DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDEGLANG TAHUN 2008
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk menempuh ujian Sarjana pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan Serang
Disusun oleh :
NOVA SUHENDAR
A 04 1 0040
SERANG-BANTEN
2008
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr.wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan proposal penelitian ini
yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Kerja Perawat dalam Melaksanakan Asuhan
Keperawatan dengan Dokumentasi Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Pandeglang Tahun 2008”
Shalawat dan salam penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta umatnya
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan sampai zaman terang benderang
seperti yang kita alami sekarang ini
Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis banyak sekali menemui hambatan
dan kesulitan, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka
hambatan tersebut dapat teratasi dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Bambang Kuntarto, S.Kp, M.Kes sebagai Ketua STIKes Faletehan Serang
sekaligus Pembimbing Utama.
2. Ibu Milawati Lusiani, S.Kp, M.Kep sebagai Ketua Jurusan Program Studi Ilmu
Keperawatan.
3. Ns. Sri Mujianti, S.Kep sebagai Pembimbing Teknis.
4. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril mapaun
materil.
5. Teman – teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
6. Spesial buat saudara seperjuangan yang paling memotivasi, terimakasih banget buat
Q-penk dan Sinyo, kalian saudara + sobat aku yang paling baik dan buat anak
chelenknya, kalian best friend aku juga.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini banyak sekali
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan sebagai koreksi dalam penulisan proposal
penelitian dan skripsi selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap semoga penyusunan psoposal ini bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi para pembaca..
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
4.4.2 Sampel....................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Perawat Menurut Ruang Rawat Inap RSUD Pandeglang .......... 37
Tabel 4.2 Jumlah Pengambilan Sampel Menurut Ruang Rawat Inap RSUD Pandeglang
Tahun 2008 39
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang
terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan
kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagonis pengobatan
penyakit yang di derita oleh pasien (Azwar, 1996).
Pelayanan yang berkualitas di dukung oleh sumber-sumber yang memadai antara lain
sumber daya manusia, standar pelayanan termasuk standar praktik keperawatan dan
fasilitas. Sumber-sumber yang tersedia di manfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya
guna, sehingga tujuan institusi penyelenggara pelayanan dapat tercapai dengan kualitas
tinggi (Gilles, 1999).
Para pelaksana pelayanan medis diwakili oleh kalangan kesehatan (medical staff),
adapun yang dimaksud pelaksana pelayanan medis disini adalah mereka yang bekerja
dirumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan medis dirumah sakit (Azwar, 1996).
Sesuai dengan pengertian yang seperti ini maka tugas utama kalangan kesehatan ialah
menyelenggarakan pelayanan medis rumah sakit.
Menurut surat keputusan mentri kesehatan RI No. 983/1992, tugas pokok rumah sakit
ialah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dengan mengutamakan
upaya penyembuhan dan pemulihan yang di laksanakan secara serasi dan terpadu
dengan upaya rumah sakit sebagai unit usaha di bidang jasa terutama untuk pemulihan,
rehabilitasi, pemeliharaan, peningkatan pendidikan dan riset kesehatan memerlukan
pengelolaan secara profesional agar mutu pelayanan kepada pasien dan keluarga
menjadi baik.
Sehubungan dengan peran dan fungsi perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan,
khususnya di rumah sakit dengan tugas yang harus dilaksanakan berkenaan dengan klien
dan aspek-aspeknya sebagai manusia yang utuh dibutuhkan tenaga perawat yang
terampil, berbudi luhur, serta mempunyai motivasi kerja yang tinggi sehingga dapat
memberikan pelayanan yang bermutu Agar dapat mencapai tujuan- tujuan
keperawatan, perawat manajer bertanggungjawab atas pelaksanaan asuhan
keperawatan diunit kerjanya dalam mencapai tujuan dari unit kerja tersebut, yang
merupakan bagian dari tujuan rumah sakit (Yaslis, Illyas:2001). Dengan demikian
perawat manajer dapat mempengaruhi proses motivasi yang menyebabkan para
perawat melakukan tugasnya dengan baik.
Dengan motivasi yang tepat para karyawan akan terdorong untuk berbuat semaksimal
mungkin dalam melaksanakan tugasnya karena meyakini bahwa dengan keberhasilan
organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, kepentingan-kepentingan pribadi
para anggota organisasi tersebut akan terpelihara pula (Siagian, 1997).
Motivasi adalah sesuatu di dalam diri manusia yang memberi energi, aktifitas, dan
gerakan yang mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan (Koontz et al, 1980). Akan
tetapi kesediaan mengarahkan usaha tersebut sangat bergantung pada kemampuan
seseorang untuk memuaskan berbagai kebutuhannya. Usaha merupakan ukuran
intensitas kemauan seseorang. Apabila seseorang termotivasi yang bersangkutan akan
berusaha keras meningkatkan penampilan kerja (Bernard, Berebson, & A. Stieiner, Illyas,
2001).
Namun demikian, untuk menumbuhkan motivasi kerja perawat, tidak semudah yang di
perkirakan. Permasalahannya adalah, pimpinan yang mendorong seorang perawat
bekerja sangat bervariasi dan berbeda kapabilitasnya satu dengan lainnya. Hal ini dapat
dilihat dalam satu unit keperawatan, ada perawat yang rajin dan tekun dalam bekerja,
sangat produktif dan mempunyai kemampuan tinggi dalam menyelesaikan tugas dan
tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan. Sebaliknya ada perawat
yang malas, dan kurang memiliki semangat dan gairah kerja, sehingga produktivitas
kerja rendah.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan
mendukung prilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang
optimal (Hasibuan, 2005). Motivasi semakin penting karena manajer membagikan
pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada
tujuan yang diinginkan.
Untuk memotivasi karyawan, manajer harus mengetahui motif dan motivasi yang
diinginkan karyawan (Hasibuan, 2005). Orang mau bekerja adalah untuk dapat
memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan yang disadari (conscious needs) maupun
kebutuhan yang tidak disadari (unconscious needs), berbentuk materi atau non materi,
kebutuhan fisik atau rohani (Hasibuan, 2005).
Proses keperawatan mempunyai empat manfaat yaitu dari segi administrasi, hukum,
ekonomi, dan pendidikan (Gaffar. 1999). Dipandang dari administrasi, proses
keperawatan mempunyai andil besar bagi profesionalisme secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung kegiatan administrasi pada proses keperawatan
merupakan kegiatan dokumentasi berupa pencatatan dan pelaporan (Gaffar, 1999).
Dokumentasi proses keperawatan dapat menjamin asuhan keperawatan, karena dari
kegiatan ini dikomunikasikan dan di evaluasi perkembangan klien.
Dokumentasi yang objektif, akurat dan komprehensif merupakan faktor yang terbaik
untuk membuktikan tindakan keperawatan yang profesional dan diberikan kepada klien
(Fisbach, 1991). Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat memberikan kemudahan
bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien.
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai
aspek, salah satunya adalah aspek hukum, semua catatan informasi klien merupakan
dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi sesuatu masalah yang berhubungan
dengan profesi keperawatan, maka dokumentasi dapat digunakan sebagai barang bukti
di pengadilan (Nursalam, 2001). Untuk itu data-data harus diidentifikasi dengan lengkap
dan ditandatangani oleh perawat, kelalaian dan ketidak akuratan dokumentasi dapat
membahayakan klien sebagai penerima pelayanan.
Rumah Sakit Umum Pandeglang adalah rumah sakit umum yang ada di Kabupaten
Pandeglang. Dengan keberadaannya tersebut, rumah sakit umum menjadi alternatif
pilihan bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya
pelayanan keperawatan. Tuntutan masyarakat akan pelayanan keperawatan profesional
terhadap Rumah Sakit Umum Pandeglang akan semakin meningkat seiring dengan
semakin meningkatnya kemajuan ilmu dan teknologi, masyarakat semakin menyadari
tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan, sehingga mereka akan mencari tempat
pelayanan yang berkualitas yang dianggap mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya.
Selain itu Rumah Sakit Umum Pandeglang juga sering dijadikan lahan praktek oleh
mahasiswa keperawatan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di peroleh data
dari rumah sakit umum daerah Pandeglang yaitu jumlah perawat di ruang anak
sebanyak 16 perawat, di ruang bedah sebanyak 19 perawat, di ruang VIP sebanyak 14
perawat dan 1 masih orientasi, di ruang perinatologi sebanyak 13 perawat, di ruang
kebidanan sebanyak 5 perawat, dan di ruang penyakit dalam sebanyak 21 perawat. Total
seluruh perawat diruang rawat inap adalah 88 perawat.
Peneliti juga mendapat data jumlah tempat tidur di ruang penyakit dalam sebanyak 3
tempat tidur di kelas I, 5 tempat tidur di kelas II, 17 tempat tidur di kelas III, jadi jumlah
semuanya adalah 25 tempat tidur. Di ruang bedah sebanyak 4 tempat tidur di kelas I, 9
tempat tidur di kelas II, 14 tempat tidur di kelas III, jadi jumlah semuanya adalah 27. Di
ruang kebidanan sebanyak 3 tempat tidur di kelas I, 10 tempat tidur di kelas II, 10
tempat tidur di kelas III, jadi jumlahnya adalah 23 tempat tidur. Di ruang anak sebanyak
2 tempat tidur di kelas I, 11 tempat tidur di kelas II, 17 tempat tidur di kelas III, jadi
jumlahnya adalah 30 tempat tidur. Di ruang perinatologi sebanyak 15 tempat tidur di
kelas II, di kelas I dan kelas II tidak di isi. Di ruang VIP sebanyak 6 tempat tidur, jadi
jumlah keseluruhan tempat tidur adalah 126 tempat tidur.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi perawat dalam
pelaksanaan proses asuhan keperawatan dengan dokumentasi keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan telaahan manajemen untuk
menentukan strategi pengolahan sumber daya manusia keperawatan dalam
mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Sebagai masukan proses pendidikan untuk membentuk pola motivasi yang dapat
diterapkan pada peserta didik sejak dini,dan peserta didik mendapat pengetahuan
tentang pentingnya pendokumentasian di rumah sakit, sehingga menghasilkan perawat
yang mempunyai dedikasi yang tinggi pada profesi keperawatan.
Kegunaan untuk peneliti adalah bahwa penelitian ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan serta merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga sehingga
diharapkan dapat berguna pada waktu terjun ke rumah sakit nanti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Motif adalah rangsangan, dorongan, dan aataupun pembangkit tenaga yang dimiliki
seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan prilaku tertentu. Sedangkan yang
dimaksud dengan motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan dan
ataupun pembangkit tenaga pada seseorang dan ataupun sekelompok masyarakat
tersebut nau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).
Motivasi hanya akan berhasil sempurna jika antara lain dapat diselaraskan tujuan yang
dimiliki oleh organisasi dengan tujuan yang dimiliki oleh orang perorang dan ataupun
sekelompok masyarakat yang tergabung dalam organisasi tersebut (Azwar, 1996).
Dengan demikian langkah pertama yang perlu dilakukan ialah mengenal tujuan yang
dimiliki oleh orang perorang dan ataupun sekelompok masyarakat untuk kemudian di
upayakan memadukannya dengan tujuan organisasi.
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri sesorang secara sadar ataupun tidak
sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu (KBBI, 2005).
Sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakan diri karyawan untuk lebih terarah
dalam mencapai tujuan organisasi/ujuan kerja (Mangkunegara, 2000 dalam Nursalam,
2002).
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan
mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil
yang optimal (Hasibuan, 2005). Motivasi semakin penting karena manajer membagikan
pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada
tujuan yang diinginkannya.
1. Prinsip partisipatif
Perawat perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang
akan dicapai oleh pemimpin.
2. Prisip komunikasi
Pemimpin akan memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk
sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekaryaan yang dilakukannya,
akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan
yang diharapkan oleh pemimpin.
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu
sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana
tindakan motivasi itu dilakukan. Setiap orang yang akan memberikan motivasi harus
mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan
kepribadian orang yang akan dimotivasi.
Manajer dalam dalam organisasi perlu menyadari hal tersebut. Artinya merupakan hal
yang wajar apabila para pekerja berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan
ekonomi yang pada giliranya memungkinkanya memuaskan berbagai kebutuhan
fisiologisnya dengan menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sekaligus
(Siagian, 1995:150).
2. Kebutuhan Keamanan
Kebutuhan keamanan harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya dalam arti keamanan
fisik, meskipun hal ini aspek yang sangat penting, akan tetapi juga keamanan yang
bersifat psikologis, termasuk perlakuan adil dalam pekerjaan seseorang.
Perlakuan yang adil dan manusiawi akan memelihara keseimbangan kejiwaan seseorang.
Peran ikatan pekerja atau profesi sangat diharapkan agar membantu mencapai
perlakuan yang adil. Keamanan juga menyangkut security of tenure, artinya terdapat
jaminan masa kerja, bahwa seseorang tidak akan mengalami pemutusan hubungan kerja
selama yang bersangkutan menunjukan prestasi kerja yang memuaskan dan tidak
melakukan berbagai tindakan yang sangat merugikan organisasi (Siagian, 1995 : 151).
3. Kebutuhan Sosial
Karena manusia adalah mahluk sosial, kebutuhan afiliasi timbul secara naluri karena
sifatnya yang naluriah, kebutuhan ini timbul sejak seseorang dilahirkan yang terus
bertumbuh dan berkembang dalam pelajaran hidupnya. Juga karena sifatnya yang
naluriah, keinginan memuaskanya pun berada pada intensitas yang tinggi karena itulah
terdapat kecendrungan orang untuk memasuki berbagai kelompok yang diharapkan
dapat digunakan sebagai wahana pemuasannya (Siagian,1995;153).
4. Kebutuhan Penghargaan
Salah satu ciri manusia ialah bahwa ia mempunyai harga diri. Karena itu semua orang
memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang lain. Keberadan dan
setatus sesering mungkin biasanya tercermin dari berbagai lambang baik gelar jabatan,
yang penggunaanya sering di pandang sebagai hak seseorang di dalam dan di luar
organisasi .
Merupakan titik komulasi dari keseluruhan tingkat kebutuhan manusia. Aktualisasi diri
berhubungan dengan konsep diri. Pengaruhnya, aktualisasi diri adalah motivasi
seseorang untuk mentransformasikan persepsi dirinya kedalam realita.
Pendapat yang dewasa ini n dikalangan para ilmuwan yang mendapat teori motivasi
mengatakan bahwa berbagai kebutuhan manusia ini merupakan rangkaian, bukan
hirarki. Artinya dengan sekali lagi menggunakan klasifikasi Maslow, sambil memuaskan
kebutuhan fisiologis, seseorang butuh keamanan, ingin dikasihi oleh orang lain, mau
dihormati dan akan sangat gembira apabila potensi yang masih terpendam dalam
dirinya dikembangkan (Siagian, 1995 : 161).
Menurut Herzberg, orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan yaitu (Hasibuan,
2005) :
Produktivitas kerja adalah suatu konsep yang menujukan adanya kaitan antara hasil
kerja dengan satuan waktu yang di butuhkan untuk menghasilkan produk. Seseorang
tenaga kerja dikatakan produktif jika mereka mampu menghasilkan output yang lebih
banyak dari tenaga kerja lain untuk satuan waktu yang sama. Jadi bila seorang karyawan
mampu menghasilkan produk sesuai dengan standar yang telah ditentukan, maka
karyawan tersebut menunjukan tingkat produktifitas yang lebih baik atau lebih tinggi.
Secara umum disiplin adalah ketaatan kepada hukum dan peraturan yang berlaku.
Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu
organisasi tunduk pada peraturan yang telah ada dengan senang hati (Taufiq,1987).
Disiplin juga berkaitan erat denga sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang
melanggar. Sedangkan Hornby mengemukakan bahwa, disiplin adalah pelatihan,
khususnya pelatihan pemikiran dan sikap untuk menghasilkan pengendalian diri,
kebiasaan-kebiasaan untuk mentaati peraturan yang berlaku (Syaidam, 2000). Dengan
demikian disiplin alat yang dapat dijadikan sebagai pengendalian diri, dan dapat
dijadikan salah satu indikator berpengaruh terhadap motivasi kerja perawat.
Kepuasan pekerjaan (job content) yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan
menggerakan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat meningkatkan prestasi kerja yang
baik (Hasibuan, 2005).
Dengan demikian prestasi kerja merupakan kemampuan atau kompetensi dari perawat
dalam bekerja, penerimaan atau tugas, tanggungjawab dan perannya sebagai perawat,
serta hasil karyanya dalam bekerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Penilaian
prestasi kerja perawat, dapat dilihat dari deskripsi tugas setiap perawat dan
tanggungjawab yang harus diembannya. Sedangkan tolak ukur yang digunakan untuk
mengukur prestasi tersebut adalah standar praktek keperawatan yang meliputi standar
asuhan keperawatan dan standar oprasional prosedur keperawatan.
2.1.5 Upaya Peningkatan Motivasi Kerja
Bertitik tolak dari teori Maslow jelas terlihat bahwa para manajer suatu organisasi,
terutama para manajer puncak harus selalu berusaha memuaskan berbagai jenis
kebutuhan para bawahannya. Salah satu cara yang dikenal untuk memuaskan
kebutuhan para bawahan itu adalah dengan menggunakan teknik motivasi yang tepat.
Teknik motivasi yang efektif ialah teknik yang ditunjukan kepada dan disesuaikan
dengan kebutuhan individual. Sasarannya ialah bahwa dengan demikian manajer yang
bersangkutan akan lebih mampu meyakinkan para bawahannya bahwa dengan
tercapainya tujuan organisasi, tujuan-tujuan pribadi para bawahan itu akan ikut tercapai
pula dan berbagai kebutuhannya akan tercapai sesuai dengan persepsi bawahan yang
bersangkutan. Artinya, dengan demikian dalam diri para bawahan itu terdapat
keyakinan bahwa terdapat sinkronisasi antara tujuan pribadinya dengan tujuan
organisasi sebagai keseluruhan.
1. Asas Mengikutsertakan
2. Asas Komunikasi
Asas komunikasi maksudnya menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin
dicapai, cara mengerjakannya, dan kendala yang dihadapi (Hasibuan, 2005). Dengan
asas komunikasi, motivasi bawahan akan meningkat. Sebab semakin banyak seseorang
mengetahui suatu soal, semakin besar pula minat dan perhatiannya terhadap hal
tersebut.
3. Asas Pengakuan
Asas pengakuan maksudnya memberikan penghargaan dan pengakuan yang tepat serta
wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya (Hasibuan, 2005). Bawahan
akan bekerja keras dan semakin rajin, jika mereka terus-menerus mendapat pengakuan
dan kepuasan dari usaha-usahanya.
2. Driver : dorongan atau motif timbul untuk mengurangi kebutuhan. Dorongan baik
fisiologis maupun psikologis berorientasi pada tindakan dan menyiapkan energi
pendorong untuk mencapai tujuan (incentives).
3. Incentives / goal : segala sesuatu yang akan mengurangi kebutuhan dan menurunkan
dorongan tindakan. Dengan demikian pencapaian tujuan akan mengembalikan
keseimbangan fisiologis dan psikologis dan menurunkan bahkan menghentikan
dorongan.
Motivasi itu ada atau terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus segera
dipenuhi untuk segera beraktifitas segera mencapai tujuan (Widayatun, 1999).
e. Sikon
g. Media
§ Pendekatan pribadi
e. Citra/image yaitu dengan immagenasi atau data khayal yang tinggi maka individu
termotivasi
a. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datangnya dari dalam diri individu itu
sendiri.
c. Motivasi terdesak yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan
munculnya serentak serta menghentak dasn cepat sekali munculnya pada
prilaku aktifitas seseorang.
d. Motivasi yang berhubungan dengan idiologi politik, ekonomi, sosial dan budaya
(Ipoleksosbud) dan hankam yang sering menonjol adalah motivasi sosial karena
individu itu adalah mahluk sosial.
1. Enegizing
2. Directing
3. Sustaining
Secara historis perawat tidak menyukai dokumen asuhan keperawatan karena dianggap
terlalu rumit, beragam, dan memakan waktu. Perawat sering mengandalkan komunikasi
verbal diantara staff keperawatan untuk mengkomunikasikan tentang status kesehatan
klien, namun sejalan dengan situasi pelayanan kesehatan saat ini, tuntutan akan
perawat yang profesional akan semakin tinggi. Sehingga dengan demikian di perlukan
adanya pengembangan profesionalisme dan sistem dokumentasi yang efisien.
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan salah satu bentuk upaya membina dan
mempertahankan akontabilitas perawat, kualitas asuhan keperawatan bergantung pada
akontabilitas dari individu perawat dalam hal menggunakan proses keperawatan. Pada
pelaksanaan asuhan keperawatan serta pengaruhnya pada pasien sebagai metode
saintifik yang memerlukan tindakan nyata dan disertai hasil dokumentasi. Dokumentasi
asuhan keperawatan harus objektif, akurat, dan komprehensif dalam mencerminkan
status kesehatan klien. Banyaknya informasi akurat, abjektif, dan komprehensif yang
didokumentasikan oleh seorang perawat, dari aspek hukum di harapkan akan dapat
melindungi perawat bila ada gugatan hukum.
5. Sebagai sarana untuk evaluasi, baik evaluasi terhadap klien maupun tindakan klien
keperawatan yang diberikan
6. Sebagai sarana untuk meningkatkan kerjasama antar disiplin dalam tim kesehatan
7. Sebagai sarana untuk pendidikan lebih lanjut bagi tenaga keperawatan serta metode
pengembangan ilmu keperawatan
Pegkajian meupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara
keseluruhan (Gaffar, 1999). Data dikumpulkan dan di organisir secara sistematis, serta
dianalisa untuk menentukan masalah keperawatan pasien. Data pada pengkajian
diperoleh melalui wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, pemeriksaan riwayat
kesehatan, pemeriksaan laboratorium, maupun pemeriksaan diagnostik lain.
2. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam
medis, dan catatan lain.
c. Status biologis-psikologis-sosial-spiritual.
4. Kelengkapan data dasar mengandung unsure LARB (lengkap, akurat, relevan, dan
baru).
1. Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan
perumusan diagnosis keperawatan.
2. Diagnosis keperawatan terdiri atas masalah, penyebab, dan tanda atau gejala, atau
terdiri atas masalah dan penyebab.
3. Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis
keperawatan.
1. Perencanaan terdiri atas penerapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan
keperawatan.
2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
Evaluasi keperawatan merupakan fase akhir dari proses keperawan yaitu terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan,
kelengkapan, kualitas adata, teratasi atau tidaknya masalah klien, dan pencapaian
tujuan serta ketepatan intervesi keperawatan (Gaffar, 1999).
2. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah
pencapaian tujuan.
1. Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang merupakan hasil observasi dan analisa perawat
terhadap respon klien segera pada saat dan setelah intervensi keperawatan
dilaksanakan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara spontan dan memberi kesan apa yang
terjadi saat itu.
2. Evaluasi somatif, yaitu evaluasi yang merupakan rekapitulasi dan kesimpulan dari
observasi dan analisa status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang telah
ditetapkan pada tujuan keperawatan.
BAB III
KERANGKA KONSEP
Konsep merupakan abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh
karena itu konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati atau
diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruk yang lebih dikenal
dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai
atau bilangan dari konsep dan variabel merupakan sesuatu yang bervariasi
(Notoatmodjo, 2003).
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan diantara konsep-
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2003).
Motif merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri perawat yang perlu dipenuhi
agar perawat tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan kerjanya.
Sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakan perawat agar mampu mencapai
tujuan asuhan keperawatan. Motivasi dapat juga dikatakan sebagai energi untuk
membangkitkan dorongan dari dalam diri perawat agar dapat bekerja sesuai dengan
tujuan institusi pelayanan keperawatan/kesehatan. Sedangkan motivasi kerja perawat
adalah kondisi yang dapat mempengaruhi, membangkitkan, mengarahkan, dan
memelihara prilaku yang berhubungan dengan produktifitas kerja, semangat kerja,
disiplin dalam bekerja dan prestasi kerja dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Dengan demikian motivasi kerja perawat ialah sesuatu yang dapat menimbulkan
dorongan dan semangat kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja perawat menentukan
besar kecilnya produktifitas kerja, semangat kerja, disiplin kerja dan prestasi kerja
perawat.
Dari uraian diatas, maka skematik kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut
:
Variabel Indpenden
Variabel Dependen
Hipotesa alternative (Ha) : terdapat hubungan yang bermakna antara hipotesis motivasi
perawat dalam pelaksanaan proses asuhan keperawatan dengan dokumentasi
keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pandeglang.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah menggunakan studi korelasional, yaitu untuk mencari hubungan
antara variabel bebas (motivasi perawat) dengan variabel terikat (dokumentasi
keperawatan). Desain penelitian ini adalah cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana
variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Noto
atmodjo, 2002). Sedangkan metode statistik yang digunakan adalah statistik inferensial
yaitu untuk menguji hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan
menggunakan bantuan komputerisasi pengolahan data.
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pandeglang pada bulan
Juni minggu pertama sampai bulan Juni minggu keempat tahun 2008.
4.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ialah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 2006). Variabel dalam penelitian ini ialah :
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2003).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi perawat (Produktifitas kerja,
semangat kerja, disiplin kerja, prestasi kerja)
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam,
2003). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah dokumentasi keperawatan
(pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan evaluasi keperawatan).
4.4.1 Populasi
Populasi adalah Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005).
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi yang akan
diteliti adalah perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSUD Pandeglang yaitu
sebanyak 88 orang perawat, yang tersebar pada 6 ruang rawat inap. Seperti yang
ditunjukkan dalam tabel 4.1.
1. Ruang Anak 16
2. Ruang Bedah 19
3. Ruang VIP 14
4. Ruang Perinatologi 13
5. Ruang Kebidanan 5
6. Ruang Dalam 21
Total 88
4.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian/wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006), metode sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling, yaitu suatu teknik
pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor
urut dan dapat dilakukan dengan mengambil dari kelipatan tertentu.
Keterangan :
N : Besar Populasi
n : Besar Sampel
Jumlah Jumlah
No Ruang Rawat Inap Proporsi Sampel
Perawat Sampel
1. Ruang Anak 16 16 / 88 72 13
2 Ruang Bedah 19 19 / 88 72 16
3 Ruang VIP 14 14 / 88 72 11
4 Ruang Perinatologi 13 13 / 88 72 11
5 Ruang Kebidanan 5 5 / 88 72 4
Total 88 72
Pengumpulan data dilaksanakan dengan alat bantu dalam bentuk kuesioner atau lembar
pertanyaan yang telah di buat.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni 2008. Data diperoleh melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner pada 72 perawat yang ada di ruang rawat
inap Rumah Sakit Umum Pandeglang 2008.
Data yang telah terkumpul selanjutnya akan diolah secara manual maupun
menggunakan bantuan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut ;
Data yang telah dikumpulkan diperiksa sesegera mungkin berkenaan dengan ketepetan
dan kelengkapan jawaban, sehingga memudahkan pengolahan selanjutnya.
Masing-masing jawaban diberi kode angka-angka yang sesuai dengan yang telah
ditentukan. Pemberian kode dilakukan dengan mengisi kotak tersedia disebelah kana
kuesioner.
Pembuatan struktur data disesuaikan dengan analisis yang akan dilakukan dan jenis
perangkat lunak yang akan digunakan.
Data yang sudah benar pada tahap sebelumnya selanjutnya dimasukan kekomputer oleh
peneliti dengan menggunakan perangkat lunak statistik.
Data yang sudah dimasukan kemudian dibersihkan dengan cara membanding-kan hasil
dari data yang masuk untuk melihat kesalahan yang dilakukan dalam proses pemasukan
data. Data yang salah akan diperbaiki dengan komputer.
Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner, berisi pertanyaan mengenai proses
pelaksanaan pendokumentasian perawat pelaksana. Bentuk pertanyaan berupa tabel
yang harus diberi tanda chek list (Ö), dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang
lebih mengarah.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur
apa yang diukur (Notoatmodjo, 2002). Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita
susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur. Maka perlu diuji dengan
uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner
tersebut. Bila semua pertanyaan itu mempunyai korelasi yang bermakna (construct
validity). Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk, berarti semua
item (pertanyaan) yang ada didalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur.
Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “Product moment” yang rumusnya
sebagai berikut :
Keterangan :
N : Jumlah sampel
Y : Skor total
Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu signifikan, maka perlu
dilihat pada r tabel. Dikatakan valid jika r hasil lebih besar dari r tabel, dikatakan tidak
valid jika r hasil lebih kecil dari r tabel (Hastono, 2001).
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan ( Notoatmodjo, 2002). Dengan kata lain realibilitas
menunjukan konsistensi dari suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Pada
penelitian ini uji realibilitasnya menggunakan sekali ukur (one shot). Proses
penghitungan dilakukan dengan perangkat lunak pengolahan data. Langkah-langkah
yang digunakan antara lain : mengajukan kuesioner kepada sejumlah responden,
kemudian dihitung validitas masing-masing pertanyaannya. Pertanyaan-pertanyaan yang
valid dihitung, sedangkan yang tidak valid dibuang. Pernyataan yang sudah valid
dilakukan uji realibilitas dengan cara membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hasil,
nilai r hasil adalah nilai alpha yang terletak di akhir output (Hastono, 2001).
Analisa data dibagi menjadi tiga macam yaitu : analisa univarat, analisa bivarat, dan
analisa mutivariat (Notoatmodjo, 2002). Dalam penelitian ini hanya dilakukan dua
analisa yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.
Analisa data untuk motivasi kerja perawat menggunakan rumus skala likert yang terdiri
dari empat alternatif jawaban dan masing-masing diberi nilai : sangat setuju (SS) = 4,
setuju (S) = 3, tidak setuju (TS) = 2, sangat tidak setuju (STS) = 1. Dengan menggunakan
skor standar yang biasa digunakan dalam skala likert adalah skor T, yaitu :
Keterangan :
Apabila skor T > dari 50, maka motivasi kerja perawat dianggap lengkap
Apabila skor T £ dari 50, maka motivasi kerja perawat dianggap tidak lengkap
Analisa data untuk pendokumentasian juga menggunakan rumus skala likert yang terdiri
dari empat alternatif jawaban dan masing-masing diberi nilai : selalu (SL) : 4, sering (SR) :
3, kadang-kadang (KD) : 2, tidak pernah (TD) : 1. Dengan menggunakan skor standar
yang biasa digunakan dalam skala likert adalah skor T, yaitu :
Keterangan :
(Azwar, 1995)
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2002). Karena
variabel yang dihubungkan bersifat katagorik dengan katagorik maka uji statistik yang
digunakan adalah uji Chi square (x2) dengan batas kemaknaan α = 0,05 apabila nilai p < α
maka hasilnya terdapat hububgan yang bermakna, dan apabila p > α maka hasilnya tidak
terdapat hubungan yang bermakna (Notoatmodjo, 2002).
Dimana :
O = Frekuensi observasi
E = Frekuensi harapan
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S, (1995). Sikap Manusia Teori dan Perkembangannya, (2th ed). Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Hasibuan, S.P, (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara.
___________ (2001). Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, Jakarta:
Salemba Medika
Siagian, P. Sondang, (1995). Teori Motivasi Dan Aplikasinya, Jakarta : PT. Rineka cipta.
Sugiyono, (2005). Statistika Untuk Penelitian, Bandung : CV. Alfabet.
Tim Panitia Skripsi, (2008). Panduan Skrips, Serang : Stikes Faletehan, Program
Yaslis, Ilyas, (2001). Perencanaan SDM Rumah Sakit, Jakarta : Universitas Indonesia.
Lampiran 1
1 Pengarah
an dari
koordinat
or skripsi
2. Studi
kepustak
aan
3. Pengajua
n surat
studi
pendahul
uan
4. Studi
pendahul
uan
5. Pengajua
n
proposal
penelitian
6. Penapisa
n judul
dan topic
penelitian
7. Pembagia
n
Pembimb
ing
Skripsi
8. Bimbinga
n
proposal
penelitian
9. Persetujuan
seminar
proposal dari
pembimbing
1 Pengajua
0. n seminar
proposal
1 Seminar
1. proposal
penelitian
1 Bimbinga
2. n
perbaikan
proposal
penelitian
1 Pengajua
3. n surat
penelitian
1 Pelaksana
4. an
penelitian
1 Pengolah
5. an data
1 Penyusun
6. an
dokumen
tasi akhir
skripsi
1 Persetuju
7. an akhir
bimbinga
n untuk
siding
1 Pengajua
8. n ujian
siding
skripsi
1 Ujian
9. siding
skripsi
2 Revisi
0. akhir
perbaikan
skripsi
2 Pengesah
1. an
pembimb
ing dan
penganda
an
Lampiran 2
Adalah mahasiswa program studi ilmu keperawatan, STIKes Faletehan. Akan melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Antara Motivasi Kerja Perawat Dalam
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Dengan Dokumentasi Keperawatan di Ruang
Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pandeglang”. Data yang diperoleh akan
direkomendasikan sebagai landasan untuk meningkatkan upaya pelayanan keperawatan
khususnya dan kesehatan umumnya di rumah sakit.
Peneliti berjanji akan menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak responden dengan
cara mempertahankan identitas dan data yang diperoleh baik dalam pengumpulan,
pengolahan maupun penyajian laporan nanti. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini
tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi para perawat maupun institusi rumah
sakit.
Peneliti
Lampiran 3
Setelah membaca penjelasan yang diberikan peneliti, saya bersedia ikut berpartisipasi
sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa STIKes Faletehan Serang
tentang “Hubungan Antara Motivasi Kerja Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan
Keperawatan Dengan Dokumentasi Keperawatan di Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit
Umum Pandeglang”. Saya mengerti penelitian ini tidak akan merugikan saya, dan
jawaban yang saya berikan akan dirahasiakan keberadaannya. Dengan demikian saya
bersedia untuk menjadi responden penelitian.
Serang, Juni 2008
Responden
( …………………….)
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
RSUD PANDEGLANG
TAHUN 2008
IDENTITAS RESPONDEN
Nomor Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Masa Kerja :
Petunjuk pengisian :
b. Berilah tanda chek list (Ö) pada kolom yang sudah disediakan
c. Bila anda ingin memperbaiki jawaban yang salah, berilah tanda (´) pada jawaban
yang salah tersebut dan beri tanda chek list (Ö) pada kolom jawaban yang bada
anggap benar.
e. Dalam mengisi pertanyaan diharapkan anda tidak bertanya pada orang lain
karena peneliti hanya menginginkan jawaban yang sesuai dengan pendapat
anda
No Pernyataan SS S TD STS
KUESIONER PENELITIAN
RSUD PANDEGLANG
TAHUN 2008
IDENTITAS RESPONDEN
Nomor Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Masa Kerja :
Petunjuk pengisian :
g. Berilah tanda chek list (Ö) pada kolom yang sudah disediakan
h. Bila anda ingin memperbaiki jawaban yang salah, berilah tanda (´) pada jawaban
yang salah tersebut dan beri tanda chek list (Ö) pada kolom jawaban yang bada
anggap benar.
j. Dalam mengisi pertanyaan diharapkan anda tidak bertanya pada orang lain
karena peneliti hanya menginginkan jawaban yang sesuai dengan pendapat
anda
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
1. Nama
2. Jenis kelamin
3. Umur
4. Status kesehatan
5. Pendidikan
6. Pekerjaan
7. Agama
8. Alamat
9. Identitas penanggungjawab
b. Kebiasaan sehari-hari
13. Nutrisi
14. Eliminasi
16. Istirahat
Psikologi
Data sosial
Data spiritual
c. Pemeriksaan fisik
27. Kesadaran
28. Kepala/leher
29. Dada
30. Abdomen
31. Ekstremitas
d. Data penunjang
32. Laboratorium
33. X-Ray
a. Biologis
b. Psikologis
c. Sosioplogis
d. Spiritual
III. PERENCANAAN
b. Batas waktu
b. Tindakan keperawatan
IV. PELAKSANAAN
V. EVALUASI
Label: SKUTER