1 BAB
PENDAHULUAN
Pengertian
Hiperpituitary adalah keadaan patologis dimana trjadi peningkatan produksi harmon
hipofisiskarena tumor atau hiperplasia. Keadaan yang sering dijumpai pada hiperpituitarisme
adalah kelebihan hormon somatotropin (GH),laktotropik (PRL) dan kortikotropik
(ACTH),namun demikian terkadang terdapat peningkatan ACTH dengan MSH.
Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus,
penymencakup :
1. faktor keturunan adanya riwayat keluarga dengan hiperpituitarisme
2. adenomas pituitary
3. disfungsi hypothalamus
4. terapi pada hipopituitari
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorik.
Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR
menurun.
2. Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis Sella Tursika
a. Foto polos kepala
b. Poliomografi berbagai arah (multi direksional)
c. Pneumoensefalografi
d. CT Scan
e. Angiografi serebral
3. Pemeriksaan Lapang Pandang
a. Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan
b. Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optik
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron
b. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH
c. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan
pengukuran efeknya terhadapkadar hormon serum.
Komplikasi
1. Gangguan hipotalamus.
2. Penyakit organ ’target’ seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal
primer.
3. Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.
4. Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik.
5. Syndrom parkinson
Konsep ASKEP
Pengkajian
a. Demografi
Kaji usia dan jenis kelamin pasien
b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama
a). Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ tubuh.
b). Perubahan tingkat energi, kellelahan, letargi.
c). Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
d). Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensi.
e). Nyeri kepala.
f). Gangguan penglihatan.
g). Perubahan siklus menstrulasi, libido menurun, impotensia.
2). Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan hormone hipofise mulai dirasakan
3). Riwayat penyakit keluarga.
Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
Pemeriksaan fisik
a. Amati bentuk wajah.
b. Kepala, tangan/lengan, dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
c. Adanya kesulitan menguyah.
d. Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak.
e. Peningkatan respirasi kulit.
f. Suara membesar karena hipertropi laring.
g. Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.
h. Disfagia akibat lidah membesar.
Diagnosa keperawatan
1. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
2. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
3. Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
4.Tidak efektifnya koping individu b/d kerusakan konsep diri.
5.kurangnya pengetahuan tentang berhubungan tengan diagnose penyakit dan pengobatan.
3. Kolaborasi
pemberian
obat – obatan
bromokriptin.
Dx. 2 Perubahan Pasien mencapai fungsi 1.Dorong klien agar Rasional : agar perawat
sensori perseptual optimal dalam batas-batas mau melakukan mengetahui jarak lapang
(penglihatan) yang kemampuan pemeriksaan lapang klien.
berhubungan Criteria hasil : pandang.
dengan gangguan Kemampuan untuk Kejadian degenerasi
transmisi impuls merawat diri 2. Nilai usia pasien muscular,katarak,kerusa
akibat kompresi Kemampuan mengatur kan retina
tumor pada nervus lingkungan yang aman
optikus.
Ditandai dengan
DS: pasien
mengatakan
kekerunan pada
mata
Do : kegelisahan
Dx 3. Perubahan 1.Dorong klien agar Rasional : Agar perawat
citra tubuh yang Tujuan : pasien mau mengungkapkan dapat mengetahui apa
berhubungan menunjukkan peningkatan pikiran dan yang dirasakan oleh
dengan perubahan citra tubuh dan harga diri perasaannya terhadap klien sehubungan
penampilan fisik. yang di buktikan dengan perubahan. perubahan tubuhnya.
kemampuan 2Bantu klien
melihat,menyentuh,berbica mengidentifikasi
ra tentang,kondisi dan kekuatannya serta
perawatan untuk dirasakan segi – segi positif Rasional : Agar klien
bagian tubuh atau fungsi yang dapat mampu
yang berubah dikembangkan oleh mengembangkan dirinya
Kriteria Hasil klien. kembali.
Pasien mengungkapkan
menerima keadaan dirinya
3.Yakinkan klien
seuai dengan kondisi
bahwa sebagian
sekarang
gejala dapat
Pasien dapat
berkurang dengan
mengungkapkan harapan Rasional : agar klien
pengobatan
melakukan hal yang positif tetap optimis dan
dengan kondisinya. berfikir positif selama
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Poskan Komentar
Penyakit hypothalamic
Pengenalan ringkas
Hipotalamus adalah kedua-dua pusat saraf tumbuh-tumbuhan yang lebih tinggi adalah
endokrin pusat fungsi kompleks dan canggih. Hipotalamus dan fungsi pituitari, aktiviti
gonad, peraturan suhu badan, mengawal selera makan dan air metabolisme adalah berkait
rapat. Neuron hypothalamic mungkin rintangan cholinergic, dopaminergic, atau adrenergic,
dan dalam lokus yang sama anatomi sering memaparkan neurotransmitter berbeza
mengotorkan kimia, menunjukkan fungsi fisiologi yang berbeza di kawasan yang sama
pertindihan. Rangsangan rembesan hypothalamic pituitari anterior hormon tiroid merangsang
pertumbuhan hormon hormon melepaskan (TRH), hormon luteinizing hormon melepaskan
(LHRH), perangsang Folikel hormon hormon melepaskan (FSHRH), hormon pertumbuhan
hormon melepaskan (GHRH), corticotropin melepaskan hormon (CRH), faktor melepaskan
prolaktin (PRF); melarang hormon prolaktin faktor yg melarang mereka di sana (PIF),
hormon pertumbuhan hormon menghalang (SST). Peranan dalam rembesan hormon pituitari
vasopressin (VP), hormon antidiuretic (Adh).
Patologi
Pertama, kongenital
(A) kekurangan hormon pertumbuhan (dengan atau tanpa kekurangan hormon lain)
Kedua, tumor
Lima, penyakit vaskular selepas bersalin pituitari disfungsi, aneurisme karotid atau
intrakranial, pendarahan subaraknoid, pituitari apopleksi, arteriosklerosis serebrum,
embolisme serebrum, pendarahan serebrum.
Sembilan, muntah fungsi saraf, makan, anoreksia, amenorea, mati pucuk, hipotiroidisme,
kekurangan adrenal.
Disfungsi endokrin
(A) kekurangan hormon pituitari. Lebih biasa dalam pelbagai sebab-sebab yang memihak
kepada kerosakan tangkai pituitari. Apabila tangkai pituitari telah disekat, sebagai tambahan
kepada mana-mana di luar PRL kekurangan hormon pituitari atau kekurangan mungkin biasa
ialah insipidus kencing manis dan hyperprolactinemia dikaitkan dengan hipogonadisme. Di
samping itu, juga boleh menyebabkan hipotiroidisme, kekurangan adrenal. Hormon
pertumbuhan (GH) rembesan. Ini kumpulan penyakit hormon pituitari ukuran sama dan ujian
dinamik berdasarkan prestasi rembesan adalah rendah, memandangkan jumlah yang tepat
melepaskan hormon, boleh hadir sambutan yang baik.
(Dua) rembesan berlebihan hormon pituitari. Rembesan yang berlebihan adalah CRH
Cushing penyakit (Cushing penyakit) sebab. GHRH hypersecretion, yang membawa kepada
acromegaly. Terdahulu kerana rembesan yang berlebihan GnRH pituitari gonadotropin (gn)
pelepasan awal, boleh membawa kepada akil baligh cepat matang benar. Sindrom Kongenital
osteitis fibrosis (sindrom AIbright) boleh digabungkan dengan akil baligh cepat matang. TRH
boleh menyebabkan rembesan meningkat hipertiroidisme hypothalamic.
(Tiga) rembesan hormon gangguan irama. Irama harian rembesan ACTH mungkin
disebabkan oleh beberapa penyakit hypothalamic dan kesan sindrom Cushing hilang; irama
harian lain rembesan GH dan PRL hormon dan rembesan hormon irama bulanan LH dan FSH
boleh hilang akibat rembesan penyakit hypothalamic Irama intrinsik.
Gejala hipotalamus
(A) obesiti. Pesakit kerana pusat berkenaan dgn perut kenyang kehilangan nuklear garis
tengah fungsi, menyebabkan selera makan meningkat dan obesiti. Obesiti boleh menjadi
kemuncak penyakit ini dan satu-satunya prestasi pesakit obes yang berat selalunya boleh
terus meningkat, menyebabkan sebab-sebab jelas untuk fenomena ini.
Sindrom Prade-WiIIi adalah disebabkan oleh disfungsi hypothalamic, obesiti penting, makan,
kencing manis, terencat bersuara, hipogonadisme dan ungenerous. Dalam infantilism seksual
- pigmentosa Retinitis - Sindrom polydactyly, obesiti juga tanda-tanda terkenal.
(Dua) selera makan dan berat badan. Apabila berkenaan dgn perut sisi nukleus pusat
makanan telah rosak, boleh menyebabkan selera makan dan berat badan, cachexia serius,
kelemahan otot, rambut gugur. Juga boleh dikaitkan dengan disfungsi anterior teruk pituitari.
HIPERPITUITARI
KELENJAR HIPOFISIS
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam
struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa tetapi
memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan
daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan akan menyebabkan sakit kepala atau
gangguan penglihatan. Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin
lainnya. Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas
hipofisa. Hipotalamus dan hipofisis dihubungkan oleh sistem portal hipotalamo-
hipofisis.Melalui sistem tersebut releasing hormon dari hipotalamus mencapai hipofisis, shg
hipofisis mudah melepaskan hormon-hormon.
Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus
posterior (belakang).Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara
melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara
langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan
melalui impuls saraf.
Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa
banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas
kelenjar target. Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya
dilepaskan terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian
periode aktif dan tidak aktif.
HIPERPITUITARY
1) Definisi Hiperpituitary
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau
lebih yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari . Hormon – hormon hipofisis lainnya sering
dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Kelenjar Hipofise, Hotma Rumahardo, 2000 : 36)
2) Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab
mencakup :
Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH,ACTH
atau prolakter.
Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila
sekresi kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P.
2000. Jakarta : EGC)
3) Manifestasi klinis
Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari –
jari tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
Impotensi
Visus berkurang
Nyeri kepala dan somnolent
Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
Libido seksual menurun
Kelemahan otot, kelelahan dan letargi (Hotman Rumahardo, 2000 : 39)
tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur bisa
terganggu, serta tampak keseimbangan emosi
gangguan penglihatan sampai kebutaan total
4) Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari
kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami
pembesaran disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma
mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa
jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme.penyebab
adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga
sering disebut functioning tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan prolaktin.
Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang terjadi.
Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:
Patofisiologi
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ( vasopresin) menjadi kuat adalah
penurunan volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat terutama saat volume darah turun
15 – 25 persen, dengan kecepatan sekresi meningkat sering sampai 50 kali dari normal.
Penyebab peningkatan ini adalah atrium, terutama atrium kanan, mempunyai reseptor regang
yang di bangkitkan, reseptor akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menghambat sekresi
ADH. Sebaliknya, bila tidak dibangkitkan akibat tidak penuhnya pengisian, terjadi proses
yang berlawanan, dengan peningkatan sekresi ADH yang sangat besar. Lebih lanjut, di
samping reseptor regangan atrium, penurunan regangan baroreseptor pada daerah karotid,
aortik dan pulmonari dalam peningkatan sekresi ADH.
Sekresi darah yang terlalu banyak ke dalam atrium dapat terjadi pada jantung yang
kardiomegali. Atrium yang mebesar tanpa di ikutioleh katup – katupnya membuat darah
menumpuk pada atrium – atrium dan akhirnya terjadilah gagal jantung
2) Galaktore
Definisi
Galaktore adalah pembentukan air susu pada pria atau wanita yang tidak sedang dalam masa
menyusui
Etiologi
Penyebabnya adalah prolaktinoma (tumor yang menghasilkan prolaktin) pada kelenjar
hipofisa. Pada saat terdiagnosis biasanya prolaktinoma ini ukurannya kecil, tetapi pada pria
tumor ini cenderung membesar.Pembentukan prolaktin yang berlebihan dan terjadinya
galaktore juga bisa dirangsang oleh obat-obatan seperti fenotiazin, obat tertentu untuk
tekanan darah tinggi (terutama metildopa) dan narkotik. Penyebab lainnya yang mungkin
adalah hipotiroidisme.gagal ginjal dan efek samping obat bisa menjadi faktor penyebab
Manifestasi klinis
Gangguan siklus menstruasi atau siklusnya berhenti
Wajah tampak merah
vagina kering sehingga terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual
Penderita pria mengalami sakit kepala atau kehilangan lapang pandang perifernya
Sekitar 2/3 penderita pria kehilangan gairah seksualnya dan menjadi impoten
Patofisiologi
Kelebihan prolaktin hampir selalu di sebabkan oleh adenoma hipofise, biasanya berupa
mikrokardenoma (diameter tumor kurang dari 1 cm). Atau disfungsi hipotalamus. Dopamin
merupakan inhibitor hipotalamik primer untuk pelepasan prolaktin terputusnya trasnmisi
dopamin kehipofise dapat menyebabkan prolaktin berlebihan
3) Gigantisme
Definisi
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal dari seluruh tubuh karena kelenjar hypophysis
memproduksi hormon berlebihan. Hipofisis adalah kelenjar seukuran biji kacang tanah dan
menggantung dari otak, terbaring di sebelah dalam tulang pelipis dekat bola mata. Penyakit
ini ditandai oleh pembesaran dan penebalan tulang dahi, rahang, kaki, dan tangan secara
berangsur. Penyakit ini berlangsung lambat dan baru diketahui setelah penderita memasuki
usia menengah. kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth Hormone (GH) yang
berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis
Etiologi
Gigantisme Primer atau Hipofisis, di mana penyebabnya adalah adenoma hipofisis.
Gigantisme Sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari
Hipothalamus. Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas, dll) yang
mensekresi GH. Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat
diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang
mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan
kelebihan hormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih
dalam masa pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama
adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan
Patofisiologi
Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi
sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan
sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh
tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa
remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi
badan akan terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena
produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan
tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang
beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif
akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10
persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme
bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor
pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.
Manifestasi klinis :
Pertumbuhan linier yang cepat
Tanda – tanda wajah kasar
pembesaran kaki dan tangan
Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala dapat mendahului pertumbuhan linier
Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku
Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas
Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau lebih
4) Akromegali
Definisi
Akromegali adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang
berlebihan dan terjadi pada usia 30-50 tahun
Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofisa
jinak (adenoma)
Manifestasi klinis
Tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang. Gambaran tulang wajah menjadi
kasar, tangan dan kakinya membengkak
Penderita memerlukan cincin, sarung tangan, sepatu dan topi yang lebih besar
Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit
Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat di dalam kulit membesar, menyebabkan keringat
berlebihan dan bau badan yang menyengat
Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang menonjol
(prognatisme)
Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak. Lidah
membesar dan lebih berkerut-kerut. Tulang rusuk menebal menyebabkan dada berbentuk
seperti tong. Sering ditemukan nyeri sendi; setelah beberapa tahun bisa terjadi artritis
degeneratif yang melumpuhkan. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu
sehingga terjadi gagal jantung
Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan di tungkai dn lengannya karena
jaringan yang membesar menekan persarafan. Saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak
juga bisa tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama pada lapang pandang
sebelah luar
sakit kepala hebat
Patofisiologi
Bila tumor asidofilik timbul sesudah masa dewasa muda-yakni, sesudah epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang maka orang itu tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi,
namun jaringan ikat longgarnya masih terus tumbuh dan tebal tulangnya msih terus tumbuh.
Perbesaran tadi terutama dapat di lihat pada tulang – tulang kecil tangan dan kaki serta pada
tulang membranosa, termasuk tulang tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi , tepi
supraorbital, bagian bawah rahang, dan bagian tulang vertebra, sebab pada masa dewasa
muda pertumbuhan tulang – tulang ini tidak berhenti. Akibatnya, tulang rahang tampak
menonjol ke depan, kadang kala sampai setengah inci ke depan, dahi menyempit ke depan
sebab pertumbuhan tepi supraorbitalnya sangat besar, hidung membesar sampai dua kali
ukuran normal, kakinya membutuhkan sepatu berukuran 14 atau lebih besar, dan jari –
jarinya menjadi sangat tebal
5) Penatalaksanaan
a) Terapi
Pembedahan transphenoidal
Pendekatan transphenoidal sering digunakan dalam melakukan reseksi suatu adenoma.
Sela tursika dicapai melalui sinus sphenoid, dan tumor diangkat dengan bantuan suatu
mikroskop bedah. Insisi dibuat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan ini pun digunakan
untuk memasang implant. Suatu lubang dibuat pada durameter pada jalan masuk sela tursika.
Biasanya dirurup dengan lapisan fascia yang diambil dari tungkai, sehingga pasien harus
disiapkan untuk insisi tungkai. Penampilan ini dilakukan untuk mencegah bocornya cairan
serebrospinal (CSF). Kebocoran CSF dapat terjadi beberapa hari postoperatif tapi harus
ditutup. Hidung mungkin mempet dan suatu sling perban ditempatkan dibawahnya untuk
mengabsorpsi drainage.
Monitoring terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan.
Data-data berikut harus diperhatikan :
1. Keluhan postnasal drip
2. Menelan yang konstan
3. Adanya halo ring pada nasal sling atau balutan (tanda berupa cairan CSF yang jernih
disekeliling cairan serosa yang lebih gelap ditengahnya)
4. Memeriksa ada tidaknya glukosa pada drainase nasal.
Cairan serebrospinal mengandung glukosa, sedangkan cairan nasal tidak. Jika tes
glukosa positif, bahan pemeriksaan harus dikirim ke laboratorium untuk konfirmasi lebih
lanjut.
Jika terdapat kebocoran yang menetap, pasien dianjurkan untuk tirah baring dengan
kepala terangkat untuk menggantikan tekanan pada tambalan yang sudah ditentukan.
Seringkali kebocoran CSF sembuh dengan sendirinya, tetapi kadang-kadang diperlukan
perbaikan dengan tindakan operasi. Aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial harus
dihindari.
Nyeri kepala dapat timbul dan dapat diobati dengan analgetik nonnarkotik tau cordein.
Nyeri kepala persisten atau rigiditas nuchal (kaku kuduk) dapat memberikan petunjuk akan
adanya meningitis dan hal ini harus segera dilaporkan. Karena kemungkinan terjadinya risiko
infeksi, maka antibiotik profilaktif dapat diberikan saat preoperatif atau postoperatif.
Intervensi keperawatan lainnya bagi pasien dengan operasi transphenoidal meliputi hal
berikut :
1. Memberikan cairan peroral dan diet cairan jernih segera setelah pasien sadar dan tak lagi
merasa mual setelah tinadakan anastesia.
2. Meningkatkan diet yang sesuai (anorexia dapat timbul karena menurutnya sensasi
penciuman).
3. Meyakinkan pasien bahwa kehilangan sensasi penciuman hanya sementara dan akan
membaik segera setelah penutup hidung nasal sling diangkat.
4. Memberikan O2 dengan kelembaban tertentu untuk menjaga kelembaban mukosa nasal dan
oral.
5. Melakukan perawatan mulut
a. Jangan menggosok gigi (untuk mencegah distrupsi benangjahitan).
b. Menggunakan kapas halus dan lembab pada saat membersihkan gigi.
c. Sering melakukan bilas mulut.
b. Pembedahan transfontal
Jika tumor hipofise dibawah tulang-tulang dari sella tursika (ekstra sellar),
kraniotoomi dilakukan untuk mendapatkan suatu lapang operasi yang cukup. Tumor-tumor
intraserebral lain, penyakit-penyakit atau trauma terhadap struktur-struktur yang berdekatan
dengan hipofise atau dapat menyebabkan disfungsi hipofise sementara maupun permanen.
2. Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi
tidak memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat gejala akut
setelah terapi pembedahan dilaksanakan.Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor,
menurunkan kadar GH , tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar
GH umumnya mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk
menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50% dari kadar sebelum disinar (base line level),
setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun, dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.
Radiasi hipofisis dilakukan pada pasien dengan adenoma hipofisis yang besar yang
tidak seluruh tumor bisa di angkat. 80% dari pasien dengan akromegali dapat disembuhkan
dengan radiasi. Selain mual dan muntah, efek samping radiasi yang paling sering ditemukan
adalah hipopituitarisme.
b) pemberian obat
Bromocriptine ( parloden ) : suatu dopamine. Merupakan obat pilihan pada kelebihan
prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga diberikan pada klien
dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.Observasi efek samping pemberian
bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi lambung, mual, kram abdomen, konstipasi,
bila ada efek samping di atas kolaborasi dengan dokter, berikan obat-obatan setelah klien
makan (tidak diberikan di antara waktu makan).
6) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan fungsi target organ
Pemeriksaan ACTH, TSH, FSH dan LH serta hormone nontropik
Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormone dan dengan melakukan
efeknya terhadap kadar hormone sarum
Foto rongen kepala dan tulang kerang tubuh dengan CT scan
Pengukuran lapang pandang
Tes toleransi glukosa
Tes supresi dengan dexamethason (Hotman Rumahardo, 2000 : 39).
8) Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah
tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktivitas
yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk dll. Juga jelaskan agar klien
mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi
serat, minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.
Klien tidak menyikat gigi 1-2 minggu sampai penyembuhan sempurna, cukup berkumur
setiap kali setelah makan. Jelaskan bahwa sensasi hilang rasa pada daerah insisi adalah biasa,
dapat berlangsung 3- 4 bulan. Oleh karena itu anjurkan klien memeriksakan gusinya untuk
mengetahui adanya lesi dan perdarahan dengan menggunakan cermin setiap hari.Setelah
operasi, pemberian hormon
untuk memepertahankan keseimbangan cairan. Jelaskan penggunaan obat-obatan dan
jelaskan pula perlunya tindak lanjut secara teratur.
c. Data Subjektif
1. Kelemahan dan pola tidur
2. Pola makan ( fekuensi dan asupan makanan)
3. Higiene khusus dan kebutuhan untuk bercukur
4. Riwayat kardiovaskular
5. Polaintake dan output cairan
6. Rasa tidak nyaman
7. Penggunaan obat – obatan
8. Riwayat reproduksi
9. Penggunaan medikasi
10. Kelainan endokrin dan pengelolaannya
d. Data Objektif
1. Tinggi dan berat badan
2. Proporsi tubuh
3. Jumlah dan distribusi masa obat
4. Distribusi lemak
5. Pigmentasi kulit
6. Distribusi rambut
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
2) Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent
3) Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
4) Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Tujuan: Dalam waktu 2 sampai 3 minggu klien akan memiliki kembali citra tubuh yang
positif
Intervensi keperawatan
a. Non pembedahan
Klien dengan kelebihan GH
1. Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan
penampilan tubuhnya
Rasional : Agar perawat dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh klien sehubungan
perubahan tubuhnya
2. Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi-segi positif yang dapat dikembangkan
oleh klien
Rasional : Agar klien mampu mengembangkan dirinya kembali
Klien dengan kelebihan prolaktin
1. Yakinlah klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan ( ginekomastia,
galaktorea )
Rasional : agar klien tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan.
2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya
b. Pemberian obat-obatan
1. Kolaborasi pemberian obat-obat seperti: bromokriptin (parloden). Merupakan obat pilihan
pada kelebihan prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga
diberikan pada klien dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.
2. Observasi efek samping pemberian bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi
lambung, mual, kram abdomen, konstipasi, bila ada efek samping di atas kolaborasi dengan
dokter, berikan obat-obatan setelah klien makan (tidak diberikan di antara waktu makan
3. Kolaborasi pemberian terapi radiasi. Terapi radiasi tidak diberikan pada hiperpituitarisme
akut.partikel alfa atau proton beam sebagai sumber radiasi lebih efektif tetapi responnya
lambat
4. Awasi efek samping terapi radiasi seperti: hipopituitarisme, kerusaka nervus optikus,
disfungsi okulomotorius, perubahan lapang pandang
2) Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
Tujuan: Klien akan mencapai tingkat kepuasan pribadi dari fungsi seksual
Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap
fungsi seksualnya.
Rasional : agar perawat dapat mengetahui masalah seksual klien dan lebih terbuka kepada
perawat.
Dorong klien agar mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
Rasional : agar klien mendapat hasil mufakat bersama pasangannya.
Kolaborasi pemberian obat – obatan bromokriptin
Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi pemberian gonadotropin
3) Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
Dorong klien agar mau mengungkapkan apa yang dirasakan. Rasional : agar perawat
mengetahui apa yang dirasakan klien
Kaji skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui intensitas dari nyeri dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya
Berikan tehnik relaksasi dan distraksi
Rasional : pengalihan perhatian dapat mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional : pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri
Perawatan Preoperasi
Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan
Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi. Anjurkan klien
bernafas melalui mulut selama pemasangan tampon
Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung, menggosok gigi,
batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat penyembuhan luka
Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan operasi seperti
pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk pemeriksaan
kultur dan sensitivitas
Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah
tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktifitas
yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk, dll. Juga jelaskan agar klien
mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi
serat, minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.
Perawatan Pascaoperasi
Amati respon neurologik klien dan catat perubahan penglihatan, disorientasi dan perubahan
kesadaran serta penurunan kekuatan motorik ekstrimitas
Amati pula komplikasi pascaoperasi yang lazim terjadi seperti transient insipidus (diabetes
insipidus sesaat)
Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret dari hidung
Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat
Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas
Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan hygiene oral secara teratur
Kaji tanda-tanda infeksi
Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.
HIPERPITUITARI
Oleh:
1. Diyah Retno Palupi
2. Dwi Nadzirotul U
3. M. Khotib
4. Nur Muslimah
5. Rohmatul Dwi S
6. Sri Rahayu
7. Windah Agustina
8. Arif Tri M.
II B / SEMESTER 3
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2010
POHON MASALAH
A) Kelenjar hipofise anterior
adenoma hipofise
function hormon
(selalu menyekresi hormon )
tumor
hubungannya dengan
galaktorea menyebabkan
hiperglekemia&hiperkalsemia
ADH menurun
Meningkat ke atrium
Membesar
Gagal jantung
DAFTAR PUSTAKA
HIPOFISIS POSTERIOR
Neurohipofise terbentuk dari sel glia (pituisit) dihubungkan ke hipotalamus dalam
pengendaliannya melalui sistem saraf/impuls saraf (axon).
Hipofisa posterior menghasilkan hormon ADH dan Oksitoxyn/oksitoksin.
Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan
hormon, melalui pembuluh darah yang secara langsung menghubungkan keduanya.
Hormon Hipofise
Penyakit Hipofise
Kondisi abnormalitas dari fungsi kelenjar hipofise adalah hipersekresi atau
hiposekresi
Bila terjadi kerusakan pada seluruh lobus hipofise disebut dengan panhipopituitarisme
(Simmond disease). Kondisi ini jarang terjadi.
Hiperfungsi Kelenjar Hipofisis
Hiperfungsi kelenjar hipofisis atau yang disebut dengan hiperpituitarisme adalah suatu
kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisis sehingga mengakibatkan
peningkatan sekresi salah satu hormon hipofisis atau lebih.
Etiologi Hiperpituitarisme
Primer -> langsung pada hormon tropik / hipofise, contoh:
1. Peningkatan Growth Hormon,
2. Peningkatan prolaktin
Akromegali adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran lingkar tulang, akibat
telah menutupnya tulang epifise.
Biasanya terjadi setelah masa pubertas.
Manifestasi klinis : terjadi pembesaran ukuran pada tulang jari tangan, tulang kaki,
tulang cranium, terjadi prognatisme, kesulitan mengunyah.
B. Gigantisme
2. Peningkatan Prolaktin
Hiperproktinemia
Galaktorhoe adalah suatu keadaan dimana ejeksi ASI terjadi secara terus menerus
diluar kehamilan atau laktasi
Amenorhoe adalah suatu keadaan tidak mengalami adanya menstruasi
Syndroma galaktorhoe dan amenorhoe terjadi karena peningkatan sekresi hormon
prolaktin
Secara normal, sekresi prolaktin menghambat sekresi gonadotropin. Sekresi prolaktin
normal 2–2,5 mg/ml
Peningkatan prolaktin mengakibatkan penurunan GnRH sehingga terjadi penurunan
FSH dan LH, menghambat pematangan sel telur (oogenesis), akibatnya terjadi
Amenorhoe
Terapi
Kausal: Radiasi dan Operasi
Medika mentosa: Bromocriptin, dosis antara 2,5-10 mgr per hari (boleh sampai 20
mgr/hari) dengan efek samping berupa nausea, vomitus dll
Estrogen dalam kombinasi dengan steroid anabolic Octreotide. Suatu long acting
somatostatin analog, diberi per injeksi
Pengkajian
Riwayat penyakit ;
Kaji usia, JK dan riwayat penyakit sama dengan keluarga.
Manifestasi klinis tumor hipofise bervariasi tergantung hormon mana yang
disekresikan berlebihan.
Keluhan utama:
Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ tubuh seperti jari, tangan dsb.
Perubahan tingkat energi
Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman
Dispaneuria dan pada pria disertai impotensi
Gangguan penglihatan
Kesulitan dalam hub seksual
Perubahan siklus mens
Libido menurun
Pemeriksaan fisik
Amati bentuk wajah
Kardiomegali
Pembesaran pada tangan/lengan
Adanya kesulitan menelan
Penurunan penglihatan
Nyeri dan perubahan pada sendi
Suara membesar
Hipertensi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan citra tubuh b.d perubahan penampian fisik
Intervensi :
Tindakan Pembedahan
HIPOFISEKTOMI adalah tindakan pengangkatan adenoma hipofise melalui
pembedahan.
Prosedur operasi tersebut mencakup tindakan transpenoidal hipofisektomi dengan
narkose.
Insisi pada lapisan dalam bibir atas dan masuk ke sella tursika melalui sinus
spenoidalis. Yang kedua adalah transfrontal kraniotomi yaitu dengan membuka
rongga kraniotomi yaitu dengan membuka rongga kranium melalui tulang frontal.
kranium melalui tulang frontal.
Perawatan Preoperasi :
Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan.
Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi.
Anjurkan klien bernafas melalui mulut selama pemasangan tampon.
Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung, sehingga
kien dilarang menggosok gigi, batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat
penyembuhan luka.
Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan operasi
seperti pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk
pemeriksaan kultur dan sensitivitas.
Perawatan Pascaoperasi :
Amati dan catat respon neurologik klien seperti
perubahan penglihatan, disorientasi dan perubahan kesadaran serta penurunan
kekuatan motorik ekstrimitas.
Amati pula komplikasi pascaoperasi yang sering terjadi seperti diabetes insipidus.
Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret dari
hidung.
Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat.
Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas.
Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan oral hygiene secara teratur.
Kaji tanda-tanda infeksi.
Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.
suprise
Rabu, 09 Oktober 2013
asuhan keperawatan hiperpituitary
1 BAB
PENDAHULUAN
Pengertian
Hiperpituitary adalah keadaan patologis dimana trjadi peningkatan produksi harmon
hipofisiskarena tumor atau hiperplasia. Keadaan yang sering dijumpai pada hiperpituitarisme
adalah kelebihan hormon somatotropin (GH),laktotropik (PRL) dan kortikotropik
(ACTH),namun demikian terkadang terdapat peningkatan ACTH dengan MSH.
Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus,
penymencakup :
1. faktor keturunan adanya riwayat keluarga dengan hiperpituitarisme
2. adenomas pituitary
3. disfungsi hypothalamus
4. terapi pada hipopituitari
Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana
dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi.
Kelenjar biasanya mengalami pembesaran disebut adenoma makroskopik bila
diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10
mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan
penyebab utama hiperpituitarisme.penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma
ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan
prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang
terjadi. Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorik.
Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR
menurun.
2. Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis Sella Tursika
a. Foto polos kepala
b. Poliomografi berbagai arah (multi direksional)
c. Pneumoensefalografi
d. CT Scan
e. Angiografi serebral
3. Pemeriksaan Lapang Pandang
a. Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan
b. Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optik
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron
b. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH
c. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan
pengukuran efeknya terhadapkadar hormon serum.
Komplikasi
1. Gangguan hipotalamus.
2. Penyakit organ ’target’ seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal
primer.
3. Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.
4. Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik.
5. Syndrom parkinson
Konsep ASKEP
Pengkajian
a. Demografi
Kaji usia dan jenis kelamin pasien
b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama
a). Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ tubuh.
b). Perubahan tingkat energi, kellelahan, letargi.
c). Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
d). Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensi.
e). Nyeri kepala.
f). Gangguan penglihatan.
g). Perubahan siklus menstrulasi, libido menurun, impotensia.
2). Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan hormone hipofise mulai dirasakan
3). Riwayat penyakit keluarga.
Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
Pemeriksaan fisik
a. Amati bentuk wajah.
b. Kepala, tangan/lengan, dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
c. Adanya kesulitan menguyah.
d. Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak.
e. Peningkatan respirasi kulit.
f. Suara membesar karena hipertropi laring.
g. Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.
h. Disfagia akibat lidah membesar.
Diagnosa keperawatan
1. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
2. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
3. Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
4.Tidak efektifnya koping individu b/d kerusakan konsep diri.
5.kurangnya pengetahuan tentang berhubungan tengan diagnose penyakit dan pengobatan.
Dx. 1
Diagnose TUJUAN criteria INTERVENSI RASIONAL
keperawatan
1.Disfungsi seksual Pasien dapat menunjukkan 1. Identifikasi Rasional : agar perawat
yang berhubungan peningkatan fungsi seksual masalah dapat mengetahui
dengan penurunan Criteria hasil spesifik yang masalah seksual klien
libido ; infertilitas 1.pasien mengungkapkan berhubungan dan lebih terbuka
impotent. perasaan dappat dengan kepada perawat.
Di tandai : keinginan/hasrta seksual pengalaman
Ds:pasien 2.pasien mengungkapkan pada klien
mengungkapkan fungsi seksual meningkat terhadap Rasional : agar klien
tidak dapat fungsi mendapat hasil mufakat
melakukan seksualnya. bersama pasangannya.
aktivitas seksual.
2. Dorong klien
DO: adanya
agar mau
penyakit yang
mendiskusika
memungkinkan
n masalah
pasien mengalami
tersebut
gangguan seksual
dengan
pasangannya.
3. Kolaborasi
pemberian
obat – obatan
bromokriptin.
Dx. 2 Perubahan Pasien mencapai fungsi 1.Dorong klien agar Rasional : agar perawat
sensori perseptual optimal dalam batas-batas mau melakukan mengetahui jarak lapang
(penglihatan) yang kemampuan pemeriksaan lapang klien.
berhubungan Criteria hasil : pandang.
dengan gangguan Kemampuan untuk Kejadian degenerasi
transmisi impuls merawat diri 2. Nilai usia pasien muscular,katarak,kerusa
akibat kompresi Kemampuan mengatur kan retina
tumor pada nervus lingkungan yang aman
optikus.
Ditandai dengan
DS: pasien
mengatakan
kekerunan pada
mata
Do : kegelisahan
Dx 3. Perubahan 1.Dorong klien agar Rasional : Agar perawat
citra tubuh yang Tujuan : pasien mau mengungkapkan dapat mengetahui apa
berhubungan menunjukkan peningkatan pikiran dan yang dirasakan oleh
dengan perubahan citra tubuh dan harga diri perasaannya terhadap klien sehubungan
penampilan fisik. yang di buktikan dengan perubahan. perubahan tubuhnya.
kemampuan 2Bantu klien
melihat,menyentuh,berbica mengidentifikasi
ra tentang,kondisi dan kekuatannya serta
perawatan untuk dirasakan segi – segi positif Rasional : Agar klien
bagian tubuh atau fungsi yang dapat mampu
yang berubah dikembangkan oleh mengembangkan dirinya
Kriteria Hasil klien. kembali.
Pasien mengungkapkan
menerima keadaan dirinya
3.Yakinkan klien
seuai dengan kondisi
bahwa sebagian
sekarang
gejala dapat
Pasien dapat
berkurang dengan
mengungkapkan harapan Rasional : agar klien
pengobatan
melakukan hal yang positif tetap optimis dan
dengan kondisinya. berfikir positif selama
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Poskan Komentar
Askep Hipopituitari
BAB 1
PENDAHULUAN
Hipopituitarisme adalah defisiensi hormon yang dapat timbul di samping sindrom kelebihan
hormon bila adenoma mendesak jaringan hipofisis lain di dalam sella tursika yang sempit,
gangguan penglihatan dapat terjadi pada hipopituarisme ini, karena adanya perluasan/
ekstensi tumor suprasella ke dalam dasar tengkorak dan menimbulkan kompresi kiasma
optikum; biasanya berupa hemianopsia (buta separuh lapangan penglihatan) (Sjamsuhidayat
et al, 2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar Hipofisis terdapat di sela tursika bertulang yang berada di bawah lapisan dura mater.
Kelenjar ini terbagi menajdi tiga lobus, yaitu lobus anterior, lobus inferior, dan lobus
intermediat. Namun, lobus intermediat ini rudimenter (tidak berkembang) pada manusia
(Karch, 2010)
Hormon yang menstimulasi dan menghambat hipofisis mengalir dalam sistem porta
pembuluh darah dari hypothalamus mengendalikan hormon yang dihasilkan oleh lobus
anterior kelenjar hipofisis.
Enam hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior termasuk empat hormon yang
merangsang struktur endokrin lain (hormon tropik), yaitu:
Lobus posterior tidak menghasilkan hormon, tetapi menyimpan dan menyekresi dua hormon,
yaitu Antidiuretic Hormone dan Oksitosin. Kedua hormon tersebut dihasilkan di
hipothalamus dan mengalir dalam serabut tangkai ke hipofisis posterior. Pelepasan hormon
tersebut dari hypothalamus dikendalikan oleh saraf dari hypothalamus (Brooker, 2008)
2.1 Definisi
Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofisis anterior (Barbara,
1996)
2.1 Etiologi
2.1 Patofisiologi
Adenoma hipofisis, tumor jinak lain yang timbul di dalam sella, keganasan primer dan
metastasik serta kista dapat menyebabkan hipopituitarisme. Semua lesi massa di sella dapat
menyebabkan kerusakan dengan menimbulakn penekanan pada sel-sel hipofisis di sekitarnya
(Kumar, 2010:1186).
Eksisi adenoma hipofisis dengan bedah dapat secara tidak sengaja mengenai bagian
hipofisis yang sehat. Radiasi hipofisis, yang dipakai untuk mencegah pertumbuhan kembali
tumor setelah pemebdahan, dapat merusak hipofisis non adenomatosa (Kumar, 2010:1186).
c. Apopleksi hipofisis.
Kista ini d b ilapisi epitel kuboid bersilia dengan sel gobelt dan sel hipofisis anterio,
dapat berisi cairan proteinaseosa dan membesar hingga mengganggu kelenjar normal
(Kumar, 2010:1186).
Sindrom ini merujuk pada adanya sella tursika yang membesar dan tidak terisi oleh
jaringan hipofisis (Kumar, 2010:1186).
Pada kasus ini terjadi defek pada diafragma sella sehingga araknoid mater dan cairan
serebrospinal mengalami herniasi ke dalam sella, lalu sella melebar dan hipofisis tertekan.
Hal ini bisa mengakibatkan gangguan endokrin, dan dengan berkurangnya parenkim
fungsional yang cukup berat dapat menimbulkan hipopitutarisme (Kumar, 2010:1186).
Suatu masa bisa mengakibatkan sella membesar, jika diangkat secara bedah atau
mengalami nekrosis spontan, menyebabkan berkurangnya fungsi hipofisis. Terapi atau infark
spontan bisa mengakibatkan hipopituitarisme (Kumar, 2010:1186).
i. Defek genetik.
Pada anak pernah dilaporkan defisiensi kongenital satu atau lebih hormon hipofisis.
Contohnya, mutasi di pit-I, suatu faktor transkripsi hipofisis, meneybabkan kombinasi
defisiensi GH, proalktin, dan TSH (Kumar, 2010:1186).
Gejala hipopituitari bervariasi tergantung kepada jenis hormon apa yang kurang.
a. Kekurangan hormon GH
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak
dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namaun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan
prosedur sangatlah penting.
1. CT Scan otak
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau hipotalamus melalui
kompeterisasi.
Nilai normal 10 µg ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama
kelahiran jumlahnya meningkat. Specimen adalah darah vena yang diambil lebih kurang 5 cc
(Corenblum, 2013).
2.1 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis.
2) Tindakan operatif
1. Pembedahan transphenoidalis
2. Pembedahan transfrontal
2.8 Komplikasi
1. Gangguan hipotalamus
2. Penyakit organ target seperti gagal tiroid primer, penyakit adison atau gagal gonadal
primer
5. Sindrom parkinson
Jun
5
HIPOPITUYTARISME
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang
terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika
melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk
mengembang. Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas,
seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin
akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.
2. Tujuan Khusus
1) Menjelaskan definisi dari hiperpituitari.
2) Menjelaskan etiologi dari hiperpituitari.
3) Menjelaskan manifestari klinis dari hiperpituitari.
4) Menjelaskan patofisiologi dari hiperpitutari.
5) Menjelaskan penatalaksanaan dari hiperpituitari.
6) Menjelaskan definisi dari hiopituitari.
7) Menjelaskan etiologi dari hipopituitari.
8) Menjelaskan manifestari klinis dari hipopituitari.
9) Menjelaskan patofisiologi dari hipopitutari.
10) Menjelaskan penatalaksanaan dari hipopituitari.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Etiolgi
Hiperpituitarisme dapat menjadi akibat mal fungsi kelenjar hipofisis atau
hipotalamus. Penyebabnya mencakup :
· adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel
penghasil GH, ATCH, atau prolaktin.
· Tidak adanya umpan balik dari kelenjar sasaran misalnya, peningkatan
kadar TSH rterjadi apabila sekresi HT oleh kelenjar tiroid menurun atau tidak
ada.
e. Pemeriksaan Diagnostik
- kortisol (berkurang)
- T4 (berkurang)
- TSH (berkurang)
- hormon pertumbuhan (berkurang)
f. Penatalaksanaan Medik
Pengobatan lebih ditujukan kepada menggantikan kekurangan hormon
target, bukan hormon hipofisa. Jika terjadi kekurangan TSH maka diberikan
hormon tiroid, jika terjadi kekurangan kortikotropin diberikan hormon
adrenokortikal dan jika terjadi kekurangan LH dan FSH diberikan estrogen,
progesteron atau testosteron. Hormon pertumbuhan biasanya diberikan kepada
anak-anak. Jika penyebabnya adalah tumor hipofisa yang kecil, maka dilakukan
pengangkatan tumor. Tumor penghasil prolaktin diatasi dengan pemberian
bromokriptin. Penyinaran dengan kekuatan tinggi atau dengan proton juga bisa
digunakan untuk menghancurkan tumor hipofisa. Tumor yang besar dan telah
menyebar keluar sella tursika tidak mungkin hanya diatasi dengan pembedahan.
Setelah pembedahan harus diberikan penyinaran berkekuatan tinggi untuk
membunuh sisa sel-sel tumor.
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit ( PQRST )
Manifestasi klinis tumor hipofisis bevariasi, tergantung pada hormon mana yang
di sekresi berlebihan. Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan prolaktin,
GH, dan ACTH mulai di rasakan.
b. Kaji usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit yang sama dengan keluarga
(Genogram )
c. Keluhan utama mencakup
1) Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jari-
jari, tangan, penonjolan pada mandibula, tonjolan supra orbita semakin nyata,
raut wajah menjadi nsemakin kasar, sinus paranasalis dan frontalis membesar,
gigi geligi yang tidak dapat menggigit, lidah membesar sehinga penderita sulit
untuk berbicara, suara menjadi lebih dalam akibat penebalan pita suara.
Semuanya ini di akibatkan pertumbuhan yang berlebihan.
2) Penurunan tingkat energi, kelelahan dan alergi kesalahan dan letargi
akibat pemakaian energi yang berlebihan, hiperhidrosis, intoleraansi terhadap
panas, (hiperglikemia)
3) Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman akibat pertumbuhan
tulang yang berlebihan sehingga mengalami deformitas.
4) Nyeri kepala ( bila akromegali /gigantisme berkaitan dengan tumor
hipofisis)
5) Kesulitan dalam berhubungan seksual, libido seksual menurun, impotensi,
perubahan siklus mensturasi yang mencakup keteraturan, kesulitan hamil akibat
sekresi GH yang berlebihan dapat menyebabkan gagalnya fungsi ginjal.
d. Pemeriksaan fisik mencakup ;
1) Amati bentu wajah, khas pada hiperseksresi GH seperti bibir dan hidung
membesaar tulang supra orbita mencolok.
2) Kepala, tangan/lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok ke
depan.
3) Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan
baik.
4) Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan di
jumpai penuruna visus.
5) Amati perubahan pada persendian di mana klien mengeluh nyeri dan sulit
bergerak. Pada pemeriksaan di temukan mobilitas terbatas
6) Peningkatan perspirasi pada kulit menyebabkan kulit basah karena
berkeringat.
7) Suara membesar karena hipertropi laring
8) Pada palpasi abdomen di dapatkan hepatomegali, splenomegali
9) Hipertensi akibat kardiomegali
10) Disfagia akibat lidah yang membesar
11) Pada perkudi dada di dapatkan jantung membesar
e. Pemeriksaan diagnostik meliputi ;
1) Kadar prolaktin serum, ACTH dan GH
2) Foto tengkorak
3) CT scan otak
4) Tes toleransi glukosa
2. Diaganosa
diagnosa keperawatan utama yang dapat di jupai pada klien dengan
hiperpituitarisme adalah :
a. Perubahan citra tubuh B/D perubahan penampilan fisik
b. Disfungsi seksual B/D penuruan libido, infertilitas
Diagnosa keperawatan tambahan juga di jumpai yaitu :
a. Nyeri ( kepala, punggung) B/D penekanan jaringan oleh tumor, hormon
pertumbuhan yang berlebihan
b. Takut B/D ancaman kematian akibat tumor
c. Ansietas B/D ancaman terhadap perubahan status kesehatan
d. Koping individu tidak efektif B/D hilangna kontrol terhadap tubuh
e. Intoleransi aktivitas B/D kelemahan, latergi
f. Perubahan sensori perceptual ( penglihatan) B/D gangguan tranmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus
3. intervensi
Berikut ini rencana rencana keperawatan untuk dua diagnosa keperawatan
yang utama :
a. Perubahan citra tubuh B/D penampilan fisik
1) Tujuan perawatan
Dalam waktu 2-3 minggu klien akan memiliki kembali citra tubuh positif yang
di tandai dengan :
a) Klien mengatakan dapat menerima keberadaan dirinya
b) Klien menunjukan sifat positif terhadap dirinya
2) Intervensi keperawatan
a) Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap
erubahan penampilan tubuhnya
b) Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi-segi positif yang
dapat di kembangkan oleh klien
c) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat seperti bromokriptin
(parlodel) yang merupakan obat ilihan untuk mengurangi ukuran tumor juga
untuk mengatasi kelebihan prolaktin
d) Observasi efek samping pemberian obat bromokriptin seperti hipotensi
ortostatik, iritasi lambung, mal, kram abdomen, konstipasi, bila ada konstipasi
segera lapor ke dokter)
e) Berikan obat-obatan setelah klien makan dan jangan berikan antara waktu
makan
f) Kolaborasi dalam hal pemberian radiasi ( bila memungkinkan)
g) Kolaborasi tindakan pembedahan
b. Disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido; infertilitas
1) Tujuan kjeperawatan
Klien akan mencapai tinkat kepuasan pribadi dalam fungsi seksual
2) Intervensi keperawatan
a) Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman klien
terhadap fungsi seksualnya
b) Dorong agar klien mau mendiskusikan masalah tersebut dengan
pasangannya.
c) Kolaborasi pemberian obat bromokriptin
d) Bila ada masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi pemberian
gonadotropin.
4. Implementasi
1. Dx : Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan dengan Perubahan Struktur
Tubuh dan Fungsi Tubuh Akibat Defisiensi Gonadotropin dan Defisiensi
Hormon Pertumbuhan.
• Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan.
• Mendorong klien untuk meningkatkan proses koping terhadap orang lain.
• Mendorong klien untuk berbagi rasa dengan individu yang mengalami
pengalaman yang sama.
• Membantu klien dalam aktivitas perawatan diri melibatkan juga orang lain.
• Membantu klien untuk dapat terlibat dalam aktivitas perawatan diri.
5.Evaluasi
1. Dx : Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan dengan Perubahan Struktur
Tubuh dan Fungsi Tubuh.
S : Keluarga mengatakan bahwa klien mulai melakukan kegiatan penerimaan
diri, misalnya perawatan diri.
O :Aktivitas peningkatan diri misalnya: penampilan, kerapian, pola makan, dan
lain – lain. Kemampuan dalam penampilan perawatan diri / tanggung jawab
peran membaik, misalnya: penampilan dalam aktifitas keterlibatan sosial
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor
atau hyperplasia hipofisis sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah satu
hormone hipofisis atau lebih (rumahorbo H 1999)
Hipopituitari mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormone hipofisis
anterior yang sangat rendah. Panhipopituirarisme mengacu pada penurunan
sekresi semua hormone pituitarisme.
b. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khusunya dalam bidang
keperawatan. Dalam makalah ini masih banyak memiliki kekurangan untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah Edisi 8
Vol.2, EGC, Jakarta.
1.
Jun
HIPOPITUYTARISME
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB II
PEMBAHASAN
a. pengertian
b. Etiolgi
e. Pemeriksaan Diagnostik
- kortisol (berkurang)
- T4 (berkurang)
- TSH (berkurang)
- hormon pertumbuhan (berkurang)
f. Penatalaksanaan Medik
Pengobatan lebih ditujukan kepada menggantikan kekurangan
hormon target, bukan hormon hipofisa. Jika terjadi kekurangan TSH
maka diberikan hormon tiroid, jika terjadi kekurangan kortikotropin
diberikan hormon adrenokortikal dan jika terjadi kekurangan LH dan
FSH diberikan estrogen, progesteron atau testosteron. Hormon
pertumbuhan biasanya diberikan kepada anak-anak. Jika penyebabnya
adalah tumor hipofisa yang kecil, maka dilakukan pengangkatan
tumor. Tumor penghasil prolaktin diatasi dengan pemberian
bromokriptin. Penyinaran dengan kekuatan tinggi atau dengan proton
juga bisa digunakan untuk menghancurkan tumor hipofisa. Tumor
yang besar dan telah menyebar keluar sella tursika tidak mungkin
hanya diatasi dengan pembedahan. Setelah pembedahan harus
diberikan penyinaran berkekuatan tinggi untuk membunuh sisa sel-sel
tumor.
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit ( PQRST )
b. Kaji usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit yang sama dengan
keluarga (Genogram )
2) Foto tengkorak
3) CT scan otak
2. Diaganosa
1) Tujuan perawatan
Dalam waktu 2-3 minggu klien akan memiliki kembali citra tubuh positif
yang di tandai dengan :
2) Intervensi keperawatan
1) Tujuan kjeperawatan
2) Intervensi keperawatan
4. Implementasi
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khusunya dalam
bidang keperawatan. Dalam makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah Edisi 8
Vol.2, EGC, Jakarta.
Memuat
HIPOFISEPOSTERIOR
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai asuhan
keperawatanpada klien dengan gangguan kelenjar hipofise yaitu dengan hipopituitari
posterior seperti diabetes insipidus dan SIADH.
b. Tujuan Khusus
Penulisan makalah ini mempunyai tujuan khusus yaitu:
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi pada hipofise posterior
2. Untuk mengetahui hormone yang dihasilkan hipofise posterior
3. Untuk mengetahui manifestasi dari hipofungsi dan hiperfungsi
4. Untuk mengetahui definisi dari ADH dan oksitosin
5. Untuk mengetahui patofisiologi dan WOC
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan lobus posterior
3.1.2 Etiologi
Diabetes insipidus dapat terjadi sekunder akibat (akibat lanjut) trauma kepala, tumor
otak atau operasi ablasi, atau penyinaran pada kelenjar hipofisis. Kelainan ini dapat pula
terjadi bersama dengan infeksi system saraf pusat (meningitis, ensefalitis) atau tumor
(misalnya, kelainan metastatic, limfoma dari payudara dan paru).
Penyebab diabetes insipidus yang lainnya adalah kegagalan tubulus renal untuk
bereaksi terhadap ADH, bentuk nefrogenik dari diabetes insipidus yang berkaitan dengan
keadaan hipokalemia, hiperkalsemia dan penggunaan sejumlah obat (misalnya lithium,
demeclocyclin).
Diabetes insipidus disebabkan oleh :
a. Penyakit system saraf pusat (diabetes insipidus sentral) yang mengenai sintesis atau
sekresi vasopressin
b. Penyakit ginjal (diabetes insipidus nefrogenik) kerena lenyapnya kemampuan ginjal
untuk berespons terhadap vasopressin dalam darah dengan menghemat air.
c. Pada kehamilan, kemungkinan peningkatan bersihan metabolic vasopressin. Pada
diabetes insipidus sentral dan nefrogenik, urin bersifat hipotonik. Kausa sentral
tersering adalah kecelakaan trauma kepala, tumor intracranial, dan pasca bedah
intracranial. Kausa yang lebih tercantum adalah:
1) Diabetes insipidus sentral
a) Herediter, familia (autosomal dominan)
b) diopatik
c) Traumatic atau pasca bedah
d) Penyakit neoplasma : kraniofaringioma, limfoma, meningioma, karsinoma metastatic
e) Penyakit iskemik / hipoksik :sindrom Sheehan, aneurisma, henti kardiopulmonal, bedah
pintasaortocoronaria, syok, kematian otak.
f) Penyakit granulomatosa : sarkoidosis, histiositosis X
g) Infeksi : ensefalitisviral, meningitis bacterial
3.1.4 Manifestasi
Tanpa kerja vasoneprin pada nefron ginjal, maka terjadi pengeluaran urin yang sangat
encer seperti sir dengan berat jenis 1,001-1,005 dalam jumlah yang sangat besar setiap
harinya. Urin tersebut tidak mengandung zat-zat yang biasa terdapat didalamnya seperti
glukosa dan albumin. Karena rasa haus yang luar biasa (polidipsia), pasien cenderung minum
4-40 liter perhari dengan gejala khas ingin minum air dingin.
3.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa dibuat berdasarkan test kehilangan cairan, yang mana test ini potensial
berbahaya bila dilakukan pada anak di rumah sakit walaupun intake cairan terbatas, volume
urin tetap tinggi.
Dokter dan perawat harus dengan teliti memonitor tekanan darah, nadi, berat jenis
urin,berat badan, urinoutput, osmolality serum dan status klinik, monitoring ini sangat
penting untuk mencegah anak mengalami dehidrasi berat selama test.
1) Test Dehidrasi
Diabetes Insipidus Central : urin sisa sedikit (osmolality rendah). Neprogenik : urin sisa
sedikit psikogenik polidipsi, urin menjadi pekat,polidipsinya hebat (haus yang berlebihan),
penampilan urin terbatas serta pekat selama test.
2) Pada saat pemberian vasopresin dehidrasi
Diabetes Insipidus Central : urin menjadi pekat.
Diabetes Isipidus Neprogenik : tidak ada perubahan.
Psychogenik polidipsi : tidak ada perubahan.
3) Test ketajaman mata : Kerusakan memberi kesan adanya lesi.
4) CT - Scan
Untuk mendeteksi adanya lesi di hipotalamik pituitary.
Tes deprivasi cairan dilakukan dengan cara menghentikan pemberian cairan selama 8
-12 jam atau sampai terjadi penurunan berat badan sebesar 3% - 5%. Berat badan pasien
harus sering diukur selama pemberian cairan dihentikan. Pengukuran osmolaritas plasma dan
urin dilakukan pada awal dan akhir tes. Ketidakmampuan untuk meningkatkan berat jenis dan
osmolaritas urin adalah tanda khas diabetes insipidus.
Penderita akan terus mengekspresikan urin dalam jumlah besar dengan berat
jenisyang rendah dan akan mengalami penurunan berat badan, kenaikan osmolaritas serum
serta peningkatan kadar kalsium serum. Kondisi pasien ini harus sering dipantau selama tes,
dan tes tersebut dihentikan jika pasien mngalami takikardia, penurunan berat ekstrim atau
hipotensi. Prosedur diagnostic yang lain adalah :
1) pengukuran kadar vasopressin plasma yang dilakukan bersama dengan pengukuran
osmolalitas plasma serta urin
2) uji coba dengan menggunakan desmopresin (vasopressin sintetik)
3) pemberian infuse larutan saline hipertonis. Setelah diagnose diabetes insipidus dipastikan
tetapi penyebab tidak jelas (misalnya cdera kepala), kondisi pasien harus dikaji dengan
cermat untuk menemukan kemungkinan adanya tumor yang menyebabkan kelainan tersebut.
3.1.6 Penatalaksaan Medis
Tujuan terapi adalah :
1) Untuk menjamin pergantian cairan yang adekuat
2) Mengganti vasopressin (yang biasanya merupakan program terapetik jangka panjang).
3) Untuk meneliti dan mengoreksi kondisi patologis intracranial yang mendasari. Penyebab
nefrogenik memerlukan penatalaksanaan yang berbeda.
Penggantian dengan Vasopresin.Desmopresin (DDAVP), yaitu suatu preparat sintetik
vasopressin yang tidak memiliki efek vaskuler ADH alami, merupakan preparat yang sangat
berguna karena mempunyai durasi kerja yang lebih lama dan efek samping uang lebih sedikit
jika dibandingkan dengan preparat lain yang pernah digunakan untuk mengobati penyakit ini.
Preparat ini diberikan intranasal dengan menyemprotkan larutan obat ke dalam hidung
melalui pipa plastic fleksibel yang sudah dikalibrasi. Dua hingga empat kali pemberian per
hari telah dapat mengendalikan gejala diabetes insipidus. Preparat Lypresin (Diapid)
merupakan preparat yang kerjanya singkat dan diabsorbsi lewat mukosa nasal ke dalam darah
namun, kerja preparat ini terlampau singkat bagi penderita diabetes nsipidus yang berat. Jika
kita akan menggunakan jalur intranasal dalam suatu pemberian obat, observasi kondisi pasien
untuk mengetahui adanya rinofaringitis kronis.
Bentuk terapi yang lain adalah penyuntikan intra muscular ADH, yaitu vasopressin
tannat dalam minyak, yang dilakukan bila pemberian intranasal tidak memungkinkan.
Preparat suntikan ini diberikan setiap 24-96 jam. Botol obat suntik harus dihangatkan dahulu
atau diguncang dengan kuat sebelum obat disuntikan. Penyuntikan dilakukan pada malam
hari agar hasil yang optimal dicapai pada saat tidur. Kram abdomen merupakan efek samping
obat tersebut. Rotasi lokasi penyuntikan harus dilakukanuntuk menghindari lipodistrofi.
Mempertahankan Cairan. Klofibrat, yang merupakan preparat hipolipidemik
memiliki efek antidiuretik pada penderita diabetes insipidus yang masih sedikit mengalami
vasopressin hipotalamik. Klorpropamid (Diabenase) dan preparat tiazida digunakan untuk
penyakit yang ringan karena kedua preparat tersebut menguatkan kerja vasopressin namun
dapat terjadi reaksi hipoglikemik.
Penyebab Nefrogenik. Jika diabetes insipidus disebabkan oleh gangguan ginjal, terapi
ini tidakakn efektif. Preparat tiazida, penurunan garan yang ringan dan penyekat
prostaglandin (ibuprofen, indometasin, serta aspirin) digunakan untuk mengobati bentuk
nefrogenik diabetes insipidus.
Pengobatan pada Diabetes Insipidus harus sesuai dengan gejala yang ditimbulkannya.
Pada pasien DIS parsial mekanisme haus yang tanpa gejala nokturia dan poliuria yang
mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari tidak diperlukan terapi khusus.
Pada DIS yang komplit, biasanya diperlukan terapi hormone pengganti (hormonal
replacement) DDAVP (1-desamino-8-d-arginine vasopressin) yang merupakan pilihan utama.
Selain itu, bisa juga digunakan terapi adjuvant yang mengatur keseimbangan air, seperti:
1) Diuretik Tiazid
2) Klorpropamid
3) Klofibrat
4) Karbamazepin
3.1.8 Komplikasi
Dehidrasi berat dapat terjadi apabia jumah air yang diminum tidak adekuat.
Ketidakseimbangan elektrolit, yaitu hipernatremia dan hipokalemia. Keadaan ini dapat
menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur dan dapat terjadi gagal jantung kongesti.
a. Kelainan pada system saraf pusat, seperti atrofi serebrum senilis, hidrosefalus,
delifiumtremens, psilosis akut, penyakit demielinisasi dan degenerative, penyakit
peradangan, trauma/cedera kepala /cerebrovaskular accident , pembedahan pada otak,
tumor (karsinuma bronkus,leukemia, limfoma, timoma, sarkoma) atau infeksi otak
(ensepalitis, meningitis) dapat menimbulkan SIADH melalui stimulasi langsung
kelenjar hipofisis.
b. Beberapa obat (vasopressin, desmopresin asetat, klorpropamid, klofibrat,
karbamazepin, vinkristin, fenotiazin, antidepresan trisiklik, preparat diuretic tiazida,
dan lain-lain) dan nikotin dapat terlibat terjadinya SIADH; zat-zat tersebut dapat
menstimulasi langsung kelenjar hipofisis atau meningkatkan sensitifitas tubulus renal
terhadap ADH yang beredar dalam darah.
c. Produksi dari vasopressin oleh sel tumor (seperti bronkogenik, pankreatik, kanker
prostate dan limfoma dari duodenum, tymus dan kandung kemih adalah yang paling
umum sering meyebabkan SIADH). (Black dan Matassarin, 1993)
d. Factor lain yang menyebabkan SIADH :
1) Kelebihan vasopressin- Peningkatan tekanan intracranial baik pada proses infeksi maupun
trauma pada otak.
2) Proses inflamasi (virus dan bakteri pneumonia)
3) Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin, cisplatin,
danocytocin)
4) Penyakit endokrin seperti insufisiensi adrenal, mixedema dan insufisiensi pituitary anterior.
5) Penyakit paru seperti, infeksi: tuberculosis, pneumonia, abses, gagal napas akut, dan ventilasi
tekanan positif.
6) Idiopatik seperti diagnosis eksklusi.
e.Faktor Pencetus :
1) Trauma Kepala
2) Meningitis.
3) Ensefalitis.
4) Neoplasma.
5) Cedera Serebrovaskuler.
6) Pembedahan.
7) Penyakit Endokrin.
3.2.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi yang berhubungan dengan SIADH adalah :
c. Pemeriksaan penunjang:
1) Hipoosmolar urine
2) BJ urine kurang dari 1.005
3) Gangguan elektrolit.
4.2 Analisa Data
a. Data subyektif
1) Asal idiopatik
2) Poliuria
3) Polidipsia
4) Nocturia
5) Kelelahan
6) Konstipasi
b. Data obyektif
1) Trauma kepala
2) Bedah syaraf
3) Tumor hipotaamus
4) Trauma
5) Infeksi
6) Penurunan BB
7) Hipotensi ortostatik
8) Penurunan CVP
9) EKG mungkin terdapat takikardi
10) Penggunaan obat-obatan
Misalnya : litium karbonat, penitoin (dilatin), demeklosiklin, amino glikosida.
4.3 Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan poliuria.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.
d. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit.
4.4 Intervensi Keperawatan
Dx 1.Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan poliuria.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien terpenuhi.
NOC : Fluid balance
Criteria hasil :
a. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urin normal
b. TTV dalam batas normal.
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kuit baik, membrane mukosa lembab,
tidak adarasa haus yang berlebihan.
Skala penilaian NOC :
1) Tidak pernah menujukan
2) Jarang menunjukan
3) Kadang menunjukan
4) Sering menunjukan
5) Selalu menunjukan
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hipopituitari adalah penurunan / tidak adanya sekresi hormon kelenjar hipofisis
anterior. Hipopituitari sering di sebut juga hipofungsi kelenjar hipofisis.Diabetes Insipidus
adalah sindroma yang ditandai dengan poliuria dan polidipsi akibat terganggunya sekresi
vasopressin oleh system saraf pusat yang dapat disebut dengan diabetes insipidus sentral dan
akibat kegagalan ginjal dalam rangsangan AVP dan ketidakmampuan responsive tubulus
ginjal terhadap vasopressin yang dapat disebut dengan diabetes insipidus nefrogenik.
Di manifestasikan dengan poliuria dan polidipsia. SIADH adalah gangguan pada
hipofisis posterior yang disebabkan oleh beberapa factor misalnya trauma, tumor, penyakit
paru dan sebab-sebab yang lain yang dapat mengaibatkan peningkatan sekresi ADH yang
berlebih dan terjadi hiponatremia.
5.2 Saran
Penulis memberi saran kepada :
5.2.1 Para pembaca pada umumnya agar lebih menjaga ginjal kita agar selalu berfungsi
dengan baik, dengan mengetahui penyakit-penyakit yang berkaitan dengan tubuh kita
misalnya diabetes insipidus, SIADH, dan atau hipopituitary anterior maupun posterior seperti
yang telah dibahas dalam makalah ini diharapkan mampu menggunakan koping yang efektif
dan dapat mencegahnya serta menghubungi dokter untuk tindak lanjut berikutnya.
5.2.2 Para mahasiswai khususnya supaya lebih memahami konsep penyakit-penyakit dan atau
hipopituitari itu sendiri agar mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
hipopitutari anterior dan posterior.
Daftar Pustaka
all about me
Nia Rahayu
Relationship : Single
Taurus Girl
Lihat profil lengkapku
My List
Keperawatan Jiwa (Psikiatri) (9)
Sistem Pernafasan (9)
Keperawatan Komunitas (8)
Endokrin (7)
Sistem Persyarafan (7)
Musculoskeletal (6)
Sistem Pencernaan (5)
Integumen (3)
Keperawatan Reproduksi (3)
Sistem Imun dan Hematologi (2)
Sistem Sensori Persepsi (2)
Sistem kardiovaskuler (1)
Daily Calendar
Followers
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Share ItAda kesalahan di dalam gadget ini
Math Game