JUDUL:
“VERIFIKASI DOSIS RADIASI TEKNIK INTENSITY MODULATED
RADIOTHERAPY (IMRT) DENGAN MENGGUNAKAN 2D ARRAY
PADA KASUS KANKER SINONASAL”
RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
Disusun oleh:
Lestari Rahayu
(14/364201/TK/41917)
Salah satu jenis kanker adalah kanker sinonasal. Di dunia kasus kanker ini
tidak tergolong tinggi, angka kejadian tumor ganas ini sekitar 1% dari keganasan
seluruh tubuh atau 3% dari seluruh keganasan di kepala dan leher [3]. Kanker
sinonasal adalah pertumbuhan sel kanker pada sinus paranasal dan rongga hidung.
Secara anatomi, sinus paranasal dan hidung dibatasi oleh rongga dan tulang-tulang
wajah yang merupakan daerah terlindung sehingga apabila terjadi abnormalitas
pada bagian ini akan lebih sulit dideteksi dini [3]. Lokasi yang demikian juga
membuat tumor menjadi sangat dekat dengan struktur organ vital atau biasa disebut
Organ At Risk (OAR) seperti optic chiasm, batang otak (brainstem), syaraf mata
(optic nerve), dan sumsum tulang belakang (spinal cord) [4].
1.5 Manfaat
Hasil daripada penelitian ini memberikan manfaat salah satunya sebagai
program jaminan mutu (QA) daripada instrument yang digunakan sehingga
dapat menurunkan angka kecelakaan terkait radioterapi di Indonesia. Secara
khusus penelitian ini dapat ditujukan pada beberapa pihak seperti dibawah ini:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kesesuaian
Kesesuaian Kesesuaian Kesesuaian Kesesuaian Kesesuaian
Pasien GI untuk
GI untuk GI untuk GI untuk GI untuk GI untuk
ke- akumulasi
lapangan 1 lapangan 2 lapangan 3 lapangan 4 lapangan 5
lapangan
1 99,38 % 95,47 % 99,63 % 98,89 % 99,86 % 99,64 %
2 96,56 % 98,65 % 99,54 % 99,63 % 98,00 % 99,81 %
3 98,67 % 97,70 % 99,81% 99,52 % 99,26% 99,69 %
4 - - - - - 99,35 %
5 - - - - - 99,67 %
Pada penelitian yang dilakukan oleh Chung dkk dalam penentuan dosimetry
quality assurance (DQA) yang baik dengan menganalisis hasil statistika dari 206
pasien dengan kasus kanker kepala dan leher, kanker prostat, kanker hati, atau
tumor otak dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 yang ditreatment
menggunakan teknik IMRT. Dengan mengunakan GI yang berbeda dari penelitian
Mustofa, yaitu 3 % DD dan 3 mm. Dari GI yang digunakan, didapatkan hasil
kesesuaian pada kasus kanker kepala dan leher rata-rata sebesar 95,2 % ± 7,4 %.
Hasil penelitiannya juga digunakan sebagai program jaminan mutu daripada alat
yang ada di intitusi peneliti [11].
Penelitian yang hampir sama pernah juga dilakukan oleh Lin dkk, yang
membandingkan bagaimana kesesuaian antara verifikasi dosis menggunakan
metode 2D dan 3D. Pada penelitian Lin dkk, menggunakan 20 pasien dengan kasus
kanker nasopharing (NPC) yang menerima terapi dengan teknik IMRT/VMAT.
Pada metode 2D, GI yang digunakan adalah 3 % DD dan 3 mm DTA pada single-
gantry-angle composite (SGAC). Hasilnya didapatkan keseuaiannya rata-rata 99,55
% ± 0,83 %. Dari penelitian yang dilakukan Lin dkk ini juga didapatkan bahwa
penggunaan metode 2D dirasa kurang untuk membuktikan keakuratan treatment
kasus NPC yang complex dengan teknik IMRT, sehingga diperlukan metode 3D
[13].
Penelitian oleh Spezi dkk juga kemudian didukung dalam paper yang dibuat
oleh Poppe dkk terkait bagaimana secara konsep penggunaan 2D Array dalam
verifikasi dosis teknik IMRT. Dalam penelitiannya, Poppe dkk membandingkan
distribusi dosis hasil pengukuran dengan yang sudah diperkirakan sebelumnya.
Kemudian didapatkan simpangannya yang selanjutnya akan menjadi subjek dalam
penentuan kriteria untuk verifikasi (penentuan GI). GI yang digunakan adalah 3 %
DD dan 3 mm DTA. Dari percobaan yang dilakukan oleh Poppe dkk diperoleh
kesimpulan bahwa sensitifitas daripada 2D Array tidak mengalami kenaikan,
walaupun energi photon ditingkatkan. Kemudian, Poppe dkk menyarankan untuk
penelitian selanjutnya mampu meninjau dari sisi dosis absolut sehingga didapatkan
bagaimana kemampuan dalam mendeteksi ketidaksesuaiannya. Dari penelitian
tersebut kemudian diharapkan 2D Array dapat menggantikan film dosimetry secara
penuh dalam verifikasi dosis [15].
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
1. Data TPS untuk planning teknik IMRT dengan kasus kanker sinonasal
2. Detektor 2D-Array.
3. Phantom Slope.
4. Software Verysoft.
5. Software Mozaiq.
6. Pesawat Linac.
Berikut ini adalah diagram alir pada sub penelitian tahap planning QA teknik
IMRT di TPS. Diagram ini menjelaskan bagaimana tahapan sebelum dilakukan
treatment pada pasien dan penentuan distribusi dosisnya. Pada tahapan ini juga
merupakan tahapan pengambilan data bandingan. Keluaran dari data ini berupa
dosis akumulasi.
Bagan 2. Diagram Alir Sub Pengambilan Data di TPS
(K-User)
Mulai
BAB IV
PENUTUP
IV. 1 Penutup
Kesempatan yang diberikan oleh pihak instansi dalam hal ini adalah RSUP.
Dr. Sardjito Yogyakarta merupakan salah satu hal yang akan kami manfaatkan
dengan baik sehingga dapat disusun dalam bentuk laporan/karya tulis yang sebaik
mungkin. Semoga dengan penelitian ini dapat terjalin hubungan dalam hal kerja
sama yang saling menguntungkan antara RSUP. Dr. Sardjito dengan Universitas
Gadjah Mada.
Daftar Pustaka
[8] T. Wali and F. Anita, "Verifikasi Distribusi Dosis TPS dan Pesawat Linac
Menggunakan Phantom Octavius 4D Dengan Teknik IMRT Protokol Kanker
Lidah," Jurnal Ilmiah GIGA, pp. 19 (1): 9-14, 2016.
[16] D. Hanahan, RA Weinberg, ""The hallmarks of cancer," Cell, pp. 100 (1): 57-
70, 2000.