Anda di halaman 1dari 2

Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab terhadap Anak

Rasa tanggung jawab adalah keberanian diri untuk memikul beban yang ada tanpa
menyalahkan orang lain. Itu pemahaman saya tentang tanggung jawab. Sebuah kata yang
mudah diucapkan tapi banyak orang yang sulit untuk menjalankannya. Ada beberapa kondisi
berkaitan dengan tanggung jawab ini. Tanggung jawab bisa disandangkan kepada orang yang
memikul suatu amanah kekuasaan, contohnya tanggung jawab sebagai ketua dari suatu
kepanitiaan, pemimpin dari sebuah organisasi, ataupun lembaga tertentu. Ada pula tanggung
jawab yang dituntut atas perilaku kita, misalnya kita melakukan sebuah kesalahan. Ketika
melakukan kesalahan, orang yang punya rasa tanggung jawab tidak akan menyalahkan orang
lain atau menunjuk orang lain sebagai biang keladinya. Ia tidak mengkambinghitamkan orang
lain apalagi benda-benda di sekitarnya yang notabene mati.

Rasa tanggung jawab pada diri seseorang, khususnya seorang anak bisa ditumbuhkan dari
lingkungan keluarga dan cara pengasuhan yang diberikan oleh orang tuanya di rumah. Kita
barangkali sering melihat dan mendengar bagaimana cara orang tua mendidik anak-anaknya.
Banyak orang tua yang tidak menyadari kalau yang mereka lakukan kepada anak-anaknya akan
mempunyai efek yang berkelanjutan. Sebagai contoh ketika seorang anak terjatuh karena
tersandung meja atau kursi orang tua lebih suka untuk "menyalahkan" meja atau kursi tersebut
dengan cara memukulnya. Awalnya mereka berharap itu akan meredakan anaknya agar tidak
menangis lagi. Cara ini memang lumayan jitu, anak tersebut tidak menangis lagi tapi di dalam
benaknya tertanam kalau dia memang tidak pernah salah. Dia juga tidak harus bertanggung
jawab atas apa yang terjadi terhadap dirinya. Celakanya, ternyata sifat itu terbawa sampai
dewasa. Dalam kondisi sesalah apapun anak yang dididik seperti ini akan selalu melempar
tanggung jawab kepada orang lain tanpa merasa kalau dirinya harus introspeksi diri agar tidak
melakukan kesalahan serupa lagi.

Berikutnya adalah orang tua sering merasa kasihan untuk memerintahkan anak untuk
melakukan tanggung jawab kecil yang seharusnya bisa dikerjakan oleh anak. Sebagai contoh,
ketika seorang anak ingin meminum air mineral gelas dimana anak harus menusuknya dengan
sedotan, orang tua cenderung membantunya dengan harapan anak bisa cepat minum, tidak
repot, atau anak tidak rewel. Sekilas memang itu bagus sebagai bentuk perhatian orang tua
terhadap anaknya, akan tetapi kalau hal-hal kecil semacam itu terus dibantu orang tuanya maka
anak itu akan cenderung punya ketergantungan yang sangat tinggi terhadap orang tuanya.
Akibatnya anak seperti ini akan sulit untuk hidup mandiri dan sulit untuk menjadi orang yang
bertanggung jawab.

Pada kasus pertama, seharusnya orang tua cukup mengingatkan kepada anak dengan
mengatakan, "Makanya lain kali lebih hati-hati ya Sayang." Dengan kalimat yang singkat ini
secara tidak langsung orang tua sedang mengajarkan anak bahwa itu terjadi karena anak itu
sendiri yang kurang hati-hati dan ini menjadikan anak lebih bertanggung jawab. Sementara
dalam kasus kedua, hal yang perlu dilakukan orang tua adalah sedikit mengarahkan anak dan
memotivasinya bahwa dia bisa melakukan hal itu. Sehingga anak akan terus berusaha untuk
bisa melakukannya. Dan apa yang terjadi? Ketika anak itu mampu melakukannya dia akan
sangat senang dan tanpa terasa dia akan menjadi anak yang lebih bertanggung jawab dalam
hal-hal yang lebih besar.

Selain cara-cara di atas, tentu orang tua di rumah juga harus secara kompak mengajarkan rasa
tanggung jawab ini di rumah dengan cara melakukan pembagian tugas di antara sesama
anggota keluarga. Buatlah piket/ tugas harian dari mulai mencuci, ngepel, menyikat kamar
mandi, menyiram tanaman, menyetrika, ataupun hal-hal lainnya. Lakukan semua secara
bergiliran sehingga masing-masing anggota keluarga bisa merasakan melakukan tugas-tugas
yang ada. Dari sini akan muncul rasa tanggung jawab yang nantinya akan ia bawa kemanapun
dan dimanapun ia berada.

Inilah barangkali tips-tips sederhana bagaimana mengajarkan tanggung jawab terhadap anak.
Semoga hal ini menjadi sedikit pengingat buat kita agar kita tidak memberikan kasih sayang
yang salah dan tidak mendidik terhadap anak. Wallahu a'lam.... :)

Anda mungkin juga menyukai