Anda di halaman 1dari 122

asuhan keperawatan hiperpituitary

1 BAB
PENDAHULUAN
Pengertian
Hiperpituitary adalah keadaan patologis dimana trjadi peningkatan produksi harmon
hipofisiskarena tumor atau hiperplasia. Keadaan yang sering dijumpai pada hiperpituitarisme
adalah kelebihan hormon somatotropin (GH),laktotropik (PRL) dan kortikotropik
(ACTH),namun demikian terkadang terdapat peningkatan ACTH dengan MSH.

Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus,
penymencakup :
1. faktor keturunan adanya riwayat keluarga dengan hiperpituitarisme
2. adenomas pituitary
3. disfungsi hypothalamus
4. terapi pada hipopituitari

Tanda dan Gejala


 Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari –
jari,tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
 Impotensi
 Visus berkurang
 Nyeri kepala dan somnolent
 Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
 Libido seksual menurun
 Kelemahan otot, kelelahan dan letargi
 tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur bisa
terganggu, serta tampak keseimbangan emosi
 gangguan penglihatan sampai kebutaan total
Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana
dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi.
Kelenjar biasanya mengalami pembesaran disebut adenoma makroskopik bila
diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10
mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan
penyebab utama hiperpituitarisme.penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma
ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan
prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang
terjadi. Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:

1. prolactin-secreting tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma.


Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri
atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia
reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan
sekunder, galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan),
dan infertilitas.
2. somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan )
Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan.
Gejalah klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi
kondisi ini.
Misalnya saja pada klien prepubertas,dimana lempeng epifise tulang panjang belum
menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan
gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang
ditandai dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-
organ dalam juga turut membesar ( misal; kardiomegali).Kelebihan hormon pertumbuhan
menyebabkan gangguan metabolik, seperti hiperglikemia dan hiperkalsemia. Pengangkatan
tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan
ini dapat mengalami perbaikan, namun perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.

3. corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )


Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini adalah
mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit Cushing’s.
ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:
1. perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium.
2. perubahan yang di akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu sendiri.
Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika ), dengan besar
diameter kurang dari 1cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.

Klasifikasi hipofisis/ adenoma hipofisis.


1. encapsulated (tidak ada metastasis dalam sella tursika )
2. invasive ( sella tursika rusak karena metastasis )
3. mikroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter kurang dari 10 mm )
4. makroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10mm).
Perubahan neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin
membesar.tekanan ini bisa terjadi saraf optic, saraf karnial III (okulomotor ), saraf karnial IV
( troklear ), dan saraf karnial V (trigeminal).tumor yang sangat besar bisa menginfiltrasi
hipotalamus.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorik.
Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR
menurun.
2. Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis Sella Tursika
a. Foto polos kepala
b. Poliomografi berbagai arah (multi direksional)
c. Pneumoensefalografi
d. CT Scan
e. Angiografi serebral
3. Pemeriksaan Lapang Pandang
a. Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan
b. Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optik
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron
b. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH
c. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan
pengukuran efeknya terhadapkadar hormon serum.

Komplikasi
1. Gangguan hipotalamus.
2. Penyakit organ ’target’ seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal
primer.
3. Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.
4. Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik.
5. Syndrom parkinson

Konsep ASKEP
Pengkajian
a. Demografi
Kaji usia dan jenis kelamin pasien
b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama
a). Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ tubuh.
b). Perubahan tingkat energi, kellelahan, letargi.
c). Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
d). Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensi.
e). Nyeri kepala.
f). Gangguan penglihatan.
g). Perubahan siklus menstrulasi, libido menurun, impotensia.
2). Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan hormone hipofise mulai dirasakan
3). Riwayat penyakit keluarga.
Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

Pemeriksaan fisik
a. Amati bentuk wajah.
b. Kepala, tangan/lengan, dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
c. Adanya kesulitan menguyah.
d. Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak.
e. Peningkatan respirasi kulit.
f. Suara membesar karena hipertropi laring.
g. Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.
h. Disfagia akibat lidah membesar.

Diagnosa keperawatan
1. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
2. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
3. Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
4.Tidak efektifnya koping individu b/d kerusakan konsep diri.
5.kurangnya pengetahuan tentang berhubungan tengan diagnose penyakit dan pengobatan.

Intervensi dan Rasional


Dx. 1
Diagnose TUJUAN criteria INTERVENSI RASIONAL
keperawatan
1.Disfungsi seksual Pasien dapat menunjukkan 1. Identifikasi Rasional : agar perawat
yang berhubungan peningkatan fungsi seksual masalah dapat mengetahui
dengan penurunan Criteria hasil spesifik yang masalah seksual klien
libido ; infertilitas 1.pasien mengungkapkan berhubungan dan lebih terbuka
impotent. perasaan dappat dengan kepada perawat.
Di tandai : keinginan/hasrta seksual pengalaman
 Ds:pasien 2.pasien mengungkapkan pada klien
mengungkapkan fungsi seksual meningkat terhadap Rasional : agar klien
tidak dapat fungsi mendapat hasil mufakat
melakukan seksualnya. bersama pasangannya.
aktivitas seksual.
2. Dorong klien
 DO: adanya
agar mau
penyakit yang
mendiskusika
memungkinkan
n masalah
pasien mengalami
tersebut
gangguan seksual
dengan
pasangannya.

3. Kolaborasi
pemberian
obat – obatan
bromokriptin.

Dx. 2 Perubahan Pasien mencapai fungsi 1.Dorong klien agar Rasional : agar perawat
sensori perseptual optimal dalam batas-batas mau melakukan mengetahui jarak lapang
(penglihatan) yang kemampuan pemeriksaan lapang klien.
berhubungan Criteria hasil : pandang.
dengan gangguan  Kemampuan untuk Kejadian degenerasi
transmisi impuls merawat diri 2. Nilai usia pasien muscular,katarak,kerusa
akibat kompresi  Kemampuan mengatur kan retina
tumor pada nervus lingkungan yang aman
optikus.
Ditandai dengan
DS: pasien
mengatakan
kekerunan pada
mata
Do : kegelisahan
Dx 3. Perubahan 1.Dorong klien agar Rasional : Agar perawat
citra tubuh yang Tujuan : pasien mau mengungkapkan dapat mengetahui apa
berhubungan menunjukkan peningkatan pikiran dan yang dirasakan oleh
dengan perubahan citra tubuh dan harga diri perasaannya terhadap klien sehubungan
penampilan fisik. yang di buktikan dengan perubahan. perubahan tubuhnya.
kemampuan 2Bantu klien
melihat,menyentuh,berbica mengidentifikasi
ra tentang,kondisi dan kekuatannya serta
perawatan untuk dirasakan segi – segi positif Rasional : Agar klien
bagian tubuh atau fungsi yang dapat mampu
yang berubah dikembangkan oleh mengembangkan dirinya
Kriteria Hasil klien. kembali.
 Pasien mengungkapkan
menerima keadaan dirinya
3.Yakinkan klien
seuai dengan kondisi
bahwa sebagian
sekarang
gejala dapat
 Pasien dapat
berkurang dengan
mengungkapkan harapan Rasional : agar klien
pengobatan
melakukan hal yang positif tetap optimis dan
dengan kondisinya. berfikir positif selama
pengobatan.

Diagnose Tujuan & criteria INTERVENSI RASIONAL


keperawatan hasil
dx.4Tidak efektifnya Pasien dapat 1.kaji spesifik strees 1.penilaian yang akurat
koping individu b/d emnunjukkan pasien dapat emfasilitas
kerusakan konsep diri peningkatan koping pengembangan strategi
Ditandai dengan : yang positif. koping yang sesuai.
Ds :pasien Criteria hasil : 2.perilaku dan tanggapan
mengatakan  Pasien dapat fisiologis terhadap stress
ketidakmampuan menunjukkan sikap 2.nilai keputusan dapat bervariasi.
untuk membuat yang positif. pasien dalam
keputusan  Pasien dapat bersikap mendefinisikan Untuk mengetahui
Do : tidak mampu positif karakteristik pengaruh dan
membuat keputusan masalah. pengalaman di masa lalu
3.kaji masa lalu dalam proses pengobatan
pasien
dx.5 kurangnya Pasien dapat 1.tentukan siapa 1.pasien,keluarga
pengetahuan tentang meningkatkan yang akan menjadi pasien,dan orang-orang
berhubungan tengan pengetahuan b/d sasaran belajar. penting atau pengasuh.
diagnose penyakit dan diagnose penyakit.
pengobatan. Criteria hasil : 2.nilai motivasi dan 2.orang dewasa harus
Ditandai dengan :  Pasien menunjukkan kemauan pasien dan melihat kebutuhan atau
 Ds :pasien mengatakan motivasi untuk belajar. keluarga pasien. tujuan untuk belajar.
kurang mengerti  Pasien dapat
tentang penyakitnya. 3.nilai kemampuan 3.sebagai contoh mini-
mengidentifikasi
Do : pasien kurang belajar pasien mental status test dapat
kebutuhan belajar.
ingatan digunakan untuk
mengidentifikasi
masalah memori
BABIV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hiperpituitari adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlrbihan satu atau
lebih hormone- hormone yang disekresikan oleh kelenjar pituitary{ hipofise} biasanya
berupa hormone- hormone hipofise anterior.`` Penyebab tersering hiperpituitari adalah
adenoma hifofise.Adenoma hipofpise merupakan 5-10% dari semua kejadian tumor
intracranial, dan sering kali tinbul di lobus anterior hipofise.

DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan medical bedah gangguan system endokrin


Penulis : tarwoto,Ns,S.kep,M.kep,dkk

Diposkan oleh jumriah arifin di 22.44


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Penyakit hypothalamic

Pengenalan ringkas

Penyakit hypothalamic adalah disebabkan oleh pelbagai sebab-sebab kehilangan fungsi


hypothalamic sekumpulan penyakit, ciri-ciri utama adalah disfungsi endokrin dan disfungsi
autonomi.

Hipotalamus adalah kedua-dua pusat saraf tumbuh-tumbuhan yang lebih tinggi adalah
endokrin pusat fungsi kompleks dan canggih. Hipotalamus dan fungsi pituitari, aktiviti
gonad, peraturan suhu badan, mengawal selera makan dan air metabolisme adalah berkait
rapat. Neuron hypothalamic mungkin rintangan cholinergic, dopaminergic, atau adrenergic,
dan dalam lokus yang sama anatomi sering memaparkan neurotransmitter berbeza
mengotorkan kimia, menunjukkan fungsi fisiologi yang berbeza di kawasan yang sama
pertindihan. Rangsangan rembesan hypothalamic pituitari anterior hormon tiroid merangsang
pertumbuhan hormon hormon melepaskan (TRH), hormon luteinizing hormon melepaskan
(LHRH), perangsang Folikel hormon hormon melepaskan (FSHRH), hormon pertumbuhan
hormon melepaskan (GHRH), corticotropin melepaskan hormon (CRH), faktor melepaskan
prolaktin (PRF); melarang hormon prolaktin faktor yg melarang mereka di sana (PIF),
hormon pertumbuhan hormon menghalang (SST). Peranan dalam rembesan hormon pituitari
vasopressin (VP), hormon antidiuretic (Adh).
Patologi

Pertama, kongenital
(A) kekurangan hormon pertumbuhan (dengan atau tanpa kekurangan hormon lain)

(Dua) hormon luteinizing (LH) dan folikel-merangsang hormon (FSH) kekurangan.

(Tiga) infantilism - pigmentosa Retinitis - hypoplasia syndrome (sindrom Laurence-Bulan-


BiedIe)

Kedua, tumor

(A) craniopharyngioma hypothalamic, tumor pineal, meningioma, optik chiasm glioma,


tumor lain.

(Dua) ketumbuhan pituitari suprasellar.

Tiga, jangkitan ensefalitis, batuk kering, sifilis.

Empat, sarcoidosis granulomatous, Han - Xu - penyakit gram (Tangan-Schuller-Kristian


penyakit), Eosinophilic granuloma, granuloma sistemik berganda.

Lima, penyakit vaskular selepas bersalin pituitari disfungsi, aneurisme karotid atau
intrakranial, pendarahan subaraknoid, pituitari apopleksi, arteriosklerosis serebrum,
embolisme serebrum, pendarahan serebrum.

Enam, mekanikal tekanan hydrocephalus pelbagai sebab.

Tujuh, terapi radiasi iatrogenic, pembedahan saraf.

Lapan, trauma kecederaan otak trauma.

Sembilan, muntah fungsi saraf, makan, anoreksia, amenorea, mati pucuk, hipotiroidisme,
kekurangan adrenal.

Gejala klasifikasi penyakit hypothalamic

Disfungsi endokrin

(A) kekurangan hormon pituitari. Lebih biasa dalam pelbagai sebab-sebab yang memihak
kepada kerosakan tangkai pituitari. Apabila tangkai pituitari telah disekat, sebagai tambahan
kepada mana-mana di luar PRL kekurangan hormon pituitari atau kekurangan mungkin biasa
ialah insipidus kencing manis dan hyperprolactinemia dikaitkan dengan hipogonadisme. Di
samping itu, juga boleh menyebabkan hipotiroidisme, kekurangan adrenal. Hormon
pertumbuhan (GH) rembesan. Ini kumpulan penyakit hormon pituitari ukuran sama dan ujian
dinamik berdasarkan prestasi rembesan adalah rendah, memandangkan jumlah yang tepat
melepaskan hormon, boleh hadir sambutan yang baik.

(Dua) rembesan berlebihan hormon pituitari. Rembesan yang berlebihan adalah CRH
Cushing penyakit (Cushing penyakit) sebab. GHRH hypersecretion, yang membawa kepada
acromegaly. Terdahulu kerana rembesan yang berlebihan GnRH pituitari gonadotropin (gn)
pelepasan awal, boleh membawa kepada akil baligh cepat matang benar. Sindrom Kongenital
osteitis fibrosis (sindrom AIbright) boleh digabungkan dengan akil baligh cepat matang. TRH
boleh menyebabkan rembesan meningkat hipertiroidisme hypothalamic.

(Tiga) rembesan hormon gangguan irama. Irama harian rembesan ACTH mungkin
disebabkan oleh beberapa penyakit hypothalamic dan kesan sindrom Cushing hilang; irama
harian lain rembesan GH dan PRL hormon dan rembesan hormon irama bulanan LH dan FSH
boleh hilang akibat rembesan penyakit hypothalamic Irama intrinsik.

(Empat) keabnormalan pubertal. Hipotalamus Posterior penyakit ini boleh menghapuskan


kesan perencatan pada rembesan Gn pituitari, yang membawa kepada akil baligh cepat
matang. Sebaliknya, penyakit hypothalamic juga boleh menyebabkan kelewatan akil baligh.

Gejala hipotalamus

(A) obesiti. Pesakit kerana pusat berkenaan dgn perut kenyang kehilangan nuklear garis
tengah fungsi, menyebabkan selera makan meningkat dan obesiti. Obesiti boleh menjadi
kemuncak penyakit ini dan satu-satunya prestasi pesakit obes yang berat selalunya boleh
terus meningkat, menyebabkan sebab-sebab jelas untuk fenomena ini.

Sindrom Prade-WiIIi adalah disebabkan oleh disfungsi hypothalamic, obesiti penting, makan,
kencing manis, terencat bersuara, hipogonadisme dan ungenerous. Dalam infantilism seksual
- pigmentosa Retinitis - Sindrom polydactyly, obesiti juga tanda-tanda terkenal.

(Dua) selera makan dan berat badan. Apabila berkenaan dgn perut sisi nukleus pusat
makanan telah rosak, boleh menyebabkan selera makan dan berat badan, cachexia serius,
kelemahan otot, rambut gugur. Juga boleh dikaitkan dengan disfungsi anterior teruk pituitari.

(Tiga) keabnormalan tidur

Sebelumnya 3 Seterusnya Pilih Pages

HIPERPITUITARI

KELENJAR HIPOFISIS
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam
struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa tetapi
memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan
daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan akan menyebabkan sakit kepala atau
gangguan penglihatan. Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin
lainnya. Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas
hipofisa. Hipotalamus dan hipofisis dihubungkan oleh sistem portal hipotalamo-
hipofisis.Melalui sistem tersebut releasing hormon dari hipotalamus mencapai hipofisis, shg
hipofisis mudah melepaskan hormon-hormon.
Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus
posterior (belakang).Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara
melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara
langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan
melalui impuls saraf.
Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa
banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas
kelenjar target. Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya
dilepaskan terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian
periode aktif dan tidak aktif.

A. Fungsi Lobus Anterior


Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Jika hormon yang
dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin lainnya juga
akanmelepaskan hormon yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan produksi
dari semua organ endokrin lain.antara lain:
1. GH/growth hormone/ hormon pertumbuhan/somatotropik hormone/STH
Sekresi dirangsang oleh growth hormone releasing hormone/GHRH (dari hipotalamus). GH
diperlukan untuk:

 Pertumbuhan somatik dan mempertahankan ukuran yang telah dicapai.


 mampu meningkatkan metabolisme lemak
 dapat meningkatkan aliran gula ke otot dan lemak,merangsang pembentukan protein
di hati dan otot serta memperlambat pembentukan jaringan lemak,dan mengaktifkan
faktor pertumbuhan yang menyerupai insulin
 Efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan adalah menghambat pengambilan dan
pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan meningkatkan
pembentukan lemak dan kadar lemak dalam darah. Kedua efek tersebut sangat
penting karena tubuh harus menyesuaikan diri dengan kekurangan makanan ketika
berpuasa dan dapat digunakan sebagai cadangan sumber energi
2. ACTH ( adenocorticotropic hormone )
Pelepasan ACTH dipengaruhi oleh cortricotropin releasing hormone dari hipotalamus.
Berfungsi:
merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks adrenal untuk mengatur produksi kortisol dan
beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik)
Tanpa kortikotropin,kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan
kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal.
Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-
melanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan
endorfin, yang mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.
3. TSH (thyroid-stimulating hormone) / hormon tirotropin
Pelepasan TSH dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus.
Berfungsi:
 Merangsang pertumbuhan
 merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid
Terlalu banyak TSH menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme),
terlalu sedikit TSH menyebakbn berkurangnya pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).
4. LH (luteinizing hormone)/ interstisial cell stimulating hormone ( ICSH )
merupakan gonadotropin,pada laki-laki LH berfungsi merangsang sekresi testosteron oleh sel
leydig (sel interstitial testis)
Pada wanita LH mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron oleh korpus luteum dalam
ovarium, merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur&
untuk merangsang pembentukan folikel de graff dalam ovarium.
5. FSH (follicle-stimulating hormone)
merupakan gonadotropin. Pada wanita,FSH merangsang pembentukan estrogen oleh sel sel
folikel dan progesteron,merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur&
untuk merangsang pembentukan folikel de graff dalam ovarium. Pada laki-laki,FSH
berfungsi merangsang tubulus seminiferus untuk meningkatkan pembentukan sperma
6. hormon prolaktin/ luteotrofin
Pelepasannya dipengaruhi oleh prolactin releasing hormon/PRH.
Berfungsi : mengendalikan sekresi air susu, dan memepertahankan adanya korpus luteum
selama hamil
B. Fungsi Lobus Posterior
Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon antidiuretik dan
oksitosin. Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam
hipotalamus, sel-sel saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa
posterior, dimana hormon ini dilepaskan.Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang
kelenjar endokrin lainnya, tetapi langsung mempengaruhi organ target
1. Hormon antidiuretik (vasopresin)
Pelepasan ADH dipengaruhi keadaan kurang cairan/dehidrasi. Sel targetnya adalah tubulus
dan arteriol.berfungsi :
 meningkatkan TD
 meningkatkan absorsi di tubulus distal
 menurunkan krja otot saluran GI
 meningkatkan penahanan air oleh ginjal
Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai.Jika terjadi dehidrasi, maka
reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar
hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik. Kadar elektrolit (misalnya
natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-
sel berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang dirasakan oleh otak) akan
merangsang pelepasan hormon antidiuretik.
Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula darah
yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya klorpropamid, obat-
obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati asma dan emfisema).
Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan hormon
antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan
dimana ginjal terlalu banyak membuang air.
2. hormon Oksitosin
Pelepasan oksitosin dipengaruhi oleh hisapan dan persalinan. Sel targetnya adalah uterus dan
payudara.berfungsi :
 menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah persalinan untuk
mencegah perdarahan
 merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu
Pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam
payudara berkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa
No Hormon Location Function
1. Hormon pertumbuhan Otot & tulang meningkatkan pertumbuhan dengan
(growth hormone) GH/ mempengaruhi beberapa fungsi
somatotropin metabolisme seluruh tubuh,
khususnya pembentukan protein

2. Prolaktin hormon Kelenjar mengatur sekresi beberapa hormon


adenokortikotropik adrenal korteks adrenal, yang selanjutnya
(ACTH) mempengaruhi metabolisme glukosa,
protein, dan lemak.

3. Hormon stimulasi Tiroid mengatur kecepatan sekresi tiroksin


tiroid (TSH) oleh kelenjer tiroid, dan tiroksin
selanjutnya mengatur kecepatan
sebagian besar reaksi – reaksi kimia
seluruh tubuh

4. Prolaktin Kelenjar susu meningkatkan perkembangan kelenjar


mammae dan pembentukan susu
5 hormon luteinisasi Indung telur mengatur pertumbuhan gonad serta
(LH) (buah zakar) aktivitas reproduksinya.

6. hormon stimulasi Indung telur mengatur pertumbuhan gonad serta


folikel (FSH) (buah zakar) aktivitas reproduksinya.

7 Oksitosin Rahim & Berperan dalm proses persalinan bayi


kelenjar susu dan laktasi
8. Hormon antidiuretik Ginjal Mengatur kecepatan ekskresi air ke
(vasopresin) dalam urin dan dengan cara ini
membantu mengatur konsentrasi air
dalam cairan tubuh.
Penyakit hipofise adalah penyakit yang tidak umum terjadi, namun dapat timbul sebagai
kondisi hiperfungsi hipofise,hipofungsi hipofise, dan lesi/massa setempat yang menyebabkan
tekanan pada khiasma optikus atau bagian basal otak.

HIPERPITUITARY
1) Definisi Hiperpituitary
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau
lebih yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari . Hormon – hormon hipofisis lainnya sering
dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Kelenjar Hipofise, Hotma Rumahardo, 2000 : 36)
2) Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab
mencakup :
 Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH,ACTH
atau prolakter.
 Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila
sekresi kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P.
2000. Jakarta : EGC)
3) Manifestasi klinis
 Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari –
jari tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
 Impotensi
 Visus berkurang
 Nyeri kepala dan somnolent
 Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
 Libido seksual menurun
 Kelemahan otot, kelelahan dan letargi (Hotman Rumahardo, 2000 : 39)
 tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur bisa
terganggu, serta tampak keseimbangan emosi
 gangguan penglihatan sampai kebutaan total

4) Patofisiologi

Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari
kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami
pembesaran disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma
mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa
jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme.penyebab
adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga
sering disebut functioning tumor.

Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan prolaktin.
Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang terjadi.
Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:

1. prolactin-secreting tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma.


Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri atas
sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia
reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan
sekunder, galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan),
dan infertilitas.

2. somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan )


Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan.
Gejalah klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi
kondisi ini.
Misalnya saja pada klien prepubertas,dimana lempeng epifise tulang panjang belum
menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan
gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang
ditandai dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-
organ dalam juga turut membesar ( misal; kardiomegali).
Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik, seperti
hiperglikemia dan hiperkalsemia. Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan
pengobatan pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat mengalami perbaikan,
namun perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.

3. corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )


Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini
adalah mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit Cushing’s.

ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:


1. perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium.
2. perubahan yang di akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu sendiri.
Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika ), dengan besar
diameter kurang dari 1cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.
Klasifikasi hipofisis/ adenoma hipofisis.
1. encapsulated (tidak ada metastasis dalam sella tursika )
2. invasive ( sella tursika rusak karena metastasis )
3. mikroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter kurang dari 10 mm )
4. makroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10mm).
Tumor ini bisa sampai ke suprasellar.
Perubahan neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin
membesar.tekanan ini bisa terjadi saraf optic, saraf karnial III (okulomotor ), saraf karnial IV
( troklear ), dan saraf karnial V (trigeminal).tumor yang sangat besar bisa menginfiltrasi
hipotalamus.
Syndrome hyperpituitary :

1) SIADH (Syndrome of inappropriate Antidiuretic Hormone)


 Definisi
Kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik. Gangguan produksi hormon
antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau hiponatremia, osmolaritas serum,
peningkatan gravitas urin, edema atau dehidrasi,dan peningkatan hormon plasma vasopresin.
Biasanya fungsi adrenal, tyroid dan ginjal dalam batas normal. Hal lain kadang gejala
SIADH berhubungan dengan trauma kepala atau tumor, dimana patologi akan mengambil
biopsi untuk memastikannya
 Etiologi
SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan gangguan hipotalamus
(bagian dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar hipofise dalam memproduksi
hormone). Pada kasus lainnya, missal: beberapa keganasan (ditempat lain dari tubuh) bisa
merangsang produksi hormon anti diuretik, terutama keganasan di paru dan kasus lainnya
seperti dibawah ini:
 Meningitis – peradangan pada meningens, selaput pelindung otak dan saraf spinalis
 Encephalitis – peradangan dijaringan otak
 Tumor otak
 Penyakit paru
 Trauma kepala
 Guillain-Barré syndrome (GBS) – keadaan reversible yang menyerang jaringan syaraf,
menyebabkan lemah otot, nyeri dan paralisa temporer di wajah dan otot kaki dan paralisa di
bagian dada bisa menganggu proses bernafas
 Penggunaan obat tertentu
 Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofise saat pembedahan
 Manifestasi klinis :
Pada kasus SIADH berat, gejalanya meliputi:
 Nausea
 Muntah
 Irritability
 Perubahan prilaku seperti meracau, bingung dan halusinasi
 Stupor
 Koma

 Patofisiologi
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ( vasopresin) menjadi kuat adalah
penurunan volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat terutama saat volume darah turun
15 – 25 persen, dengan kecepatan sekresi meningkat sering sampai 50 kali dari normal.
Penyebab peningkatan ini adalah atrium, terutama atrium kanan, mempunyai reseptor regang
yang di bangkitkan, reseptor akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menghambat sekresi
ADH. Sebaliknya, bila tidak dibangkitkan akibat tidak penuhnya pengisian, terjadi proses
yang berlawanan, dengan peningkatan sekresi ADH yang sangat besar. Lebih lanjut, di
samping reseptor regangan atrium, penurunan regangan baroreseptor pada daerah karotid,
aortik dan pulmonari dalam peningkatan sekresi ADH.
Sekresi darah yang terlalu banyak ke dalam atrium dapat terjadi pada jantung yang
kardiomegali. Atrium yang mebesar tanpa di ikutioleh katup – katupnya membuat darah
menumpuk pada atrium – atrium dan akhirnya terjadilah gagal jantung

2) Galaktore
 Definisi
Galaktore adalah pembentukan air susu pada pria atau wanita yang tidak sedang dalam masa
menyusui
 Etiologi
Penyebabnya adalah prolaktinoma (tumor yang menghasilkan prolaktin) pada kelenjar
hipofisa. Pada saat terdiagnosis biasanya prolaktinoma ini ukurannya kecil, tetapi pada pria
tumor ini cenderung membesar.Pembentukan prolaktin yang berlebihan dan terjadinya
galaktore juga bisa dirangsang oleh obat-obatan seperti fenotiazin, obat tertentu untuk
tekanan darah tinggi (terutama metildopa) dan narkotik. Penyebab lainnya yang mungkin
adalah hipotiroidisme.gagal ginjal dan efek samping obat bisa menjadi faktor penyebab
 Manifestasi klinis
 Gangguan siklus menstruasi atau siklusnya berhenti
 Wajah tampak merah
 vagina kering sehingga terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual
 Penderita pria mengalami sakit kepala atau kehilangan lapang pandang perifernya
 Sekitar 2/3 penderita pria kehilangan gairah seksualnya dan menjadi impoten
 Patofisiologi
Kelebihan prolaktin hampir selalu di sebabkan oleh adenoma hipofise, biasanya berupa
mikrokardenoma (diameter tumor kurang dari 1 cm). Atau disfungsi hipotalamus. Dopamin
merupakan inhibitor hipotalamik primer untuk pelepasan prolaktin terputusnya trasnmisi
dopamin kehipofise dapat menyebabkan prolaktin berlebihan

3) Gigantisme
 Definisi
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal dari seluruh tubuh karena kelenjar hypophysis
memproduksi hormon berlebihan. Hipofisis adalah kelenjar seukuran biji kacang tanah dan
menggantung dari otak, terbaring di sebelah dalam tulang pelipis dekat bola mata. Penyakit
ini ditandai oleh pembesaran dan penebalan tulang dahi, rahang, kaki, dan tangan secara
berangsur. Penyakit ini berlangsung lambat dan baru diketahui setelah penderita memasuki
usia menengah. kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth Hormone (GH) yang
berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis
 Etiologi
Gigantisme Primer atau Hipofisis, di mana penyebabnya adalah adenoma hipofisis.
Gigantisme Sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari
Hipothalamus. Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas, dll) yang
mensekresi GH. Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat
diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang
mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan
kelebihan hormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih
dalam masa pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama
adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan
 Patofisiologi
Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi
sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan
sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh
tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa
remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi
badan akan terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena
produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan
tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang
beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif
akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10
persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme
bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor
pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.
 Manifestasi klinis :
 Pertumbuhan linier yang cepat
 Tanda – tanda wajah kasar
 pembesaran kaki dan tangan
 Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala dapat mendahului pertumbuhan linier
 Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku
 Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas
 Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau lebih
4) Akromegali
 Definisi
Akromegali adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang
berlebihan dan terjadi pada usia 30-50 tahun
 Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofisa
jinak (adenoma)
 Manifestasi klinis
 Tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang. Gambaran tulang wajah menjadi
kasar, tangan dan kakinya membengkak
 Penderita memerlukan cincin, sarung tangan, sepatu dan topi yang lebih besar
 Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit
 Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat di dalam kulit membesar, menyebabkan keringat
berlebihan dan bau badan yang menyengat
 Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang menonjol
(prognatisme)
 Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak. Lidah
membesar dan lebih berkerut-kerut. Tulang rusuk menebal menyebabkan dada berbentuk
seperti tong. Sering ditemukan nyeri sendi; setelah beberapa tahun bisa terjadi artritis
degeneratif yang melumpuhkan. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu
sehingga terjadi gagal jantung
 Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan di tungkai dn lengannya karena
jaringan yang membesar menekan persarafan. Saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak
juga bisa tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama pada lapang pandang
sebelah luar
 sakit kepala hebat
 Patofisiologi
Bila tumor asidofilik timbul sesudah masa dewasa muda-yakni, sesudah epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang maka orang itu tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi,
namun jaringan ikat longgarnya masih terus tumbuh dan tebal tulangnya msih terus tumbuh.
Perbesaran tadi terutama dapat di lihat pada tulang – tulang kecil tangan dan kaki serta pada
tulang membranosa, termasuk tulang tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi , tepi
supraorbital, bagian bawah rahang, dan bagian tulang vertebra, sebab pada masa dewasa
muda pertumbuhan tulang – tulang ini tidak berhenti. Akibatnya, tulang rahang tampak
menonjol ke depan, kadang kala sampai setengah inci ke depan, dahi menyempit ke depan
sebab pertumbuhan tepi supraorbitalnya sangat besar, hidung membesar sampai dua kali
ukuran normal, kakinya membutuhkan sepatu berukuran 14 atau lebih besar, dan jari –
jarinya menjadi sangat tebal

5) Penatalaksanaan
a) Terapi

Dikenal 2 macam terapi, yaitu:

1. Terapi pembedahan (Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial )


Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam
pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan melakukan
pembedahan pada batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans
ethmoid sphenoid hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara
pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata,
untuk mencapai tumor hipofisis. Hasil yang didapat cukup memuaskan dengan keberhasilan
mencapai kadar HP yang diinginkan tercapai pada 70 – 90% kasus. Keberhasilan tersebut
juga sangat ditentukan oleh besarnya tumor.

Pembedahan transphenoidal
Pendekatan transphenoidal sering digunakan dalam melakukan reseksi suatu adenoma.
Sela tursika dicapai melalui sinus sphenoid, dan tumor diangkat dengan bantuan suatu
mikroskop bedah. Insisi dibuat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan ini pun digunakan
untuk memasang implant. Suatu lubang dibuat pada durameter pada jalan masuk sela tursika.
Biasanya dirurup dengan lapisan fascia yang diambil dari tungkai, sehingga pasien harus
disiapkan untuk insisi tungkai. Penampilan ini dilakukan untuk mencegah bocornya cairan
serebrospinal (CSF). Kebocoran CSF dapat terjadi beberapa hari postoperatif tapi harus
ditutup. Hidung mungkin mempet dan suatu sling perban ditempatkan dibawahnya untuk
mengabsorpsi drainage.
Monitoring terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan.
Data-data berikut harus diperhatikan :
1. Keluhan postnasal drip
2. Menelan yang konstan
3. Adanya halo ring pada nasal sling atau balutan (tanda berupa cairan CSF yang jernih
disekeliling cairan serosa yang lebih gelap ditengahnya)
4. Memeriksa ada tidaknya glukosa pada drainase nasal.
Cairan serebrospinal mengandung glukosa, sedangkan cairan nasal tidak. Jika tes
glukosa positif, bahan pemeriksaan harus dikirim ke laboratorium untuk konfirmasi lebih
lanjut.
Jika terdapat kebocoran yang menetap, pasien dianjurkan untuk tirah baring dengan
kepala terangkat untuk menggantikan tekanan pada tambalan yang sudah ditentukan.
Seringkali kebocoran CSF sembuh dengan sendirinya, tetapi kadang-kadang diperlukan
perbaikan dengan tindakan operasi. Aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial harus
dihindari.
Nyeri kepala dapat timbul dan dapat diobati dengan analgetik nonnarkotik tau cordein.
Nyeri kepala persisten atau rigiditas nuchal (kaku kuduk) dapat memberikan petunjuk akan
adanya meningitis dan hal ini harus segera dilaporkan. Karena kemungkinan terjadinya risiko
infeksi, maka antibiotik profilaktif dapat diberikan saat preoperatif atau postoperatif.
Intervensi keperawatan lainnya bagi pasien dengan operasi transphenoidal meliputi hal
berikut :
1. Memberikan cairan peroral dan diet cairan jernih segera setelah pasien sadar dan tak lagi
merasa mual setelah tinadakan anastesia.
2. Meningkatkan diet yang sesuai (anorexia dapat timbul karena menurutnya sensasi
penciuman).
3. Meyakinkan pasien bahwa kehilangan sensasi penciuman hanya sementara dan akan
membaik segera setelah penutup hidung nasal sling diangkat.
4. Memberikan O2 dengan kelembaban tertentu untuk menjaga kelembaban mukosa nasal dan
oral.
5. Melakukan perawatan mulut
a. Jangan menggosok gigi (untuk mencegah distrupsi benangjahitan).
b. Menggunakan kapas halus dan lembab pada saat membersihkan gigi.
c. Sering melakukan bilas mulut.
b. Pembedahan transfontal
Jika tumor hipofise dibawah tulang-tulang dari sella tursika (ekstra sellar),
kraniotoomi dilakukan untuk mendapatkan suatu lapang operasi yang cukup. Tumor-tumor
intraserebral lain, penyakit-penyakit atau trauma terhadap struktur-struktur yang berdekatan
dengan hipofise atau dapat menyebabkan disfungsi hipofise sementara maupun permanen.

2. Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi
tidak memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat gejala akut
setelah terapi pembedahan dilaksanakan.Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor,
menurunkan kadar GH , tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar
GH umumnya mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk
menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50% dari kadar sebelum disinar (base line level),
setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun, dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.
Radiasi hipofisis dilakukan pada pasien dengan adenoma hipofisis yang besar yang
tidak seluruh tumor bisa di angkat. 80% dari pasien dengan akromegali dapat disembuhkan
dengan radiasi. Selain mual dan muntah, efek samping radiasi yang paling sering ditemukan
adalah hipopituitarisme.
b) pemberian obat
Bromocriptine ( parloden ) : suatu dopamine. Merupakan obat pilihan pada kelebihan
prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga diberikan pada klien
dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.Observasi efek samping pemberian
bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi lambung, mual, kram abdomen, konstipasi,
bila ada efek samping di atas kolaborasi dengan dokter, berikan obat-obatan setelah klien
makan (tidak diberikan di antara waktu makan).

6) Pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan fungsi target organ
 Pemeriksaan ACTH, TSH, FSH dan LH serta hormone nontropik
 Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormone dan dengan melakukan
efeknya terhadap kadar hormone sarum
 Foto rongen kepala dan tulang kerang tubuh dengan CT scan
 Pengukuran lapang pandang
 Tes toleransi glukosa
 Tes supresi dengan dexamethason (Hotman Rumahardo, 2000 : 39).

7) Penyuluhan kesehatan pasien dan keluarga


Pasien bersama keluarganya memerlukan penyuluhan kesehatan dan dukungan tentang
perubahan pada citra tubuh, kecemasan, disfungsi seksual, intoleransi aktifitas dan obat yang
diteruskan dirumah. Pasien pascareseksi transfenoidal perlu di beritahu untuk menghindari
kegiatan yang bisa mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial, misalnya :
membungkuk, bersin, batuk dan maneuver valsalva ketika defekasi. Pasien perlu menghindari
konstipasi. Pasien memerlukan bantuan ketika melakukan aktifitas hidup sehari-hari karena ia
cepat merasa lelah.

8) Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah
tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktivitas
yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk dll. Juga jelaskan agar klien
mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi
serat, minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.
Klien tidak menyikat gigi 1-2 minggu sampai penyembuhan sempurna, cukup berkumur
setiap kali setelah makan. Jelaskan bahwa sensasi hilang rasa pada daerah insisi adalah biasa,
dapat berlangsung 3- 4 bulan. Oleh karena itu anjurkan klien memeriksakan gusinya untuk
mengetahui adanya lesi dan perdarahan dengan menggunakan cermin setiap hari.Setelah
operasi, pemberian hormon
untuk memepertahankan keseimbangan cairan. Jelaskan penggunaan obat-obatan dan
jelaskan pula perlunya tindak lanjut secara teratur.

9) ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


1. Pengkajian
a. Pengkajian perawatan secara umum
 Pemantauan akan potensial komlikasi kelainan endokrin dan pengelolaannya
 Pemantauan akan tanda – tanda dan gejala klinik yang menunjukkan adanya
ketidakseimbangan hormonal
 Mengetahui persepsi pasien dan keluarga pasien mengenai masalah kesehatan, pengelolaan
dan bantuan yang diperlukan
 Menentukan narasumber yang diperlukan pasien dan keluarganyauntuk dapat mengatasi
penyakitnya dan untuk pengelolaannya di rumah sakit dan setelah pulang dari rumah sakit
 pengkajian psikologis dan sosial
b. Pengkajian keperawatan secara khusus
1. Riwayat penyakit
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
3. Kaji riwayat penyakit, Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan prolaktin, GH dan
ACTH mulai dirasakan
4. Keluhan utama, melipuse :
 Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jari-jari, tangan, dll.
 Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensia
 Nyeri kepala
 Libido seksual menurun
 Perubahan tingkat energi, kelelahan, dan letargi.
 Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
 Nyeri kepala, kaji P, Q, R, S, T.
 Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman penglihatan ganda, dsb.
 Kesulitan dalam hubungan seksual.
 Perubahan siklus menstruasi ( pada klien wanita ) mencakup keteraturan, kesulitan hamil
5. Pemeriksaan fisik dan masalah klinik yang sering di jumpai, meliputi :
 Amati bentuk wajah, khas apabila ada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, dagu
menjorok ke depan
 Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan baik
 Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai penurunan
visus
 Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak
 Peningkatan perspirasi pada kulit menyebabkan kulit basah karena berkeringat
 Suara membesar karena hipertropi laring
 Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan splenomegali
 Hipertensi
 Disfagia akibat lidah membesar
 Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar
 Kelemahan
 Perubahan nutrisi
 Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
 Perubahan karakteristik tubuh
 Intoleransi terhadap stress
 Ketidakstabilan emosional

c. Data Subjektif
1. Kelemahan dan pola tidur
2. Pola makan ( fekuensi dan asupan makanan)
3. Higiene khusus dan kebutuhan untuk bercukur
4. Riwayat kardiovaskular
5. Polaintake dan output cairan
6. Rasa tidak nyaman
7. Penggunaan obat – obatan
8. Riwayat reproduksi
9. Penggunaan medikasi
10. Kelainan endokrin dan pengelolaannya
d. Data Objektif
1. Tinggi dan berat badan
2. Proporsi tubuh
3. Jumlah dan distribusi masa obat
4. Distribusi lemak
5. Pigmentasi kulit
6. Distribusi rambut

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
2) Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent
3) Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
4) Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus

Diagnosa keperawatan tambahan yang juga dijumpai adalah


1. Nyeri(kepala,punggung) yang berhubungan dengan tekanan jaringan oleh tumor; hormon
pertumbuhan yang berlebihan
2. Takut yang berhubungan dengan ancaman kematian akibat tumor otak
3. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan
4. Koping individu takefektif yang berhuhubungan dengan hilangnya kontrol terhadap tubuh
5. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan,latergi
6. Perubahan sensori-persepsual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan tranmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervu optikus

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Tujuan: Dalam waktu 2 sampai 3 minggu klien akan memiliki kembali citra tubuh yang
positif
Intervensi keperawatan
a. Non pembedahan
 Klien dengan kelebihan GH
1. Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan
penampilan tubuhnya
Rasional : Agar perawat dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh klien sehubungan
perubahan tubuhnya
2. Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi-segi positif yang dapat dikembangkan
oleh klien
Rasional : Agar klien mampu mengembangkan dirinya kembali
 Klien dengan kelebihan prolaktin
1. Yakinlah klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan ( ginekomastia,
galaktorea )
Rasional : agar klien tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan.
2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya
b. Pemberian obat-obatan
1. Kolaborasi pemberian obat-obat seperti: bromokriptin (parloden). Merupakan obat pilihan
pada kelebihan prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga
diberikan pada klien dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.
2. Observasi efek samping pemberian bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi
lambung, mual, kram abdomen, konstipasi, bila ada efek samping di atas kolaborasi dengan
dokter, berikan obat-obatan setelah klien makan (tidak diberikan di antara waktu makan
3. Kolaborasi pemberian terapi radiasi. Terapi radiasi tidak diberikan pada hiperpituitarisme
akut.partikel alfa atau proton beam sebagai sumber radiasi lebih efektif tetapi responnya
lambat
4. Awasi efek samping terapi radiasi seperti: hipopituitarisme, kerusaka nervus optikus,
disfungsi okulomotorius, perubahan lapang pandang
2) Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
Tujuan: Klien akan mencapai tingkat kepuasan pribadi dari fungsi seksual
 Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap
fungsi seksualnya.
Rasional : agar perawat dapat mengetahui masalah seksual klien dan lebih terbuka kepada
perawat.
 Dorong klien agar mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
Rasional : agar klien mendapat hasil mufakat bersama pasangannya.
 Kolaborasi pemberian obat – obatan bromokriptin
 Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi pemberian gonadotropin
3) Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
 Dorong klien agar mau mengungkapkan apa yang dirasakan. Rasional : agar perawat
mengetahui apa yang dirasakan klien
 Kaji skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui intensitas dari nyeri dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya
 Berikan tehnik relaksasi dan distraksi
Rasional : pengalihan perhatian dapat mengurangi rasa nyeri.
 Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional : pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri

4) Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan


transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
 Dorong klien agar mau melakukan pemeriksaan lapang pandang.
Rasional : agar perawat mengetahui jarak lapang klien

Perawatan Preoperasi
 Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan
 Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi. Anjurkan klien
bernafas melalui mulut selama pemasangan tampon
 Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung, menggosok gigi,
batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat penyembuhan luka
 Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan operasi seperti
pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk pemeriksaan
kultur dan sensitivitas
 Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah
tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktifitas
yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk, dll. Juga jelaskan agar klien
mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi
serat, minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.

Perawatan Pascaoperasi
 Amati respon neurologik klien dan catat perubahan penglihatan, disorientasi dan perubahan
kesadaran serta penurunan kekuatan motorik ekstrimitas
 Amati pula komplikasi pascaoperasi yang lazim terjadi seperti transient insipidus (diabetes
insipidus sesaat)
 Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret dari hidung
 Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat
 Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas
 Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan hygiene oral secara teratur
 Kaji tanda-tanda infeksi
 Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.

HIPERPITUITARI

Oleh:
1. Diyah Retno Palupi
2. Dwi Nadzirotul U
3. M. Khotib
4. Nur Muslimah
5. Rohmatul Dwi S
6. Sri Rahayu
7. Windah Agustina
8. Arif Tri M.

II B / SEMESTER 3
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2010

POHON MASALAH
A) Kelenjar hipofise anterior
adenoma hipofise

function hormon
(selalu menyekresi hormon )

Prolaktin GH ACTH TSH,LH,FSH,

Prolaktin secreting somatotrop tumor Kortikotroph tumor jarang


terjadi

tumor

terdiri dari sel penyekresi gejalanya:

terdiri dari sel-sel GH(sel asidofilik) amenore,


penyekresi prolaktin infertilitas,

usia pra usia post libido menurun,


gejala: puber puber impotent

- tidak terjadi mens


pada wanita usia gejalanya: gejalanya: Penyakit Cushing
produktif pertmbuhan perbesaran
- sekresi ASI spontan tulang meman ektremitas dan

yang tidak ada jang organ dalam

hubungannya dengan

kehamilan gigantisme akromegali

galaktorea menyebabkan
hiperglekemia&hiperkalsemia

B.Kelenjar hipofise posterior

Terjadi reseptor regangan di atrium kanan

Mengirim sinyal ke otak

Otak menghambat sekresi


ADH

ADH menurun

Sekresi volume darah

Meningkat ke atrium

Atrium dan katub jantung

Membesar

Darah menumpuk pada atrium


Jantung mengalami kardiomegali

Gagal jantung

DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC


Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. 2001. Bag.3. Penerbit Buku Kedokteran Elisabeth J. Corwin,
patofisiologi
Editor Francis S. 2002. Endrokinologi Dasar Dan Klinik. Greenipan Smeltzer Dan Base
Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran Vol. 2.
Elisabeth j. Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marlyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Hotman Rumahardo. 2002. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Endrokin. Jakarta : EGC
http://www.askep.hiperpituitary.com.
http://bedah46.blogspot.com/2010_01_01_archive.html
(http://www.askep.hiperpituitaryi.com/2008

Waktu mengakses : Selasa, 5 oktober 2010


Diposkan oleh Vhiera Blogspot.com di 22.56
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Reaksi:

Tidak ada komentar:

Askep Sistim Endokrin: Hiperpituitary


Asuhan Keperawatan Pada Klien Hiperpituitary
Anatomi Fisiology Kelenjar Pituitary
Gambar: Anatomi Fisiology Kelenjar Pituitary / Sumber: Net

Review Anfis Kelenjar Hipofise


 Kelenjar hipofise atau yang disebut juga dengan pituitari memiliki panjang < 1 cm,
berat 500 mg.
 Berada di sella tursica dari os. sphenoidale.
 Terdiri dari : hipofise anterior (adenohipofise) dan hipofise posterior
(neurohipofise)
 Adenohipofise dihubungkan ke hipotalamus melalui sistem portal hipofise-
hipotalamus.
 Adenohipofise mengandung sel lactotroph (PRL), sel gonadotroph (FSH dan LH),
sel somatotroph (GH), sel tyrotroph (TSH), sel corticotroph (ACTH)

HIPOFISIS POSTERIOR
 Neurohipofise terbentuk dari sel glia (pituisit) dihubungkan ke hipotalamus dalam
pengendaliannya melalui sistem saraf/impuls saraf (axon).
 Hipofisa posterior menghasilkan hormon ADH dan Oksitoxyn/oksitoksin.
 Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan
hormon, melalui pembuluh darah yang secara langsung menghubungkan keduanya.

Anti Diuretic Hormone (ADH)


 Hormon antidiuretik (ADH) atau vasopresin merupakan produk utama hipofise
posterior.
 Berperan secara fisiologik terutama dalam pengaturan metabolisme air. Hormon
antidiuretik (ADH) diperlukan dalam jumlah sedikit yaitu 2 nanogram.
 ADH/vasopresin berguna dalam mempertahankan jumlah air tubuh terutama terjadi
pada sel–sel ductus colligens ginjal

Fungsi Anti Diuretic Hormone (ADH)/Vasopresin)


1. Merangsang reabsorpsi air di tubulus ginjal
2. Mengakibatkan kontraksi dari dinding arteriol sehingga mempersempit rongga
pemubuluh darah dan meningkatkan tekanan darah
3. ADH/Vasopresin juga mengontrol kadar air dalam tubuh.

Summary of the principal actions of anterior pituitary


hormones

Summary of the principal actions of anterior pituitary hormones / Sumber: Net

Hormon Hipofise

Hormon Hipofise / Sumber: Net

Penyakit Hipofise
 Kondisi abnormalitas dari fungsi kelenjar hipofise adalah hipersekresi atau
hiposekresi
 Bila terjadi kerusakan pada seluruh lobus hipofise disebut dengan panhipopituitarisme
(Simmond disease). Kondisi ini jarang terjadi.
Hiperfungsi Kelenjar Hipofisis
Hiperfungsi kelenjar hipofisis atau yang disebut dengan hiperpituitarisme adalah suatu
kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisis sehingga mengakibatkan
peningkatan sekresi salah satu hormon hipofisis atau lebih.

Jenis Tumor Kelenjar Hipofise


 Tumor eosinofil, jika tumbuh secara dini dalam kehidupan seseorang, akan
menimbulkan gigantisme. Jika kelainan ini dimulai pada masa dewasa akan
menimbulkan akromegali.
 Tumor basofil akan menyebabkan sindrom Chussing yang berkaitan dengan
Hiperadrenalisme, termasuk maskulinisasi dan amenore pada wanita.
 Tumor kromofob, yang merupakan 90% dari seluruh tumor hipofisis, biasanya tidak
menghasilkan hormon tetapi menghancurkan sisa kelenjar hipofisis sehingga
menyebabkan hipopitutarisme

Etiologi Hiperpituitarisme
Primer -> langsung pada hormon tropik / hipofise, contoh:
1. Peningkatan Growth Hormon,
2. Peningkatan prolaktin

Sekunder -> terjadi pada kelenjar target


Contoh :
1. Peningkatan ACTH,
2. Peningkatan TSH,
3. Peningkatan PTSH,

Akromegali / Sumber: .Net


1. Peningkatan Growth Hormon
A. Akromegali:

 Akromegali adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran lingkar tulang, akibat
telah menutupnya tulang epifise.
 Biasanya terjadi setelah masa pubertas.
 Manifestasi klinis : terjadi pembesaran ukuran pada tulang jari tangan, tulang kaki,
tulang cranium, terjadi prognatisme, kesulitan mengunyah.
B. Gigantisme

Gigantisme / Sumber: .Net

 Gigantisme adalah suatu kondisi jika hipersekresi somatotropin terjadi sebelum


penutupan epifisis tulang, terjadi pada anak-anak, sebelum atau sewaktu pubertas.
 Gejala : Penderita menjadi sangat panjang
Pada pria alat genital juga menjadi lebih besar tetapi sama dengan penderita
akromegali.
 Fungsi genital mereka kurang baik
Penderita mempunyai predisposisi terhadap DM

2. Peningkatan Prolaktin
Hiperproktinemia

 Hiperprolaktinemia pada wanita menyebabkan hipogonachisme galaktorea, kelainan


menstruasi.
 Makin tinggi hiperprolaktinemia, maka semakin besar kemungkinan adanya
amenorea.
 Pada pria, hiperprolaktinemia dapat mengakibatkan impotensi dan kemandulan
(infertility).

Syndroma Galaktorhoe - Amenorhoe

 Galaktorhoe adalah suatu keadaan dimana ejeksi ASI terjadi secara terus menerus
diluar kehamilan atau laktasi
 Amenorhoe adalah suatu keadaan tidak mengalami adanya menstruasi
 Syndroma galaktorhoe dan amenorhoe terjadi karena peningkatan sekresi hormon
prolaktin
 Secara normal, sekresi prolaktin menghambat sekresi gonadotropin. Sekresi prolaktin
normal 2–2,5 mg/ml
 Peningkatan prolaktin mengakibatkan penurunan GnRH sehingga terjadi penurunan
FSH dan LH, menghambat pematangan sel telur (oogenesis), akibatnya terjadi
Amenorhoe

Terapi
 Kausal: Radiasi dan Operasi
 Medika mentosa: Bromocriptin, dosis antara 2,5-10 mgr per hari (boleh sampai 20
mgr/hari) dengan efek samping berupa nausea, vomitus dll
 Estrogen dalam kombinasi dengan steroid anabolic Octreotide. Suatu long acting
somatostatin analog, diberi per injeksi

Pengkajian
 Riwayat penyakit ;
 Kaji usia, JK dan riwayat penyakit sama dengan keluarga.
 Manifestasi klinis tumor hipofise bervariasi tergantung hormon mana yang
disekresikan berlebihan.

Keluhan utama:

 Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ tubuh seperti jari, tangan dsb.
 Perubahan tingkat energi
 Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman
 Dispaneuria dan pada pria disertai impotensi
 Gangguan penglihatan
 Kesulitan dalam hub seksual
 Perubahan siklus mens
 Libido menurun

Pemeriksaan fisik
 Amati bentuk wajah
 Kardiomegali
 Pembesaran pada tangan/lengan
 Adanya kesulitan menelan
 Penurunan penglihatan
 Nyeri dan perubahan pada sendi
 Suara membesar
 Hipertensi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan citra tubuh b.d perubahan penampian fisik
Intervensi :

 Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya.


 Gali faktor positif yanf dimiliki klien
 Tunjukkan sikap menerima perbedaan yang terjadi

Disfungsi seksual b.d penurunan libido, infertilitas.


Intervensi :

 Diskusikan bersama pasangan tentang kekurangan yang terjadi


 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

Tujuan Tindakan Keperawatan


 Klien memiliki kembali citra tubuh yang diharapkan
 Klien dapat berfartisipasi aktif dalam program pengobatan
 Klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
 Klien bebas dari rasa cemas
 Klien terhindar dari komplikasiTindakan keperawatan
 Secara umum kolaborasi dengn dokter

Tindakan Pembedahan
 HIPOFISEKTOMI adalah tindakan pengangkatan adenoma hipofise melalui
pembedahan.
 Prosedur operasi tersebut mencakup tindakan transpenoidal hipofisektomi dengan
narkose.
 Insisi pada lapisan dalam bibir atas dan masuk ke sella tursika melalui sinus
spenoidalis. Yang kedua adalah transfrontal kraniotomi yaitu dengan membuka
rongga kraniotomi yaitu dengan membuka rongga kranium melalui tulang frontal.
kranium melalui tulang frontal.

Perawatan Preoperasi :
 Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan.
 Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi.
 Anjurkan klien bernafas melalui mulut selama pemasangan tampon.
 Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung, sehingga
kien dilarang menggosok gigi, batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat
penyembuhan luka.
 Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan operasi
seperti pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk
pemeriksaan kultur dan sensitivitas.

Perawatan Pascaoperasi :
 Amati dan catat respon neurologik klien seperti
 perubahan penglihatan, disorientasi dan perubahan kesadaran serta penurunan
kekuatan motorik ekstrimitas.
 Amati pula komplikasi pascaoperasi yang sering terjadi seperti diabetes insipidus.
 Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret dari
hidung.
 Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat.
 Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas.
 Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan oral hygiene secara teratur.
 Kaji tanda-tanda infeksi.
 Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.

suprise
Rabu, 09 Oktober 2013
asuhan keperawatan hiperpituitary

1 BAB
PENDAHULUAN
Pengertian
Hiperpituitary adalah keadaan patologis dimana trjadi peningkatan produksi harmon
hipofisiskarena tumor atau hiperplasia. Keadaan yang sering dijumpai pada hiperpituitarisme
adalah kelebihan hormon somatotropin (GH),laktotropik (PRL) dan kortikotropik
(ACTH),namun demikian terkadang terdapat peningkatan ACTH dengan MSH.

Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus,
penymencakup :
1. faktor keturunan adanya riwayat keluarga dengan hiperpituitarisme
2. adenomas pituitary
3. disfungsi hypothalamus
4. terapi pada hipopituitari

Tanda dan Gejala


 Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari –
jari,tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
 Impotensi
 Visus berkurang
 Nyeri kepala dan somnolent
 Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
 Libido seksual menurun
 Kelemahan otot, kelelahan dan letargi
 tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur bisa
terganggu, serta tampak keseimbangan emosi
 gangguan penglihatan sampai kebutaan total

Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana
dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi.
Kelenjar biasanya mengalami pembesaran disebut adenoma makroskopik bila
diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10
mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan
penyebab utama hiperpituitarisme.penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma
ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan
prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang
terjadi. Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:

1. prolactin-secreting tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma.


Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri
atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia
reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan
sekunder, galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan),
dan infertilitas.
2. somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan )
Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan.
Gejalah klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi
kondisi ini.
Misalnya saja pada klien prepubertas,dimana lempeng epifise tulang panjang belum
menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan
gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang
ditandai dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-
organ dalam juga turut membesar ( misal; kardiomegali).Kelebihan hormon pertumbuhan
menyebabkan gangguan metabolik, seperti hiperglikemia dan hiperkalsemia. Pengangkatan
tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan
ini dapat mengalami perbaikan, namun perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.

3. corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )


Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini adalah
mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit Cushing’s.

ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:


1. perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium.
2. perubahan yang di akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu sendiri.
Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika ), dengan besar
diameter kurang dari 1cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.

Klasifikasi hipofisis/ adenoma hipofisis.


1. encapsulated (tidak ada metastasis dalam sella tursika )
2. invasive ( sella tursika rusak karena metastasis )
3. mikroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter kurang dari 10 mm )
4. makroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10mm).
Perubahan neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin
membesar.tekanan ini bisa terjadi saraf optic, saraf karnial III (okulomotor ), saraf karnial IV
( troklear ), dan saraf karnial V (trigeminal).tumor yang sangat besar bisa menginfiltrasi
hipotalamus.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorik.
Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR
menurun.
2. Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis Sella Tursika
a. Foto polos kepala
b. Poliomografi berbagai arah (multi direksional)
c. Pneumoensefalografi
d. CT Scan
e. Angiografi serebral
3. Pemeriksaan Lapang Pandang
a. Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan
b. Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optik
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron
b. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH
c. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan
pengukuran efeknya terhadapkadar hormon serum.

Komplikasi
1. Gangguan hipotalamus.
2. Penyakit organ ’target’ seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal
primer.
3. Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.
4. Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik.
5. Syndrom parkinson
Konsep ASKEP
Pengkajian
a. Demografi
Kaji usia dan jenis kelamin pasien
b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama
a). Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ tubuh.
b). Perubahan tingkat energi, kellelahan, letargi.
c). Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
d). Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensi.
e). Nyeri kepala.
f). Gangguan penglihatan.
g). Perubahan siklus menstrulasi, libido menurun, impotensia.
2). Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan hormone hipofise mulai dirasakan
3). Riwayat penyakit keluarga.
Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

Pemeriksaan fisik
a. Amati bentuk wajah.
b. Kepala, tangan/lengan, dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
c. Adanya kesulitan menguyah.
d. Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak.
e. Peningkatan respirasi kulit.
f. Suara membesar karena hipertropi laring.
g. Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.
h. Disfagia akibat lidah membesar.
Diagnosa keperawatan
1. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
2. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
3. Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
4.Tidak efektifnya koping individu b/d kerusakan konsep diri.
5.kurangnya pengetahuan tentang berhubungan tengan diagnose penyakit dan pengobatan.

Intervensi dan Rasional

Dx. 1
Diagnose TUJUAN criteria INTERVENSI RASIONAL
keperawatan
1.Disfungsi seksual Pasien dapat menunjukkan 1. Identifikasi Rasional : agar perawat
yang berhubungan peningkatan fungsi seksual masalah dapat mengetahui
dengan penurunan Criteria hasil spesifik yang masalah seksual klien
libido ; infertilitas 1.pasien mengungkapkan berhubungan dan lebih terbuka
impotent. perasaan dappat dengan kepada perawat.
Di tandai : keinginan/hasrta seksual pengalaman
 Ds:pasien 2.pasien mengungkapkan pada klien
mengungkapkan fungsi seksual meningkat terhadap Rasional : agar klien
tidak dapat fungsi mendapat hasil mufakat
melakukan seksualnya. bersama pasangannya.
aktivitas seksual.
2. Dorong klien
 DO: adanya
agar mau
penyakit yang
mendiskusika
memungkinkan
n masalah
pasien mengalami
tersebut
gangguan seksual
dengan
pasangannya.

3. Kolaborasi
pemberian
obat – obatan
bromokriptin.

Dx. 2 Perubahan Pasien mencapai fungsi 1.Dorong klien agar Rasional : agar perawat
sensori perseptual optimal dalam batas-batas mau melakukan mengetahui jarak lapang
(penglihatan) yang kemampuan pemeriksaan lapang klien.
berhubungan Criteria hasil : pandang.
dengan gangguan  Kemampuan untuk Kejadian degenerasi
transmisi impuls merawat diri 2. Nilai usia pasien muscular,katarak,kerusa
akibat kompresi  Kemampuan mengatur kan retina
tumor pada nervus lingkungan yang aman
optikus.
Ditandai dengan
DS: pasien
mengatakan
kekerunan pada
mata
Do : kegelisahan
Dx 3. Perubahan 1.Dorong klien agar Rasional : Agar perawat
citra tubuh yang Tujuan : pasien mau mengungkapkan dapat mengetahui apa
berhubungan menunjukkan peningkatan pikiran dan yang dirasakan oleh
dengan perubahan citra tubuh dan harga diri perasaannya terhadap klien sehubungan
penampilan fisik. yang di buktikan dengan perubahan. perubahan tubuhnya.
kemampuan 2Bantu klien
melihat,menyentuh,berbica mengidentifikasi
ra tentang,kondisi dan kekuatannya serta
perawatan untuk dirasakan segi – segi positif Rasional : Agar klien
bagian tubuh atau fungsi yang dapat mampu
yang berubah dikembangkan oleh mengembangkan dirinya
Kriteria Hasil klien. kembali.
 Pasien mengungkapkan
menerima keadaan dirinya
3.Yakinkan klien
seuai dengan kondisi
bahwa sebagian
sekarang
gejala dapat
 Pasien dapat
berkurang dengan
mengungkapkan harapan Rasional : agar klien
pengobatan
melakukan hal yang positif tetap optimis dan
dengan kondisinya. berfikir positif selama
pengobatan.

Diagnose Tujuan & criteria INTERVENSI RASIONAL


keperawatan hasil
dx.4Tidak efektifnya Pasien dapat 1.kaji spesifik strees 1.penilaian yang akurat
koping individu b/d emnunjukkan pasien dapat emfasilitas
kerusakan konsep diri peningkatan koping pengembangan strategi
Ditandai dengan : yang positif. koping yang sesuai.
Ds :pasien Criteria hasil : 2.perilaku dan tanggapan
mengatakan  Pasien dapat fisiologis terhadap stress
ketidakmampuan menunjukkan sikap 2.nilai keputusan dapat bervariasi.
untuk membuat yang positif. pasien dalam
keputusan  Pasien dapat bersikap mendefinisikan Untuk mengetahui
Do : tidak mampu positif karakteristik pengaruh dan
membuat keputusan masalah. pengalaman di masa lalu
3.kaji masa lalu dalam proses pengobatan
pasien
dx.5 kurangnya Pasien dapat 1.tentukan siapa 1.pasien,keluarga
pengetahuan tentang meningkatkan yang akan menjadi pasien,dan orang-orang
berhubungan tengan pengetahuan b/d sasaran belajar. penting atau pengasuh.
diagnose penyakit dan diagnose penyakit.
pengobatan. Criteria hasil : 2.nilai motivasi dan 2.orang dewasa harus
Ditandai dengan :  Pasien menunjukkan kemauan pasien dan melihat kebutuhan atau
 Ds :pasien mengatakan motivasi untuk belajar. keluarga pasien. tujuan untuk belajar.
kurang mengerti  Pasien dapat
tentang penyakitnya. 3.nilai kemampuan 3.sebagai contoh mini-
mengidentifikasi
Do : pasien kurang belajar pasien mental status test dapat
kebutuhan belajar.
ingatan digunakan untuk
mengidentifikasi
masalah memori
BABIV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hiperpituitari adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlrbihan satu atau
lebih hormone- hormone yang disekresikan oleh kelenjar pituitary{ hipofise} biasanya
berupa hormone- hormone hipofise anterior.`` Penyebab tersering hiperpituitari adalah
adenoma hifofise.Adenoma hipofpise merupakan 5-10% dari semua kejadian tumor
intracranial, dan sering kali tinbul di lobus anterior hipofise.

DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan medical bedah gangguan system endokrin


Penulis : tarwoto,Ns,S.kep,M.kep,dkk

Diposkan oleh jumriah arifin di 22.44


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Askep Hipopituitari
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hipopituitarisme adalah defisiensi hormon yang dapat timbul di samping sindrom kelebihan
hormon bila adenoma mendesak jaringan hipofisis lain di dalam sella tursika yang sempit,
gangguan penglihatan dapat terjadi pada hipopituarisme ini, karena adanya perluasan/
ekstensi tumor suprasella ke dalam dasar tengkorak dan menimbulkan kompresi kiasma
optikum; biasanya berupa hemianopsia (buta separuh lapangan penglihatan) (Sjamsuhidayat
et al, 2010).

Hiposekresi umumnya mengenai seluruh hormon hipofisis anterior dan disebut


panhipopituitarisme. Pada keadaan ini, kelenjar tiroid, korteks adrenal, dan gonad akan
mengalami atrofi karena tidak adanya hormon-hormon tropik. Kelainan yang paling sering
dijumpai dan berkaitan dengan disfungsi lobus posterior adalah diabetes insipidus (Smeltzer
et al, 2001). Sepuluh sampai lima belas persen dari semua tumor otak didiagnosa adalah
adenomas hipofisis (60% -70% adalah adenoma mensekresi) yang sering terjadi selama 3
atau 4 dekade kehidupan (Marzocchi, 2005). Dari episode konsultan rumah sakit di Inggris
tahun 2002-2003, 0,016% (2.061) mengalami hipofungsi dan gangguan lain dari kelenjar
hipofisis, persentase dari laki-laki dan perempuann adalah 54% laki-laki dan selebihnya
untuk perempuan. Di Jepang terdapat 1.272 pasien dewasa dengan hipopituitari (SMU,
2004). Hypopituitarism terdaftar sebagai gangguan langka oleh Institut Kesehatan Nasional
(NIH), yang mempengaruhi kurang dari 200.000 orang di Amerika Serikat. Secara
internasional, hypopituitarism memiliki kejadian diperkirakan 4,2 kasus per 100.000 per
tahun dan prevalensi diperkirakan 45,5 kasus per 100.000 tanpa perbedaan gender. Regal et al
melaporkan studi pertama merinci prevalensi dan kejadian hypopituitarism dalam suatu
populasi di barat laut Spanyol. Mereka mempelajari populasi dewasa dari 146.000 dan
menemukan prevalensi 45,5 kasus per 100.000 penduduk (Corenblum, 2013).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Kelenjar Hipofisis

Kelenjar Hipofisis terdapat di sela tursika bertulang yang berada di bawah lapisan dura mater.
Kelenjar ini terbagi menajdi tiga lobus, yaitu lobus anterior, lobus inferior, dan lobus
intermediat. Namun, lobus intermediat ini rudimenter (tidak berkembang) pada manusia
(Karch, 2010)

a. Lobus Anterior (Adenohipofisis)

Hormon yang menstimulasi dan menghambat hipofisis mengalir dalam sistem porta
pembuluh darah dari hypothalamus mengendalikan hormon yang dihasilkan oleh lobus
anterior kelenjar hipofisis.

Enam hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior termasuk empat hormon yang
merangsang struktur endokrin lain (hormon tropik), yaitu:

1. Hormon Adenokortikotropik (ACTH)


2. Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
3. Gonadotropine Hormone, yaitu Follicle Stimulating Hormone
4. (FSH) dan Lutienizing Hormone (LH)

Dan dua hormon sisanya bekerja pada jaringan lain, yaitu:

1. Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)


2. Prolaktin

b. Lobus Posterior (Neurohipofisis)

Lobus posterior tidak menghasilkan hormon, tetapi menyimpan dan menyekresi dua hormon,
yaitu Antidiuretic Hormone dan Oksitosin. Kedua hormon tersebut dihasilkan di
hipothalamus dan mengalir dalam serabut tangkai ke hipofisis posterior. Pelepasan hormon
tersebut dari hypothalamus dikendalikan oleh saraf dari hypothalamus (Brooker, 2008)

2.1 Definisi

Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofisis anterior (Barbara,
1996)
2.1 Etiologi

Hipopituitarisme dapat bersifat primer atau sekunder (Jennifer Kowalak, 2011).

Penyebab hipopituitarisme primer adalah:

1. Tumor pada kelenjar hipofisis


2. Defek kongenital (hipoplasia atau aplasia kelenjar hipofisis)
3. Infark hipofisis (paling sering akibat perdarahan pasca partum)
4. Hipofisektomi parsial atau total melalui pembedahan, iradiasi, atau zat kimia
5. Penyakit granulomatosa, seperti tuberkulosis (jarang)
6. Sebab idiopatik atau autoimun (kadang-kadang)

2.1 Patofisiologi

Hipopituitarisme terfokus pada penurunan sekresi hormon-hormon hipofisis, yang dapat


penyakit pada di hipotalamus maupun hipofisis. Hipofungsi hipofisis anterior terjadi jika 75%
parenkim rusak, dan bersifat kongenital atau karena berbagai kelainan didapat. Untuk
hipofungsi hipofisis posterior dalam bentuk diabetes insipidus hampir selalu disebabkan oleh
kelainan pada hipotalamus. Meskipun mungkin beberapa mekanisme lain berperan pada
kasus hipofungsi, namun sebagian besar kasus ini disebabkan oleh proses destruktif yang
secara langsung mengenai hipofisis anterior (Kumar, 2010:1186).

a. Tumor dan lesi masa lainnya.

Adenoma hipofisis, tumor jinak lain yang timbul di dalam sella, keganasan primer dan
metastasik serta kista dapat menyebabkan hipopituitarisme. Semua lesi massa di sella dapat
menyebabkan kerusakan dengan menimbulakn penekanan pada sel-sel hipofisis di sekitarnya
(Kumar, 2010:1186).

b. Pembedahan atau radiasi hipofisis.

Eksisi adenoma hipofisis dengan bedah dapat secara tidak sengaja mengenai bagian
hipofisis yang sehat. Radiasi hipofisis, yang dipakai untuk mencegah pertumbuhan kembali
tumor setelah pemebdahan, dapat merusak hipofisis non adenomatosa (Kumar, 2010:1186).

c. Apopleksi hipofisis.

Apopleksi hipofisis adalah perdarahan mendadak ke dalam kelenjar hipofisis, umumnya


apda adenoma hipofisis. Aplopeksi dapat mengakibatkan nyeri kepala hebat yang mendadak,
diplopia akibat tekanan pada saraf okulomotorius, dan hipopituitarisme(Kumar, 2010:1186).

d. Nekrosis iskemik hipofisis dan sindrom sheehan.

Nekrosis iskemik hipofisis merupakan kausa isufiensi hipofisis. Sindrom sheehan


(nekrosis pascapartum hipofisis anterior) merupakan bentuk tersering nekrosis iskemik
hipofisis anetrior. Selama kehamilan, hipofisis anterior memebesar sampai dua kali lipat
ukuran nolam. Pembesaran fisiologik ini tidak disertai dengan peningkatan aliran darah dari
sistem vena bertekanan rendah, sehingga hipofisis mengalami anoksia relatif. Perdarahan atau
syok obstetrik yang mengakibatkan penurunan aliran darah lebih lanjut, dapat memicu infark
lobus anterior. Hipofisis posterior menerima darah secara langsung daricabang-cabang arteri
sehingga kurang rentan terhadap cedera sistemik dalam situasi ini dan biasanya tidak
terpengaruh. Nekrosis hipofisis juga dapat ditemukan pda keadaan lain, misal koagulasi
intravaskular diseminata dan anemia sel sabit, peningkatan tekanan intrakranium, cedera
traumatik, dan syok apa pun sebabnya. Daerah iskemik akan diserap dan diganti oleh ajringan
ikat yang melekat ke dinding sella yang kosong seperti apa pun patogenesisnya (Kumar,
2010:1186).

e. Kista celah Rathke.

Kista ini d b ilapisi epitel kuboid bersilia dengan sel gobelt dan sel hipofisis anterio,
dapat berisi cairan proteinaseosa dan membesar hingga mengganggu kelenjar normal
(Kumar, 2010:1186).

f. Sindrom sella kosong.

Sindrom ini merujuk pada adanya sella tursika yang membesar dan tidak terisi oleh
jaringan hipofisis (Kumar, 2010:1186).

g. Sella kosong primer

Pada kasus ini terjadi defek pada diafragma sella sehingga araknoid mater dan cairan
serebrospinal mengalami herniasi ke dalam sella, lalu sella melebar dan hipofisis tertekan.
Hal ini bisa mengakibatkan gangguan endokrin, dan dengan berkurangnya parenkim
fungsional yang cukup berat dapat menimbulkan hipopitutarisme (Kumar, 2010:1186).

h. Sella kosong sekunder

Suatu masa bisa mengakibatkan sella membesar, jika diangkat secara bedah atau
mengalami nekrosis spontan, menyebabkan berkurangnya fungsi hipofisis. Terapi atau infark
spontan bisa mengakibatkan hipopituitarisme (Kumar, 2010:1186).

i. Defek genetik.

Pada anak pernah dilaporkan defisiensi kongenital satu atau lebih hormon hipofisis.
Contohnya, mutasi di pit-I, suatu faktor transkripsi hipofisis, meneybabkan kombinasi
defisiensi GH, proalktin, dan TSH (Kumar, 2010:1186).

2.1 Manifestasi Klinis

Gejala hipopituitari bervariasi tergantung kepada jenis hormon apa yang kurang.

a. Kekurangan hormon GH

Kekurangan hormon pertumbuhan pada dewasa biasanya menyebabkan sedikit gejala


atau tidak menyebabkan gejala; tetapi pada anak-anak bisa menyebabkan lambatnya
pertumbuhan, kadang-kadang menjadi cebol (dwarfisme). Tanda-tandanya meliputi
pertumbuhan lambat, ukuran otot dan tulang kecil, tanda-tanda seks sekunder tidak
berkembang, infertilitas, impotensi, libido menurun, nyeri senggama pada wanita.
Kekurangan TSH menyebabkan hipotiroidisme, yang menimbulkan gejala berupa:
kebingungan, tidak tahan terhadap cuaca dingin, penambahan berat badan, sembelit, kulit
kering.

1. Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH) pada wanita pre-menopause bisa


menyebabkan: terhentinya siklus menstruasi (amenore), kemandulan, vagina yang
kering, hilangnya beberapa ciri seksual wanita. Pada pria, kekurangan gonadotropin
menyebabkan impotensi, pengkisutan buah zakar, berkurangnya produksi sperma
sehingga terjadi kemandulan, hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya
pertumbuhan badan dan rambut wajah).
2. Kekurangan hormon ADH menyebabkan diabetes insipidus gejalanya adalah
: Poliuria (Urin yang dikeluarkan dalam jumlah yang banyak, bisa mencapai 5-10
liter. Urine sangat encer, berat jenis 1001-1005 atau 50-200mOsmol/kgBB.),
Polidipsia (Rasa haus yang berlebihan, biasanya mencapai 10 iter cairan tiap hari,
terutama membutuhkan air
3. Penurunan berat badan, Noturia, Kelelahan, Konstipasi, Hipotensi.
4. Pada prolaktinoma gejala yang khas adalah sangat jelas pada wanita usia produktif
dan dimana terjadi tidak menstruasi ( yang bersifat primer dan sekunder), galaktorea
(sekresi ASI di luar masa kehamilan dan menyusui) dan infertilitas.
5. Pada adenoma somatotropik gejala klinik tergantung pada usia saat terjadi kondisi ini.
Pada klin pre pubertas mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang
sehingga mengakibatkan giggantisme. Pada pasien post pubertas mengakibatkan
akromegali yang ditandai dengan perbesaran ekstrimiitas ( jari, tangan, kaki), lidah,
rahang, dan hidung. Organ- organ dalam juga ikut membesar ( kardiomegali).
(Keperawatan medical bedah, 2000: hal 233)

2.2 Pemeriksaan diagnostik

1. Foto tengkorak (cranium)

Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak
dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namaun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan
prosedur sangatlah penting.

1. Foto tulang (osteo)

Dilakukan untuk melihat kondisi tulang.

1. CT Scan otak

Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau hipotalamus melalui
kompeterisasi.

1. Pemeriksaan darah dan urine


2. Pemeriksaan kadar hormon GH

Nilai normal 10 µg ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama
kelahiran jumlahnya meningkat. Specimen adalah darah vena yang diambil lebih kurang 5 cc
(Corenblum, 2013).
2.1 Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan medis.

2) Tindakan operatif

1. Pembedahan transphenoidalis
2. Pembedahan transfrontal

2.8 Komplikasi

Komplikasi dari hipopituitari adalah :

1. Gangguan hipotalamus

2. Penyakit organ target seperti gagal tiroid primer, penyakit adison atau gagal gonadal
primer

3. Penyebab sindrom cushing lain termasuk adrenal, sindrom ACTH ektopik

4. Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik

5. Sindrom parkinson

3.1 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan


2. Gangguan pola seksual berhubungan dengan defisiensi hormonal
3. Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot
4. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi visual
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai proses
penyakit, pengobatan, dan perawatan diri

Jun
5

HIPOPITUYTARISME
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang
terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika
melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk
mengembang. Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas,
seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin
akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.

Selain itu banyak gangguan lain yang disebabkan karena kelebihan


hormone yang dilepaskan hipofisis yang bisa menghasilkan dampak yang cukup
signifikan bagi pasien. Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa
karena hipofisis mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin
lainnya. Beberapa hormone hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya
secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri
melalui mekanisme umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone
endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisis untuk
memperlambat atau mempercepat pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar
hipofisis anterior dan posterior.

Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme ) dapat terjadi akibat


penyakit pada kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ; namun
demikian, akibat kedua keadaan ini pada hakikatnya sama. Hipopituitarisme
dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior kelenjar hipofisis.
Panhipopituitarisme ( penyakit simmond ) merupakan keadaan tidak adanya
seleruh sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang dijumpai. Microsisi hipofisis
pasca partus ( syndrome Sheehan ) merupakan penyebab lain kegagalan
hipofisis anterior yang jarang. Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada wanita
yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia dan hipotensi pada saat
melahirkan.
b. Tujuan
1. Tujuan Umum
· Mampu menjelaskan dan membuat asuhan keperawatan pada klien
dengan hiperpituitari.
· Mampu menjelaskan dan membuat asuhan keperawatan pada klien
dengan hipopituitari.

2. Tujuan Khusus
1) Menjelaskan definisi dari hiperpituitari.
2) Menjelaskan etiologi dari hiperpituitari.
3) Menjelaskan manifestari klinis dari hiperpituitari.
4) Menjelaskan patofisiologi dari hiperpitutari.
5) Menjelaskan penatalaksanaan dari hiperpituitari.
6) Menjelaskan definisi dari hiopituitari.
7) Menjelaskan etiologi dari hipopituitari.
8) Menjelaskan manifestari klinis dari hipopituitari.
9) Menjelaskan patofisiologi dari hipopitutari.
10) Menjelaskan penatalaksanaan dari hipopituitari.

BAB II
PEMBAHASAN

A. GANGGUAN KELENJAR HIPERFUNGSI PITUITARISME


a. pengertian
hiperpituitarisme adalah sekresi berlebihan hormone hipofisisn anterior.
Hiperpituitarisme biasanya mengenai hanya satu jenis hormone hipofisis.
Hormon-hormon hipofisis lainya sering di keluarkan dalam kadar yang lebih
rendah (corwin J Elizabeth 2001)
hiper pituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hyperplasia hipofisis sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah satu
hormone hipofisis atau lebih (rumahorbo H 1999)

b. Etiolgi
Hiperpituitarisme dapat menjadi akibat mal fungsi kelenjar hipofisis atau
hipotalamus. Penyebabnya mencakup :
· adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel
penghasil GH, ATCH, atau prolaktin.
· Tidak adanya umpan balik dari kelenjar sasaran misalnya, peningkatan
kadar TSH rterjadi apabila sekresi HT oleh kelenjar tiroid menurun atau tidak
ada.

c. tanda dan gejala

 Sakit kepala, keringat berlebihan, telinga berdengung, gangguan


penglihatan (seperti pandangan kabur), pusing dan vertigo.
 Gatal-gatal pada kulit, terutama setelah mandi air hangat atau mandi
dengan menggunakan shower (terjadi pada beberapa pasien), terjadi pada
sekitar 40% pasien PV.
 Erythromelalgia yang ditandai dengan eritema pada kulit, terutama pada
telapak tangan, lobus telinga, hidung, dan pipi. Hal ini dapat terjadi akibat
tingginya konsentrasi eritrosit dalam darah. Beberapa pasien juga
mengalami rasa panas terbakar pada kaki.
d. Patofisiologi
Hipofungsi hipofisis dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung
pada sel mana dari kelima sel-sel hipofisis yang mengalami hiperfungsi.
Kelenjar bisanya mengalami pembesaran, di sebut adenoma mikroskopik bila
diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya
kurang dari 10 mm, yang terdiri atas satu jenis sel atau beberapa jenis sel.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel laktrotopik yang nuga di kenal
dengan prolaktinomas.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin ) biasanya adalah tumor kecil, jinak
yang terdiri atas pensekresi prolatin. Gejala yang khas pada kondisi ini sangat
jelas pada wanita usia reproduksi dimana tidak terjadi mensturasi yang bersifat
primer dan sekunder, galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan, infertilitas.
Adenoma sematotropik terdiri atas sel yang mensekresi hormon
pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi kondisi ini. Misalnya saja
pada klien pre pubertas, dimana lempeng epifise tulang panjang belum
menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang memanjang sehingga
mengakibatkan gigantisme . pada klien postpubertas, adenoma somatrotopik
mengakibatkan akromegali yang di tandai dengan pembesaran ekstremitas (jari,
tangan, kaki) lidah, rahang dan hidung. Organ-organ dalam juga ikut mebesar
misalnya terjadi kardiomegali. Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan
gangguan metabolik seperti hiperglikemia akibat perangsangan secara
berlebihan yang langsung dari hormon pertumbuhan terhadap sel-sel ulau
langerehans, juga akan terjadi hiperkalsemia. Pengangjkatan tumor dengan
pembedahan merupakan pengobataan pilihan. Gajala metabolik dengan
tindakan ini dapat mengalami perbaikan, namun perubahan tulang tidak
mangalami regresi.
Adenoma korlikotropik terdiri atas sel pensekresi ACTH. kebanyakan
tumor ini adalah mikroadenoma dan secara klinis di kenal dengan tanda khas
penyakit cushing’s (Rumahorbo H; 1999)

e. Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui kelainan struktural pada hipofisa dilakukan


pemeriksaan CT scan atau MRI.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar hormon-hormon berikut:
- LH (berkurang)
- FSH (berkurang)
- testosteron (berkurang)
- estrogen (berkurang)

- kortisol (berkurang)
- T4 (berkurang)
- TSH (berkurang)
- hormon pertumbuhan (berkurang)

- IGF-1 (insulin-like growth factor 1) (berkurang).


Angiografi dilakukan untuk menilai pembuluh darah yang menuju ke hipofisa.

f. Penatalaksanaan Medik
Pengobatan lebih ditujukan kepada menggantikan kekurangan hormon
target, bukan hormon hipofisa. Jika terjadi kekurangan TSH maka diberikan
hormon tiroid, jika terjadi kekurangan kortikotropin diberikan hormon
adrenokortikal dan jika terjadi kekurangan LH dan FSH diberikan estrogen,
progesteron atau testosteron. Hormon pertumbuhan biasanya diberikan kepada
anak-anak. Jika penyebabnya adalah tumor hipofisa yang kecil, maka dilakukan
pengangkatan tumor. Tumor penghasil prolaktin diatasi dengan pemberian
bromokriptin. Penyinaran dengan kekuatan tinggi atau dengan proton juga bisa
digunakan untuk menghancurkan tumor hipofisa. Tumor yang besar dan telah
menyebar keluar sella tursika tidak mungkin hanya diatasi dengan pembedahan.
Setelah pembedahan harus diberikan penyinaran berkekuatan tinggi untuk
membunuh sisa sel-sel tumor.

Terapi penyinaran cenderung menyebabkan hilangnya fungsi hipofisa


secara perlahan, baik sebagian maupun keseluruhan. Karena itu fungsi kelenjar
target biasanya dinilai setiap 3-6 bulan untuk tahun pertama kemudian setiap
tahun pada tahun berikutnya.

B. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPERFUNGSI


HIPOFISIS (RUAHORBO 1999)

1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit ( PQRST )
Manifestasi klinis tumor hipofisis bevariasi, tergantung pada hormon mana yang
di sekresi berlebihan. Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan prolaktin,
GH, dan ACTH mulai di rasakan.
b. Kaji usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit yang sama dengan keluarga
(Genogram )
c. Keluhan utama mencakup
1) Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jari-
jari, tangan, penonjolan pada mandibula, tonjolan supra orbita semakin nyata,
raut wajah menjadi nsemakin kasar, sinus paranasalis dan frontalis membesar,
gigi geligi yang tidak dapat menggigit, lidah membesar sehinga penderita sulit
untuk berbicara, suara menjadi lebih dalam akibat penebalan pita suara.
Semuanya ini di akibatkan pertumbuhan yang berlebihan.
2) Penurunan tingkat energi, kelelahan dan alergi kesalahan dan letargi
akibat pemakaian energi yang berlebihan, hiperhidrosis, intoleraansi terhadap
panas, (hiperglikemia)
3) Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman akibat pertumbuhan
tulang yang berlebihan sehingga mengalami deformitas.
4) Nyeri kepala ( bila akromegali /gigantisme berkaitan dengan tumor
hipofisis)
5) Kesulitan dalam berhubungan seksual, libido seksual menurun, impotensi,
perubahan siklus mensturasi yang mencakup keteraturan, kesulitan hamil akibat
sekresi GH yang berlebihan dapat menyebabkan gagalnya fungsi ginjal.
d. Pemeriksaan fisik mencakup ;
1) Amati bentu wajah, khas pada hiperseksresi GH seperti bibir dan hidung
membesaar tulang supra orbita mencolok.
2) Kepala, tangan/lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok ke
depan.
3) Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan
baik.
4) Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan di
jumpai penuruna visus.
5) Amati perubahan pada persendian di mana klien mengeluh nyeri dan sulit
bergerak. Pada pemeriksaan di temukan mobilitas terbatas
6) Peningkatan perspirasi pada kulit menyebabkan kulit basah karena
berkeringat.
7) Suara membesar karena hipertropi laring
8) Pada palpasi abdomen di dapatkan hepatomegali, splenomegali
9) Hipertensi akibat kardiomegali
10) Disfagia akibat lidah yang membesar
11) Pada perkudi dada di dapatkan jantung membesar
e. Pemeriksaan diagnostik meliputi ;
1) Kadar prolaktin serum, ACTH dan GH
2) Foto tengkorak
3) CT scan otak
4) Tes toleransi glukosa

2. Diaganosa
diagnosa keperawatan utama yang dapat di jupai pada klien dengan
hiperpituitarisme adalah :
a. Perubahan citra tubuh B/D perubahan penampilan fisik
b. Disfungsi seksual B/D penuruan libido, infertilitas
Diagnosa keperawatan tambahan juga di jumpai yaitu :
a. Nyeri ( kepala, punggung) B/D penekanan jaringan oleh tumor, hormon
pertumbuhan yang berlebihan
b. Takut B/D ancaman kematian akibat tumor
c. Ansietas B/D ancaman terhadap perubahan status kesehatan
d. Koping individu tidak efektif B/D hilangna kontrol terhadap tubuh
e. Intoleransi aktivitas B/D kelemahan, latergi
f. Perubahan sensori perceptual ( penglihatan) B/D gangguan tranmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus

3. intervensi
Berikut ini rencana rencana keperawatan untuk dua diagnosa keperawatan
yang utama :
a. Perubahan citra tubuh B/D penampilan fisik
1) Tujuan perawatan
Dalam waktu 2-3 minggu klien akan memiliki kembali citra tubuh positif yang
di tandai dengan :
a) Klien mengatakan dapat menerima keberadaan dirinya
b) Klien menunjukan sifat positif terhadap dirinya
2) Intervensi keperawatan
a) Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap
erubahan penampilan tubuhnya
b) Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi-segi positif yang
dapat di kembangkan oleh klien
c) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat seperti bromokriptin
(parlodel) yang merupakan obat ilihan untuk mengurangi ukuran tumor juga
untuk mengatasi kelebihan prolaktin
d) Observasi efek samping pemberian obat bromokriptin seperti hipotensi
ortostatik, iritasi lambung, mal, kram abdomen, konstipasi, bila ada konstipasi
segera lapor ke dokter)
e) Berikan obat-obatan setelah klien makan dan jangan berikan antara waktu
makan
f) Kolaborasi dalam hal pemberian radiasi ( bila memungkinkan)
g) Kolaborasi tindakan pembedahan
b. Disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido; infertilitas
1) Tujuan kjeperawatan
Klien akan mencapai tinkat kepuasan pribadi dalam fungsi seksual
2) Intervensi keperawatan
a) Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman klien
terhadap fungsi seksualnya
b) Dorong agar klien mau mendiskusikan masalah tersebut dengan
pasangannya.
c) Kolaborasi pemberian obat bromokriptin
d) Bila ada masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi pemberian
gonadotropin.

4. Implementasi
1. Dx : Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan dengan Perubahan Struktur
Tubuh dan Fungsi Tubuh Akibat Defisiensi Gonadotropin dan Defisiensi
Hormon Pertumbuhan.
• Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan.
• Mendorong klien untuk meningkatkan proses koping terhadap orang lain.
• Mendorong klien untuk berbagi rasa dengan individu yang mengalami
pengalaman yang sama.
• Membantu klien dalam aktivitas perawatan diri melibatkan juga orang lain.
• Membantu klien untuk dapat terlibat dalam aktivitas perawatan diri.

2. Dx : Koping Individu Tak Efektif berhubungan dengan Kronisitas Kondisi


Penyakit.
• Mengkaji status koping individu yang ada.
• Memberikan dukungan jika individu berbicara.
• Melakukan tindakan komunikasi terapeutik dengan membina hubungan
saling percaya kepada klien.
• Membantu individu dalam memecahkan masalah (problem solving).
• Mengajarkan teknik relaksasi.

3. Dx : Harga diri Rendah berhubungan dengan Perubahan Penampilan Tubuh.


• Membina hubungan saling percaya antar perawat dengan klien.
• Meningkatkan interaksi sosial.
• Meningkatkan harga diri dengan cara mendukung segala tindakan, harapan
atau keinginan pasien.

4. Dx : Gangguan Persepsi Sensori (Penglihatan) berhubungan dengan


Kesalahan Interpertasi Sekunder, Gangguan Transmisi, Impuls.
• Mengurangi penglihatan yang berlebihan.
• Mengorientasikan klien terhadap orang, tempat dan waktu.
• Menyediakan waktu istirahat atau tidur bagi pasien tanpa gangguan.
• Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indera..

5. Dx : Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Menurunnya Kekuatan


Otot.
• Mengkaji faktor penyebab menurunnya defisit perawatan diri.
• Meningkatkan keterlibatan klien secara total dalam kegiatan perawatan diri.
• Mengevaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktifitas
perawatan diri.
• Memberi dorongan untuk mengungkapkan perasaan tentang kurang
perawatan diri.

6. Dx : Resiko kerusakan Integritas Kulit (Kekeringan) berhubungan dengan


Menurunnya Kadar Hormonal.
• Mempertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat.
• Memberikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilitas.
• Mengubah posisi atau mobilisasi.
• Mengamati adanya britema dan kepucatan dan melakukan palpasi untuk
mengetahui adanya kehangatan.
• Meningkatkan masukan karbohidrat dan protein untuk mempertahankan
keseimbangan nitrogen positif.
• Mempertahankan posisi tempat tidur sedatar mungkin.

5.Evaluasi
1. Dx : Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan dengan Perubahan Struktur
Tubuh dan Fungsi Tubuh.
S : Keluarga mengatakan bahwa klien mulai melakukan kegiatan penerimaan
diri, misalnya perawatan diri.
O :Aktivitas peningkatan diri misalnya: penampilan, kerapian, pola makan, dan
lain – lain. Kemampuan dalam penampilan perawatan diri / tanggung jawab
peran membaik, misalnya: penampilan dalam aktifitas keterlibatan sosial

2. Dx : Koping Individu Tak Efektif berhubungan dengan Kronisitas Kondisi


Penyakit.
S : Klien mengungkapkan keinginan untuk berpartisipasi dalam proses
sosialisasi, interaksi sosial.
O : Kondisi emosional terkontrol, pasien tidak mudah marah, tingkat stress
menurun, klien mulai ikut serta dalam tindakan pengobatan, klien mulai
berkomunikasi kepada perawat serta tenaga kesehatan lain.

3. Dx : Harga diri Rendah berhubungan dengan Perubahan Penampilan Tubuh.


S : Klien mengatakan mulai menerima kenyataan dan tidak mengatakan hal
yang muluk-muluk atau hal yang negatif tentang dirinya.
O : Expresi malu rasa bersalah berkurang.
Tanda-tanda depresi menurun. Mulai mencoba untuk mencoba sesuatu / situasi
baru. Berkurangnya perilaku penyalahgunaan diri (misalnya : pengrusakan,
usaha bunuh diri dan lain-lain).

4. Dx : Gangguan Persepsi Sensori (Penglihatan) berhubungan dengan


Kesalahan Interpertasi Sekunder, Gangguan Transmisi, Impuls.
S : Klien mengatakan adanya halusinasi penglihatan.
O : Orientasi terhadap orang, tempat dan waktu membaik.
Stimulasi terhadap lingkungan membaik.
Resiko cidera mata yang mengganggu penglihatan, misalnya: ikterus,
konjungtes stimulasi indera penglihatan membaik /mengalami peningkatan

5. Dx : Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Menurunnya Kekuatan


Otot.
S : Keluarga klien mengatakan bahwa klien mulai melakukan aktifitas
perawatan diri atau personal hygene.
O : Perubahan gaya hidup, misalnya : pola makan, istirahat teratur.
Perubahan penampilanbepakaian, kerapian. Perubahan peningkatan aktivitas
personal hygene, misalnya: menggosok gigi dll

6. Dx : Resiko Gangguan Integritas Kulit (Kekeringan) berhubungan dengan


Menurunnya Kadar Hormonal.
O : Mukosa kulit lembab.
Tonus otot meningkat.
Luka tekan atau ulkus berkurang, berangsur mengalami penyembuhan..

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor
atau hyperplasia hipofisis sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah satu
hormone hipofisis atau lebih (rumahorbo H 1999)
Hipopituitari mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormone hipofisis
anterior yang sangat rendah. Panhipopituirarisme mengacu pada penurunan
sekresi semua hormone pituitarisme.

b. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khusunya dalam bidang
keperawatan. Dalam makalah ini masih banyak memiliki kekurangan untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah Edisi 8
Vol.2, EGC, Jakarta.

Diposkan 5th June 2014 oleh maychu hady

MAKALAH HIPOPITUI CHAIROL

1.

Jun

HIPOPITUYTARISME

BAB 1

PENDAHULUAN
a. Latar belakang

Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang


terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela
tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil
untuk mengembang. Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong
ke atas, seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata
dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.

Selain itu banyak gangguan lain yang disebabkan karena kelebihan


hormone yang dilepaskan hipofisis yang bisa menghasilkan dampak yang
cukup signifikan bagi pasien. Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar
penguasa karena hipofisis mengkoordinasikan berbagai fungsi dari
kelenjar endokrin lainnya. Beberapa hormone hipofisis memiliki efek
langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan
pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan balik, oleh
organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam darah
memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau
mempercepat pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis
anterior dan posterior.

Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme ) dapat terjadi


akibat penyakit pada kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ;
namun demikian, akibat kedua keadaan ini pada hakikatnya sama.
Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior kelenjar
hipofisis. Panhipopituitarisme ( penyakit simmond ) merupakan keadaan
tidak adanya seleruh sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang dijumpai.
Microsisi hipofisis pasca partus ( syndrome Sheehan ) merupakan
penyebab lain kegagalan hipofisis anterior yang jarang. Keadaan ini lebih
cenderung terjadi pada wanita yang mengalami kehilangan darah,
hipovolemia dan hipotensi pada saat melahirkan.

b. Tujuan

1. Tujuan Umum

· Mampu menjelaskan dan membuat asuhan keperawatan pada klien


dengan hiperpituitari.

· Mampu menjelaskan dan membuat asuhan keperawatan pada klien


dengan hipopituitari.

2. Tujuan Khusus

1) Menjelaskan definisi dari hiperpituitari.

2) Menjelaskan etiologi dari hiperpituitari.

3) Menjelaskan manifestari klinis dari hiperpituitari.

4) Menjelaskan patofisiologi dari hiperpitutari.

5) Menjelaskan penatalaksanaan dari hiperpituitari.

6) Menjelaskan definisi dari hiopituitari.

7) Menjelaskan etiologi dari hipopituitari.


8) Menjelaskan manifestari klinis dari hipopituitari.

9) Menjelaskan patofisiologi dari hipopitutari.

10) Menjelaskan penatalaksanaan dari hipopituitari.

BAB II

PEMBAHASAN

A. GANGGUAN KELENJAR HIPERFUNGSI PITUITARISME

a. pengertian

hiperpituitarisme adalah sekresi berlebihan hormone hipofisisn


anterior. Hiperpituitarisme biasanya mengenai hanya satu jenis hormone
hipofisis. Hormon-hormon hipofisis lainya sering di keluarkan dalam
kadar yang lebih rendah (corwin J Elizabeth 2001)
hiper pituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor
atau hyperplasia hipofisis sehingga menyebabkan peningkatan sekresi
salah satu hormone hipofisis atau lebih (rumahorbo H 1999)

b. Etiolgi

Hiperpituitarisme dapat menjadi akibat mal fungsi kelenjar


hipofisis atau hipotalamus. Penyebabnya mencakup :

· adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya


sel penghasil GH, ATCH, atau prolaktin.

· Tidak adanya umpan balik dari kelenjar sasaran misalnya,


peningkatan kadar TSH rterjadi apabila sekresi HT oleh kelenjar tiroid
menurun atau tidak ada.

c. tanda dan gejala

 Sakit kepala, keringat berlebihan, telinga berdengung, gangguan


penglihatan (seperti pandangan kabur), pusing dan vertigo.
 Gatal-gatal pada kulit, terutama setelah mandi air hangat atau
mandi dengan menggunakan shower (terjadi pada beberapa
pasien), terjadi pada sekitar 40% pasien PV.
 Erythromelalgia yang ditandai dengan eritema pada kulit, terutama
pada telapak tangan, lobus telinga, hidung, dan pipi. Hal ini dapat
terjadi akibat tingginya konsentrasi eritrosit dalam darah. Beberapa
pasien juga mengalami rasa panas terbakar pada kaki.
d. Patofisiologi

Hipofungsi hipofisis dapat terjadi dalam beberapa bentuk


bergantung pada sel mana dari kelima sel-sel hipofisis yang mengalami
hiperfungsi. Kelenjar bisanya mengalami pembesaran, di sebut adenoma
mikroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma
mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas satu
jenis sel atau beberapa jenis sel. Kebanyakan adalah tumor yang terdiri
atas sel laktrotopik yang nuga di kenal dengan prolaktinomas.

Prolaktinoma (adenoma laktotropin ) biasanya adalah tumor kecil,


jinak yang terdiri atas pensekresi prolatin. Gejala yang khas pada kondisi
ini sangat jelas pada wanita usia reproduksi dimana tidak terjadi
mensturasi yang bersifat primer dan sekunder, galaktorea (sekresi ASI
spontan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan, infertilitas.

Adenoma sematotropik terdiri atas sel yang mensekresi hormon


pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi kondisi ini. Misalnya
saja pada klien pre pubertas, dimana lempeng epifise tulang panjang
belum menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang memanjang
sehingga mengakibatkan gigantisme . pada klien postpubertas, adenoma
somatrotopik mengakibatkan akromegali yang di tandai dengan
pembesaran ekstremitas (jari, tangan, kaki) lidah, rahang dan hidung.
Organ-organ dalam juga ikut mebesar misalnya terjadi kardiomegali.
Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik
seperti hiperglikemia akibat perangsangan secara berlebihan yang
langsung dari hormon pertumbuhan terhadap sel-sel ulau langerehans,
juga akan terjadi hiperkalsemia. Pengangjkatan tumor dengan
pembedahan merupakan pengobataan pilihan. Gajala metabolik dengan
tindakan ini dapat mengalami perbaikan, namun perubahan tulang tidak
mangalami regresi.

Adenoma korlikotropik terdiri atas sel pensekresi ACTH.


kebanyakan tumor ini adalah mikroadenoma dan secara klinis di kenal
dengan tanda khas penyakit cushing’s (Rumahorbo H; 1999)

e. Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui kelainan struktural pada hipofisa dilakukan


pemeriksaan CT scan atau MRI.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar hormon-
hormon berikut:
- LH (berkurang)
- FSH (berkurang)
- testosteron (berkurang)
- estrogen (berkurang)

- kortisol (berkurang)
- T4 (berkurang)
- TSH (berkurang)
- hormon pertumbuhan (berkurang)

- IGF-1 (insulin-like growth factor 1) (berkurang).


Angiografi dilakukan untuk menilai pembuluh darah yang menuju ke
hipofisa.

f. Penatalaksanaan Medik
Pengobatan lebih ditujukan kepada menggantikan kekurangan
hormon target, bukan hormon hipofisa. Jika terjadi kekurangan TSH
maka diberikan hormon tiroid, jika terjadi kekurangan kortikotropin
diberikan hormon adrenokortikal dan jika terjadi kekurangan LH dan
FSH diberikan estrogen, progesteron atau testosteron. Hormon
pertumbuhan biasanya diberikan kepada anak-anak. Jika penyebabnya
adalah tumor hipofisa yang kecil, maka dilakukan pengangkatan
tumor. Tumor penghasil prolaktin diatasi dengan pemberian
bromokriptin. Penyinaran dengan kekuatan tinggi atau dengan proton
juga bisa digunakan untuk menghancurkan tumor hipofisa. Tumor
yang besar dan telah menyebar keluar sella tursika tidak mungkin
hanya diatasi dengan pembedahan. Setelah pembedahan harus
diberikan penyinaran berkekuatan tinggi untuk membunuh sisa sel-sel
tumor.

Terapi penyinaran cenderung menyebabkan hilangnya fungsi


hipofisa secara perlahan, baik sebagian maupun keseluruhan. Karena
itu fungsi kelenjar target biasanya dinilai setiap 3-6 bulan untuk tahun
pertama kemudian setiap tahun pada tahun berikutnya.

B. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPERFUNGSI


HIPOFISIS (RUAHORBO 1999)

1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit ( PQRST )

Manifestasi klinis tumor hipofisis bevariasi, tergantung pada hormon


mana yang di sekresi berlebihan. Tanyakan manifestasi klinis dari
peningkatan prolaktin, GH, dan ACTH mulai di rasakan.

b. Kaji usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit yang sama dengan
keluarga (Genogram )

c. Keluhan utama mencakup

1) Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti


jari-jari, tangan, penonjolan pada mandibula, tonjolan supra orbita
semakin nyata, raut wajah menjadi nsemakin kasar, sinus paranasalis dan
frontalis membesar, gigi geligi yang tidak dapat menggigit, lidah
membesar sehinga penderita sulit untuk berbicara, suara menjadi lebih
dalam akibat penebalan pita suara. Semuanya ini di akibatkan
pertumbuhan yang berlebihan.

2) Penurunan tingkat energi, kelelahan dan alergi kesalahan dan letargi


akibat pemakaian energi yang berlebihan, hiperhidrosis, intoleraansi
terhadap panas, (hiperglikemia)

3) Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman akibat


pertumbuhan tulang yang berlebihan sehingga mengalami deformitas.

4) Nyeri kepala ( bila akromegali /gigantisme berkaitan dengan tumor


hipofisis)

5) Kesulitan dalam berhubungan seksual, libido seksual menurun,


impotensi, perubahan siklus mensturasi yang mencakup keteraturan,
kesulitan hamil akibat sekresi GH yang berlebihan dapat menyebabkan
gagalnya fungsi ginjal.

d. Pemeriksaan fisik mencakup ;

1) Amati bentu wajah, khas pada hiperseksresi GH seperti bibir dan


hidung membesaar tulang supra orbita mencolok.

2) Kepala, tangan/lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu


menjorok ke depan.

3) Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh


dengan baik.

4) Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus,


akan di jumpai penuruna visus.

5) Amati perubahan pada persendian di mana klien mengeluh nyeri


dan sulit bergerak. Pada pemeriksaan di temukan mobilitas terbatas

6) Peningkatan perspirasi pada kulit menyebabkan kulit basah karena


berkeringat.

7) Suara membesar karena hipertropi laring

8) Pada palpasi abdomen di dapatkan hepatomegali, splenomegali

9) Hipertensi akibat kardiomegali

10) Disfagia akibat lidah yang membesar

11) Pada perkudi dada di dapatkan jantung membesar

e. Pemeriksaan diagnostik meliputi ;


1) Kadar prolaktin serum, ACTH dan GH

2) Foto tengkorak

3) CT scan otak

4) Tes toleransi glukosa

2. Diaganosa

diagnosa keperawatan utama yang dapat di jupai pada klien dengan


hiperpituitarisme adalah :

a. Perubahan citra tubuh B/D perubahan penampilan fisik

b. Disfungsi seksual B/D penuruan libido, infertilitas

Diagnosa keperawatan tambahan juga di jumpai yaitu :

a. Nyeri ( kepala, punggung) B/D penekanan jaringan oleh tumor,


hormon pertumbuhan yang berlebihan

b. Takut B/D ancaman kematian akibat tumor

c. Ansietas B/D ancaman terhadap perubahan status kesehatan

d. Koping individu tidak efektif B/D hilangna kontrol terhadap tubuh

e. Intoleransi aktivitas B/D kelemahan, latergi

f. Perubahan sensori perceptual ( penglihatan) B/D gangguan tranmisi


impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus
3. intervensi

Berikut ini rencana rencana keperawatan untuk dua diagnosa


keperawatan yang utama :

a. Perubahan citra tubuh B/D penampilan fisik

1) Tujuan perawatan

Dalam waktu 2-3 minggu klien akan memiliki kembali citra tubuh positif
yang di tandai dengan :

a) Klien mengatakan dapat menerima keberadaan dirinya

b) Klien menunjukan sifat positif terhadap dirinya

2) Intervensi keperawatan

a) Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya


terhadap erubahan penampilan tubuhnya

b) Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi-segi positif


yang dapat di kembangkan oleh klien

c) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat seperti


bromokriptin (parlodel) yang merupakan obat ilihan untuk mengurangi
ukuran tumor juga untuk mengatasi kelebihan prolaktin

d) Observasi efek samping pemberian obat bromokriptin seperti


hipotensi ortostatik, iritasi lambung, mal, kram abdomen, konstipasi, bila
ada konstipasi segera lapor ke dokter)
e) Berikan obat-obatan setelah klien makan dan jangan berikan antara
waktu makan

f) Kolaborasi dalam hal pemberian radiasi ( bila memungkinkan)

g) Kolaborasi tindakan pembedahan

b. Disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido; infertilitas

1) Tujuan kjeperawatan

Klien akan mencapai tinkat kepuasan pribadi dalam fungsi seksual

2) Intervensi keperawatan

a) Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman


klien terhadap fungsi seksualnya

b) Dorong agar klien mau mendiskusikan masalah tersebut dengan


pasangannya.

c) Kolaborasi pemberian obat bromokriptin

d) Bila ada masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi


pemberian gonadotropin.

4. Implementasi

1. Dx : Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan dengan Perubahan


Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh Akibat Defisiensi Gonadotropin dan
Defisiensi Hormon Pertumbuhan.
• Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan.
• Mendorong klien untuk meningkatkan proses koping terhadap orang
lain.
• Mendorong klien untuk berbagi rasa dengan individu yang mengalami
pengalaman yang sama.
• Membantu klien dalam aktivitas perawatan diri melibatkan juga orang
lain.
• Membantu klien untuk dapat terlibat dalam aktivitas perawatan diri.

2. Dx : Koping Individu Tak Efektif berhubungan dengan Kronisitas


Kondisi Penyakit.
• Mengkaji status koping individu yang ada.
• Memberikan dukungan jika individu berbicara.
• Melakukan tindakan komunikasi terapeutik dengan membina
hubungan saling percaya kepada klien.
• Membantu individu dalam memecahkan masalah (problem solving).
• Mengajarkan teknik relaksasi.

3. Dx : Harga diri Rendah berhubungan dengan Perubahan Penampilan


Tubuh.
• Membina hubungan saling percaya antar perawat dengan klien.
• Meningkatkan interaksi sosial.
• Meningkatkan harga diri dengan cara mendukung segala tindakan,
harapan atau keinginan pasien.

4. Dx : Gangguan Persepsi Sensori (Penglihatan) berhubungan dengan


Kesalahan Interpertasi Sekunder, Gangguan Transmisi, Impuls.
• Mengurangi penglihatan yang berlebihan.
• Mengorientasikan klien terhadap orang, tempat dan waktu.
• Menyediakan waktu istirahat atau tidur bagi pasien tanpa gangguan.
• Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indera..

5. Dx : Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Menurunnya


Kekuatan Otot.
• Mengkaji faktor penyebab menurunnya defisit perawatan diri.
• Meningkatkan keterlibatan klien secara total dalam kegiatan
perawatan diri.
• Mengevaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktifitas
perawatan diri.
• Memberi dorongan untuk mengungkapkan perasaan tentang kurang
perawatan diri.

6. Dx : Resiko kerusakan Integritas Kulit (Kekeringan) berhubungan


dengan Menurunnya Kadar Hormonal.
• Mempertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang
adekuat.
• Memberikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilitas.
• Mengubah posisi atau mobilisasi.
• Mengamati adanya britema dan kepucatan dan melakukan palpasi
untuk mengetahui adanya kehangatan.
• Meningkatkan masukan karbohidrat dan protein untuk
mempertahankan keseimbangan nitrogen positif.
• Mempertahankan posisi tempat tidur sedatar mungkin.
5.Evaluasi

1. Dx : Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan dengan Perubahan


Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh.
S : Keluarga mengatakan bahwa klien mulai melakukan kegiatan
penerimaan diri, misalnya perawatan diri.
O :Aktivitas peningkatan diri misalnya: penampilan, kerapian, pola
makan, dan lain – lain. Kemampuan dalam penampilan perawatan diri /
tanggung jawab peran membaik, misalnya: penampilan dalam aktifitas
keterlibatan sosial

2. Dx : Koping Individu Tak Efektif berhubungan dengan Kronisitas


Kondisi Penyakit.
S : Klien mengungkapkan keinginan untuk berpartisipasi dalam proses
sosialisasi, interaksi sosial.
O : Kondisi emosional terkontrol, pasien tidak mudah marah, tingkat
stress menurun, klien mulai ikut serta dalam tindakan pengobatan, klien
mulai berkomunikasi kepada perawat serta tenaga kesehatan lain.

3. Dx : Harga diri Rendah berhubungan dengan Perubahan Penampilan


Tubuh.
S : Klien mengatakan mulai menerima kenyataan dan tidak mengatakan
hal yang muluk-muluk atau hal yang negatif tentang dirinya.
O : Expresi malu rasa bersalah berkurang.
Tanda-tanda depresi menurun. Mulai mencoba untuk mencoba sesuatu /
situasi baru. Berkurangnya perilaku penyalahgunaan diri (misalnya :
pengrusakan, usaha bunuh diri dan lain-lain).

4. Dx : Gangguan Persepsi Sensori (Penglihatan) berhubungan dengan


Kesalahan Interpertasi Sekunder, Gangguan Transmisi, Impuls.
S : Klien mengatakan adanya halusinasi penglihatan.
O : Orientasi terhadap orang, tempat dan waktu membaik.
Stimulasi terhadap lingkungan membaik.
Resiko cidera mata yang mengganggu penglihatan, misalnya: ikterus,
konjungtes stimulasi indera penglihatan membaik /mengalami
peningkatan

5. Dx : Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Menurunnya


Kekuatan Otot.
S : Keluarga klien mengatakan bahwa klien mulai melakukan aktifitas
perawatan diri atau personal hygene.
O : Perubahan gaya hidup, misalnya : pola makan, istirahat teratur.
Perubahan penampilanbepakaian, kerapian. Perubahan peningkatan
aktivitas personal hygene, misalnya: menggosok gigi dll

6. Dx : Resiko Gangguan Integritas Kulit (Kekeringan) berhubungan


dengan Menurunnya Kadar Hormonal.
O : Mukosa kulit lembab.
Tonus otot meningkat.
Luka tekan atau ulkus berkurang, berangsur mengalami penyembuhan..
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat


tumor atau hyperplasia hipofisis sehingga menyebabkan peningkatan
sekresi salah satu hormone hipofisis atau lebih (rumahorbo H 1999)

Hipopituitari mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormone


hipofisis anterior yang sangat rendah. Panhipopituirarisme mengacu pada
penurunan sekresi semua hormone pituitarisme.

b. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khusunya dalam
bidang keperawatan. Dalam makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka

Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah Edisi 8
Vol.2, EGC, Jakarta.

Diposkan 5th June 2014 oleh maychu hady

Memuat

HIPOFISEPOSTERIOR

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem endokrin dalam kaitanya dengan system syaraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua system ini bersama-sama bekarja untuk mempertahankan homeostatis
tubuh. Fungsi mereka satu sama lain berhubungan, namun dapat dibedakan dengan
karakteristik tertentu. Misalnya medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang
mempunyai asal dari saraf (neural) jika keduanya dihancurkan atau di ikat, maka fungsi dari
kedua ginjal ini sebagian diambil alih oleh system syaraf. Terdapat 2 tipe kelenjar yaitu
eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melapaskan sekresinya kedalam duktus pada
permukaan tubuh, seperti kulit atau organ internal, seperti lapisan traktus intestinal.Kelenjar
endokrin termasuk hepar, pancreas (kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara kelenjar
lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya kelenjar endokrin langsung melepaskan ekskresi
langsung kedalam darah. Kelenjar endokrin termasuk :
1. pulau lagerhans pada pancreas
2. gonad (ovarium dan testis)
3. kelenjar adrenal, hipofise,tiroid dan paratiroid serta timus.
Infusiensi hipofise menyebabkan hipofungsi organ sekunder. Hipofungsi hipofise
jarang terjadi, namun dapat saja terjadi dalam setiap kelompok usia. Kondisi ini dapat
mengenai semua sel hipofise (panhipopituitarisme) atau hanya sel-sel tertentu, terbatas pada
suatu subset sel-sel hipofise anterior (mis: hipogonadisme sekunder terhadap defisiensi sel-sel
gonadotropik) atau sel-sel hipofiseposterior (mis: diabetes insipidus).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada hipofise posterior ?
2. Bagimana hormone yang dihasilkan hipofise posterior ?
3. Bagaimana manifestasi dari hipofungsi dan hiperfungsi ?
4. Bagaimana definisi dari ADH dan oksitosin ?
5. Bagaimana patofisiologi dan WOC ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan lobus posterior ?

1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai asuhan
keperawatanpada klien dengan gangguan kelenjar hipofise yaitu dengan hipopituitari
posterior seperti diabetes insipidus dan SIADH.
b. Tujuan Khusus
Penulisan makalah ini mempunyai tujuan khusus yaitu:
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi pada hipofise posterior
2. Untuk mengetahui hormone yang dihasilkan hipofise posterior
3. Untuk mengetahui manifestasi dari hipofungsi dan hiperfungsi
4. Untuk mengetahui definisi dari ADH dan oksitosin
5. Untuk mengetahui patofisiologi dan WOC
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan lobus posterior

1.4 Manfaat Penulisan


Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk lebih
mendalami tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kelenjar pituitari yaitu
dengan hipopituitari posterior seperti diabetes insipidus dan SIADH.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Hipotalamus dan Kelenjar Hipofisis Posterior


Kelenjar hipofisis posterior terutama terdiri atas sel-sel glia yang disebut pituisit.
Namun, pituisit ini tidak mensekresi hormon, sel ini hanya bekerja sebagai struktur
penunjang bagi banyak sekali ujung-ujung serat saraf dan bagian terminal akhir serat dari
jaras saraf yang berasal dari nukleus supraoptik dan nukleus paraventrikel hipotalamus.
Jaras saraf ini berjalan menuju ke neuro hipofisis melalui tangkai hipofisis, bagian
akhir saraf ini merupakan knop bulat yang mengandung banyak granula-granula sekretonik,
yang terletak pada permukaan kapiler tempat granula-granula tersebut mensekresikan hormon
hipofisis posterior berikut: Hormon antidiuretik (ADH) yang juga disebut sebagai vasopresin
yaitu senyawa oktapeptida yang merupakan produk utama hipofise posterior.
Memainkan peranan fisiologik yang penting dalam pengaturan metabolisme
air. Hormon antidiuretik (ADH) dalam jumlah sedikit sekali, sekecil 2 nanogram, bila
disuntukkan ke orang dapat menyebabkan anti diuresis yaitu penurunan ekskresi air oleh
ginjal. Stimulus yang lazim menimbulkan ekskresi ADH adalah peningkatan osmolaritas
plasma. Dalam keadaan normal osmolaritas plasma dipertahankan secara ketat sebesar 280
mOsm/kg plasma. Kalau terjadi kehilangan air ekstraselular, osmolaritas plasma akan
meningkat shingga mengaktifkan osmoreseptor, kemudian sinyal untuk pelepasan ADH,
peningkatan osmolaritas plasma juga merangsang pusat rasa haus yang secara anatomis
berdekatan / berhubungan dengan nukleus supraoptikus.
Kerja ADH untuk mempertahankan jumlah air tubuh terutama terjadi pada sel – sel
ductus colligens ginjal. ADH mengerahkan kemampuannya yang baik untuk mengubah
permeabilitas membran sel epitel sehingga meningkatkan keluarnya air dari tubulus ke dalam
cairan hipertonik diruang pertibuler / interstisial. Aktifitas ADH dan rasa haus yang saling
terintigritas itu sangat efektif untuk mempertahankan osmolaritas cairan tubuh dalam batas –
batas yang sangat sempit.
2.2 Hormon yang Dihasilkan
2.2.1 Hormon Hipofisi Posterior
Vasopresin dan OksitosinHormon peptida vasopresin dan oksitosin disintesis di
nucleussupraopticus dan paraventricularishypothalami. Akson dari neuron di nukleus-nukleus
ini membentuk hipofisis posterior, tempat hormon-hormon peptida ini disimpan. Karena itu,
untuk memicu pelepasan vasopresin atau oksitosin, setterpisah releasing factor hipotalamus
tidak diperlukan.
a. Vasopresin (ADH)
Respon terhadap peningkatan ringan osmolalitas darah, “osmostat” hipotalamus
bereaksidengan memicu rasa haus, pada saat yang sama, menyebabkan pelepasan vasopresin.
Vasopresinmeningkatkan jumlah kanal air aktif di membran sel ductus colligens ginjal
sehingga air bebas dapat dihemat. Hal ini meningkatkan kepekatan urine. Penghematan air
bebas dan stimulasi rasa haus memiliki efek akhir berupa koreksi perubahan ringan
osmolalitas darah.
Vasopresin berikatan dengan sedikitnya tiga kelas reseptor. Salah satu kelas resptor
vasopressin ditemukan otot polos. Efek utama resptor ini adalah memicu vasokontriksi.
Reseptor V2 dijumpai dikortikotrop, dan reseptor ini berperan meningkatkan sekresi ACTH.
Kelas resptor yang lain (V2) ditemukan di nefron distal di ginjal; fungsi utamanya adalah
memerantarai efek vasopresin terhadaposmolalitas. Karena efeknya yang diperantarai oleh
reseptor V2 ini, vasopresin juga dikenal sebagai hormon antidiuretik (ADH).
Hubungan diantara gaya osmotik, volume, dan sekresi vasopressin diilustrasikan.
Meskipun fungsi utama vasopresin adalah mempertahankan osmolalitas darah,
sekresihormon ini juga ditingkatkan oleh penurunan tajam volume intravaskular. Hal ini
membantu aldosterone meningkatkan volume intravaskular, meskipun dengan pengorbanan
berupa penurunan osmolitas. Kombinasi vasokontriksi perifer dan retensi air yang
diperantarai oleh ADH (dalam keadaan hipotensimeskipun osmolaritas normal atau rendah)
dapat dipahami sebagai suatu cara yang dilakukan olehtubuh untuk mempertahankan perfusi
dalam menghadapi dafisit volume intravaskular yang besar,bahkan ketika volume dan
komposisi osmolar darah tidak ideal.
Pelepasan ADH dipengaruhi keadaan kurang cairan / dehidrasi. Sel targetnya adalah
tubulus dan arteriol.berfungsi :
1) meningkatkan TD
2) meningkatkan absorsi di tubulus distal
3) menurunkan krja otot saluran GI
4) meningkatkan penahanan air oleh ginjal
Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai. Jika terjadi
dehidrasi, maka reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak dan aorta, mengirimkan sinyal
kepada kelenjar hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik. Kadar
elektrolit (misalnya natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam
angka tertentu agar sel-sel berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang
dirasakan oleh otak) akan merangsang pelepasan hormon antidiuretik.
Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar
gula darah yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya
klorpropamid, obat-obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati asma
dan emfisema).
Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan hormon
antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan
dimana ginjal terlalu banyak membuang air.
b) Oksitosin
Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat
aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat hormon
ini akan dilepas kedalam darah. Hormon ini di beri nama oksitosin berdasarkan efek
fisiologisnya yakni percepatan proses persalinan dengan merangsang kontraksi otot polos
uterus. Peranan fisiologik lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan ejeksi ASI
dari kelenjar mammae. Seperti vasopresin, peptida ini disimpan diujung saraf neuron
hipotalaus di hipofisis posterior.Peptida ini berperan penting dalam kontraksi otot polos
uterus dan payudara baik selama menyusui maupun pada kontraksi rahim sewaktu persalinan.

Factor Meningkatkan Sekresi Menghambat Sekresi


Neurogenik Tidur stadium III dan IV Tidur REM
Stress (traumatik, bedah, Antagonis adrenergik-alfa
peradangan,psikis) Agonis adrenergik-beta
Agonis adrenergik-alfa
Antagonis adrenergik-beta
Agonis dopamine
Agonis asetilkolin Antagonis Asetilkolin
Metabolik Hipoglikemia Hiperglikemia
Puasa
Penurunan kadar asam Peningkatan kadar asam
lemak lemak
Asam amino
Diabetes melitus tak- Obesitas
terkontrol
UremiaSirosis hati
Hormonal GNRH Somastostatin
Insulin-like growth Insulin-like growth factor
factor yang rendah yang Tinggi
Estrogen Hipotiroidisme
Glukagon Kadar glukokortikoid yang
tinggi
Vasopresin arginin

2.3 Manifestasi hipofungsi dan hiperfungsi


Timbul sesuai dengan gejala kekurangan hormone target organ yang terutama
karenakurangnya fungsi kelenjar gonad, adrenal dan tiroid.
1) Penurunan BB yang ekstrim.
2) Kerontokan rambut.
3) Impotensi
4) Amenore
5) Hipometabolisme.
6) Hipoglikemia.
7) Hemianopsia bitemporer karena kerusakan kiasma optikum dan mungkin gangguan saraf
otak.
Gejala-gajala lokal lainya karena tekanan (Biasanya oleh tumor) menimbulkan sakit
kepala.
Pelepasan oksitosin dipengaruhi oleh hisapan dan persalinan. Sel targetnya adalah
uterus dan payudara.berfungsi :
1) menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah
2) persalinan untuk mencegah perdarahan
3) merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu
Pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di
dalam payudar berkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.

2.4 ADH dan Oksitosin Dalam Hipofungsi dan Hiperfungsi


2.4.1 ADH
a. Hiperfungsi hormon ADH
Sering kali terjadi akibat penigkatan pembentukan ADH di hipotalamus, missal,
karena stress. Selain itu, ADH dapat dibentuk secara ektopik pada tumor (terutama small cell
carsinoma bronchus) atau penyakit paru. Hal ini menyebabkan penurunan eksresi air
(oligouria). Konsentrasi komponen urin yang sukar larut dalam jumlah yang bermakna dapat
menyebabkan pembentukan batu urin (urolitiasis). Pada waktu yang bersamaan terjadi
penurunan osmolaritas ekstrasel (hiperhidrasi hipotonik) sehingga terjadi pembengkakan sel.
Hal ini terutama berbahaya jika menyebabkan edema serebri.
b.Hipofungsi hormon ADH
Terjadi jika pelepasan ADH berkurang, seperti pada diabetes insipidus sentralis yang
diturunkan secara genetic, pada kerusakan neuron, missal oleh penyakit autoimun, atau
trauma kelenjar hipofisis lainnya. Penyebab eksogen lainnya termasuk alkohol atau pajanan
terhadap dingin. Di sisi lain, ADH mungkin gagal mempengaruhi ginjal, bahkan jika jumlah
yang dieksresikan normal, misal pada kerusakan kanal air, atau jika kemampuan pemekatan
ginjla terganggu, seperti pad defisiensi K+, kelebihan Ca2+, atau inflamasi medilla ginjal.
Penurunan pelepasan ADH atau efek yang timbul akibat pengeluaran urin yang kurangpekat
dalam jumlah besar dan dehidrasi hipertonik menyebabkan penyusutan sel. Pasien akan
dipaksa mengkompensasi kehilangan air melalui ginjal dengan meminum banyak air
(polidipsia). Jika osmoreseptor dihipotalamus rusak, defisiensi ADH akan disertai dengan
hipodipsia dan dehidrasi hipertonik akan menjadi sangat nyata.
2.4.2 Mekanisme Kerja Oksitosin
Pada otot polos uterus. Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti,
hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis
farmakologik untuk menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang
timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin Dengan dosis beberapa miliunit
permenit intra vena, rahim yang hamil sudah berkontraksi demikian kuat sehingga seakan-
akan dapat membunuh janin yang ada didalamnya atau merobek rahim itu sendiri atau kedua-
duanya.
Kehamilan akan berlangsung dengan jumlah hari yang sudah ditentukan untuk
masing-masing spesies tetapi faktor yang menyebabkan berakhirnya suatu kehamilan masih
belum diketahui. Pengaruh hormonal memang dicurigai tetapi masih belum terbukti. Estrogen
dan progesterone merupakan factor yang dicurigai mengingat kedua hormon ini
mempengaruhi kontraktilitas uterus. Juga terdapat bukti bahwa katekolamin turut terlibat
dalam proses induksi persalinan.
Karena oksitosin merangsang kontraktilitas uterus maka hormon ini digunakan untuk
memperlancar persalinan, tetapi tidak akan memulai persalinan kecuali kehamilan sudah
aterm. Didalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan
aterm dibandingkan dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada
kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan
dimulai serviks akan berdilatasi sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan
oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya
yang terjadi pada otot, mungkin merupakan hal penting.
Pada kelenjar mammae . Fungsi fisiologik lain yang kemungkinan besar dimiliki
oleh oksitosin adalah merangsang kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi mammae, fungsi
fisiologik ini meningkatkan gerakan ASI kedalam duktus alveolaris dan memungkinkan
terjadinya ejeksi ASI. Reseptor membran untuk oksitosin ditemukan baik dalam jaringan
uterus maupun mammae. Jumlah reseptor ini bertambah oleh pengaruh estrogen dan
berkurang oleh pengaruh progesterone. Kenaikan kadar estrogen yang terjadi bersamaan
dengan penurunan kadar progester6n dan terlihat sesaat sebelum persalinan mungkin bisa
menjelaskan awal laktasi sebelum persalinan. Derivat progesterone lazim digunakan untuk
menghambat laktasi postpartum pada manusia.
Pada ginjal. ADH dan oksitosin disekresikan secara terpisah kedalam darah bersama
neurofisinnya. Kedua hormon ini beredar dalam bentuk tak terikat dengan protein dan
mempunyai waktu paruh plasma yang sangat pendek yaitu berkisar 2-4 menit. Oksitosin
mempunyai struktur kimia yang sangat mirip dengan Vasopresin/ADH, sebagaimana
diperlihatkan dibawah ini:
Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Arginin Vasopresin
Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Lys -Gly-NH2 : Lisin Vasopresin
Cys-Tyr-Lie-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Oksitosin
Masing-masing hormon ini merupakan senyawa nono apeptida yang mengandung
molekul sistein pada posisi 1 dan 6 yang dihubungkan oleh jembatan S—S. Sebagian besar
binatang menpunyai Arginin Vasopresin, meskipun demikian hormon pada babi dan spesies
lain yang terkait, mempunyai lisin yang tersubtitusi pada posisi 8. Karena kemiripan
structural yang erat tersebut tidaklah mengherankan kalau oksitosin dan ADH masing-masing
memperlihatkan sebagian efek yang sama/tumpang tindih.
Salah satu efek penting yang tidak diingini pada oksitosin adalah anti diuresis yang
terutama disebabkan oleh reabsorbsi air. Abdul Karim dan Assali (1961) menunjukan dengan
jelas bahwa pada wanita hamil maupun tidak hamil oksitosin mempunyai aktivitas anti
diuresis. Pada wanita yang mengalami diuresis sebagai akibat pemberian air, apabila
diberikan infus dengan 20 miliunit oksitosin permenit, biasnya akan mengakibatkan produksi
air seni menurun. Kalau dosis ditingkatkan menjadi 40 miliunit permenit, produksi air seni
sangat menurun. Dengan dosis yang sama apabila diberikan dalam cairan dekstorse tanpa
elektrolit dalam volume yang besar akan dapat menimbulkan intoksikasi air. Pada umunnya
kalau pemberian oksitosin dalam dosis yang relatif tinggi dalam jangka waktu yang agak
lama maka lebih baik meningkatkan konsentrasi hormon ini dari pada menambah jumlah
cairan dengan konsentrasi hormon yang rendah . Efek anti diuresis pemberian oksitosin
intravena hilang dalam waktu beberapa menit setelah infus dihentikan. Pemberian oksitosin
im dengan dosis 5-10 unit tiap 15-30 menit juga menimbulkan anti diuresis tetapi
kemungkinan keracunan air tidak terlalu besar karena tidak desertakan pemberian cairan
tanpa elektrolit dalam jumlah besar. Oksitosin dan hormon ADH memiliki rumus bangun
yang sangat mirip , hal ini akan menjelaskan mengapa fungsi kedua hormon ini saling
tumpang tindih. Peptida ini terutama dimetabolisme dihati, sekalipun eksresi adrenal ADH
menyebabkan hilangnya sebagian hormon ini dengan jumlah yang bermakna dari dalam
darah.
Gugus kimia yang penting bagi kerja oksitosin mencakup gugus amino primer pada
sistein dengan ujung terminal –amino: gugus fenolik pada tirosin ; gugus tiga carboksiamida
pada aspa-ragin, glutamin serta glisinamida; dan ikatan disulfida (s----s). Delesi atau subtitusi
gugus ini pernah menghasilkan sejumlah analog oksitosin. Sebagai contoh penghapusan
gugus amino primer bebas pada belahan terminal residu sistein menghasilkan desamino
oksitosin yang memiliki aktivitas anti diuretika empat hingga lima kali lebih kuat dari pada
aktivitas anti diuretika hormon oksitosin.
Pada pembuluh darah Oksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik (ADH)
untuk menyebabkan penurunan tekanan darah khususnya diastolik karena vasodilatasi.
Secher dan kawan-kawan (1978) selalu mendapatkan adanya penurunan tekanan darah
arterial sesaat namun cukup nyata apabila pada wanita sehat diberikan 10 unit bolus oksitosin
secara intravena kemudian segera diikuti kenaikan kardiak autput yang cepat. Mereka juga
menyimpulkan bahwa perubahan henodinamik ini dapat membahayakan jiwa seorang ibu bila
sebelumnya sudah terjadi hipovolemi atau mereka yang mempunyai penyakit jantung yang
membatasi kardiak autput atau yang mengalami komplikasi adanya hubungan pintas dari
kanan kekiri. Dengan demikian maka oksitosin sebaiknya tidak diberikan secara intravena
dalam bentuk bolus, melainkan dalam larutan yang lebih encer, dalam bentuk infus atau
diberikan suntikan intramuskular.
Oksitosin sintetik
Sekresi oksitosin endogenus tidak disupresi oleh mekanisme umpan balik negatif, ini
berarti bahwa oksitosin sintetis tidak akan mensupresi pelepasan oksitosin endogenus.
Oksitosin dapat diberikan intramuskular, intravena, sublingual maupun intranasal. Pemakaian
pompa infus dianjurkan untuk pemberian oksitosin lewat intravena. Oksitosin bekerja satu
menit setelah pemberian intravena, peningkatan kontraksi uterus dimulai segera setelah
pemberian . Waktu paruh oksitosin diperkirakan berkisar 1-20 menit bahkan apabila oksitosin
diberikan itravena maka waktu paruhnya sangat pendek yaitu diperkirakan 3 menit. Data
terakhir menyebutkan sekitar 15 menit. Oksitosin akan dieliminasi dalam waktu 30-40 menit
setelah pemberian
Stimulasi uterus dengan oksitosin pada persalinan hipotonik
Perlu diperhatikan dulu apakah jalan lahir cukup luas untuk ukuran kepala janin dan
apakah kepala janin juga dalam posisi fleksi yang baik, sehingga diameter yang terkecil
kepala janin yang akan menyesuaikan dengan jalan lahir ( diameter biparietal dan
suboccipitobregmatika ). Suatu kesempitan panggul adalah tidak mungkin bila semua criteria
dibawah ini kita jumpai:
a. Konjugata diagonalis normal
b. Bila dinding lateral panggul sejajar
c. Spina ischiadika tidak menonjol
d. Sakrum tidak mendatar
e. Arkus pubis tidak sempit
f. Bagian terendah janin adalah oksiput
g. Bila dilakukan dorongan pada fundus maka kepala janin akan turun melewati pintu atas
panggul
Jika kriteria diatas tidak dipenuhi, ,maka pilihannya adalah seksio sesaria. Bila dipergunakan
oksitosin, maka harus dilakukan pengawasan ketat terhadap denyut jantung janin dan pola
kontraksi uterus, frekuensi, intensitas, lamanya, dan waktu relaksasi serta hubungannya
dengan denyut jantung janin diamati secara ketat. Bila denyut jantung tidak diawasi terus
menerus, maka penting sekali untuk melakukan pemeriksaan denyut jantung janin segera
setelah kontraksi uterus, dan tidak harus menunggu satu menit atau lebih.

2.5 Patofisiologi dan WOC


2.5.1 Diabetes Inspidus
Vasopresin arginin merupakan suatu hormon antidiuretik yang dibuat di nucleus
supraoptik, paraventrikular, dan filiformis hipotalamus, bersama dengan pengikatnya yaitu
neurofisin II. Vasopresin kemudian diangkut dari badan-badan sel neuron tempat
pembuatannya, melalui akson menuju keujung - ujung saraf yang berada di kelenjar hipofisis
posterior, yang merupakan tempat penyimpanannya. Secara fisiologis, vasopressin dan
neurofisin yang tidak aktif akan disekresikan bila ada rangsang tertentu. Sekresi vasopresin
diatur oleh rangsang yang meningkat pada reseptor volume dan osmotic. Suatu peningkatan
osmolalitas cairan ekstraseluler atau penurunan volume intravaskuler akan merangsang
sekresi vasopresin. Vasopressin kemudian meningkatkan permeabilitas epitel duktus
pengumpul ginjal terhadap air melalui suatu mekanisme yang melibatkan pengaktifan
adenolisin dan peningkatan AMP siklik (yaitu Adenosin Mono Fosfat).
Akibatnya, konsentrasi kemih meningkat dan osmolalitas serum menurun. Osmolalitas
serum biasanya dipertahankan konstan dengan batas yangsempit antara 290 dan 296
mOsm/kg H2O.Gangguan dari fisiologi vasopressin ini dapat menyebabkan pengumpulan air
pada duktus pengumpul ginjal meningkat karena berkurang permeabilitasnya, yang akan
menyebabkan poliuria ataubanyak kencing. Selain itu, peningkatan osmolalitas plasma akan
merangsang pusat haus, dan sebaliknya penurunan osmolalitas plasma akan menekan pusat
haus. Ambang rangsang osmotic pusat haus lebih tinggi dibandingkan ambang rangsang
sekresi vasopresin. Sehingga apabila osmolalitas plasma meningkat, maka tubuh terlebih
dahulu akan mengatasinya dengan mensekresi vasopresin yang apabilamasih meningkat akan
merangsang pusat haus, yang akan berimplikasi orang tersebut minum banyak (polidipsia).
2.5.2 SIADH
Pengeluaran berlanjut dari menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan duktus.
Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi dilusional. alam kondisi
hiponatremi menekan renin dan sekresi aldosteron menyebabkan penurunan Na direabsorbsi
tubulus proximal.alam keadaan normal, mengatur osmolaritas serum. Bila osmolaritas serum
menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi Hal ini akan mengembalikan dan
meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan osmolaritas serum menjadi
normal. Pada pelepasan berlanjut tanpa control umpan balik, walaupun osmolaritas plasma
darahdan volume darah meningkat. Kelainan biokimiawi pada keadaan yang kronik, Na turun
Kalium naik, kadang - kadang terdapat keadaan yang disertai semua kadar elektrolit dalam
serum masih normal dan satu-satunya kelainan biokimiawi hanya hipoglikemi. Atrofi adrenal
yang idiopatik menyebabkan korteks kolaps, sel-sel kolaps yang masih hidup mengalami
pembesaran dengan sitoplasma eosinofil. ( Black dan Matassarin Jacob, 1993).
Kadar natrium serum (dan karenanya osmolalitas) dalam keadaan normal ditentukan oleh
keseimbangan asupan air, penyaluran zat terlarut oleh ginjal (suatu tahap penting dalam
ekskresi air),dan retensi air di tubulus distal yang diperantarai oleh vasopressin. Penyakit di
salah satu dari factor-faktor keseimbangan normal natrium ini, atau factor yang
mengontrolnya, dan menyebabkan hiponatremia. Hiponatremia terjadi jika besar gangguan
melebihi kapasitas mekanisme homeostasis untuk mengompensasi disfungsi yang terjadi.
Karena itu, peningkatan biasa asupan air umumnya dikompensasi melalui diuresis air oleh
ginjal. Pengecualiannya adalah (1)jika ingesti air berlangsungekstrem (lebih besar daripada
sekitar 18 L yang dapat diekskresikan oleh ginjal) atau (2) jika penyaluran zat terlarut oleh
ginjal terbatas (misalnya pada deplesi garam) sehingga kemampuan ginjal mengekskresikan
air bebas berkurang. Pada keadaan hipoadrenal, pengeluaran natrium melalui ginjal yang
terjadi akibat ketiadaan aldosteron memiliki dua konsentrasi. Hal yang utama,deplesi volume
akibat pengeluaran natrium ginjal menyebabkan pelepasan vasopressin; meskipun rangsangan
utama untuk sekresi adalah peningkatan osmolaritas plasma, pelepasan juga dirangasang oleh
rendahnya volume intravaskuler.Kedua, berkurangnya penyaluran zat terlarut ginjal
mengganggu kemampuan ginjal untuk mengeluarkan kelebihan air, pada kasus ketika ingesti
air melebihi pengeluaran air melalui rute non-ginjal.
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Diabetes Insipidus
3.1.1 Pengertian
Diabetes insipidus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskopis. (Kapita Selekta Kedoteran : 2000)
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit dengan simtoma poliuria dan polidipsia.
Jenis Diabetes insipidus yang paling sering dijumpai adalah Diabetes insipidus sentral, yang
disebabkan oleh defisiensi arginina pada hormon AVP. Jenis kedua adalah Diabetes
insipidus nefrogenis yang disebabkan oleh kurang pekanya ginjal terhadap hormon dengan
sifat anti-diuretik, seperti AVP.
Diabetes insipidus adalah pengeluaran cairan dari tubuh dalam jumlah yang banyak
yangdisebabkan oleh dua hal :

a. Gagalnya pengeluaran vasopressin


b. Gagalnya ginjal terhadap rangsangan AVP.
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, penyakit ini diakibatkan
oleh berbagai penyebab yang dapat menganggu mekanisme neurohypophyseal renal reflex
sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkoversi air.
(zulkiflithamrin.blogspot.com/2007/.../diabetes-insipidus.html ).
Diabetes insipidus adalah suatu sindrom poliuria yang terjadi akibat ketidakmampuan
tubuh memekatkan urine sehingga menghemat air akibat ketiadaan efek vasopressin.
(McPHEE, Stephen :2011).
Jadi menurut kelompok Diabetes Insipidus adalah sindroma yang ditandai dengan
poliuria dan polidipsi akibat terganggunya sekresi vasopressin oleh system saraf pusat yang
dapat disebut dengan diabetes insipidus sentral dan akibat kegagalan ginjal dalam rangsangan
AVP dan ketidakmampuan responsive tubulus ginjal terhadap vasopressin yang dapat disebut
dengan diabetes insipidus nefrogenik.

3.1.2 Etiologi
Diabetes insipidus dapat terjadi sekunder akibat (akibat lanjut) trauma kepala, tumor
otak atau operasi ablasi, atau penyinaran pada kelenjar hipofisis. Kelainan ini dapat pula
terjadi bersama dengan infeksi system saraf pusat (meningitis, ensefalitis) atau tumor
(misalnya, kelainan metastatic, limfoma dari payudara dan paru).
Penyebab diabetes insipidus yang lainnya adalah kegagalan tubulus renal untuk
bereaksi terhadap ADH, bentuk nefrogenik dari diabetes insipidus yang berkaitan dengan
keadaan hipokalemia, hiperkalsemia dan penggunaan sejumlah obat (misalnya lithium,
demeclocyclin).
Diabetes insipidus disebabkan oleh :

a. Penyakit system saraf pusat (diabetes insipidus sentral) yang mengenai sintesis atau
sekresi vasopressin
b. Penyakit ginjal (diabetes insipidus nefrogenik) kerena lenyapnya kemampuan ginjal
untuk berespons terhadap vasopressin dalam darah dengan menghemat air.
c. Pada kehamilan, kemungkinan peningkatan bersihan metabolic vasopressin. Pada
diabetes insipidus sentral dan nefrogenik, urin bersifat hipotonik. Kausa sentral
tersering adalah kecelakaan trauma kepala, tumor intracranial, dan pasca bedah
intracranial. Kausa yang lebih tercantum adalah:
1) Diabetes insipidus sentral
a) Herediter, familia (autosomal dominan)
b) diopatik
c) Traumatic atau pasca bedah
d) Penyakit neoplasma : kraniofaringioma, limfoma, meningioma, karsinoma metastatic
e) Penyakit iskemik / hipoksik :sindrom Sheehan, aneurisma, henti kardiopulmonal, bedah
pintasaortocoronaria, syok, kematian otak.
f) Penyakit granulomatosa : sarkoidosis, histiositosis X
g) Infeksi : ensefalitisviral, meningitis bacterial

2) Penyakit autoimun Diabetes insipidus nefrogenik


Diabetes insipidus nefrogenik (DIN) adalah diabetes insipidus yang tidak responsive
terhadap ADH eksogen. DIN dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a) Herediter, familia (dua tipe)
(1) Penyakit ginjal kronik
(2) Penyakit ginjal polikistik
(3) Medullary cystic diseasePielonefretis
(4) Obstruksi ureteral / Obstruksi pascarenal
(5) Gagal ginjal lanjut
b) Gangguan elektrolitHipokalemiaHiperkalsemia
(1) Obat-obatan : litium, demoksiklin, metoksifluran, asetoheksamid, tolazamid, glikurid,
propoksifen
(2) Penyakit sickle cell
(3) Gangguan diet
(a) Intake air yang berlebihan
(b) Penurunan intake NaCl
(c) Penurunan intake protein
c) Lain-lain
(1) Multipel myeloma
(2) Amiloidosis
(3) Penyakit Sjogren’s (penyakit autoimun yang menyerang sel imun sendir).
(4) Sarkoidosis
(5) Kehamilan
Diabetes insipidus nefrogenik dapat bersifat familia / disebabkan oleh kerusakan
ginjal akibatobat. Sindrom mirip diabetes insipidus dapat terjadi akibat kelebihan
mineralokortikoid, kehamilan, dankausa lain.
3) Diabetes insipidus nefrogenik sejati harus dibedakan dari dieresis osmotic (dan
karenanya,resisten-vasopresin).
Pengikisan gradient osmotic interstitial medulla, yang diperlukan untuk memekatkan
urin, dapat terjadi pada dieresis berkepanjangan oleh sebab apapun dan mungkin disalah-
tafsirkan sebagai diabetes insipidus sejati. Pada dieresis osmotic dan pengikisan medula, urin
bersifat hipertonik / isotonic. Akhirnya, polidipsia primer ekstrem (meminum air berlebihan,
sering akibat gangguan psikiatrik) menyebabkan pembentukan urin encer dalam jumlah besar
dan kadar vasopres sinplasma yang rendah sehingga mirip dengan diabetes insipidus sejati.
3.1.3 Tanda dan Gejala
Simptoma klinis Diabetes Insipidus sangat mirip dengan simtoma pada diabetes
mellitus, hanyapadaDiabetes Insipidus tidak terjadi glikosuria, karena Diabetes Insipidus
tidak mempunyai simtoma hiperglisemia.
Hiperuria Diabetes Insipidus dapat terjadi sepanjang waktu. Simptoma lain yang
dapat terinduksi berupa demam, diare, mual, serta risiko dehidrasi dan defisiensi zat
potasium, bahkan pada orang dewasa. Gambaran klinis awal diabetes insipidus adalah
poliuria yang menetap di tengah keadaan yangnormalnya menyebabkan berkurangnya
pengeluaran urin (misalnya dehidrasi), disertai rasa haus. Penderita dewasa mengeluh sering
berkemih malam hari hari (nokturia).
Tidak terdapat gejala lain yang muncul jika pasien mampu mempertahankan asupan
air untuk menggantikan kehilangan airnya. Volumeurin yang dihasilkan jika tidak terdapat
vasopresin sama sekali dapat mencapai 10-20 L/hari. Karena itu, jika kemampuan pasien
mempertahankan asupan cairan yang tinggi ini terganggu (misalnya oleh kecelakaan atau
proses apapun yang menyebabkan terjadinya diabetes insipidus), timbul dehidrasi yangdapat
cepat berkembang menjadi koma.
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia. Jumlah
cairan yang diminum maupun produksi urin per 24 jam sangat banyak , dapat mencapai 5-10
liter sehari. Berat jenis urin biasanya sangat rendah, berkisar antara 1,001- 1,005 atau 50 -
200 mOsmol/kg berat badan.Selain poliuria dan polidipsia , biasanya tidak terdapat gejala -
gejala lain kecuali jika ada penyakit lain yang menyebabkan timbulnya gangguan pada
mekanisme neurohypophyseal renal reflex.

3.1.4 Manifestasi
Tanpa kerja vasoneprin pada nefron ginjal, maka terjadi pengeluaran urin yang sangat
encer seperti sir dengan berat jenis 1,001-1,005 dalam jumlah yang sangat besar setiap
harinya. Urin tersebut tidak mengandung zat-zat yang biasa terdapat didalamnya seperti
glukosa dan albumin. Karena rasa haus yang luar biasa (polidipsia), pasien cenderung minum
4-40 liter perhari dengan gejala khas ingin minum air dingin.
3.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa dibuat berdasarkan test kehilangan cairan, yang mana test ini potensial
berbahaya bila dilakukan pada anak di rumah sakit walaupun intake cairan terbatas, volume
urin tetap tinggi.
Dokter dan perawat harus dengan teliti memonitor tekanan darah, nadi, berat jenis
urin,berat badan, urinoutput, osmolality serum dan status klinik, monitoring ini sangat
penting untuk mencegah anak mengalami dehidrasi berat selama test.
1) Test Dehidrasi
Diabetes Insipidus Central : urin sisa sedikit (osmolality rendah). Neprogenik : urin sisa
sedikit psikogenik polidipsi, urin menjadi pekat,polidipsinya hebat (haus yang berlebihan),
penampilan urin terbatas serta pekat selama test.
2) Pada saat pemberian vasopresin dehidrasi
Diabetes Insipidus Central : urin menjadi pekat.
Diabetes Isipidus Neprogenik : tidak ada perubahan.
Psychogenik polidipsi : tidak ada perubahan.
3) Test ketajaman mata : Kerusakan memberi kesan adanya lesi.
4) CT - Scan
Untuk mendeteksi adanya lesi di hipotalamik pituitary.
Tes deprivasi cairan dilakukan dengan cara menghentikan pemberian cairan selama 8
-12 jam atau sampai terjadi penurunan berat badan sebesar 3% - 5%. Berat badan pasien
harus sering diukur selama pemberian cairan dihentikan. Pengukuran osmolaritas plasma dan
urin dilakukan pada awal dan akhir tes. Ketidakmampuan untuk meningkatkan berat jenis dan
osmolaritas urin adalah tanda khas diabetes insipidus.
Penderita akan terus mengekspresikan urin dalam jumlah besar dengan berat
jenisyang rendah dan akan mengalami penurunan berat badan, kenaikan osmolaritas serum
serta peningkatan kadar kalsium serum. Kondisi pasien ini harus sering dipantau selama tes,
dan tes tersebut dihentikan jika pasien mngalami takikardia, penurunan berat ekstrim atau
hipotensi. Prosedur diagnostic yang lain adalah :
1) pengukuran kadar vasopressin plasma yang dilakukan bersama dengan pengukuran
osmolalitas plasma serta urin
2) uji coba dengan menggunakan desmopresin (vasopressin sintetik)
3) pemberian infuse larutan saline hipertonis. Setelah diagnose diabetes insipidus dipastikan
tetapi penyebab tidak jelas (misalnya cdera kepala), kondisi pasien harus dikaji dengan
cermat untuk menemukan kemungkinan adanya tumor yang menyebabkan kelainan tersebut.
3.1.6 Penatalaksaan Medis
Tujuan terapi adalah :
1) Untuk menjamin pergantian cairan yang adekuat
2) Mengganti vasopressin (yang biasanya merupakan program terapetik jangka panjang).
3) Untuk meneliti dan mengoreksi kondisi patologis intracranial yang mendasari. Penyebab
nefrogenik memerlukan penatalaksanaan yang berbeda.
Penggantian dengan Vasopresin.Desmopresin (DDAVP), yaitu suatu preparat sintetik
vasopressin yang tidak memiliki efek vaskuler ADH alami, merupakan preparat yang sangat
berguna karena mempunyai durasi kerja yang lebih lama dan efek samping uang lebih sedikit
jika dibandingkan dengan preparat lain yang pernah digunakan untuk mengobati penyakit ini.
Preparat ini diberikan intranasal dengan menyemprotkan larutan obat ke dalam hidung
melalui pipa plastic fleksibel yang sudah dikalibrasi. Dua hingga empat kali pemberian per
hari telah dapat mengendalikan gejala diabetes insipidus. Preparat Lypresin (Diapid)
merupakan preparat yang kerjanya singkat dan diabsorbsi lewat mukosa nasal ke dalam darah
namun, kerja preparat ini terlampau singkat bagi penderita diabetes nsipidus yang berat. Jika
kita akan menggunakan jalur intranasal dalam suatu pemberian obat, observasi kondisi pasien
untuk mengetahui adanya rinofaringitis kronis.
Bentuk terapi yang lain adalah penyuntikan intra muscular ADH, yaitu vasopressin
tannat dalam minyak, yang dilakukan bila pemberian intranasal tidak memungkinkan.
Preparat suntikan ini diberikan setiap 24-96 jam. Botol obat suntik harus dihangatkan dahulu
atau diguncang dengan kuat sebelum obat disuntikan. Penyuntikan dilakukan pada malam
hari agar hasil yang optimal dicapai pada saat tidur. Kram abdomen merupakan efek samping
obat tersebut. Rotasi lokasi penyuntikan harus dilakukanuntuk menghindari lipodistrofi.
Mempertahankan Cairan. Klofibrat, yang merupakan preparat hipolipidemik
memiliki efek antidiuretik pada penderita diabetes insipidus yang masih sedikit mengalami
vasopressin hipotalamik. Klorpropamid (Diabenase) dan preparat tiazida digunakan untuk
penyakit yang ringan karena kedua preparat tersebut menguatkan kerja vasopressin namun
dapat terjadi reaksi hipoglikemik.
Penyebab Nefrogenik. Jika diabetes insipidus disebabkan oleh gangguan ginjal, terapi
ini tidakakn efektif. Preparat tiazida, penurunan garan yang ringan dan penyekat
prostaglandin (ibuprofen, indometasin, serta aspirin) digunakan untuk mengobati bentuk
nefrogenik diabetes insipidus.
Pengobatan pada Diabetes Insipidus harus sesuai dengan gejala yang ditimbulkannya.
Pada pasien DIS parsial mekanisme haus yang tanpa gejala nokturia dan poliuria yang
mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari tidak diperlukan terapi khusus.
Pada DIS yang komplit, biasanya diperlukan terapi hormone pengganti (hormonal
replacement) DDAVP (1-desamino-8-d-arginine vasopressin) yang merupakan pilihan utama.
Selain itu, bisa juga digunakan terapi adjuvant yang mengatur keseimbangan air, seperti:
1) Diuretik Tiazid
2) Klorpropamid
3) Klofibrat
4) Karbamazepin
3.1.8 Komplikasi
Dehidrasi berat dapat terjadi apabia jumah air yang diminum tidak adekuat.
Ketidakseimbangan elektrolit, yaitu hipernatremia dan hipokalemia. Keadaan ini dapat
menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur dan dapat terjadi gagal jantung kongesti.

3.2 Sindrom Sekresi Hormon Antidiuretik yang Tidak Sesuai (SIADH)


3.2.1 Pengertian
Sindrom sekresi hormone antidiuretik yang tidak sesuai (SIADH; Syndrome
of Inappropriate Antidiuretic HormoneScretion) mengacu pada sekresi ADH yang berlebihan
dari kelenjar hipofisis dalam menghadapi osmolalitas serum subnormal. (Suzanne
C.Smeltzer:2001).
SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh
ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang berasal
dari hipofisis posterior. (BarbaraK.Timby).
SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena sekresi ADH yang berlebihan dari
lobusposterior dan dari sumber ektopik yang lain. (Black dan Matassarin Jacob, 1993).
SIADH adalah gangguan yang berhubungan dengan peningkatan jumlah ADH akibat
ketidakseimbangan cairan. (Corwin, 2001).SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior
akibat peningkatan pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah
dalam tingkat yang lebih ringan. (Corwin, 2001)
Menurut kelompok SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior yang disebabkan
oleh beberapa factor misalnya trauma, tumor, penyakit paru dan sebab-sebab yang lain yang
dapat mengaibatkan peningkatan sekresi ADH yang berlebih dan terjadi hiponatremia.
3.2.2 Etiologi
Penyebab SIADH yaitu :

a. Kelainan pada system saraf pusat, seperti atrofi serebrum senilis, hidrosefalus,
delifiumtremens, psilosis akut, penyakit demielinisasi dan degenerative, penyakit
peradangan, trauma/cedera kepala /cerebrovaskular accident , pembedahan pada otak,
tumor (karsinuma bronkus,leukemia, limfoma, timoma, sarkoma) atau infeksi otak
(ensepalitis, meningitis) dapat menimbulkan SIADH melalui stimulasi langsung
kelenjar hipofisis.
b. Beberapa obat (vasopressin, desmopresin asetat, klorpropamid, klofibrat,
karbamazepin, vinkristin, fenotiazin, antidepresan trisiklik, preparat diuretic tiazida,
dan lain-lain) dan nikotin dapat terlibat terjadinya SIADH; zat-zat tersebut dapat
menstimulasi langsung kelenjar hipofisis atau meningkatkan sensitifitas tubulus renal
terhadap ADH yang beredar dalam darah.
c. Produksi dari vasopressin oleh sel tumor (seperti bronkogenik, pankreatik, kanker
prostate dan limfoma dari duodenum, tymus dan kandung kemih adalah yang paling
umum sering meyebabkan SIADH). (Black dan Matassarin, 1993)
d. Factor lain yang menyebabkan SIADH :
1) Kelebihan vasopressin- Peningkatan tekanan intracranial baik pada proses infeksi maupun
trauma pada otak.
2) Proses inflamasi (virus dan bakteri pneumonia)
3) Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin, cisplatin,
danocytocin)
4) Penyakit endokrin seperti insufisiensi adrenal, mixedema dan insufisiensi pituitary anterior.
5) Penyakit paru seperti, infeksi: tuberculosis, pneumonia, abses, gagal napas akut, dan ventilasi
tekanan positif.
6) Idiopatik seperti diagnosis eksklusi.
e.Faktor Pencetus :
1) Trauma Kepala
2) Meningitis.
3) Ensefalitis.
4) Neoplasma.
5) Cedera Serebrovaskuler.
6) Pembedahan.
7) Penyakit Endokrin.
3.2.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi yang berhubungan dengan SIADH adalah :

a. Hiponatremi, kebingungan, kesadaran menurun / letargi sensitive koma, mobilitas


gastrointestinal menurun (Anorexia).
b. Peningkatan badan secara tiba-tiba (tapa oedema) sekitar 5-10 %.
c. Distensi vena jugularis.
d. Takhipnea
e. Kelemahan
f. Menurun BB
g. Sakit kepala
h. Mual dan muntah
i. Kekacauan mental.
j. Kejang generalisata.
k. Penurunan keluaran urine
l. Koma.
Berbagai manifestasi tersebut terjadi akibat pergesaran cairan osmotic dan edema otak
serta peningkatan tekanan intracranial yang ditimbulkannya; pembengkakan otak yang
dibatasi oleh ukuran tengkorak. Mekanisme fisiologis untuk melawan pembengkakan ini
mencakup deplesi osmol intrasel,khususnya ion kalium. Semakin cepat perkembangan
hiponatremia, semakin besar kemungkinan terjadinya edema otak dan peningkatan tekanan
intracranial dan bahwa penyulit neurologis dan herniasi dapat menyebabkan kerusakan
permanen. Namun, meskipun timbul secara perlahan, hiponatremia,pada kasus yang ekstrem
(misalnya natriumserum <110 mEq/L) menyebabkan kejang dan gangguanstatus mental.
Mielinolisispons sentral dapat terjadi dan menyebabkan kerusakan saraf permanen
padapasien dengan hiponatremia yang dikoreksi terlalu cepat.
3.2.4 Penatalaksana Medis
Sindrom ini dapat ditangani dengan menghilangkan penyebab yang mendasari dan
membatasi asupan cairan pasien. Karena air yang tertahan diekskresikan secara perlahan-
lahan melalui ginjal, maka volume cairan ekstrasel akan menyusut dan konsentrasi natrium
serum berangsur-angsur akan meningkat ke nilai normal. Preparat diuretic (misalnya
furosemid [Lasix]) dapat digunakan bersama-sama pembatasan cairan jika terjadi
hiponatremia berat.Tujuan penatalaksanaan pada SIADH yaitu:
a) Mencari penyebabnya jika mungkin
b) Ukur cairan elektrolit yang tidak seimbang
c) Cegah komplikas
Rencana non farmakologi
a) Pembatasan cairan (control kemungkinan kelebihan cairan)
b) Pembatasan sodium
Rencana farmakologi:
a) Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah
b) Obat / penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin
c) Hiperosmolaritas, volume oedema menurun
d) Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik saline 3 %secara
perlahan-lahan mengatasihi ponatremi dan peningkatan osmolaritas serum (dengan
peningkatan = overload) cairan dengan cara penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh
kegagalan jantung kongestif.
g) Pengobatan khusus = prosedur pembedahan.
Pengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH bersal dari produksi
tumor ektopik, maka terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor tersebut. Penyuluhan
yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :
a. Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkan untuk membantu
pasien merencanakan masukan cairan yang diizinkan (menghemat cairan untuk situasi
socialdan rekreasi).
b.Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan diuretic secara
kontinyu.
c. Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.
d. Indicator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala, mual, muntah, anoreksia segera
lapordokter.
e. Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek samping.
f. Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.
g. Untuk kasus ringan, retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala sampai sindrom
secara spontan lenyap. Apabila penyakit lebih parah, maka diberikan diuretik dan obat yang
menghambat kerja ADH di tubulus pengumpul. Kadang-kadang digunakan larutan natrium
klorida hipertonik untuk meningkatkan konsentrasi natrium plasma. Apabila ADH berasal
dari produksi tumor ektopik, maka terapi untuk menghilangkan tumor tersebut.
3.2.5 Komplikasi
Komplikasi :
Gejala - gejala neurologis dapat berkisar dari nyeri kepala dan konfunsi sampai kejang
otot, koma dan intoksikasi air.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
a. Riwayat : trauma kepala, pembedahan kepala, pemakaian obat phenotoin, lithium karbamat,
infeksi kranial, tumor paru.
Riwayat keluarga menderita kerusakan tubulus ginjal atau penyakit yang sama.
b. Pemeriksaan fisik
1) Gastro intestinal : polidipsi, BB turun
2) Kardiovaskular : tanda dehidrasi ( nadi cepat, TDturun, dll)
3) Respirasi : tanda dehidrasi ( napas cepat, pucat )
4) Renal : poliuria 5-30 lt/hari, sering berkemih, nocturia
5) Integumen: membran mukosa dan kulit kering, turgor tidak elastis.

c. Pemeriksaan penunjang:
1) Hipoosmolar urine
2) BJ urine kurang dari 1.005
3) Gangguan elektrolit.
4.2 Analisa Data

a. Data subyektif
1) Asal idiopatik
2) Poliuria
3) Polidipsia
4) Nocturia
5) Kelelahan
6) Konstipasi
b. Data obyektif
1) Trauma kepala
2) Bedah syaraf
3) Tumor hipotaamus
4) Trauma
5) Infeksi
6) Penurunan BB
7) Hipotensi ortostatik
8) Penurunan CVP
9) EKG mungkin terdapat takikardi
10) Penggunaan obat-obatan
Misalnya : litium karbonat, penitoin (dilatin), demeklosiklin, amino glikosida.
4.3 Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan poliuria.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.
d. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit.
4.4 Intervensi Keperawatan
Dx 1.Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan poliuria.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien terpenuhi.
NOC : Fluid balance
Criteria hasil :
a. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urin normal
b. TTV dalam batas normal.
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kuit baik, membrane mukosa lembab,
tidak adarasa haus yang berlebihan.
Skala penilaian NOC :
1) Tidak pernah menujukan
2) Jarang menunjukan
3) Kadang menunjukan
4) Sering menunjukan
5) Selalu menunjukan

NIC : Fluid management


Intervensi :
a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
b. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, TD ortostatik)
c. Monitor Vital sign
d. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
e. Kolaborasikan pemberian cairan IV
f. Dorong masukan oral
Dx. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
NOC : Status nutrisi
Indicator :
a. Stamina
b. Tenaga
c. Tidak ada kelelahan
d. Daya tahan tubuh
Skala penilaian NOC :
1) Tidak pernah menujukan
2) Jarang menunjukan
3) Kadang menunjukan
4) Sering menunjukan
5) Selalu menunjukan
NIC : Nutrition monitoring
Intervensi :
a. BB dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan BB
c. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
d. Monitor turgor kulit
e. Monitor kalori dan intake nutrisi
f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
Dx. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.
Tujuan : seteah diakukan tindakan keperawatan diharapkan pola tidur pasien tidak terganggu.
NOC : Sleep
Criteria hasil :
1. Jam tidur cukup
2. Pola tidur baik
3. Kualitas tidur baik
4. Tidur tidak terganggu
5. Kebiasaan tidur.
Skala penilaian NOC :
1. Tidak pernah menujukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
NIC : Peningkatan tidur
Intervensi :
a. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit.
b. Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor yang menyebabkan kurang tidur.
c. Dekatkan pispot agar pasien lebih mudah saat BAK pada malam hari.
d. Anjurkan pasien untuk tidur siang.
e. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
Dx. 4. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit.
Tujuan : setelah diakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa cemas pasien dapat berkurang.
NOC : Control cemas
Indikator :
1) Monitor intensitas cemas
2) Menyingkirkan tanda kecemasan
3) Merencanakan strategi koping
4) Menggunakan strategi koping yang efektif
5) Menggunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
NIC : Penurunan kecemasan
Intervensi :
a. Tenangkan klien
b. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kapada kien dan perasaan yang mungkin muncul pada
saatdilakukan tindakan.
c. Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan.
d. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipneu, ekspresi
cemasnon verbal)
e. Instruksikan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hipopituitari adalah penurunan / tidak adanya sekresi hormon kelenjar hipofisis
anterior. Hipopituitari sering di sebut juga hipofungsi kelenjar hipofisis.Diabetes Insipidus
adalah sindroma yang ditandai dengan poliuria dan polidipsi akibat terganggunya sekresi
vasopressin oleh system saraf pusat yang dapat disebut dengan diabetes insipidus sentral dan
akibat kegagalan ginjal dalam rangsangan AVP dan ketidakmampuan responsive tubulus
ginjal terhadap vasopressin yang dapat disebut dengan diabetes insipidus nefrogenik.
Di manifestasikan dengan poliuria dan polidipsia. SIADH adalah gangguan pada
hipofisis posterior yang disebabkan oleh beberapa factor misalnya trauma, tumor, penyakit
paru dan sebab-sebab yang lain yang dapat mengaibatkan peningkatan sekresi ADH yang
berlebih dan terjadi hiponatremia.
5.2 Saran
Penulis memberi saran kepada :
5.2.1 Para pembaca pada umumnya agar lebih menjaga ginjal kita agar selalu berfungsi
dengan baik, dengan mengetahui penyakit-penyakit yang berkaitan dengan tubuh kita
misalnya diabetes insipidus, SIADH, dan atau hipopituitary anterior maupun posterior seperti
yang telah dibahas dalam makalah ini diharapkan mampu menggunakan koping yang efektif
dan dapat mencegahnya serta menghubungi dokter untuk tindak lanjut berikutnya.
5.2.2 Para mahasiswai khususnya supaya lebih memahami konsep penyakit-penyakit dan atau
hipopituitari itu sendiri agar mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
hipopitutari anterior dan posterior.

Daftar Pustaka

Boughman,Diane C, JoAnn c Hackley.2000. Keperawatan Medical Bedah : Buku


Saku Untuk Perawat Brunner &Sudarth.Jakarta : EGC.
C. Long, Barbara.1996. Perawatan Medikal Bedah Edisi 3.Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan keperawatan.
Doengoes, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
ECG.Ganang.W.F.1995.
Buku Ajar Fisiologi kedokteran Edisi 14.Jakarta : EGC.
Guyton.1987.Buku Ajar Fisiologi Manusia-Pnyakit Manusia.Jakarta : EGC.Guyton dan Hall.1997.
Buku Ajar Fisiologi K edokteran Edisi 9.Jakarta : EGC
Rina.(2011). Asuhan-Keperawatan-Pada-Klien-Dengan Ganggun Kelenjar Hipofise.
http://rina-penkes.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html.
Diakses tanggal 07 Maret 2012. Pukul 16.45
Annonymus.(2009). askep-Gangguan-Kelenjar-Hipofise
.http://www.scribd.com/doc/2009/03/39579702/askep-Gangguan-Kelenjar Hipofise. Diakses
tanggal 07 Maret 2012. Pukul 16.55
Diposkan oleh Nia Rahayu di Rabu, Juni 06, 2012
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: Endokrin
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

all about me

Nia Rahayu
Relationship : Single
Taurus Girl
Lihat profil lengkapku

My List
 Keperawatan Jiwa (Psikiatri) (9)
 Sistem Pernafasan (9)
 Keperawatan Komunitas (8)
 Endokrin (7)
 Sistem Persyarafan (7)
 Musculoskeletal (6)
 Sistem Pencernaan (5)
 Integumen (3)
 Keperawatan Reproduksi (3)
 Sistem Imun dan Hematologi (2)
 Sistem Sensori Persepsi (2)
 Sistem kardiovaskuler (1)
Daily Calendar
Followers
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Share ItAda kesalahan di dalam gadget ini
Math Game

Anda mungkin juga menyukai