Anda di halaman 1dari 3

EFEK DIURETIK DAN DAYA LARUT BATU GINJAL DARI EKSTRAK ETANOL

RAMBUT JAGUNG (Zea mays L.)

PENDAHULUAN

Ginjal merupakan organ penting pada manusia. Ginjal memiliki banyak fungsi seperti pengatur
keseimbangan air, konsentrasi garam dalam darah, keseimbangan asam basa darah, ekskresi bahan
buangan dan kelebihan garam (Pearce,2002).

Di Indonesia, diperoleh angka prevalensi penderita penyakit batu ginjal sebesar 51,9 per 10.000
penduduk dengan resiko penderita lebih banyak dialami pria daripada wanita dengan perbandingan
sekitar 3 : 1. Umumnya penderita pada usia produktif (20-50 tahun), dan hanya sebagian kecil
penyakit batu ginjal ini menyerang pada anak-anak (Soenanto, 2005; Soeparman & Waspadji, 1999).

Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya sedimen urin dalam ginjal dan
saluran kemih (Brown, 1989). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terbentuknya batu ginjal yaitu
tingginya konsentrasi garam-garam yang larut dalam urin, adanya kelainan yang menyebabkan
kristal-kristal berkumpul menjadi batu antara lain karena perubahan pH urin, penurunan volume urin,
adanya koloid dalam urin, adanya infeksi di ginjal oleh jenis bakteri tertentu yang dapat memicu
pembentukan batu ginjal dan terlalu aktifnya kelenjar paratiroid yang dapat menyebabkan kalsium
dalam urin (Brown, 1989).

Salah satu tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional yaitu jagung. Bagian
dari jagung yang dapat digunakan untuk mengobati gangguan urologis dan berperan sebagai agen
diuretik adalah rambut jagung yang biasa dibuat dalam bentuk dekok (Caceres, et al., 1987).

Rambut jagung mempunyai banyak khasiat dalam pengobatan, antara lain dapat menyembuhkan
penyakit batu ginjal, nefritis, sistisis, radang, prostatitis, kaliuretik, infeksi saluran kencing,
nefrotoksik, depresi (Hasanudin, et al., 2012), hipertensi (Anonim, 1995), hiperglikemia (Guo, et al.,
2009), hiperlipidemia (Zhang, et al., 2011), hipokalemia, asam urat (Shamkhy, et al., 2012),
hipertiroid (Bhaigyabati, et al., 2012), gonorrhoea dan mempunyai aktivitas sebagai antioksidan,
antibiotik, antidiabetes dan antitumor (Nessa, et al., 2012).

Rambut jagung mengandung protein, karbohidrat, vitamin B, vitamin C, vitamin K, minyak volatil,
besi, silikon, seng, kalium, kalsium, magnesium dan fosfor dan steroid seperti sitosterol dan
stigmasterol, alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, antosianin, protokatekin, vanilic acid, derivat
hasperidin & quersetin (Ebrahimzadeh, et al., 2008), chlorogenic acid, p-kumarin, ferulic acid,
fitosterol, resin, gula dan allantoin (Nessa, et al., 2012). Ada beberapa kandungan flavonoid yang
telah diisolasi dan diidentifikasi dari rambut jagung yaitu apigmaysin, 3-metoksimaysin, maysin, ax-
4-

OHmaysin, ax5"metana-3'-metoksi maysin, ax-4"-OH-3'-metoksimaysin, 2"-O-α-Lrhamnosil- 6-


Cquinovo silluteolin, 2"-O-α-Lrhamnosil- 6-Cfukosilluteolin, 2"-O-α-Lrhamnosil- 6-C- fukosil - 3' -
metoksiluteolin, 2"-O-α-L-rhamnosil – 6 – C - 3" deoksiglukosil – 3 '-metoksiluteolin, isoorientin - 2
- 2"- O – α - L - rhamnosida, 6, 4' – dihidroksi – 3' –metoksiflavon – 7 – O - glukosida dan 7,4'-
dihidroksi - 3' – metoksiflavon - 2" – O – α – L – rhamnosil – 6 – C - fukosida (Snook, et al., 1995;
Hu, et al., 2010; Ren, et al., 2009).

HASIL DAN DISKUSI

Karakterisasi Ekstrak Etanol Rambut Jagung (Zea mays L)

Karakterisasi ekstrak meliputi pemeriksaan organoleptis, rendemen, susut pengeringan dan kadar abu
total. Hasil uji organoleptis dari ekstrak rambut jagung yang diperoleh yaitu berupa ekstrak kental,
berwarna coklat tua kemerahan, berbau khas jagung dan berasa pahit. Rendemen menunjukkan
peresentase kadar ekstrak yang diperoleh dari sampel kering yang digunakan untuk pembuatan
ekstrak. Persentase rendemen dari ekstrak yang diperoleh yaitu 8,2%.

Susut pengeringan menunjukkan jumlah semua bahan yang menguap serta air yang hilang pada
kondisi tertentu (Anonim, 1979). Dari hasil pemeriksaan, susut pengeringan dari ekstrak rambut
jagung yaitu 21,5867%. Kadar abu total menunjukkan gambaran kandungan mineral internal dan
eksternal yang berasal dari proses pembentukan ekstrak. Kadar abu total yang diperoleh sebesar
1,82%. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol rambut jagung positif mengandung
flavonoid dan alkaloid.

MgSO4 adalah larutan baku primer Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya
diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan baku primer (Khopar, 2002).

Batu ginjal yang digunakan pada penelitian dihaluskan terlebih dahulu menggunakan lumpang dan
stamfer. Tujuan penghalusan adalah untuk memperbesar luas permukaan batu ginjal sehingga
meningkatkan proses pelarutan. Setelah itu serbuk batu ginjal diayak agar besar partikel serbuk
seragam dan kelarutan batu ginjal dalam ekstrak rambut jagung merata.

Konsentrasi ekstrak rambut jagung yang digunakan pada pengujian adalah 0,5%, 1% dan 2%. Kadar
logam polivalen dari ekstrak rambut jagung harus ditentukan terlebih dahulu karena adanya
kandungan logam di dalam ekstrak akan mengganggu perhitungan jumlah kadar logam polivalen yang
terlarut dari batu ginjal. Sebelum titrasi dilakukan, ekstrak rambut jagung dilarutkan dalam NaCl
fisiologis sebagai pelarut untuk menyamakan dengan kondisi cairan tubuh.

Dari hasil yang diperoleh pada pengujian daya larut batu ginjal dari ekstrak rambut jagung,
didapatkan hasil yang menunjukan bahwa persentase kadar logam yang terlarut semakin besar dengan
meningkatnya konsentrasi ekstrak. Hal ini dapat dibuktikan dari analisis data yang menunjukan bahwa
persentase kadar logam polivalen yang larut dipengaruhi oleh faktor perlakuan (konsentrasi ekstrak)
secara sangat bermakna (F hitung>F tabel 0,01).

Flavonoid dan kalium diduga dapat menghambat pembentukan kalsium batu ginjal (Sudoyo, et al.,
2006). Kalsium pada batu ginjal di duga dapat membentuk senyawa kompleks dengan gugus –OH
dari flavonoid sehingga membentuk Ca-flavonoid. Aktivitas diuretik dari flavonoid dapat membantu
pengeluaran batu dari dalam ginjal yaitu dikeluarkan bersama urin, sementara kalium akan
berkompetisi dan memisahkan ikatan kalsium dengan oksalat sehingga kalsium batu ginjal menjadi
terlarut (Suharjo & Cahyono, 2009).

Anda mungkin juga menyukai