Anda di halaman 1dari 14

NAMA : ALFIN VANDENI

NIM : 21030116120031
KELAS : B

Golongan transisi dan ikatan


koordinasinya
Unsur-unsur dalam tabel periodik sering dibagi menjadi empat kategori: (1) unsur kelompok
utama, (2) logam transisi, (3) lantanida, dan (4) aktinida. Unsur-unsur kelompok utama termasuk
logam yang aktif dalam dua kolom di sebelah kiri ekstrim dari tabel periodik dan logam, semimetals,
dan nonmetals dalam enam kolom di paling kanan. Logam transisi adalah unsur logam yang
berfungsi sebagai jembatan, atau transisi, antara kedua sisi tabel. Lantanida dan aktinida di bagian
bawah tabel kadang-kadang dikenal sebagai logam transisi dalam karena mereka memiliki nomor
atom yang jatuh di antara unsur-unsur pertama dan kedua dalam dua baris terakhir dari logam
transisi.

Tabel periodik unsur kimia

H He
Li Be B C N O F Ne
Na Mg Al Si P S Cl Ar
K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr
Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe
Cs Ba La Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er Tm Yb Lu Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb Bi Po At Rn
Fr Ra Ac Th Pa U Np Pu Am Cm Bk Cf Es Fm Md No Lr Rf Db Sg Bh Hs Mt Ds Rg Cn Uut Fl Uup Lv Uus Uuo

Logam
Alkali Logam Nonlogam Belum diketahui
Alkali Lantanida Aktinida Pasca- Metaloid Halogen Gas mulia
tanah transisi lainnya sifat kimianya
Transisi

Logam transisi

Logam (metal) berasal dari bahasa Yunani yaitu metallon. Logam adalah zat yang dapat
menghantarkan listrik dan panas dengan baik, sifatnya kuat dan tidak rapuh , fasa nya berupa zat
padat, mempunyai titik didih dan titik leleh yang sangat tinggi. Logam biasanya membentuk ikatan
logam, dan logam cenderung membentuk ion (sebagai kation). Semua unsur transisi adalah logam.
Logam transisi adalah kelompok unsur unsur kimia yang letaknya dalam tabel periodik berada pada
golongan III sampai XII (IB sampai VIIIB pada sistem lama). Golongan dalam ini terdiri dari 38 unsur
kimia. Semua logam transisi termasut ke dalam unsur blok-d yang berarti bahwa elektronnya terisi
sampai orbit d. IUPAC mendefinisikan logam transisi sebagai "sebuah unsur yang mempunyai
subkulit d yang tidak terisi penuh atau dapat membentuk kation dengan subkulit d yang tidak terisi
penuh". Sebagian besar ilmuwan mendefinisikan "logam transisi" sebagai semua elemen yang
berada pada blok-''d'' pada tabel periodik (semuanya adalah logam) yang memasukkan golongan 3
hingga 12 pada tabel periodik. Dalam kenyataan, barisan blok-f lantanida dan aktinida juga sering
dianggap sebagai logam transisi dan disebut "logam transisi dalam".
Konfigurasi elektron

Nah itu tuh sistem periodik, kaya yang digambar diatas. Sekarang kita ke golongan, golongan
pada sistem periodik itu vertikalnya. jadinya satu kolom vertikal itu satu golongan, contohnya kaya
H, Li, Na, K, Rb, Cs, Fr mereka semua satu golongan. Setiap golongan memiliki sifat-sifat umum
tersendiri. Misalnya Golongan IA itu lebih reaktif dengan air dibanding dengan golongan IIA.
Penentuan golongan tidak sembarangan tentunya. Aturannya ada pada konfigurasi elektron.
Elektron kulit terluar pada suatu atom menentukan golongan atom unsur tersebut. Sedikit review
ciri-ciri pola dari konfigurasi elektron dengan golongannya :

ns1 : Golongan IA ns2 n-1d1 : Golongan IIIB


ns2 : Golongan IIA ns2 n-1d2 : Golongan IVB
ns2 np1 : Golongan IIIA ns2 n-1d3 : Golongan VB
ns2 np2 : Golongan IVA ns2 n-1d4 : Golongan VIB
ns2 np3 : Golongan VA ns2 n-1d5 : Golongan VIIB
ns2 np4 : Golongan VIA ns2 n-1d6 : Golongan VIIIB
ns2 np5 : Golongan VIIA ns2 n-1d7 : Golongan VIIIB
ns2 np6 : Golongan VIIIA ns2 n-1d8 : Golongan VIIIB
ns2 n-1d9 : Golongan IB
ns2 n-1d10 : Golongan IIB

Periode, periode itu kalau di sistem periodik yang horizontalnya jadi kiri ke kanan itu
periode. Kalau di golongan kita pake konfigurasin elektron buat nentuinnya, kalau di sini kita
pakenya jumlah kulit. Jadi jumlah kulit pada suatu konfigurasi elektron menenjukkan periode unsur
tersebut. Lihat pola konfigurasi diatas, ‘n’ nya itu periode.

Gambar konfigurasi elektron unsur perioda ke 4


Sifat-sifat unsure transisi

Sifat sifat umum :


1. Sifat Logam
Semua unsur transisi adalah logam, yang bersifat lunak, mengkilap,dan penghantar listrik
dan panas yang baik. Hal ini disebabkan karena unsur transisi hanya mengandung 1 atau 2 elektron
pada kulit terluar.
2. Bilangan Oksidasi
Tidak seperti golongan IA dan IIA yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +1 dan +2, unsur-
unsur logam transisi mempunyai bilangan oksidasi yang lebih sejenis.Hal ini disebabkan karena
beberapa atau semua elektron pada orbital d dapat digunakan bersama-sama dengan elektron
valensi( elektron pada orbital s) dalam membentuk senyawa
3.Sifat Kemagnetan
Setiap unsur transisi mempunyai sifat magnetik:
 paramagnetik,di mana atom, molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan magnet
karena ada elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya
contoh: Logam Sc, Ti, V, Cr, dan Mn
 diamagnetik, di mana atom, molekul, atau ion dapat ditolak oleh medan magnet karena
seluruh elektron pada orbitnya berpasangan.
contoh Cu dan Zn.
 feromagnetik, yaitu kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya saja dalam keadaan
padat contoh Fe, Co, dan Ni

4. Ion kompleks
Ion kompleks merupakan ion yang tersusun dari ion pusat (atom pusat) yang dikelilingi oleh
molekul atau ion (disebut ligan). Antara ion pusat dengan ligan terjadi ikatan koordinasi. Jumlah
ikatan koordinasi yang terjadi antara ion pusat dengan ligan disebut bilangan koordinasi.

5.Ion Berwarna
Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan
timbulnya warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi karena elektron dapat bergerak ke
tingkat yang lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar tampak. Pada golongan transisi, subkulit 3d
yang belum terisi penuh menyebabkan elektron pada subkulit itu menyerap energi cahaya, sehingga
elektronnya tereksitasi dan memancarkan energi cahaya dengan warna yang sesuai dengan warna
cahaya yang dapat dipantulkan pada saat kembali ke keadaan dasar.

Beberapa sifat umum unsur transisi : Dari tabel sifat keperiodikan di atas, kita dapat simpulkan
beberapa sifat atomik dan sifat fisis dari logam transisi :

1. jari jari atom


Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin bertambahnya
elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya, Sehingga jarak elektron pada
kulit terluar ke inti semakin kecil.

2. energi ionisasi
Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit fluktuatif,
namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat dari Sc ke Zn. Kalau kita perhatikan, ada
sesuatu hal yang unik terjadi pada pengisian elektron pada logam transisi. Setelah pengisian elektron
pada subkulit 3s dan 3p, pengisian dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d, sehingga kalium dan
kalsium terlebih dahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak pada grafik energi ionisasinya yang
fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi antar atom yang berurutan tidak terlalu besar. Karena ketika
logam menjadi ion, maka elektron pada kulit 4s lah yang terlebih dahulu terionisasi.

Logam transisi dalam

Unsur-unsur pada deret Lantanida dan Aktinida memiliki elektron valensi (n-2)fx (n-1)d10
ns2 dan dikenal dengan unsur blok f. Blok f: unsur blok f ini disebut juga unsur transisi dalam,
semuanya terletak pada golongan IIIB, periode 6 dan 7. Unsur-unsur ini ditempatkan terpisah dalam
tabel periodik untuk menunjukkan bahwa keperiodikan struktur elektroniknya berbeda dengan
umumnya unsur lain.

Lantanida.
Lantanida adalah kelompok unsur kimia yang terdiri dari 15 unsur, mulai lantanum (La)
sampai lutetium (Lu) pada tabel periodik, dengan nomor atom 57 sampai 71. Semua lantanida,
kecuali lutetium, adalah unsur blok-f yang berarti bahwa elektronnya terisi sampai orbit 4f.
Golongan ini diberi nama berdasarkan lantanum. Secara kimiawi, jari-jari atom unsur-unsur
lantanida dari no 57sampai dengan 71 mengalami penurunan, artinya seiring penambahan nomor
jari-jari atomnya semakin memendek. penurunan jari-ajari atom menjadikan dirinya lebih rapat,
padat dan titik leburnya tinggi.
Aktinida.
Aktinida adalah kelompok unsur kimia yang mencakup 15 unsur antara aktinium dan
lawrensium pada tabel periodik, dengan nomor atom antara 89 sampai dengan 103. Seri ini
dinamakan menurut unsur aktinium. Semua aktinida, kecuali lawrensium merupakan unsur blok-f.
Unsur-unsur kelompok aktinida adalah radioaktif, dengan hanya aktinium, torium, dan uranium yang
secara alami ditemukan di kulit bumi.Walaupun aktinoid mirip dengan lantanoid dalam pengisian
elektron 5fnya, sifat kimianya tidak seragam dan masing-masing mempunyai sifat yang unik..

Contoh Logam transisi

Mangan (Mn)
Mangan merupakan logam putih kemerahan atau putih kehijauan, keras (lebih keras dari
besi), sangat mengkilap, dan sangat reaktif banyak digunakan untuk panduan logam dan membentuk
baja keras yang digunakan untuk mata bor pada pemboran batuan.

Khromium (Cr)
Sumber Bijih utama khrom adalah khromit. Logam ini biasanya dihasilkan dengan mereduksi
khrom oksida dengan aluminum. Kegunaan Khrom digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan
baja tahan karat dan membentuk banyak alloy (logam campuran) yang berguna. Kebanyakan
digunakan dalam proses pelapisan logam untuk menghasilkan permukaan logam yang keras dan
indah dan juga dapat mencegah korosi. Khrom memberikan warna hijau emerald pada kaca. Khrom
juga luas digunakan sebagai katalis.

Ikatan kovalen koordinasi logam transisi

Ikatan kovalen terbentuk melalui dua atom yang saling membagikan (sharing)
pasanganelektron. Atom berikatan satu sama lain karena pasangan elektron ditarik oleh kedua
intiatom. Pada pembentukan ikatan kovalen yang sederhana, tiap atom mensuplai satu elektron
padaikatan – tetapi hal itu tidak terjadi pada kasus disini. Ikatan koordiansi (biasa juga
disebutdengan ikatan kovalen dativ) adalah ikatan kovalen (penggunaan bersama pasangan
elektron)yang mana kedua elektron berasal dari satu atom. Untuk memudahkan halaman ini, kita
akan menggunakan istilah ikatan koordinasi .
Senyawa Koordinasi adalah senyawa yang terbentuk dari ion sederhana (kation maupun
anion) serta ion kompleks. Unsur transisi periode keempat dapat membentuk berbagai jenis ion
kompleks. Ion kompleks terdiri dari kation logam transisi dan ligan. Ligan adalah molekul atau ion
yang terikat pada kation logam transisi. Interaksi antara kation logam transisi dengan ligan
merupakan reaksi asam-basa Lewis. Menurut Lewis, ligan merupakan basa Lewis yang berperan
sebagai spesi pendonor (donator) elektron. Sementara itu,kation logam transisi merupakan asam
Lewis yang berperan sebagai spesi penerima (akseptor) elektron. Dengan demikian, terjadi
ikatankovalen koordinasi (datif) antara ligan dengan kation logam transisipada proses pembentukan
ion kompleks. Kation logam transisikekurangan elektron, sedangkan ligan memiliki sekurangnya
sepasang elektron bebas (PEB). Beberapa contoh molekul yang dapat berperan sebagai ligan adalah
H2O, NH3, CO, dan ion Cl-.Berdasarkan jumlah atom donor yang memiliki pasangan elektron bebas
(PEB) pada ligan, ligan dapat dibedakan menjadi monodentat,bidentat, dan polidentat.

Contoh sederhana ikatan kovalen koordinasi

Tatanama senyawa komplek

1. Urutan ion : kation disebut lebih dulu sebelum anion


2. Dalam hal kompleks nonionik, ditulis dalam satu kata
3. Nama ligan :
Ligan netral → sesuai dengan namanya, kecuali : H2O (akuo), NH3 (ammin), NO
(nitrosil), CO (karbonil).
Ligan anion → berakhiran –o
Ligan kation → berakhiran –iu
4 Urutan penyebutan ligan : berdasarkan abjad
5 Awalan yang menyatakan banyaknya ligan
Ligan sederhana : di (2), tri (3), tetra (4), penta (5), heksa (6)
Ligan yang namanya telah mengandung kata ’di’, ’tri’, dst : bis (2), tris (3), tetrakis
(4),pentakis (5), heksakis (6).
6 Akhiran : kompleks anion → berakhiran at

kompleks kation dan netral → tak berakhiran


1. Bilangan oksidasi ion pusat ditulis dengan nama angka romawi diantara
tanda kurung
2. Ligan berjembatan
contoh ion kompleks berupa kation :

[Co(NH3)6]Cl3 heksaaminkobalt (III) klorida


[Pt(NH3)4Cl2]2+ ion tetraamindikloroplatina (IV)
[Co(NH3)6]Cl3 heksaaminkobalt (III) klorida

Contoh ion kompleks yang netral :

[Pt(NH3)2Cl4] Diamintetrakloroplatina (IV)


[Co(NH3)3(NO2)3] Triamintrinitrokobalt (III)
[Ni(H2NCH2CH2NH2)2Cl2] diklorobis(etilendiamin)nikel (II)

Contoh ion kompleks berupa anion :

K3[Co(NO2)6] kalium heksanitrokobaltat(III)


[PtCl6]2– ion heksakloroplatinat(IV)
Na2[SnCl6] natrium heksaklorostanat(IV)

Ligan

Ligan merupakan basa Lewis yang memiliki pasangan elektron bebas misalnya ligan NH3, H2O dan Cl-
atau memiliki pasangan elektron π misalnya ligan C2H2 (asetilena), C2H4 (etilena) dan C6H6 (benzena).
Suatu ligan dapat memiliki elektron yang tidak berpasangan disamping pasangan elektron π.
Misalnya ligan C5H5 (siklopentadiena), C3H5 (alil) dan NO (nitrosil).

Di dalam ligan terdapat atom donor yaitu atom yang memiliki pasangan elektron bebas atau
atom yang terikat melalui ikatan π. Melalui atom donor tersebut suatu ligan melakukan ikatan
kovalen koordinasi dengan atom pusat yang ada. Berdasarkan jumlah atom donor yang dimilikinya
ligan dapat dikelompokkan sebagai ligan monodentat, bidentat, tridentat, dan seterusnya. Beberapa
contoh ligan di berikan dibawah ini:
Singkatan atau
Nama Senyawa Nama Ligan
Rumus Kimia
Asetonitril asetonitril MeCN
Etilenadiamena etilenadiamena en
Piridina piridina py
2,2’-bipiridina 2,2’-bipiridina bpy
1,10-fenantrolina 1,10-fenantrolina phen
Trifenilfosfina trifenilfosfina PPh3
Trifenilarsina trifenilarsina AsPh3
Trifenilstibina trifenilstibina SbPh3
Trisikloheksilfosfina trisikloheksilfosfina Pcy3
Ammonia amina NH3
Hydrogen sulfide sulfan H2S
Hydrogen telurida telan H2Te
Karbon monoksida karbonil CO

Ligan ambidentat

Beberapa jenis ligan memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas yang bisa digunakan
dalam pembentukan ikatan, sehingga dapat terikat pada logam melalui atom yang berbeda. Ligan
semacam ini disebut sebagai ligan ambidentat. Contoh : v NO2- : nitro ONO- : nitrito Ligan nitro
berikatan dengan logam melalui pasangan elektron bebas pada atom N. Adapun ligan nitrito
berikatan dengan logam melalui psangan elektron bebas yang dimiliki oleh atom O v SCN- :
tiosianato NCS- : isotiosiano Tiosianat terikat pada logam melalui atom S. Sedangkan isotiosianta
membentuk ikatan dengan logam melalui pasangan elektron bebas yang dimiliki oleh atom N Atom
pada ligan yang berikatan dengan logam dapat pula ditunjukkan dengan menuliskannya dalam huruf
kapital Contoh : v [Co(NH3)5(NO2)]Cl2 (kuning-kecoklatan) Pentaamminnitrokobalt(III) klorida
pentaamminnitrito-N-kobalt(III) klorida v [Co(NH3)5(ONO)]Cl2 (merah) Pentaamminnitritokobalt(III)
klorida Pentaamminnitrito-O-kobalt(III) klorida

Isomeri Dalam Senyawa Kompleks

1. Isomerisme Struktural

Senyawa-senyawa koordinasi yang menunjukan gejala isomerisme struktural adalah memiliki rumus
kimia sama akan tetapi strukturnya berbeda. Gejala isomerisme yang termasuk isomerisme
struktural adalah isomerisme tautan, isomerisme koordinasi, isomerisme ionisasi dan isomerisme
solvat.
Isomerisme Tautan (Lingkage Isomerism)
Ligan-ligan yang memiliki atom-atom donor yang berbeda seperti ligan SCN- dan NO2- dapat
berikatan dengan ion pusat melalui atom donor yang berbeda. Ligan SCN- dapat berikatan dengan
ion pusat melalui atom S atau atom N, sedangkan ligan NO2- melalui atom N atau O. Senyawa-
senyawa kompleks yang menujukan gejala isomerisme tautan akan memiliki ligan yang sama akan
tetapi ikatan antara ion pusat dan ligan adalah melalui atom donor yang berbeda.

Senyawa kompleks [Co(NH3)4(ONO)]Cl2 yang berwarna merah merupakan pasangan isomerisme


tautan dari [Co(NH3)4(NO2)]Cl2 yang berwarna kuning. Ion-ion kompleks kedua senyawa tersebut
adalah: Ion pentaaminanitritokobalt(III) atau Ion pentaaminanitrokobalt(III) atau Ion
pentaaminanitritokobalt(2+) Ion pentaaminanitrokobalt(2+)

Isomerisme Koordinasi
Gejala isomerisme koordinasi hanya terjadi pada senyawa-senyawa kompleks yang terdiri
dari kation dan anion kompleks. Isomerisme ini terjadi apabila ligan-ligan yang terikat pada satu ion
pusat dapat dipertukarkan dengan ligan-ligan yang terikat pada ion pusat yang lain.
Contoh:
[Co(NH3)6][Cr(CN)6] dan [Cr(NH3)6][Co(CN)6]
[Co(NH3)6][PtCl4] dan [Pt(NH3)4][CoCl4]

Isomerisme Ionisasi
Gejala isomerisme ini hanya terjadi pada senyawa kompeleks ionik. Senyawa kompleks ionik
menunjukan gejala isomerisme ioisasi apabila terjadi pertukaran antara dua macam ion dengan
muatan yang sama atau berbeda. Pada pertukaran tersebut anion bukan ligan berubah menjadi
ligan, sebaliknya anion yang merupakan ligan berubah menjadi anion bukan ligan sehingga diperoleh
ion-ion kompleks yang sama atau berbeda muatannya.
Contoh:
[Co(NH3)5Br]SO4 dengan [Co(NH3)5OSO3]Br
Pada kedua kompleks tersebut bilangan oksidasi ion pusat adalah sama yaitu +3, kompleks pertama
kation kompleksnya adalah [Co(NH3)5Br]2+, sedangkan pada kompleks kedua kation kompleksnya
adalah [Co(NH3)5(OSO3)]+. Dua kompleks tersebut dapat larut dalam air dan anion-anion bukan
ligan yang ada dapat dikenali dengan menambahkan pereaksi-pereaksi tertentu. Kompleks pertama
dapat dikenali, berdasarkan terjadinya warna putih yang timbul pada penambahan larutan barium
nitrat.
Isomerisme Solvat
Isomerisme ini terjadi akibat adanya pertukaran antara ligan netral dengan anion bukan
ligan dan sebaliknya seperti pada senyawa-senyawa. Pada senyawa tersebut H2O yang semula
terikat pada ion Cr3+ digantikan oleh anion bukan ligan Cl-. Molekul air yang digantikan berubah
fungsinya dari ligan menjadi air hidrat atau air kristal. Nama dari senyawa-senyawa tersebut adalah:

[Cr(H2O)6]Cl3 heksaakuakromium(III) klorida atau heksaakuakromium(3+) klorida

[Cr(H2O)5Cl]Cl2.H2O pentaakuadiklorokromium(III) klorida monohidrat atau


pentaakuadiklorokromium(2+) klorida monohidrat

[Cr(H2O)4Cl2]Cl.2H2O tetraakuadiklorokromium(III) klorida dihidrat atau


tetraakuadiklorokromium(1+) klorida dihidrat

2.Isomerisasi Ruang
Senyawa-senyawa kompleks yang menunjukan gejala isomerisme ruang disamping memiliki
rumus kimia yang sama, jenis-jenis ikatan antara ion pusat dan ligan-ligan yang ada juga sama, akan
tetapi susunan dalam ruang dari ligan-ligan yang ada adalah berbeda. Isomerisme ruang meliputi
isomerisme geometrik, isomerisme facial meridional dan isomerisme lateral-diagonal.

Isomerisme Geometri (Isomerisme cis-trans)


Isomerisme geometrik disebut juga isomerisme cis-trans dan banyak dijumpai pada
senyawa-senyawa atau ion-ion kompleks yang berbentuk bujur sangkar atau oktahedral

somerisme Fasial-meridional (Isomerisme fac-mer


Isomerisme ini hanya terjadi pada senyawa-senyawa atau ion-ion kompleks yang terbentuk
oktahdral yang memiliki 3 ligan yang sama dan 3 ligan yang lain yang sama pula

Isomerisme Later-Diagonal (Isomerisme lat-diag)

Contoh senyawa kompleks yang menujukan gejala isomerisme gejala isomerisme lateral diagonal
adalah senyawa kompleks dibawah ini.

3.Isomerisme Optik

Gejala isomerisme optik timbul apabila suatu senyawa atau ion kompleks tidak dapat
mengadakan penindih tepatan (superimposition) dengan bayangan cerminnya. Isomerisme ini dapat
terjadi pada senyawa atau ion kompleks yang berbentuk oktahedral, trigonal bipiramidal,
bujursangkar dan tetrahedral. Pada senyawa kompleks oktahedral isomerisme optik hanya muncul
pada isomer cis- seperti pada ion cis-diakuadiaminadibromokromium(III). Dari dua pasang isomer
cis- yang ada bentuk satu disebut isomer d (dextro) dan yang lain disebut isomer I (Ievo). Penentuan
bentuk d dan I tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan eksperimen dengan menggunakan
metode polarimeter. Gejala isomerisme optik juga timbul pada senyawa kompleks trigonal
bipiramidal terdistorsi seperti pada senyawa dibawah ini. Gejala isomerisme optik juga timbul pada
senyawa kompleks berbentuk bujur sangkar apabila semua atom-atom yang ada terletak dalam satu
bidang datar seperti pada ion-ion . Hal ini disebabkan karena adanya bidang cermin vertikal atau
horisontal yang melalui atom-atom yang ada. Gejala isomerisme optik baru terjadi apabila atom-
atom yang ada tidak terletak pada satu bidang datar. Pada senyawa kompleks yang berbentuk
tetrahedral gejala isomerisme optik baru terjadi apabila atom atau ion pusat yang ada mengikat
empat ligan yang berbeda. Senyawa kompleks semacam ini sampai sekarang belum berhasil
disintesis.

4.Isomerisme Polimerisasi

Disamping isomerisme-isomerisme yang telah diuarikan di atas dikenal pula isomerisme


polimerisasi. Isomerisme ini pada dasarnya bukanlah isomerisme yang sebenarnya karena terjadi
antara senyawa-senyawa kompleks yang memiliki rumus empirik yang sama tetapi berbeda massa
molekulnya, misalnya senyawa kompleks [Pt(NH3)2Cl2], [Pt(NH3)4][PtCl4], [Pt(NH3)4][Pt(NH3)Cl3]2, dan
[Pt(NH3)3Cl]2[PtCl4]. Rumus empirik senyawa tersebut adalah H6Cl2N2Pt. Isomerisme polimerisasi
dapat disebabkan karena senyawa kompleks yang ada memiliki ion pusat yang sama seperti pada
contoh berikut:
Ion kompleks pertama memiliki dua ion pusat sedangkan ion kompleks kedua memiliki empat ion
pusat. Rumus empirik kedua ion kompleks tersebut adalah H21Co2N6O3.

Pola Pembelahan Orbital Pada Berbagai Struktur Kompleks

1. Kompleks Oktahedral
Orbital e (dx2-y2 dan dz2) mengalami tolakan yang lebih kuat (oleh ligan) dibanding
orbitalt2g (dxy, dxz dan dyz), sehingga terjadi splitting yaitu pembelahan orbital d menjadi 2 bagian
yang berbeda tingkat energinya (eg memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dibanding t2g).
2. Kompleks Tetragonal
Tetragonal merupakan oktahedral cacat (terdistorsi) dimana 2 ligan yang berada pada sumbu
z berjarak lebih jauh dibanding 4 ligan lainnya. Akibatnya orbital-orbital yang mengandung
unsur z, yaitu dz2, dxz dan dyz tingkat energinya turun, sedang orbital-orbital yang
mengandung unsur x dan y, yaitu dx2-y2 dan dxy tingkat energinya naik.
3. Kompleks bujur sangkar
Kompleks bujur sangkar dapat dipandang sebagai distorsi ekstrim dari kompleks oktahedral,
dimana 2 ligan yang berada pada sumbu z ditarik semakin jauh dari ion pusat. Akibatnya
orbital-orbital yang mengandung unsur z, yaitu dz2, dxz dan dyz tingkat energinya semakin
turun, sebaliknya orbital-orbital yang mengandung unsur x dan y, yaitu dx2-y2 dan dxy tingkat
energinya semakin naik.
4. Kompleks tetrahedral
Pada kompleks tetrahedral keempat ligan menempati titik-titik sudut tetrahedral yang
berada di antara sumbu atom. Akibatnya Orbital eg (dx2-y2 dan dz2) mengalami tolakan yang lebih
lemah (oleh ligan) dibanding orbital t2g (dxy, dxz dan dyz), sehingga terjadi splitting yaitu
pembelahan orbital d menjadi 2 bagian yang berbeda tingkat energinya (eg memiliki tingkat
energi yang lebih rendah dibanding t2g).

Teori Medan Kristal

Teori medan kristal (Bahasa Inggris: Crystal Field Theory), disingkat CFT, adalah sebuah
model yang menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam transisi yang semuanya
dikategorikan sebagai kompleks koordinasi. CFT berhasil menjelaskan beberapa sifat-sifat magnetik,
warna, entalpi hidrasi, dan struktur spinel senyawa kompleks dari logam transisi, namun ia tidak
ditujukan untuk menjelaskan ikatan kimia. CFT dikembangkan oleh fisikawan yang bernama Hans
Bethe dan John Hasbrouck van Vleck pada tahun 1930-an. CFT pada akhirnya digabungkan dengan
teori orbital molekul, membentuk teori medan ligan yang lebih akurat dan menjelaskan proses
ikatan kimia pada senyawa kompleks logam transisi.

Gambar struktur senyawa kompleks


Tinjauan analisis teori medan kristal

interaksi antara logam transisi dan ligan diakibatkan oleh tarikan antara kation logam yang
bermuatan positif dan elektron bukan-ikatan ligan yang bermuatan negatif. Teori ini dikembangkan
menurut perubahan energi dari lima degenerat orbital-d ketika dikelilingi oleh ligan-ligan. Ketika
ligan mendekati ion logam, elektron dari ligan akan berdekatan dengan beberapa orbital-d logam
dan menjauhi yang lainnya, menyebabkan hilangnya kedegeneratan (degeneracy). Elektron dari
orbital-d dan dari ligan akan saling tolak menolak. Oleh karena itu, elektron-d yang berdekatan
dengan ligan akan memiliki energi yang lebih besar dari yang berjauhan dengan ligan, menyebabkan
pemisahan energi orbital-d. Pemisahan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

 sifat-sifat ion logam.


 keadaaan oksidasi logam. Keadaan oksidasi yang lebih besar menyebabkan pemisahan yang
lebih besar.
 susunan ligan disekitar ion logam.
 sifat-sifat ligan yang mengelilingi ion logam. Efek ligan yang lebih kuat akan menyebabkan
perbedaan energi yang lebih besar antara orbital 3d yang berenergi tinggi dengan yang
berenergi rendah.

Besarnya perbedaan energi Δ antara dua kelompok orbital tergantung pada beberapa faktor, seperti
sifat-sifat ligan dan struktur geometri kompleks. Beberapa ligan selalu menghasilkan nilai Δ yang
kecil, sedangkan beberapa lainnya akan selalu menghasilkan nilai yang lebih besar. Alasan di balik
perbedaan ini dapat dijelaskan dengan teori ligan medan. Deret spektrokimia adalah daftar-daftar
ligan yang disusun berdasarkan perbedaan energi Δ yang dihasilkan (disusun dari Δ yang kecil ke Δ
yang besar):

I− < Br− < S2− < SCN− < Cl− < NO3− < N3− < F− < OH− < C2O42− < H2O < NCS− < CH3CN < py < NH3 < en < 2,2'-
bipiridina < phen < NO2− < PPh3 < CN− < CO

Keadaan oksidasi logam juga memengaruhi besarnya Δ antara aras energi (energy level) yang tinggi
dan rendah. Semakin tinggi keadaan oksidasi logam, semakin tinggi pula Δ. Kompleks V3+ akan
memiliki Δ yang lebih besar dari kompleks V2+. Hal ini dikarenakan perbedaan rapatan muatan yang
mengizinkan ligan lebih dekat dengan ion V3+ daripada ion V2+. Jarak antar ligan dan ion logam yang
lebih kecil akan menyebabkan nilai Δ yang lebih besar karena elektron logam dan ligan lebih
berdekatan, sehingga gaya tolak menolak menjadi lebih besar.

Spin-tinggi dan spin-rendah

Diagram medan kristal [Fe(NO2)6]3−

Ligan-ligan yang menyebabkan Δ pemisahan orbital-d yang lebih besar disebut sebagai ligan-ligan
medan kuat, seperti CN− dan CO. Senyawa kompleks yang memiliki ligan medan kuat tidak akan
menempatkan elektron-elektronnya ke orbital yang berenergi tinggi. Hal ini sesuai dengan asas
Aufbau. Kompleks yang demikian disebut sebagai "spin-rendah". Sebagai contoh, NO2− yang
merupakan ligan medan kuat, menghasilkan Δ yang besar. Ion oktahedron [Fe(NO2)6]3− yang memiliki
5 electron-d akan memiliki diagram pemisahan oktahedron yang kelima elektronnya berada di aras
t2g.

Diagram medan kristal [FeBr6]3−

Sebaliknya, ligan-ligan (seperti I− dan Br−) yang menghasilkan Δ orbital-d yang kecil disebut ligan
medan lemah. Dalam kasus ini, adalah lebih mudah menempatkan elektron di aras energi orbital
yang lebih tinggi daripada menempatkan dua elektron pada orbital yang sama. Ini dikarenakan gaya
tolak antar dua elektron lebih besar daripada Δ. Oleh karena itu, masing-masing elektron akan
ditempatkan pada setiap orbital-d terlebih dahulu sebelum dipasangkan. Hal ini sesuai dengan
kaidah Hund dan menghasilan kompleks "spin-tinggi". Sebagai contoh, Br− adalah ligan medan lemah
dan menghasilkan Δoct yang lebih kecil. Makan, ion [FeBr6]3−, yang juga memiliki 5 elektron-d, akan
memiliki diagaram pemisahan elektron yang kelima orbitalnya dipenuhi secara tunggal.

Agar pemisahan spin rendah terjadi, energi yang dibutuhkan untuk menempatkan elektron ke orbital
yang sudah berlektron tunggal harus lebih kecil dari energi yang dibutuhkan untuk menempatkan
elektron tambahan ke orbital eg sebesar Δ. Jika energi yang diperlukan untuk memasangkan dua
elektron lebih besar dari menempatkan satu elektron di orbital eg, pemisahan spin tinggi akan
terjadi.

Energi pemisahan medan kristal untuk kompleks logam tetrahedron (empat ligan), Δtet, kira-kira
sama dengan 4/9Δoct. Oleh karena itu, energi yang diperlukan untuk memasangkan dua elektron
biasanya lebih besar dari energi yang diperlukan untuk menempatkan elektron di orbital yang
berenergi lebih tinggi. Sehingga, kompleks tetrahedron biasanya merupakan spin-tinggi.

Diagram pemisahan ini dapat membantu kita dalam memprediksikan sifat-sifat magnetik dari
senyawa koordinasi. Senyawa yang memiliki elektron yang takberpasangan pada diagram
pemisahannya bersifat paramagnetik dan akan ditarik oleh medan magnet. Sedangkan senyawa
yang tidak memiliki elektron takberpasangan pada diagram pemisahannya bersifat diamagnetik dan
akan ditolak oleh medan magnet.

Energi stabilisasi medan kristal

Energi stabilisasi medan kristal (Bahasa Inggris: crystal field stabilization energy), disingkat
CFSE, adalah stabilitas yang dihasilkan dari penempatan ion logam pada medan kristal yang dibentuk
oleh sekelompok ligan-ligan. Ia muncul karena ketika orbital-d terpisah pada medan ligan, beberapa
dari orbital itu akan memiliki energi yang lebih rendah. Sebagai contoh, pada kasus oktahedron,
kelompok orbital t2g memiliki energi yang lebih rendah dari energi orbital pada sentroid. Sehingga,
jika terdapat sembarang elektron yang menempati orbital-orbital ini, ion logam akan menjadi lebih
stabil pada medan ligan relatif terhadap sentroid dengan nilai yang dikenal sebagai CFSE. Sebaliknya,
orbital-orbital eg (pada kasus oktaheral) memiliki energi yang lebih tinggi daripada sentroid, sehingga
menempatkan elektron pada orbital tersebut menurunkan CFSE.
Energi stabilisasi medan kristal oktahedron

Jika pemisahan orbital-d pada medan oktahedron adalan Δoct, tiga orbital t2g distabilkan
relatif terhadap sentroid sebesar 2/5 Δoct, dan orbital-orbital eg didestabilkan sebesar 3/5 Δoct.
Stabilisasi medan kristal dapat digunakan dalam menjelaskan geometri kompleks logam transisi.
Alasan mengapa banyak kompleks d8 memiliki geometri datar persegi adalah karena banyaknya
stabilisasi medan kristal yang dihasilkan struktur geometri ini dengan jumlah elektron 8.

Warna kompleks logam transisi

Jika orbital-d dari sebuah kompleks berpisah menjadi dua kelompok seperti yang dijelaskan
di atas, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari cahaya tampak, satu atau lebih elektron
yang berada dalam orbital tersebut akan meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke
orbital-d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaam atom yang tereksitasi. Perbedaan
energi antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan
tereksitasi sama dengan energi foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan gelombang
cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya (λ) tertentu saja yang dapat diserap
(gelombang yang memiliki energi sama dengan energi eksitasi), senyawa-senyawa tersebut akan
memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya yang tidak terserap). sebuah ion logam,
medan ligan yang lebih lemah akan membentuk kompleks yang Δ-nya bernilai rendah, sehingga akan
menyerap cahaya dengan λ yang lebih panjang dan merendahkan frekuensi ν. Sebaliknya medan
ligan yang lebih kuat akan menghasilkan Δ yang lebih besar, menyerap λ yang lebih pendek, dan
meningkatkan ν. Sangtalah jarang energi foton yang terserap akan sama persis dengan perbedaan
energi Δ; terdapat beberapa faktor-faktor lain seperti tolakan elektron dan efek Jahn-Teller yang
akan memengaruhi perbedaan energi antara keadaan dasar dengan keadaan tereksitasi.

Warna-warna yang terlihat

Roda warna mendemonstrasikan warna senyawa yang akan terlihat jika ia hanya menyerap satu
gelombang cahaya. Sebagai contoh, jika senyawa tersebut menyerap warna merah, maka ia akan
tampak hijau.
λ diserap vs warna terpantau
400 nm Ungu diserap, Hijau-kuning terpantau (λ 560 nm)
450 nm Blue diserap, Kuning terpantau (λ 600 nm)
490 nm Biru-hijau diserap, Merah terpantau (λ 620 nm)
570 nm Kuning-hijau diserap, Ungu terpantau (λ 410 nm)
580 nm Kuning diserap, Biru tua terpantau (λ 430 nm)
600 nm Jingga diserap, Biru terpantau (λ 450 nm)
650 nm Merah diserap, Hijau terpantau (λ 520 nm)

Diagram pemisahan medan kristal

Diagram pemisahan medan kristal

Oktahedral Bipiramida pentagonal Antiprismatik persegi

Datar persegi Piramida persegi Tetrahedral

Bipiramida trigonal

Anda mungkin juga menyukai