptive dan mereka minta ujian

ulang karena mereka ingin menunjukkan keterampilannya secara optimal.

Artinya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki siswa tahan lama. Hal ini

sesuai dengan trend dunia pendidikan abad 21 seperti apa yang disebut

Brainware Management yang berasumsi bahwa manusia jika mampu

menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu mampu membuat loncatan

prestasi yang tidak bisa diduga sebelumnya.

6. Pada saat siswa melakukan penilaian individu menunjukkan bahwa mereka

harus mengikuti kriteria penilaian yang merujuk pada pencapaian Discourse

Competence dengan kompetensi pendukungnya Actional Competence,

Linguistic Competence, Sociocultural Competence dan Strategic Competence.

Kompetensi inilah yang akan membawa siswa mampu bersaing di dunia

internasional, sebab mereka memiliki kompetensi berbahasa Inggris yang

berterima.

7. Berdasarkan paparan di atas menunjukan bahwa aktivitas curah pendapat dapat

meningkatkan keterampilan siswa di dalam menggunakan bahasa Inggris lisan

yang berterima khususnya untuk mengungkapkan monolog descriptive. Terbukti

dari analisis data secara kuantitatif menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa

pada umumnya diatas Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) bahasa

Inggris yaitu 70. Di samping itu terbentuk sikap percaya diri siswa, sikap

bersosial, toleransi, dan minat belajar untuk aktualisasi diri.

57
8. Adapun gambaran peningkatan keterampilan mengungkapkan monolog

descriptive sederhana siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon secara lisan dapat

dipaparkan sebagai berikut. (a) 100% siswa telah mencapai Standar Ketuntasan

Belajar Minimal (SKBM) yang ditunjukkan dari hasil belajar proses

pembelajaran dengan kondisi beberapa siswa melakukan pembelajaran remidial

dengan tutor sebaya. (b) Begitu juga pada penilaian Individu diperoleh data

semua siswa yang berjumlah 37 mencapai SKBM dengan nilai yang variatif.

(c) Secara kualitatif terlihat rasa percaya diri siswa meningkat dan siswa senang

mendapatkan pembelajaran model ini. (d) Hasil analisis angket siswa juga

menunjukkan bahwa dari 37 siswa memberi centangan pada kolom “ya” pada

angket proses pembelajaran sesuai yang dialami siswa. Seluruh siswa juga

menyatakan bahwa selama pembelajaran melalui aktivitas curah pendapat ini

menyenangkan, membuat mereka percaya diri, siswa lebih sering

mengungkapkan dengan bahasa mereka sendiri dan siswa merasa keterampilan

mengungkapkan bahasa Inggris lisan mereka meningkat.

58
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pembelajaran bahasa Inggris mengungkapkan monolog descriptive lisan sederhana

yang berterima menggunakan sistim ICARE, dilakukan melalui lima tahapan

pembelajaran yaitu (1) Introduce (Perkenalkan), pada tahap ini guru

memperkenalkan tujuan pembelajaran dan fungsi-fungsi sosial (lifeskills) yang terkait

dalam proses pembelajaran. Guru memberikan permainan sederhana yang bertujuan

untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar. (2) Tahap kedua, Connect

(Hubungkan), guru berupaya untuk menghubungkan tujuan dan topik bahasan dengan

sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Pada pembelajaran monolog

descriptive ini guru melakukan dengan cara bertanya langsung kepada siswa tentang

sifat, warna, keadaan, bentuk dan sebagainya yang mendukung untuk

mendiskripsikan sesuatu berkaitan dengan topik bahasan. (3) Pada tahap Apply

(Terapkan), siswa mencoba untuk menerapan pengetahuannya seperti

mengungkapkan bagian-bagian wajah, bagian tubuh dan sebagainya melalui tanya

jawab, atau bermain kuis. Pada aktivitas ini guru dapat memodelkan satu atau dua

contoh wacana descriptive. (4)Tahap berikutnya adalah Reflect (Refleksikan),

langkah ini guru membantu siswa menentukan hal-hal esensi yang diungkapkan

seperti berupa clue-clue yang menjadi bahan catatan atau dokumen siswa.

(5) Melatih siswa mendiskripsikan sesuatu dalam kelompok dan melakukan penilaian

59
proses pembelajaran merupakan tahapan Extend (Perluaskan), dalam tahapan ini

memungkinkan siswa mengelaborasi pengetahuannya dengan hal-hal yang bermakna

dalam kehidupan, tahap ini sering memunculkan ide-ide kreatif siswa

Pembelajaran menggunakan sistem ICARE mengkondisikan siswa belajar

berpendapat dan mengungkapkan pengetahuannya, mengaplikasikan, merefleksi dan

memperluas pengalaman belajar mereka maka akan membentuk sikap percaya diri

siswa karena siswa terlibat langsung mengaplikasikan pengetahuannya. Dengan

model pembelajaran bahasa Inggris mengungkapkan monolog descriptive lisan

menggunakan sistim ICARE ini siswa merasa senang, membuat mereka percaya diri,

siswa mmapu menerapkan dengan bahasa mereka sendiri dan siswa merasa

keterampilan mengungkapkan bahasa Inggris lisan mereka meningkat.

Untuk mengetahui keterampilan siswa dalam belajar maka dilakukan penilaian

proses dan penilaian individu. Pembelajaran kompetensi linguistik seperti struktur

kalimat, pengucapan, intonasi bisa dikaitkan atau disisipkan selama proses

pembelajaran. Sedangkan penilaian proses pembelajaran ataupun penilaian individu

mengacu pada bahasa Inggris yang berterima yaitu pencapaian Discourse

Competence, dengan kompetensi pendukungnya Actional Competence, Linguistic

Competence, Sociocultural Competence dan Strategic Competence sedangkan

kompetensi tambahan yaitu Affective Competence dipergunakan selama aktivitas

pembelajaran.

60
B. Saran-saran

Dari pengalaman melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ini bagi yang akan

menerapkan pembelajaran sistem ICARE disarankan:

1. Sebelum pembelajaran dimulai guru perlu memotivasi siswa terlebih dahulu

agar timbul rasa percaya diri mereka, motivasi ini dapat berupa permainan

games sederhana, kuis, lagu-lagu dan sebagainya, karena siswa akan

mengungkapkan bahasa mereka sendiri berdasarkan pengalamannya sehingga

membutuhkan situasi kelas yang kondusif .

2. Penilaian proses pembelajaran dilakukan seefektif mungkin agar dapat

menghemat waktu.

3. Penjelasan tentang Kriteria Penilaian, perlu dijelaskan dan dilatihkan kepada

siswa, agar siswa memiliki sikap untuk mencapai skor maksimal dan mampu

menilai orang lain.

4. Peta konsep tentang hal-hal esensi yang perlu di diskripsikan akan membantu

siswa didalam belajar dan berlatih untuk mencapai kompetensi.

5. Siswa diusahakan belajar dalam kelompok, karena dengan berkelompok siswa

akan belajar bersosial, saling memberi, mengasah dan mengasuh antar teman.

Hal ini memunculkan rasa percaya diri siswa, sikap saling menghormati,

meminimalkan siswa yang memiliki rasa minder atau kurang berani tampil.

61
DAFTAR PUSTAKA

Azies,FS & Alwasilah CA. 1996. Penagajaran Bahasa Komunikatif Teori dan
Praktik. Bandung, Remaja Rosdakarya

Decentralized Based Education (DBE),2006. Integrasi Kecakapan Hidup dalam


Pembelajaran. USAID Indonesia.

Dirjendikdasmen. 2005. Landasan Filosofi Teoritis Pendidikan Bahasa Inggris.


Jakarta.

Mills,GE,2000. Action Research A Guide For The Teacher Researcher. Ohio,


Shoutern Oregon University.

Permen 22. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Jakarta.

Puskur. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP. Jakarta.

Sudjana,s. 2001. Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung. Falah


Production.

Suranto, Basowi, Sukidin,2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan


Cendekia.

Surya,M. 2003. Percikan Perjuangan Guru. Semarang, Aneka Ilmu.

Suryadi,A, 1983. Membuat Siswa Aktif Belajar.Bandung, Binacipta.

62

Anda mungkin juga menyukai