DI RUANG IW BEDAH
RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA
PERIODE TANGGAL : 1 JULI 2010 S/D 2 JULI 2010
OLEH :
NS. RUDI HARYANTO
NOPEG : 1673
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat empat faktor resiko biologis yang tak dapat diubah, yaitu: usia,
jenis kelamin, ras dan riwayat keluarga. Kerentanan terhadap
aterosklerosis koroner meningkat dengan bertambahnya usia. Penyakit
yang serius jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Wanita tampaknya
relative kebal terhadap penyakit ini sampai setelah menopause, dan
kemudian menjadi sama rentannya seperti pria. Efek perlindungan
estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
sebelum menopause. Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap
aterosklerosis daripada orang kulit putih. Akhirnya, riwayat keluarga yang
positif terhadap penyakit jantung koroner (yaitu, saudara atau orang tua
yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan
kemungkinan timbulnya aterosklerosis premature.
Faktor-faktor resiko tambahan lainnya masih dapat diubah, sehingga
berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik. Faktor-faktor resiko
mayor adalah peningkatan kadar lipid serum; hipertensi; merokok;
gangguan toleransi glukosa; dan diet tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan
kalori.
Patofisiologi
Iskhemia
Infark
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan
kerusakan seluler yang ireversibel dan kematian otot atau nekrosis. Bagian
miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti
berkontraksi secara permanen. Jaringan yang mengalami infark dikelilingi
oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup. Ukuran infark
akhir tergantung dari nasib daerah iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini
mengalami nekrosis maka besar daerah infark akan bertambah besar,
sedangkan perbaikan iskemia akan memperkecil daerah nekrosis.
Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. Infark transmural
mengenai seluruh tebal dinding yang bersangkutan; sedangkan infark
subendokardial terbatas pada separuh bagian dalam miokardium.Infark di
gambarkan lebih lanjut sesuai letaknya pada dinding ventrikel. Misalnya
infark miokardium anterior mengenai dinding anterior ventrikel kiri.
Daerah lain yang biasanya terserang infark adalah bagian inferior, lateral,
posterior, dan septum.
Gabungan lokasi infark dapat dinyatakan seperti infark anteroseptal,
anterolateral, inferolateral, dan ekstensive anterior.
Pemeriksaan Laboratorium
Peningkatan Enzim-enzim jantung yang dilepaskan oleh sel-sel
miokardium yang nekrosis yang terdiri dari keratin fosfokinase (CK),
Troponin-T, serta pelepasan isoenzim MB-CK merupakan petunjuk
enzimatik dari infark miokardium yang paling spesifik.
Penatalaksanaan CAD
Non Invasif
Penatalaksanaan yang bertujuan untuk mengurangi kebutuhan oksigen
miokardium secara farmakologik seperti: Nitrogliserin, penghambat beta
adrenergic, digitalis, diuretic, vasodilator, sedative, antagonis kalsium,
serta pengurangan kerja jantung secara fisik seperti tirah baring dan
lingkungan yang tenang.
Penatalaksanaan yang bertujuan meningkatkan suplai oksigen miokardium
dengan pemberian Nitrogliserin, pemberian oksigen, vasopresor,
antiaritmia, antikoagulansia dan agen fibrinolitik, dan antagonis kalsium.
Tindakan invasif
CABG (Coronary Artery Bypass Graffting) atau cangkok pintas ateria
koroner dilakukan pertama kali oleh Falvaloro pada tahun 1969 dan
selama hampir satu decade menjadi teknik yang paling disukai untuk
revaskularisasi miokardium.
PTCA (Percutaneus transluminal coronary angioplasty) pertama kali
dilakukan tahun 1977 oleh Gruentzig yaitu untuk melakukan dilatasi arteri
koroner tanpa operasi.
Pada tahun 1980an dilakukan pilihan lain untuk revaskularisasi dengan
diadakannya suatu penelitian tentang lisis thrombus pembuluh koroner
dengan obat.
3. CABG
1. Definisi
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan salah satu
penanganan intervensi dari Penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan cara
membuat saluran baru melewati arteri koroner yang mengalami
penyempitan atau penyumbatan (Feriyawati, 2005).
CABG Off Pump (OPCAB) yaitu CABG yang dilakukan tanpa
menggunakan mesin pintas jantung-paru atau Cardiopumonary Bypass
sebagai pengobatan penyakit jantung koroner. Off-pompa bypass arteri
koroner dikembangkan sebagai alternatif untuk menghindari komplikasi
bypass cardiopulmonary selama operasi jantung. Komunitas medis
percaya cardiopulmonary bypass menyebabkan penurunan kognitif pasca
operasi yang dikenal sebagai sindrom postperfusion, namun penelitian
tidak menunjukkan perbedaan jangka panjang antara on dan off pump
CABG
Pada teknik CABG off Pump jantung berdenyut normal dan paru – paru
pun berfungsi seperti biasa. Pada teknik operasi ini suhu diturunkan
menjadi 280 – 320 C yang bertujuan untuk menurunkan kebutuhan
jaringan akan oksigen seminim mungkin, heart rate dipertahankan antara
60 – 80 x/mnt, tekanan arteri dipertahankan 70 – 80 mmHg. Suhu
diturunkan dengan cara pendinginan topical yaitu dengan cara :
Irigasi otot jantung dengan ringer dingin 40 C. jantung direndam
dalam cairan.
Memakai ringer dingin seperti bubur (ice slush)
2. Indikasi CABG
1). Angina yang tidak dapat dikontrol dengan terapi medis.
2). Angina yang tidak stabil
3). Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan terapi PTCA
(Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty).
4). Sumbatan/ Stenosis arteri koroner kiri ≥ 70%
5). Klien dengan komplikasi kegagalan PTCA
6). Pasien dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri (three vessel
disease) dengan angina stabil atau tidak stabil dan pada klien dengan 2
sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil atau tidak stabil dan lesi
proksimal LAD yang berat.
3. Kontra indikasi
Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika sumbatan pada arteri koroner
kurang dari 70% maka aliran darah tersebut masih cukup banyak,
sehingga mencegah aliran darah yang adekuat pada pintasan. Akibatnya,
akan terjadi bekuan pada CABG, sehingga hasil operasi menjadi sia-sia
(Muttaqin, 2009).
4. Komplikasi CABG
a. Post perfusion sindrom. Kerusakan sementara pada neurokognitif,
namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa penurunan kognitif tidak
disebabkan oleh CABG tetapi lebih merupakan konsekuensi dari penyakit
vaskuler
b. Infeksi luka operasi
c. Infark miokard akibat emboli, hipoperfusi atau kegagalan cangkok
d. Stenosis pada cangkokan terutama yang menggunakan vena saphena
akibat aterosklerosis sehingga menyebabkan angina atau infark miokard
e. Gagal renal akut akibat emboli atau hipoperfusi.
f. Stroke sekunder terhadap emboli atau hipoperfusi
5. Persiapan CABG
Laboratorium Lengkap
Persiapan darah
- PRC : 1000 cc
- FFP : 1000 cc
- Trombosit : 5 unit
Persiapan mental
No. MR : 2010-29-05-88
Unit : IW Bedah
PROSES KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
B. Riwayat Penyakit
Pasien mulai mengalami nyeri pada dada sejak September 2009. Pada Mei
2010 setelah bekerja berat pasien merasakan lagi nyeri pada dadanya.Nyeri
dirasakan seperti tertindih benda berat pada bagian tengah dada. Nyeri
dirasakan selama 10 menit dan hilang dengan istirahat dan minum obat
(ISDN 5 mg SL) nyeri biasanya disertai sesak nafas. Nyeri tidak menjalar.
Pasien menjalani pemeriksaan kateterisasi di PJNHK pada tanggal 7 Juni
2010 dengan hasil CAD 3 VD dengan saran CABG. Lalu pasien
dijadwalkan untuk operasi CABG pada tanggal 2 Juli 2010.
1. Data Subyektif :
- Pasien mengatakan dirinya masih cemas
- Pasien merasa belum begitu siap untuk operasi
- Pasien menanyakan apa saja yang perlu ia siapkan untuk operasi
karena ia belum tahu
2. Data Obyektif :
- Pasien nampak tegang
- Pasien sering bertanya kepada perawat
- Pasien tampak tidak bisa tidur
- BP 130/85 mmHg
- HR 95 x per menit
- RR 23 x per menit
- Pasien tampak sering bolak-balik kamar mandi
- Pasien tampak sering meminta istrinya untuk menjawab saat
diberikan pertanyaan oleh perawat
3. Data Penunjang :
a). Hasil EKG tanggal 29/6/10 : HR: 69 x/menit; ST depresi di Lead
I, AvL; T inverted di V1-V5, RBBB (+)
b). Hasil Echo Tanggal 29/6/10 : EF 45%; Hipokinetik anteroseptal
dan apical; Tapse 2,9; MR Trivial
c). Hasil x-ray thorak : Jantung dan paru dalam batas normal, CTR
48%.
d). Hasil kateterisasi tanggal 7 Juni 2010
1. LM 20%
2. LAD : Ostial Stenosis 95%, distal stenosis 40% setelah D2
3. RCA : Proximal subtotal oklusi, Midstenosis multiple 80%
4. Lcx : Midstenosis setelah OM2
Kesimpulan CAD 3VD, Saran : CABG