Anda di halaman 1dari 6

Uji Antihelmintik Ekstrak Jahe Emprit (Zingiber officinale)

Terhadap Cacing Ascaris suum Dibandingkan Dengan Pirantel


Pamoat Secara In Vitro
Britania Cahya Kiyenda1, Prima Maharani Putri1, Andi Muh. Maulana1, Dyah
Retnani Basuki1
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Abstrak
Latar Belakang : Ascariasis merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi di
masyarakat. Ascariasis disebabkan oleh infeksi cacing Ascaris lumbricoides yang yang
menginfeksi saluran pencernaan. Gejala ascariasis berupa demam, sesak nafas, mual
dan muntah, batuk dan nyeri dada terkadang disertai dengan batuk darah. Ascariasis
yang parah dapat menyebabkan obstruksi saluran pencernaan. Efek samping dan harga
yang cukup mahal pada obat antihelmintik sintetik, maka perlu dilakukan evaluasi
terhadap tanaman obat sebagai alternatif obat antihelmintik.
Tujuan : Mengetahui daya antihelmintik ekstrak jahe emprit terhadap cacing Ascaris
suum secara in vitro.
Metode : Penelitian experimental laboratorium dengan rancangan penelitian Post Test
Only Control Group Design. Subjek penelitian adalah Ascaris suum yang didapat dari
Rumah Potong Hewan Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan 6 kelompok perlakuan
yaitu, Propilen glikol 5% sebagai kontol negatif, Pirantel pamoat 5 mg/mL sebagai
kontrol positif dan ekstrak jahe emprit dosis 30 mg/mL, 45 mg/mL, 55 mg/mL dan 75
mg/mL. Data yang diperoleh diuji secara statistik dengan uji One-way ANOVA,
dilanjut uji Post-Hoc LSD.
Hasil : Ekstrak jahe emprit pada setiap konsentrasi memiliki kemampuan untuk
membunuh cacing Ascaris suum dengan nilai p = 0,000.
Simpulan : Ekstrak jahe emprit dosis 30 mg/mL, 45 mg/mL, 55 mg/mL dan 75 mg/mL.
memiliki efek sebagai antihelmintik terhadap cacing Ascaris suum secara in vitro.

Kata Kunci : Antihelmintik, Ekstrak jahe emprit, Pirantel pamoat, Propilen


glikol, Ascaris suum.

Corresponding author: Britania Cahya Kiyenda, Faculty of Medicine Universitas


Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia.
E-mail: hallo.genius@gmail.com 1
Antihelmintik Test of White Ginger Extracts (Zingiber officinale) to Ascaris
suum Worm Compared to Pirantel Pamoat In Vitro
Britania Cahya Kiyenda1, Prima Maharani Putri1, Andi Muh. Maulana1, Dyah
Retnani Basuki1
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

ABSTRACT

Background: Ascariasis is an infectious disease commonly found among


communities. Ascariasis is caused by Ascaris lumbricoides infection which infects
the digestive tract. Symptoms caused by Ascariasis includes fever, shortness of
breath, nausea and vomiting, cough and chest pain, sometimes accompanied by
coughing up blood. Severe Ascariasis can cause gastrointestinal obstruction.
Considering the side effects and the high prices of synthetic antihelmintic drugs, it
is necessary to evaluate the medicinal plants as an alternative to antihelmintic drugs.
Objectives: To figure out the effectiveness of antihelmintic ginger extract against
Ascaris suum in vitro.
Methods: Laboratory experimental research with Post Control Only Control Group
Design research design. The subject of the study was Ascaris suum obtained from
the slaughterhouse in Yogyakarta. This research used 6 groups of treatment;
Propylen glycol 5% as negative control, Pyrantel pamoat 5 mg / mL as positive
control and extract of white ginger dose 30 mg / mL, 45 mg / mL, 55 mg / mL and
75 mg / mL. The data obtained were statistically tested by One-way ANOVA test,
followed by Post-Hoc LSD test.
Result: White ginger extract at each concentration has the ability to kill Ascaris
suum with p value = 0.000.
Conclusion: White ginger extract dose 30 mg / mL, 45 mg / mL, 55 mg / mL and
75 mg / mL has an antihelmintic effect on Ascaris suum in vitro.

Keywords: Antihelmintik, White ginger extract, Pirantel pamoat, propylene


glycol, Ascaris suum.

Corresponding author: Britania Cahya Kiyenda, Faculty of Medicine Universitas


Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia.
E-mail: hallo.genius@gmail.com 2
PENDAHULUAN Penggunaan pirantel pamoat
Ascariasis merupakan menyebabkan beberapa efek samping
penyakit infeksi yang sering terjadi di bagi tubuh, efek yang ditimbulkan
masyarakat. Ascariasis disebabkan dapat berupa mual, muntah, diare,
oleh infeksi cacing Ascaris kram abdomen, pusing, lemah, nyeri
lumbricoides yang menginfeksi kepala, insomnia, kemerahan, dan
saluran pencernaan1. juga demam7.
Cacing Ascaris lumbricoides Jahe merupakan tanaman
termasuk penyakit Soil Transmitted herbal yang memiliki banyak
Disease atau cacing yang kegunaan salah satunya sebagai
membutuhkan tanah dalam mecapai antihelmintik9.
fase infektif2. Ascariasis tersebar luas
di seluruh dunia, baik negara yang METODE
beriklim tropis maupun subtropis3. Penelitian ini menggunakan
Penyakit Soil Transmitted metode eksperimental laboratorium
Disease meyerang setidaknya 1,5 juta dengan rancangan post test only
controlled group design, tempat
orang diseluruh dunia terutama
pelaksanaan dilakukan di Laboratorium
mereka yang tinggal di daerah tropis Parasitologi Fakultas Kedokteran
atau beriklim lembab4. Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Infeksi ascariasis periode penelitian dilakukan dari
menimbulkan rasa yang tidak nyaman November 2017 sampai maret 2018.
bagi penderitanya. Gejala ascariasis Subjek yang digunakan pada
berupa demam, batuk, sesak nafas, penelitian adalah cacing Ascaris
nyeri dada, mual dan muntah5. suum. Subjek didapatkan dari
Infeksi ascariasis yang berat penjagalan di daerah Yogyakarta.
dapat menyebabkan nyeri di bagian Subjek pada penelitian memiliki
perut disebabkan karena cacing kriteria inklusi berupa cacing Ascaris
dewasa yang menyumbat appendiks suum dalam keadaan hidup dan dapat
dan juga pengumpulan cacing yang bergerak dimana panjang antara 10-
banyak di usus juga dapat 30 cm.
menyebabkan obstruksi maupun
illeus pada usus6. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengobatan ascariasis Tabel 1. Hasil penelitian.
dilakukan dengan pemberian
No. Kelompok Rata-rata waktu
antihelmintik. Antihelmintik pirantel Perlakuan kematian (menit)
pamoat merupakan salah satu pilihan 1 K(+) 13
yang digunakan dalam pengobatan 2 K(-) 1699,75
ascariasis7. 3 P1 1209,5
Pirantel pamoat bekerja 4 P2 1418,5
5 P3 1482,75
dengan cara memblok depolarisasi
6 P4 506,75
neuromuskular dan menginduksi
aktivasi reseptor asetilkolin, nikotinil, Kontrol positif pada
secara nyata dan persisten yang penelitian ini menggunakan obat
menyebabkan cacing mengalami pirantel pamoat. Pirantel pamoat
paralisis spastik8. merupakan obat pilihan pertama

Corresponding author: Britania Cahya Kiyenda, Faculty of Medicine Universitas


Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia.
E-mail: hallo.genius@gmail.com 3
untuk penggobatan ascariasis9. Hasil dari penelitian pada dosis
Pirantel pamoat dapat menghambat ektrak jahe emprit 30 mg/mL
asetilkolin pada otot cacing sehingga memiliki rata-rata kematian 1209,5
menyebabkan paralisis pada cacing. menit. Dosis 30 mg/mL memiliki
Pirantel pamoat menyebabkan daya antihelmintik yang lebih baik
depolarisasi dari otot cacing dan juga daripada dosis 45 mg/mL dan dosis
meningkatkan frekuesi impuls yang 55 mg/mL dapat disebabkan karena
menyebabkan spastik dan adanya perbedaan pH pada larutan
menyebabkan cacing mati10. ekstrak. Perbedaan pH larutan dapat
menyebabkan cacing mengalami
paralisis spastik dikarenakan keadaan
yang terlalu asam sehingga dapat
mempengaruhi metabolisme glukosa
aerobik pada cacing. Hal ini sesuai
dengan penelitian Bazh dan El-Bahy
(2013) dosis ekstrak jahe 25 mg/mL
secara in vitro dapat membunuh
cacing Ascaris galli 79% dalam 48
jam. Penelitian Singh et al (2011)
Gambar 1. Waktu Rata-rata Kematian dosis ekstrak jahe 20 mg/mL dapat
Cacing. membunuh cacing Pheretima
Keterangan: K(+): kontrol positif pirantel posthuma dalam waktu 26 menit12 13.
pamoat 5 mg/mL, K(-): kontrol negatif:
Hasil dari penelitian pada dosis
propilen glikol 5%, P1: ekstrak jahe
emprit 30 mg/mL, P2: ekstrak jahe emprit ektrak jahe emprit 45 mg/mL
45 mg/mL, P3: ekstrak jahe emprit 55 memiliki rata-rata kematian 1418,5
mg/mL, P4: ekstrak jahe emprit 75 menit dan ekstrak jahe emprit pada
mg/mL. dosis 55 mg/mL memiliki rata-rata
kematian 1482,75 menit. Hal ini
Kontrol negatif pada penelitian sesuai dengan penelitian Bazh dan El-
ini menggunakan pelarut dari ekstrak Bahy (2013) dosis ekstrak jahe 50
kental jahe emprit yaitu propilen mg/mL secara in vitro dapat
glikol. Rata-rata waktu kematian membunuh cacing Ascaris galli 84%
kontrol negatif pada penelitian dalam 48 jam. Penelitian Singh et al
1699,75 menit. Hal ini menunjukkan (2011) dosis ekstrak jahe 50 mg/mL
bahwa propilen glycol 5% tidak dapat membunuh cacing Pheretima
memberikan pengaruh dalam posthuma dalam waktu 11 menit12 13.
membunuh cacing Ascaris suum Hasil dari penelitian pada dosis
dalam larutan ekstrak jahe emprit ektrak jahe emprit 75 mg/mL
yang digunakan. Penggunaan pelarut memiliki rata-rata kematian 506,75
untuk kontrol negatif sesuai dengan menit. Dosis terbesar pada penelitian
penelitian El-bahy dan Bazh (2015) ini memiliki waktu kematian tercepat
yang menggunakan RPMI sebagai dalam membunuh cacing Ascaris
kontrol negatif dimana RPMI suum. Hal ini sesuai dengan
merupakan pelarut dari ekstrak yang penelitian Bazh dan El-Bazy (2013)
digunakan dalam penelitian11. dosis ekstrak jahe 100 mg dapat
membunuh cacing Ascaris galli
Corresponding author: Britania Cahya Kiyenda, Faculty of Medicine Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia.
E-mail: hallo.genius@gmail.com 4
secara in vitro sebesar 85% dalam 48 S. K., B. Setiyadi, & A. F. Syam.
jam. Penelitian El-Bazy dan Bazh Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
(2015) dosis 500 mg dapat Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta:
membunuh cacing Raillietina Interna Publishing.
cesticullus secara in vitro dapat 3. Soedarto. (2010). Penyakit-
membunuh 85% cacing dalam waktu penyakit infeksi di Indonesia.
48 jam11 12. Jakarta: Widya Medika
4. WHO. 2017. Soil-Transmitted
KESIMPULAN Helminth Infections. [online].
2017. Diambil dari
Ekstrak jahe emprit dengan http://www.who.int/mediacentre/f
dosis 30 mg/dL, 45 mg/dL, 55 mg/dL actsheets/fs366/en/ pada hari
dan 75 mg/dL memiliki daya jumat tanggal 20 april 2018 pukul
antihelmintik terhadap Ascaris suum 00.26
secara in vitro. Waktu yang 5. Prasetyo, Heru. (2013). Buku Ajar
dibutuhkan pirantel pamoat untuk Parasitologi Kedokteran. Jakarta:
membunuh cacing Ascaris suum Sagung Seto.
adalah 13 menit. Dosis ekstrak jahe 6. Weller, P. F., & Nutman, T. B.
emprit yang mempunyai kemampuan (2012). Intestine Nematode
membunuh cacing Ascaris suum Infections. Dalam M. Dan L.
tercepat dengan rata-rata waktu Longo, M. Anthony S. Fauci, M.
506,75 menit adalah ektrak jahe Dennis L. Kasper, M. Stephen L.
emprit dosis 75 mg/dL. Hauser, M. P. J. Larry Jameson, &
M. P. Joseph Loscalzo, Horrison's
SARAN Principles of Internal Medicine
1. Perlu dilakukan pengujian 18th Edition (hal. 1739). United
pengaruh kadar pH larutan ekstrak States: The McGraw Hill
jahe emprit terhadap daya Companies.
antihelmintik. 7. Rosenthal, Philip J. (2015).
2. Perlu dilakukan pengujian daya Clinical Pharmacology of the
antihelmintik ekstrak jahe emprit Antihelminthic Drugs. Dalam B.
dengan dosis yang lebih besar. G. Kaatzung, & A. J. Trevor, Basic
3. Perlu dilakukan pengujian daya & Clinical Pharmacology 13th
antihelmintik ekstrak jahe emprit Edition International Edition.
bersamaan dengan pirantel United Stated: McGraw-Hill
pamoat. Companies.
8. Brunton, L., Parker, K.,
DAFTAR PUSTAKA Blumenthal, D., & Buxton, I.
1. CDC. (2018). Parasites (2011). Goodman & Gilman
Ascariasis. [Online]. diambil dari Manual Farmakologi dan Terapi.
https://www.cdc.gov/parasites/asc Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
ariasis/epi.html pada hari kamis 19 EGC.
april 2018 pada pukul 13.00 9. Katzung, B.G., 2012. Basic &
2. Gunawan, C. A. (2014). Soil Clinical Pharmacology 12th ed.,
Transmitted Helminths. Dalam S. USA: McGraw Hill Companies.
Setiati, I. Alwi, A. W. Sudoyo, M.

Corresponding author: Britania Cahya Kiyenda, Faculty of Medicine Universitas


Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia.
E-mail: hallo.genius@gmail.com 5
10. Ganiswara. 2007. Farmakologi On Ascaris galli. Spinger-Verlag
dan Terapi Edisi V. Jakarta: Berlin Heidelberg
Fakultas Kedokteran. Universitas 13. Singh, R., Mehta, A., Mehta, P., &
Indonesia Shukla, K. (2011). Anthelmintic
11. El-Bahy, N. M., & Bazh, E. K. Activity Of Rhizome Extracts Of
(2015). Anthelmintic Activity Of Curcuma Longa And Zingiber
Ginger, Curcumin, And Officinale (Zingibericeae).
Praziquentel Agains Raillietina International Journal of Pharmacy
cesticillus ( In Vitro And In Vivo). and Pharmaceutical Sciences , 236.
Springer-Verlag Berlin
Heidelberg.
12. Bazh, E. K., & El-Bahy, N. M.
(2013). In Vitro And In Vivo
Screening Of Anthelmintic
Activity Of Ginger And Curcumin

Corresponding author: Britania Cahya Kiyenda, Faculty of Medicine Universitas


Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia.
E-mail: hallo.genius@gmail.com 6

Anda mungkin juga menyukai