Anda di halaman 1dari 13

Annastasya R Ramadhani

15-58
Tugas Biologi Laut
Deskripsi Makroalga dan lamun

A. Makroalga
Makroalga atau “Seaweed” termasuk tanaman tingkat rendah, yang belum
memiliki akar,batang maupun daun, melainkan hanya memiliki thallus. Makroalga
merupakan tanaman yang hanya dapat hidup di laut. Seacara taksonomi makroalga
dikelompokan kedalam divisi Thalopyta yang terdiri dari tiga kelas berdasarkan
kandungan pigmennya yaitu: Cholopytaceae (alga hijau), Phaopytaceae (alga coklat),
Rhodophyceae (alga merah) (Handayani et al, 2014). Berikut deskripsi dari beberapa
species makroalga yang berada diperairan Indonesia :

1. Halimeda makroloba

Gambar 1. Halimeda makroloba (Dijoux L, 2010)

Klasifikasi
Menurut Handayani et al (2014), Halimeda makroloba dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Divisi : Clorophyta
Kelas : Clorophytaceae
Bangsa : Caulerpales
Suku : Udoteaceae
Marga : Halimeda
Jenis : Halimeda macroloba
Deskripsi
 Ciri-ciri : Thallus tegak dengan ukuran mencapai 11,6-25,3 cm (Tampubolon et
al.2013). Thallus bersegmen-segmen dengan tepi bergelombang (Handayani et al,
2014). Thallus agak kasar berwarna hijau keputih – putihan, warna putih tersebut
karena Halimeda menghasilkan zat kerak kapur, thalusnya mempunyai percabangan,
hold fast berkapur dan menempel kuat pada substratnya, substansinya cartilaginous,
mempunyai interval bervariasi, memiliki ruas-ruas thalus diantara lingkaran duri
(Nontji.1993).
 Habitat : Subtrat berbatu, karang berpasir, lumpur

2. Caulepra racemosa

Gambar 2. Caulepra racemosa (Fernandez C, 2009)

Klasifikasi
Menurut Handayani et al (2014), Caulepra racemosa dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisi : Clorophyta
Kelas : Clorophytaceae
Bangsa : Caulerpales
Suku : Caulerpaceae
Marga : Caulerpa
Jenis : Caulepra racemosa
Deskripsi
 Ciri-ciri : Talus tumbuh menjalar secara horizontal dengan stolon. Blade tegak,
bundar membentuk bola-bola agak gepeng, jumlah ramuli 8-16, dengan diameter 2.92
mm. Jarak antara percabangan 5 mm. Berwarna hijau tua kekuningan dan tumbuh
agak jarang (Tampubolon et al.2013).
 Habitat : Subtrat berpasir.

3. Ulva lactuca

Gambar 3. Ulva lactuca (Krisp H, 2011)

Klasifikasi
Menurut Guiry (2007), Ulva lactuca dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Filum : Chlorophyta
Kelas : Ulvophyceae
Bangsa : Ulvales
Suku : Ulvaceae
Marga : Ulva
Jenis : Ulva lactuca

Deskripsi
 Ciri-ciri : Talus tumbuh menjalar secara horizontal dengan stolon. Blade tegak,
bundar membentuk bola-bola agak gepeng, jumlah ramuli 8-16, dengan diameter 2.92
mm. Jarak antara percabangan 5 mm. Berwarna hijau tua kekuningan dan tumbuh
agak jarang (Tampubolon et al.2013).
 Habitat : Subtrat berpasir.
4. Padina australis

Gambar 4. Padina australis (Wild fact sheet, 2016)

Klasifikasi
Menurut Handayani et al (2014), Padina australis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophytaceae
Bangsa : Dictyotales
Suku : Dictyotaceae
Marga : Padina
Jenis : Padina australis

Deskripsi
 Ciri-ciri : Bentuk thallus seperti kipas membentuk segmen-segmen lebaran tipis,
tinggi thallus 10,2-10,4 cm. Berwarna coklat kekuningan karena mengandung pigmen
fikosantin. Memiliki garis konsentris ganda pada permukaan bawah berjumlah 2.
Perkapuran terjadi di bagian permukaan daun, memiliki holdfast rhizoid seperti
cakram yang biasa digunakan untuk menempel pada substratnya, dengan panjang 1,1-
2,1 cm. (Sinyo dan Somadayo, 2013)
 Habitat : Substrat berpasir dan karang mati.
5. Sargasum binderi

Gambar 3. Sargasum binderi (Talib et al, 2016)


Klasifikasi
Menurut Handayani et al (2014), Sargasum binderi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophytaceae
Bangsa : Fucales
Suku : Sargassaceae
Marga : Sargassum
Jenis : Sargasum binderi

Deskripsi
 Ciri-ciri : Bentuk thallus seperti kipas membentuk segmen-segmen lebaran tipis,
tinggi thallus 10,2-10,4 cm. Berwarna coklat kekuningan karena mengandung pigmen
fikosantin. Memiliki garis konsentris ganda pada permukaan bawah berjumlah 2.
Perkapuran terjadi di bagian permukaan daun, memiliki holdfast rhizoid seperti
cakram yang biasa digunakan untuk menempel pada substratnya, dengan panjang 1,1-
2,1 cm. (Sinyo dan Somadayo, 2013)
 Habitat : Substrat berpasir dan karang mati.
6. Turbinaria ornate

Gambar 6. Turbinaria ornate (Chen Y, 2017)

Klasifikasi
Menurut Handayani et al (2014), Turbinaria ornate dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophytaceae
Bangsa : Fucales
Suku : Sargassaceae
Marga : Turbinaria
Jenis : Turbinaria ornate

Deskripsi
 Ciri-ciri : Talus lurus dan keras, bagian bawah keras. Bentuk blade agak bulat,
umumnya seperti corong dan di kelilingi oleh duri yang tidak beraturan. Talus
berwarna coklat gelap dan bentuk holdfast rhizoid (Tampubolon et al.2013).
 Habitat : Substrat berpasir dan karang mati.
7. Euchema spinosum

Gambar 7. Euchema spinosum (Nababan, 2017)

Klasifikasi
Menurut Handayani et al (2014), Euchema spinosum dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Florideophytaceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Solieraceae
Marga : Euchema
Jenis : Euchema spinosum

Deskripsi
 Ciri-ciri : Thallus kasar, agak pipih dan bercabang teratur, yaitu bercabang dua atau
tiga, ujung-ujung percabangan ada yang runcing dan tumpul dengan permukaan
bergerigi, agak kasar dan berbintil-bintil. Tumbuh melekat kesubtrat dengan alat
perekat berupa cakram. Cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang
rimbun dengan ciri khusus mengarah kearah datangnya sinar matahari. Cabang
tersebut ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk (Aditia, 2011)
 Habitat : Tumbuh pada perairan yang jernih, dasar perairannya berpasir atau
berlumpur dan hidupnya menempel pada karang yang mati.
8. Condrus crispus

Gambar 8. Condrus crispus (Guiry, 1999)

Klasifikasi
Menurut Handayani et al (2014), Euchema spinosum dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Florideophytaceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Gigartinaceae
Marga : Condrus
Jenis : Condrus crispus

Deskripsi
 Ciri-ciri : Thallus cartilogenous, bewarna merah gelap sampai keunguan, memiliki
percabangan dikotomous tidak beraturan, bagian apeksnya tumpul, holdplast pendek
untuk menempel pada bebatuan (Handayani et al, 2014)
 Habitat : Perairan dangkal, substrat berbatu berpasir atau berlumpur
B. Lamun
Lamun atau “Seagraass” termasuk tanamanan tingkat tinggi (Phanerogamae),
yang mempunyai bagian tanaman seperti akar, rimpang, daun, bunga dan buah
(Hutomo et al, 2009). Lamun mempunyai bentuk tanaman yang sama seperti halnya
rumput daratan, namun yang membedakannya lamun hanya dapat hidup di daerah
pesisir dan lingkungan laut dangkal, karena sifatnya yang halofilitik. Pada perairan
Indonesia, terdapat keanekaragaman lamun berupa 13 species, yang terdiri atas 2
familia dan 7 genus (Hutomo et al, 2009). Berikut deskripsi dari beberapa species
lamun yang berada diperairan Indonesia :

1. Cymodocea rotundata

Gambar 9. Cymodocea rotundata (Short F, 2010)

Klasifikasi
Cymodocea rotundata dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Domain : Eukaryota
Divisio : Plantae
Phylum : Tracheophyta
Class : Spermatopsida
Order : Alismatales
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides
(Sumber : zipcodezoo.com)
Deskripsi
Ciri-ciri : Menurut Susetiono (2004) disebutkan bahwa tumbuhan tegak ini memiliki
daun sebanyak 2 sampai 5 helai dan rimpang kasar serta akar yang kuat. Helaian daun
berbentuk pita dengan panjang dapat mencapai 75 cm dan lebar 1,0 sampai 1,5 cm.
Rimpang ketebalannya mencapai 1 cm. Selain itu juga bunga. baik jantan dan betina
masing-masing berasal dari tanaman dengan benang sari yang berukuran besar.Bunga
betina memiliki tangkai pendukung yang panjang. Benang sari ketika dilepaskan dari
bunga jantan selalu mengapung dipermukaan air kemudian tersebar mengikuti arus
air laut dan selanjutnya tenggelam perlahan untuk membuahi bunga betina. Buah dari
tumbuhan ini berbentuk seperti telur dan mempunyai 12 biji.
Habitat : umumnya hidup di sedimen berpasir atau berlumpur dan daerah dengan
bioturbasi tinggi.

2. Thalassia hemprichii

Gambar 10. Thalassia hemprichii (Boisset F, 2011)

Klasifikasi
Thalassia hemprichii dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Domain : Eukaryota
Divisio : Plantae
Phylum : Tracheophyta
Class : Spermatopsida
Order : Alismatales
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Thalassia
Spesies : Thalassia hemprichii
(Sumber : Zipcodezoo.com)
Deskripsi
 Ciri-ciri : daun lurus sampai sedikit melengkung, tepi daun tidak menonjol dengan
panjang 10 sampai 20 cm dan lebar mencapai 1 cm, seludang daun tampak keras
dengan panjang berkisar 3 sampai 6 cm. rimpang keras, menjalar, ruas-ruas rimpang
mempunyai seludang (Susetiono 2004). Dalam Dahuri (2003) disebutkan bahwa
lamun jenis ini memiliki jumlah yang cukup berlimpah dan sering dominan pada
padang lamun campuran. Lebar kisaran vertikal intertidalnya mendekati 25 cm.
 Habitat : Pasir berlumpur yang berbeda atau pasir medium kasar atau pecahan koral
kasar.
Daftar Pustaka

Aditia L. 2014. Makalah Rumput Laut (Euchema spinosum). Universitas Nrgeri


Alauddin Makasar. Makasar.

Boisset F. 2011. http://www.algaebase.org. Diakses Tanggal 4 April 2018.

Chen Y. 2017. http://taibif.tw/zh/namecode/123341. Diakses Tanggal 3 April 2018.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu., 1996, Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu, Jakarta : Pradnya Paramita.

Fernandez C. 2009. Smithhsonian Tropical Reserch Institute.


http://biogeodb.stri.si.edu/bioinformatics/dfm/metas/view/31012. Diakses
Tanggal 1 April 2018.

Guiry MD. 1999. http://www.seaweed.ie/descriptions/chondrus_crispus.php. Diakses


Tanggal 3 April 2018.

Handayani S, Setia TM, Rahayu SE. 2014. Pengenalan Makroalga Indonesia. Dian
Rakyat.

Krisp H. 2011. Wikimedia commons. https://commons.wikimedia.org.Diakses


Tanggal 3 April 2018.

Laury D . 2010. M2- Sciences De l’Univers, Environnement, Ecologie Mention


Océanographie et Environnements Marins. Paris.

Nababan M. 2017. https://kargoku.id/budidaya-rumput-laut/rumput-laut-eucheuma-


spinosum-final. Diakses Tanggal 3 April 2018.

Nontji A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Sosetiono. 2004. Fauna Padang Lamun, Tanjung Merah Selat Lembah. Pusat
Penelitian Oseanografi-LIPI.
Sinyo Y, Somadayo N. 2013. Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga Di Perairan
Pantai Pulau Dofamuel Sidangoli Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten
Halmahera Barat. Jurnal Bioedukasi Vol 1 No 2.

Short F , Wayycot M. 2010. http://www.iucnredlist.org. Diakses Tanggal 4 April


2018.

Talib N, Ahmad RM, Ismail K, et al. 2016. Comparison Of Supercritical Fluid


Extraction And Ultrasound-Assisted Extraction Of Natural Dyes From A
Brown Seaweed. Scientific & Academic Publishing.

Tampubolon A, Gerung G S , Wagey B. 2013. Biodiversitas Alga Makro Di Lagun


Pulau Pasige,Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro. Jurnal Pesisir dan
Laut Tropis. Vol 2 No 1.

Wild fact sheet. 2016. http://www.wildsingapore.com. Diakses Tanggal 3 April 2018.

Anda mungkin juga menyukai