Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan,

pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus Hernia Nucleus Pulposus (HNP) di

Instalasi Radiologi RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Adapun

identitas pasien sebagai berikut :


1. Paparan Kasus
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. Wa
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Banyumas
Unit : Poli saraf
Tanggal pemeriksaan : 7 Juni 2018
Permintaan foto : MRI Lumbal
Nomor RM : 02-0xxxxxx
Diagnosa : Hernia Nukleus Pulposus ( HNP )
Berat Badan : 60 kg
b. Riwayat Penyakit
Berdasarkan observasi penulis, pasien atas nama ny. Wa ini

merupakan pasien rawat jalan dari poli Syaraf. Pasien datang ke

instalasi radiologi untuk dilakukan pemeriksaan MRI Lumbal. Pasien

mengatakan bahwa kedua kaki merasakan panas, dan pasien

mengeluh kedua kaki untuk berjalan gampang terasa capek,

sehingga pasien merasa kesakitan ketika kakinya digerakan.


2. Prosedur Pemeriksaan MRI Lumbal Dengan Kasus Hernia

Nukleus Pulposus ( HNP ) di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr

Margono Soekarjo Purwokerto.


a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan kusus bagi pasien, hanya saja pasien

diminta untuk tidak bergerak selama pemeriksaan berlangsung.

Intruksi – intruksi yang menyangkut posisi pasien dan prosedur

pemeriksaan diberitahukan dengan jelas terutama jika pemeriksaan

1
2

menggunakan media kontras. Hal ini sesuai dengan pernyataan

responden sebagai berikut :


“... tidak ada persiapan apa – apa pasien yang penting diam pada
pemeriksaan berlangsung. Terkecuali kalau pemeriksaan
menggunakan kontras baru ada persiapan kusus....” (R2)

Berdasarkan pernyataan responden diatas, persiapan pasien

sebelum melakukan pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus Hernia

Nucleus Pulposus (HNP) pada kasus tersebut sudah menjadi

prosedur tetap di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Soekarjo

Purwokerto.
1) Petugas melakukan screening terhadap pasien dengan

daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya,


2) Selama pemeriksaan di ruang MRI pasien tidak

diperkenankan membawa/memakai benda yang mengandung

logam atau pita magnet. Petugas juga melakukan screening

terhadap pasien.
3) Pasien kemudian dipersilahkan untuk mengganti pakaian

dengan menggunakan baju pasien yang sudah disediakan

oleh Rumah Sakit dan melepas semua aksesoris logam yang

dipakai.
4) Sebelum pemeriksaan dimulai pasien diminta untuk buang

air kecil terlebih dahulu,hal ini dimaksudkan agar pasien

nyaman ketika dilakukan pemeriksaan dengan waktu yang

lama sehingga mengurangi terjadinya motion artefact. Hal ini

sesuai dengan pernyataan responden:


“... Pasien di suruh kencing dulu, kenapa kencing...
diharapkan dengan pemeriksaan yang lama, kurang lebih 1
jam pasien di dalam itu nyaman, jika pasien tidak nyaman
karena menahan kencing, hal itu dapat menyebabkan
terjadinya motion artefact..” (R3)
3

5) Setelah selesai menggunakan baju pasien, pasien di

timbang berat badannya.


6) Pasien di screnning kembali menggunakan metal detektor

untuk memastikan kembali bahwa sudah tidak ada logam

yang menempel pada tubuh pasien.


7) Pasien masuk kedalam ruang MRI, kemudian dijelaskan

kembali tentang prosedur pemeriksaan, aksesoris MRI dan

peralatan yang akan digunakan seperti headphone untuk

mengurangi kebisingan saat pengambilan gambar

berlangsung dan penggunaan Emergency buzzer saat

keadaan emergency.

b. Persiapan Alat dan Bahan


1) Pesawat MRI
Merk : Siemens
Tipe : Magnetom Aera
Jenis Magnet Utama : Superkonduktor
Kuat Medan Magnet : 1,5 Tesla
No seri :141593

Gambar 4.1, A. MRI Siemens magnetom aera 1,5T dan


B. Control Table

2) Headphone
3) Sponge/ busa untuk fiksasi
4) Tombol emergency
5) Selimut
6) Printer
Merk : Agfa
Tipe : Drystar 5503
Jenis printer : multytray
No seri : 5364/300
4

Gambar 4.2. Printer Agfa Drystar 5530


7) Metal Detector
8) CCTV
9) Ear plug
10) spin coil

Gambar 4.3 spine coil

c. Petunjuk Teknis
1) Pasien datang ke radiologi sesuai dengan perjanjian yang

telah dilakukan sebelumnya dan telah melakukan persiapan


2) Pasien mengganti baju dengan baju khusus pasien yang

telah disediakan pihak radiologi.


d. Prosedur pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus Hernia

Nucleus Pulposus (HNP) di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto.


Sebelum pasien memasuki ruang pemeriksaan,radiografer

menyiapkan peralatan yang akan digunakan : Spinecoil, earphone,

emergency bell, bantal dan selimut.


1) Posisi Pasien
Pasien supine, head first di meja pemeriksaan. Kedua tangan

Arileks berada disamping tubuh. Sebelum pemeriksaan

dilakukan pasien diberi penjelasan kembali tentang proses


5

yang akan dilalui selama pemeriksaan. Diberi penjelasan

tentang tombol emergency dan diberikan headphone, pasien di

selimuti agar tidak kedinginan. Setelah pasien sudah mengerti

jalannya pemeriksaan, pasien diposisikan tepat pada garis

central point berada pada pertengahan lumbal setinggi lumbal

3. Kemudian pasien di masukkan ke dalam bore magnet.


2) Teknik Pengambilan Gambar
Radiografer memasukan registrasi pasien dengan cara klilk

tombol pada keyboard dan muncul kotak dialog patient

registrasion.
a) Registrasi Data Pasien
Meregistrasi data pasien yang terdiri dari :
(1) Nama
(2) No ID
(3) Tanggal lahir
(4) Jenis Kelamin
(5) Berat Badan
(6) Pemilihan protokol pemeriksaan yang digunakan
(7) Posisi pasien digantry pilih head first
(8) Operator

Gambar 4.4 Input data pasien


b) Localizer
Setelah pengaturan posisi pasien kemudian lakukan

registrasi pasien pada komputer kemudian pilih parameter-

parameter untuk MRI Lumbal . Selanjutnya lakukan

scanning untuk mendapatkan localizer sagital, coronal, dan

axial.
6

Setelah radiografer melakukan posisioning dan

registrasi pasien, selanjutnya adalah melakukan

scanogram untuk mendapatkan gambaran potongan axial,

sagital dan coronal kemudian dibuat rancangan irisan dari

masing - masing scanogram potongan tersebut. Untuk

potongan axial irisan dimulai dari diskus vertebra lumbal 1

sampai diskus tulang sacrum, untuk potongan sagital irisan

dimulai dari corpus tulang vertebra lumbal 1 sampai tulang

sacrum dari kanan sampai ke kiri habis, pada potongan

coronal irisan dimulai dari batas atas dari pertengahan

corpus vertebra lumbal sampai dengan batas bawahnya

adalah lemak dibawah prosessus spinosus. protokol

pemeriksaan MRI Lumbosacral di Instalasi Radiologi RSUD

Prof. Dr. Soekarjo Purwokerto adalah sebagai berikut:

(1) T2 tse sag


(2) T2 tse cor
(3) T2 tse trans
(4) T1 tse sag
(5) T1 tse trans
(6) T2 tse stir sag
(7) 3D myelo
Hal ini sesuai dengan jawaban hasil wawancara dengan

responden 2, responden 3 dan responden 4 sebagai

berikut:
“...Kita disini rutin menggunakan T2 tse sag, T2 tse cor, T2
tse trans, T1 tse sag, T1 tse trans, T2 tse stir sag...” (R2).
“...Parametemya ada T2 tse sag, T2 tse cor, T2 tse trans,
T1 tse sag, T1 tse trans, 3D myelo, T2 tse stir sag..” (R3).
“...Parametemya ada T2 tse sag, T2 tse cor, T2 tse trans,
T1 tse sag, T1 tse trans, 3D myelo T2 tse stir sag..” (R4).

(1) ScanningT2 TSE Sagital


(a) TR : 3250 ms
(b) TE : 96 ms
7

(c) Slice thickness : 4,0 mm


(d) FOV : 280 mm
(e) Matrix : 269 x448
(f) Bandwidth : 191
(g) Flip angle : 150

Gambar 4.5 T2 TSE sagital


(2) Scanning T2 TSE coronal
(a) TR : 3420 ms
(b) TE : 94 ms
(c) Slice thickness : 4,0 mm
(d) FOV : 280 mm
(e) Matrix : 288 x 230
(f) Bandwidth : 233
(g) Flip angle : 150

Gambar 4.6 T2 TSE sagital


(3) Scanning T2 TSE transversal
(a) TR : 3200 ms
(b) TE : 93 ms
(c) Slice thickness : 4,0 mm
(d) FOV : 199 mm
8

(e) Matrix : 269 x 384


(f) Bandwidth : 196
(g) Flip angle : 150

Gambar 4.7 T2 TSE transversal

(4) Scanning T1 TSE sagital


(a) TR : 565 ms
(b) TE : 9 ms
(c) Slice thickness : 4,0 mm
(d) FOV : 280 mm
(e) Matrix : 224 x 320
(f) Bandwidth : 196
(g) Flip angle : 150

Gambar 4.8 T1 TSE sagital

(5) Scanning T1 TSE transversal


(a) TR : 3200 ms
(b) TE : 9 ms
(c) Slice thickness : 4,0 mm
(d) FOV : 280 mm
(e) Matrix : 158 x 384
9

(f) Bandwidth : 196


(g) Flip angle : 150

Gambar 4.9 T1 TSE transversal

(6) Scanning T2 TSE stir


(a) TR : 3000ms
(b) TE : 40 ms
(c) Slice thickness : 4,0 mm
(d) FOV : 280 mm
(e) Matrix : 158 x 384
(f) Bandwidth : 196
(g) Flip angle : 150

Gambar 4.9 T1 TSE stir


(7) Scanning 3D myelo
(a) TR : 3000 ms
(b) TE : 43 ms
(c) Slice thickness : 4,0 mm
(d) FOV : 360 mm
(e) Matrix : 384 x 542
10

(f) Bandwidth : 196


(g) Flip angle : 150

Gambar 4.10. 3D myelo

3. Alasan dilakukan sekuens STIR pada pemeriksaan MRI

Lumbal pada kasus Hernia Nucleus Pulposus (HNP) di Instalasi

Radiologi RSUD Prof. Dr. Soekarjo Purwokerto.

Prosedur pemeriksaan MRI lumbosacral pada kasus Hernia

Nucleus Pulposus (HNP) menggunakan sekuens STIR, Hal tersebut di

lakukan dengan alasan untuk mendapatkan gambaran kelainan lumbal

yaitu HNP lebih jelas dan detail, karena STIR mampu menekan lemak

pada jaringan sekitar lumbosacral, sehingga kelainan pada lumbosacral

khususnya HNP akan terlihat lebih hiperintense. Hal ini sesuai dengan

jawaban hasil wawancara dengan responden 1 sebagai berikut:


“ … ya karena dengan STIR itu mempunyai keunggulan menampakkan
patologi HNP lebih jelas dan detail, akibat penekanan atau Ssupresi
lemak pada daerah lumbal dan akan lebih mudah di identifikasi sifat
lesinya..” (R1)
11

A B C
Gambaran 4.5 Hasil gambaran (a), potongan Sagital STIR, berdasarkan hasil
gambaran yang diperoleh HNP terlihat pada L4-5. (b). Sagital Tl, hasil gambaran
yang diperoleh pada potongan Sag Tl, kelaian pada L4-5 tidak terlihat dengan
jelas.(c). Sagital T2, kelaianan pada potongan Sag T2 terlihat dengan jelas dan
detail pada L4-5.MRI Lumbosacral pada kasus HNP.

4. Kelebihan dan Kekurangan sekuens STIR Pada pemeriksaan

MRI lumbal pada kasus Hernia Nukleus Pulpossus (HNP) di

Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Soekarjo Purwokerto.

Pengambilan sekuens STIR pada pemeriksaan MRI lumbal

kasus hernia nucleus pulposus (HNP) di Instalasi Radiologi RSUD Prof.

Dr Soekarjo Purwokerto mempunyai kelebihan dan kekurangan, untuk

keunggulan dari penggambilan sekuens STIR pada kasus HNP di RSUD

Prof. Dr. Soekarjo Purwokerto yaitu untuk menampakan patologi HNP

lebih jelas dan detail, sedangkan untuk kekurangannya akan

menambahkan waktu pemeriksaan cukup lama. Hal ini sesuai dengan

jawaban hasil wawancara dengan responden 1 dan responden 2

sebagai berikut:
“....Ada sekali, untuk kelebihannya kelainanya itu dapat terlihat dengan
jelas dan detail, sedangkan untuk kekurangannya waktu nya cukup
lama, ...”(R2)
“....Ya jelas ada dong dek, kelebihannya itu kelainanya dapat terlihat
dengan jelas, sedangkan untuk kekurangannya itu ya pastinya waktunya
itu cukup lama dek...” (R3).
12

Hasil Bacaan Radiograf

Telah dilakukan pemeriksaan MRI spinal lumbosacral tanpa

aplikasi kontras dengan menggunakan spinal coil, pada pasien dengan

klinis hernia nukles pulposus (HNP) dengan hasil sebagai berikut :


a. Tampak skoliosis vertebra lumbal ke aspek latero dextra
b. Tampak listesis ke anterior vertebra lumbal 5 terhadap

vertebra lumbal 4
c. Tampak osteofit vertebra lumbal 1 – 5 di sertai dengan sub

condral sklerotic vertebra lumbal 4 dan 5


d. Tampak penyempitan discus intervertebra lumbal 2–

3,lumbal 4 – 5
e. Tampak protution disc segmen lumbal 2 – 3, lumbal 3 – 4

disertai dengan compresi transversing nerve root lumbal 3,4 dan

central canal stenosis.


f. Tampak extrution disc segmen lumbal 4 – 5, lumbal 5 – sacrum 1

disertai dengan compresi transversing nerve root lumbal 5, sacrum

1 dan central canal stenosis.


g. Intraspinal tampak medula spinalis menunjukan kalibr yang

weavy, tak terlihat SOL intramedular, syringomyelia dan tanda

myelopathy lainnya
h. Jaringan lunak paravertebral tidak menunjukan kelainan.

KESAN
a. Skoliosis vertebra lumbal ke aspek latero dextra
b. Listesis ke anterior vertebra lumbal 5 terhadap vertebra

lumbal 4
c. Spondylosis lumbalis vertebra lumbal 1 – 5 disertai dengan

sub condral sklerotic vertebra lumbal 4 dan 5


d. Penyempitan discus inter vertebra lumbal 2 – 3, lumbal 4 –

5
e. Protution disc segmen lumbal 2 – 3, lumbal 3 – 4 disertai

dengan compresi transversing nerve root lumbal 3,4 dan central


13

canal stenosis.
f. Extrution disc segmen lumbal 4 – 5, lumbal 5 – sacrum 1 disertai

dengan compresi transversing nerve root lumbal 5, sacrum 1 dan

central canal stenosis.

B. PEMBAHASAN
1. Prosedur pemeriksaan MRI lumbal pada kasus Hernia

Nukleus Pulposus (HNP) di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto.

Prosedur Pemeriksaan MRI Lumbal Dengan Kasus Hernia

Nukleus Pulposus (HNP) di Instalasi Radiologi RSUD Prof Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto adalah sebagai berikut :

a. Persiapan alat

1) Pesawat MRI yang digunakan yaitu 1,5 Tesla, yang

mengunakan magnet Super Konduktor. Medan magnet

dibangkitkan dengan memberikan arus listrik pada kumparan.

Kuat medan magnet yang mampu dihasilkan mencapai 1,5

Tesla. Karakteristiknya adalah tahanan penghantar nol, arus

listrik kontinyu, medan magnet konstan, membutuhkan

pendingin (helium) dan stabilitas medan magnet tinggi serta

homogen.

2) Peralatan Pendukung yaitu penutup telinga (headphone)

sehingga dapat membantu mengurangi suara bising yang

diterima oleh pasien selama pemeriksaan berlangsung. Juga

terdapat CCTV untuk monitoring keadaan pasien.

3) Persiapan pasien
14

Secara umum persiapan pemeriksaan MRI lumbal apabila tidak

menggunakan media kontras tidak ada persiapan khusus

seperti puasa atau persiapan khusus lainnya.

Sebelum dilakukan scanning, pasien atau keluarga pasien

diminta untuk mengisi informed consent sebagai persetujuan

tindakan MRI Lumbal, evaluasi screening yang berisi tentang

persetujuan akan dilakukan pemeriksaan dan screening

mengenai keadaan pasien apakah pasien sedang memakai

stent, pace maker atau benda-benda logam yang dapat

menimbulkan artefak. serta penjelasan singkat mengenai tata

laksana pemeriksaan secara lisan dan tidak diperbolehkan

untuk banyak bergerak selama pemeriksaan.


Menurut penulis persiapan pasien untuk pemeriksaan MRI

Lumbal pada kasus Hernia Nucleus Pulposus (HNP) di instalasi

Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sudah

sesuai dengan protap, tapi menurut penulis sebaiknya instruksi-

instruksi yang menyangkut persiapan pemeriksaan seperti

metal detector sebaiknya digunakan untuk mengantisispasi

mendeteksi logam supaya tidak masuk ruang pemeriksaan.

b. Protokol Scaning

Posisi Pasien supine, head first di meja pemeriksaan. Kedua

tangan rileks berada disamping tubuh. Sebelum pemeriksaan

dilakukan pasien diberi penjelasan kembali tentang proses yang

akan dilalui selama pemeriksaan. Diberi penjelasan tentang tombol

emergency dan diberikan headphone.Setelah pasien sudah

mengerti jalannya pemeriksaan, pasien diposisikan tepat pada garis


15

central point berada pada pertengahan crista iliaca atau lumbal ke

3. Lampu kolimator dimatikan kemudian pasien di masukkan ke

dalam bore magnet, selanjutnya Mengatur parameter Scaning

Setelah mendapatkan localizer sagital, transversal, dan coronal

maka dilanjutkan dengan membuat planning scanning. Jika akan

membuat potongan coronal maka ambil localizer dari sagital..Pada

pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus Hernia Nucleus Pulposus

(HNP) di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Soekarjo Margono

Purwokerto Rumah Sakit menggunakan beberapa sequence

diantaranya : T2 tse sag, T2 tse cor, T2 tse trans, T1 tse sag T1 tse

trans T2 tse stir sag, 3D myelo


Sedangkan menurut teori westbrook (2014), sequence yang

di gunakan untuk MRI lumbal rutin adalah T1 fse sag, T2 fse sag,T1

fse cor, T1 fse axial, T2 fse axial dan penambahan sequence STIR

hanya dilakukan untuk kelainan bone marow kasus suspek tumor,

dan abses, untuk melihat metastase dan peradangan lebih jelas

akibat supresi lemak.


Menurut penulis, seharusnya pemilihan sekuen dan pembobotan

disesuaikan dengan kebutuhan klinis, sehingga tidak semua sekuen

digunakan. Misal untuk pasien pada kasus hnp cukup

menggunakan sekuen : T2 tse sag, T2 tse cor, T2 tse trans, T1 tse

sag T1 tse trans 3D myelo.


2. Alasan dilakukan sekuens STIR pada pemeriksaan MRI Lumbal

pada kasus Hernia Nucleus Pulpossus (HNP) di Instalasi Radiologi

RSUD Prof. Dr. Soekarjo Purwokerto.


Prosedur pemeriksaan MRI lumbal pada kasus hernia nukleus

pulposus (HNP) di Instalasi Radiologi RSUD Prof Dr Soekarjo


16

Purwokerto menggunakan sekuens STIR. Hal tersebut di lakukan

dengan alasan untuk mendapatkan gambaran kelainan lumbosacral

yaitu HNP lebih jelas dan detail. Sekuens STIR ini merupakan sekuens

penggunaan untuk pemeriksaan MRI lumbal pada kasus hernia nukleus

puposus (HNP) di Instalasi Radiologi RSUD Prof Dr Soekarjo

Purwokerto. Penggunaaan sekuens STIR berfungsi untuk mengetahui

kondisi anatomi di sekitar lumbosacral lebih jelas dan detail. Menambah

informasi diagnostik lumbal jika ada kelainan yang tidak jelas karena

sekuens STIR bersifat menekan lemak STIR mampu menekan lemak

pada jaringan sekitar lumbosacral, sehingga kelainan pada lumbosacral

khususnya hernia nukleus puposus (HNP) akan terlihat lebih

hiperintense.
Menurut dokter radiolog, penggunaaan sekuens STIR pada

pemeriksaan MRI lumbal pada kasus hernia pulposus nukleus (HNP)

karena dengan STIR mempunyai keunggulan menampakkan patologi

HNP lebih jelas dan detail, akibat penekanan supresi lemak pada

daerah lumbosacral. Menambah informasi diagnostik lumbal jika ada

kelainan yang tidak jelas.


Menurut penulis penggunaaan sekuens STIR pada pemeriksaan

MRI lumbal pada kasus hernia nukleus pulposus (HNP) berbeda dengan

teori karena organ organ di sekitar lumbal kebanyakan lemak sehinga

dengan penggunaan sekuens STIR lemak lemak disekitar lumbal akan

mengalami supresion sehingga gambaran akan mengalami tampak

hitam sedangkan gambaran cairan akan mengalami hiperintens, jadi

untuk melihat gambaran MRI lumbal pada kasus hernia nukleus

pulposus (HNP) lebih jelas dan detail.


STIR mampu menekan lemak pada jaringan sekitar lumbosacral,
17

sehingga kelainan pada lumbosacral khususnya HNP akan terlihat lebih

hiperintense. Akan tetapi menurut teori Westbrook (2014), STIR

merupakan sekuens option dilakukan pada MRI Lumbosacral pada

kelainan bone marow kasus suspek tumor, dan abses, untuk melihat

metastase dan peradangan lebih jelas.


3. Apa Kelebihan dan Kekurangan sekuens STIR Pada MRI

lumbal pada kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di RSUD Prof

Dr Soekarjo Purwokerto
Prosedur pemeriksaan MRI lumbal pada kasus hernia nukleus

pulposus (HNP) di Instalasi Radiologi RSUD Prof Dr Soekarjo

Purwokerto menggunakan sekuens STIR, pengambilan sekuens STIR

pada pemeriksaan MRI lumbal kasus HNP di RSUD Prof Dr Soekarjo

Purwokerto mempunyai kelebihan dan kekurangan, untuk keunggulan

dari penggambilan sekuens STIR pada kasus HNP di RSUD Prof Dr

Soekarjo Purwokerto yaitu untuk menampakan patologi HNP lebih jelas

dan detail, sedangkan untuk kekurangann ya adalah waktunya cukup

lama.
Menurut radiolog prosedur pemeriksaan MRI lumbal pada kasus

hernia nukleus pulposus (HNP) di Instalasi Radiologi RSUD Prof Dr

Soekarjo Purwokerto menggunakan sekuens STIR mempunyai

kelebihan dan kekurangan untuk kelebihannya gambaran nya cukup

jelas dan detail, sedangkan kalau untuk kekuranganynya over sekuens

dan waktu akan lebih lama.


Menurut penulis prosedur pemeriksaan MRI lumbal pada kasus

hernia nukleus pulposus (HNP) di Instalasi Radiologi RSUD Prof Dr

Soekarjo Purwokerto menggunakan sekuens STIR mempunyai

kelebihan dan kekurangan untuk kelebihannya MRI lumbal pada kasus

hernia nukleus pulposus gambaran nya cukup jelas dan detail, dapat
18

digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan diagnosa kelainan pada

pasien dapat digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan citra yang

optimal pada gambaran bone marrow terlihat hipointens sedangkan

pada gambaran diskus, medulla spinalis dan Csf terlihat hiperintens, dari

anatomi dan kelainan yang terdapat pada organ vertebra lumbal.


Kekurangan pada penggunaan sekuens STIR pada pemeriksaan

MRI lumbal kasus HNP di RSUD Prof Dr Soekarjo Purwokerto adalah

waktu pemeriksaan lama.dan apa bila waktu pemeriksaan saat pasien

diperiksa di MRI terlalu lama akan menyebabkan SAR akan terjadi

enhancement suhu tubuh pada pasien.


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Prosedur dalam pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus Hernia

Nukleus Pulposus (HNP) di Instalasi Radiologi RSUD Prof Dr Soekarjo

Purwokerto mengunakan sekuens T2 tse sag, T2 tse cor, T2 tse trans,

T1 tse sag T1 tse trans T2 tse stir sag, 3D myelo Hal ini berbeda dengan

teori westbrook (2014) bahwa pengunaan sekuens STIR hanya

dilakukan untuk kelainan bone marow kasus suspek tumor, abses, untuk

melihat metastase dan peradangan lebih jelas akibat supresi lemak.

Sebaiknya untuk kasus HNP di buat dengan sekuens T2 tse sag, T2 tse

cor, T2 tse trans, T1 tse sag T1 tse trans, 3D myelo, karena tanpa

pemakaian sekuens STIR kelaian HNP sudah terlihat dengan jelas pada

potongan tse sag T2 dan tse trans sag T2 .


2. Alasan dibuatnya sekuens STIR pada pemeriksaan MRI lumbal

pada kasus HNP di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr Soekarjo

Purwokerto yaitu untuk mendapatkan gambaran kelainan lumbosacral

HNP lebih jelas dan detail, karena STIR mampu menekan lemak pada

jaringan sekitar lumbosacral, sehingga kelainan pada lumbosacral

khususnya HNP akan terlihat lebih hiperintense.


3. Pengambilan sekuens STIR Pada MRI lumbal kasus Hernia

Nucleus Pulposus (HNP) di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr Soekarjo

Purwokerto mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya

adalah untuk menampakan patologi HNP lebih jelas dan detail,

sedangkan untuk kekurangannya adalah waktunya cukup lama.

B. SARAN

1
2

Sebaiknya sekuens STIR pada pemeriksaan MRI lumbosacral

dengan kasus HNP di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr Soekarjo

Purwokerto dipergunakan pada kasus- kasus kelainan bone marow,suspek

tumor, dan abses karena karakteristik kelainan terganngu dengan lemak.

Anda mungkin juga menyukai