Tugas Bab 8, 11, 14 SIMC4
Tugas Bab 8, 11, 14 SIMC4
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK SIMC4
Liska Mutiara Chandra D 15312203
Lilis Yulianti 15312457
Ismawati Dian Pertiwi 15312462
Nur Fitriana 15312465
Pemerolehan Pengetahuan
Organisasi memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara, tergantung dari jenis
pengetahuan yang mereka cari. Sistem manajemen pengetahuan pertama berusaha
membangun gudang dokumen, laporan, presentasi, dan praktik terbaik perusahaan. Upaya ini
telah diperluas untuk memasukkan dokumen tidak terstruktur (seperti e-mail).
Penyimpanan Pengetahuan
Setelah berbagai dokumen, pola, dan aturan pakar terkumpul, data tersebut harus
disimpan sehingga dapat diambil kembali dan digunakan oleh para karyawan. Penyimpanan
pengetahuan umumnya melibatkan proses pembuatan database. Sistem manajemen dokumen
mengubah data ke dalam bentuk digital, menyusun indeks, dan memberi tag dokumen-
dokumen yang diperlukan berdasarkan kerangka kerja yang koheren dengan bentuk akhirnya
suatu database yang dapat menyimpan berbagai dokumen. Sistem yang baik juga membantu
perusahaan dalam menyimpan pengetahuan yang diperoleh dengan cara menerapkan
pengetahuan tersebut ke dalam proses dan budaya organisasi.
Penyebaran Pengetahuan
Portal, e-mail, pesan instan, wiki, jaringan sosial, dan teknologi mesin pencari telah
ditambahkan ke dalam serangkaian teknologi kolaborasi dan sistem perkantoran yang ada
untuk berbagi agenda, dokumen, data, dan grafik. Teknologi kontemporer tampaknya telah
membanjiri dunia informasi dan pengetahuan. Bagaimana para manajer dan karyawan dapat
menemukan sesuatu yang benar-benar penting untuk keputusan dan pekerjaan mereka? Di
sinilah program pelatihan, jaringan informal, dan pengalaman manajemen yang dibagikan
dapat membantu para manajer agar tetap dapat memfokuskan perhatian mereka dalam
pengetahuan dan informasi penting.
Penerapan Pengetahuan
Pengetahuan yang tidak dibagikan dan tidak dapat diterapkan dalam kejadian nyata
oleh para manajer atau perusahaan tidak akan memberikan nilai tambah bagi bisnis, apapun
jenis sistem manajemen pengetahuannya. Agar investasi yang ditanamkan tidak terbuang sia-
sia, pengetahuan organisasional harus menjadi bagian sistematis dari manajemen
pengambilan keputusan dan menjadi sistem yang dapat mendukung keputusan. Jelasnya,
pengetahuan harus dimasukkan ke dalam proses bisnis dan sistem aplikasi yang penting,
termasuk aplikasi perusahaan yang mengelola proses bisnis internal dan hubungan dengan
pihak luar, yaitu pelanggan dan pemasok. Manajemen mendukung proses ini dengan cara
menciptakan jenis usaha, produk, jasa, dan pangsa pasar baru bagi perusahaan berdasarkan
pengetahuan yang baru.
Membangun Modal Organisasi dan Manajemen: Kolaborasi, Komunitas Praktik, dan
Lingkungan Perkantoran
Selain kegiatan yang telah jelaskan, para manajer dapat membantu dengan cara
mengembangkan peran dan tanggung jawab baru dalam organisasi untuk memperoleh
pengetahuan. Direktur Pengetahuan (CKO) adalah eksekutif senior yang bertanggungjawab
dalam program manajemen pengetahuan perusahaan. CKO berguna untuk mendapatkan
pengetahuan baru agar lebih berguna lagi. Praktik komunitas (COP) adalah jaringan umum
informasi yang terdiri atas para profesional dan karyawan baik di dalam maupun luar
perusahaan.
JENIS SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN
Pada dasarnya ada tiga jenis sistem manajemen pengetahuan utama: sistem manajemen
pengetahuan perusahaan, sistem kerja pengetahuan, dan teknik cerdas. Gambar 11-2
menunjukkan aplikasi sistem manajemen pengetahuan untuk masing-masing kategori utama
ini.
Sistem manajemen pengetahuan perusahaan adalah sistem serba guna yang digunakan oleh
perusahaan untuk mengumpulkan, menyimpan, mendistribusikan, dan menerapkan
pengetahuan dan muatan digital. Sistem kerja pengetahuan (KWS) adalah sistem khusus yang
dibangun untuk para teknisi, ilmuwan, dan para pekerja dibidang pengetahuan lainnya yang
bertugas memperoleh dan menciptakan pengetahuan baru bagi perusahaan mereka.
Manajemen pengetahuan juga mencakup beragam jenis teknik cerdas, seperti data mining,
sistem pakar, jaringan syaraf tiruan, logika fuzzy, algoritma genetika, dan agen cerdas.
Sumber : Laudon, Kenneth C., & Jane, P. Laudon. (2010). Manajemen Information System:
Managing the Digital Firm.
BAB 8
Business Process Re-engineering
Business Process Re-engineering (BPR) merupakan sebuah alat yang dapat digunakan
orgnaisasi untuk membantu memecahkan berbagai persoalan yang berhubungan dengan
proses (Robson, 1996). Motivasi penggunaan BPR ialah untuk mengikuti keberhasilan dari
Ford, IBM Credit Corporation, Mutual Benefit Life (Davenport & Stoddard, 1994), dan
CIGNA (Caron, Jarvenpaa, & Stoddard, 1994). BPR dikenal sebagai solusi yang dapat
membantu manajer memecahkan berbagai masalah yang ada dan membantu dalam
memperoleh keuntungan yang signifikan (Davenport & Stoddard, 1994).
8.1 Business Re-engineering
Adanya resesi menyebabkan tumbuhnya kesadaran bahwa straategi SI dapat
digunakan untuk memfokuskan berbagai tindakan yang dapat dilakukan sehingga berbagai
biaya di dalam organisasi dapat ditekan. Presepsi yang muncul dalam pengembangan strategi
SI ialah menyatu didalam bisnis dengan menerjemahkan berbagai tujuan bisnis dan
mempengaruhi bisnis dengan menentukan berbagai tujuan bisnis. Sehubung dengan
penggunaan SI dalam organisasi pada saat ini, maka manajemen membutuhkan sebuah
tambahan dimensi SI yaitu meningkatkan bisnis dengna melakukan re-desain proses bisnis.
Re-desain sebuah proses didalam organisasi disebut re-engineering business, business
process re-engineering, business process re-design, business re-design, dll. Konsep BPR
dijalankan untuk memperbaiki bentuk lama organisasi, terutama berbagai proses yang ada di
dalam organisasi, sehingga tidak langsung akan berpengaruh terhadap kelangsungan
organisasi tersebut. Proses ini merupakan re-struktur kompetitif yang memfokuskan pada
perbedaan tujuan dalam mencapai keuntungan kompetitif organisasi.
Efisiensi Efektivitas Keuntungan Kompetitif Re-Struktur Kompetitif
Isu-isu yang berkembang sehubung dengan proses re-desain, yaitu teknik
implementasi, skala dari peluang yang ada, tempat memulai proses perencanaan, peranana SI
pada saat dan setelah BPR, menjawab pertanyaan mengenai kepemilikan proses fungsional
silang, implikasi terhadap manajemen dan terhadap dukungan teknologi yang dihasilkan dari
berbagai proses dengan berbasis tim baru, serta hubungan antara inisiatif dan kualitas.
8.1.1 Definis BPR
BPR merupakan orientasi proses, ambisi, rule breaking, penggunaan SI/TI yang
kreatif. Orientasi proses, dimana organisasi perlu memuaskan perhatian pada proses secara
keseluruhan, bukan pada tugas-tugas yang terpisah (konsep One Stop Stop). Ambisi, tujuan
mengubah caraberbisnis secara radikal. Rule breaking, penghindaraan mentalitas “biasanya
juga begini’. Penggunaan SI/TI yang kreatif, menggunakan SI/TI sebagai sebuah pelaksana di
dalam proses.
BPR bukanlah downsizing atau re-structuring, re-engineering software, otomatis, de-
layering/perataan organisasi, serta pengawasan kualitas, pembenahan, TQM, JIT, atau
sebagainya.
8.1.2 Perbandingan BPR dengan Filosofi Bisnis Lainnya