Anda di halaman 1dari 8

Tugas

Kiki Rizki Arinda,S.Ked 04054821517071

Teguh Rahadian,S.Ked 04054821618140

Putri Ayu Ratnasari,S.Ked 04054821618117

Achmad Reza Kurniawan,S.Ked 04054821618125

Almira Zada Neysan Susanto,S.Ked 04054821618124

Maureen Grace Rotua, S.Ked 04054821618131

Supervisor : dr. Hj. Fatimah Usman, Sp.OG (K)

Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi

FK Unsri Periode 8 Agustus 2016-17 Oktober 2016

Palembang
1. Perbedaan jenis-jenis implant

Perbedaan Norplant Jadelle Implanon Nestorone/ Uniplant


Elcometrice
Isi 6 batang Levenorgestrel 2 batang 1 batang 1 batang ST1435 1 batang 19 nor-
@36 mg Levenorgestrel Etonogestrel @68 nestorone/elcomet progesteron derivate
@75 mg mg rice @93 mg @38 mg
Bahan Silatic Silatic Carrier polymer, Silicone rubber Silicone rubber
pembungku ethylene vinyl capsule capsule
s acetate (lebih stabil
dalam pelepasan
hormone daripada
silatic)
Konsentrasi 1 jam setelah insersi : 0.4 1 jam setelah 1 tahun pertama :60 50-220 pg/mL
2rogest to 0.5 ng/mL insersi : 0.4 to 0.5 mcg/ hari
dalam ng/mL
plasma 6-12 bulan : 0.35 ng/mL Kemudian :
(80 mcg/hari) 6-12 bulan : 0.35 30 – 40 mcg/hari
ng/mL (80
1-4 tahun : 30 to 35 mcg/hari)
mcg/day
1-4 tahun : 30 to 35
Tahun ke-5 : 0.25 to 0.35 mcg/day
ng/mL (25mcg/day)
Tahun ke-5 : 0.25
to 0.35 ng/mL
(25mcg/day)
Jangka 5 tahun 5 tahun 3 tahun 2 tahun 1 tahun
waktu
penggunaa
n
Mekanisme Supresi pada hipotalamus- Sama dengan Sama dengan Sama dengan Sama dengan
kerja hipofisis sehingga tidak Norplant Norplant, hanya Norplant Norplant
memproduksi FSH dan LH lebih menonjol
menyebabkan efeknya pada
ovulasi, dari
Efek ovarium : penelitian
menghambat fase luteal  didapatkan tidak
ovulasi terhambat. terjadinya ovulasi
Menganggu perkembangan sama sekali pada
folikel : progesterone pengunaan
meningkat estrogen implanon
turun  LH turun 
folikel tidak bisa rupture
melepas oosit karena efek
LUF (luteinized unrupture
follicle) dan folikel tidak
bisa mencapai ukuran
maksimum untuk rupture
(10 mm)
Efek mucus serviks :
progesterone eksogen
meningkat  efek
antiestrogenik  efek
progesterone mengentalkan
mucus serviks 
impenetrasi sperma
Efek endometrium :
Progesteron eksogen terus
menerus terdapat
disistemik dalam kadar
rendah estrogen tidak
disekresikan maka fase
poliferasi endometrium
tidak terjadi
Kelebihan Pada kadar 16 Potent progestrin,
nmol/L atau tidak mengikat
5ng/mL secara total SHBG, dan tidak
Norplant menghilangkan ada aktivitas
kemampuan ovulasi estrogenic dan
(LH surge tidak ada androgenic 
selama 3 tahun) tidak ada efek
samping timbul
jerawat dan
peningkatan berat
badan

Tidak memiliki
efek jika
diberikan secara
oral, jadi tidak
Kadar LH pada control dan mempengaruhi
Norplant menyusui.
Kadar 29 nmol/L <9,5 nmol/L (<3 <3 ng/mL
progesteron ng/mL)
Rumus
kimia

Note : dibutuhkan kadar progesterone 9,6 nmol/L (3ng/mL) untuk fase luteal.

Kesimpulannya bahwa semua implant mengandung progestin (progesterone eksogen) atau derivate-nya, mekanisme kerjanya sama
hanya sedikit berbeda karena perbedaan lokasi reseptor pada target selnya tapi intinya sama-sama mempengaruhi hypothalamic-
pituitary-gonadal-genital tract axis, sedangkan perbedaan kadar hormon pada jenis-jenis implant berhubungan dengan jangka waktu
pengunaan implant.
2. Kriteria orang yang dapat dipasang implant?

 Wanita usia subur


 Wanita yang ingin kontrasepsi jangka panjang
 Wanita yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi pil KB
 Tidak sedang hamil
 Tidak mengalami perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya
 Tidak memiliki penyakit hati yang berat
 Tidak obesitas
 Tidak mengalami depresi

3. Mengapa implant baik dipasang pada hari 21-28 post partum?


Pemasangan kontrasepsi sebaiknya dilakukan pada masa nifas. Selain karena pada masa tersebut, frekuensi kunjungan
ibu ke fasilitas kesehatan masih sering, motivasi ibu untuk tidak memiliki anak masih tinggi. Salah satu waktu yang paling
baik untuk pemasangan implant adalah 21-28 hari post partum. Karena, diketahui rata-rata siklus ovulasi akan kembali lagi 21-
28 hari pasca melahirkan terutama pada ibu-ibu yang tidak menyusui, sehingga ada peluang terjadinya kehamilan dengan jarak
yang singkat. Perlu diperhatikan juga, pada masa kehamilan terjadi perubahan hematologik yang terjadi normal, diantaranya
peningktan kadar faktor koagulasi dan fibrinogen, dan penurunan kadar antikoagulan alami, oleh itu ibu-ibu pada masa post
partum rentan untuk mengalami Vena Trombosis Emboli (VTE). Beberapa faktor risiko untuk terjadinya VTE adalah usia
diatas 35 tahun, merokok, atau riwayat operasi sesar pada kehamilan terakhir. Penggunaan alat kontrasepesi yang bersifat
hormonal (baik yang memiliki hubungan dengan estrogen dan progesterone) pada wanita dengan faktor risiko VTE di usia 0-
42 hari post partum sebaiknya tidak dilakukan karena akan berkontribusi untuk meningkatkan insidensi VTE.
4. PUA sebagai kontraindikasi dari penggunaan Kontrasepsi Implan?
Patogenesis dari pendarahan akibat penggunaan kontrasepsi belum diketahui secara pasti. Saat penggunaan awal
metode ini, kemungkinan pendarahan disebabkan oleh perubahan dari dinding endometrium yang tebal menjadi tipis akibat
kandungan progestin pada metode kontrasepsi hormonal. Seiring lamanya penggunaan, paparan hormon steroid eksogen,
progestin, akan membuat pembuluh darah endometrium menjadi kecil, berdinding tipis, dilatasi, sehingga rentan untuk
terjadinya pendarahan. Hal ini terjadi dikarenakan perubahan dari basal membran dan berkurangnya jaringan penyangga dari
stroma dan kelenjar endometrium. Perubahan dari perfusi endometrium, hemostasis pembuluh darah lokal, aktivasi matriks
metaloproteinase, proses pro dan anti oksidan, serta migrasi sel juga berperan akan terjadinya perubahan tersebut. Pasien
dengan riwayat PUA (perdarahan uterus abnormal) dikontraindikasikan menggunakan kontrasepsi implan karena ditakutkan
akan memperparahan perdarahannya.
Klasifikasi PUA berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO), terdapat 9 kategori utama
disusun sesuai dengan akronim “PALM COEIN” yakni ; polip, adenomiosis, leiomioma, malignancy dan hiperplasia,
coagulopathy, ovulatory dysfunction, endometrial, iatrogenik, dan not yet classified.
Kelompok PALM merupakan kelainan struktural yang dapat dinilai dengan berbagai teknik pencitraan dan atau
pemeriksaan histopatologi. Kelompok “COEIN” merupakan kelinan non struktural yang tidak dapat dinilai dengan teknik
pencitraan atau histopatologi. Sistem klasifikasi tersebut disusun berdasarkan pertimbangan bahwa seorang pasien dapat
memiliki satu atau lebih faktor penyebab PUA.
PUA-I (Perdarahan Uterus Abnormal - Iatrogenik) merupakan pendarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan
penggunaan obat-obatan hormonal (estrogen, progestin) ataupun non hormonal (obat-obat antikoagulan) atau AKDR.
Perdarahan haid diluar jadwal yang terjadi akibat penggunaan estrogen atau progestin dimasukkan dalam istilah perdarahan
sela atau breakthrough bleeding. Perdarahan sela ini terjadi karena rendahnya konsentrasi estrogen dalam sirkulasi.
5. Respon inflamasi yang dihasilkan Cu2+ , sitokin-sitokin yang berkaitan?
Respon inflamsi lokal yang intens di endometrium, sitokin yang berperan adalh IL1, IL6, dan TNF-α
6. Apabila benang IUD terputus saat ekstraksi IUD dan IUD masih berada di cavum uteri, apa yang harus dilakukan ?
Apabila benang putus, sewaktu pengeluaran, kanalis servikalis harus dieksporasi secara hati-hati denagn forceps arteri lurus
untuk memeriksa apakah ujung bawah IUD telah turun ke kanalis servikalis, apabila terasa, jepit batang vertikal IUD dengan
forceps dan tarik. Apabila IUD masih didalam cavum uteri maka harus dilakukan eksplorasi cavum uteri setelah dilakukan
induksi misoprostol 400 mcg untuk dilatasi serviks dan lakukan ekstrasi IUD dengan Randall stone clamp atau dengan batang
spesial yang memiliki “pengait” untuk mengetahui lokasi dan mengeluarkan IUD. Hanya dokter berpengalaman denagn teknik
intrauterine yang boleh melakukannya. Apabila kurang yakin lokasi IUD, dapat dilakukan pemeriksaan USG.

Referensi :

Alvarez F, Brache V, Tejada AS, et al. 1986. Abnormal Endocrine Profile among Women with Confirmed or Presumed Ovulation
during Long-Term Norplant Use. Contraception 33:111, 1986

Anna G. 2002.Implantable Contraceptives for Women: Effectiveness, Discontinuation Rates, Return Of Fertility, and Outcome of
Pregnancies. Contraception 65:1:29-37.

Cunningham, F.G et al. 2014. Breech Presentation and Delivery In: Williams Obstetrics. 24st edition. New York: Mc Graw Hill
Medical Publising Division, 625-719
Hestiantoro A. Tatalaksana Pendarahan Uterus Abnormal Karena Efek Samping Kontrasepsi. Himpunan Endokrinologi Reproduksi
dan Infertilitas Indonesia (HIFERI). Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).

Horacio BC. 2002. Mechanisms That Explain The Contraceptive Action of Progestin Implant for Women. Elsevier : Instituto Chileno
de Medicina Reproductiva, Santiago, Chile. Contraception 65 (2002) 21–27.

Anda mungkin juga menyukai