Kelainan Pada Foto-Thorax
Kelainan Pada Foto-Thorax
i
BAB I
PENDAHULUAN
Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi
radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi
thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi
terionisasi dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang digunakan pada orang dewasa
untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv.
Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan
dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax
termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal
jantung kongestif sering terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan untuk
skrining penyakit paru yang terkait dengan pekerjaan di industri-industri seperti
pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh debu.
Secara umum kegunaan foto thorax/ CXR adalah:
- Untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)
- Untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, hematothorax)
- Untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)
- Untuk memeriksa keadaan jantung
- Untuk memeriksa keadaan paru
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
4. Tomography
Istilah lainnya adalah Plannigrafi, Laminagrafi, atau Stratigrafi.
Pemeriksaan lapis demi lapis dari rongga dada, biasanya untuk evaluasi
adanya tumor atau atelektase yang bersifat padat.
3
7. Angiocardiography
Adalah pemeriksaan untuk melihat ruang-ruang jantung dan
pembuluh darah besar dengan sinar rontgen (fluoroskopi atau
rontgenografi), dengan menggunakan suatu bahan kontras radioopaque,
misalnya Hypaque 50% dimasukkan dalam salah satu ruang jantung
melalui kateter secara intravena.
Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan supaya
scapula tidak menutupi parenkim paru.
4
2. Posisi AP (Antero Posterior)
Dilakukan pada anak-anak atau pada pasien yang tidak koorperatif. Film
diletakkan dibawah punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru.
Jantung juga terlihat lebih besar daripada posisi PA.
5
Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyektil
lateral kiri kecuali semua tanda dan gejala klinis terdapat di sebelah kanan, maka
dibuat proyeksi lateral kanan, berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga
dibuat dalam posisi berdiri
Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu, yaitu bila klinis diduga ada cairan
bebas dalam cavum pleura, tetapi tidak terlihat pada posisi PA atau lateral.
Penderita terbaring pada satu sisi (kanan atau kiri). Film diletakkan di punggung
penderita dan diberikan sinar dari depan arah horizontal.
Foto ini dibuat pada foto PA bila menunjukkan kemungkinan adanya kelainan
pada daerah kedua apex paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya hanya dibuat
setelah foto rutin diperiksa dan bila ada kesulitan menginterpretasikan suatu lesi di
apex.
6
6. Foto Oblique Iga
7. Posisi ekspirasi
Adalah foto thorax PA atau AP yang diambil pada saat penderita dalam
ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan adanya
pneumothorax yang diduga secara klinis atau suatu benda asing yang terinhalasi.
7
2.4. Kriteria Kelayakan Foto
Foto thorax harus memenuhi beberapa criteria tertentu sebelum dinyatakan
layak baca. Di antara lain :
1. Faktor Kondisi
Yaitu faktor yang menentukan kualitas sinar-X selama di kamar rontgen
(tempat expose). Faktor kondisi meliputi hal-hal berikut yang biasa dinyatakan
dengan menyebut satuannya.
Waktu / lama exposure milliseconds (ms)
Arus listrik tabung mili Ampere (mA)
Tegangan tabung kilovolt (kV)
Ketiga hal di atas akan menentukan kondisi foto apakah
Cukup / normal
Kurang bila foto thorax terlihat putih (samar-samar)
Lebih bila foto thorax terlihat sangat hitam
Dalam membuat foto thorax ada dua kondisi yang dapat sengaja dibuat,
tergantung bagian mana yang ingin diperiksa yaitu :
a. Kondisi pulmo (kondisi cukup) foto dengan kV rendah
Inilah kondisi standard pada foto thorax, sehingga gambaran parenkim dan
corakan paru dapat terlihat. Cara mengetahui apakah suatu foto rontgen pulmo
kondisinya cukup atau tidak :
Melihat lusensi udara (hitam) yang terdapat di luar tubuh
Memperhatikan vertebrae thorakalis :
- Pada proyeksi PA kondisi cukup : tampak VTh I-IV
- Pada proyeksi PA kondisi kurang : hanya tampak VTh I
b. Kondisi kosta (kondisi keras / tulang) foto dengan kV tinggi
Cara mengetahui apakah suatu pulmo kondisinya keras atau tidak :
Pada foto kondisi keras, infiltrate pada paru tidak terlihat lagi. Cara
mengetahuinya adalah dengan membandingkan densitas paru dengan
jaringan lunak. Pada kondisi keras densitas keduanya tampak sama.
Memperhatikan vertebra thorakalis
- Proyeksi PA kondisi keras : tampak VTh V-VI
8
- Proyeksi PA kondisi tulang : yang tampak VTh I-XII selain itu densitas
jaringan lunak dan kosta terlihat mirip
2. Inspirasi Cukup
Foto thorax harus dibuat dalam keadaan inspirasi cukup. Cara
mengetahuinya adalah :
a. Foto dengan inspirasi cukup :
Diafragma setinggi VTh X (dalam keadaan expirasi diafragma setinggi
VTh VII-VIII)
Kosta VI anterior memotong dome diafragma
b. Foto dengan inpirasi kurang :
Ukuran jantung dan mediastinum meningkat sehingga dapat
menyebabkan salah interpretasi
Corakan bronkovesikuler meningkat sehingga dapat terjadi salah
interpretasi
3. Posisi Sesuai
Seperti telah diterangkan di atas, posisi standard paling banyak dipakai
adalah PA dan lateral. Foto thorax biasanya diambil dalam posisi erect.
Cara membedakan foto thorax posisi AP dan PA adalah :
Pada foto AP scapula terletak dalam bayangan thorax sementara pada
foto PA scapula terletak di luar bayangan thorax
Pada foto AP clavicula terlihat lebih tegak dibandingkan foto PA
Pada foto PA jantung biasanya terlihat lebih jelas
Pada foto AP gambaran vertebrae biasanya terlihat lebih jelas
Untuk foto PA label terletak sebelah kiri foto sementara pada foto AP
label terletak di sebelah kanan foto
9
Cara membedakan foto posisi erect dengan supine :
Erect
Di bawah hemidiafragma sinistra terdapat gambaran udara dalam fundus
gaster akibat aerofagia. Udara ini samar-samar karena bercampur dengan
makanan. Jarak antara udara gaster dengan permukaan diafragma adalah 1
cm atau kurang. Udara di fundus gaster ini disebut Magenblase.
Terdapat gas di flexura lienalis akibat bakteri komensal yang hidup di
tempat itu. Warna lebih gelap.
Supine
Udara magenblase bergerak ke bawah (corpus gaster) sehingga jarak udara
magenblase dengan diafragma kurang lebih 3 cm. Jadi pada posisi supine
udara magenblase jarang terlihat.
4. Simetris
Jarak antara sendi sternoklavikularis dekstra dan sinistra terhadap garis
median adalah sama. Jika jarak antara foto kanan dan kiri berbeda maka foto
tidak simetris.
10
edema paru atau konsolidasi. Foto yang hitam karena “underexposed” bisa
memberikan kesan emfisema.
Cek apakah tulang-tulang (iga, clavicula, scapula, dll) normal.
Cek jaringan lunak yaitu kulit , subcutan fat, musculi seperti pectoralis
mayor, trapezius, dan sternocleidomastoideus. Pada wanita terlihat mamae
serta nipple.
Cek apakah posisi diafragma normal : diafragma kanan biasanya 2,5 cm
lebih tinggi dibanding kiri. Normalnya pertengahan costae VI depan
memotong pada pertengahan hemidiafragma kanan.
Cek sinus costophrenicus baik pada foto PA maupun lateral.
Cek mediastinum superior apakah melebar, ataukah ada massa abnormal,
dan carilah trakea.
Cek adakah kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar. Lebar jantung
pada orang dewasa (posisi berdiri) harus kurang dari separuh lebar dada.
Atau dapat ditentukan melalui CTR (Cardio Thoracalis Ratio).
Cek hilus dan bronkovaskular pattern. Hilus adalah bagian tengah pada paru
dimana tempat masuknya pembuluh darah, bronkus, syaraf dan pembuluh
limfe. Hilus kiri normal lebih tinggi daripada hilus kanan.
11
- Diafragma letak tinggi,
- Corakan meningkat pada kedua lobus bawah,
- diameter jantung bertambah.
12
- Apex cordis terangkat lepas dari diafragma pada pembesaran ventrikel
kanan
4. Pada Pulmo :
a. Oedema Paru
13
b. Pemadatan Paru, Misalnya Tbc Paru, Pneumonia
TB Paru
Pneumonia
14
c. Kolaps Paru / Atelektasis
15
d. Massa paru, misal : abses paru, kista hydatid
- Ditemukan lesi uang logam (coin lesion) / nodulus
- Terdapat bayangan sferis
16
f. Bayangan garis
- Biasanya tidak lebih tebal dari garis pensil, yang terpenting adalah garis
septal, dapat terlihat pada limfangitis Ca.
g. Sarkoidosis
- Terlihat limfadenopati hilus dan paratrachealis
- Bayangan retikulonodularis pada paru.
17
h. Fibrosis paru
- Bayangan kabur pada basis paru yang menyebabkan kurang jelasnya
garis bentuk pembuluh darah,kemudian terlihat nodulus berbatas tak jelas
dengan garis penghubung.
- Volume paru menurun, sering jelas, dan translusensi sirkular terlihat
memberikan pola yang dikenal sebagai “paru sarang tawon”, kemudian
jantung dan arteria pulmonalis membesar karena semakin parahnya
hipertensi pulmonalis.
i. Neoplasma
18
5. Pada Pleura :
a. Efusi Pleura
b. Fibrosis Pleura
- Penampilannya serupa dengan cairan pleura, tetapi selalu lebih kecil
daripada bayangan asli. Sudut costophrenicus tetap terobliterasi.
19
c. Kalsifikasi Pleura
- Plak kalsium tak teratur, dapat terlihat dengan atau tanpa disertai penebalan
pleura
d. Pneumothorax
- Garis pleura yang membentuk tepi paru yang terpisah dari dinding dada,
mediastinum, atau diafragma oleh udara
- Tidak ada bayangan pembuluh darah di luar garis ini
e. Hematothorax
20
50% diperlukan untuk membedakan hematotoraks dari efusi pleura
berdarah, sebagian besar tidak setuju pada setiap perbedaan yang spesifik.
Biasanya akibat dari trauma tumpul atau penetrasi. Lebih jarang, mungkin
merupakan komplikasi dari penyakit, dapat induksi iatrogenik, atau
mungkin berkembang secara spontan.
21
BAB III
KESIMPULAN
1. Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi
radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang
mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya.
2. Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :
- untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)
- untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)
- untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)
- untuk memeriksa keadaan jantung
- untuk memeriksa keadaan paru-paru
3. Macam-Macam Pemeriksaan: Fluoroscopy Thorax, Rontgenography,
Tomography, Computerized Tomography (Ct-Scan), Bronchography,
Arteriography, Angiocardiography
4. Indikasi Pemeriksaan Foto Thorax: Infeksi traktus respirasi bawah (TBC
Paru, Bronkitis, Pneumonia), Batuk kronis / berdarah, Trauma dada, Tumor,
Nyeri dada, Metastase neoplasma, Penyakit paru kerja, Aspirasi benda
asing, Persiapan pasien pre-operasi, Pemeriksaan berkala (follow up) yang
objektif.
5. Pemilihan Proyeksi Pada Posisi Foto Thorax: Posisi PA (Postero
Anterior)AP (Antero Posterior), lateral dextra & sinistra, lateral decubitus,
apical (lordotik), Foto Oblique Iga, ekspirasi.
6. Kriteria Kelayakan Foto : Faktor Kondisi, Inspirasi Cukup, Posisi Sesuai,
Simetris, Foto thorax tidak boleh terpotong.
7. Interpretasi Foto Thorax
Cek apakah sentrasi foto sudah benar dan foto dibuat saat penderita
inspirasi penuh
22
Cek apakah eksposure sudah benar (bila sudah diperoleh densitas yang
benar
Cek apakah tulang-tulang (iga, clavicula, scapula, dll) normal
Cek jaringan lunak yaitu kulit , subcutan fat, musculi
Cek apakah posisi diafragma normal
Cek sinus costophrenicus baik pada foto PA maupun lateral
Cek mediastinum superior apakah melebar, ataukah ada massa
abnormal, dan carilah trakea
Cek adakah kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar
Cek hilus dan bronkovaskular pattern
8. Syarat Foto Thorax Normal: Posisi penderita simetris, kondisi sinar x
sesuai, Film meliputi seluruh kavum thorax, mulai dari puncak cavum
thorax sampai sinus phrenicocostalis kanan dan kiri dapat terlihat pada film
tersebut.
9. Kelainan Foto Thorax: Kesalahan teknis saat pengambilan foto sehingga
mirip suatu penyakit, Pada jantung : Cardiomegali, Pada mediastinum :
Massa Mediastinum. Pada pulmo :Oedema paru, Pemadatan paru, misalnya
TBC Paru, Pneumonia, Kolaps Paru / Atelektasis, Massa paru, Bayangan
kecil tersebar luas, Bayangan garis, Sarkoidosis, Fibrosis paru, Neoplasma.
Pada pleura : Efusi pleura, Fibrosis Pleura, Kalsifikasi Pleura,
Pneumothorax, Hematothorax. Pada Diafragma: Paralisis Diafragma,
Eventrasi Diafragma
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjahriar, Rasad . 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
2. Rusdi Gazali,Malueka.2008. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Pustaka
Cendekia Press
3. Amstrong Peter, L.Wastie Martin. 1989. Pembuatan Gambar Diagnostik.
Jakarta : EGC.
4. Palmer et al. 1995. Petunjuk Membaca Foto untuk Dokter Umum. Jakarta:EGC
24