Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih

memberikan nafas kehidupan, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah

ini dengan judul “Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Mahasiswa”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas UAS semester genap mata kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan. Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya

terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri

saya sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak,

begitulah adanya makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat

saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas

yang lain dan pada waktu mendatang.

Surabaya, 02 Agustus 2016

Penyusun

1|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................ 4

1.4 Manfaat penulisan .......................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Dasar Negara .................................................................... 6

2.2 Aktualisasi Pancasila ..................................................................................... 10

A. Aktualisasi Objektif ........................................................................... 10

B. Aktualisasi Subjektif .......................................................................... 10

2.3 Tridarma Perguruan Tinggi ........................................................................... 11

2.4 Budaya Akademik.......................................................................................... 12

2.5 Kampus Sebagai Moral Force Pengembangan Hukum Dan HAM .............. 13

A. Kampus Sebagai Sumber Pengembangan Hukum ............................. 14

B. Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pengembangan Hak Asasi

Manusia .............................................................................................. 15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 17

3.2 Saran .............................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19

2|Page
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga sekarang telah

mengalami perjalanan waktu yang tidak sebentar, dalam rentang waktu tersebut banyak

hal atau peristiwa yang terjadi menemani perjalanan Pancasila, sehingga berdirilah

pancasila seperti sekarang ini didepan semua bangsa Indonesia.

Mulai peristiwa pertama saat pancasila dicetuskan sudah menuai banyak konflik

di internal para pencetusnya, hingga sekarangpun di era reformasi dan globalisasi

Pancasila masih hangat diperbincangkan oleh banyak kalangan berpendidikan terutama

kalangan Politik dan mahasiswa. Kebanyakan dari para pihak yang memperbincangkan

masalah Pancasila adalah mengenai awal dicetuskannya Pancasila tentang sila pertama.

Memang dari sejarah awal perkembangan bangsa Indonesia dapat kita lihat

bahwa komponen masyarakatnya terbentuk dari dua kelompok besar yaitu kelompok

agamis dalam hal ini didominasi oleh kelompok agama Islam dan yang kedua adalah

kelompok Nasionalis. Kedua kelompok tersebut berperan besar dalam pembuatan

rancangan dasar Negara kita tercinta ini.

Maka, setelah banyak aspek memperbincangkan pancasila sebagai dasar Negara.

Sekarang pancasilapun dijadikan bahan perbincangan sebagai prilaku yang digunakan

didalam kampus. Dimana didalam kampus tersebut akan terdidik dengan kepemimpinan

pancasilan. Baik dalam prilaku bergaul juga dalam proses belajar mengajar didalamnya.

Serta molekul-molekul yang menjadi bagiannya.

Makalah ini dibuat sebagai catatan perjalanan Pancasila dari jaman ke jaman,

agar kita senantiasa tidak melupakan sejarah pembentukan Pancasila sebagai dasar

Negara, dan juga dapat digunakan untuk menjadi penengah bagi pihak yang sedang

3|Page
berbeda pendapat tentang dasar Negara supaya kedepan kita tetap seperti semboyan kita

yaitu “Bhineka Tunggal Ika”. Terutama hal tersebut dalam penerapannya dalam

kehidupan kita. Termasuk dilingkungan kampus.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka makalah ini secara husus membahas

permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang disebut pancasila sebagai dasar negara?

2. Apa yang dimaksud dengan tri darma perguruan tinggi?

3. Bagaimana cara mengaktualisasikan pancasila tersebut di perguruan tinggi atau

kampus?

1.3 Tujuan Penulisan

Setelah penulis mencoba memahami akan latar belakang serta rumusan masalah

diatas, maka tujuan kepenulisan ini adalah:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai dasar negara

2. Memahami makna dari pancasila dalam prilaku sehari-hari

3. serta mengenali betul peran dan cara mengaktualisasikan pancasila sendiri dalam

kehidupan, terutama dalam lingkungan kampus

1.4 Manfaat Penulisan

Setelah penulis mencoba memahami makna dari pancasila sebagai dasar Negara,

maka penulispun tersadar akan pentingnya nilai pancasila tersebut untuk

diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama dalam lingkungan kampus yang

memang kebetulan terdiri dari berbagai macam suku, adat serta agama.

4|Page
Karena dasar pemikiran tersebutlah, maka sangat layak dan pantas makna, peran

pancasila kembali ditulis guna untuk kembali dibaca sebagai salah satu bahan

penyadaran diri setiap individu agar kembali mengintropeksi dirinya untuk berprilaku

sesuai dengan makna pancasila.

Dimana dengan berjiwa pancasila tersebut, akan terangakai kehidupan yang

matang, selaras dan akan jauh dari poermasalahan yang didasarkan karena perbedaan

adapt, suku bahkan agama tersendiri. Maka dari itu, penulis menganggap sangat perlu

menulis makalah ini.

5|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Dasar Negara

Sebelum kita beranjak mengenali pancasila dalam lingkungan kampus. Maka

terpikir sangatlah perlu bagi kita semua untuk mengetahui posisi, fungsi atau peran

pancasila sebagai dasar negara, sebelum kita akan melanjutkan pemahaman terhadap

pancasila dan aktualisasinya dalam kampus. Karena dengan mengetahui lebih jauh dan

lebih dalam pancasila sebagai dasar Negara kita nanti akan lebih paham untuk

mengaktualisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam kampus.

Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat

Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni

1966 yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah

dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara

Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan

Ketetapan No.XX/MPRS/1966 jo. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan

MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari

segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di Indonesia.

Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara

(philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam

alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar negara pada

tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai penjelmaan kehendak

seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.

Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak untuk

bersatu (le desir d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat

6|Page
diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena

memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat

Indonesia.

Maka pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman

dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan.

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan

(indifferentism), tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas

Indonesia yang dinyatakan dalam seloka “Bhinneka Tunggal Ika”.

Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr. Supomo: “Jika kita hendak

mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak

masyarakat Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran Negara

(Staatside) integralistik … Negara tidak mempersatukan diri dengan golongan yang

terbesar dalam masyarakat, juga tidak mempersatukan diri dengan golongan yang paling

kuat, melainkan mengatasi segala golongan dan segala perorangan, mempersatukan diri

dengan segala lapisan rakyatnya …”

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa

negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus

tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan.

Mengenai hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan: “Negara Pancasila adalah

suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk

melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa

Indonesia (kemanusiaan yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak

sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir

batin selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir

batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).”

7|Page
Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh)

sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap negara yang didirikan di atasnya,

dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan

mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia.

Perlindungan dan pengembangan martabat kemanusiaan itu merupakan kewajiban

negara, yakni dengan memandang manusia qua talis, manusia adalah manusia sesuai

dengan principium identatis-nya.

Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan ditegaskan

keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 itu tersusun

secara hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas) memiliki hubungan yang saling

mengikat dan menjiwai satu sama lain sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-

pisahkan. Melanggar satu sila dan mencari pembenarannya pada sila lainnya adalah

tindakan sia-sia. Oleh karena itu, Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan

yang bulat dan utuh, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila

dalam kesatuan yang utuh dan bulat dari Pancasila akan menyebabkan Pancasila

kehilangan esensinya sebagai dasar negara.

Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan yang

bulat dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat diantitesiskan satu

sama lain. Secara tepat dalam Seminar Pancasila tahun 1959, Prof. Notonagoro

melukiskan sifat hirarkis-piramidal Pancasila dengan menempatkan sila “Ketuhanan

Yang Mahaesa” sebagai basis bentuk piramid Pancasila. Dengan demikian keempat sila

yang lain haruslah dijiwai oleh sila “Ketuhanan Yang Mahaesa”. Secara tegas, Dr.

Hamka mengatakan: “Tiap-tiap orang beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha

Esa, Pancasila bukanlah sesuatu yang perlu dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari

8|Page
Pancasila sebenarnya hanyalah akibat saja dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang

Maha Esa.”

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara

sesungguhnya berisi:

1. Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang

ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta ber-Keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang

ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

3. Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan

yang adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/

perwakilan, yang ber-Ketuha nan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang

adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-Keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang

mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan

Indonesia, dan ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan.

9|Page
2.2 Aktualisasi Pancasila

Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul-betul ada, terjadi, atau

sesungguhnya, hakikatnya. Dimana pancasila memang sudah jelas berdiri di Negara

Indonesia sebagai dasar Negara dan ideologi Negara.

Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila benar-benar dapat

tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur dan

pimpinan nasional sampai kepada rakyat biasa.

Nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat

universal, tetap dan tak berubah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap

aspek dalam penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma-norma, baik norma

hukum, kenegaraan, maupun norma-norma moral yang harus dilaksanakan dan

diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia.

Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu :

A. Aktualisasi Objektif

Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah aktualisasi pancasila dalam

berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan Negara antara

lain, legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang

aktualisasi lainnya. Seperti politik, ekonomi, hokum terutama dalam penjabaran

kedalam undang-undang, garis-garis besar haluan Negara, hankam, pendidikan

maupun bidang kenegaraan lainnya.

B. Aktualisasi Subjektif

Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah aktualisasi pancasila pada

setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup Negara

dan masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga

Negara biasa, aparat pentelenggara Negara, penguasa Negara, terutama kalangan

10 | P a g e
elit politik dalam kegiatan politik, maka dia perlu mawas diri agar memiliki moral

ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam pancasila.

Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara memerlukan kondisi dan iklim yang memungkinkan segenap lapisan

masyarakat yang dapat mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu dan dapat terlihat dalam

perilaku. Perpaduan ciri tersebut di dalam kehidupan kampus melahirkan gaya hidup

tersendiri yang merupakan variasi dari corak kehidupan yang menjadikan kampus

sebagai pedoman dan harapan masyarakat.

2.3 Tridarma Perguruan Tinggi

Pembangunan di Bidang Pendidikan yang dilaksanakan atas falsafah Negara Pancasila

diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang berjiwa Pancasila,

membentuk manusia-manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai

budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan negara dan mencintai sesama manusia.

Peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan mempunyai tugas pokok

menyelenggarakan pendidikan dan pegajaran di atas perguruan tingkat menengah

berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara ilmiah yang meliputi:

pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang disebut

Tri Darma Perguruan Tinggi.

Peningkatan peranan Perguruan Tinggi sebagai satuan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam usaha pembangunan selain diarahkan untuk

menjadikan Perguruan Tinggi sebagai pusat pemeliharaan dan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta seni, juga mendidik mahasiswa untuk berjiwa penuh

pengabdian serta memiliki tanggung jawab yang besar pada masa depan bangsa dan

11 | P a g e
Negara, serta menggiatkan mahasiswa, sehingga bermanfaat bagi usaha pembangunan

nasional dan pengembangan daerah.

Perlu diketahui, bahwa pendidikan tinggi sebagai institusi dalam masarakat

bukanlah merupakan menara gading yang jauh dari kepentingan masyarakat, melainkan

senantiasa mengembangkan dan mengabdi kepada masarakat. Maka menurut PP. No. 60

Th. 1999, bahwa Perguruan Tinggi mempunyai 3 tugas pokok, yaitu:

1. Pendidikan tinggi

2. Penelitian

3. Pengabdian terhadap masyarakat

Jadi, di Perguruan Tinggi atau yang biasa disebut dengan kampus, tidak hanya

mengajar akan tetapi mendidik. Dimana dengan didikan tersebut mahasiswa akan lebih

didampingi baik secara intelektual dan emosional. Contoh umumnya adalah bagaimana

cara mahasiswa bergaul dalam sehari-hari mereka dengan berpedoman pada pancasila.

2.4 Budaya Akademik

Budaya merupakan nilai yang dilahirkan oleh warga masyarakat yang

mendukungnya. Budaya akademik merupakan nilai yang dilahirkan oleh masyarakat

akademik yang bersangkutan.

 Pancasila merupakan nilai luhur bangsa Indonesia.

 Masyarakat akademik di manapun berada, hendaklah perkembangannya dijiwai

oleh nilai budaya yang berkembang di lingkungan akademik yang bersangkutan.

Suatu nilai budaya yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja

sama, santun, mencintai kemajuan ilmu dan teknologi, serta mendorong

berkembangnya sikap mencintai seni.

12 | P a g e
Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat memiliki ciri khas

tersendiri disamping lapisan-lapisan masyarakat lainnya. Warga dari suatu perguruan

tinggi adalah insane-insan yang memiliki wawasan dan integritas ilmiah. Oleh karena

itu masyarakat akademik harus senantiasa mengembangkan budaya ilmiah yang

merupakan esensi pokok dari aktivitas perguruan tinggi. Terdapat sejumlah cirri

masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik. Yaitu, 1. kritis 2. kreatif 3. objektif 4.

analitis 5. konstruktif 6. dinamis 7. dialogis 8. menerima kritik 9. menghargai prestasi

ilmiah/akademik 10. bebas dari prasangka 11. menghargai waktu 12. memiliki dan

menjunjung tinggi tradisi ilmiah 13. berorientasi ke masadepan 14.

kesejawatan/kemitraan (PPMB 1990 II-2). Masyarakat ilmiah inilah yang harus

dikembangkan dan merupakan budaya dari suatu masyarakat akademik.

2.5 Kampus Sebagai Moral Force Pengembangan Hukum Dan HAM

Kampus merupakan wadah kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

masyarakat, sekaligus merupakan tempat persemaian dan perkembangan nilai-nilai

luhur. Kampus merupakan wadah perkembangan nilai-nilai moral, di mana seluruh

warganya diharapkan menjunjung tinggi sikap yang menjiwai moralitas yang tinggi dan

dijiwai oleh pancasila.

Kampus merupakan wadah membentuk sikap yang dapat memberikan kekuatan

moral yang mendukung lahir dan berkembangnya sikap mencintai kebenaran dan

keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Masarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah harus benar-benar mengamalkan

budaya akademik. Masarakat kampus wajib senantiasa bertanggung

jawab secara moral atas kebenaran obyektif, bertanggung jawab terhadap masarakat

bangsa dan negara, serta mengabdi pada kesejahteraan kemanusiaan. Oleh karena itu

13 | P a g e
sikap masarakat kampus tidak boleh tercemar oleh kepentingan-kepentingan politik

penguasa sehingga benar-benar luhur dan mulia.

A. Kampus Sebagai Sumber Pengembangan Hukum

Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu

agenda yang sangat mendesak untuk mewujudkan adalah reformasi dalam bidang

hukum dan peraturan perundang- undangan. Negara indonesia adalah negara yang

berdasarkan hukum, oleh karena itu dalam rangka melakukan penataan Negara

untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis maka harus menegakkan

supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok untuk segera direalisasikan adalah

untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum. Konsekuensinya dalam

mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka harus dilakukan

pengembangan hukum positif.

Sesuai dengan tatib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum

harus sesuai dengan tatib hukum Indonesia. Berdasarkan tatib hukum Indonesia

maka dalam pengembangan hukum positif Indonesia, maka falsafah negara

merupakan sumber materi dan sumber nilai bagi pengembangan hukum. Hal ini

berdasarkan Tap No. XX/MPRS/1966, dan juga Tap No. III/MPR/2000. namun

perlu disadari, bahwa yang dimaksud dengan sumber hukum dasar nasional, adalah

sumber materi dan nilai bagi penyusunan peraturan perundang-undangan di

Indonesia. Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia nilai pancasila sebagai

sumber materi, konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilai-

nilai hukum Tuhan (sila I), nilai yamh terkandung pada harkat, martabat dan

kemanusiaan seperti jaminan hak dasar (hak asasi) manusia (sila II), nilai

nasionalisme Indonesia (sila III), nilai demokrasi yang bertumpu pada rakyat

14 | P a g e
sebagai asal mula kekuasaan negara (sila IV), dan nilai keadilan dalam kehidupan

kenegaraan dan kemasyarakatan (sila V).

Selain itu, tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan

hukum aspirasi dan realitas kehidupan masyarakat serta rakyat adalah merupakan

sumber materi dalam penyusunan dan pengembangan hukum.

B. Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pembangunan Hak Asasi Manusia

Dalam penegakan hak asasi manusia tersebur, mahasiswa sebagai kekuatan

moral harus bersikap obyektif, dan benar-benar berdasarkan kepentingan moral

demi harkat dan martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama

kepentingan kekuasaan politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin

menghancurkan negara Indonesia. Perlu kita sadari bahwa dalam penegakan hak

asasi tersebut, pelanggaran hak asasi dapat dilakukan oleh seseorang, kelompok

orang termasuk aparat negara, penguasa negara baik disengaja ataupun tidak

disengaja (UU. No. 39 Tahun 1999).

Dasawarsa ini, kita melihat dalam menegakkan hak asasi seringkali kurang

adi. Misalnya kasus pelanggaran di Timur-timur, banyak kekuatan yang mendesak

untuk mengusut dan mernyeret bangsa sendiri ke Mahkamah Internasional. Namun,

ratusan ribu rakyat kita. Seperti korban kerusuhan Sambas, Sampit, Poso dan

lainnya tidak ada kelompok yang mau memperjuangkannya. Padahal hak asasi

mereka sudah diinjak-injak, jelaslah kejadian serta menderitanya mereka sama.

Akan tetapi tetap tidak ada yang mau menolong.

Jadi, marilah kita sebagai mahasiswa pencetus terjadinya reformasi, mari

kita tujukan pada dunia bahwa kita mampu dalam merealisasikan semua cita-cita

dan tujuan dasar dari reformasi. Akan tetapi disamping itu, perlu kita sadari juga

bahwasanya kita merupakan mahasiswa sebagai tonggak dari penjunjung tinggi hak

15 | P a g e
asasi manusi masihlah belum maksimal kinerjanya untuk hal yang disebutkan

diatas. Maka, dari detik ini. Kita sebagai generasi bangsa haruslah benar-benar

menanamkan nilai-nilai pancasila dalam setiap prilaku kita. Dimanapun, dan pada

siapapun.

16 | P a g e
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancasila sebagai paradigma pembangunan merupakan suatu sumber nilai,

kerangka piker, model, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan pembangunan.

Yang meliputi pembangunan politik, IPTEK, pengembangan bidang politik,

poembangunan ekonomi, pembangunan social budaya, pengembangan hankam,

pembangunan pertahanan keamanan, dan sebagai reformsi, baik itu reformasi hukum

ataupun reformasi politik. Semuanya ditujukan untuk membuat menjadikan bangsa

yang semakin berkembang dan masyarakat yang semakin mapan.

Pancasila sebagai aktualisasi diri yang berarti betul-betul ada, terjadi atau

sesungguhnya. Sehingga terbentuklah aktualisasi objektif dan subjektif. Aktualisasi

Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam bentuk realisasi dalam

setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif, yudikatif

maupun semua bidang kenegaraan lainnya. Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah

pelaksanaan dalam sikap pribadi, perorangan, setiap warga negara, setiap individu,

setiap penduduk, setiap penguasa, dan setiap orang Indonesia.

Aktualisasi diripun meliputi mencakup dalam tridarma perguruan tinggi, budaya

akademik dan lingkungan kampus sebagai moral force pengembangan hukum dan

HAM, yang mencerminkan bahwa aktualisasi diri itupun benar-benar ada dan terjadi

disekitar kita. Terrmasuk dalam lingkungan kampus.

17 | P a g e
3.2 Saran

Sebelum kita terlampau melangkah jauh, menyisakan jejak yang tidak pantas

bagi seorang mahasiswa. Marilah kita kembali pahami arti dari keberadaan pancasila itu

sendiri. Serta kita harus sadar diri, bahwa kitalah yang akan memegang Negara kita ini.

Maka dari itu, mulai saat ini, biasakanlah berprilaku, bertindak bahkan menganbil

keputusan dengan jiwa pancasila kita. Karena dengan itulah, akan terwujud bangsa yang

makmur serta tujuan Negara akan mudah dicapai.

18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Wibisono Siswomihardjo Koento, 1985, Ilmu Filsafat dan Aktualisasinya dalam

pembangunan Nasional, Yogyakarta.

http://www.scribd.com/doc/18184016/Pancasila-Sebagai-Sumber-Nilai-Dan-

Paradigma-Pembangunan

http://www.anakkendari.co.cc/2009/01/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan/

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai