Anda di halaman 1dari 26

LATAR BELAKANG SUPERVISI PENDIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Supervisi Pendidikan Semester 4-C

Oleh :
Kelompok II
1. ANI IKA PUTRI 2016.4.112.0020.1.000167
2. LAILATUL MAGHFIROH 2016.4.112.0020.1.000174
3. ROSALIA DEWI ROVIQOH 2016.4.112.0020.1.000184

Dosen Pengampu :
Beny Shintasari, S. Pd, M. Pd.I

PRODI S1 MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
AL URWATUL WUTSQO-JOMBANG
2018

i
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan.............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahirnya Istilah Supervisi ...................................... 3
B. Latar Belakang Pentingnya Supervisi Pendidikan ............ 6
BAB III PENUTUP .................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak orang berbicara tentang merosotnya mutu pendidikan. Di lain
pihak banyak pula yang menandaskan perlu dan pentingnya pembaharuan
pendidikan dan pengajaran, tetapi sedikit sekali yang berbicara tentang
konsep-konsep pemecahan masalah perbaikan pendidikan dan pembelajaran.
Guru-guru membutuhkan bantuan orang lain yang mempunyai cukup
perlengkapan jabatan professional equipment. Mereka membutuhkan bantuan
dalam mencoba mengerti tujuan-tujuan pendidikan, tujuan-tujuan kurikulum,
tujuan-tujuan intruksional secara operasional (bevavioral objective). Mereka
menhgarapkan apa dan bagaimana cara memberi pengalaman belajar yang
sesuia dengan kebutuhan anak-anak dan masyarakat yang sedang
berkembang. Mereka membutuhkan bantuan dalam menggali bahan-bahan
pengalaman belajar dari sumber-sumber masyarakat dan metode-metode
mengajar modern. Mereka membutuhkan pengalaman mengenal dan menilai
hasil belajar anak-anak da mereka mengharapkan bantuan dalam hal
memecahkan persoala-persoalan pribadi dan jabatan mereka.1
Semuanya membutuhkan bantuan dari seseorang yang mempunyai
kelebihan. Orang yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru kea rah
usaha mempertahankan suasana belajar-mengajar yang lebih baik disebut
“supervisor”. Sedangkan pekerjaan itu sendiri disebut “supervisi”.2 Guru
ketika berfungsi membantu memecahkan masalah persoalan belajar dan
mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, maka pada saat itu
disebut sebagai supervisor. Begitu pula dengan kepala sekolah yang setiap
hari langsung berhadapan dengan guru-guru juga berfungsi sebagai
supervisor.

1
Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip & Tekhnik Supervisi Pendidikan (Malang: Usana
Offset Printing, 1982), 17.
2
Ibid., 18.

1
2

Supervisi ialah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk


membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan secara efektif (Purwanto,2000). Manullang (2005) menyatakan
bahwa supervisi merupakan proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang
sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengkoreksi dengan maksud
supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Supervisi
merupakan usaha memberi pelayanan agar guru menjadi lebih profesional
dalam menjalankan tugas melayani peserta didik.3
Pentingnya supervisi dewasa ini didasari atas kecenderungan
perlakuan yang kurang sehat terhadap guru sebagai manusia atau bentuk
penyalahgunaan sember daya manusia, atau lebih tepat pengurasan sumber
daya manusia. Oleh karena itu untuk mengurangi hal tersebut kita harus tahu
terlebih dahulu bagaimana latar belakang lahirnya supervisi serta latar
belakang pentingnya supervisi dalam pendidikan guna memperbaiki proses
belajar dan mengajar untuk meningkatkan hasil dari pembelajaran yang lebih
baik lagi. Oleh karena itu pemakalah dalam hal ini membuat makalah yang
berjudul “Latar Belakang Supervisi Pendidikan”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah lahirnya istilah supervisi ?
2. Apa latar belakang pentingnya supervisi pendidikan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui sejarah lahirnya istilah supervisi.
2. Untuk mengetahui latar belakang pentingnya supervisi pendidikan.

3
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala Sekolah,
(Bandung : Alfabeta, 2014 ), 84
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahirnya Istilah Supervisi
Supervisi adalah istilah yang dapat dikatakan baru dikenal di dunia
pendidikan di Indonesia. Istilah ini muncul diperkirakan pada awal tahun 60-
an, atau pada dua dasawarsa terakhir ini. Diperkenalkannya istilah supervisi
seiring dengan diberikannya mata kuliah administrasi pendidikan di beberapa
IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) di Indonesia, yang kemudian
disusul pula dengan dijadikannya administrasi pendidikan sebagai mata
pelajaran dan bahan ujian pada SGA/SPG pada tahun ajaran 1965-1966, jadi
tidaklah mengherankan kalau ada dari kalangan pendidik sendiri masih ada
asing dengan istilah ini, terutama bagi mereka yang menamatkan pendidikan
guru, baik di tingkat menengah keguruan maupun pendidikan tinggi pada
sebelum tahun 70-an.4
Di Indonesia, sebenarnya aktivitas semacam supervisi sudah lama
dikenal, tapi sayang sekali kesannya memang agak kurang enak, karena
pelaksanaannya yang lebih cenderung hanya untuk mencari kesalahan dan
kekurangan guru dalam mengajar. Pada waktu itu aktivitas itu dikenal dengan
istilah inspeksi, yang diwariskan oleh Belanda sewaktu menjajah Indonesia
selama lebih kurang 3,5 abad. Pada zaman penjajahan Belanda, orang yang
memeriksa sekolah dasar (SD) mereka sebut dengan "Schoolopziener", yaitu
bertugas memeriksa seluruh mata pelajaran di sekolah dasar yang
menggunakan pengantar bahasa Belanda, sedangkan mata pelajaran lain
diperiksa oleh petugas yang mereka sebut inspektur, yang juga orang belanda
sendiri. Menurut Harahap, bahwa pada zaman penjajahan Jepang ada sebutan
Shigaku, yaitu istilah yang dipakai tugas penilik sekolah dasar, tapi sayang
sekali istilah ini tidak begitu lama melekat di kalangan pendidik Indonesia,

4
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (Jakarta:
P2LPTK, Ditjen Dikti, Depdikbud, 1988), 152.

3
4

yang mungkin dikarenakan Jepang tidak terlalu lama menjajah Indonesia, yaitu
lebih kurang 2,5 tahun saja.5
Setelah Indonesia merdeka, istilah Inspektur pernah dipakai untuk
beberapa waktu tetapi kemudian diubah dengan sebutan pengawas untuk
tingkat sekolah lanjutan dan penilik untuk sekolah dasar. Seiring dengan itu
muncul pula sebutan baru, yaitu supervisi yang berasal dari bahasa Inggris
“supervision” yang diperkenalkan oleh orang-orang yang pernah belajar di
Amerika Serikat. Menurut Soetopo, di Amerika Serikat aktivitas supervisi baru
muncul pada permulaan zaman kolonial, yaitu pada sekitar tahun 1654. "The
General Court of chusetts bay coloni" menyatakan bahwa pemuka-pemuka
kota bertanggung jawab atas seleksi dan pengaturan kerja guru-guru, gerakan
dapat danggap sebagai cikal bakal lahirnya konsep yang paling dasar untuk
perkembangan supervisi modern. 6
Kemudian pada tahun 1709, di Boston, a comite of laymen mengunjungi
sekolah-sekolah untuk mengetahui penggunaan metode pengajar oleh guru-
guru, kecakapan mengetahui penggunaan metode pengajar oleh guru-guru,
kecakapan siswa dan merumuskan usaha-usaha memajukan pengajaran dan
organisasi-organisasi sekolah yang baik. Selanjutnya, perkembangan dan
pertumbuhan sekolah dipengaruhi pula oleh bertambahnya jumlah penduduk,
yang membuat dibutuhkannya tambahan tenaga guru yang lebih besar, yang
ada di antara mereka yang dipilih menjadi kepala sekolah, tapi kepala sekolah
pada waktu itu belum berfungsi sebagai supervisor. Namun pada
perkembangan selanjutnya baru, terutama setelah bertambahnya aktivitas
sekolah, maka didirikanlah kantor superintendent di sekolah-sekolah, yang
mengakibatkan adanya dua unsur pimpinan di setiap sekolah. Kewenangan
kedua unsur pimpinan di sekolah itu tidak begitu cepat berkembang, tapi baru
setelah pada awal abad ke-19, di mana terjadi pengurangan beban pengajar
kepala sekolah, supaya mereka lebih banyak mencurahkan waktu untuk
membantu pekerjaan guru di kelas. Sehingga dapat dikatakan dari sinilah

5
Baharuddin Harahap, Supervisi Pendidikan ( Jakarta: PT. Ciawijaya, 1983), 6.
6
Soetopo, dkk, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan ( Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984), 63.
5

dimulainya dua fungsi kepala sekolah, yaitu sebagai administrator dan


supervisor di sekolah.7
Di dunia pendidikan Indonesia, diterapkannya secara formal konsep
supervisi diperkirakan sejak diberlakukannya Keputusan Menteri P dan K, RI.
Nomor: 0134/1977, yang menyebutkan siapa saja yang berhak disebut
supervisor di sekolah, yaitu kepala sekolah, penilik sekolah untuk tingkat
kecamatan dan para pengawas di tingkat kabupaten/ Kotamadya serta staf
kantor bidang yang ada di setiap propinsi. Di dalam PP Nomor 38/Tahun 1992,
terdapat perubahan penggunaan istilah pengawas dan penilik. Istilah pengawas
dikhususkan untuk supervisor pendidikan di sekolah sedangkan penilik khusus
untuk pendidikan luar sekolah.8
Kedudukan pengawas semakin penting setelah keluar UU. Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; PP Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan; PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Kewenangan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota; Semua Permendiknas tentang 8 Standar Nasional
Pendidikan; Permendiknas No. 12 Th. 2007 tentang Standar Kompetensi
Pengawas Sekolah/Madrasah, SK Menpan nomor 118 tahun 1996 tentang
jabatan fungsional pengawas dan angka kreditnya;Keputusan bersama
Mendikbud nomor 0322/O/1996 dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian
Negara nomor 38 tahun 1996 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional
pengawas; Keputusan Mendikbud nomor 020/U/1998 tentang petunjuk teknis
pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya;
Permendiknas Nomor 39/Tahun 2009 tentang pemehunan beban kerja guru dan
pengawas satuan pendidikan.9
Standar mutu pengawas yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (Sudjana, Nana, 2006) bahwa
pengawas sekolah berfungsi sebagai supervisor baik supervisor akademik

7
Ibid.
8
Muwahid Shulhan, Supervisi Pendidikan (Tulungagung: Acima Publishing, 2012), 12.
9
Ibid., 13.
6

maupun supervisor manajerial. Sebagai supervisor akademik, pengawas


sekolah berkewajiban untuk membantu kemampuan profesional guru agar guru
dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor
manajerial, pengawas berkewajiban membantu kepala sekolah agar mencapai
sekolah yang efektif. Pembinaan dan pengawasan kedua aspek tersebut
hendaknya menjadi tugas pokok pengawas sekolah.(uraian lebih lanjut dalam
bagian tersendiri).10
Semua produk hukum itu mengarahkan bahwa kedudukan pengawas
bukan hanya sebagai jabatan buangan dan pajangan di kantor dinas pendidikan,
tetapi mempunyai fungsi penggerak kemajuan pendidikan di sekolah.
Sebagaimana guru, pengawas juga harus memulai pekerjaan dengan
perencanaan, pelaksanaan dan diakhir dengan pelaporan tertulis yang akan
dibicara dalam bagian tersendiri.11
B. Latar Belakang Pentingnya Supervisi Pendidikan
Dunia pendidikan dewasa ini terasa seperti berpacu dengan
perkembangan teknologi, sosial, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan
yang sangat cepat yang menuntut penyusuaian-penyesuaian kehidupan
termasuk kehidupan di dunia pendidikan, di mana guru sebagai ujung
tombaknya yang harus siap bukan hanya dalam pelaksanaan tugas tapi juga
yang lebih penting adalah kesiapan secara pribadi, karena penampilan di muka
kelas selalu mencerminkan sikap hidupnya secara keseluruhan yang menurut
pengalaman besar pengaruhnya terhadap proses belajar mengajar.12
Profesi guru sekarang benar-benar dituntut profesional dalam arti harus
mengerjakan tugas karena guru terus dipantau oleh proses pemberian tunjangan
yang mengharuskan mereka mengajar sesuai dengan bidang ilmunya dan
dengan jam tatap muka 24 jam seminggu. Sehingga bila tanpa bimbingan dari
kepala sekolah dan pengawas kurang baik akan mengakibatkan guru
kehilangan kepercayaan diri. Hal yang lebih terperinci, tentang pentingnya

10
Ibid.
11
Ibid., 14.
12
Ibid.
7

supervisi pendidikan pernah dikemukakan oleh Leeper, bahwa setidak-tidaknya


ada beberapa hal yang melatarbelakangi perlunya supervisi pendidikan:
1. Bahwa dalam perubahan sosial dewasa ini perlu diperhatikan dimensi baru,
yaitu perubahan teknologi ruang angkasa.
2. Susunan Internasional yang berubah dari polarisasi kekuatan pluralisme
dalam kekuatan.
3. Berkembangnya sains dan teknologi yang semakin pasat.
4. Urbanisasi yang meningkat, menyebabkan masalah baru dalam pendidikan.
5. Adanya tuntutan hak-hak asasi manusia yang juga menyebabkan problem
bagi para pendidik yang memerlukan pemecahan secara rasional.
6. Akibat adanya pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran yang menyebabkan
adanya:
a. Daerah-daerah miskin dan daerah-daerah kaya.
b. Adanya banyak waktu luang.
c. Kecendrungan muda mudi memerlukan pendidikan umum dan kejuruan
untuk dapat bekerja atau mencari kerja dalam masyarakat.
7. Suburnya birokrasi, dapat menghambat kelancaran dalam bidang
pendidikan.13
Apa yang disebutkan diatas masih sangat relevan sampai sekarang, maka
berikut uraian lebih lengkap disertai contoh-contoh yang aktual, yaitu:
a. Perubahan Sosial
Sekarang, perubahan sosial memang sangat dirasakan sekali, terutama
yang disebabkan oleh kemajuan teknologi ruang angkasa. Misalnya dengan
adanya parabola dan internet (international network) yang memungkinkan
orang (peserta didik) yang hanya dalam waktu beberapa detik saja dapat
melihat peristiwa dunia dengan segala keanekaragamanny yang mencolok
dengan keadaan di negaranya, terutama perbedaan nilai dari perilaku sosial.
Tanpa disadari bahwa sebagian siswa sekarang lebih banyak
menghabiskan waktunya di muka televisi dan komputer yang di dalam
waktu itu ia bisa bertemu dengan berbagai nilai-nilai hidup yang berasal dari

13
Soetopo, dkk, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, 1.
8

segala penjuru dunia. Sehingga membentuk perilaku sosial yang baru


sehingga dapat menyulitkan guru di kelas. Misalnya, siswa berani mengetes
guru, melawan guru dan lain-lain. Perubahan sosial ini ditandai dengan
perubahan pandangan masyarakat terhadap fungsi guru karena tugas guru
mulai diambil oleh "makhluk" lain yang merupakan rekayasa dalam bidang
teknologi komunikasi dan elektronika, misalnya dengan adanya jejaringan
sosial (facebook) yang sedang marak dewasa ini.14
b. Globalisasi
Pada beberapa tahun ini istilah globalisasi menggema luar biasa yaitu
suatu perobahan dunia secara menyeluruh yang mempunyai pengaruh
timbal balik secara menyeluruh pula. Misalnya perubahan di daratan Eropa
dan Asia, pergolakan di Timur Tengah dan di RRC yang mempunyai
pengaruh langsung terhadap situasi dunia secara keseluruhan yang secara
tidak sadar dapat mempengaruhi sistem dan isi pendidikan di sekolah.
Dalam keadaan begini memang harus ada kesiapan calon dan guru
karena perubahan sistem dan isi pendidikan bisa bersifat insidental atau
yang sulit diramalkan bentuknya. Hal ini tentunya membawa berbagai
konsekueensi. Konsekuensi positif adalah terjadinya kerja sama bidang
ekonomi, sosial, politik, budaya, pertahanan dan keamanan, sedangkan
konsekuensi negatif adalah yang menyangkut masalah moral dan kriminal,
misalnya pergaulan bebas, perkosaan, perjudian, narkotika dan lain-lain.
Kerja sama bidang sosial budaya yang telah disepakati dalam aspek
pembangunan penyelenggaraan pendidikan dari beberapa negara. Sekolah-
sekolah berstandar internasional bermunculan pada semua daerah, di mana
guru harus menmpunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi
siswa dalam peradaban yang berbeda bahasa termasuk penggunaan
peralatan canggih. Karena itu perlu ada usaha pengenalan peradaban bangsa
dunia dan peralatan canggih kepada calon dan guru-guru di instansi dan
lembaga-lembaga pendidikan dalam tatatan baru ini.15

14
Muwahid Shulhan, Supervisi Pendidikan, 16.
15
Ibid., 17.
9

c. Perkembangan Sains dan Teknologi


Perkembangan sains dan teknologi sekarang ini benar-benar telah
mengubah fungsi manusia yang sekaligus mengubah fungsi guru di muka
kelas. Di mana guru tidak hanya dituntut dapat bercerita di depan kelas tapi
ia juga diharuskan mempunyai pengetahuan, pengalaman dan keterampilan
tambahan untuk dapat memanfaatkan produk teknologi baik itu bahan
pelajaran, alat peraga, media pendidikan, seperti film, slide, over head
projector (OHP), video, dan komputer. Kemajuan komputer dengan jaringan
internet bisa menyediakan berbagai sumber materi pelajaran yang bisa
dibaca dan didonwload berupa materi digital.
Selayaknya ada semacam usaha untuk meningkatkan pengetahuan
guru dalam bidang-bidang yang disebutkan tadi baik melalui latihan atau
pendidikan khusus, karena pada satu saat penggunaan alat-alat itu tidak
dapat dielakkan lagi dalam mendukung proses belajar mengajar yang bukan
berarti tugas guru semakin ringan tapi malah justru semakin berat karena
guru apapun harus mempunyai keterampilan teknis dalam bidang elektronik
dan komputer paling rendah bisa membuka internet, memiliki email,
facebook dan atau website.16
d. Urbanisasi
Urbanisasi, yang merupakan arus perpindahan penduduk desa ke kota
semakin hari semakin meningkat terutama di kota-kota yang banyak
menjanjikan pekerjaan. Hal ini bukan hanya di kota-kota besar seperti
Jakarta tapi juga untuk daerah baru seperti di Riau yang sudah terjadi
pemekaran provinsi dan kabupaten yang mengakibatkan heterogennya
masyarakat, di mana guru akan berhadapan dengan keragaman perilaku
masyarakat terutama siswanya. Munculnya daerah-daerah baru berkembang
seperti Pelalawan, Dumai, Siak, Batam, Bintan, Natuna akan menciptakan
masyarakat baru di kota yang baru yang tidak mudah diramalkan bentuk
peradaban yang muncul, oleh karena itu guru-guru harus bersiap-siap secara

16
Ibid., 18.
10

profesional dengan keadaan itu. Sebab keragaman perilaku siswanya harus


dihadapi dengan perilaku yang baru pula.17
e. Demokrasi Pendidikan
Di Indonesia sekarang ini, tuntutan masyarakat untuk mendapatkan
pendidikan yang layak sudah dapat dikatakan mencapai puncaknya, yang di
suatu sulitnya mengadakan sarana dan prasarana pendidikan dan di pihak
lain masih ada masyarakat yang masih belum mengerti dengan sistem
pendidikan, yang menseleksi peserta didik atas dasar spesifikasi sehingga
kita masih melihat ada orang tua yang memaksakan kehendaknya yang
mengakibatkan tidak seragamnya siswa di sekolah sehingga menyulitkan
proses belajar mengajar. Misalnya bergabungnya anak cacat di sekolah-
sekolah normal, mereka masih enggan memasukkan anak mereka di SDLB
(Sekolah Dasar Luar Biasa). Lemahnya sistem seleksi penerimaan siswa
baru baik oleh tekniknya maupun kebijaksanaan yang menyertainya juga
menambah heterogennya murid-murid di sekolah yang sama masalah
dengan persoalan di atas. Dengan adanya komite sekolah juga menambah
demokrasi pendidikan semakin terbuka akan kehadiran masyarakat untuk
ikut dalam pengelolaan sekolah, yang tentunya tidak semudah membalikkan
telapan tangan.18
f. Perubahan Daerah
Pembangunan Pulau Batam dan Pulau Bintan yang melibatkan
investor dari dalam dan luar secara besar-besaran telah membuat kedua
daerah yang dulunya miskin kini menjadi daerah perkembangan ekomoni
baru yang sekaligus menyulitkan dan mengejutkan masyarakat setempat
baik guru maupun peserta didik. Persaingan hidup semakin ketat, barang-
barang menjadi mahal, standar kehidupan berubah yang mengakibatkan ada
masyarakat yang merasa miskin mendadak, baik karena tidak mempunyai
keahlian maupun karena bekerja di sektor yang tidak diperhitungkan dalam
perkembangan daerah itu, terutama sektor pendidikan, apalagi bagi guru-

17
Ibid., 20.
18
Ibid.
11

guru yang berstatus Pegawai Negeri Pusat yang diperbantukan di daerah


yang hidup hanya dengan penghasilan pas-pasan di mana menurut
pengalaman seorang guru yang berpendidikan sarjana yang pegawai negeri
di Batam bahwa gaji mereka hanya cukup untuk 10 hari dan sepasang suami
istri yang juga keduanya sarjana yang berkerja di di suatu SMA,bahwa gaji
mereka yang diangkat dengan pendidikan sarjana juga sulit hidup apalagi
mereka sudah pula mempunyai dua orang anak.19
Munculnya bencana di Aceh dan Sumatera Barat membuat
mengalirnya penduduk ke suatu daerah misalnya di Riau yang dapat
menimbulkan banyaknya problem sosial seperti premanisme, kriminalitas,
gelandangan dan lainnya. Pembangunan Pulau Batam dan Bintan, juga
menimbulkan konsekuensi lain. Seperti banyaknya siswa yang
menggunakan waktu luangnya di luar rumah dan sekolah baik untuk
berekreasi maupun untuk mencari keperluan lain yang dapat membuat
mereka kurang memperhatian pelajaran.
Munculnya tuntutan dari siswa di dunia pendidikan agar dapat
memberikan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan
pembangunan yang sedang berlangsung yang mengharuskan guru benar-
benar dapat memenuhi keinginan itu terutama terhadap guru-guru yang
mengajar pelajaran yang tidak mempunyai kaitan langsung dengan
pembangunan yang sedang di lihat oleh siswa seperti pelajaran sejarah,
PMP, Agama, dan lain-lain.20
g. Suburnya Birokrasi
Banyaknya prosedur yang harus dilalui dan panjangnya waktu yang
harus ditempuh oleh seorang guru dalam berbagai urusan kepegawaiannya
baik itu soal kepangkatan maupun penggajian telah menambah beban kerja
guru. Sehingga kadang-kadang dapat menguras tenaga dan biaya yang pada
puncaknya dapat menganggu kehadiran dan penampilan guru di muka kelas,
padahal waktu, tenaga, dan biaya hidup masih terbatas. Dengan adanya

19
Ibid.
20
Ibid., 21.
12

perubahan sistem kepegawaian guru dari sentralisasi ke desenteraliasi


ternyata masih menyisakan birokrasi kepegawaian yang panjang yaitu
dengan ada perpanjangan tangan pusat melalui LPMP, Dinas Propinsi,
kabupaten dan kota. Ternyata tidak mempermudah urusan kepegawaian
guru terutama bukan hanya status kepegawaian tetapi juga soal
kepangkatan, penggajian dan honor yang bisa tumpang tindik.21
Di samping hal-hal telah disebutkan di atas, masih ada faktor lain
yang tak kalah pentingnya yang ikut mempengaruhi tugas guru-guru di
sekolah seperti makin besarnya jumlah guru-guru muda yang belum
berpengalaman dan banyanya guru-guru wanita di suatu sekolah serta
menurunnya prestise guru. Banyaknya guru muda terutama yang baru saja
menamatkan pendidikan yang pada umumnya mereka masih belum
berpengalaman dalam kehidupan di sekolah di mana mereka memerlukan
penangan yang khusus supaya mereka tidak berbuat menurut selera muda
yang selalu keluar dari tujuan sekolah, misalnya terlalu mengutamakan
kegiatan ekstra kurikuler, seperti berkemah, rekreasi, bergadang di rumah
guru dan lain-lain. Banyaknya guru-guru wanita di suatu sekolah juga akan
menyebabkan berbagai persoalan terutama bagi guru-guru yang baru
berumah tangga atau yang mempunyai anak apalagi guru yang hamil dan
yang sedang menunggu kelahiran, yang apabila terjadi dalam waktu
bersamaan akan berakibat fatal bagi proses belajar mengajar di sekolah. Di
mana dalam keadaan yang demikian memang memerlukan seorang kepala
sekolah yang bijaksana.22
Menurunnya prestise guru di mata murid dan masyarakat terutama
disebabkan oleh mulai berperanannya lembaga-lembaga pendidikan luar
sekolah (PLS) yang menjanjikan langsung keterampilan dan lapangan
pekerjaan yang ditambah lagi dengan banyaknya murid yang mengetahui
latar belakang kehidupan guru sampai kepada periuk nasinya di rumah.
Apalagi bagi guru yang terlihat secara nyata kemiskinannya, misalnya

21
Ibid., 22.
22
Ibid.
13

datang ke sekolah dengan jalan kaki, bersepeda atau dengan angkutan


umum, sementara muridnya datang dengan kendaraan pribadi, seperti honda
dan mobil. Ada murid yang dapat menghafal pakaian dan sepatu gurunya,
malah setiap guru diberi gelar sesuai dengan identitas jeleknya.23
h. Krisis Moneter
Krisis moneter yang melanda sebagian negara-negara Asia umumnya
dan Asia Tenggara khususnya pada awal 1998 bukan hanya memberi
pukulan pada pengusaha tapi juga pada pendidik. Walaupun krisis ini tidak
secara langsung menghantam kegiatan guru di muka kela tapi telah
menghunjat periuk nasi guru di dapur. Kenaikan sembilan bahan pokok
sebesar 100% sampai 200% benar-benar menantang kehidupan guru yang
selama ini sudah berusaha hidup perihatin dengan gaji yang ada ditambah
pula dengan pengeluaran sampai dua kali lipat, sedangkan untuk datang ke
sekolah selain harus mempersiapkan bahan pengajaran harus juga
mempersiapkan ongkos. Apakah dalam keadaan ini guru-guru masih bisa
mengajar dengan baik atau kreatif. Kesan krisis moneter tidak pernah reda
ditambah dengan kasus korupsi yang semakin terkuak, di mana banyaknya
uang negara hilang ditangan penguasa dan pengusaha yang tidak
bertanggung jawab. Tak ada jalan lain, kalau tidak bisa menaikkan gaji
adalah menjaga moral guru agar tetap sehat walafiat melalui supervisi yang
benar dan baik.24
Peningkatan sumber daya guru bisa dilaksanakan dengan bantuan
supervisor, yaitu orang ataupun instansi yang melaksanakan kegiatan supervisi
terhadap guru. Perlunya bantuan supervisi terhadap guru berakar mendalam
dalam kehidupan masyarakat. Swearingen mengungkapkan latar belakang
perlunya supervisi berakar mendalam dalam kebutuhan masyarakat dengan
latar belakang sebagai berikut:25
1. Latar Belakang Kultural

23
Ibid., 23.
24
Ibid.
25
Swearingen, Supervision of Instruction (New York Prentice Hall: Englewood Cliffs, 1961), 28.
14

Kebudayaan kita pada saat ini sedang mengalami suatu perubahan dan
pencampuran antara faktor-faktor intern dan ekstern. Perubahan ini
disebabkan oleh hasil budi manusia yang semakin maju. Hasil bahan-bahan
budaya yang makin kompleks, sangat mmpengaruhi sikap dan tindakan
manusia.26
Sekolah sebagai salah satu pusat kebudayaan, bertugas dan
bertanggungjawab menyeleksi unsur-unsur negatif dari pengaruh
kebudayaan modern dan mengambil sari pati unsur-unsur positif
berdasarkan norma-norma yang berlaku pada masa kini. Lebih penting lagi
setelah dilihat sebagai pusat pengembangan kebudayaan yang
mengembangkan kreativitas dan kemampuan nalar para siswa. Unsur-unsur
kebudayaan yang berbeda-beda sangat mempengaruhi lapangan gerak
pendidikan dan pengajaran. Sekolah bertugas mengkoordinir semua usaha
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Disinilah
letak perlunya supervisi pendidikan.
a. mengkoordinasi semua usaha sekolah
b. memperkembangkan segala usaha untuk mencapai tujuan pendidikan.27
2. Latar Belakang Filosofis
Tiap perubahan kebudayaan adalah akibat dari budi manusia yang
makin berkembang. Tiap jaman alam pikiran manusia mengalami
peningkatan, kontinuitas berfikir. Tiap manusia bertanggungjawab di dalam
memperbaiki dan memperkembangkan hari depannya. Kecakapan untuk
berfikir, merencanakan dan berbuat merupakan usaha-usaha nyata dalam
mengisi kebutuhan manusia. Berdasarkan pandangan dan penafsiran bahwa
pengalaman adalah hasil interaksi antara organisme dan keadaan sekitar,
sedangkan fungsi organisme itu sendiri maupun pengalaman dapat
dipengaruhi, maka hal itu berarti bahwa pada manusia ada potensi-potensi
yang menghasilkan sesuatu pada setiap situasi. Nampak dengan jelas daya
kreasi dan dinamika manusia sehingga dengan demikian setiap pengalaman

26
Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip & Tekhnik Supervisi Pendidikan, 4.
27
Ibid., 5.
15

itu bersifat potensial kreatif, mau tidak mau dibutuhkan daya koordinasi dan
penyusunan rencana-rencana untuk mengatur interaksi manusia. Disini
nampak salah satu dasar pemikiran folosofis tentang perlunya supervisi di
dalam mengatur dan mengkoordinisir pendidikan dan pengajaran. Huxley
seorang zoologist pernah menerangkan perkembangan alam semesta
khususnya manusia telah diberikan kemampuan-kemampuan intelek,
kesadaran dan kecakapan untuk mengumpulkan pengalaman.28
Gardner Murphy seorang ahli ilmu jiwa dalam menerangkan tentang
manusia, berpendapat bahwa manusia itu memiliki tiga ciri hakiki yang
menentukannya sebagai pribadi, yaitu:
a. Pembawaan biologis
b. Pengaruh kebudayaan yang diperkaya dengan hasil pemikiran manusia
c. Hasrat untuk mengetahui, memecahkan suatu masalah.29
Dalam menghadapi proses perubahan dibutuhkan peranan-peranan
aktif manusia sebagai makhluk “kreatif”, berfikir dan mempunyai tujuan
hidup yang jelas. Manusia mempunyai kemampuan untuk mengatur dan
mengembangkan potensi hidupnya. Semua usaha untuk memperluas dan
mengkoordinasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan itu
merupakan fungsi utama dari supervisi pendidikan.30
3. Latar Belakang Psikologis
Dasar psikologis dari supervisi terletak berakar didalam pengalaman
manusia. Pengalaman sering diartikan sebagai kegiatan mencoba
melaksanakan, yaitu usaha memperkembangkan arti dari peristiwa atau
situasi sehingga dapat mengetahui cara pemecahan masalah yang timbul
sekarang dan masa yang akan datang.
Pengalaman merupakan dasar untuk tindakan selanjutnya. Untuk
memperoleh pengertian tentang sesuatu kita harus mengetahui hubungan
dengan hal-hal lain. Pengalaman yang luas memungkinkan kita memperoleh
pengertian yang mendalam tentang sesuatu masalah sehingga memperbesar

28
Swearingen, Supervision of Instruction, 31
29
Ibid., 32.
30
Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip & Tekhnik Supervisi Pendidikan, 6.
16

kemampuan kita untuk mempratekkannya. Dengan demikian pengalaman


harus diperluas dan untuk itu dibutuhkan supervisi pendidikan.31
4. Latar Belakang Sosial
Kita hidup dalam suatu masyarakat demokratis, berarti tata kehidupan
juga demokratis. Dalam masyarakat demokratis orang saling menghargai
pendapat orang lain, saling menolong orang lain dan memberi kebebasan
kepada orang lain untuk bekerja dengan penuh rasa aman. Dalam suasana
aman, orang boleh berfikir secara kreatif dan bertanggugjawab. Dalam
situasi demokratis, tugas seorang pemimpin ialah membantu, mendorong
dan menstimulir tiap anggota kelompok untuk bekerja sama.32
Swearingen sering menggunakan istilah “shared leadership” dan
“status leaership”. Di dalam shared leaership, tanggung jawab diserahkan
pada tiap-tiap orang anggota kelompok dimana tiap orang anggota
kelompok dapat memberi sumbangan. Status leaership yaitu seorang yang
diserahi tanggung jawab dan berdasarkan tanggung jawab itu diberi fasilitas
untuk bertindak karena status, misalnya: Kepala Sekolah (sebagai status
leader) memikul tanggung jawab khusus terhadap pertumbuhan rasa aman,
memperlengkapi semua anggota dan memberi commitment terhadap
kelompok. Menurut Miel fungsi status leader yaitu:
a. Memperbaiki hubungan antara manusia dalam kelompok
b. Memperlengkapi kecakapan-kecakapan melalui garis tertentu.
c. Membagi-membagi kepemimpinan untuk orang lain
d. Mengkoordinasi tiap-tiap usaha orang lain.33
Seorang supervisor biasanya adalah seorang status leader oleh
kedudukannya dan oleh karena itu memikul tanggungjawab untuk
merealisasi potensi-potensi dalam memecahkan setiap problema dengan
cara mengikut sertakan pendapat orang lain. Jelaslah bahwa supervisi itu
bersumber pada dasar kehidupan sosial, dimana masyarakat demokratis,
pemimpin juga demokratis. Masyarakat demokratis mestinya tiap orang

31
Ibid., 7.
32
Ibid., 9.
33
Swearingen, Supervision of Instruction, 37.
17

mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk menstimulir usaha-usaha


yang kreatif menuju ke arah perbaikan, mengkoordinasi tiap usaha, bekerja
dengan commitment pada tiap kelompok. Disinlah letak salah satu fungsi
supervisi pendidikan.34
5. Latar Belakang Sosiologis
Secara sosiologis, penganalisaa hubungan-hubungan manusia dan
faktor-faktor kebudayaan mempunyai pengaruh terhadap tindakan dan usaha
seseorang, teristimewa tindakan yang dipergunakan dalam mendidik anak-
anak dalam rangka pertumbuhan pribadi mereka. Bossar dan Ball
mengatakan: “Pribadi manusia adalah produk dari kontak sosial dan
komunikasi dan hal itu harus langsung dipelajari secara ilmiah, latar
belakang situasi dari tiap-tiap tindakan yang merupakan respons terhadap
situasi tersebut”.35
Karena pribadi itu berkembang dalam situasi dimana pengaruh faktor-
faktor intern maupun ekstern, maka sekolah bertugas agar mencegah
kemungkinan-kemungkinan relatif dari pengaruh perkembangan
masyarakat, tetapi di lain pihak harus dapat menstimulir anak-anak untuk
berbuat secara posotif. Semuanya dapat terlaksana dengan baik bila ada
kerjasama dengan orang lain. Lembaga-lembaga lain untuk membina
perkembangan yang positif ke arah yang dicita-citakan. Dalam hal ini
supervisi dapat memberi sumbangan yang positif. Selain itu dalam proses
kehidupan, sekolah dan masyarakat bersama-sama menaruh perhatian
khusus terhadap perkembangan intelek, emosi dan sebagainya dari anak-
anak. Perlunya menyelidiki kondisi-kondisi masyarakat yang mempengaruhi
langsung atau tidak langsung perkembangan anak sehingga guru dapat
membantu sekolah dan membina usaha-usaha didiknya adalah salah satu
fungsi kreatif dari supervisi pendidikan.36

34
Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip & Tekhnik Supervisi Pendidikan,10.
35
Swearingen, Supervision of Instruction, 30.
36
Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip & Tekhnik Supervisi Pendidikan, 11.
18

6. Latar Belakang Pertumbuhan Jabatan


Setiap guru sadar dan tahu tugasnya dengan jelas. Untuk menunaikan
tugasnya, diperlukan sejumlah pengetahuan tentang jabatan guru. Untuk
mempersiapkan calon guru yang sebaik-baiknya bagi tugas di kelas, maka
pendidikan di Sekolah Guru (preservice teacher education) harus up to date.
Dalam hal tujuan pendidikan guru harus jelas dan terperinci. Setelah itu
dalam “inservice teacher education” perlu ada penyegaran dan peningkatan
jabatan mengajar guru.37
Pembaharuan selalu menimbulkan banyak problema. Problema yang
dihadapi oleh sponsor-sponsor pembaharuan ialah bagaimana membantu
pertumbuhan jabatan guru. Membantu pertumbuhan jabatan guru,
merupakan suatu tugas supervisor yang penting. Guru-guru memerlukan
pengetahuan dalam menganalisa situasi belajar, menerapkan prinsip-prinsip
psikologi modern dalam pelajaran, pengetahuan dasar research, pengetauan
tentang cara-cara kerjasama. Pendek kata mereka membutuhkan
pertumbuhan dalam jabatan mereka (professional growth).38
Seorang supervisor dapat menggunakan penemuan-penemuan baru,
menyumbangkan pengetahuan untuk mengembangkan tanggung jawab dari
setiap guru dan kesadaran dalam menggunakan setiap kesempatan untuk
belajar.39
Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di
lingkungan pendidikan dasar adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang
bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu
sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan
diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi
harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif.40

37
Ibid.,12
38
Ibid.
39
Ibid.
40
Piet. A. Sahertian, Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 20.
19

Supandi menyatakan bahwa ada dua hal yang mendasari pentingnya


supervisi dalam proses pendidikan.
1. Perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan.
Perkembangan tersebut sering menimbulkan perubahan struktur maupun
fungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan penyesuaian
yang terus-menerus dengan keadaan nyata di lapangan. Hal ini berarti
bahwa guru-guru senantiasa harus berusaha mengembangkan kreativitasnya
agar daya upaya pendidikan berdasarkan kurikulum dapat terlaksana secara
baik. Namun demikian, upaya tersebut tidak selamanya berjalan mulus.
Banyak hal sering menghambat, yaitu tidak lengkapnya informasi yang
diterima, keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum,
masyarakat yang tidak mau membantu, keterampilan menerapkan metode
yang masih harus ditingkatkan dan bahkan proses memecahkan masalah
belum terkuasai. Dengan demikian, guru dan kepala sekolah yang
melaksanakan kebijakan pendidikan di tingkat paling mendasar memerlukan
bantuan-bantuan khusus dalam memenuhi tuntutan pengembangan
pendidikan, khususnya pengembangan kurikulum.
2. Pengembangan personal, pegawai atau karyawan senantiasa merupakan
upaya yang terus-menerus dalam suatu organisasi. Pengembangan personal
dapat dilaksanakan secara formal dan informal. Pengembangan formal
menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan melalui penataran,
tugas belajar, loka karya dan sejenisnya. Sedangkan pengembangan
informal merupakan tanggung jawab pegawai sendiri dan dilaksanakan
secara mandiri atau bersama dengan rekan kerjanya, melalui berbagai
kegiatan seperti kegiatan ilmiah, percobaan suatu metode mengajar, dan lain
sebagainya.41
Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib
dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan
supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam

41
Supandi, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Jakarta: Departemen Agama Universitas
Terbuka, 1996), 542.
20

memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena proses belajar-


mengajar yang dilaksakan guru merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan
guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, kegiatan
supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses
pembelajaran.42

42
Ibid., 543.
21

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Sejarah lahirnya supervisi :


a. Istilah supervisi diperkirakan muncul pada awal tahun 60-an
b. Diperkenalkannya istilah supervisi seiring dengan diberikannya mata
kuliah administrasi pendidikan di beberapa IKIP (Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan) di Indonesia, yang kemudian disusul pula dengan
dijadikannya administrasi pendidikan sebagai mata pelajaran dan bahan
ujian pada SGA/SPG pada tahun ajaran 1965-1966.
c. Zaman pennjajahan Belanda disebut Schoolopziener dan zaman
penjajahan Jepang disebut “Shigaku”
d. Setelah Indonesia merdeka istilah inspektur diubah dengan sebutan
pengawas untuk tingkat sekolah lanjutan dan penilik untuk sekolah dasar.
e. Pada tahun 1654 muncul istilah “supervision” yang diperkenalkan orang-
orang yang pernah belajar di Amerika Serikat
f. Pada tahun 1709, di Boston, a comite of laymen mengunjungi sekolah-
sekolah untuk mengetahui penggunaan metode pengajar oleh guru-guru,
kecakapan mengetahui penggunaan metode pengajar oleh guru-guru,
kecakapan siswa dan merumuskan usaha-usaha memajukan pengajaran
dan organisasi-organisasi sekolah yang baik.
g. Pada awal abad ke -19 dimulainya dua fungsi kepala sekolah, yaitu
sebagai administrator dan supervisor di sekolah.
h. Di dunia pendidikan Indonesia, diterapkannya secara formal konsep
supervisi diperkirakan sejak diberlakukannya Keputusan Menteri P dan
K, RI. Nomor: 0134/1977
i. Kedudukan pengawas semakin penting setelah keluar UU. Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; PP Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; PP Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Kewenangan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi
22

dan Pemerintah Kabupaten/Kota; Semua Permendiknas tentang 8 Standar


Nasional Pendidikan; Permendiknas No. 12 Th. 2007 tentang Standar
Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah, SK Menpan nomor 118 tahun
1996 tentang jabatan fungsional pengawas dan angka
kreditnya;Keputusan bersama Mendikbud nomor 0322/O/1996 dan
Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara nomor 38 tahun 1996
tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas; Keputusan
Mendikbud nomor 020/U/1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan
jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya; Permendiknas
Nomor 39/Tahun 2009 tentang pemehunan beban kerja guru dan
pengawas satuan pendidikan.
2. Latar belakang pentingnya supervisi.
a. Menurut Leeper hal-hal yang melatarbelakangi pentingnya supervisi,
antara lain:
1) Bahwa dalam perubahan sosial dewasa ini perlu diperhatikan dimensi
baru, yaitu perubahan teknologi ruang angkasa.
2) Susunan Internasional yang berubah dari polarisasi kekuatan pluralisme
dalam kekuatan.
3) Berkembangnya sains dan teknologi yang semakin pasat.
4) Urbanisasi yang meningkat, menyebabkan masalah baru dalam
pendidikan.
5) Adanya tuntutan hak-hak asasi manusia yang juga menyebabkan problem
bagi para pendidik yang memerlukan pemecahan secara rasional.
6) Akibat adanya pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran.
7) Suburnya birokrasi, dapat menghambat kelancaran dalam bidang
pendidikan
b. Menurut Swearingen yang melatarbelakangi supervisi meliputi:
1) Latar Belakang Kultural
2) Latar Belakang Filosofis
3) Latar Belakang Psikologis
4) Latar Belakang Sosial
23

5) Latar Belakang Sosiologis


6) Latar Belakang Pertumbuhan Jabatan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Jakarta: P2LPTK, Ditjen Dikti, Depdikbud, 1988.

Harahap, Baharuddin. Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Ciawijaya, 1983.

Muwahid Shulhan, Supervisi Pendidikan (Tulungagung: Acima Publishing,


2012)

Priansa, Donni Juni dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi & Kepemimpinan
Kepala Sekolah, (Bandung : Alfabeta, 2014 ), 84

Sahertian, Piet. A. dan Frans Mataheru, Prinsip & Tekhnik Supervisi Pendidikan.
Malang: Usana Offset Printing, 1982.

Sahertian, Piet. A. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam


Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta,
2000.

Soetopo, dkk. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan ( Jakarta: PT. Bina


Aksara, 1984.

Supandi. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama


Universitas Terbuka, 1996.

Swearingen. Supervision of Instruction. New York Prentice Hall: Englewood


Cliffs, 1961.

24

Anda mungkin juga menyukai