Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR

JUDUL:
“VERIFIKASI DOSIS RADIASI TEKNIK INTENSITY MODULATED
RADIOTHERAPY (IMRT) DENGAN MENGGUNAKAN 2D ARRAY
PADA KASUS KANKER SINONASAL”
RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun oleh:

Lestari Rahayu

(14/364201/TK/41917)

Program Studi Teknik Nuklir


Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan sel pada
jaringan tubuh secara abnormal, pertumbuhan secara abnormal ini dapat menyebar
(metastasis) ke jaringan atau organ tubuh lain disekitarnya [1]. Dalam bahasa latin
Kanker disebut crab atau kepiting, hal ini disebabkan karena biasanya kanker akan
mencengkram atau mencapit organ atau jaringan disekitarnya. Setiap tahunnya
angka penderita kanker selalu meningkat. Menurut Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (Kemenkes RI), angka kematian akibat kanker pada 2012 sudah
mencapai 8,2 juta. Menurut World Health Organization (WHO) pada 2015, sekitar
8,8 juta orang meninggal dunia akibat kanker [2].

Salah satu jenis kanker adalah kanker sinonasal. Di dunia kasus kanker ini
tidak tergolong tinggi, angka kejadian tumor ganas ini sekitar 1% dari keganasan
seluruh tubuh atau 3% dari seluruh keganasan di kepala dan leher [3]. Kanker
sinonasal adalah pertumbuhan sel kanker pada sinus paranasal dan rongga hidung.
Secara anatomi, sinus paranasal dan hidung dibatasi oleh rongga dan tulang-tulang
wajah yang merupakan daerah terlindung sehingga apabila terjadi abnormalitas
pada bagian ini akan lebih sulit dideteksi dini [3]. Lokasi yang demikian juga
membuat tumor menjadi sangat dekat dengan struktur organ vital atau biasa disebut
Organ At Risk (OAR) seperti optic chiasm, batang otak (brainstem), syaraf mata
(optic nerve), dan sumsum tulang belakang (spinal cord) [4].

Salah satu metode dalam upaya penyembuhan kanker adalah radioterapi.


Radioterapi atau terapi radiasi adalah terapi dengan menggunakan radiasi pengion
energi tinggi dengan tujuan membunuh sel kanker [5]. Dalam pelaksanaan
radioterapi dibutuhkan akurasi dan presisi yang tinggi. Tujuannya adalah agar
radiasi yang dipancarkan tepat mengenai target dan dampak terhadap organ
disekitarnya dapat diminimalisir. Perwujudan dari upaya tersebut adalah dengan
Treatment Planning System (TPS) pada unit radioterapi untuk melakukan
perencanaan dalam penyinaran. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
radioterapi adalah Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT). IMRT adalah
pengembangan daripada Three-dimensional Conformal Radiotherapy (3DCRT)
yang menggunakan intensitas pancaran radiasi yang tidak seragam yang
sebelumnya dilakukan proses optimasi dengan sebuah software [6]. Dalam
pelaksanaan teknik IMRT perlu dilakukan verifikasi untuk mencapai tujuan
radioterapi secara umum.

Verifikasi merupakan salah satu komponen penting dalam radioterapi yang


bertujuan untuk memperoleh data terkait variasi yang terjadi selama pelaksanaan
treatment terhadap pasien radioterapi [7]. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi
angka kecelakaan pada radioterapi, yang mana di Indonesia kecelakaan yang terjadi
berawal dari berkas radiasi yang dikeluarkan tidak sesuai dengan yang
direncanakan pada TPS [8]. Pada pesawat Linear Accelerator (Linac) untuk teknik
IMRT ada beberapa jenis verifikasi yang dilakukan, salah satunya adalah verifikasi
dosis. Verifikasi dosis bertujuan untuk memastikan bahwa dosis yang diterima oleh
pasien sesuai dengan perencanaan. Menurut The American Association of
Physicists in Medicine (AAPM) TG 120, direkomendasikan bahwa toleransi
kesalahan yang diterima oleh target yang diradiasi memiliki kriteria Gamma Index
(GI) 3 % dose different (DD) dan 3 mm dose to agreement (DTA) dengan
kesesuaian lebih dari 90 % [9].

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, dirasa perlu dilakukan penelitian dengan rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kesesuaian dosis radiasi hasil verifikasi teknik IMRT pada


kasus kanker sinonasal?
2. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil verifikasi?
Hal ini dikarenakan pada kasus kanker sinonasal lokasinya berdekatan
dengan beberapa OAR kemudian dalam perencanaan dengan teknik IMRT yang
cukup memakan waktu, sehingga harapannya pengunaan teknik IMRT ini benar-
benar bisa maksimal dan memenuhi rekomendasi AAPM.

1.3 Batasan Masalah


Dalam penelitian ini batasan masalah yang diacu adalah penggunaan detektor
2D Array (PTW, Freiburg, Germany) dengan planning kanker sinonasal.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kesesuaian antara nilai dosis yang direncanakan pada TPS


dengan pada saat treatment kasus kanker sinonasal dengan menggunakan
2D-Array.
2. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab perbedaan dosis
tersebut.

1.5 Manfaat
Hasil daripada penelitian ini memberikan manfaat salah satunya sebagai
program jaminan mutu (QA) daripada instrument yang digunakan sehingga
dapat menurunkan angka kecelakaan terkait radioterapi di Indonesia. Secara
khusus penelitian ini dapat ditujukan pada beberapa pihak seperti dibawah ini:

1. Penulis dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai


bagaimana karakteristik dari alat yang digunakan utamanya
bagaimana hasil keluarannya pada kasus kanker sinonasal, sehingga
dapat mengetahui teknik perencanaan radioterapi.
2. Fisikawan medis mampu melakukan upaya peningkatan kontrol
kualitas Quality Control (QC) terhadap pemberian dosis penyinaran
eksterna dengan teknik IMRT pada kasus kanker sinonasal dan
sebagai program jaminan mutu (QA) dari alat.
3. Pihak lain, dapat menggunakan penelitian ini untuk mengembangkan
kajian lebih lanjut mengenai jaminan mutu maupun kontrol kualitas
dari alat sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal
kepada pasien dan perkembangan tentang ilmu radioterapi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian terkait verifikasi dosis teknik IMRT banyak dilakukan


sebelumnya, salah satunya yang pernah dilakukan oleh Mustofa. Penelitian ini
menggunakan 5 orang pasien dengan kasus yang sama yaitu Glioblastoma
Multiforme (GBM). Dalam penelitiannya data yang diambil dari 3 pasien adalah
hasil dari penyinaran tiap lapangan dan akumulasinya, kemudian 2 pasien lainnya
data yang diambil adalah akumulasi penyinaran. Yang kemudian kesesuaiannya
dinilai dari GI. GI yang dipilih pada penelitian ini adalah γ ≤ 1 pada 2% DD dan 2
mm DTA. Hasil verifikasi pada akumulasi penyinaran dari semua pasien dapat
dilihat pada tabel dibawah ini [10].

Table 1. Hasil verifikasi penyinaran teknik IMRT pada 5 pasien

Kesesuaian
Kesesuaian Kesesuaian Kesesuaian Kesesuaian Kesesuaian
Pasien GI untuk
GI untuk GI untuk GI untuk GI untuk GI untuk
ke- akumulasi
lapangan 1 lapangan 2 lapangan 3 lapangan 4 lapangan 5
lapangan
1 99,38 % 95,47 % 99,63 % 98,89 % 99,86 % 99,64 %
2 96,56 % 98,65 % 99,54 % 99,63 % 98,00 % 99,81 %
3 98,67 % 97,70 % 99,81% 99,52 % 99,26% 99,69 %
4 - - - - - 99,35 %
5 - - - - - 99,67 %

Dari penelitian tersebut didapatkan bagaimana kesesuaian GI dari 3 pasien


yang paling rendah adalah pada pasien ke-2 dan lapangan pertama, dan kemudian
kesesuaian GI untuk akumulasi lapangan didapatkan pada pasien ke-4 yang terkecil,
namun perbedaan dari tiap pasien tidak mencapai 1 %. Penelitian yang dilakukan
di rumah sakit (RS) Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC)
Siloam ini menunjukan kesesuaian antara perencanaan di TPS dan treatment yang
selanjutnya dapat menjadi program dalam jaminan mutu daripada pelayanan di
instritusi yang diteliti.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Chung dkk dalam penentuan dosimetry
quality assurance (DQA) yang baik dengan menganalisis hasil statistika dari 206
pasien dengan kasus kanker kepala dan leher, kanker prostat, kanker hati, atau
tumor otak dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 yang ditreatment
menggunakan teknik IMRT. Dengan mengunakan GI yang berbeda dari penelitian
Mustofa, yaitu 3 % DD dan 3 mm. Dari GI yang digunakan, didapatkan hasil
kesesuaian pada kasus kanker kepala dan leher rata-rata sebesar 95,2 % ± 7,4 %.
Hasil penelitiannya juga digunakan sebagai program jaminan mutu daripada alat
yang ada di intitusi peneliti [11].

Kesamaan daripada kedua penelitian sebelumnya adalah penggunaan


detektor kamar ionisasi yang kemudian diletakan dalam phantom 2 dimensi (2D).
Penggunaan daripada phantom 2D dalam verifikasi dosis mengharuskan kita
membuat semua penyinaran berada pada sudut gantry 0⁰. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Mustofa, kasus yang dipilih adalah GBM dan pada penelitian oleh
Chung dkk terdiri dari banyak kasus. Kelemahan daripada penggunaan banyak
kasus menurut Rana adalah kita tidak bisa membandingkan hasil daripada tiap
pasien apalagi pada kasus yang berbeda. Hal ini disebabkan tiap pasien memiliki
perbedaan letak tumor yang kemudian berpengaruh pada sisi anatominya, sehingga
akan mempengaruhi hasil daripada pengukuran dosisnya [12].

Penelitian yang hampir sama pernah juga dilakukan oleh Lin dkk, yang
membandingkan bagaimana kesesuaian antara verifikasi dosis menggunakan
metode 2D dan 3D. Pada penelitian Lin dkk, menggunakan 20 pasien dengan kasus
kanker nasopharing (NPC) yang menerima terapi dengan teknik IMRT/VMAT.
Pada metode 2D, GI yang digunakan adalah 3 % DD dan 3 mm DTA pada single-
gantry-angle composite (SGAC). Hasilnya didapatkan keseuaiannya rata-rata 99,55
% ± 0,83 %. Dari penelitian yang dilakukan Lin dkk ini juga didapatkan bahwa
penggunaan metode 2D dirasa kurang untuk membuktikan keakuratan treatment
kasus NPC yang complex dengan teknik IMRT, sehingga diperlukan metode 3D
[13].

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Spezi dkk terkait


bagaimana karakteristik dari metode 2D dengan detektor kamar ionisasi untuk
verifikasi dosis radioterapi. Model detektor yang digunakan adalah 2D Array
Seven29TM (PTW, Freiburg, Germany). Dari penelitian ini didapatkan data terkait
repoduktibilitas, linearitas, faktor yang mempengaruhi keluaran, sensitifitas, dan
pengaplikasian dalam suatu kasus (kanker prostat). Hasil yang didapatkan dari sisi
reproduktibilitas sangat baik: dalam jangka pendek didapatkan simpangan rata-
ratanya maksimum 0,2 %, pada jangka menengah dan jangka panjang hasilnya juga
sangat baik dengan simpangan sebesar ± 1 %. Untuk linearitasnya juga sangat baik,
ditunjukkan dengan nilai perbedaan dosis 0,4 % pada rentang 2 – 500 MU. Pada
faktor keluaran didapatkan perbedaan dosis dari tiap lapangan ± 0,5 local
percentage difference (ldp). Untuk sensitifitasnya ketidaksesuaian pada lapangan
terbuka adalah ± 1 %. Dari semua keluaran yang dihasilkan kemudian disimpulkan
bahwa 2D Array model Seven29TM termasuk alat yang akurat dan teliti, sehingga
dapat digunakan dalam QA dan verifikasi dosis redioterapi [14].

Penelitian oleh Spezi dkk juga kemudian didukung dalam paper yang dibuat
oleh Poppe dkk terkait bagaimana secara konsep penggunaan 2D Array dalam
verifikasi dosis teknik IMRT. Dalam penelitiannya, Poppe dkk membandingkan
distribusi dosis hasil pengukuran dengan yang sudah diperkirakan sebelumnya.
Kemudian didapatkan simpangannya yang selanjutnya akan menjadi subjek dalam
penentuan kriteria untuk verifikasi (penentuan GI). GI yang digunakan adalah 3 %
DD dan 3 mm DTA. Dari percobaan yang dilakukan oleh Poppe dkk diperoleh
kesimpulan bahwa sensitifitas daripada 2D Array tidak mengalami kenaikan,
walaupun energi photon ditingkatkan. Kemudian, Poppe dkk menyarankan untuk
penelitian selanjutnya mampu meninjau dari sisi dosis absolut sehingga didapatkan
bagaimana kemampuan dalam mendeteksi ketidaksesuaiannya. Dari penelitian
tersebut kemudian diharapkan 2D Array dapat menggantikan film dosimetry secara
penuh dalam verifikasi dosis [15].

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah kasus kanker yang dipilih


dan juga software yang akan digunakan. Dari penelitian ini yang kemudian dipilih
sebagai salah satu peralatan untuk melakukan peralatan pengukuran adalah 2D
Array (PTW). Pada penelitian sebelumnya, penilaian hanya berdasarkan GI,
sedangkan pada penelitian kali ini juga akan dinilai berdasarkan kurva isodosisnya.
Hal ini dapat disesuaikan dengan hasil yang akan diberikan dari software VerySoft
yang akan memberikan hasil bacaan terkait kesesuaian dengan GI dan kurva
isodosisnya. Sebagaimana yang sudah direkomendasikan oleh AAPM no. 218 [9].

BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

III.1 Alat dan Bahan Penelitian


Dalam penelitian ini data diambil dari pengukuran langsung (data primer).
Rincian alat dan bahan yang akan digunakan dalam pengambilan data adalah
sebagai berikut:

1. Data TPS untuk planning teknik IMRT dengan kasus kanker sinonasal
2. Detektor 2D-Array.
3. Phantom Slope.
4. Software Verysoft.
5. Software Mozaiq.
6. Pesawat Linac.

III.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Penelitian tugas akhir direncanakan dilaksanakan dalam jangka waktu 7 hari
kerja setelah surat EC keluar. Bertempat di Installation Cancer Center (ICC)
“Tulip” RSUP Dr. Sardjito. Dalam penelitian ini, pengambilan data sepenuhnya
dilakukan oleh mahasiswa dengan pengawasan dan bimbingan karyawan ICC
“Tulip”.

III.3 Rencana Kegiatan


No. Rencana Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1. Kalibrasi Linac dan detektor Waktu disesuaikan dengan
2D Array jadwal treatment pasien,
2. Pengambilan data dari pasien setelah keluarnya Ethical
3. Pengukuran dan analisis data Clearance (asumsi 6 Mei
2018)
4. Penulisan Tugas Akhir/Skripsi Dilakukan sembari menunggu
EC keluar.
Table 2. Rencana Kegiatan

III.4 Tata Laksana Penelitian


Pelaksanaan penelitian secara umum ditunjukan pada gambar 3.1 sebagai
berikut:
Bagan 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian Secara Umum

Berikut ini adalah diagram alir pada sub penelitian tahap planning QA teknik
IMRT di TPS. Diagram ini menjelaskan bagaimana tahapan sebelum dilakukan
treatment pada pasien dan penentuan distribusi dosisnya. Pada tahapan ini juga
merupakan tahapan pengambilan data bandingan. Keluaran dari data ini berupa
dosis akumulasi.
Bagan 2. Diagram Alir Sub Pengambilan Data di TPS

Sebelum dilanjutkan ke proses pengukuran perlu dilakukan proses kalibrasi


untuk kemudian memastikan bahwa alat yang akan digunakan sudah sesuai dengan
yang diharapkan. Proses kalibrasinya dijelaskan dengan diagram alir seperti
dibawah ini.

(K-User)

Bagan 3. Diagram Alir Proses Kalibrasi 2D Array


Selanjutnya, diagram alir dibawah ini menunjukan tahapan-tahapan sub
pengukuran untuk pengambilan data primer daripada penelitian ini.

Mulai

Bagan 4. Diagram Alir Sub Pengukuran

III.5 Pelaksanaan Penelitian

III.5.1 Tahapan Persiapan Pengambilan Data


Pada dasarnya penelitian mengenai verifikasi dosis dengan teknik
IMRT ini menggunakan perlakuan yang sama dengan alur pemberian
treatment pada kasus kanker pada umumnya. Tahapannya yaitu diagnosis,
staging, penentuan modalitas treatment, simulasi treatment planning (TPS),
verifikasi, treatment, konsultasi pada saat treatment dan patient follow up.
Tahapan-tahapan yang dilakukan sebelum verifikasi merupakan tahapan
persiapan pengambilan data. Pada tahapan tersebut dilakukan oleh dokter
untuk kemudian tim dokter akan melakukan deliniasi (GTV & CTV) yang
akan didiskusikan dengan fisikawan medis untuk tahapan planning juga
dalam penentuan PTV dan OAR. Jika hasil dari diagnosis dan staging
menunjukan bahwa dapat dilakukan proses treatment radioterapi eksterna,
maka tahapan selanjutnya adalah persiapan alat dan bahan.

III.5.2 Tahapan Planning-Treatment


Setelah dilakukan prosedur simulasi tadi, akan ditentukan teknik
yang akan digunakan, pada penelitian kali ini yang dipilih adalah teknik
IMRT. Hal ini merupakan kewenangan daripada pihak dokter.

Tahapan selanjutnya adalah pembuatan planning untuk QA teknik


IMRT. Kemudian dapat ditentukan batasan-batasan dalam penyinaran,
penentuan sudut gantry, SAD pada masing-masing lapangan, dan distribusi
dosisnya yang dilakukan di TPS yang mana datanya berasal dari software
Mozaiq.

Pada tahap planning untuk QA teknik IMRT dilakukan rekonstruksi


daripada hasil (citra) yang diperoleh pada tahap simulasi. Sebagaimana
tujuan dari penggunaan teknik IMRT, yaitu mengurangi dosis pada jaringan
sehat, maka pada tahap ini dilakukan rekonstruksi pada MLC untuk
mencapai tujuan tersebut. Dari tahap ini akan ditentukan bagaimana
positioning target. Kemudian setelah dilakukan rekonstruksi tadi akan
didapatkan distribusi dosis yang kemudian menjadi refrence dose.

Setelah didapatkan reference dose langkah selanjutnya adalah


persiapan untuk pengukuran di lapangan. Baik phantom, detektor, dan
perangkat lunak pengolah hasilnya. Nantinya pada pengukuran akan
didapatkan bagaimana keseuaian data dengan kriteria Gamma Index yang
sebelumnya dipilih oleh fisikawan medis.

III.6 Rencana Analisis Hasil


Sebagaimana tujuan akhir daripada penelitian ini yaitu mendapatkan
bagaimana kesesuaian antara pengukuran di lapangan dan perhitungan di TPS,
sehingga data pada hasil akhir berupa data bacaan dari detektor dan akan
dibandingkan dengan rencana pada TPS yang nantinya akan menunjukan standar
deviasinya. Hasil verifikasi yang diambil haruslah sesai dengan kriteria GI yang
sudah ditentukan. Hasil yang akan ditunjukan oleh perangkat lunak berupa nilai
evaluasi dari kurva isodosis.

BAB IV
PENUTUP

IV. 1 Penutup
Kesempatan yang diberikan oleh pihak instansi dalam hal ini adalah RSUP.
Dr. Sardjito Yogyakarta merupakan salah satu hal yang akan kami manfaatkan
dengan baik sehingga dapat disusun dalam bentuk laporan/karya tulis yang sebaik
mungkin. Semoga dengan penelitian ini dapat terjalin hubungan dalam hal kerja
sama yang saling menguntungkan antara RSUP. Dr. Sardjito dengan Universitas
Gadjah Mada.

Demikian proposal ini kami susun, semoga dapat memberikan gambaran


mengenai maksud dan tujuan dari penelitian yang akan kami lakukan. Besar
harapan kami agar permohonan kami dikabulkan. Atas perhatian dan kesediaan
untuk mempertimbangkan permohonan ini, kami mengucapkan terima kasih.

Daftar Pustaka

[1] Kementrian Kesehatan RI, "Info DATIN," PUSAT DATA DAN


INFORMASI KEMENTRIAN KESEHATAN RI, Jakarta Selatan, 2015.

[2] World Health Organisation (WHO), "WHO: Cancer," 22 November 2017.


[Online]. Available: http://www.who.int/cancer/en/.

[3] B. Lesmono, "REFERAT ONKOLOGI TUMOR SINONASAL,"


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJAJARAN, Bandung,
2015.

[4] S. D. Birgi, M. Teo, K. E. Dyker, M. Sen and R. J. Prestwich, "Definitive and


adjuvant radiotherapy for sinonasal squamous cell carcinomas: a single
intitutional experience," Radiation Oncology, p. 10: 190, 2015.
[5] National Cancer Institute, "About Cancer: Cancer Treatment," 30 November
2017. [Online]. Available: https://www.cancer.gov/about-
cancer/treatment/types/radiation-therapy/radiation-fact-sheet#r1.

[6] AAPM, "Guidance document on delivery, treatment planning, and clinical


implementation of IMRT: Report of the IMRT subcommittee of the AAPM
radiation therapy committee," Med. Phys., vol. Vol. 30, pp. 2089-2115, 2003.

[7] F. Adam and S. A. Gondhowiardjo, "VERIFIKASI GEOMETRI


RADIOTERAPI TEKNIK 3DCRT/IMRT PADA KASUS KANKER
KEPALA DAN LEHER DI DEPARTEMEN RADIOTERAPI RSCM,"
Radioterapi & Onkologi Indonesia, pp. 5 (1): 1-8, 2014.

[8] T. Wali and F. Anita, "Verifikasi Distribusi Dosis TPS dan Pesawat Linac
Menggunakan Phantom Octavius 4D Dengan Teknik IMRT Protokol Kanker
Lidah," Jurnal Ilmiah GIGA, pp. 19 (1): 9-14, 2016.

[9] M. Miften, A. Olch, D. Mihailidis, J. Moran, T. Pawlicki, A. Molineu, H. Li,


K. Wijesooriya, J. Shi, P. Xia, N. Papanikolau and D. A. Low,
"TOLERANCE LIMITS AND METHODOLOGIES FOR IMRT
MEASUREMENT-BASED VERIFICATION QA: RECOMENDATION OF
AAPM TASK GROUP NO. 218," AAMP.

[10] Y. Mustofa, "VERIFIKASI PENYINARAN IMRT MENGGUNAKAN 2D


ARRAY MATRIXX EVOLUTION," FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA, Jakarta,
2011.

[11] J. B. Chung, J. S. Kim, S. W. Ha and Y. Sung-Joon, "STATISTICAL


ANALYSIS OF IMRT DOSIMETRY QUALITY ASSURANCE
MEASUREMENTS FOR LOCAL DELIVERY GUIDELINE," Radiation
Oncology, p. 6:27, 2011.

[12] S. Rana, "INTENSITY MODULATED RADIATION THERAPY VERSUS


VOLUMETRIC INTENSITY MODULATED ARC THERAPY," Medical
Radiation Sciences, no. 60, pp. 81-83, 2013.

[13] H. Lin, S. Huang, Deng, Xiaowu, J. Zhu and L. Chen, "COMPARISON OF


3D ANATOMICAL DOSE VERIFICATION AND 2D PHANTOM DOSE
VERIFIVATION OF IMRT/VMAT TREATMENTS FOR
NASOPHARYNGEAL CARCINOMA," Radiation Oncology, no. 9:71,
2014.

[14] E. Spezi, A. L. Angelini, F. Romani and A. Ferri, "CHARACTERIZATION


OF A 2D ION CHAMBER ARRAY FOR THE VERIFICATION OF
RADIOTHERAPY TREATMENTS," Physics In Medicine And Biology, no.
50, pp. 3361-3373, 2005.

[15] B. Popper, A. Blechschmidt, A. Djouguela, R. Kollhoff, A. Rubach, K. C.


Willborn and D. Harder, "TWO-DIMENTIONAL IONIZATION
CHAMBER ARRAYS FOR IMRT PLAN VERIFICATION," Medical
Physics, vol. 33, no. 4, pp. 1005-1015, 2006.

[16] D. Hanahan, RA Weinberg, ""The hallmarks of cancer," Cell, pp. 100 (1): 57-
70, 2000.

[17] K. Kurosu and dkk, "Curtailing patient-specific IMRT QA procedures from


2D dose error distribution," Jurnal of Radiation Research, pp. 258-264, 2015.

Anda mungkin juga menyukai