Anda di halaman 1dari 3

SLIDE 4

PT. PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara atau biasa disebut dengan PLN MMU, merupakan
unit wilayah dari PT. PLN (Persero) dengan kegiatan bisnis mencakup di Provinsi Maluku dan Maluku
Utara.

PT. PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara terdiri dari 8 sub-unit, yaitu:
- PLN Sektor Pembangkitan Maluku - PLN Area Masohi
- PLN Area Ambon - PLN Area Tual
- PLN Area Ternate - UPKK Maluku
- PLN Area Sofifi - UPKK Maluku Utara

SLIDE 6
PT. PLN (Pesero) Sektor Pembangkitan Maluku merupakan salah satu unit pembangkit PLN dibawah
Wilayah MMU pada Direktorat Maluku dan Papua.

Unit kerja SPM tersebar di wilayah Maluku dan Maluku Utara yang terdiri dari 8 unit PLTD, 1 unit PLTU
dan 2 unit GI.
- PLTD Hative Kecil
- PLTD Poka
- PLTD Kairatu
- PLTD Masohi
- PLTD Namlea
- GI Passo dan Sirimau
- PLTD Kayu Merah
- PLTD Tobelo
- PLTD Langgur
- PLTU Tidore

Dalam memenuhi kebutuhan listrik yang semakin meningkat maka dilakukan penambahan suplay
listrik dari Marine Vessel Power Plan (MVPP) dan mulai beroperasi sejak tanggal 1 April 2017 yang
akan disalurkan melalui transmisi 70 kV sepanjang 51,8 kms dengan jumlah tower sebanyak 82 unit
tower yang menghubungkan Marine Vessel Power Plan (MVPP) dengan Gardu Induk Passo dan Gardu
Induk Sirimau ke Pusat Listrik dan Pelanggan.

SLIDE 7
Organisasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Maluku pada PT. PLN (Persero) Wilayah
Maluku dan Maluku Utara ditetapkan melalui Peraturan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor.
0290.P/DIR/2016. Bagan susunan organisasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Maluku
sebagai berikut

Dipimpan oleh MANAJER dan memiliki 4 bidang dengan masing2 ASMEN yaitu ENJINERING,
OPHAR, OPSISLUR dan KSA.
- OPHAR memiliki 2 Spv yaitu OPKIT dan HARKIT.
Bidang OPHAR membuat perencanaan, pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja
operasi pembangkit, serta membuat jadwal pemeliharaan rutin pada mesin.
- OPSISLUR memiliki 2 Spv yaitu OPHARLUR dan K2L
Bidang OPSISLUR dibantu dgn 2 Spv untuk membuat perencanaan, pemantauan,
evaluasi dan pemeliharaan terhadap saluran transmisi dan dokumen terkait
lingkungan.
- KSA memiliki 3 Spv yaitu ADM-UMUM, LOGISTIK dan KEU.
- ENJINERING
- PENGADAAN merupakan penunjang dari seluruh kegiatan yang ada pada bidang
tersebut.

Manajer Sektor juga membawahi secara langsung seluruh pusat listrik yang ada di wilayah
Maluku dan Maluku Utara, khususnya ke 9 Pusat Listrik (PLTD dan PLTU).

SLIDE 9
Aktifitas On the Job Training (OJT)
Kegiatan OJT dilaksanakan pada PT. PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara selama
6 bulan, terhitung dari akhir bulan Februari hingga akhir bulan Agustus 2018.

Siswa dengan proyeksi jabatan K2/K3 Pembangkit melaksanakan OJT pada PT. PLN (Persero)
Sektor Pembangkitan Maluku (SPM) dan melaksanakan kegiatan pengawasan K2/K3 pada
pekerjaan di bidang pembangkit, dan salah satunya ialah PLTD Hative Kecil.

Pada pelaksanaan OJT, siswa memiliki pedoman berupa Kriteria Unjuk Kompetensi (KUK) yang
harus terpenuhi selama pelaksanaan OJT. Adapun elemen kompetensi yang harus dicapai
yaitu :

SLIDE 10
Pada isu strategi ini,

UU 1-1970
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang K3 mengatur bahwa setiap pekerja berhak
mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan utk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas.

Penetapan syarat-syarat K3 yaitu:


- Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
- Mencegah dan mengurangi serta memadamkan kebakaran
- Dll

SMI
Dalam melaksanakan pemenuhan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
K2/K3 maka PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Maluku menerapkan Sistem Manajemen
Integrasi (SMI) pada Pusat Listrik Hative Kecil, yang didalamnya diperlukan kriteria
persyaratan (SMK3-SMT-SML) salah satunya ialah berupa penerapan SMK3 yang tersertifikasi
di lingkungan kerja PLTD Hative Kecil.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), menjelaskan bahwa setiap perusahaan wajib
menerapkan SMK3 di perusahaannya apabila memiliki sedikitnya 100 (seratus) orang
pekerja/buruh atau memiliki potensi bahaya yang tinggi.

APAR - HYDRANT
Kecelakaan yang terjadi pada perusahaan dapat menyebabkan terhambatnya produksi yang
akan berdampak pada penurunan produksi serta kerugian perbaikan ataupun pengobatan.

Salah satu jenis kecelakaan yang sering dijumpai dan menimbulkan kerugian yang sangat
besar adalah kebakaran. Untuk meminimalisir terjadinya kebakaran sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor. 186 Tahun 1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja dijelaskan bahwa untuk menanggulangi
kebakaran di tempat kerja diperlukan adanya sarana proteksi kebakaran yang memadai (salah
satunya adalah APAR dan Hydrant) serta petugas penanggulangan kebakaran.

Anda mungkin juga menyukai