Anda di halaman 1dari 15

MODUL

“KOMPLEMENTER HERBAL TEMULAWAK”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komplementer dan
Alternatif

Disusun Oleh:
Kelompok 3 AJ 1/B20

1. Rambu Eri H 131711123023


2. Achmad Ibrahim 131711123024
3. Beny Wahyudi 131711123027
4. Lilik Manowati 131711123030
5. Endang Susiana 131711123063
6. Dismalyansa 131711123066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat
dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan Modul “Komplementer Herbal
Temulawak” tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan oleh Dosen Pengajar Mata Kuliah Keperawatan Komplementer
Alternatif Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Proses terselesaikannya
makalah ini tidak lepas bantuan orang lain. Sehubungan dengan hal tersebut, tak lupa
penyusun menyampaikan terimakasih kepada:
1. Elida Ulfiana, S.Kep.Ns., M.Kep selaku dosen pengampu.
2. Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (AJ1/B20)
Tak lupa penyusun menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun agar penyusun dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Dan kami
berharap makalah yang telah penyusun buat ini bermanfaat bagi penyusun khususnya
dan seluruh pembaca pada umumnya.

Surabaya, 2 Maret 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 1


DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
URAIAN MATERI
1.1 Deskripsi Tumbuhan Temulawak ................................................................. 1
1.2 Manfaat Tanaman Temulawak ...................................................................... 2
1.3 Kandungan Kimia Temulawak ..................................................................... 2
PROSEDUR PEMBUATAN JAMU TEMULAWAK
2.1 Bahan dan Cara Pembuatan ........................... .............................................. 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 26

3
URAIAN MATERI

1.1 Deskripsi Tumbuhan Temulawak


Temulawak termasuk salah satu jenis temuan-temun yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat Asia tenggara. Temulawak sudah
banyak dimanfaatkan unuk berbagai keperluan. Temulawak, sebagaimana
nama padanannya, curcuma javanica, dipercaya sebagai tumbuhan asli
Indonesia, yang kemudian menyebar ke beberapa negara, seperti Malaysia,
Cina bagian selatan, Thailand, Birma, India, dan Filipina. Tumbuhan yang
diduga kuat berasal dari pulau jawa ini menyebar ke beberapa wilayah
Indonesia, seperti Sumatera Utara, Sumatera barat, Sumatera selatan,
Bengkulu, Lampung, Kalimantan, dan Sulawesi.
Klasifikasi ilmiah tanaman temulawak adalah sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Keluarga : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies :Curcuma xanthorrhiza ROXB

Tanaman temulawak berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari


1m tetapi kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang
terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap
batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai
bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap,
panjang daun 31 – 84 cm dan lebar 10 – 18 cm, panjang tangkai daun termasuk
helaian 43 – 80 cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis,
panjang tangkai 9 – 23 cm dan lebar 4 – 6 cm, berdaun pelindung banyak yang
panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga
berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13 mm, mahkota bunga berbentuk tabung
dengan panjang keseluruhan 4.5 cm, helaian bunga berbentuk bundar

4
memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah,
panjang 1.25 – 2 cm dan lebar 1cm.
Namun pada bagian bagian tumbuhan temulawak memiliki formologi yang
unik, seperti akar, batang, daun, bunga dan buah.
1.1.1 Akar
Akar rimpang terbentuk dengan sempurna
dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap.
Rimpang induk dapat memiliki 3-4 buah
rimpang. Warna kulit rimpang cokelat
kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna
daging rimpang orange tua atau kuning. Rimpang temulawak terbentuk di
dalam tanah pada kedalaman sekitar 16 cm. Tiap rumpun umumnya
memiliki 6 buah rimpang tua dan 5 buah rimpang muda. Rimpang
Temulawak sangat berkhasiat untuk antiradang, anti keracunan empedu,
penurun kadar kolesterol, diuretik (peluruh kencing), penambah ASI,
tonikum, dan penghilang nyeri sendi (Galeriukm, 2011).
1.1.2 Batang
Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang
pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 sampai
2,5 m berwarna hijau atau cokelat gelap. Pelepah daunnya saling menutupi
membentuk batang. Tumbuhan yang patinya mudah dicerna ini dapat
tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 750 meter di atas
permukaan laut. Umbi akan muncul dari pangkal batang, warnanya kuning
tua atau coklat muda, panjangnya sampai 15 cm dan bergaris tengah 6 cm.
Baunya harum dan rasanya pahit agak pedas.
1.1.3 Daun
Tiap batang mempunyai daun 2 – 9
helai dengan bentuk bundar memanjang
sampai bangun lanset, warna daun hijau
atau coklat keunguan terang sampai gelap,
panjang daun 31 – 84 cm dan lebar 10 – 18
cm, panjang tangkai daun termasuk

5
helaian 43 – 80 cm. Mulai dari pangkalnya sudah memunculkan tangkai
daun yang panjang berdiri tegak. Tinggi tanaman antara 2 sampai 2,5 m,
dan daunnya bundar panjang hampir menyerupai seperti daun kunyit.
1.1.4 Bunga
Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik
(bergerombol) dan bunganya berukuran pendek dan
lebar, warna putih atau kuning tua dan pangkal
bunga berwarna ungu. Bunga mejemuk berbentuk
bulir, bulat panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm.
Bunga muncul secara bergiliran dari kantong-
kantong daun pelindung yang besar dan beraneka
ragam dalam warna dan ukurannya. Mahkota bunga berwarna merah.
Bunga mekar pada pagi hari dan berangsur-angsur layu di sore hari,
kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13 mm, mahkota bunga
berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4,5 cm, helaian bunga
berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna
merah dadu atau merah, panjangnya hingga 1,25 – 2 cm dan lebar 1cm.
1.1.5 Buah/Rimpang
Aroma dan warna khas dari rimpang
temulawak adalah berbau tajam dan
daging buahnya berwarna kekuning-
kuningan. Warna kulit rimpang
coklat kemerahan atau kuning tua,
sedangkan warna daging rimpang orange tua atau kuning (Galeri ukm,
2011).

1.2 Manfaat Tanaman Temulawak


Berdasarkan penelitian dan pengalaman, temulawak telah terbukti
berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Di Indonesia satu
– satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk
dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59, 64 % zat tepung, 1,6-
2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak atsiri dan dipercaya dapat
meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Selain itu efek farmakologi
yang lain sebagai hepatoprotektor (mencegah penyakit hati) sebagai anti

6
kolaga yakni meningkatkan produksi dan sekeresi empedu, menurunkan
kadar kolesterol, mengaktifkan enzim pemecah lemak di hati, laxative
(pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan nyeri sendi.
Manfaat lainnya yaitu, obat jerawat, anti oksidan, anti mikroba, pencegah
kanker, meningkatkan nafsu makan, dan melancarkan ASI. Pemakaian
temulawak untuk pengobatan umumnya dilakukan dalam bentuk ramuan,
baik tunggal maupun campuran.
Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temulawak juga
dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya,
kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang
mengalami gangguan pencernaan. Di sisi lain, temulawak juga mengandung
senyawa beracun yang dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan tersebut
menghasilkan minyak atsiri yang mengandung linelool, geraniol yaitu
golongan fenol yang mempunyai daya repellan nyamuk Aedes aegypti.

1.3 Kandungan Kimia Temulawak


Rimpang temulawak mengandung zat kuning kurkumin, minyak
astiri, pati, protei, lemak (fixed oil), selulosa, dan mineral. Diantara
komponen tersebut, yang paling banyak kegunaannya adalah pati,
kurkuminoid, dan minyak atsiri.
1.3.1 Pati temulawak
Kadar protein pati temulawak sebesar 1,5% lebih tinggi dibanding
pati tanaman lainnya. Pati temulawak dapat digunakan sebagai bahan
makanan. Pati temulawak mudah dicerna, sehingga cocok digunakan
sebahgai makan bayi atau makanan orang yang baru sembuh dari
sakit dan sebagai campuran bahan makanan atau sumber karbohidrat.
Selain itu juga dapat digunakan sebagai campuran pati sereal untuk
mengurangi sifat basi pada roti atau sebagai pengental sirup.
1.3.2 Kurkuminoid
Sebagai bahan baku obat dan zat pewarna alami, temulawak dengan
kandungan kurkumin tinggi namun memiliki kadar minyak atsiri
yang cukup. Penelitian Hadipoentyanti dan Syahid (2007)
menunjukkan kandungan kurkumin paling tinggi diperoleh pada
perlakuan tanpa pemupukan, yaitu 4,1%. Tinggi rendahnya

7
kandungan kurkumin pada rimpang di antaranya ditentukan oleh
jenis/varietas, umur panen, dan pengolahan bahan. Sebagai contoh,
kandungan kurkumin pada Curcuma zedoaria berkisar 0,5 0,73%
dan pada Curcuma xanthorrhizaberkisar 1,6 2,2% (Rukmana 1995).
Menurut Ruslay et al. (2007), komponen aktif temulawak sebagai
fraksi antioksidan yaitu bisdemethoxycurcumin,
demethoxycurcumin, dan curcumin. Kurkumin memiliki aktivitas
biologi yang tinggi dan berpotensi sebagai antioksidan (Jayaprakasha
et al. 2005) karena adanya atom H dari senyawa fenolik (Priyadarsini
et al. 2003). Kurkumin juga bermanfaat sebagai zat antiinflamasi
(antiradang) (Setiawan 2011) dan memiliki aktivitas
hipokolesterolemik (Fujiwara et al. 2008).
1.3.3 Minyak Astiri
Minyak astiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik
(aetheric oil), minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile
oil), serta minyak aromatik (aromatic oil), adalah kelompok besar
minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun
mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak
atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok
(untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, hasil sulingan
(destilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap minyak atsiri sebagai metabolit
sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar
tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agensia untuk
bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati) dalam
mempertahankan ruang hidup. (Koensoemardiyah, 2010).

8
PROSEDUR PEMBUATAN JAMU TEMULAWAK

Tumbuhan temulawak secara


empiris banyak digunakan sebagai obat
tunggal maupun campuran. Terdapat lebih
dari dari 50 resep obat tradisional
menggunakan temulawak (Achmad et al.
2007). Eksistensi temulawak sebagai
tumbuhan obat telah lama diakui, terutama
dikalangan masyarakat Jawa. Rimpang temulawak merupakan bahan pembuatan
obat tradisional yang paling utama. Kasiat temulawak sebagai upaya pemelihara
kesehatan, disamping sebagai upaya peningkatan kesehatan atau pengobatan
penyakit. Temulawak sebagai obat atau bahan obat tradisional akan menjadi
tumpuan harapan bagi pengembangan obat tradisional Indonesia sebagai sediaan
fitoterapi yang kegunaan dan keamanan dapat dipertanggung jawabkan (Sidik et
al. 1992). Manfaat jamu temulawak disini adalah untuk meningkatkan nafsu
makan, menurunkan fungsi liver (SGPT, SGOT), mengobati jerawat, meringankan
osteoarthritis, menghambat pertumbuhan sel kanker, mengobati Asma dan masih
banyak yang lainnya
2.1 Berikut ini merupakan 2 cara membuat ramuan temulawak, diantaranya yaitu :
Cara pertama
Bahan-bahan :
 1 jari, rimpang temulawak (iris-iris)
 1 sendok teh madu
 1 balok kecil gula batu
 Air putih (500 ml)
Peralatan :
 Panci aluminium
 Pisau
 Kompor
 Talenan
 Saringan
 Gelas

9
Cara membuatnya :
1. Bersihkan rimpang temulawak hingga bersih
2. Rebus air hingga mendidih
3. Lalu, masukan rimpang temulawak yang sudah diiris-iris ke dalam panci
kecil yang bersisi air tadi
4. Setelah itu, rebus hingga air menyusut dan berwarna kuning cerah lalu
tiriskan irisan temulawak
5. Kemudian, masukkan gula pasir rebus sebentar
6. Tunggu sampai hangat lalu tambahkan 1 sendok makan madu
7. Minum ramuan tersebut secara rutin 2 kali sehari sebanyak setengah
gelas, lakukan pengobatan ini sampai kondisi kesehatan anda kembali
pulih.
Cara kedua
Bahan-bahan :
 10 gram, rimpang temulawak (iris-iris)
 10 lembar, daun ungu (remas-remas)
 1 balok kecil gula batu
 200 ml, air putih
Cara membuat :
1. Bersihkan rimpang temulawak lalu iris-iris
2. Bersihkan10 lembar daun ungu lalu remas-remas hingga cukup halus
3. Rebus 200 ml air putih ke di dalam panci
4. Kemudian, masukkan kedua bahan tersebut sampai mendidih
5. Lalu angkat tunggu hingga dingin, saring ramuan tersebut
6. Minum ramuan tersebut secara rutin 2 kali sehari sebanyak setengah gelas,
lakukan pengobatan ini sampai kondisi kesehatan anda kembali pulih.

10
PEMBAHASAN

Beberapa penelitian terhadap efek farmakologi senyawa


kurkuminoid yang telah ditemukan dari tumbuhan family Zingiberaceae
memperlihatkan aktivitas antioksidan, antiinflamasi, antikarsinogen, dan
antifungal. Sedangkan kandungan kimia minyak atsiri tumbuhan ini
memperlihatkan sifat-sifat sebagai penolak serangga, antijamur, dan
antibakteri. Penelitian terhadap khasiat temulawak juga sudah banyak
dilakukan. Pengujian khasiat rimpang temulawak dapat diketahui melalui
bukti empiris melalui pengujian secara in vitro, pengujian praklinis kepada
binatang dan uji klinis terhadap manusia (BPOM 2004). Secara empiris
rimpang temulawak diketahui memiliki banyak manfaat salah satunya
potensi sebagai antioksidan (WHO 1999). Komponen aktif yang
bertanggung jawab sebagai antioksidan dalam rimpang temulawak adalah
kurkumin, demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin (Masuda 1992).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa rimpang temulawak
mempunyai efek antioksidan. Penelitian Jitoe et al. (1992) menunjukkan
bahwa aktivitas antioksidan ekstrak temulawak ternyata lebih besar
dibandingkan dengan aktivitas tiga jenis kurkuminoid yang diperkirakan
terdapat dalam temulawak. Jadi, ada zat lain selain ketiga kurkuminoid
tersebut yang mempunyai efek antioksidan di dalam ekstrak temulawak.
Demikian pula penelitian Rao (1995) bahwa kurkumin lebih aktif
dibanding dengan vitamin E dan beta karoten. Hal ini dikarenakan peranan
kurkumin sebagai antioksidan yang menangkal radikal bebas tidak lepas dari
struktur senyawa kurkumin. Kurkumin mempunyai gugus penting dalam proses
antioksidan tersebut. Struktur kurkumin terdiri dari gugus hidroksi fenolik dan
gugus β diketon. Gugus hidroksi fenolik berfungsi sebagai penangkap radikal
bebas pada fase pertama mekanisme antioksidatif. Pada struktur senyawa
kurkumin terdapat 2 gugus fenolik, sehingga 1 molekul kurkumin dapat menangkal 2
radikal bebas.

11
Kandungan minyak astiri dalam temulawak dapat menyebabkan
peningkatan nafsu makan karena memiliki sifat koleretik yang mampu
mempercepat sekresi empedu sehingga dapat mempercepat pengosongan
lambung, mempercepat pencernaan dan absorpsi lemak di usus yang
kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang mampu meregulasi
peningkatan nafsu makan (Ozaki dan Liang, 1988). Penelitian terdahulu
membuktikan bahwa Minyak atsiri temulawak dapat meningkatkan nafsu
makan tikus (Awalin,1996; Ardhiani, 2005; dan Ulfah, 2010). Namun bukan
hanya minyak astiri saja yang dapat meningkatkan nafsu makan, kandungan
kurkumin dalam temulawak juga dapat berfungsi meningkatkan nafsu makan.
Beberapa efek terapi telah diperlihatkan pada jurnal Turmeric and
Curcumin: Biological Actions and Medicinal Applications.
Berdasarkan jurnal tersebut terdapat pernyataan dimana fungsi dari
curcumin yang katanya dapat juga meningkatkan nafsu makan melalui
fungsinya sebagai karminativum (antiflatulent). Sebagai penambah nafsu
makan, kurkuminoid juga dapat memperbaiki kelainan pada kantung empedu
dengan memperlancar pengeluaran cairan empedu dan pankreas, sehingga
terjadi peningkatan aktivitas pencernaan. Penggunaan ekstrak rimpang
temulawak akan mempercepat pengosongan lambung sehingga akan
menambah nafsu makan (Anonimus, 2007).
Pada dunia keperawatan, ekstrak temulawak dapat dijadikan salah satu
intervensi keperawatan terutama untuk masalah malnutrisi karena kandungan
minyak astiri dalam temulawak dapat menyebabkan peningkatan nafsu makan
karena memiliki sifat koleretik yang mampu mempercepat sekresi empedu
sehingga dapat mempercepat pengosongan lambung, mempercepat
pencernaan dan absorpsi lemak di usus yang kemudian akan mensekresi
berbagai hormon yang mampu meregulasi peningkatan nafsu makan (Ozaki
dan Liang, 1988).

12
DAFTAR PUSTAKA

Ardhiani, M. 2005, ‘Pengaruh pemberian campuran suspensi ekstrak rimpang temu


hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) dan temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.) terhadap peningkatan berat badan tikus putih jantan serta identifikasi
kandungan kimianya’, Skripsi, Sarjana Farmasi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
A Rosidi, dkk. 2014. Potensi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Sebagai
Antioksidan. Skripsi, Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang, Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Limananti, Ika. A dan Triratnawati Atik. 2003. Ramuan Jamu Cekok Sebagai
Penyembuhan Nafsu Makan Pada Anak : Suatu Kajian Etnomedisin. Jurnal
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Jurnal Makara, Kesehatan, Vol.7,No.1,
JUNI 2003 http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes /libri2/detail.jsp?id=117303
Rahmat, R. (1995). Temulawak: Tanaman rempah dan obat. Penerbit Kanisius :
Yogyakarta

13
LAMPIRAN 1

14
15

Anda mungkin juga menyukai