Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Konsep Penanganan Resiko


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tata Kelola dan Manajemen Resiko
Dosen Pengampu: 1. Drs. Sukirman, M.Si.,QIA.,CRMP.
2. Retnoningrum Hidayah, S.E., M.Si., M.Sc

Disusun oleh:
1. Erika Hartian B.P 7211416007
2. Annisa Nur Azizah 7211416068
3. Resa Nur Astuti 7211416080
4. Nila Sukma Dewi Pertiwi 7211416153

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta nikmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Tata Kelola dan Manajemen Risiko dengan
pembahasan Konsep Penanganan Risiko. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah Konsep Penanganan Risiko.
Dalam penulisan makalah ini tentunya kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharap kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca.

Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dalam
memahami dan mempelajari terkait Konsep Penanganan Risiko. Selain itu, diharapkan
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembaca.

Semarang, 17 Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Tujuan Risk Treatment 2
2.2 Risk Appetite Dashboard 2
2.3 Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) Berbasis Risiko 4
2.4 Tahapan Manajemen Risiko 6
2.5 Jenis-Jenis Perlakuan Risiko 7
2.6 Cost Benefit Analysis 9
BAB III PENUTUP 12
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi.Resiko
dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan
perusahaan adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif organisasi.Resiko
berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup
informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti dapat berakibat
menguntungkan atau merugikan.
Sebuah perusahaan atau organisasi harus mampu mengelola resiko karena resiko
mengandung biaya yang tidak sedikit.Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui
manajemen resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan
cepat berubah, mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan manajemen
strategis, mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan mengurangi
reactive decision making dari manajemen puncak.
Dalam melakukan manajemen resiko diperlukan strategi dan juga rencana-rencana
baik jangka pendek maupun jangka panjang agar dapat mengantisipasi resiko yang akan
terjadi di masa yang akan datang. Sebuah perusahaan atau organisasi yang mampu
melakukan pengelolaan resiko dengan baik, akan lebih mudah mencapai target atau sasaran
dari perusahaan atau organisasi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja tujuan risk treatment?
2. Apa itu risk appetite dashboard itu?
3. Bagaimana RJPP dan RKAP berbasis risiko?
4. Bagaimana tahapan penanganan risiko?
5. Bagaimana perlakuan terhadap risiko?
6. Apa itu Cost Benefit Analisys (CBA)?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui apa itu tujuan risk
treatment, risk appetite dashboard, RJPP dan RKAP berbasis risiko, dan CBA. Sehingga
makalah ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Risk Treatment


Manajemen risiko adalah proses mengurangi risiko suatu entitas ke tingkat yang dapat
diterima, dengan menggunakan pengukuran, pengelolaan dan pemantauan yang sejalan
dengan tujuan strategis. Manajemen risiko dapat fokus pada satu atau lebih jenis risiko,
misalnya, risiko dari penyebab fisik (seperti, bencana alam, atau kebakaran, kecelakaan,
kematian), tindakan hukum, instrumen keuangan atau kondisi pasar.
Tujuan dari manajemen risiko adalah meminimalisasi kerugian dan meningkatkan
kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model
dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut,
sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat
pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun accident :
a. Melindungi perusahaan dari risiko signifikan yang dapat menghambat pencapaian tujuan
perusahaan.
b. Memberikan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas risiko yang ada pada
proses bisnis dan fungsi-fungsi dalam perusahaan.
c. Mendorong menajemen untuk bertindak proaktif mengurangi risiko kerugian,
menjadikan pengelolaan risiko sebagai sumber keunggulan bersaing, dan keunggulan
kinerja perusahaan.
d. Mendorong setiap insan perusahaan untuk bertindak hati-hati dalam menghadapi risiko
perusahaan, sebagai upaya untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
e. Membangun kemampuan mensosialisasikan pemahaman mengenai risiko dan pentingnya
pengelolaan risiko.
f. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui penyediaan informasi tingkat risiko yang
dituangkan dalam peta risiko (risk map) yang berguna bagi manajemen dalam
pengembangan strategi dan perbaikan proses manajemen risiko secara terus menerus dan
berkesinambungan.

2.2 Risk Appetitie Dashboard

2
Risk Appetite (harafiah: selera/nafsu) adalah suatu keadaan di mana organisasi
memilih untuk menerima, memantau, mempertahankan diri, atau memaksimalkan diri
melalui peluang-peluang yang ada.
Dalam keilmuan Risk Management, istilah appetite diartikan sebagai selera board dalam
memandang risiko organisasi. Menurut COSO ERM, Risk Appetite adalah sejumlah risiko,
pada tingkatan manajemen/board, di mana sebuah organisasi bersedia menerima risiko
tersebut.Risiko yang dikelola dengan optimal bahkan memunculkan berbagai peluang bagi
organisasi yang bersangkutan. (BPKP, 2014)
Sebuah organisasi dengan risk appetite yang agresif atau tinggi maka mungkin
menetapkan tujuan yang agresif, sementara sebuah organisasi yang menghindari risiko,
biasanya risk appetite akan ditetapkan rendah dan mungkin menetapkan tujuan yang
konservatif. Padahal, jika risk appetitie dikomunikasikan dengan baik, dapat dijadikan
sebagai panduan manajemen dalam menetapkan tujuan dan membuat keputusan sehingga
organisasi lebih mungkin untuk mencapai tujuannya.
Sebuah organisasi harus mempertimbangkan risk appetite-nya bersamaan dengan
ditetapkannya tujuan organisasi dan taktik operasional untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk
menentukan risk appetite, manajemen dengan review dan persetujuan dari board, harus
mengambil tiga langkah:
Pertama, mengembangkan risk appetite. Bukan berarti menghindarkan risiko sebagai
bagian dari inisiatif strategi organisasi. Justru sebaliknya, ketika organisasi menetapkan
tujuan yang berbeda maka mereka akan mengembangkan risk appetite yang berbeda pula,
mengikuti tujuan yang ditetapkan. Sebagai catatan, manajemen dan board harus sangat
paham trade-off dari risk appetite yang ditetapkan, baik risk appetite tinggi maupun rendah,
sehingga tidak salah langkah.
Kedua, mengkomunikasikan risk appetite. Ada banyak pendekatan dalam
mengkomunikasikan risk appetite. Salah satunya adalah menetapkan seluruh risk appetite
dalam bentuk pernyataan dari board yang dideskripsikan dengan jelas dan dapat dipahami
oleh unit-unit di dalam organisasi guna mengelola risiko masing-masing unit yang sejalan
dengan risk appetite tersebut.
Terakhir, memantau dan memperbarui risk appetite. Ketika risk appetite telah
dikomunikasikan, maka manajemen dibantu oleh board perlu melihat lagi dan menguatkan
lagi risk appetite tersebut. Artinya, risk appetite tidak boleh diperlakukan semena-mena, tidak
hanya sebuah dokumen formalitas semata, ditetapkan lalu ditinggalkan sendirian begitu saja

3
tanpa perhatian lebih lanjut. Kebalikannya, risk appetite harus direview dan disinergikan
dengan kinerja operasional organisasi, terutama jika terjadi perubahan-perubahan yang besar
di dalam organisasi.
Terdapat lima karakteristik membuat pernyataan risk appetite yang efektif, diantaranya:
1. Menyatu dengan tujuan organisasi,
2. Adanya sarana untuk memonitor risiko,
3. Ditetapkan dengan kecermatan/ ketelitian yang cukup,
4. Dukungan SDM, proses, dan infrastruktur untuk mencapai tujuan dengan range risiko
yang diterima,
5. Menetapkan risiko toleransi yang diterima, dengan mengidentifikasi parameter dari
risiko yang diterima.

2.3 Rencana Jangka Panjang Perusahaan(RJPP) dan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) Berbasis Risiko
Perencanaan jangka panjang serta perencanaan kerja dan anggaran sangat penting bagi
perusahaan. Misalnya, manusia jika kita tidak membuat suatu perencanaan terlebih dahulu
mengenai penghasilan yang kita peroleh, maka banyak pengeluaran yang terjadi tanpa tau
untuk apa saja uang tersebut digunakan. Sama halnya dengan perusahaan, ketika
menjalankan sebuah bisnis, perencanaan dan pengaturan keuangan yang baik sangatlah
penting untuk dilakukan.
1. Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP)
Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) merupakan rencana strategis yang
dipersiapkan oleh direksi yang memuat sasaran dan tujuan perusahaan yang hendak dicapain
dalam jangka waktu tertentu. RJPP berisi rencana strategis perusahaan yang bersifat
menyeluruh, memberikan rumusan analisa teknis, akurat dan tepat bagaimana perusahaan
akan di arahkan dan bagaimana semua sumberdaya yang di miliki dapat dialokasikan untuk
mencapai tujuan. RJPP disusun oleh Direksi dan harus mendapatkan persetujuan dari Dewan
Komisaris.
RJPP bertujuan untuk mengevaluasi dan menentukan kebijakan pokok strategis
perusahaan kedepan, Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) di susun berdasarkan hasil
evaluasi dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) di periode sebelumnya serta
penyesuaian visi dan misi perusaahaan, hal ini dimaksudkan agar RJPP yang di susun akurat
dan akuntabel. Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) juga di susun berdasarkan
kondisi sosial, ekonomi, politik ,tingkat inflasi serta proyeksi pertumbuhan ekonomi negara.

4
Selain itu faktor kebutuhan sumber daya manusia (sdm) dan teknologi informasi akan
mempengaruhi proyeksi pengembangan karyawan dan modernisasi perusahaan secara
keseluruhan.
Pokok pokok pembahasan untuk RJPP :
a. Visi Misi Perusahaan
b. Evaluasi kondisi perusahaan
c. Evaluasi kebijakan perusahaan
d. Analisa SWOT
e. Analisis Aspek bisnis
f. Sasaran dan strategi
g. Analisis Resiko
h. Target – Target JangkaPendek, Menengah&Panjang

2. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)


Selain membuat RJPP, Perusahaan juga menyusun RKAP sebagai dasar pelaksanaan
seluruh aktivitas usahanya dalam periode satu tahun. RKAP adalah penjabaran tahunan dari
RJPP yang dipersiapkan oleh Direksi dan disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk
mendapatkan persetujuan.
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) merupakan salah satu alat perencanaan
dan pengendalian manajemen dan sekaligus sebagai media akuntabilitas manajemen. Oleh
karena itu, suatu rencana kerja dan anggaran wajib dibuat untuk mencapai rencana (tujuan)
suatu perusahaan untuk masa mendatang (plan for future). Guna mencapai rencana tersebut,
maka perusahaan harus mentapkan langkah atau tindaka apa saja yang harus diambil guna
rencana tersebut dapat tercapai. Dan disinilah perusahaan akan membuat rencana kerja.
Biasanya rencana kerja ini berpedoman pada data aktual pada tahun-tahun sebelumnya.
Disamping rencana kerja, dalam mengendalikan organisasi perlu membuat perencanaan
yang akurat untuk mencapai tujuan. Perusahaan dituntut untuk membuat anggaran yang
menggambarkan jalan bagi bisnis dengan membuat bagan atau sketsa rencana bisnis dalam
istilah keuangan. Semakin banyak dan rumit manfaat yang dituju, semakin banyak pula
persyaratan yang dituntut di dalam persiapan dan penyusunannya.
Penyusunan anggaran pada suatu perusahaan memiliki kaitan erat dengan penyusunan
rencana (planning), pengkoordinasian kerja (coordinating) dan pengawasan kerja
(controlling). Oleh karena itu, anggaran perusahaan berperan sebagai alat bagi manajemen
perusahaan dalam melaksanakan tiga fungsi tersebut.4

5
Oleh karena itu, penyusunan anggaran merupakan siklus penting bagi perusahaan yaitu
untuk membantu pelaksana dalam merencanakan kegiatan dan memberikan gambaran awal
seberapa besar dana yang akan dikeluarkan untuk mewujudkan kegiatan tersebut sebagai
pertanggungjawaban sehingga penyimpangan-penyimpangan dapat diminimalisasi.
Fungsi Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) memuat antara lain, anggaran
tahunan perusahaan untuk tahun anggaran yang akan datang, yang dibuat sebelum tahun
anggaran berikutnya tersebut dimulai.
Fungsi Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
a. Pengendali jalannya perusahaan
b. Pedoman untuk menghindari penyimpangan
c. Menyediakan standar untuk evaluasi kinerja
d. Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki pembuatan
keputusan
e. Memperbaiki komunikasi dan koordinasi

2.4 Tahapan Manajemen Risiko


Menurut Djohanputro (2008), siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap, yaitu;
1. Identifikasi Risiko
Mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama
dalam mengidentifikasi risiko adalah melakukan analisis pihak yang berkepentingan
(stakeholders). Langkah kedua dapat menggunakan 7S dari McKenzie yaitu: shared
value, strategy, structure, staff, skil, system, dan style.
2. Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko mengacu pada dua factor yaitu kuantitatif dan kualitatif. Kuantitas
risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko.
Sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan suatu risiko muncul, semakin tinggi
kemungkinan risiko terjadi semakin tinggi pula risikonya.
3. Pemetaan Risiko
Pemetaan risiko ditunjukkan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan
kepentingan bagi perusahaan. Terjadinya prioritas dikarenakan perusahaan memiliki
keterbatasan dalam sumber daya manusia dan jumlah uang sehingga perusahaan perlu
menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih dahulu dan mana yang lebih penting.
Selain itu prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak pada
tujuan perusahaan.

6
4. Pengelolaan Risiko
Pengelolaan risiko terdapat beberapa macam diantaranya pengelolaan risiko secara
konvensional, penetapan modal risiko, struktur organisasi pengelolaan dan lain-lain.
5. Monitor dan Pengendalian Risiko
Fungsi monitor dan pengendalian risiko yaitu;
a. Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan
sesuai dengan rencana.
b. Manajemen juga perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko cukup
efektif.
c. Risiko itu berkembang, monitor dan pengendalian ini bertujuan untuk memantau
perkembangan terhadap kecenderungan yang merubah profil risiko. Perubahan ini
berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada perubahan prioritas
risiko.

2.5Jenis-Jenis Perlakuan Risiko


Menurut Susilo & Kaho (2009: 178) secara umum, perlakuan terhadap suatu risiko dapat
berupa salah satu dari empat perlakuan sebagai berikut:
1. Menghindari risiko (risk avoidance)
Merupakan upaya meniadakan risiko sepenuhnya dengan tidak melakukan
kegiatan / aktivitas tertentu dalam proyek yang diperkirakan memiliki risiko di luar
batas toleransi perusahaan.
Saat terbaik untuk menghindari risiko adalah pada saat awal proyek akan
dikerjakan, misalnya risiko akibat pembebasan lahan atau pengadaan tanah.Yang
perlu menjadi catatan penting adalah proses asessmen risiko.
Awalnya risiko tersebut dapat diterima oleh Tim Proyek, ternyata pada saat
terjadi dampaknya lebih besar dari estimasi semula, dimana hal ini disebabkan oleh
kurang detailnya assesmen di awal.Hal ini akan mengakibatkan proyek merugi. Di sisi
lain, jika proyek menunda atau membatalkan kegiatan tersebut akan menimbulkan
dampak biaya yang tinggi.
2. Berbagi risiko (risk sharing/transfer)
Ingatlah bahwa risiko itu bisa dibagi, dengan tujuan untuk memindahkan
sebagian risiko ke individu / pihak lain.Memindahkan risiko tidak berarti mengurangi
tingkat kegawatan & pengawasan risiko, namun hanya memindahkan ke pihak lain

7
saja, dan harus disadari bahwa pada akhirnya dampak risiko tetap pada "principal risk
owner". Misalnya, keterlambatan proyek & kemungkinan adanya additional cost.
Teknik dalam melakukan risk sharing yaitu asuransi, pekerjaan yang di subkon-
kan, outsourcing, financial agreement, dan joint operation.Dalam kegiatan risk
sharing, kita akan melibatkan pihak lain sehingga perlu dipertimbangkan bagaimana
kemampuan pihak lain tersebut dalam mengelola risiko, kejelasan tujuan & sasaran
para pihak, konteks risiko, dan efektivitas biayanya.
3. Mitigasi (mitigation)
Merupakan perlakuan risiko yang bertujuan untuk mengurangi risiko. Bentuk
pengurangannya berupa eliminasi peluang terjadinya risiko, eliminasi kerugian yang
diakibatkan jika risiko itu terjadi, dan diversifikasi risiko (jangan menempatkan
semua telur dalam 1 keranjang).
Beberapa teknik dalam Eliminasi Risiko melalui upaya mitigasinya yaitu
menggunakan diagram Ishikawa (diagram sebab akibat), FMEA, dan tindakan
pengendalian berupa review oleh manajemen puncak, review oleh atasan, pemisahan
tugas & tanggungjawab, pemeriksaan secara fisik, monitoring KPI, dan training untuk
meningkatkan skill PIC ManRisk.
4. Menerima risiko (risk acceptance)
Risiko harus diterima jika sudah tidak tersedia alternatif lainnya untuk
menghindari risiko, berbagi risiko, ataupun eliminasi risiko.Penerimaan risiko dikenal
dengan penyerapan risiko, risiko yang ditolerir, retensi risiko, dan sisa risiko.Namun
terdapat beberapa pertimbangan dalam melakukan Strategi Penerimaan Risiko, yaitu:
a. Tentukan pilihan yang tepat terhadap risiko yang akan diterima.
Apakah semua pilihan risiko telah dikaji dengan cermat ??apakah memang
sudah tidak ada alternatif perlakuan risiko lainnya ??
b. Perhatikan waktu & kondisi di proyek.
Perlu dilakukan monitoring & review secara proaktif untuk memantau arah
perubahan yang terjadi.
c. Kemampuan proyek dalam menyerap risiko.
Harus dipastikan bahwa risiko yang akan diserap merupakan risiko tunggal
yang tidak memiliki rentetan risiko lainnya. Misalnya, keputusan project
suspend akan berdampak pada reputasi perusahaan & keselamatan kerja
karyawan.
Jenis-jenis cara mengelola resiko :

8
1. Risk Avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung resiko
sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus
dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan
oleh suatu aktivitas.
2. Risk Reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang
mengurangi kemungkinan terjadinya suatu resiko ataupun mengurangi dampak
kerusakan yang dihasilkan oleh suatu resiko.
3. Risk Transfer
Yaitu memindahkan resiko pada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak
(asuransi) maupun hedging.
4. Risk Deferral
Dampak suatu resiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda
aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya resiko tersebut
kecil.
5. Risk Retention
Walaupun resiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurangi maupun
mentransfernya, namun beberapa resiko harus tetap diterima sebagai bagian
penting dari aktivitas.

Penanganan resiko:
1. High probability, high impact: resiko jenis ini umumnya dihindari ataupun
ditransfer.
2. Low probability, high impact: respon paling tepat untuk tipe resiko ini adalah
dihindari. Dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi resiko serta
kembangkan contingency plan.
3. High probability, low impact: mitigasi resiko dan kembangkan contingency plan.
4. Low probability, low impact: efek dari resiko ini dapat dikurangi, namun
biayanya dapat saja melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini mungkin
lebih baik untuk menerima efek dari resiko tersebut.

2.6 Cost Benefit Analysis

9
Cost benefit Analysis adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang
memungkinkan analis membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara
menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang. Analisis
manfaat-biaya dapat digunakan untuk merekomendasikan tindakan kebijakan, dalam arti
diaplikasikan ke depan, dan dapat juga digunakan untuk mengevaluasi kinerja kebijakan.
Analisis Biaya Manfaat digunakan, terutama ketika masalah efisiensi menjadi sesuatu yang
sangat relevan dan diperhitungkan, atau dengan perkataan lain digunakan untuk mengevaluasi
penggunaan sumber-sumber ekonomi agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan
secara efisien.
a. Pendekatan Menentukan Biaya dan Manfaat
Dalam analisis Manfaat-Biaya, harus ditentukan batas-batas dan ruang lingkup dari biaya-
biaya dan manfaat-manfaat yang diperhitungkan. Beberapa pendekatan yang biasa dilakukan
adalah:
1. Biaya dan manfaat di dalam vs di luar. Mempersoalkanapakah biaya atau manfaat yang
dikeluarkan adalah bersifat internal atau eksternal untuk suatu jenis kelompok sasaran
atau wilayah hukum. Biaya dan manfaat internal ini disebut internalitas, sedangkan yang
di luar atau eksternal disebut eksternalitas. Apa yang menjadi biaya atau manfaat di
dalam (internalitas) pada suatu kasus dapat menjadi di luar (eksternalitas) pada kasus
lain.
2. Biaya dan Manfaat yang diukur secara langsung dan tidak langsung.
Mempersoalkan apakah biaya atau manfaat adalah nyata (tangible) atau tidak nyata
(intangible). Ukuran Nyata adalah biaya dan manfaat yang secara langsung dapat
diukur dengan harga pasar yang sebenarnya dari barang dan pelayanan, sementara yang
tidak nyata adalah biaya dan manfaat yang secara tidak langsung diukur dengan cara
menafsirkan nilai sebenarnya dari barang itu dengan patokan harga pasar.
3. Biaya dan manfaat primer dan sekunder. Mempersoalkan apakah biaya atau manfaat itu
dihasilkan secara "langsung" atau "tidak langsung" oleh suatu program, Biaya atau
manfaat primer adalah suatu biaya atau manfaat yang dihubungkan dengan sasaran
program yang paling bernilai, sedangkan biaya atau manfaat sekunder berkaitan dengan
sasaran yang kurang bernilai.
4. Efisiensi bersih vs. manfaat redistributional. Mempersoalkan apakah kombinasi biaya
dan manfaat membuat kenaikan dalam agreqat pendapatan atau hanya menghasilkan
pergeseran pendapatan atau sumberdaya di antara berbagai kelompok yang berbeda.
Manfaat efisiensi bersih adalah manfaat yang mencerminkan kenaikan "riil" dari

10
pendapatan bersih (total biaya dikurangi total manfaat), sementara manfaat
redistribusional adalah manfaat berupa pergeseran yang bersifat semu berupa
pendapatan oleh suatu kelompok dengan konsekuensi pengorbanan (pendapatan yang
hilang) dari kelompok lain tanpa menghasilkan peningkatan efisiensi bersih.
b. Tahapan Dalam Pembuatan ABM adalah sebagai berikut:
1. Perumusan masalah. Perumusan masalah menghasilkan informasi tentang tujuan-tujuan
potensial yang relevan, sasaran, alternatif, kriteria, kelompok sasaran, biaya, dan
manfaat untuk menjadi pedoman dalam analisis.
2. Spesifikasi sasaran. Analisis sering dimulai dengan tujuan-tujuan yang bersifat umum,
sebagai contoh, mengendalikan kecanduan kokain. Tujuan, seperti yang telah kita lihat,
harus dijabarkan ke dalam sasaran yang Iebih spesifik dan terukur.
3. Identifikasi alternatif pemecahan masalah. Ketika suatu sasaran telah dispesifikasi,
analis mempunyai asumsi tentang penyebab masalah dan peluang pemecahannya
hampir selalu ditransformasikan ke dalam allernatif kebijakan untuk mencapai tujuan-
tujuan kebijakan.
4. Pencarian, analisis, dan interpretasi informasi Tugas yang di lakukan di sini adalah
menelusur, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi yang relevan untuk
meramalkan hasil dari alternatif-alternatif kebijakan. Pada tahapan ini sasaran utama
dari peramaIan adalah biaya dan manfaat dari alternatif kebijakan yang telah
diidenlifikasi pada tahapan sebelumnya.
5. Identifikasi kelompok sasaran dan pemanfaat. Di sini tugas yang dilakukan adalah
melakukan analisis semua pihak terkait (stakeholder) dengan mendaftar semua
kelompok yang mempunyai peranan dalam setiap isu karena akan dipengaruhi, secara
negatif atau positif, ketika kebijakan diterapkan.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen risiko adalah proses mengurangi risiko suatu entitas ke tingkat yang dapat
diterima, dengan menggunakan pengukuran, pengelolaan dan pemantauan yang sejalan
dengan tujuan strategis.Tujuan dari manajemen risiko adalah minimisasi kerugian dan
meningkatkan kesempatan ataupun peluang.
Dan dalam manajemen resiko, sebuah perencanaan jangka panjang serta perencanaan
kerja dan anggaran sangat penting bagi perusahaan. Untuk mencapai manajemen resiko yang
baik, kita harus menjalankan tahapan manajemen resiko dengan baik, dapat memilih jenis
perlakuan terhadap resiko yang sesuai dengan resiko yang dihadapi dan juga harus
memikirkan tentang analisis biaya manfaat.

3.2 Saran

12
Daftar Pustaka
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.(2014).”Tata Kelola, Manajemen Resiko, &
Pengendalian Intern”.Bogor:Pusdiklatwas BPKP.

Djohanputro, Bramantyo.(2008).”Manajemen Risiko Korporat”. Jakarta:PPM Manajemen

Taufik,Ahmad Fauzan.(2012).”Integrasi Frame Work Risk And Insurance Society (RIMS)


dalam Analisis Kematangan Implementasi Manajemen Resiko (Studi Kasus:PLTA
Maninjau) Vol 12 No 2”.Jurnal Optimasi Sistem Industri

13

Anda mungkin juga menyukai