Anda di halaman 1dari 49

PERENCANAAN KOTA

1. Model Konsep Perencanaan Kota

A. Garden City
Kota baru masa pasca revolusi industri dikembangkan dengan konsepsi
Garden City yang untuk pertama kalinya dicetuskan sebagai suatu inovasi untuk
memecahkan masalah permukiman kota-kota yang padat industri oleh seorang
reformis berkebangsaan Inggris, Ebenezer Howard, 1850 – 1928. Dasar falsafah
Howard tentang kota baru adalah bahwa bagian-bagian dari kota harus merupakan
suatu organisasi yang saling berkaitan satu sama lain serta ada pembatasan
fungsional, sehingga setiap perkembangan mempunyai kaitan dengan perkembangan
kota tersebut secara keseluruhan.
Garden City pada prinsipnya adalah mengembalikan manusia pada
lingkungan permukiman yang manusiawi; mengambalikan hubungan erat antara
manusia dan lingkungan; meningkatkan kualitas kehidupan secara bermasyarakat
dan ekonomis (Osborn, 1966). Garden City berperan untuk menghambat perpindahan
penduduk perdesaan ke kota besar. Garden City yang didirikan pertama kali terletak
di sekitar London, tepatnya Letcth Garden City (1905) dan Welwyn Garden City
(1919). Konsepsi Garden City Ebenezer Howard bertitik tolak dari reaksi terhadap
kemerosotan kualitas dan kondisi kehidupan di kota besar akibat revolusi industri.
Jenis kota baru ini kemudian disebut sebagai Kota Baru Generasi Pertama atau Mark
II New Town.
Garden City sendiri merupakan bagian dari pembangunan yang lebih besar,
yang mengusulkan kota-kota taman sekitar pusat kota. Semua terhubung dan berbagi
pelayanan/ fasilitas hiburan. Gagasan ini menuntut pembentukan kota-kota suburban
baru, yang direncanakan dalam ukuran terbatas, dikelilingi sabuk hijau berupa tanah
pertanian. Kota-kota ini akan tumbuh secara mandiri, dikelola dan dibiayai warga kota
yang punya kepentingan ekonomi di sana.

1
PERENCANAAN KOTA

Gambar 1
Konsep Welwyn Garden City oleh Ebenezer Howard
Sumber: www.pinterest.com

Draft Howard memerlukan tanah seluas 6.000 acre (1 acre = 4540 m2) dengan
1.000 acre dibangun untuk 30.000 penduduk (kepadatan 30 orang/ acre ) dan
tambahan 2.000 orang di sekitar 5.000 acre tanah pertanian. Kota ini juga memiliki
boulevard melingkar selebar 120 feet (36,6 meter), ditanami pepohonan, yang
membagi kota dalam enam sektor.

2
PERENCANAAN KOTA

Gambar 2
Aplikasi Welwyn Garden City oleh Ebenezer Howard
Sumber: www.pinterest.com

Howard memulai membuat konsep Kota Welwyn setelah Perang Dunia I.


Dalam rencana, di lahan seluas 1.375 acre maksimal akan dihuni 40.000 orang
ditambah 3.500 orang yang tersebar di sekitar tanah pertanian. Hanya 1/6 lahan yang
akan tertutup bangunan. Welwyn mempunyai karakter khas pedesaan, rerumputan
membuat layout jalan, tanpa aspal maupun trotoar. Kontur tanah benar-benar
dimanfaatkan untuk mencapai efek arsitektural tertentu.
Kuldesak dipakai untuk memaksimalkan penggunaan tanah dengan biaya
perawatan seminimal mungkin. Luas kapling beragam antara 1/5 – 1/8 acre yang
dibangun masyarakat dibawah peraturan Addison Housing Act tahun 1919. Tahun
1921, rumah dengan 3 atau 4 kamar tidur itu dibangun dengan eksterior lebih baik,
dengan gaya utama bata merah arsitektur Georgian, sopi-sopi beratap mansard dan
jendela di atap.
Kesederhanaan desain awal di Welwyn, meski masih lebih baik dari yang
terbagus di Letchworth menyebabkan prasarana dan fasilitas umum berubah, 20
tahun kemudian. Apalagi sejak mobil secara konsisten digunakan tahun 1927, jalan-
jalan utama selebar 18 kaki, lapangan dan kuldesak menjadi tak efektif. Kenyamanan
hidup berkurang. Ini terjadi pada fase pertama kota-kota baru. Model Garden City
ternyata tak menyediakan ruang cukup bagi kehadiran teknologi modern.

Elemen visual menarik dan detail perencanaan perlahan lenyap oleh pelebaran jalan
dan pembabatan ruang-ruang terbuka hijau. Welwyn menghindari jalan raya formal,
kecuali di pusat kota karena posisinya secara visual paling menarik. Bentuk formal
dan informal dipadukan untuk mencapai klimaks. Dengan membandingkan

3
PERENCANAAN KOTA

Letchworth, Hampstead kemudian Welwyn, terlihat kemajuan berarti dari gagasan asli
Howard.
Dapat disimpulkan bahwa konsep Garden City yang dicetuskan oleh Sir
Ebenezer Howard lahir berdasarkan permukiman yang tidak layak pasca revolusi
industri. Howard menyadari terdapat disintegrasi kehidupan masyarakat sehingga
perlu inovasi dalam pembangunan kota yang berwawasan lingkungan. Kota dibangun
tidak hanya berorientasi pada pengembangan industri, tetapi juga mengarah pada
penciptaan suasana kota hijau dengan tersedianya kawasan central park, taman pada
setiap permukiman, dan greenbelt. Dengan demikian, masyarakat dapat menjangkau
pelayanan kota sekaligus menikmati suasana desa yang asri dan hijau.

B. Neighborhood Unit
Neighborhood Unit adalah suatu lingkungan fisik perumahan dalam kota
dengan batasan yang jelas, tersedia pelayanan fasilitas sosial untuk tingkat rendah,
untuk melayani sejumlah penduduk, di mana terdapat hubungan kerjasama yang
dilandasi oleh kontrol sosial dan rasa komunitas. (Porteous, 1977; dalam Suryanto,
1989:47).
Neighborhood Unit dikenal sebagai suatu konsep untuk merencanakan suatu
lingkungan yang berlandaskan suatu pemikiran sosial psikologis yang diformulasikan
oleh Clarence Perry pada tahun 1929, sebagai jawaban atas permasalahan yang
terjadi saat itu yaitu penurunan kualitas kehidupan masyarakat di negara-negara
industri. Perry mengidentifikasikan Neighborhood Unit sebagai suatu unit perumahan
yang mempunyai batas yang jelas, besarannya diukur atas dasar keefektifan jarak
jangkau pejalan kaki, terjadinya kontak langsung individual serta adanya ketersediaan
fasilitas pendukung kebutuhan harian dari penghuni.
Konsep Neighborhood Unit sebenarnya pertama kali diperkenalkan oleh Sir Ebenezer
Howard (1850-1928) yang mencoba mengangkat sistem dan bentuk komunitas
tradisional perdesaan sebagai komunitas ideal yang perlu dikembangkan di perkotaan
(Reiner, 1957 dalam Ida Bagus Rabindra, 1996:35). Kemudian pada kota-kota
tradisional tersebut , kota masih terbagi dalam unit-unit kelompok rumah tinggal atau
unit-unit fungsional spesifik yang homogen yang kemudian dikenal sebagai tradisional
neighborhood. Unit-unit tersebut merupakan kesatuan antara tempat tinggal dengan
tempat kerja serta juga adanya ikatan sosial kekerabatan. Dalam konteks ini,
neighborhood merupakan suatu lingkungan spesifik yang homogen, dengan pengikat
kegiatan yang sejenis dan hubungan kekerabatan.
Menurut Perry, neighborhood yang ideal akan merangkum seluruh fasilitas publik
dan kondisi-kondisi yang diperlukan oleh rata-rata keluarga bagi kenikmatan dan
kewajaran hidup disekitar rumah mereka. Selanjutnya Perry menguraikan dari
penjelasan diatas enam prinsip dalam merencanakan neigborhood (Rohe and Gates,
1985:26) :

4
PERENCANAAN KOTA

1. Size (Ukuran), pembangunan unit tempat tinggal harus menyiapkan perumahan


dengan ukuran populasi tertentu yang mensyaratkan diperlukannya satu sekolah
dasar (elementary school), di mana area yang diperlukan tergantung pada tingkat
kepadatan populasi
2. Boundaries (Batas), Pada setiap sisi unit lingkungan dibatasi oleh jalanjalan arteri
dengan kelebaran yang memadai sehingga dapat dipakai sebagai lalu lintas
cepat, yang tidak menembus daerah pemukiman tersebut.
3. Open Space (Ruang Terbuka), harus disediakan sistem taman dan ruang kecil
yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan individu yang mendiami
lingkungan perumahan tersebut.
4. Institution Sites (Area-area institusi), area untuk sekolah dan institusi yang
melayani lingkungan perlu disediakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam lingkungan tersebut dan hendaknya ditempatkan secara berkelompok
disekitar sebuah titik umum atau titik pusat.
5. Local Shops (Pertokoan setempat), satu atau lebih pertokoan lokal yang cukup
memadai bagi populasi yang dilayani, hendaknya diletakkan di seputar
permukiman dan lebih baik lagi diletakkan disekitar pertemuan jalur lalu lintas
yang mengikat beberapa lingkungan.
6. Internal Street System (Sistim jalan internal), di mana setiap unit perlu dilengkapi
dengan sistim jalan khusus, sehingga setiap jalan raya disesuaikan dengan
beban lalu lintas yang mungkin dan jaringan jalan sebagai sebagai suatu
keseluruhan dirancang untuk memudahkan sirkulasi di dalam lingkungan tersebut
dan diupayakan untuk dicegah penggunaan sebagai jalur lalu-lintas cepat.
Clarence Perry menyimpulkan bahwa Konsep Neighborhood Unit mempunyai
tujuan utama untuk membuat interaksi sosial diantara penghuni lingkungan
permukiman, sedangkan penataan fisik lingkungan merupakan cara untuk mencapai
tujuan utama tersebut (Golany, 1976:187)
Clarence Perry membuat ketetapan untuk terpenuhinya kebutuhan
sosiopsikologis pemukim untuk menjamin agar terlaksananya konsep Neighborhood
Unit. Syarat-syarat tersebut (Ida Bagus Rabindra, 1996:43-44) adalah :
1. Syarat kedekatan fisik, dirumuskan dengan mengambil patokan besaran
efektif komunitas dengan elemen :
a. Luas Wilayah. Teori ini mengidentifikasikan bahwa salah satu essensi dari
konsep neighborhood adalah kebutuhan dasar emosional manusia untuk
berhubungan lebih erat dengan orang-orang disekitarnya, yang disebut
sebagai kelompok primer (Brooms dan Selznick,1957; dalam Suryanto,
1989:53). Ukuran luas wilayah komunitas memungkinkan setiap penghuni
mudah berkomunikasi dengan kelompok primernya karena dekatnya jarak
capai dengan cukup berjalan kaki.

5
PERENCANAAN KOTA

b. Jumlah penghuni, yaitu ukuran jumlah penghuni yang memungkinkan tingkat


saling tahu dan saling kenal diantara penghuni karena frekuensi kontak
langsung yang tinggi.
c. Tingkat kepadatan bangunan atau penduduk yaitu perbandingan antara luas
wilayah dan jumlah anggota menghasilkan suatu ukuran kepadatan yang
memungkinkan tingkat ikatan fisik dan sosial komunitas tetap tinggi, dengan
tetap menjaga keseimbangan dengan daya dukung alam.
2. Syarat ikatan sosial, Jika fasilitas sosial sebagai ikatan fisik tersebut sesuai
dengan kebutuhan sebagian besar anggota lingkungan, maka ikatan fisik
tersebut akan berfungsi sebagai ikatan sosial karena kemampuannya untuk
merangsang terciptanya kelompok primer.
3. Syarat jaminan keselamatan lingkungan, yaitu :
a. Neighborhood Unit, terbebas dari lalu-lintas tembus dan kemungkinan adanya
persimpangan.
b. Neighborhood Unit dibatasi dari lalu-lintas kendaraan kecepatan tinggi atau
lalu-lintas eksternal.
c. Adanya pemisahan yang tegas antara jalur lintas kendaraan dan jalur pejalan
kaki.
d. Lalu-lintas dalam lingkungan Neighborhood Unit umumnya untuk pejalan kaki
atau dengan kendaraan yang berkecepatan rendah khusus bagi penghuni.
4. Syarat ketersediaan fasilitas pelayanan sosial. Fasilitas pelayanan sosial yang
disyaratkan dalam Neighborhood Unit formula Clarence Perry adalah fasilitas
pelayanan sosial yang melayani kebutuhan harian. Suatu fasilitas pelayanan
sebagai elemen fungsional neighborhood dapat berperan jika memiliki jarak
layanan yang mudah dicapai dengan berjalan kaki, di mana daya jangkau jarak
layanan efektif setiap fasilitas pelayanan sosial akan mempengaruhi ukuran
besaran neighborhood. Diharapkan fasilitas sosial ini menjadi media terjadinya
kontak langsung antara penghuni dalam frekuensi yang tinggi yaitu frekuensi
harian. Fasilitas pelayanan tersebut antara lain adalah : Sekolah tingkat dasar,
warung atau toko, tempat peribadatan, balai pengobatan, balai lingkungan dan
kantor pemerintahan lokal.
Konsep Neighborhood Unit dapat dijadikan landasan bagi banyak komuniti
permukiman, di mana terlalu ditekankan sebagai sebuah gagasan fisik dan agak
dilebih-lebihkan sebagai fakta sosial (Spreiregen, 1965; dalam Rivai A., 1991:34).
Dapat disimpulkan bahwa neighborhood merupakan unit fisik sekaligus unit sosial.
Parameter pengikat untuk menjamin kesatuan unit fisik dan unit sosial adalah besaran
(size) dan fasilitas pelayanan sosial yang melayani kebutuhan harian. Parameter
besaran neighborhood diturunkan dari ukuran efisiensi jarak tempuh pejalan kaki
antara rumah dengan fasilitas pelayanan.

6
PERENCANAAN KOTA

Gambar 3
Neighborhood Unit by Clarence Arthur Perry
sumber: http://www.planning.org/pas/at60/img/141figure01.jpg

C. Planned Development Unit (PUD)


Perencanaan realestat dimulai dengan suatu konsep pemasaran yang jelas
tentang produk rumah. Suatu produk akhir seperti langgam bangunan, bentuk dan
ukuran kavling sangat tergantung pada bagaimana pembagian suatu lahan. Terdapat
3 (tiga) konsep perencanaan yang berkaitan dengan pembagian lahan atau
subdivision yaitu konsep konvensional, cluster dan Planned Unit Development (PUD).
Pada konsep neotradisional (gambar 1) tingkat kepadatan rumah sama seperti pada
konsep cluster namun batasan kapling yang jelas dan bentuk kapling yang relatif sama
tersebar secara merata pada keseluruhan lahan.

7
PERENCANAAN KOTA

Gambar 4
Konsep Konvensional
Sumber : Jurnal Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Petra

Sedangkan pada kosep cluster (gambar 2) , rumah dibangun secara


berkelompok (cluster) untuk mendapatkan kepadatan yang tinggi pada suatu area,
sehingga lahan lainnya dapat dimanfaatkan untuk ruang terbuka. Konsep PUD
(gambar 3) merupakan suatu pengembangan multi fungsi yang fleksibel tanpa ada
pembagian yang kaku untuk setiap zona kegiatan, dalam suatu unit lahan dapat
dikombinasikan semua kegiatan seperti perumahan dengan berbagai tipe,
perkantotan, pertokoan, rekreasi dan ruang terbuka.

Gambar 5
Konsep Cluster
Sumber : Jurnal Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Petra

8
PERENCANAAN KOTA

Gambar 6
Konsep PUD
Sumber : Jurnal Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Petra

Secara garis besar, terdapat tiga (3) pola jalan yaitu pola kotak (straight
strut/gridiron) , pola putaran (loop), dan pola cul-de-sac (gambar 4). Tiap-tiap pola
jalan memiliki kelebihan dan kekurangan bagi perencanaan. Pola grid, misalnya,
memiliki kelebihan bentuk kapling yang praktis and efisien, tetapi pola ini akan
menimbulkan frekwensi lalu lintas yang relatif tinggi karena merupakan jalan tembus.
Pola jalan ini paling efisien secara ekonomis dalam penataan kapling, sehingga
sangat populer diterapkan dalam perencanaan realestat di Amerika Serikat pada
tahun 1940-an dan 1950an. Untuk pola cul-de-sac, privasi yang tinggi dan lalu lintas
yang rendah dapat dicapai, akan tetapi dengan pola ini akan tercipta bentuk kapling
yang tidak beraturan. Pada tahun 1929, pola ini pertama kali diterapkan pada kota
Radburn, New Jersey, Amerika Serikat untuk mengurangi frekwensi lalu lintas pada
kawasan perumahan. Dengan bentuk jalan buntu akan tercipta pengelompokan

9
PERENCANAAN KOTA

rumah, dan dengan batasan jumlah rumah yang dilayani maka akan tercipta dimensi
jalan yang ekonomis, yaitu dimensi lebar jalan lebih kecil. Pola loop juga
menyediakan privasi, keamanan dan bentuk jalan buntu yang ekonomis tanpa
kesulitan untuk berputar kembali. Dengan pola jalan ini dapat direncanakan beberapa
pola pengelompokan rumah.

Gambar 7
Konsep Konvensional
Sumber : Jurnal Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Petra

10
PERENCANAAN KOTA

D. Kota Baru

PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KOTA

Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Globalisasi


Penduduk Ekonomi Sosial & Politik Teknologi

Proses Ruang Perkembangan Proses Ruang


Internal Kegiatan External

Perubahan Sosial, Ekonomi dan Fisik Kota

Peningkatan Kebutuhan Ruang

Penataan Ruang Non Penataan Ruang

Kota Terkendali Permasalahan Kota Kota Tak Terkendali

Strategi

Penataan Ruang Intensifikasi Ekstensifikasi Kota Baru Peremajaan Kota

11
PERENCANAAN KOTA

Kota Baru: Suatu lingkungan permukiman berskala besar yang


direncanakan dan dibangun untuk mengatasi masalah kekurangan perumahan pada
suatu kota besar.
 Pengertian Kota Baru adalah sebagai berikut:
1. Kota atau kota-kota yang direncanakan didirikan dan kemudian dikembangkan
secara lengkap telah ada kota atau kota-kota lainnya yang telah tumbuh dahulu
(Llyod Rodwin)
2. Suatu proyek pengembangan lahan yang luasnya mampu menyediakan unsur-
unsur lengkap yang mencakup perumahan, perdagangan dan industri secara
keseluruhan dapat memberikan:
a. Kesempatan untuk hidup dan bekerja di dalam lingkungan tersebut,
b. Suatu spekturum jenis dan harga rumah yang lengkap,
c. Ruang terbuka bagi kegiatan pasif dan aktif yang permanen serta ruang-ruang
terbuka yang melindungi kawasan tempat tinggal dari dampak kegiatan
industri,
d. Pengendalian segi estetika yang kuat,
e. Pengadaan biaya/investasi yang cukup besar untuk keperluan pembangunan
awal (Pei; Verma, Urban Land Institute, Amerika Serikat, 1972).
3. Permukiman yang mandiri dan berencana dengan skala yang cukup besar
sehingga:
a. Memungkinkan untuk menunjang kebutuhan berbagai atau jenis rumah tinggal
dan kegiatan ekonomi sebagai lapangan kerja bagi penduduk permukiman itu
sendiri.
b. Dikelilingi oleh jalur hijau yang menghubungkan secara langsung dari wilayah
pertanian di sekitarnya dan juga sebagai pembatas perkembangan kota dari
segi jumlah penduduk dan luas wilayahnya.
c. Dengan memeprtimbangkan kendala dan limitasi yang ada, dapat menentukan
suatu proporsi peruntukan lahan yang sesuai untuk kegiatan industri;
perdagangan; perumahan; fasilitas dan utilitas umum serta ruang terbuka,
pada proses perencanaannya.
d. Dengan mempertimbangkan fungsi kota serta lahan yang tersedia dapat
ditentukan pola kepadatan penduduk yang serasi (Pei; Verma, Advisory
Commision on Intergovernmental Relations, 1972)
4. Bahwa kota baru merupakan alternatif upaya untuk memecahkan dan mengatasi
masalah pertumbuhan permukiman terbesar yang tidak terkendali dan kemacetan
kota-kota besar, karena semakin berkembangnya kegiatan usaha dan penduduk
kota besar akibat perkembangan industri secara besar-besaran pada awal abad
ke-20 (F. J Osborn; A. Whittick, 1968).
5. Kota baru sebagai kota-kota khusus yang dikembangkam sehubungan dengan
upaya pengembangan fungsi tertentu, seperti kota industri, kota pengusahaan

12
PERENCANAAN KOTA

pertambangan, kota pengusahaan perkebunan (estate), kota penunjang instalasi


militer, instalasi percobaan atau instalasi pusat ketenagaan (Von Hertzen dan
Spreiregen, 1973).
6. Kota baru tidak selalu dibangun di atas lahan perawan, tetapi juga mungkin
merupakan pengembangan dan pembaharuan permukiman perdesaan atau kota
kecil secara total menjadi kota lengkap yang mandiri (Gideoin Golany, 1978).
7. Kota baru dapat diartikan:
a. Kota baru adalah kota yang direncanakan, dibangun dan dikembangkan pada
saat suatu atau beberapa kota lainnya yang direncanakan dan dibangun
sebelumnya telah tumbuh dan berkembang.
b. Kota lengkap yang ditentukan, direncanakan, dibangun dan dikembangkan di
wilayah yang belum terdapat konsentrasi penduduk.
c. Kota lengkap yang direncanakan dan dibangun dalam rangka meningkatkan
kemampuan dan fungsi permukiman atau kota kecil yang telah ada di sekitar
kota induk untuk membantu pengembangan wilayah sekitar atau mengurangi
beban kota induk.
d. Kota yang cukup mampu untuk berfungsi sebagai kota yang mandiri, dalam
arti dapat memenuhi kebutuhan pelayanan serta kegiatan usahanya sendiri
atau sebagian besar penduduknya.
e. Kota baru dapat berupa lingkungan permukiman berskala besar yang
direncanakan dan dibangun untuk mengatasi masalah kekurangan perumahan
di kota besar.
f. Secara fungsional, kota baru demikian masih banyak tergantung pada peranan dan
fungsi kota induknya. Dari segi jaraknya, lokasinya berdekatan dengan kota
induknya. Kota baru ini dikatakan sebagai Kota Satelit dari kota induk tersebut.
 Perkembangan Kota Baru
Dalam dimensi masa, tahapan evolusi perkembangan kota baru dapat dibagi
menjadi:
1. Kota baru masa silam dan masa pra-revolusi industri,
2. Kota baru masa revolusi industri,
3. Kota baru masa pasca revolusi industri,
4. Kota baru masa kini.

a. Kota Baru Masa Silam dan Masa Pra-Revolusi Industri


Kota baru dikenal sejak masa Mesir, Yunani dan Romawi Kuno dan kemudian
pada masa peralihan atau Renaissance di Eropa (Golany, 1976). Motivasi terutama
dilandaskan pada prestise kekuasaan dan pemerintahan, kepentingan militer untuk
mempertahankan teritorial yang baru dikuasai, pertukaran barang, atau pembukaan
wilayah fontier untuk penghunian baru oleh para migran (Gildeon Golany, 1976).

13
PERENCANAAN KOTA

b. Kota Baru Masa Revolusi Industri


Kota baru yang boleh dikatakan lebih kontemporer pada masa itu baru
dikembangkan bersamaan/ menjelang masa revolusi industri. Ada dua jenis kota baru
menurut John Ratcliffe, 1980, yaitu: Kota Pekerja (Workers Town) berupa
permukiman skala besar yang dibangun intensif, meliputi rumah gandeng dibangun di
dekat/sekitar pusat perindustrian pada kota besar yang sudah tumbuh dan
berkembang. Misalnya Kota Saltaire, New Lanark dan Port Sunlight di Inggris dan
Skotlandia; Kota Industri Krupp di Jerman; kota baru Chaux di Perancis; dsb.
c. Kota Baru Generasi Pertama
Kota baru masa pasca revolusi industri dikembangkan dengan konsepsi
Garden City yang untuk pertama kalinya dicetuskan sebagai suatu inovasi untuk
memecahkan masalah permukiman kota-kota yang padat industri oleh seorang
reformis berkebangsaan Inggris, Ebenezer Howard, 1850 – 1928. Dasar falsafah
Howard tentang kota baru adalah bahwa bagian-bagian dari kota harus merupakan
suatu organisasi yang saling berkaitan satu sama lain serta ada pembatasan
fungsional, sehingga setiap perkembangan mempunyai kaitan dengan perkembangan
kota tersebut secara keseluruhan.
Garden City pada prinsipnya adalah mengembalikan menusia pada
lingkungan permukiman yang manusiawi; mengambalikan hubungan erat antara
manusia dan lingkungan; meningkatkan kualitas kehidupan secara bermasyarakat
dan ekonomis (Osborn, 1966):
Garden City berperan untuk menghambat perpindahan penduduk perdesaan
ke kota besar. Garden City yang didirikan pertama kali di sekitar London, Letcth
Garden City (1905) dan Welwyn Garden City (1919), tahun 1947 – 1948 Crawlwy,
Hemel Hempstead, Harlow, Aycliffe, East Kilbride, Peterlee dan Glenrothes. Konsepsi
Garden City Ebenezer Howard bertitik tolak dari reaksi terhadap kemerosotan kualitas
dan kondisi kehidupan di kota besar akibat revolusi industri. Jenis kota baru ini
kemudian disebut sebagai Kota Baru Generasi Pertama atau Mark II New Town.
d. Kota Baru Generasi Kedua
Kota-kota yang dikategorikan sebagai Kota Baru Generasi Kedua di Inggris
yang dibangun antara 1950 – 1955, seperti Corby dan Cumbernaulid. Dibangun
antara 1960 – 1970 seperti Skelmersdale; Livingstone; Telford; Reddicth; Runcorn;
Washingron New Town; Irvine; Milton Keynes; Peterborough. Di Eropa antara 1960 –
1970 terdapat di beberapa kota di sekitar Negeri Belanda seperti Beverwijk,
Emmerloord, Emmen, Randstad, Almere Zoetemeer; di Finlandia seperti Tapiola; di
Perancis seperti Canteleu New Town, Mourenx, Surville, Toulouse le Mirail; di Jerman
seperti Cologne New Town. Di Asia, Petaling Jaya (Malaysia); Chandigar (India);
Islamabad (Pakistan). Di Amerika Latin, seperti Brasillia (Brazil). Di Jepang seperti
Hino, Yokaichi.

14
PERENCANAAN KOTA

 Faktor Perkembangan Kota Baru


Pengembangan dan perkembangan kota baru berbagai kurun masa dilandasi
berbagai motivasi yang berbeda. Perwujudan perkembangan kota-kota baru ini
kemudian sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai faktor yang mencakup
faktor sosial dan ekonomi:
 Faktor Sosial
1. Faktor Kependudukan
Revolusi industri telah menyebabkan dampak arus urbanisasi dari perdesaan ke
kota-kota. Kesempatan kerja yang makin meningkat sehubungan dengan
industrialisasi besar-besaran telah menyebabkan makin meningkatnya penduduk
kota-kota industri (Lesley E. White, 1965).
Perkembangan penduduk kota besar yang semula telah menarik mereka karena
telah terbukanya kersempatan kerja telah mengalami berbagai degradasi.
2. Kualitas Kehidupan Masayarakat
Makin padatnya penduduk kota industri, makin menurun pola kemasyarakatan
karena lingkungan kehidupan yang mengutamakan efesiensi ekonomi, telah
menimbulkan berbagai degradasi sosial. Keadaan di kota industri pada masa
pasca revolusi industri mengalami perubahan dalam pelayanan pendidikan,
kesehatan, peribadatan, rekreasi dan hubungan antar penduduk.
 Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang berpengaruh dan menentukan dalam pengembangan
dan perkembangan kota baru (P. B Desai, Ashish Bose, 1965; T. C Peng, N. S Verma,
1972) mencakup dua hal pokok:
1. Kegiatan usaha
Terjadinya arus perpindahan penduduk semasa industrialisasi besar-besaran
dikarenakan semakin luasnya lapangan kerja dan usaha di kota-kota besar.
Kegiatan usaha dapat membantu mengurangi beban yang harus ditanggung kota-
kota besar yang umumnya merupakan pemusatan berbagai lapangan kegiatan
usaha.
2. Politik ekonomi
Ada tiga jenis pembangunan kota baru bardasarkan sistem politik
perekonomiannya (T. C Peng; N. S Verma, 1972):
a. Kota baru yang dikembangkan di negara-negara dengan sistem politik
perekonomian campuran atau mixed economy system dimana sebagian
sistem perekonomian ditangani oleh sektor swasta, tetapi sesuai dengan
pengawasan, pengendalian dan perencanaan yang disusun oleh sektor
pemerintah. Contoh: Inggris, pembangunan kota baru di Inggris sudah
merupakan bagian dari pola Kebijaksanaan Pembangunan Nasional yang
mengikutsertakan swasta yang dikendalikan dan berdasarkan rencana
pemerintah.

15
PERENCANAAN KOTA

b. Kota baru yang dikembangkan di dalam negara dengan “sistem perencanaan


ekonomi terpusat” atau “centrally planned economic system”. Sistem
perekonomian yang terdapat pada negara-negara sosialis. Kegiatan
perekonomian sepenuhnya tergantung investasi sektor pemerintah dengan
asas sosialis.
c. Kota baru yang dikembangkan di negara yang mempunyai “sistem
perekonomian bebas” atau “free or private enterprise economic system”.
Dalam sistem ini, sistem perekonomian tergantung sepenuhnya kepada
mekanisme pasar. Perencanaan dan pembangunan kota baru berada dalam
wewenang sektor swasta.
 Kategorisasi Kota Baru
Kota yang direncanakan dan dikembangkan dalam kaitannya dengan suatu
kota yang tidak berkembang dan tumbuh dimaksudkan sebagai suatu upaya untuk
membantu memecahkan permasalahan yang terjadi pada kota yang telah ada
tersebut, misalnya: untuk memecahkan masalah kekurangan perumahan atau dalam
rangka perluasan kota yang disebut sebagai Supporting New Town atau Kota Baru
Penunjang karena kota tersebut berperan sebagai penunjang bagi eksistensinya
suatu kota yang telah ada serta tumbuh dan berkembang. Kota ini secara ekonomi
dan sosial mempunyai ketergantungan kepada suatu kota induk. Fungsi utama Kota
Baru Penunjang :
1. Sebagai Kebutuhan untuk membangun suatu permukiman baru skala besar
yang membantu masalah kekurangan perumahan di kota besar.
2. Dikembangkan dari kota kecil di sekitar kota besar tersebut yang jaraknya tidak
jauh dan terdapat suatu pola mobilitas ulang alik atau commuting.
3. Secara fisik terpisah dari wilayah tak terbangun seperti: pertanian holtikultura
atau jalur hijau yang pada umumnya < 60 km.
Jenis dari Kota Baru Penunjang yaitu yang merupakan:
1. Permukiman lengkap berskala besar di pinggiran kota induk (dormitory town)
yang disebut juga sebagai Kota Satelit (Sattelite Town).
2. kota kecil di sekitar kota induk.
Jenis kota ini juga merupakan Kota Baru metropolitan, yaitu kota yang berada
di suatu wilayah metropolitan yang menunjang fungsi kota metropolitan sebagai kota
utama di wilayah tersebut. Kota baru direncanakan dan dikembangkan tersendiri
dengan fungsi khusus sesuai dengan potensi tertentu yang sama sekali dapat
dibangun di atas suatu wilayah permukiman atau kota kecil sehingga memiliki
kelengkapan sebagai suatu kota. Kota ini disebut juga Kota Baru Mandiri atau
Independent New Town/ Self Sufficient New Town. Secara ekonomi dan sosial kota
ini dapat memenuhi kebutuhan sendiri sebagian besar penduduk. Kota ini mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:

16
PERENCANAAN KOTA

 Berlokasi pada suatu wilayah tersendiri dengan jarak cukup jauh dari kota yang
telah ada dan secara fisik terpisah oleh suatu wilayah bukan permukiman:
pertanian, jalur hijau atau wilayah suburban.
 Memiliki jarak lebih dari 80 km, contoh: kota pusat pemerintahan, kota industri,
kota pertambangan, kota usaha kehutanan, kota instalasi ketenagaan, kota
instalasi militer, kota pusat rekreasi (recreation resort), kota permukiman
khusus berskala besar, dan sebagainya.
Tipologi Pengembangan Kota Baru
Ada tiga jenis kota baru modern yang dikembangkan menurut permasalahan,
kebutuhan dan perkembangannya, yaitu:
1. Kota baru yang dikembangkan sebagai suatu upaya penyelesaian masalah
perkotaan secara internal yang berupa program rehabilitasi, peningkatan
kualitas lingkungan atau peremajaan bagian-bagian kota berskala besar yang
sudah tumbuh dan berkembang. Kota baru ini dikenal sebagai Kota Baru
Dalam Kota (new town in town / NTIT).
2. Suatu pengembangan skala besar dari suatu kota kecil sehingga memiliki
kelengkapan setara dengan kota.
3. Suatu pengembangan secara desentralisasi melalui pengembangan
permukiman baru setara kota baik yang khusus menyediakan perumahan
yang umumnya berlokasi di wilayah pinggiran kota atau pada lokasi yang
berjarak dekat kota induk atau suatu permukiman baru yang mandiri pada
suatu wilayah yang sama sekali baru dibuka.
Secara fungsional, maka dapat diidentifikasikan dalam dua kategori:
1. Kota Baru Penunjang (Dependent Town), yaitu suatu kota baru yang relatif
tidak memiliki kekuatan ekonominya sendiri yang secara ekonomis maupun
secara fisik masih tergantung pada fungsi kota induknya. Kota ini memiliki ciri-
ciri sbb:
 umumnya berfungsi sebagai tempat tinggal, penduduknya pada umumnya
berpenglaju untuk bekerja di kota induk/kota besar lainnya;
 penduduk dalam memnuhi kebutuhan hidupnya masih tergantung pada
fungsi pelayanan yang ada di kota induknya;
 umumnya berlokasi pada jarak relatif dekat yaitu 20 – 40 km dari kota
induknya.
Contoh : kota satelit, kota baru dalam kota, kawasan permukiman berskala
besar.
2. Kota Baru Mandiri (Self Contained Newtown), yaitu kota baru yang secara
ekonomis dan secara fisik memiliki kemandirian yaitu tidak tergantung pada
kota lainnya. Penduduk kota baru mandiri bermukim dan berkiprah dalam
kegiatan kehidupannya di dalam kota itu sendiri dan tidak bersifat penglaju ke

17
PERENCANAAN KOTA

kota lain. Kota baru mandiri mampu berperan sebagai pusat pengembangan
dari suatu wilayah.
Contoh : kota baru industri, kota baru perusahaan (pertambangan,
perkebunan, pengolahan sumber daya), kota baru pusat
pemerintahan, kota baru instalasi khusus (pusat penelitian dan
pengembangan, instalasi militer, instalasi percobaan, kota baru
universitas)
Kebutuhan Ruang:
1. Sosial :
 Tempat bekerja
 Rumah sakit
 Tempat bekerja
2. Ekonomi :
 Pasar
 Bank
 Desa ekonom
3. Politik :
 Tempat beribadah
 Tempat berargumentasi
4. Teknologi :
 Tempat belajar
 Jaringan jalan
 Tempat pengembangan
5. Globalisasi :
 Tempat kolaborasi pengembangan
 Jaringan informasi

18
PERENCANAAN KOTA

3. Proses Perencanaan Kota Baru

A. Posisi Pedoman Umum Pembangunan Kota Baru dengan Rencana Tata Ruang

Kota Baru

19
PERENCANAAN KOTA

Kota Baru

20
PERENCANAAN KOTA

21
PERENCANAAN KOTA

22
PERENCANAAN KOTA

23
PERENCANAAN KOTA

24
PERENCANAAN KOTA

25
PERENCANAAN KOTA

B. Konsepsi Pedoman Perencanaan Kota Baru


Pengembangan kota baru di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari dasar
kebijakan pengembangan dan pembengunan kota pada umumnya. Dalam
memikirkan kemungkinan pengembangan kota baru sebagai salah satu upaya
mendorong pembangunan daerah, maka kebijakan dan langkah pembinaan kota
nasional perlu melandasi hal tersebut.
Berdasarkan hal pokok yang telah digariskan dalam kebijakan dan langkah
pembinaan kota nasional dan pengembangan sektor permukiman dan perumahan,
maka hal yang perlu ditekankan sebagai landasan pengembangan kota baru di
indonesia meliputi :

a. Azas pemerataan daerah


b. Azas tata ruang wilayah
c. Azas pemerataan penyebaran penduduk
d. Azas pembangunan kota berwawasan lingkungan

Dengan keempat landasn kebijakan tersebut, maka pengembangan kota baru di


Indonesia perlu memperhatikan arahan berikut ini :

a. Peningkatan jenis kota baru yang didasarkan pada fungsi pengembangan yang
disesuaikan dengan kebutuhan kini mapun mendatang
b. Penentuan lokasi dan pengembangan kota baru perlu didasarkan pada
pertimbangan untuk dapat menunjnag pengembangan wilayah dan membantu
memecahkan masalah kota besar
c. Penentuan dan pengembangan jenis kota baru perlu disesuiakan dengan jumlah
penduduk, kegiatan usaha serta komponen kebutuhan yang menunjang
kehidupan dan penghidpan kota tersebut sampai batas yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan kota baru mandiri atau penunjang
d. Penentuan dan pengembangan kota baru harus dilihat dari wawasan dan ruang
lingkup pentignya perwilayahan lebih luas, sehingga fungsi yang diharapkan
dapat dicapai, termasuk pentingnya keterpaduan pengembangan kota baru
dengan sistem jaringan prasarana pengangukatan wilayah yang dapat
menghubungkan dengan kota besar, kota menengah dan kota kecil disekitarnya
e. Pengadaan dan pengembangan prasarana dan sarana perkotaan perlu dipatukan
dengan program pengembangan prasarana kota terpadu agar efektif dan efisien
f. Penentuan, perencanaan dan pembangunan kota baru perlu ditunjang suatu
penelitian guna memnentukan wilayah yang memungkinkan dikembangkan,
wilayah kendala serta wilayah limitasi.

26
PERENCANAAN KOTA

1. Proses Teknis dan Prosedur Perencanan Kota Baru

Landasan kegiatan proses teknis perencanaan yang harus diikuti dalam


perencanaan pembangunan kota baru adalah :

a. Kebijakan pembangunan perkotaan di Indonesia


b. Undang-undang peraturan pemerintah, inpres dan kepres serta peraturan
pemerintah daerah yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan kota baru
c. Perangkat peraturan/pedoman perencanaan kota yang telah ditetapkan

Berdasarkan acuan tersebut, maka proses perencanaan kota baru dapat diuraikan
sebagai berikut :

A. Review Pola dasar Pembangunan Kota


a. Kebijakan nasional yang menyangkut perkotaan
b. Kebijakan pengembangan kota di daerah/wilayah provinsi dan wilayah
pembangunan dimana kota baru tersebut berada
c. Kebijaksanaan pengembangan kota baru di daerah tingkat II dimana kota
tersebut berada.

B. Pemilihan Lokasi
Apabila lokasi belum ditentukan secara definitif, maka perlu dilakukan proses
seleksi dari berbagai alternatif yang telah ditentukan oleh pemerintaha pusat atau
daerah. Dalam hal memilih ini, maka perlu dikembangkan kriteria dasar dari segi
sosial, demografis, sosial ekonomis dan fisiografis. Dengan memiliki skor dan bobot
tertenu, maka secara kuantitatif dapat dihasilkan nilai tertinggi yang akan menjadi
prioritas pilihan. Apabila telah ditentukan secara pasti, maka lokasi itu langsung
menjadi lokasi designated area.

C. Potensi Perwilayahan
Potensi perwilayahan dimaksudkan untuk melihat potensi kota baru yang akan
direncanakan dalam konstelasi yang lebih luas. Terlebih enting apabila kebijaksanaan
dasar pengembangan kota baru ini diarahkan pada tujuan pengembangan suatu
pusat pengembangan wilayah. Dalam hal ini, perlu dilihat fungsi perwilayahan
terhadap silauah sekitarnya, kota-kota sekitarnya dan terhadap kota induk terutama
secara demografis (khususnya imigrasi), hubungan fungsi perekonomian dan dari
segi lingkungan fisik. Data yang diperlukan untuk menunjang analisis perwilayahan ini
meliputi :
a. Data sosial
 Kependudukan di wilayah yang akan dijadikan kota baru
 Penduduk yang ditargetkan akan menjadipenghuni kota baru

27
PERENCANAAN KOTA

 Pendidikan umumnya
 Masalah migrasi penduduk
b. Data ekonomi
 Produksi wilayah (pertanian, industri, jasa atau kombinasi dari sektor-sektor
tersebut)
 Ketenaga kerja umumnya di wilayah
 Tingkat pendapatan rata-rata wilayah
 Pola pengangkutan dan mobilitas orang dan barang
c. Data fisiografis
 Letak geografis wilayah
 Klimatologi makro
 Keadaan geologi dan hidrologi makro
 Penggunaan lahan makro

Hasil dari analisis perwilayahan ini merupakan masuan dasar bagi penyusunan
Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan (RUTRP) Kota Baru

D. Survey wilayah perencanaan kota baru


Survey ini dimaksudkan untuk memperoleh data/maksud bagi proses teknis
penyusunan Reancana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Kota baru. Data yang
diperlukan meliputi :
a. Data sosial
 Data kependudukan dari permukiman yang ada di wilayah perencanaan.
Apakah penduduk ini akan tetao (menjadi bagian dari penghuni kota baru)
atau akan pindah
 Data kependudukan yang akan diperkirakan akan ditargetkan untuk menjadi
penghuni kota baru yang datang dari wilayah perencanaan
 Jenjang sosial dan tingkat pendidikan rata-rata penduduk asal dan yang
ditargetkan dari luar
 Lapangan pekerjaan penduduk asal dan penduduk pendatang yang akan
direncakan
b. Data ekonomi
 Pendapatan rata-rata penduduk asal dan penduduk yang direncakan dari
luar
 Produktivitas wilayah perencanaan kota baru (pertanian, industri, jasa,
perdagangan atau kombinasi)
 Prasaran dan sarana perangkutan internal dan eksternal
 Lapangan kerja yang tersedia saat ini dan yang diperkirakan akan
dikembangkan di kota baru berdasarkan kebijaksanaan dasar pembangunan
daerah

28
PERENCANAAN KOTA

c. Data fisiografis
 Topografi dan kemiringan lahan
 Geologi dan hidrologi mikro (daya dukung tanah, air tanah, sungai, drainase
alami, wilayah resapan, struktur geologi)
 Iklim mikro (curah hujan, angin, penyinaran matahari, tekanan udara, suhu
udara, kelembaban
 Pola vegetasi (flora)
 Pola permukiman yang telah ada (wilayah terbangun dan belum terbangun)
 Penggunaan lahan sekarang
 Penggunaan dan kondisi bangunan pada permukiman yang ada sekarang
 Masalah dan potensi lingkungan dan sumberdaya alam yang ada
d. Data pertanahan
 Status pemilikan tanah
 Permasalahan lahan
 Ketentuan menyangkut pertanahan
 Kondisi lahan dari aspek legal sudah dibebaskan, lahan milik negara, lahan
milik developer swasta, lahan milik perorangan, lahan sengketa, lahan yang
sedang berada dalam proses penyelesaian
e. Data aspek institusi dan aspek legal
 Peranan BAPPEDA Tingkat II, dinas-dinas vertikat dan horisontal
 Keberadaan RUTRP atau RUTRK dari wilayah sekitar
 Berbagai peraturan daerah (PERDA) yang ada kaitannya dengan
perencanaan pembangunan kota dan wilayah
 Ketentuan pertanahan

Kumpulan data tersebut diperoleh dalam bentuk data sekunder atau primer
berdasarkan rangkaian masa/time series minimum 3 tahun.

E. Penyusunan RDTRK
Selanjutnya untuk kepetingan penyusunan Rencana Detai Tata Ruang Kota
(RDTRK), yaitu rencana pengembangan bagian-bagian wilayah kota baru akan
diperlukan data yang lingkupnya sama dengan data diatas, tetapi kedalamannya
berbeda. Untuk kepentingan penyusunan RDTRK akan diperlukan data-data dan
informasi spesifik pada bagian wilayah tertentu. Dalam hubungan ini produk RDTRK
akan menyangkut peruntukan dari bagian-bagian wilayah kota yang disajikan dalam
peta berskala 1:5.000. dengan demikian, maka perlu data yang lebih rinci menyangkut
bagian wilayah tersebut secara spesifik.

F. Penyusunan Rencana Teknik Ruang Kawasan


Demikian pula dalam rangka pengembangan RDTR Kota Baru menjadi Rencana
Teknik Ruang Kota Baru (RTRK), akan diperlukan data yang lebih rinci lagi

29
PERENCANAAN KOTA

kedalamannya, yaitu menyengkut suatu kawasan fungsional tertentu, misalnya


kawasan pusat perkotaan, kawasan perumahan, kawasan industri, kawasan rekreasi
dll. Dalam hal ini survei harus mencakup lingkup setiap bangunan serta individu.
Produk RTRK Kota Baru adalah rancangan geometrik tata letak bangunan dan
bangun-membangun, pola lansekap, jaringan jalan, utlilitas umum dan unsur
struktural penunjang lingkungan lainnya.

G. Studi kelayakan ekonomis kota baru


Disamping perlu analisis perencanaan yang ditunjang data di atas,
pengembangan kota baru juga perlu ditunjang suatu studi kelayakan ekonomisnya.
Terlebih lagi apabila pla kebijaksanaan dasar pengembangan kota baru ini akan
diarahkan pada suatu kota baru mandiri (Self Suffcient). Untuk ini ada beberapa segi
analisis kelayakan yang perlu dilakukan, yaitu :
a. Analisis kelayakan kependudukan
 Siapa dan bagaimana pola struktur kedudukan penghuni yang akan menjadi
kelompoksasaran penghuni kota baru kelak (diteliti berdasarkan sampel)
 Tingkat pendapatan dan pengeluaran kelompok sasaran yang akan menjadi
penghuni kota baru
b. Analisis kelayakan ekonomi
 Potensi kegiatan industri yang mungkin dapat dikembangkan atau berminat
untuk menginvestasikan modalnya di kota baru
 Potensi kegiatan perdagangan yang memungkinkan dapat dikembangkan
dan menginvestasikan modal di kota baru
 Potensi usaha pembangunan perumahan sektor swasta yang mungkin dapat
menunjang pengembangan kota baru dengan investasi modalnya pada
pembangunan perumahan
 Potensi kegiatan perkoperasian (perumahan, primer, simpan pinjam) yang
mungkin dikembangkan di kota baru
 Kegiatan pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara atau daetah yang
potensial dikembangkan di kota baru
 Potensi pengembangan kegiatan jasa di kota baru

Data yang diperlukan untuk menunjang analisis kelayakan kependudukan dan


ekonomis ini didasarkan pada studi sampel dan dengan survey kegiatan ekonomi
yang dalam kebijaksanaan pengembangan sudah diperkirakan anakan
menginvesrasikan modalnya di kota baru ini. Secara diagramatik keseluruhan proses
teknis tersebut diatas dapat digambarkan seperti tersaji pada gambar berikut ini.

30
PERENCANAAN KOTA

Gambar Proses Teknis dan Prosedur Perencanaan Kota Baru


Sumber : Jurnal PWK, ITB

31
PERENCANAAN KOTA

C. Studi Kasus Kota Baru Parahyangan

32
PERENCANAAN KOTA

33
PERENCANAAN KOTA

34
PERENCANAAN KOTA

35
PERENCANAAN KOTA

36
PERENCANAAN KOTA

37
PERENCANAAN KOTA

38
PERENCANAAN KOTA

39
PERENCANAAN KOTA

40
PERENCANAAN KOTA

41
PERENCANAAN KOTA

42
PERENCANAAN KOTA

43
PERENCANAAN KOTA

44
PERENCANAAN KOTA

45
PERENCANAAN KOTA

46
PERENCANAAN KOTA

47
PERENCANAAN KOTA

48
PERENCANAAN KOTA

DAFTAR PUSTAKA

Peter Rahab. 2012. “Pengaruh Globalisasi terhadap Penataan Ruang di Kota”


Dalam web: http://peter-ahab.blogspot.co.id/2011/12/pengaruh-globalisasi-
terhadap-penataan.html. Diunduh pada tanggal 21 April 2017.

Maxime Alexandro. 2011. “Perkembangan Teori Perencanaan Kota Sampai Dengan


Masa Postmodern” Dalam web:
https://geoinsight.wordpress.com/2011/04/17/perkembangan- teori-
perencanaan-kota-sampai-dengan-masa-postmodern/. Diunduh pada 21
April 2017

Saraswati, Dini Indah. 2015/ “Green City”, dalam web:


https://diniindahsaraswati.wordpress.com/2015/12/04/kota-hijau-green-
city/. Diunduh pada 22 April 2017.

Anonim. 2016. “Smart City” dalam web:


http://jonatan.blog.widyatama.ac.id/2016/03/13/apa-itu-smart-city/.
Diunduh pada 22 April 2017

Anonim. 2017. “Sustainable city” dalam web:


https://en.wikipedia.org/wiki/Sustainable_city. Diunduh pada tanggal 21
April 2017.

Aghnia, Hasya. 2014. “Aktivasi Kota Kreatif”, dalam web:


https://www.academia.edu/9966246/aktivasi_kota_kreatif. Diunduh pada
tanggal 22 April 2017

Zulmar, Helmi. 2012. “Definisi Green Building” dalam web:


http://helmizulmar.blogspot.co.id/2012/06/definisi-greenbuilding- adalah-
bangunan.html. Diunduh pada tanggal 21 April 2017

Anonim. 2013. “Konsep TOD pada Pengembangan Wilayah Perkotaan” dalam web:
https://psaonone.wordpress.com/2013/04/20/konsep-tod-transit- oriented-
development-sebagai-alternatif-solusi-pengembangan- wilayah/. Diunduh
pada tanggal 21 April 2017

49

Anda mungkin juga menyukai