Anda di halaman 1dari 24

KETUBAN PECAH DINI

LAPORAN KASUS

KETUBAN PECAH DINI

Dosen Pembimbing :

dr.F.X.Nandono.SpOG

Dibuat oleh:

Mediana Sutopo Liedapraja ( 07120060081 )

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRIC DAN GYNECOLOGI

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

PERIODE 23 OKTOBER – 31 DESEMBER 2011

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 1
KETUBAN PECAH DINI

BAB I. PENDAHULUAN

Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan salah satu situasi yang sering
dihadapi oleh bidan dan ahli obstetrik, dan komplikasi yang dialami neonatus
yang mengakibatkan neonatus membutuhkan perawatan intensif.

Ketuban pecah dini dapat terjadi pada waktu kapan saja selama kehamilan
berlangsung. Penyebab KPD secara tepat tidak diketahui dengan jelas namun
dapat disebabkan oleh infeksi pada ibu, Infeksi intrauterine, inkompetensi
servik, kehamilan multipara, kekurangan nutrisi saat hamil dan riwayat KPD
pada keluarga.

KPD terjadi sekitar 10.7% pada wanita hamil, sekitar 94 % kasus terjadi
pada kehamilan aterm, 5% terjadi pada kehamilan preterm ( berat fetus 1000-
2500 gram ) dan 1 % terjadi pada kehamilan immature ( berat fetus < 1000
gram ).

Diagnosis KPD sendiri didapat dari anamnesis, dimana terdapat keluarnya


cairan dalam jumlah besar dari vagina dengan kebocoran yang terus
berlanjut. Pasien dengan anamnesis yang mendukung KPD, dapat dilakukan
suatu pemeriksaan penunjang untuk konfirmasi diagnosis. Anamnesis saja
90% sudah dapat menegakkan diagnosis suatu KPD dari keseluruhan kasus.
Setelah diagnosis ditegakkan, langkah selanjutnya ialah menentukkan umur
kehamilan, sebagai langkah penting untuk memilih penangganan yang tepat
dan sesuai.

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 2
KETUBAN PECAH DINI

BAB II. ILUSTRASI KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 32 tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Kebangsaan : Indonesia.
Agama : Katolik
Alamat : Poris, Tangerang
Pekerjaan : Karyawati

2. ANAMNESA ( Autoanamnesa)
Keluhan utama: ( 20 Nov 2011. Pukul 09.00 )
Pasien datang dengan keluhan keluar air ketuban banyak sejak 18 jam
SMRS.

Riwayat penyakit sekarang:


Pasien G2P0A1 hamil 28 minggu, datang dengan keluhan keluar air
ketuban banyak sejak 18 jam SMRS, pasien mengaku air ketuban keluar
seperti air kencing berwarna bening lumayan banyak, cairan tidak
berbau, tidak ada darah yang keluar, pasien tidak merasakan adanya rasa
mules dan tidak ada sakit perut. Pasien tidak ada riwayat trauma atau
terjatuh. Tidak ada riwayat koitus pada hari sebelumnya. BAB dan BAK
normal, pasien tidak pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya,
pasien tidak ada keluhan pusing, tidak ada mual, tidak ada riwayat kaki
bengkak sebelumnya, pasien tidak ada riwayat keputihan, tidak ada
riwayat kencing panas dan tidak ada demam.

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 3
KETUBAN PECAH DINI

Riwayat penyakit dahulu:


Tidak ada riwayat hipertensi
Tidak ada riwayat asma
Tidak ada riwayat Diabetes mellitus, penyakit jantung, dan penyakit
serius lainnya.

Riwayat operasi

Pasien pernah dilakukan dilatasi dan kuretase tahun 2010 ( karena


Blighted Ovum pada kehamilan 9 minggu ).

Tidak pernah mengalami operasi apapun ( termasuk Sesar )

Riwayat Keluarga:
Riwayat Diabetes Melitus pada keluarga ( Ibu Pasien ).
Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, asma dalam keluarga.

Riwayat obstetrik:
Pasien saat ini G2P0A1 dengan usia kehamilan 28 minggu. Pasien
pernah mengalami blighted ovum / anembryonic gestation hamil 9
minggu pada tahun 2010 dan dilakukan dilatasi dan kuretase.

Riwayat haid:

 Menarche : umur ± 14 tahun


 Siklus haid : teratur
 Lama : 5-7 hari
 Panjang siklus : 30 hari
 Banyak : 3-4 pembalut/hari

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 4
KETUBAN PECAH DINI

 Nyeri haid : Nyeri

Riwayat keluarga berencana:


Tidak ada riwayat penggunaan KB sebelumnya

Riwayat pernikahan:

Menikah pertama kali sejak tahun 2009

Riwayat Alergi dan Obat-obatan:

Riwayat Alergi obat golongan GIN

Riwayat Sosial dan Kebiasaan:


Pasien Tidak merokok
Pasien tidak Minum alkohol
Pasien tidak menkonsumsi obat-obatan, dan jamu
Keadaan sosial ekonomi sedang.

3. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 78 kg.
Tinggi Badan : 165 cm.
Tekanan Darah : 120/ 80 mmHg.
Nadi : 84 x/menit, regular, isi cukup.
Pernapasan : 20 x/menit.

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 5
KETUBAN PECAH DINI

Suhu : 36 0C

Kulit
Warna : Sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik
Turgor : Baik

Kepala
Bentuk : Normosefali, simetris
Rambut : Rambut hitam, tidak mudah rontok, alis tidak mudah
dicabut

Mata
Pupil : Isokor
Refleks pupil : +/+
Gerakan bola mata : Baik
Konjungtiva : Anemis -/-
Sklera : Ikterik -/-
Refleks cahaya : +/+

Telinga
Daun Telinga : Normal
Liang Telinga : Bersih

Hidung
Bentuk : Normal
Septum : Deviasi (-)
Mukosa hidung : Tidak hiperemis

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 6
KETUBAN PECAH DINI

Mulut dan Tenggorokan


Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Gigi geligi : Lengkap, karies (-)
Lidah : Bersih, tepi hiperemis (-), tremor (-)
Faring : Tidak hiperemis

Leher
Tiroid : Pembesaran (-)
Trakea : Terletak di tengah

Kelenjar Getah Bening


KGB leher : tidak terdapat pembesaran
KGB aksila : tidak terdapat pembesaran
KGB inguinal : tidak terdapat pembesaran

Thoraks
Paru-paru:
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada venektasi dan
tumor, pergerakan pada pernapasan normal
tidak ada bagian yang tertinggal.
Palpasi : Fremitus paru simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler +/+, Bunyi nafas
tambahan (wheezing -/-, rhonki -/-)
Jantung:
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 7
KETUBAN PECAH DINI

Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal


Auskultasi : S1, S2, Murmur (-), Gallop (-)

Mamae
Simetris, tidak ada benjolan.
Areola mammae hiperpigmentasi.
Puting susu menonjol, ASI (-)

Abdomen
Inspeksi : Dinding perut terlihat simetris, besarnya sesuai usia
kehamilan, tidak terdapat pelebaran vena di sekitar
pusat, tidak ada spider nevi.
Palpasi : Dinding perut supel, tidak terdapat distensi
abdomen, nyeri tekan (-). Hepar : Tidak teraba,
limpa tidak teraba, ginjal ballotement (-).
Perkusi : Redup di seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : BU (+) normal.

Punggung
Nyeri ketok costovertebral tidak ada -/-
Tidak ada skoliosis, tidak ada massa / benjolan.
Ekstremitas
Akral hangat +/+
Varises (-), Sianosis (-), edema (-)

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 8
KETUBAN PECAH DINI

4. STATUS OBSTETRI:
Status Kehamilan : G2P0A1
HPHT : 13 Mei 2011
Taksiran persalinan : 20 februari 2012.
Usia Kehamilan : 28 minggu.
Taksiran berat janin : 2900 gram

Pemeriksaan Luar
Inspeksi :
Abdomen : Besar sesuai usia kehamilan, Linea nigra +,
Striae gravidarum +.
Palpasi
Leopold I : Teraba bagian lunak janin (bokong), Tinggi
fundus uteri 30 cm
Leopold II : Ballottement +
Leopold III : Ballottement +
Leopold IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
His / kontraksi : Tidak ada kontraksi
Auskultasi Doppler : Denyut Jantung Janin 145-155 x dalam 1
menit, teratur

Kesan : Janin tunggal hidup, intrauterina, presentasi


kepala.

Pemeriksaan Dalam
Vaginal Touche : Tidak dilakukan

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 9
KETUBAN PECAH DINI

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Kertas Lakmus ( + biru)

TES HASIL UNIT NILAI RUJUKAN


HEMATOLOGI LENGKAP
Hemoglobin 12.03 g/dL 13.0 – 18.0
Jumlah Leukosit 12.950 103/µL 4.0 – 10.0
Jumlah Eritrosit 4.31 106/µL 4.50 – 6.20
Hematokrit 36.37 % 40.0 – 54.0
Jumlah Trombosit 267.000 103/ µL 150 – 400
Hitung Jenis B/E/B/S/L/M 0/1/3/78/12/6
D-Dimer 1.990 1.800 – 2.700 µg/ml

6. DIAGNOSA
Ibu : G2 P0 A1 hamil 28 minggu, dengan ketuban pecah
dini
Janin : Janin tunggal hidup

7. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa :
- Kalmetasone ( Dexamethasone ) 2 Ampul x 4 mg per 8 Jam
- Cefat ( Cefadroxil Monohydrate ) 3 x 500 mg
- Infus Dextrosa 5%
- Duvadilan ( Isoxsuprine HCl) 2 ampul 24 ml dalam 1 jam

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 10
KETUBAN PECAH DINI

Operatif:
- Dilakukan Operasi Sesar

8. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 11
KETUBAN PECAH DINI

BAB III . TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban


sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.

KPD terjadi sekitar 10.7% pada wanita hamil, sekitar 94 % kasus terjadi
pada kehamilan aterm, 5% terjadi pada kehamilan preterm ( berat fetus
1000-2500 gram ) dan 1 % terjadi pada kehamilan immature ( berat fetus
< 1000 gram ).

Gambar 1. Ketuban Pecah

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 12
KETUBAN PECAH DINI

2. Etiologi dan Faktor Resiko

Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang


disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran
prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan.

Beberapa faktor risiko dari KPD :

 Inkompetensi serviks (leher rahim)


 Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

 Riwayat KPD sebelumya


 Kehamilan kembar
 Trauma
 Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan
23 minggu
 Infeksi

3. Gejala Klinis dan Diagnosa

Untuk mendiagnosa KPD, maka diperlukan anamnesa yang sesuai dan


mengarah, 90 % diagnosa ditentukan dari anamnesis yang di dapat.

Anamnesis dan Gejala klinis yang terjadi adalah riwayat keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina. Cairan ketuban normal berwarna
bening dan mungkin sedikit keruh, Aroma air ketuban berbau manis (
tidak berbau amoniak ). Biasanya cairan ketuban dapat merembes
ataupun menetes, banyak nya cairan ketuban yang keluar kadang sedikit,
kadang banyak tergantung pada kehamilan. Apakah terdapat rasa mulas,

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 13
KETUBAN PECAH DINI

rasa sakit pada perut, apakah terdapat perdarahan dari jalan lahir, apakah
terdapat riwayat trauma sebelumnya ( riwayat terjatuh), riwayat koitus
sebelumnya, riwayat penggunaan obat – obatan.

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan inspekulo secara steril, yang


memperlihatkan cairan yang mengenang pada forniks posterior.

Pemeriksaan dalam perlu dihindari karena akan menyebabkan terjadinya


infeksi intrauteri, memperpendek periode laten, dan meningkatkan
insiden dari sepsis neonatorum.

4. Pemeriksaan penunjang
a) Kertas Lakmus ( Nitrazine )
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas Lakmus / nitrazine, kertas ini mengukur pH
(asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4- 4,7 sedangkan pH
cairan ketuban adalah 7,1-7,3.

Apabila cairan ketuban diperiksa oleh kertas lakmus, maka kertas


Lakmus merah akan menjadi biru karena pH Alkali / basa.
Sedangkan apabila cairan tersebut cairan vagina maka kertas lakmus
berwana merah karena pH asam.

Hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas,


darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni. Hasil yang negatif
dapat ditemukan pada KPD yang berkepanjangan dan bila cairan
amnionnya sedikit.

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 14
KETUBAN PECAH DINI

b) Ferning Test ( Cairan Amnion )


Ferning Test adalah suatu pemeriksaan pada cairan amnion (Apabila
dicurigai adanya pecahnya cairan ketuban pada kehamilan ). Tes
yang dilakukan yaitu mengambil apusan dari cairan yang diduga
amnion pada kaca objek, dibiarkan kering, dan dilihat dibawah
mikroskop, dan akan terbentuk kristalisasi yang akan tampak
gambaran ”ferning” ( daun pakis).
Kedua tes tersebut sudah mengkonfirmasi KPD sebesar 99%.

Gambar 2. 2. Ferning Appearance

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 15
KETUBAN PECAH DINI

c) Ultrasonography ( USG )
USG dapat juga mengkonfirmasi adanya oligohidramnion akibat
KPD, tetapi keadaan ini dapat disebabkan oleh hal lain diluar KPD.
Disebut oligohidramnion bila volume cairan amnion < 500 ml pada
usia kehamilan 32-36 minggu.

d) Amniosentesis
Sangat jarang dilakukan karena invasive. Cara Tes ini yaitu
memasukkan zat warna indigo carmine atau fluorescein, kemudian
dipasang sebuah tampon diletakkan di vagina lalu dilakukan
pemeriksaan setelah 2 jam, dimana pada tampon akan
menampakkan zat warna tersebut.

5. Penanganan KPD
Untuk upaya pencegahan terjadinya KPD sebaiknya ibu hamil
mengurangi aktivitas atau lebih banyak istirahat pada akhir triwulan
kedua atau awal triwulan ketiga.

Penanganan awal apabila Ketuban Pecah di Rumah:

1. Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera


hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke
Rumah Sakit
2. Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air
yang keluar
3. Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah
infeksi, jangan berhubungan seksual atau mandi berendam

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 16
KETUBAN PECAH DINI

4. Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk


menghindari infeksi dari dubur
5. Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri

A. PENANGANAN KPD PADA KEHAMILAN ATERM

Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan


dan tanda infeksi intrauterine. Ketika KPD terjadi pada usia kehamilan
aterm, terjadinya persalinan akan berlangsung dalam 24 jam pada lebih
dari 90% pasien. Apabila terjadi KPD yang berkepanjangan (>24-48
jam) menyebabkan terjadinya korioamnionitis dan sepsis pada janin dan
mortalitas janin pun meningkat.

Penanganan KPD aterm ditujukan untuk mencegah terjadinya KPD


yang berkepanjangan, dengan cara menginduksi persalinan dengan
oksitosin setelah pasien dalam jangka waktu tertentu (6-12 jam)
dibiarkan untuk terjadinya persalinan spontan.

Pertama dilakukan Monitoring ketat pada ibu dan janin sampai


terjadinya persalinan. KPD harus terlebih dahulu terdiagnosis,
melakukan pemeriksaan umur kehamilan, dan pemeriksaan kultur. Bila
hasil abnormal dibutuhkan monitoring ketat dan dipertimbangkan untuk
diinduksi secepatnya. Jika persalinan spontan belum terjadi dalam 24
jam setelah terjadinya KPD, diperlukan pemeriksaan rutin. Nadi dan
suhu tubuh ibu diperiksa, Dilakukan pemeriksaan apakah timbul nyeri
pada uterus ibu, perubahan sekret serviks menjadi purulen, dan adanya
meconium staining. Dilakukan juga monitoring bunyi jantung janin
untuk melihat kesejahteraan janin (mengetahui bila timbul takikardi

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 17
KETUBAN PECAH DINI

sebagai gejala awal suatu infeksi). Jika terdapat gejala korioamninitis


atau gawat janin, induksi harus segera dimulai.

B. PENANGANAN KPD PADA KEHAMILAN PRETERM

KPD preterm adalah pecahnya selaput ketuban yang terjadi sebelum


umur kehamilan 37 minggu dan sebelum masa persalinan.

Untuk usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif


dengan mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur.
Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan induksi dan
pemberian antibiotik profilaksis streptokokkus grup B. Untuk kehamilan
34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya dengan aterm

Untuk usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan


konservatif kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan
tes pematangan paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian
kortikosteroid, pemberian antibiotik selama fase laten.

Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu) lakukan


tindakan konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B,
kortikosteroid, tokolisis dan pemberian antibiotik selama fase laten (jika
tidak ada kontraindikasi)

Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan


konseling pasien dan keluarga, lakukan tindakan konservatif atau
induksi persalinan, tidak direkomendasikan profilaksis streptokokkus
grup B dan kortikosteroid, pemberian antibiotik tidak dianjurkan karena
belum ada data untuk pemberian yang lama)

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 18
KETUBAN PECAH DINI

Rekomendasi klinik untuk KPD, yaitu pemberian antibiotik,


kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah
terjadinya respiratory distress syndrome), tidak boleh dilakukan digital
cervical examinations jadi pilihannya adalah dengan spekulum, tokolisis
untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk
jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian
kortikosteroid, antibiotik dan transportasi maternal, pemberian
kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple course tidak
direkomendasikan

Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu


deksametason 2×6 mg (2 hari) atau betametason 1×12 mg (2 hari)

Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), kalsium antagonis (


nifedipine ), prostaglandin sintase inhibitor ( indometasin ), magnesium
sulfat, oksitosin antagonis (atosiban)

Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda


chorioamnionitis, terdapat tanda-tanda kompresi tali pusat/janin (fetal
distress) dan pertimbangan antara usia kehamilan, lamanya ketuban
pecah dan resiko menunda persalinan

 KPD pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik


eritromisin 3×250 mg, amoksisillin 3×500 mg dan kortikosteroid

 KPD pada kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6
jam) berikan ampisillin 2×1 gr IV dan penisillin G 4×2 juta IU,
lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak
memungkinkan lakukan SC.

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 19
KETUBAN PECAH DINI

 KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan


antibiotik ampisillin 4×2 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, lakukan
induksi persalinan dengan oksitosin, jika tidak memungkinkan
lakukan SC

Komplikasi KPD

a. Korioamnionitis
Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan
KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion).

Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam masa persalinan / in


partu. Disebut juga Korioamnionitis, karena infeksi ini melibatkan
selaput janin. Pada ketuban pecah 6 jam, risiko infeksi meningkat 1 kali.
Ketuban pecah 24 jam, risiko infeksi meningkat sampai 2 kali lipat.
Dianjurkan paling lama 2 x 24 jam setelah ketuban pecah, harus sudah
partus.

Patofisiologi infeksi intrapartum yaitu Ascending infection, pecahnya


ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion
dengan dunia luar, Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang
amnion, atau dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput
janin, kemudian ke ruang intraamnion, jika ibu mengalami infeksi
sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi
fetomaternal), dan tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk,
misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 20
KETUBAN PECAH DINI

Diagnosis infeksi intrapartum

o Demam
o Nadi Ibu takikardia (>100 denyut per menit)
o Fetal takikardia (>160 denyut per menit)
o Nyeri abdomen dan Nyeri tekan uterus
o Cairan amnion berwarna keruh atau hijau dan berbau
o Leukositosis pada pemeriksaan darah tepi (>15000-20000/mm3)
o Pemeriksaan penunjang lain : leukosit esterase (+)

Komplikasi infeksi intrapartum:

Komplikasi pada ibu : Endometritis, penurunan aktifitas miometrium


(atonia), sepsis (karena daerah uterus dan intraamnion memiliki vaskularisasi
sangat banyak), dapat terjadi septic syok sampai kematian ibu.

Komplikasi pada janin : Asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian


janin.

b. Respiratory Distress Syndrome


Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan
37 minggu, terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.

c. Prolapse Tali pusat.

d. Hipoplasia Paru
Merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm pada
usia kehamilan 28-36 minggu.
e. Sindroma Potter

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 21
KETUBAN PECAH DINI

Merupakan sindroma dimana terdapat deformitas janin yang


berhubungan dengan oligohidramnion pada KPD preterm, yang meliputi
restriksi pertumbuhan intrauteri, deformitas akibat kompresi pada muka
(Potter facies) dan ekstremitas, dan hipoplasia paru.

Gambar 1. Prolapse Tali Pusat

Gambar 2. Potter Syndrome

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 22
KETUBAN PECAH DINI

DAFTAR PUSTAKA

1.Andersen HF, Hopkins MK, Hayashi RH, Premature Rupture of the

Membranes, Dalam: Gynecology and Obstetrics, Volume 2, Sciarra JJ,

penyunting. Philadelphia: J.B. Lippincott Company, 1995: (47)1-6.

2.Garite T, Premature Rupture of Membranes, Dalam: Current Therapy in

Obstetrics and Gynecology, Edisi ke-5, Quilligan EJ, Zuspan FP,

penyunting. New York: W.B.Saunders Company, 2000: 326-9.

3.Svigos JM, Robinson JS, Vigneswaran R, Prelabor rupture of the

Membranes, Dalam: High Risk Pregnancy Management Options, James

DK, Steer PJ, Weiner CP, Gonik B, penyunting. New York: W.B

Saunders, 2001: 1015-22.

4.Gregg AR, Introduction to Premature Rupture of Membranes, Dalam:

Obstetrics and Gynecology Clinics of North America Premature Rupture

of Membranes, Wenstrom KD, Weiner CP, penyunting. Philadelphia:

W.B Saunders Company, 1992;19: 241-7.

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 23
KETUBAN PECAH DINI

5. Jazayeri A, Galan H, Premature Rupture of Membranes. diakses tanggal

5 Desember 2011. dari http://www.emedicine.com

6. Sairam VK, Travis L, Potter Syndrome. 27 Maret 2006. diakses tanggal 5

Desember 2011 dari http://www.emedicine.com.

7. Williams Obstetrics, Edisi ke-22, Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom

SL, Hauth JC, Gilstrap L, Wenstrom KD, penyunting. New York:

McGraw-Hill. 2005: 177.

Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Gynecology


Universitas Pelita Harapan – RS Daan Mogot Tangerang
Periode 24 Oktober – 31 Desember 2011 Page 24

Anda mungkin juga menyukai