Yakni pebentukan (takwin) orang-orang yang telah menerima da’wah tersebut atas
dasar-dasar dakwah, dan mensibghah mereka sesuai dengan kandungan pemikiran-pemikiran
dan ajaran-ajaran dakwah.
Rambu pertama dan rambu kedua saling melengkapi dan menyempurnakan, sehingga
orang yang berhenti pada rambu pertama saja (hanya tabligh dan penyebaran) dan tidak mau
beralih ke rambu kedua ( takwin dan bina’) bersama orang-orang yang telah menerima
dakwahnya pada rambu pertama, adalah orang-orang yang berda’wah tidak sesuai manhaj
rasulullah.
Sasaran tahapan ini ialah mengubah akal yang ummi (jahal) kepada ilmu, hikmah, dan
ma’rifah dan mengubah moral dan perilakunya dari kesesatan dan kemerosotan kepada
kebersihan dan kesucian.
Sisi penataan dalam pembinaan jama’ah berlangsung pada tahapan kontak pribadi,
kontak umum atau kadang berlangsung pada kedua tahapan tersebut. Cara-cara yang
ditempuh rasulullah dalam ketiga kondisi dan tahapan tersebut yakni :
Rumah al-Arqam bin Abil Arqom merupakan halaqah takwin terbesar di zaman
rasulullah.
Kemudian para penerima dakwah dimasukkan ke dalam proses takwin, dan para
penentang dakwah dihadapi dengan kekuatan senjata setelah ditegakkan hujjah kepada
mereka. Sifat atau watak membela diri merupakan tuntutan tahapan takwiniyah karena jika
tidak ada dakwah pasti akan mati di usia muda.
Merupakan wewenang khusus pimpinan tertinggi jama’ah sebab pimpinan itulah yang
mekendali segala persoalan megang kendali dan yang mengetahui segala informasi tentang
itu baik kemampuan, kesiapan jama’ah , kapasitas dan kesiapan front musuh. Pengarahan
islam untuk menentukan titik tolak dalam melakukan konfrontasi bersenjata melawan
kebatilan.
I. Pengertian Independensi
Maksudnya anggota jama’ah yang akan bertempur hendaknya mencapai jumlah atau
persentase tertentu dibandingkan tentara musuh.
Maksud sirriyah dalam membina yakni membatasi pengetahuan program kerja pada
lingkungan pimpinan. Setiap individu dalam kerja sirri ini tidak boleh mengetahui tugas
anggota yang lain, tetapi harus mengetahui tugas pribadinya.
Kesimpulan rambu ini : sirriyah merupakan “kotak” tempat penyimpanan program amal
jama’i dan “tirai” yang menutupi dan melindungi program tersebut. Sirriyah adalah suatu
prinsip yang sangat penting dan harus dipegang teguh sepanjang gerakan pembinaan jama’ah,
terutama pada tahap-tahap pertama, akar tidak dipukul dalam usia bayi. Sirriyah hanya
menyangkut aspek penataan (tanzhim) saja, bukan menyangkut aspek pemikiran atau nilai-
nilai islam yang harus dikemukakan. Para da’i harus memperhatikan rambu ini dan
mengutamakannya dalam gerak mereka. Karena ia merupakan kunci keamanan yang akan
melindungi amal jama’i dari intraian mata-mata musuh yang senantiasa mengawasinya dan
harus mengetahui penggunaanya secara baik sesuai dengan temoat dan waktunya.
Bersabar pada tahapan takwin : sudah menjadi sunnatullah dalam kehidupan ini bahwa setiap
makhluk dalam tahapan pembentukannya masih serba lemah dan tidak memiliki kemampuan
untuk melawan faktor-faktor yang menentangnya.
Hendaknya para Da’i memperhatikan faktor keimanan ini, agar terwujud kesabaran,
kemudian terpelihara jama’ah, dan akhirnya tercapai kemenangan bagi islam dan kaum
muslimin. Allah tempat meminta pertolongan.
Hasil dari rambu ini adalah kembalinya kaum muhajirin ke makkah sebagai penakluk, setelah
berhimpun dui suatu tempat yang aman, yaotu madinah munawaroh.
Pelaksanaan rambu ini dimulai dengan pemberian izin secara umum kepada setiap anggota
jama’ah yang ada di makkah yang sedang tertimpa musibah agar hijrah menuju habasyah
(tempat yang aman menurut pemimpin) dan orang yang masuk islam yang berasal dari luar
kota makkah kembali ke asal sampai Allah memberikan kemenangan
Rambu ini berhasil menggagalkan usaha pembunuhan rasulullah saw yakni rasulullah hijrah
dari makkah ke madinah beserta semua lapisan jama’ah untuk menghindari medan
pertempuran. Padahal seluruh anggota Nadwah telah menyetujui pembunuhan rasulullah
dengan memilih satu orang pemuda dari setiap suku sebagai pelaksananya.