Anda di halaman 1dari 7

Bab 9

DEFLEKSI ELASTIS BALOK

Tinjauan Instruksional Khusus:


Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar defleksi (lendutan) pada
balok, memahami metode-metode penentuan defleksi dan dapat menerapkan salah satu
metode yaitu metode integrasi ganda dan metode fungsi singularitas dalam analisis dan
penentuan defleksi suatu balok.

SUB-POKOK BAHASAN: METODE INTEGRASI-GANDA

Pendahuluan
Di bab 8 telah dinyatakan bahwa beban lateral yang dikenakan pada balok tidak
hanya menyebabkan kenaikan tegangan tekuk dan tegangan geser internal pada batang,
tetapi juga menyebabkan batang mengalami defleksi pada arah tegaklurus sumbu
longitudinalnya. Tegangan-tegangan ini telah diuji di bab 8 dan akan didiskusikan lagi di
bab ini, khususnya untuk menjabarkan metode perhitungan defleksi.

Definisi defleksi pada balok


Deformasi pada balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi
balok dari posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan
netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan
dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva elastis dari balok. Gambar 9-1
memperlihatkan balok pada posisi awal sebelum terjadi deformasi dan Gb. 9-2 adalah
balok dalam konfigurasi terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi pembebanan.

P
x P
O
y
Gb. 9-1 Gb. 9-2

Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Dalam penerapan, kadang


kita harus menentukan defleksi pada setiap nilai x disepanjang balok. Hubungan ini dapat
ditulis dalam bentuk persamaan yang sering disebut persamaan defleksi kurva (atau
kurva elastis) dari balok.

Pentingnya defleksi balok


Disamping faktor tegangan, spesifikasi untuk rancangbangun balok sering

56
ditentukan oleh adanya defleksi. Konsekuensinya, disamping perhitungan tentang
tegangan-tegangan seperti dijelaskan dalam bab 8, perancang juga harus mampu
menentukan defleksi. Sebagai contoh, dalam banyak kode bangunan defleksi maksimum
yang diperkenankan dari suatu batang tidak boleh melebihi 1/300 panjang balok. Dengan
demikian, balok yang dirancang dengan baik tidak hanya mampu mendukung beban yang
akan diterimanya tetapi juga harus mampu mengatasi terjadinya defleksi sampai batas
tertentu.

Metode-metode penentuan defleksi balok


Banyak metode yang tersedia untuk menentukan defleksi balok. Metode-metode
yang umum digunakan antara lain adalah: (1) Metode integrasi-ganda, (2) Metode fungsi
singularitas dan (3) Metode energi elastis
Hanya metode pertama dan kedua yang akan diuraikan dalam bab ini. Perlu dicatat
bahwa kesemua metode tersebut hanya bisa diterapkan jika seluruh porsi balok bekerja
dalam rentang elastis.

Metode integrasi-ganda
Persamaan diferensial kurva defleksi balok tertekuk adalah
d2y
EI M (9.1)
dx 2
dimana x dan y adalah koordinat-koordinat seperti ditunjukkan pada Gb. 9.2. Disini, y
adalah defleksi balok. Persamaan ini akan dijabarkan dalam contoh 1. Dalam persamaan
ini E menyatakan modulus elastisitas balok dan I menyatakan momen inersia penampang
melintang balok terhadap sumbu netral yang melalui centroid penampang melintang. M
menyatakan momen tekuk pada jarak x dari salah satu ujung balok. Nilainya telah
didefinisikan di bab 6 sebagai jumlah aljabar momen-momen gaya luar terhadap salah
satu sisi bagian pada jarak x dari ujungbatang. Biasanya M akan mertupakan fungsi x dan
perlu mengintegrasikan persamaan (9.1) dua kali untuk memperoleh persamaan aljabar
yang menyatakan defleksi y sebagai fungsi x.
Persamaan (9.1) adalah persamaan diferensial dasar yang menentukan defleksi
elastis seluruh balok tanpa memandang tipe pembebanannya.

Prosedur integrasi
Metode integrasi-ganda untuk menghitung defleksi balok hanya berisi integrasi
persamaan (9.1). Integrasi pertama menghasilkan kemiringan (slope) dy/dx pada
sembarang titik pada balok dan integrasi kedua memberikan defleksi y pada setiap nilai x.
Momen tekuk M harus dinyatakan sebagai fungsi koordinat x sebelum persamaannya
bisa diintegralkan. Untuk kasus yang akan dipelajari disini integrasinya adalah sangat

57
sederhana.
Karena persamaan diferensial (9.1) merupakan order kedua, solusinya harus
mengandung dua konstanta integral. Kedua konstanta ini harus dievaluasi dari kondisi
yang diketahui terhadap slope maupun defleksi pada titik tertentu dalam balok. Misalnya,
pada kasus balok gantung (cantilever) konstanta-konstantanya dapat ditentukan dari
kondisi dimana tidak terjadi perubahan slope dan juga kondisi tanpa perubahan defleksi
pada, yaitu pada ujung balok.
Sering, dua atau lebih persamaan diperlukan untuk menjabarkan momen tekuk pada
berbagai daerah disepanjang balok. Ini telah ditegaskan di bab 6. Pada kasus demikian,
persamaan (9.1) harus ditulis untuk setiap daerah pada balok dan integrasi persamaan
menghasilkan dua konstanta integral untuk masing-masing daerah. Konstanta-konstanta
ini kemudian harus ditentukan sedemikian sehingga memenuhi untuk keseluruhan batas
kondisi untuk slope dan deformasinya (Lihat contoh 3).

Konvensi tanda
Konvensi tanda untuk momen tekuk yang telah digunakan di bab 6 akan
dipertahankan disini. Kuantitas E dan I yang muncul dalam persamaan (9.1) adalah
positip. Jadi, dari persamaan ini, jika M adalah positip untuk nilai x tertentu, maka d2y/dx2
juga positip. Berdasarkan konvensi tanda untuk momen tekuk diatas, maka penting untuk
diperhatikan bahwa koordinat x disepanjang balok adalah positip kekanan dan defleksi y
adalah positip naik. Dengan tanda aljabar ini integrasi persamaan (9.1) dapat dilakukan
untuk menghasilkan defleksi y sebagai fungsi x, dengan pengertian bahwa defleksi keatas
adalah positip dan defleksi kebawah adalah negatip.

Asumsi dan pembatasan


Pada penjabaran persamaan (9.1) diasumsikan bahwa defleksi yang disebabkan
oleh aksi gesekan adalah dapat diabaikan, dibandingkan dengan yang disebabkan oleh
aksi tekukan. Juga, diasumsikan bahwa defleksi yang terjadi adalah relatif kecil
dibandingkan dengan dimensi penampang melintang balok, dan seluruh porsi balok
beraksi dalam batas elastis.

Contoh 1.
Tentukan persamaan diferensial untuk kurva defleksi suatu balok yang dibebani dengan gaya
melintang.

Dari bab 8, kita mempunyai hubungan


EI
M 

Pada pernyataan ini, M adalah momen tekuk yang bekerja pada penampang melintang balok,
ρ jari-jari kurva terhadap permukaan netral balok, E modulus elastisitas, dan I momen
penampang melintang terhadap sumbu netral yang melalui centroid penampang. Biasanya

58
nilai E dan I adalah konstan disepanjang balok, tetapi M dan ρ merupakan fungsi x.
Persamaan diatas dapat kita tulis dalam bentuk
1 M

 EI
dimana ruas kiri mewakili kurva permukaan netral dari balok. Karena M bervariasi disepanjang
balok, kurva defleksi akan berupa kurva variabel.
Misalkan garis tebal pada gambar dibawah merupakan permukaan netral terdeformasi dari
balok. Awalnya sumbu balok adalah berimpit dengan sumbu x. Defleksi y adalah positip
kearah atas; sehingga untuk kurva pada gambar dibawah, seluruh defleksi adalah negatip.
ρ
y
x
O

Pernyataan untuk kurva pada sembarang titik disepanjang balok yang terdeformasi telah
tersedia dari kalkulus diferensial. Formula kurva adalah
1 d 2 y / dx 2


 1  (dy / dx) 2  3/ 2

Pada pernyataan ini, dy/dx mewakili kemiringan atau slope kurva pada sembarang titik; dan
untuk defleksi balok yang sangat kecil nilainya dan juga nilai kuadratnya sangat kecil sehingga
biasanya dapat diabaikan. Asumsi ini membuat pernyataan untuk kurva menjadi lebih
sederhana, yaitu
1 d2y

 dx 2
Dengan demikian untuk defleksi yang kecil persamaan kurva menjadi d2y/dx2=M/EI atau
d2y
EI M
dx 2
Ini merupakan persamaan diferensial untuk kurva defleksi dari balok yang dibebani gaya
melintang. Sesuai dengan penemunya, persamaan ini juga disebut persamaan Euler-
Bernouli untuk balok tekuk.

Contoh 2.
Tentukan defleksi pada sembarang titik pada balok gantung (cantilever) yang dikenai gaya tunggal
terkonsentrasi P, seperti gambar dibawah.
y L
P
x x

PL PL
P
Disini diogunakan sistem koordinat x-y, dimana sumbu-x berimpit dengan posisi balok
sebelum tertekuk. Balok tertekuk diperlihatkan dengan garis tebal. Pertama perlu ditentukan
rekasi-reaksi yang diterima oleh dinding pendukung, dan dari statika diperoleh gaya reaksi
vertikal P dan momen PL.
Momen tekuk pada sembarang penampang melintang pada jarak x dari dinding diberikan
dengan jumlah momen-momen kedua reaksi ini terhadap sumbu penampang. Terbukti bahwa
gaya keatas menghasilkan momen positip Px, dan kopel PL jika beraksi sendiri akan
menghasilkan kurva balok seperti gambar sebelah kanan. Berdasarkan konvensi tanda, ini
menunjukkan tekukan negatip. Dengan demikian momen tekuk M pada bagian x adalah
M   PL  Px
Persamaan diferensial untuk balok tertekuk adalah

59
d2y
EI M
dx 2
dimana E menunjukkan modulus elastisitas bahan dan I menunjukkan momen inersia
penampang melintang terhadap sumbu netral. Substitusi kedua persamaan diatas diperoleh
d2y
EI 2   PL  Px
dx
Integrasi pertama persamaan ini menghasilkan
dy Px 2
EI   PLx   C1
dx 2
yang juga berarti persamaan untuk slope, dimana C1 adalah konstanta integral. Konstanta ini
dapat dievaluasi dengan menggunakan kondisi dimana slope dy/dx dari balok pada dinding
adalah nol karena balok dijepit secara tetap disini. Dengan demikian (dy / dx) x  0  0 .
Persamaan hasil integrasi pertama adalah benar untuk semua nilai x dan y, dan jika kondisi x
= 0 disubstitusikan kita dapatkan 0 = 0 + 0 + C1 atau C1=0.
Integrasi kedua menghasilkan
x 2 Px 3
EIy   PL   C2
2 6
dimana C2 adalah konstanta kedua integrasi. Lagi, kondisi pada dinding pendukung akan
menentukan konstanta ini. Pada x=0, defleksi y adalah nol karena balok dijepit secara kaku.
Dengan mensubstitusikan (y)x=0=0 kedalam persamaan diatas, kita peroleh 0 = 0 + 0 + C2 atau
C2=0.
Dari kedua persamaan kita peroleh C1 = C2 = 0 memberikan slope dy/dx dan defleksi y pada
titik x. Defleksi adalah maksimum pada ujung kanan balok (x = L), dibawah pembebanan P.
 PL3
EIymax 
3
dimana nilai negatip menunjukkan bahwa pada titik ini kurva defleksi terletak dibawah sumbu-
x. Jika hanya diiunginkan besaran defleksi maksimum pada x = L, biasanya dinyatakan
dengan ∆max dan kita peroleh
PL3
 max 
3EI

Contoh 3.
Tentukan persamaan kurva defleksi untuk balok menggantung yang dibebani oleh dua gaya P
yang sama seperti diilustrasikan pada gambar dibawah.
y
P P
x

a L1 a
P P
L

Momen tekuk pada daerah batang gantung sebelah kiri adalah


M   Px untuk 0xa
dan persamaan diferensial untuk batang tekuk pada daerah tersebut adalah
d2y
EI   Px untuk 0xa (1)
dx 2
Integrasi pertama persamaan ini menghasilkan
dy x2
EI  P  C1 (2)
dx 2
Tidak ada yang bisa diketahui untuk slope dy/dx di daerah ini. Secara khusus, perlu

60
ditekankan bahwa tidak ada justifikasi untuk mengasumsikan bahwa slope pada sendi (x = a)
adalah nol. Kita mungkin menyatakan slope disini dengan notasi
 dy   a2 
EI     P    C1 (3)
 dx  x  a  2 
Integrasi selanjutnya menghasilkan
P  x3 
EIy      C1 x  C2 (4)
2 3 
Karena balok menggantung pada pendukung (sendi), maka diketahui bahwa defleksi y adalah
nol. Dengan demikian (y)x=a=0. Dengan mesubstitusikan y = 0 ketika x = a di (4), kita peroleh
Pa 3
0  C1a  C2 (5)
6
Momen tekuk pada daerah tengah balok diantara pendukung (sendi dan engsel) adalah M =
-Pa dan persamaan diferensialnya adalah
d2y 0  x  ( L  a)
EI   Pa untuk (6)
dx 2
Integrasi persamaan diatas menghasilkan
dy
EI   Pax  C3 (7)
dx
Karena pembebanan adalah simetris dapat dibuktikan bahwa slope dy/dx harus nol pada
bagian tengan balok. Jadi (dy/dx)x=L/2=0. Substitusi nilai ini ke persamaan (7) kita peroleh
 L PaL
0   Pa   C3 atau C3 
2 2
(8)
Juga dari persamaan (7) dapat dikatakan bahwa slope balok pada pendukung sebelah kiri, x
= a, dapat diberikan dengan substitusi x = a kedalam persamaan ini, dan menghasilkan
 dy  PaL
EI     Pa 2  (9)
 dx xa 2
Tetapi slope dy/dx yang diberikan dari pernyataan ini harus sama dengan yang diberikan oleh
persamaan (3), karena tekukan batang pada titik ini harus mempunyai slope yang sama, tidak
pandang persamaan mana yang digunakan.
Dengan cara yang sama, untuk ruas kanan (persamaan (3) dan (9)) kita peroleh
Pa 2 PaL
  C1   Pa 2  (10)
2 2
Pa 2 PaL
atau C1    (11)
2 2
Substitusi nilai C1 kedalam pers. (5) kita peroleh
Pa 3 Pa 3 Pa 2 L
0    C2 (12)
6 2 2
2 Pa 3 Pa 2 L
atau C2  
3 2
Integrasi selanjutnya dari persamaan (7) menghasilkan
x 2 PaL
EIy   Pa  ( x )  C4 (13)
2 2
Lagi, defleksi y pada pendukung sebelah kiri, x = a, adalah nol. Meskipun kondisi yang sama
telah digunakan untuk memperoleh persamaan (5) pada saat ini kondisi ini akan digunakan
untuk menentukan konstanta C4 dalam persamaan (13). Dengan substitusi nilai (y) x=a=0
kedalam persamaan (13), kita peroleh
Pa 3 Pa 2 L Pa3 Pa 2 L
0   C4 atau C4   (14)
2 2 2 2
Selanjutnya diperlukan untuk memanfaatkan empat kondisi berkaitan dengan slope dan

61
defleksi guna menentukan keempat konstanta tersebut. Kondisi-kondisi tersebut adalah
(a) Jika x = a, y = 0 untuk porsi balok menggantung
(b) Jika x = a, y = 0 untuk porsi tengah (central) balok
(c) Jika x = L/2, dy/dx = 0 untuk porsi tengah balok
(d) Jika x = a, slope dy/dx adalah sama untuk kurva defleksi pada sebelah sisi pendukung.

Akhirnya, persamaan balok tekuk dapat ditulis dalam bentuk


Px 3 Pa 2 x PaLx 2 Pa 3 Pa 2 L
EIy       untuk 0xa
6 2 2 3 2
(15)
Pax 2 PaLx Pa 3 Pa 3 L
EIy      untuk 0  x  ( L  a) (16)
2 2 2 2

Karena pembebanannya simetris maka tidak perlu untuk menulis persamaan untuk balok
terdeformasi pada bagian sebelah kanan.

62

Anda mungkin juga menyukai