Fimosis
Fimosis
Anatomi Penis
Penis mempunyai radix penis yang terfiksasi dan corpus yang tergantung
bebas. Radix penis dibentuk oleh tiga massa jaringan erektil yang dinamakan bulbus
penis dan crus penis dextra dan sinistra. Bulbus penis terletak di garis tengah dan
melekat pada permukaan bawah diaphragma urogenitale. Bulbus penis terletak
ditembus oleh urethra dan permukaan luarnya di bungkus oleh musculus
bulbospongiosus. Masing-masing crus penis melekat pada pinggir arcus pubicus dan
permukaan luarnya dibungkus oleh musculus ischiocavernosus. Bulbus melanjutkan
diri ke depan sebagai corpus penis dan membentuk corpus spongiosum penis. Di
anterior kedua crus penis saling mendekati dan di bagian dorsal corpus penis terletak
berdampingan membentuk corpus cavernosum penis.
Corpus penis pada hakekatnya terdiri atas tiga jaringan erektil yanmg di liputi sarung
fascia berbentu tubular. Jaringan erektil dibentuk dari dua corpora cavernosa penis
yang terletak di dorsal dan satu corpus spongiosum penis terletak pada permukaan
ventralnya. Pada bagian distal corpus spongiosum penis melebar membentuk glans
penis yang meliputi ujung distal corpora cavernosa penis. Pada ujung glans penis
terdapat celah yang merupakan muara urethra disebut ostium urethra eksternum.
Preputium penis merupakan lipatan kulit seperti kerudung yang menutupi glans penis.
Normalnya, kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat
ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta
diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan
epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga
akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis.
B. FIMOSIS
1. PENGERTIAN
a) Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan menyebabkan bayi /
anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu suka sehingga kulit prepusium
menggelembung seperti balon. Bayi / anak sering menangis sebelum urine keluar.
b) Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala
penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian
kepala penis (kulup, prepuce, preputium, foreskin,) Preputium terdiri dari dua lapis,
bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang
penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat pada glans penis.
Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih
(meatus urethra externus) yang terbuka. Fimosis (phimosis) bisa merupakan kelainan
bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat.
c) Fimosis adalah prepusium penis tidak yang tidak dapat diretraksi (ditarik) ke
proksimal sampai ke korona galndis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan
berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul
di dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis.
Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-
lahan sehinga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.
d) Fimosis adalah penyempitan atau perlengketan kulup penis sehingga kepala penis
tidak bisa terbuka sepenuhnya. Fimosis dapat menyebabkan penumpukan smegma
(kotoran hasil sekresi kelenjar kulup) di sekitar kepala penis. Penumpukan smegma
tersebut dapat mendukung penyebaran berbagai bakteri penyebab peradangan. Jika
fimosis menyebabkan kesulitan buang air kecil sehingga urin tertahan di saluran
kencing (uretra) maka dapat terjadi infeksi uretra. Sebagian besar anak laki-laki yang
baru lahir memiliki fimosis fisiologis. Namun, fimosis ini biasanya akan menghilang
sendiri setelah anak berusia tiga tahun. Jika di usia enam atau tujuh tahun fimosis
masih ada sehingga menyebabkan masalah, maka dibutuhkan penanganan.
e) Sebaliknya, Parafimosis merupakan kondisi dimana kulitpreputium setelah
ditarik ke belakang batang penis tidak dapat dikembalikan ke posisi semula ke depan
batang penis sehingga penis menjadi terjepit. Fimosis dan parafimosis yang
didiagnosis secara klinis ini, dapat terjadi pada penis yang belum disunat
(disirkumsisi) atau telah disirkumsisi namun hasil sirkumsisinya kurang baik. Fimosis
dan parafimosis dapat terjadi pada laki-laki semua usia, namun kejadiannya tersering
pada masa bayi dan remaja.
2. ETIOLOGI
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan
penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi
melekat pada kepala penis sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa
dari bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan.
3. PENYEBAB FIMOSIS
Kebanyakan kasus, fimosis adalah bawaan lahir. Pada kasus yang lebih jarang,
fimosis terjadi karena kulup kehilangan kemampuan peregangan, misalnya karena
peradangan atau luka akibat pembukaan paksa kepala penis. Pembentukan jaringan
parut dari bekas luka itu mencegah peregangan kulup.
6. GANGGUAN
Aliran urine berupa sulit kencing, pancaran urine mengecil, menggelembungnya
ujung prepusium penis pada saat miksi dan menimbulkan retensi urine.
Kadangkala pasien dibawa berobat oleh orang tuanya Karena adanya benjolan lunak
di ujung penis yang tak lain adalah korpus smegma. Smegma terjadi dari sel-sel
mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang
ada didalamnya.
Tindakan tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan
pada fimosis karena menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium
sebagai fimosis sekunder. Dapat diberikan salep dexametasone 0,1% yang dioleskan 3
atau 4 kali. Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu prepusium dapat
diretraksi spontan kemudian dilakukan sirkumsisi.
7. KOMPLIKASI
a)Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih.
b) Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang kemudian terkena
c) infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
d) Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
e) Penarikan prepusium secara paksadapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri
dan pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.
f) Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut balinitis.
g) Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian
menimbulkan kerusakan pada ginjal.
h) Fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker penis.
8. PENATALAKSANAAN
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:
a) Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan masalah fimosis secara
permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan
buang air kecil atau peradangan di kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan
dengan anestesi umum ataupun local
b) Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan elastisitas kulup.
Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari, harus
dilakukan secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif.
c) Peregangan
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup yang dilakukan
setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh menit setiap hari. Peregangan
ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari luka yang menyebabkan
pembentukan parut.
Fimosis kongenital seyogianya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat alasan agama
dan/atau sosial untuk disirkumsisi. Hanya diperlukan penjelasan dan pengertian
mengenai fimosis kongenital yang memang normal dan lazim terjadi pada masa
kanak-kanak serta menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara rutin
membersihkannya tanpa penarikan kulit preputium secara berlebihan ke belakang
batang penis dan mengembalikan kembali kulit preputium ke depan batang penis
setiap selesai membersihkan.
Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik kulit preputium secara
berlebihan ke belakang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka, fimosis
didapat, bahkan parafimosis. Seiring dengan berjalannya waktu, perlekatan antara
lapis bagian dalam kulit preputium dan glans penis akan lepas dengan sendirinya.
Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni, diperlukan
tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium) atau
teknik bedah plastik lainnya seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit
preputium tanpa memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan
sirkumsisi pada anak-anak adalah fimosis patologik.
Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kulit preputium 1 atau 2 kali
sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif dalam tatalaksana fimosis. Namun jika
fimosis telah membaik, kebersihan alat kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus
ditarik dan dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi dan setelah berkemih
untuk mencegah kekambuhan fimosis.
9. TERAPI
Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat berupa
sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus dengan
komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloting kulit prepusium saat
miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien.
Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat
retraksi komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik.
Pada saat yang sama, perlengketan dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan
ligasi arteri frenular jika terdapat frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk
mencegah karsinoma penis tidak dianjurkan.
Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali kongenital dari penis.
Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua
kali sehari selama 20-30 hari Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak
yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga
tahun.
Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang edematous diikuti
dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang tegang melewati glans penis. Jika
manuver ini gagal , periu dilakukan insist dorsal cincin konstriksi. Tergantung pada
temuan klinis lokal, sirkumsisi dapat segera dilakukan atau ditunda pada waktu yang
lain.
BAB I
PENDAHULUAN
Sirkumsisi adalah sutu tindakan membuang prepusium penis sehingga galnds penis
menjadi terbuka. Tindakan ini merupakan tindakan bedah minor yang banyak di
lakukan diseluruh dunia. Secara medis sirkumsisi bertujuan untuk :
(1) menjaga higiene penis dari smegma dan sisa-sisa urin
(2) mencegah terjadinya infeksi pada glans atau prepusium penis,
(3) mencegah timbulnya karsinoma penis.
Banyak indikasi medis yang mendasari tindakan sirkumsisi. Salah satunya
parafimosis.
Parafimosis merupakan kasus gawat darurat yang merupakan kondisi dimana kulit
preputium setelah ditarik ke belakang batang penis sampai di sulkus koronarius tidak
dapat dikembalikan ke posisi semula ke depan batang penis. Kulit preptium yang
tidak bisa kembali ke depan batang penis akan menjepit penis sehingga menimbulkan
bendungan aliran darah yang disebabkan gangguan aliran balik vena superfisial
sedangkan aliran arteri tetap berjalan normal. Hal ini menyebabkan edema glans penis
dan dirasakan nyeri. Jika dibiarkan bagian penis disebelah distal jeratan makin
membengkak yang akhirnya bisa mengalami nekrosis glans penis.
2.2 Parafimosis
2.2.1 Definisi
Parafimosis adalah prepusium penis yang diretraksi sampai disulkus koronarius tidak
dapat dikembalikan pada keadaan semula dan timbul jeratan pada penis dibelakang
sulkus koronarius.
2.2.2 Etiologi
Menarik (retraksi) prepusium ke proksimal biasanya dilakukan pada saat
bersenggama/masturbasi atau sehabis pemasangan kateter.
2.2.3 Epidemiologi
Parafimosis yang di diagnosis secara klinis ini, dapat terjadi pada penis yang belum
disunat (disirkumsisi) atau telah disirkumsisi namun hasil sirkumsisinya kurang baik.
Fimosis dan parafimosis dapat terjadi pada laki-laki semua usia, namun kejadiannya
tersering pada masa bayi dan remaja.
2.2.4 Patogenesis
Parafimosis merupakan kasus gawat darurat. Upaya untuk menarik kulit preputium ke
belakang batang penis, terutama yang berlebihan namun gagal untuk
mengembalikannya lagi ke depan manakala sedang membersihkan glans penis atau
saat memasang selanguntuk berkemih (kateter), dapat menyebabkan parafimosis.
Kulit preptium yang tidak bias kembali ke depan batang penis akan menjepit penis
sehingga menimbulkan bendungan aliran darah dan pembengkakan (edema) glans
penis dan preputium, bahkan kematian jaringan penis dapat terjadi akibat hambatan
aliran darah pembuluh nadi yang menuju glans penis.