Tinea Corporis
Tinea Corporis
Pendahuluan
1
tinea capitis lebih mudah terkena tinea corporis. Tetapi, prevalensi tinea
corporis yang disebabkan T. tonsurans mulai meningkat. M. Canis penyebab
ketiga terbanyak sekitar 14% dari infeksi tinea corporis.
5 tahun studi di Kuwait sekitar 2730 pasien melaporkan penyakit kulit
yang disebabkan jamur pada pasien-pasien ini didapatkan 6 spesies. Mereka
adalah Trichophyton mentagrophytes (39%), M canis (16%), T rubrum
(10%), Epidermophyton floccosum (6.2%), Trichophyton violaceum (2.4%),
and Trichophyton verrucosum (0.4%).4
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Tinea corporis adalah Infeksi jamur pada kulit halus (glabrous skin) di
daerah wajah, leher, badan, lengan, tungkai dan pantat (glutea) yang
disebabkan jamur dermatofita spesies Microsporum, Trichophyton, dan
Epidermophyton. 1,3
II.2 Etiologi
Tinea corporis disebabkan oleh jamur golongan Dermatofita yang
mempunyai sifat mencernakan keratin. Dematofita yang dapat
menyebabkan infeksi pada kulit kepala dan rambut adalah genus
Tricophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Jamur penyebab tinea
corporis ini ada yang bersifat antropofilik, geofilik, dan zoofilik.1,5
Jamur yang bersifat antropofilik atau hanya mentransmisikan penyakit
antar manusia antara lain adalah Tricophyton violaceum yang banyak
ditemukan pada orang Afrika, Tricophyton schoenleinii, Tricophyton
rubrum, Tricophyton megninii, Trichophyton soudanense, Tricophyton
yaoundei, Microsporum audouinii, dan Microsporum ferrugineum.5
3
Jamur geofilik merupakan jamur yang hidup di tanah dan dapat
menyebabkan radang yang moderat pada manusia. Golongan jamur ini
antara lain adalah Microsporum gypseum dan Microsporum fulvum.5,6
Jamur zoofilik merupakan jamur yang hidup pada hewan, namun
dapat mentransmisikan penyakit pada manusia. Jamur zoofilik penyebab
tinea corporis salah satunya Microsporum canis yang berasal dari kucing, 5
4
Gambar 3. Jamur Epidermophyton7
5
Infeksi jamur secara umum lebih banyak menyerang masyarakat
golongan sosial ekonomi menengah ke bawah karena rendahnya
kesadaran dan kurangnya kemampuan untuk memelihara kebersihan
diri dan lingkungan.6
5. Faktor umur dan jenis kelamin
Tinea capitis sering terjadi pada anak-anak dan lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.6,8
II.4 Patofisiologi
Dermatofita biasanya berada di daerah yang tidak hidup, seperti
lapisan kulit, rambut, dan kuku, menyukai daerah yang hangat, lembab
membantu proliferasi jamur. Jamur memyebabkan keratinisasi dan
enzimnya bisa masuk lebih dalam dari stratum corneum, biasanya infeksi
terbatas pada epidermis. Mereka biasanya tidak masuk lebih dalam, hal ini
tergantung dari mekanisme pertahan non-spesifik itu dapat termasuk
aktivasi serum inhibitor, komplemen, dan PMN.
Masa inkubasi 1-3 minggu, dermatofita menyebar secara sentrifugal.
Dalam merespon infeksi, aktivasi kulit dengan meningkatkan proliferasi sel
epidermis. Ini menjadi pertahan terhadap infeksi kulit.
Tricophyton rubrum adalah dermatofita umum karena ada dinding sel
sehingga resisten terhadap eradikasi. Barrier proteksi ini mengandung
mannan, yang menghambat imunitas sel mediated, menghambat proliferasi
keratinosit, dan menyebabkan organism ini tahan terhadap pertahanan kulit
normal. 4
II.5 Gejala klinik
Keluhan gatal terutama bila berkeringat. Oleh karena gatal dan
digaruk, lesi semakin meluas, terutama di daerah kulit yang lembab.
kelainan yang terlihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong,
berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel
dan papul di tepi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang. Kadang-kadang
terihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan
bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat dapat
6
pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir polisiklik, karena beberapa lesi
kulit yang menjadi satu. Khas dari infeksi ini ada central healing (dibagian
tepi meradang dan bagian tengah tenang).1,3
7
pada stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang
dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan
berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan
bervariasi: lentikuler, nummular atau plakat, dapat berkonfluensi.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan
kobner (isomorfik). Kedua fenomena yang disebut lebih dulu
dianggap khas.
Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah warnanya
menjadi putih pada goresan seperti lilin digores, disebabkan oleh
berubahnya indeks bias. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau
darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Trauma
pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan, dapat menyebabkan
kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan disebut fenomena
kobner yang timbul kira-kira setelah 3 minggu.1
2. Pitriasis rosea
Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Penyakit dimulai
dengan lesi pertama (herald patch), umumnya di badan, solitarm
berbentuk oval dan anular. Ruam terdiri atas eritema dan skuama
halus di pinggir..
Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, member
gambaran yang khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil,
8
susunannya sejajar dengan kosta, sehingga menyerupai pohon cemara
terbalik. Lesi tersebut timbul serentak atau dalam beberapa hari.1
II.9 Penatalaksanaan
A. Umum
1. Menjaga kebersihan badan.
2. Memakai pakaian yang menyerap keringat.
B. Khusus
B.1. Sistemik
a. Antihistamin
b. Griseofulvin,
dosis anak-anak: 15-20 mg/Kg berat badan/hari.
dosis dewasa: 500-1000 mg per hari selama 3-4 minggu.
c. Itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu.
d. Ketokonazol 200 mg/hari selama 3 minggu.
e. Terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu.
B.2 Topikal
a. Salep Whitfield
b. Campuran asam salisilat 5%, asam benzoat 10%,
dan resorsinol 5% dalam spiritus.
c. Castellani's paint
d. Tolnaftat
e. Tolsiklat
f. Imidazol
9
g. Piroksolamin siklik
h. Haloprogin
i. Derivat azol
j. Naftifin HCl
10
1. Clotrimazole 1% cream (Mycelex, Lotrimin)
2. Ketoconazole 2% cream (Nizoral)
3. Miconazole 2% cream atau lotion (Monistat)
4. Oxiconazole 1% cream (Oxistat)
5. Sertaconazole 2% cream (Ertaczo)
6. Sulconazole 1% cream atau solution (Exelderm)
II.10 Pencegahan
Untuk mencegah terkena infeksi tinea corporis:
1. Menjaga kebersihan diri dengan mandi setelah beraktivitas dan
berkeringat.
2. Mengeringkan badan dengan baik setiap setelah mandi.
3. Mencuci pakaian, sprei, dan barang-barang pribadi lainnya secara
rutin.
11
Daftar pustaka
1. Adhi Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi V. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta : 2007
2. RS Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi II. EGC. Jakarta :
2004
3. Ditto anurogo. Tips praktis mengenali tinea korporis. Diunduh dari:
http://www.kabarindonesia.com/
4. Jack L.lesher. Medical College of Georginia. Tinea Corporis. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com
5. New Zealand Dermatological Society Incorporated. Tinea Corporis. Available
from : http://dermnetnz.org.
6. Trelia Boel. Mikosis Superfisial. Available from : http://library.usu.ac.id
7. Doctor Fungus Corporation. Available from : http://www.doctorfungus.org.
8. Frieden I J. Tinea Corporis Epidemiology, Diagnosis, Treatment, and Control.
Available from : http://www.biomedexperts.com
12