Anda di halaman 1dari 29

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHA...............................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.......................................................................................................2
2.2 Klasifikasi...................................................................................................2
2.3 Epidemiologi...............................................................................................3
2.4 Etiologi.......................................................................................................3
2.5 Tanda tanda Bayi prematur.........................................................................5
2.6 Diagnosis....................................................................................................5
2.7Penilaian pada Bayi prematur .....................................................................7
2.7.1 Penilaian Kondisi Bayi Baru Lahir..........................................................7
2.7.2 Penilaian Gawat Nafas Pada Bayi Baru Lahir.........................................7
2.7.3 Penilaian Pertumbuhan Bayi Berdasarkan Klasifikasi Neonatus......8
2.7.4 Penilaian Umur Kehamilan Pasca Persalinan....................................9
2.7.5 Penilaian Pertumbuhan Bayi Prematur .............................................10
2.8 Komplikasi..................................................................................................11
2.9 Penatalaksanaan..........................................................................................13
2.10 Pencegahan...............................................................................................20
2.11 Prognosis...................................................................................................21
BAB III STATUS ANAK SAKIT..................................................................22
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Prematuritas merupakan suatu keadaan yang belum matang, yang
ditemukan pada bayi yang lahir pada saat usia kehamilan belum mencapai 37
minggu.1 Menurut WHO, persalinan prematur adalah persalinan dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500gram.2
Setiap tahun, diperkirakan 15 juta bayi terlahir dalam keadaan prematur,
yakni lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu dan jumlah angka ini semakin
meningkat. Hal ini berarti bahwa lebih dari 1 diantara 10 bayi terlahir dalam
keadaan prematur. Beberapa dari mereka yang berhasil bertahan hidup dapat
mengalami kecacatan dalam hidupnya, mencakup ketidakmampuan dalam proses
belajar, melihat (visual) dan mendengar.2
Lebih dari 1 juta bayi meninggal setiap tahunnya akibat komplikasi
kelahiran prematur. Kelahiran prematur merupakan penyebab utama kematian
bayi baru lahir (bayi dalam usia empat minggu pertama kehidupannya) dan berada
diperingkat kedua penyebab kematian setelah pneumonia pada anak dibawah usia
lima tahun.1
Angka bayi yang berhasil hidup tidak sama di seluruh dunia. Pada daerah
dengan tingkat pendapatan yang rendah misalnya, setengah bayi terlahir pada usia
kehamilan 32 minggu (dua bulan lebih awal) meninggal karena kemungkinan
kurangnya perawatan yang bersifat cost-effective, seperti kehangatan, pendukung
ASI, dan pelayanan dasar terhadap infeksi dan kesulitan bernapas. Sedangkan
pada negara dengan pendapatan yang tinggi, hampir semua bayi prematur berhasil
bertahan hidup.2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Prematuritas merupakan suatu keadaan yang belum matang, yang
ditemukan pada bayi yang lahir pada saat usia kehamilan belum mencapai 37
minggu.Prematur diartikan sebagai bayi yang lahir dalam keadaan hidup sebelum
usia kehamilan 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram,terdapat sub-
kategori bayi prematur, yakni extremely preterm, very preterm, dan moderate to
late preterm(tabel 2.1).2

Sub-categories of preterm birth Age of gestational


Tabel
extremely 2.1 Subkategori
preterm kelahiran bayi prematur
< 28 weeks
very preterm 28 to < 32 weeks
moderate to late preterm 32 to < 37 weeks

Induksi atau kelahiran secara sectio caesaria (SC) tidak harus direncanakan
sebelum usia kehamilan 39 minggu kecuali jika terdapat indikasi secara medis.2

2.2 Klasifikasi3
2.2.1 Menurut Usia Kehamilan
 Amat sangat premature(extremely preterm)
- Usia gestasi < 28 minggu
 Sangat prematur (verypreterm)
- Usia gestasi 28 - 32 minggu
 Moderate to late preterm
- Usia gestasi 28 - 32 minggu

2.2.2 Menurut Berat Badan Bayi


 Bayi berat lahir rendah (BBLR)
- BBL < 2500 gram
 Bayi berat lahir sangat rendah(BBLSR)
- BBL < 1500 gram
 Bayi berat lahir amat sangatrendah (BBLASR)

2
- BBL < 1000 gram

2.2.3 Kombinasi Usia Kehamilan dan Berat Badab Lahir


Dapat diukur menggunakan kurva pertumbuhan Lubchenco.

2.3.4 Klasifikasi prematur menurut BBLR dapat digolongkan sebagai


berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus
kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.Kelompok BBLR ini sering
mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang matangnya organ
karena masa gestasi yang kurang.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.Hal
ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang
baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari
bayinya sendiri.

2.3 Epidemiologi2
Lebih dari 60% kelahiran prematur terjadi di Afrika dan Asia Selatan,
tetapi kelahiran prematur benar-benar menjadi masalah yang global. Di negara-
negara dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah, rata-rata, 12% bayi terlahir
prematur dibandingkan dengan sebesar 9% di negara-negara dengan tingkat
pendapatan yang lebih tinggi.
No Negara Jumlah (jiwa)
1 India 3.519.100
2 China 1.172.300
3 Nigeria 773.600
4 Pakistan 748.100
5 Indonesia 675.700
6 Amerika 517.400
7 Bangladesh 424.100
8 Filipina 348.900

3
9 Republik Kongo 341.400
10 Brazil 279.300

Tabel 2.210 Negara dengan jumlah terbesar kelahiran bayi prematur

2.4 Etiologi
Kelahiran prematur dapat terjadi akibat berbagai alasan. Sebagian besar
kelahiran bayi prematur terjadi secara spontan, tetapi beberapa diantaranya karena
induksi kehamilan yang lebih awal atau kelahiran dengan SC, apakah untuk
indikasi medis atau non-medis.2
Penyebab yang sering terjadi pada kelahiran prematur mencakup
kehamilan mulipel, infeksi, dan kondisi kronis, seperti diabetes dan tekanan darah
tinggi; namun, seringkali penyebabnya tidak dapat diidentifikasi. Terdapat juga
pengaruh genetik. Pemahaman yang baik terhadap penyebab dan mekanisme
dapat mengembangkan solusi untuk mencegah kelahiran prematur.1,2
Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur diantaranya adalah :
a. Faktor Ibu
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum
sebelumya, riwayat kelahiran prematur, malnutrisi, kelainan uterus,
hidroamnion, penyakit jantung, hipertensi, umur ibu kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak kehamilan yang telalu dekat,
infeksi, trauma, kebiasaan (pekerjaan yang melelahkan atau merokok).

b. Fakor Janin
Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidroamnion, ketuban pecah dini.
c. Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi,
radiasi, sosio-ekonomi yang rendah, dan paparan zat-zat racun.

2.5 Tanda-Tanda Bayi Prematur4

4
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan dengan atau kurang
dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, kuku
panjangnya belum melewati ujung jari, batas dahi dan rambut kepala tidak jelas,
lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan
atau kurang dari 30 cm, rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan
tipis atau kurang, tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga, telapak kaki halus,
alat kelamin bayi laki-laki pigmentasi dan rugue pada skrotum. Untuk bayi
perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora,
tonus otot lemah, sehngga bayi kurang aktif.

2.6Diagnosis3
Menegakkan diagnosis bayi prematur dengan mengukur berat lahir bayi
dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
2.6.1 Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:
 Umur ibu
 Riwayat hari pertama haid terakir
 Riwayat persalinan sebelumnya
 Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
 Kenaikan berat badan selama hamil
 Aktivitas
 Penyakit yang diderita selama hamil
 Obat-obatan yang diminum selama hamil
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
 Berat badan
 Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan) :
 Tulang rawan telinga belum terbentuk.
 Masih terdapat lanugo.
 Refleks masih lemah.

5
 Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup
labium minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit
testis rata.
 Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan) :
 Tidak dijumpai tanda prematuritas.
 Kulit keriput.
 Kuku lebih panjang

2.6.3 Pemeriksaan penunjang


 Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain
 Pemeriksaan skor ballard
 Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
 Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
 Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
 USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang bulan.

2.7 Penilaian pada bayi premature


2.7.1 Penilaian Kondisi Bayi Baru Lahir4
Tabel 2.3 Apgar Score
Keterangan 0 1 2
A Appearance Seluruh tubuh Tubuh kemerahan. Seluruh tubuh
(warna kulit) biru/pucat Ekstermitas biru kemerahan
P Pulse Tidak ada < 100x/menit ≥ 100x/menit. Bayi
(denyut jantung) terlihat bugar
G Grimace Tidak beraksi Gerakan sedikit Reaksi melawan

6
(reflex)
A Activity Lumpuh Ekstermitas fleksi Gerakan aktif
(tonus otot) sedikit
R Respiration Tidak ada Lambat Menangis kuat
(usaha bernafas)

Penilaian:
≥ 7 : Asfiksia
4-6 : Asfiksia Ringan-Sedang
≤ 3 : Asfiksia Berat

2.7.2 Penilaian Gawat Nafas Pada Bayi Baru Lahir.


Tabel 2.4Down Score
Kriteria 0 1 2
Pernafasan < 60x/menit 60-80x/menit >80x/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada sianosi Sianosis hilang dengan Sianosis menetap
pemberian oksigen walau diberikan
oksigen
Air Entry Udara masuk bilateral Penurunan ringan Tidak ada udara
baik udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar dengan Dapat didengar tanpa
stetoskop alat bantu

Evaluasi :
< 4 : Gangguan pernafasan ringan
4-5 : Gangguan pernafasan sedang
≥ 6 : Gangguan pernafasan berat, diperlukan analisis gas darah

2.7.3 Penilaian pertumbuhan bayi berdasarkan klasifikasi neonatus


Tabel 2.5Kurva Lubchenco

7
Keterangan:
BMK: Besar Masa Kehamilan KB: Kurang Bulan
SMK: Sesuai Masa Kehamilan CB: Cukup Bulan
KMK: Kecil Masa Kehamilan LB: Lebih Bulan

2.7.4Penilaian Umur Kehamilan Pasca Persalninan

8
Tabel 2.6New Ballard Score

9
2.7.5Penilaian pertumbuhan bayi premature
Tabel 2.7 Kurva Fenton

10
2.8Komplikasi3
Pada bayi kurang bulan sering mempunyai masalah sebagai berikut :
1. Ketidakstabilan suhu
Pada bayi kurang bulan memiliki kesulitan untuk mempertahankan
suhu tubuh karena :
 Peningkatan hilangnya panas
 Kurangnya lemak subkutan
 Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai
dan ketidakmampuan untuk menggigil
 Rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar
2. Kesulitan pernapasan
 Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke penyakit membran
hialin
 Resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya refleks batuk,
menghisap, dan menelan
 Thoraks yang dapat menekuk dan otot bantu pernapasan yang
lemah
 Pernapasan yang periodik dan apnea
3. Kelainan Gastrointestinal dan Nutrisi
 Refleks isap dan menelan yang buruk terutama sebelum 34 minggu
 Motilitas usus yang menurun
 Pengosongan lambung tertunda
 Pencernaan dan absorbsi vitamin yang larut dalam lemak kurang
 Defisiensi enzim laktase pada brush border
 Menurunnya cadangan kalsium, fosfat, protein, dan zat besi dalam
tubuh
 Meningkatnya resiko enterokolitis nekrotikans
4. Imaturitas Hati
 Konjugasi dan ekskresi bilirubin terganggu
 Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K

11
5. Imaturitas Ginjal
 Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar
 Akumulasi asam organik dengan asidosis metabolik
 Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia,
hipernatremia, hiperkalemia, atau glikosuria ginjal
6. Imaturitas Imunologis
Resiko infeksi tinggi akibat :
 Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama
timester III
 Fagositosis terganggu
 Penurunan faktor komplemen
7. Kelainan Neurologis
 Refleks isap dan menelan yang imatur
 Penurunan motilitas usus
 Apnea dan bradikardia berulang
 Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
 Pengaturan perfusi serebral yang buruk
 Kejang
 Hipotonia
8. Kelainan Kardiovaskuler
 Patent Ductus Arteriosus merupakan yang umum ditemui
9. Kelainan Hematologi
 Anemia
 Hiperbilirubinemia
 Disseminated intravaskular coagulation (DIC)
 Hemorragic dissease of the newborn
10. Metabolisme
 Hipokalsemia
 Hipoglikemia atau hiperglikemia

12
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
o Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
2.9.2 Penatalaksanaan sesuai berat badan bayi lahir5
I. Bayi dengan berat lahir 1750 – 2499 gram
Bayi dengan berat lahir > 2250 gram umumnya cukup kuat untuk mulai
minum sesudah dilahirkan. Jaga bayi tetap hangat dan kontrol infeksi, tidak ada
perawatan khusus. Sebagian bayi dengan berat lahir 1750 – 2250 gram mungkin
perlu perawatan ekstra, tetapi dapat secara normal bersama ibunya untuk diberi
minum dan kehangatan, terutama jika kontak kulit-ke-kulit dapat dijaga.

II. Bayi berat lahir di bawah 1750 gram


Pemberian Minum Mulailah memberikan ASI dalam 1 jam sesudah kelahiran.
Kebanyakan bayi mampu mengisap. Bayi yang dapat mengisap harus diberi ASI.
Bayi yang tidak bisa menyusu harus diberi ASI perah dengan cangkir dan sendok.
Ketika bayi mengisap dari puting dengan baik dan berat badan bertambah, kurangi
pemberian minum melalui sendok dan cangkir. Periksalah bayi sekurangnya dua
kali sehari untuk menilai kemampuan minum, asupan cairan, adanya suatu tanda
bahaya seperti tidak bisa menyusu, kejang, mengantuk atau tidak sadar, frekuensi
napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >15 detik), frekuensi
napas > 60 kali/menit, merintih, tarikan dada bawah ke dalam yang kuat, sianosis
sentral atau tanda-tanda adanya infeksi bakteri berat seperti nyeri dan bengkak
sendi, gerakan berkurang dan rewel jika bagian-bagian ini disentuh. Pustula kulit
banyak dan berat Pusar kemerahan, meluas ke kulit sekitarnya atau terdapat nanah
serta ubun-ubun membonjol. Jika terdapat salah satu tanda ini, lakukan
pemantauan ketat di tempat perawatan bayi baru lahir seperti yang dilakukan pada
Berat Bayi Lahir Sangat Rendah (BBLSR). Risiko merawat anak di rumah sakit

13
(misalnya mendapat infeksi nosokomial), harus seimbang dengan manfaat yang
diperoleh dari perawatan yang lebih baik.
Bayi-bayi ini berisiko untuk hipotermia, apnu, hipoksemia, sepsis,
intoleransi minum dan enterokolitis nekrotikan. Semakin kecil bayi semakin
tinggi risiko. Semua Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) harus dikirim ke
Perawatan Khusus atau Unit Neonatal.
Tatalaksana :
 Oksigen
Beri oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs jika terdapat salah satu
tanda hipoksemia.
Terapi oksigen diberikan apabila bayi dalam keadaan berikut:
 Sianosis sentral
 Merintih saat bernapas
 Kesulitan minum karena distres pernapasan
 Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat
 Mengangguk-anggukkan kepala (gerakan menganggukkan kepala yang
sinkron dengan pernapasan menunjukkan distres pernapasan berat).
 Jika tersedia pulse oximeter, alat ini harus digunakan untuk memandu
terapi oksigen. Oksigen harus diberikan jika saturasi oksigen di bawah
90%, aliran oksigen harus diatur agar saturasi berkisar 92-95%.
Oksigen dapat dihentikan ketika anak dapat mempertahankan saturasi di
atas 90% pada udara ruangan. Pemberian oksigen dengan kecepatan aliran 0.5
L/menit melalui nasal prong merupakan metode yang lebih disukai di
kelompok umur ini. Jika lendir kental dari tenggorokan mengganggu dan bayi
sangat lemah untuk dapat membersihkannya, lakukan pengisapan lendir secara
berkala. Oksigen harus dihentikan jika kondisi umum bayi membaik dan
tanda-tanda tersebut di atas telah hilang.
 Suhu
Lakukanlah perawatan kulit-ke-kulit di antara kedua payudara ibu atau
beri pakaian di ruangan yang hangat atau dalam humidicrib jika staf telah
berpengalaman dalam menggunakannya. Jika tidak ada penghangat bertenaga
listrik, botol air panas yang dibungkus dengan handuk bermanfaat untuk menjaga

14
bayi tetap hangat. Pertahankan suhu inti tubuh sekitar 36.5 – 37.50 C dengan kaki
tetap hangat dan berwarna kemerahan.
 Cairan dan pemberian minum
 Jika mungkin berikan cairan IV 60mL/kg/hari selama hari pertama
kehidupan. Sebaiknya gunakan paediatric (100 mL) intravenous burette:
dengan 60 tetes = 1 mL sehingga, 1 tetes per menit = 1 mL per jam. Jika
bayi sehat dan aktif, beri 2-4 mL ASI perah setiap 2 jam melalui pipa
lambung, tergantung berat badan bayi (lihat halaman 62).Jika toleransi
minum oral baik, sesudah beberapa hari jumlah dapat ditingkatkan
menjadi 180 mL/kg/hari. Hati-hati dengan pemberian cairan parenteral
pada bayi karena bisa cepat terjadi overhidrasi. Ketika memberikan cairan
IV, jangan melebihi volume ini kecuali jika bayi mengalami dehidrasi atau
sedang mendapat terapi sinar atau berada di bawah pemancar panas.
Jumlah ini adalah total asupan cairan yang diperlukan seorang bayi,
asupan oral harus diperhitungkan ketika menghitung kecepatan cairan IV.
 Bayi sangat kecil yang ditempatkan di bawah pemancar panas atau terapi
sinar memerlukan lebih banyak cairan dibandingkan dengan volume biasa.
Beri cairan lebih banyak jika bayi ditempatkan di bawah pemancar panas
(1.2-1.5 kali) jangan menggunakan cairan glukosa IV tanpa natrium
sesudah 3 hari pertama kehidupan. Bayi yang berumur lebih dari 3 hari
perlu natrium (misalnya, garam 0.18%/glukosa 5%). Pantaulah infus IV
dengan sangat hati-hati. Gunakan formulir pemantauan dan hitung
kecepatan tetesan. Periksa kecepatan tetesan dan volume cairan yang
diinfuskan setiap jam. Timbanglah bayi setiap hari, perhatikan
pembengkakan wajah. Jika ini terjadi, kurangi cairan IV hingga minimal
atau hentikan pemberian cairan IV. Mulailah pemberian minum melalui
pipa lambung atau beri ASI sesegera mungkin jika hal itu telah aman
untuk dilakukan.
 Jika mungkin, periksa glukosa darah setiap 6 jam hingga pemberian
minum enteral dimulai, terutama jika bayi mengalami apnu, letargi atau
kejang. Bayi mungkin memerlukan larutan glukosa 10%.

15
 Mulai berikan minum jika kondisi bayi stabil (biasanya pada hari ke-2,
pada bayi yang lebih matur mungkin pada hari ke-1). Pemberian minum
dimulai jika perut tidak distensi dan lembut, terdapat bising usus, telah
keluar mekonium dan tidak terdapat apnu.
 Gunakan tabel minum.
 Hitung jumlah minum dan waktu pemberiannya.
 Jika toleransi minum baik, tingkatkan kebutuhan perhari.
 Pemberian susu dimulai dengan 2-4 mL setiap 1-2 jam melalui pipa
lambung. Beberapa BBLSR yang aktif dapat minum dengan cangkir dan
sendok atau pipet steril. Gunakan hanya ASI jika mungkin. Jika volume 2-
4 mL dapat diterima tanpamuntah, distensi perut atau retensi lambung
lebih dari setengah yang diminum, volume dapat ditingkatkan sebanyak 1-
2 mL per minum setiap hari. Kurangi atau hentikan minum jika terdapat
tanda-tanda toleransi yang buruk. Jika target pemberian minum dapat
dicapai dalam 5-7 hari pertama, tetesan IV dapat dilepas untuk
menghindari infeksi.
 Minum dapat ditingkatkan selama 2 minggu pertama kehidupan hingga
150-180 mL/kg/hari (minum 19-23 mL setiap 3 jam untuk bayi 1 kg dan
28-34 mL untuk bayi 1.5 kg). Setelah bayi tumbuh, hitung kembali volume
minum berdasarkan berat badan terakhir.
 Antibiotika dan Sepsis
Faktor-faktor risiko sepsis adalah: bayi yang dilahirkan di luar rumah sakit atau
dilahirkan dari ibu yang tidak sehat, pecah ketuban >18 jam, bayi kecil
(mendekati 1 kg). • Jika terdapat salah satu tanda bahaya atau tanda lain infeksi
bakteri berat mulailah pemberian antibiotik.
Tatalaksana antibiotik
 Antibiotik Anak harus di rawat di rumah sakit.
 Jika pemeriksaan kultur darah tersedia, lakukan pemeriksaan tersebut
sebelum memulai antibiotik.
 Jika ditemukan tanda infeksi bakteri yang berat, beri ampisilin (atau
penisilin) dengan dosis IM/IV: 50 mg/kgBB setiap 12 jam (minggu
pertama kehidupan) dan gentamisin 3 mg/kgBB/dosis, 1x sehari (IM/IV).

16
Jika tertjadi apnu maka:
 Amati bayi secara ketat terhadap periode apnu dan bila perlu rangsang
pernapasan bayi dengan mengusap dada atau punggung. Jika gagal,
lakukan resusitasi dengan balon dan sungkup.
 Jika bayi mengalami episode apnu lebih dari sekali dan atau sampai
membutuhkan resusitasi berikan sitrat kafein atau aminofilin.
 Kafein lebih dipilih jika tersedia. Dosis awal sitrat kafein adalah 20 mg/ kg
oral atau IV (berikan secara lambat selama 30 menit).
 Jika kafein tidak tersedia, berikan dosis awal aminofilin 10 mg/kg secara
oral atau IV selama 15-30 menit.
 Jika monitor apnu tersedia, maka alat ini harus digunakan.

2.9.3 Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):
o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,
inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan
setempat sesuai petunjuk.
o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
o Ukur suhu tubuh dengan berkala
o Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
o Jaga dan pantau patensi jalan nafas
o Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
o Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia,
kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
o Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
o Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

2.9.4 Pemantauan (Monitoring).7


I. Pemantauan saat dirawat

17
a. Terapi
o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
o Pantau berat badan bayi secara periodik
o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai
10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi
dengan berat lahir <1500>
o Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori
berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai
jumlah 180 ml/kg/hari
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan
bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala
setiap minggu.
- Tanda kecukupan pemberian ASI:
- BAK minimal 6 kali/ 24 jam.
- Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
- BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari.
- Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap à ASI akan
menetes dari payudara yg lain.
II. Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi
dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah
pulang sebagai berikut :
o Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
o Hitung umur koreksi.
o Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
o Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).

18
o Awasi adanya kelainan bawaan.

Cara menghangatkan bayi


Cara Petunjuk penggunaan
Kontak kulit  Untuk semua bayi
 Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara
lain tidak mungkin dilakukan.
KMC  Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g,
terutama direkomendasikan untuk perawatan
berkelanjutan bayi dengan berat badan <1.800 g.
 Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas
berat)
 Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak
dapat merawat bayinya.
Pemancar panas  Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau
lebih.
 Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan
tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g yang
tidak dapat dilakukan KMC.
Ruangan hangat  Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak
memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur
pengobatan.
 Tidak untuk bayi sakit berat.

Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg).6


Umur (hari)
Berat (g)
1 2 3 4 5+
>1500 60 80 100 120 150
<1500 80 100 120 140 150

Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499


Umur (hari)
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30

19
Kebutuhan cairan elektrolit bayi (ml/kg)S.6
Berat badan <1000 1000 - <1500 1500 – 2500 >2500
(g)
Hari I 120 cc D5% 100 cc D7,5% 80 cc D10% 80 cc D10%
Hari II 140 cc D5% 120 cc D7,5% 100 cc D10% 90 cc D10%
Hari III 170 cc D5% 130 cc D7,5% 110 cc D10% 100 cc D10%
Hari >IV 200 cc 140-150 cc 130-150 cc 120-150 cc
Pembuatan cairan D7,5% = 93 cc (D5%) + 7 cc (D40%) = 100 cc D7,5%.

2.9.5 Indikasi bayi pulang:


 Suhu bayi stabil.
 Tidak terdapat tanda bahaya atau tanda infeksi berat.
 Toleransi minum oral baik à terutama ASI.
 Berat badan bertambah hanya dengan ASI.
 Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.
 BBLR harus diberi semua vaksin yang dijadwalkan pada saat lahir dan
jika ada dosis kedua pada saat akan dipulangkan.

2.9.6 Konseling pada saat BBLR pulang


Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai :
 pemberian ASI eksklusif
 menjaga bayi tetap hangat
 Tanda bahaya untuk mencari pertolongan
 Timbang berat badan, nilai minum dan kesehatan secara umum setiap
minggu hingga berat badan bayi mencapai 2.5 kg.

2.10Pencegahan7
Pencegahan kelahiran prematur tetap menjadi suatu tantangan karena
penyebab kelahiran prematur berjumlah banyak, kompleks, dan belum dipahami
secara sempurna. Walaubagaimanapun, wanita hamil dapat menjalani langkah
penting untuk membantu mengurangi risiko kelahiran prematur dan memperbaiki
kesehatan umum mereka. Langkah-langkah tersebut adalah berhenti merokok,

20
menghindari alkohol dan obat-obatan terlarang, lakukan perawatan prenatal
dengan rutin, dan kunjungi pelayanan kesehatan ketika menemui tanda dan gejala
peringatan (warning signs or symptoms) dari kelahiran prematur.7
Tindakan pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal
yang dapat dilakukan :
o Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu
hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
o Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin
yang dikandung dengan baik
o Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
o Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hamil.

2.11Prognosis.8
Pada bayi prematur terutama memiliki masalah adaptasi ringan terhadap
kehidupan ekstrauteri, mempunyai prognosis baik. Sebagian besar akan mencapai
ukuran dan kemampuan yang diharapkan. Beberapa waktu lalu dianggap bahwa
bayi yang dilahirkan sebelum 26 minggu tidak mempunyai harapan hidup.
Sekarang dengan perawatan yang intensif termasuk ventilasi dan nutrisi parenteral
bila diperlukan, lebih banyak bayi yang dapat hidup. Lima sampai sepuluh persen
bayi dengan berat lahir kurang 1500 gram mempunyai cacat mayor seperti
cerebral palsy, keterlambatan perkembangan, kebutaan, atau ketulian. Bayi
dengan berat kurang dari 1000 gram mempunyai cacat mayor sekitar 20 %.6

21
BAB III
STATUS ANAK SAKIT
I. Anamnesa Pribadi Pasien

No.RM : 012898
Nama : Bayi R
Umur : 0hari
Tanggal Lahir : 10 Juli 2020
Pukul : 14.30
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : JL. Stm No.77
Agama : Islam
BB Lahir : 2000gram
PB Lahir : 38 cm

II.Anamnesa Orang Tua OS

Identitas Ibu Ayah

Nama : Ny. R Tn. S


Umur : 19 Tahun 21 Tahun
Suku : Jawa Jawa
Agama : Islam Islam
Pendidikan : Tamat SMA Tamat SMA
Pekerjaan : IRT Serabutan
Riwayat Penyakit : - -
Alamat : JL. Stm No.77 JL. Stm No.77
Status : Menikah Menikah

III. Keluhan Utama : Bayi lahir tidak menangis

IV.Riwayat Penyakit Sekarang :


Bayi lahir di ruang bersalin RSD Dr. Pirngadisecara spontan dari ibu
G1P1A0 dengan keluhan lahir tanpa menangis dan belum cukup bulan. Bayi
masuk NICU dengan tangis merintih, napas tidak adekuat, tampak retraksi

22
dinding dada ringan, terlihat biru pada bibir & ekstremitas. Setelah di suction,
banyak cairan ketuban yang keluar. Bayi dilahirkan normal dengan indikasi
ketuban pecah dini. Sebelum 12 jam setelah ketuban pecah, timbul kontraksi
adekuat hingga timbulnya persalinan.

V.Riwayat Kehamilan Ibu :


Ibu os biasa ANC di puskesmas yang diperiksa oleh bidan. Sebelum
melahirkan, os mengalami riwayat keluar air yang banyak, jernih, dan tidak bau,
disertai dengan perut yang mules. Selama hamil, ibu os tidak pernah sakit atau
pun minum obat-obatan.

VI. Riwayat Persalinan :


1. Riwayat persalinan: lahir spontan di RSUD Dr. Pirngadi
2. Cara kelahiran: Normal
3. Tanggal lahir: 10 Juli 2020
4. Penolong: Dokter
5. Usia kehamilan : 34 Minggu
6. Berat badan lahir: 2000 gram
7. Panjang bandan lahir: 38 cm
8. Lingkar kepala: 27 cm

VII Riwayat Habits


 Riwayat pemeliharaan binatang (-)
 Lingkungan rumah : tidak cukup bersih

VIII Riwayat Sosial Ekonomi


 Pasien anak pertama. Ayah bekerja serabutan, dan ibu sebagai IRT

IXPemeriksaan Fisik :
Status present
1. Keadaan Umum:lemahTidak menagis, tidak aktif, kulit biru kemerahan (+).
 Kesadaran: Somnolen

23
 Anemis : (-)
 Ikterik : (-)
 Edema : (-)
 Sianosis :(+)
 Aktivitas: menurun
 Warna Kulit: biru kemerahan
 Cacat Bawaan Yang Tampak : (-)
2. Tanda – Tanda Vital :
 Suhu: 36,0 oC
 DJJ: 128 x/menit
 Respirasi : 50 x/menit
3. Apgar Score: 6
4. Ballard score: 25 (34 minggu)
5. Score Down: <4  tidak ada gawat napas

Status Lokalisata
1. Kulit : lanugo menipis, kemerahan pada badan (+),turgor kulit (+),
neonatal ikterik (-)
2. Kepala :simetris, lonjong, lecet (-), ubun – ubun besarterpisah, teraba
datar, craniosynostosis (-), caput sucendaneum (-),cepal hematom
(-)
3. Leher :Rooting refleks (+), hematome pada m. SCM (-),pembesaran
kelenjar tiroid (-), leher pendek (-)
4. Muka :
o Mata : katarak kongenital (-), SCB (-), conjunctivitis (-).
o Hidung : atresia choana (-/-), napas cuping hidung (+/+), rhinore (-/-)
o Mulut : palatoschizis (-), frenulum pendek (-), makroglossia (-).
o Telinga :low set ears (-/-)
5. Thoraks
Inspeksi : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+) subcostal.
Palpasi : gerakan diding dada simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-

24
Penilaian pernapasan : napas teratur (+), tachypnea (-), stridor (-), tarikan
dinding dada (+/+) subcostal, sianosis (-).
6. Jantung
S1S2 tunggal regular, mur – mur (-), gallop (-).
7. Abdomen
Inspeksi : distensi (-), organomegali (-), kelainan congenital (-)
Auskultasi : bising usus Normal
Palpasi : massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.
Perkusi : timpani (+) diseluruh lapang abdomen
8. Umbilicus
Tampak basah dan mulai mengering, warna kuning kehijauan (-), edema (-),
kemerahan (-) pada pangkal umbilicus.
9. Genitalia
Normal. Hipospadia (-), epispadia (-), hidrokel (-), rugae testis (+) halus.
10. Anus dan rektum
Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama.
11. Ekstremitas
Normal. Syndactyli (-), polidactyli (-), talipes equinovarus (-/-)
12. Tulang belakang, pinggul dan system syaraf
Dalam batas normal

X.Darah Lengkap 10 Juli 2020:


 Hemoglobin :10 gr/dl
 Leukosit : 7000/uL
 Trombosit : 217.000/mm3
 Hematokrit : 35 %
 GDS : 162 mg%
 Bilirubin : 4.5 ml/dL

XI. Differential Diagnosis


1.Prenmaturias murni
2.Dismaturitas

25
XII. Diagnosis Kerja
Prematuritas murni
XIII. Rencana Terapi
 IVFD D10% 7 tts/menit (mikro)
 O2 1 l/m

XIV. Prognosa

 Ad vitam : Ad bonam
 Ad fungtionam : Dubia Ad bonam
 Ad sanationam : Ad bonam

FOLLOW UP
Hari/ tgl S O A P
I  Minum (+),  RR: 52 x/m prematur  O2 1 l/m.
10/07/2020 per sonde.  N: 120 x/m murni.  D10%6ttsµ/m.
 Aktifitas (+)  SpO2: 99% (dgn  ASI per sonde
kurang. O2)
 Respon (+).  Retraksi (+)
subcostal.
 Sianosis (-)
 BB: 2000 g
II  Minum (+) RR: 50 x/m prematur  Off O2
11/07/2020 per sonde >>. N: 130 x/m murni  D10% 6 ttsµ/m.
 Aktifitas (+) SpO2: 100%  ASI per sonde
sedikit. Retraksi (+)
 Menangis (+) subcostal minimal.
kuat. BB: 2005 g
 Respon (+).
III  Minum (+) RR: 52 x/m. premature  D10% 5ttsµ/m.
12/07/2020 >> N: 140 x/m. murni  ASI per sonde.
 Aktifitas (+). Retraksi (+)
 Respon (+). minimal.
 Menangis BB: 2010 g.
(+).

BAB IV
PENUTUP

26
3.1 Kesimpulan
Bayi prematur adalah bayi yang lahir dalam keadaan hidup sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Penilaian usia kehamilan dapat dilakukan melalui
perhitungan HPHT, kejadian-kejadian penting selama kehamilan dan melalui
Ballard Score. Bayi yang lahir dalam keadaan prematur sering mengalami
masalah, diantaranya adalah kesulitan bernapas, ketidakstabilan suhu tubuh,
kelainan gastrointestinal dan nutrisi, imaturitas hati, ginjal, sistem saraf, sistem
imun, ataupun kelainan dalam metabolisme dalam tubuhnya.
Oleh karena itu bayi prematur memelukan perawatan yang lebih intensif.
Bayi prematur masih memerlukan lingkngan yang tidak jauh berbeda dari
lingkungan selamadalam kandungan. Pada bayi prematur terutama memiliki
masalah adaptasi ringan terhadap kehidupan ekstrauteri, mempunyai prognosis
baik. Lima sampai sepuluh persen bayi dengan berat lahir kurang 1500 gram
mempunyai cacat mayor seperti cerebral palsy, keterlambatan perkembangan,
kebutaan, atau ketulian. Bayi dengan berat kurang dari 1000 gram mempunyai
cacat mayor sekitar 20 %.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Kendig JNawab U. Premature Infant [Internet]. MSD Manual Professional


Edition. 2015 [29 Mei 2016]. Diunduh dari:
https://www.msdmanuals.com/professional/pediatrics/perinatal-
problems/premature-infant.
2. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs363/en/. (Di unduh pada 20Agus
2020).
3. Kosim, M., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G., & Usman, A. (2010).
Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
4. http://www.cdc.gov/reproductivehealth/maternalinfanthealth/pretermbirth.htm
. (Di unduh pada 20Agus 2020).
5. https://www.ichrc.org/310-bayi-berat-lahir-rendah-bblr. (Di unduh pada
20Agus 2020).
6. Sulistijono, E., Alasiry, E. Kosensus. 2016. Asuhan Nutrisi pada Bayi
Prematur. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
7. Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama.Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta.
8. Prawiroharjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Balai Pustaka Sarwono Prawiroharjo

28

Anda mungkin juga menyukai