Bab 13 Tko
Bab 13 Tko
Metodologi
Dosen Pengampu: Johan Arifin ,S.E.,M.Si.
DISUSUN OLEH:
ARJUNA BAHAR 15312275
M. SYAFIQ AZHARI 15312279
VAVIN PAPERU 15312280
M. FAHRI REZKY 15312290
Perbedaan Antarnegara
Sebelum melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan aspek budaya setiap peneliti
terlebih dahulu harus mampu memberikan penjelasan dan pertimbangan sebagai argumentasi
untuk memperoleh higher external validity. Kesepakatan atau kenyamanan di dalam
menggunakan batasan negara sebagai suatu entitas budaya, tidak banyak dipertanyakan dan
telah digunakan dalam berbagai studi komperasi terutama dalam bidang manajemen.
Penggunaan negara sebagai batasan suatu budaya dapat dilihat melalui rangkaian penelitian
yang dilakukan oleh Hofstede (1984b). Studi yang dilakukan ahli ini meliputi 50 negara yang
dibagi menjadi 3 wilayah di dalam mengobservasi perbedaan secara nasional terkait pada
work-related values sebagai kerangka untuk tujuan komperasi antarnegara, dan menjelaskan
komponen utama dalam teori umum terkait perbedaan budaya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa penggunaan batasan budaya (cultural boundary)
dalam suatu penelitian sangat ditentukan oleh unit of analysis atau research prepective,
walaupun budaya ditemukan pada berbagai tingkatan yang berbeda, budaya pada tingkatan
nasional sebuah negara memiliki pengaruh yang kuat terhadap masyarakat di negara tersebut.
Pernyataan ini didukung oleh Negandhi (1983), bahwa budaya organisasi merupakan fungsi
dari kondisi lingkungan eksternal yang dihadapi perusahaan dilokasi atau negara yang berbeda.
Langkah fundamental paling utama di dalam mengatasi potensi bias dari perilaku dan sikap
etnosentris adalah melalui tindakan spesifikasi terhadap domain teoretik dari suatu konstruk
penelitian (research construct) (Cavusgil dan Das, 1997).
Berbagai bias yang berpotensi muncul dalam penelitian lintas budaya dapat disebabkan oleh
seperangkat faktor berikut.
1. Dimensi Budaya (the Cultural Dimension)
2. Nilai-nilai Budaya (the Culturan Values)
3. Peranan Bahasa (the Language)
4. Aspek Keagamaan (Religious Aspects)
Berdasarkan uraian tersebut, adalah penting bagi seorang peneliti yang akan melakukan
penelitian lintas budaya untuk memahami budaya mereka sendiri, sebelum dapat memahami
serta mengapresiasi budaya lainnya. Kondisi demikian diperlukan karena pemahaman tersebut
akan membawa dampak dan implikasi baik secara konseptual maupun metodologikal dari
penelitian lintas budaya yang dilakukan.
Perspektif universalis memiliki pandangan bahwa perusahaan dari berbagai negara yang
menerapkan konsepsi CG akan memiliki kinerja lebih baik dibandingkan perusahaan yang
tidak mengadopsi CG, karena keberadaan CG dalam perusahaan dapat mengatasi berbagai
konflik kepentingan yang muncul.
Perspektif kultural berpendapat bahwa hubungan sebab-akibat dalam jangka panjang, di mana
berbagai norma dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarak, berperan dalam membentuk
institusi formal dan praktik CG pada tataran perusahaan (firm level) untuk jangka waktu lama
(Licht, 2001).
Beberapa potensi permasalahan terkait pemahaman konseptual dan akan berpengaruh dalam
penelitian CG, khususnya berhubngan dengan perbedaan legal origins, dapat membawa
implikasi konseptual praktis dan metodologi, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Tradisi Hukum
2. Perkembangan berbagai literatur CG, baik penelitian imperikal maupun konseptual.
3. Konsepsi CG pada generasi ketiga, sebagaimana telah dibahas pada bagian
sebelumnya, memperlihatkan kecenderungan semakin terkonsentrasinya kepemilikan
perusahaan di berbagai belahan dunia (lihat Denis dan McConnel, 2001).
4. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa pola kepemilikan perusahaan di negara
berbasis Anglo-Saxon mengarah kepada kepemilikan terkonsentrasi, di antaranya
ditandai dengan semakin aktif dan besarnya peran investor institusi (institutional
investors).
5. Implikasi penggunaan konsepsi CG dan penelitian empirikal dengan tradisi hukum
yang berbeda.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peneliti di dalam melakukan studi lintas
negara harus memahami karakteristik budaya mereka sendiri serta perangkat budaya di berbagai
negara lain yang termasuk dalam lingkup penelitian yang dilakukan.
Pemahaman terhadap budaya juga diikuti dengan pemahaman secara konseptual terhadap isu CG yang
akan diteliti sesuai dengan karakteristik setiap engara, serta membawa konsekuensi terhadap desain
penelitian yang dilakukan. Penekanan ini diperlukan pada studi komparatif atau lintas budaya dalam
bidang aplikasi konsepsi CG. Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya, pemahaman secara
komprehensif terhadap berbagai aspek tersebut untuk menghindari bias dari hasil penelitian serta untuk
mencapai rigorous research oucomes.