Anda di halaman 1dari 5

Bagian Ketiga

Rambu-rambu sirah Nabi Saw dalam menegakkan jama’ah

Rambu pertama : Menyebarkan prinsip-prinsip dakwah

a. Jalan yang ditempuhnya


Mengemukakan prinsip-prinsip dan pemikiran-pemikiran tersebut sedikit demi
sedikit, sesuai dengan kepentingan prinsip-prinsip tersebut dalam da’wah serta
disesuaikan dengan kapasitas pemahaman dan kemampuan intelektual manusia dalam
memahami dan menguasainya.
Dalam tahapan ini rasul menempuh dua jalan :
i. Kontak Pribadi (ittishal Fardi)
Merupakan tahapan sirriyah dalam dakwah. Rasulullah mendatangi secara
pribadi kerabat dan teman-teman dekatnya yang dapat dipercaya untuk
menjaga apa yang disampaikan, kemudian beliau meminta mereka
menerimanya dan merahasiakan kontak yang telah berlangsung tersebut, baik
diterima atau tidak. Misalnya Ali bin Abi thalib.
Dakwah islam perlu menempuh jalan ini dalam dua keadaan :
1. Pada permulaan dakwah dan penegakan jama’ah
2. Pada saat pemerintah yang berkuasa melarang para aktivis dakwah
melakukan aktivitas dakwah secara terang-terangan.
ii. Kontak umum (ittishal jama’i)
Merupakan tahapan dakwah secara terang-terangan yang menggunakan semua
media massa. Rasulullah menggunakan berbagai sarana untuk menyampaikan
dakwahnya kepada manusia, di antaranya :
1. Mengumpulkan manusia dalam suatu jamuan makan di rumahnya,
kemudian menyampaikan prinsip-prinsip dakwah kepada mereka.
2. Mengumpulkan manusia di berbagai tempat, kemudian menyampaikan
risalah Allah kepada mereka
3. Pergi ke tempat-tempat pertemuan manusia dan menyampaikan dakwah
Allah kepada mereka
4. Pergi ke berbagai negara untuk menyampaikan dakwah
5. Mengirim surat kepada para kepala suku dan raja

b. Aspek penataan dalam penyebaran dakwah


a. Hendaknya para da’i menentukan prinsip-prinsip yang akan dimulai
penyebarannya sesuai dengan kepentingannya dalam dakwah (Sembahlah Allah
olehmu sekalian, sekali-kali tidak ada Ilah selain dari padaNya).
b. Membuat kesepakatan bersama orang yang telah menerima dakwahnya dan
menyetujui prinsip yang ditentukannya, agar masing-masing pribadi merekrut satu
orang dalam jangka waktu tertentu, secara estafet.
Rambu Kedua : Pembentukan Da’wah

Yakni pebentukan (takwin) orang-orang yang telah menerima da’wah tersebut atas
dasar-dasar dakwah, dan mensibghah mereka sesuai dengan kandungan pemikiran-pemikiran
dan ajaran-ajaran dakwah.

Rambu pertama dan rambu kedua saling melengkapi dan menyempurnakan, sehingga
orang yang berhenti pada rambu pertama saja (hanya tabligh dan penyebaran) dan tidak mau
beralih ke rambu kedua ( takwin dan bina’) bersama orang-orang yang telah menerima
dakwahnya pada rambu pertama, adalah orang-orang yang berda’wah tidak sesuai manhaj
rasulullah.

Sasaran tahapan ini ialah mengubah akal yang ummi (jahal) kepada ilmu, hikmah, dan
ma’rifah dan mengubah moral dan perilakunya dari kesesatan dan kemerosotan kepada
kebersihan dan kesucian.

Sisi penataan dalam rambu ini

Sisi penataan dalam pembinaan jama’ah berlangsung pada tahapan kontak pribadi,
kontak umum atau kadang berlangsung pada kedua tahapan tersebut. Cara-cara yang
ditempuh rasulullah dalam ketiga kondisi dan tahapan tersebut yakni :

1. Takwin (kaderisasi dalam tahapan sirriyah


Rasulullah membagi orang-orang yang telah menerima da’wahnya untuk ditakwin
dalam beberapa kelompok kecil. Masing-masing kelompok beranggotakan tiga
sampai lima orang. Kelompok-kelompok kecil ini mengadakan pertemuan setiap hari
atau berkala pada tempat dan waktu yang berlainan.
2. Takwin pada tahapan ‘alaniyah
1. Membuat beberapa halaqah jama’iyah yang berjumlah besar
2. Mengadakan perjalanan (rihlah) jama’iyah tertentu.
3. Mengkondisikan situasi umum terhadap da’wah melalui khutbah-khutbah dan
ceramah umum.

Rumah al-Arqam bin Abil Arqom merupakan halaqah takwin terbesar di zaman
rasulullah.

3. Takwin dalam tahapan sirriyah dan ‘alaniyah

Rambu Ketiga : Konfrontasi bersenjata terhadap musuh da’wah

Berfungsi untuk mempertahankan kelompok yang masuk ke dalam takwin.


Kesimpulan tiga rambu rasulullah :

Penyebaran da’wah + manusia = penerima da’wah atau penentang da’wah

Kemudian para penerima dakwah dimasukkan ke dalam proses takwin, dan para
penentang dakwah dihadapi dengan kekuatan senjata setelah ditegakkan hujjah kepada
mereka. Sifat atau watak membela diri merupakan tuntutan tahapan takwiniyah karena jika
tidak ada dakwah pasti akan mati di usia muda.

Kapan di adakan konfrontasi ?

Merupakan wewenang khusus pimpinan tertinggi jama’ah sebab pimpinan itulah yang
mekendali segala persoalan megang kendali dan yang mengetahui segala informasi tentang
itu baik kemampuan, kesiapan jama’ah , kapasitas dan kesiapan front musuh. Pengarahan
islam untuk menentukan titik tolak dalam melakukan konfrontasi bersenjata melawan
kebatilan.

PERTAMA : INDEPENDENSI BUMI TEMPAT TEGAKNYA JAMA’AH

I. Pengertian Independensi

Yakni jama’ah tersebut harus berkuasa penuh terhadap bumi tempat


berpijak dan melancarkan aktivitasnya. Ketidakmampuan jama’ah untuk
menguasainya, mengukuhkan kekuasaan di atasnya, dan memenuhi syarat2
melakukan konfrontasi senjata.

II. Mencari bumi dalam sirah rasulullah saw


- Salah satunya Rasulullah memerintahkan para sahabatnya berhijrah ke
abasyah yang merupakan isyarat bahwa rasulullah sedang mencari bumi,
rasulullah sendiri pergi tha’if untuk program dan tujuan serupa, Rasulullah
sering menanyakan kuantitas dan kualitas kabilah yang di dakwahinya. Ketika
syarat tidak terpenuhi, rasulullah meninggalkannya menuju kabilah lain.
Rasulullah tidak menerima syarat yang diajukan oleh kabilah yang
didakwahinya karena ingin menguasai secara penuh. Hingga akhirnya
rasulullah menemukan al madinah al munawaroh

KEDUA : JUMLAH YANG MEMADAI

Maksudnya anggota jama’ah yang akan bertempur hendaknya mencapai jumlah atau
persentase tertentu dibandingkan tentara musuh.

Kesimpulan : penentuan dimulainya konfrontasi adalah wewenang khusus pimpinan tertinggi


jama’ah. Dan tidak dapat dilakukan kecuali setelah adanya tentara yang memadai untuk itu.
Hendaknya para da’i mengetahui rambu ini secara baik. Allahlah pembimbing kita kepada
kebenaran.

Rambu keempat : Sirriyah dalam kerja membina jama’ah

Faktor-faktor yang menjamin keberlangsungan proses pembinaan jama’ah dengan


selamat yakni :

1. Sirriyah dalam gerak pembinaan jama’ah


2. Bersabar atas segala kesulitan
3. Menghidari konfrontasi melawan kebatilan dalam dua tahapan awal : penyebaran dan
takwin.

Maksud sirriyah dalam membina yakni membatasi pengetahuan program kerja pada
lingkungan pimpinan. Setiap individu dalam kerja sirri ini tidak boleh mengetahui tugas
anggota yang lain, tetapi harus mengetahui tugas pribadinya.

Kesalahan dalam memahami sirriyah :

1. Kelompok pertama : tidak mau membicarakan tema-tema da’wah dan menjauhi


segala sesuatu yang mengarah kesana. Bahkan ada yang mengingkari beberapa bentuk
perwujudan islam. Kemudian mereka meniru beberapa tradisi non islami, supaya
tidak dituduh fanatik, dan menyembunyikan identitasnya sebagai orang pergerakan.
2. Kelompok kedua : mereka ini mencampuradukkan antara sesuatu yang harus
dijelaskan dengan sesuatu yang harus dirahasiakan. Mereka mengobral segala sesuatu
pada setiap tempat dan kepada siapa saja.

Kesimpulan rambu ini : sirriyah merupakan “kotak” tempat penyimpanan program amal
jama’i dan “tirai” yang menutupi dan melindungi program tersebut. Sirriyah adalah suatu
prinsip yang sangat penting dan harus dipegang teguh sepanjang gerakan pembinaan jama’ah,
terutama pada tahap-tahap pertama, akar tidak dipukul dalam usia bayi. Sirriyah hanya
menyangkut aspek penataan (tanzhim) saja, bukan menyangkut aspek pemikiran atau nilai-
nilai islam yang harus dikemukakan. Para da’i harus memperhatikan rambu ini dan
mengutamakannya dalam gerak mereka. Karena ia merupakan kunci keamanan yang akan
melindungi amal jama’i dari intraian mata-mata musuh yang senantiasa mengawasinya dan
harus mengetahui penggunaanya secara baik sesuai dengan temoat dan waktunya.

Rambu kelima : bersabar atas gangguan musuh

Bersabar pada tahapan takwin : sudah menjadi sunnatullah dalam kehidupan ini bahwa setiap
makhluk dalam tahapan pembentukannya masih serba lemah dan tidak memiliki kemampuan
untuk melawan faktor-faktor yang menentangnya.

Perintah Allah untuk bersabar pada QS Al-Muzzammil : 10 dan Qs. Al-Muddatsir : 7)

Hendaknya para Da’i memperhatikan faktor keimanan ini, agar terwujud kesabaran,
kemudian terpelihara jama’ah, dan akhirnya tercapai kemenangan bagi islam dan kaum
muslimin. Allah tempat meminta pertolongan.

Rambu keenam : menghindari medan pertempuran

Pada tahapan takwiniyah, menghindari pertempuran merupakan upaya perlindungan bagi


pelaksanaan ibadah kepada Allah.

Hasil dari rambu ini adalah kembalinya kaum muhajirin ke makkah sebagai penakluk, setelah
berhimpun dui suatu tempat yang aman, yaotu madinah munawaroh.
Pelaksanaan rambu ini dimulai dengan pemberian izin secara umum kepada setiap anggota
jama’ah yang ada di makkah yang sedang tertimpa musibah agar hijrah menuju habasyah
(tempat yang aman menurut pemimpin) dan orang yang masuk islam yang berasal dari luar
kota makkah kembali ke asal sampai Allah memberikan kemenangan

Rambu ini berhasil menggagalkan usaha pembunuhan rasulullah saw yakni rasulullah hijrah
dari makkah ke madinah beserta semua lapisan jama’ah untuk menghindari medan
pertempuran. Padahal seluruh anggota Nadwah telah menyetujui pembunuhan rasulullah
dengan memilih satu orang pemuda dari setiap suku sebagai pelaksananya.

Anda mungkin juga menyukai