Anda di halaman 1dari 23

PRIA DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG

KELOMPOK 8

Fikiawati Triana 030.06.091


Defri Rahman 030.07.061
Olga Ayu Pratami 030.07.198
Yusmiati Tomalima 030.07.282
Anastasia Carolin 030.08.022
Asti Meidianti 030.08.045
Christy Suryandari 030.08.070
Ferdy 030.08.102
Ines Damayanti Octaviani 030.08.126
Marsya Julia Riyadi 030.08.157
Nurul Nurnita Arfifah 030.08.187
Ririn Aprilya Anggela 030.08.210
Sri Feliciani 030.08.229
Vida Rahmi Utami 030.08.250
Nadirah Binti Roslan 030.08.266

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI


JAKARTA
Kamis, 22 Juli 2010
BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri Pinggang merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan produktivitas
manusia; 50-80% penduduk di negara industri pernah mengalami nyeri pinggang bawah,
presentasenya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Nyeri pinggang bawah
menghilangkan banyak jam kerja dan membutuhkan banyak biaya untuk penyembuhannya.
Haanen et al. (1986) yang meneliti 3000 laki-laki dan 3500 wanita usia 20 tahun ke atas
(1975 1978) menyatakan bahwa 51% laki-laki dan 57% wanita mengeluh Nyeri Pinggang
Bawah (NPB), 50% tidak bugar untuk bekerja selama beberapa waktu dan 8% harus alih
pekerjaan. NPB aspesifik terdiri atas: sindrom sakroiliaka, sindrom faset, sindrom gluteus
maximus (1,87%), sindrom gluteus medius (1,54%), sindrom quadratus lumborum (1,37%),
sindrom piriformis (0,33%) dan sindrom fascia latae (0,07%)

Bekerja di kantor, di pabrik, di pasar, dan di rumah tidak terlepas dari posisi duduk. Tukang
jahit, tukang sayur, kasir, murid sekolah, pegawai bank, pegawai perusahaan, pekerja di
depan komputer, penjaga tol, sopir, dan pedagang juga tidak terlepas dari bekerja dengan
posisi_duduk. Ternyata, sekitar 60 persen orang dewasa mengalami nyeri pinggang bawah
karena masalah duduk. Suatu penelitian di sebuah rumah sakit menunjukkan bahwa pekerjaan
dengan duduk lama (separuh hari kerja) dapat menyebabkan hernia nukleus pulposus, yaitu
saraf tulang belakang "terjepit" di antara kedua ruas tulang belakang sehingga menyebabkan
selain nyeri pinggang juga rasa kesemutan yang menjalar ke tungkai sampai ke kaki. Bahkan,
bila parah, dapat menyebabkan kelumpuhan.
BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki berusia 40 tahun, datang dengan keluhan nyeri di pinggang yang sudah
dirasakan berulang-ulang (hilang timbul). Pasien bekerja dikantor sebagai seorang manajer.
Tidak pernah mengalami trauma, tidak pernah mengangkat-angkat benda berat. Pekerjaannya
hanya dilakukan dengan duduk di belakang meja setiap harinya.

Bila pasien duduk keluhan nyeri tersebut berkurang/hilang, akan tetapi bila akan bangkit dari
tempat duduk maka dirasakan nyeri pinggang yang berat. Keluhan nyeri bertambah hebat bila
pasien batuk atau bersin dan dirasakan menjalar hingga ke tungkai kanan bawah. Dirasakan
pula kesemutan pada tungkai kanan bawah.

Pada pemeriksaan fisik neurologis didapatkan :

Motorik : tidak ada paresis

Refleks fisiologis : Patella dan Achilles +/+

Laseque kanan < 700 Kernig kanan < 1350

Hiperestesi daerah dermatomal L4-5 kanan


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN BIOMEKANIK TULANG BELAKANG

Sendi thoracolumbal adalah sendi yang dibentuk oleh vertebra Th 12 dan L1. Secara
umum keduanya berfungsi statis, kinetis, keseimbangan dan perlindungan. Pada fungsi statis
tulang belakang mempertahankan posisi tegak melawan gravitasi dengan energi sekecil
mungkin sehingga membentuk sikap tubuh tertentu. Fungsi kinetis merupakan rangkaian alat
gerak yang memungkinkan terjadinya gerakan. Fungsi keseimbangan turut aktif
mempertahankan titik berat tubuh pada posisi tetap pada tulang Sacrum 2 saat berdiri. Fungsi
proteksi ialah melindungi organ dan jaringan penting seperti sumsum tulang belakang, akar
saraf, pembuluh darah. Pada tulang belakang terdapat segmen gerak yang disebut segmen
junghans terdiri dari diskus intervertebralis, korpora, sendi faset, ligamenta, foramen
intervertebralis beserta isinya, kanalis vertebralis dan otot paravertebralis. Di antara kedua
korpus tulang belakang terdapat jaringan fibrocartilago yang merupakan bantalan sendi,
berfungsi sebagai peredam kejut. Penambahan beban akan menyebabkan kompresi terhadap
nukleus pulposus; gerakan fleksi, ekstensi dan rotasi secara berlebihan juga dapat
mengganggu nukleus. Selain bantalan sendi juga terdapat ligamen sebagai stabilisator pasif
yaitu ligamen longitudinal posterior, ligamen longitudinal anterior, ligamen flavum, ligamen
transversalis dan ligamen interspinalis. Gerakan tulang belakang persegmen tidak pernah
terjadi secara aktif; gerak pasif dalam posisi tertentu, fiksasi tertentu dan komponen gerak
tertentu dapat diperoleh dengan dominasi segmen tertentu. Teknik ini yang digunakan untuk
mobilisasi hipomobilitas segmental dan joint block.
Stabilisator aktif tulang belakang terdiri dari beberapa otot, yaitu otot trunkus posterior,
lateral, anterior.
1. Otot-otot trunkus posterior
a. Lapisan dalam terdiri dari : otot transpinalis, otot interspinalis, otot longissimus dan otot
iliocostalis
b. Lapisan tengah terdiri dari : otot serratus posterior inferior di bagian tengah posterior otot
paravertebra dan anterior latissimus.
c. Lapisan superfisial : dibentuk oleh otot latissimus dorsi yang menutupi semua otot
paravertebra dan berlanjut ke arah inferolateral.
2. Otot-otot trunkus lateralis.
Terdiri dari otot quadratus lumborum dan otot psoas.
3. Otot -otot trunkus anterior.
Terdiri dari otot rectus abdominis, otot transversus abdominis, otot obliqus internus
abdominis dan otot obliqus externus abdominis

PATOFISIOLOGI NYERI PINGGANG BAWAH


NPB aspesifik adalah nyeri pinggang bawah reversibel yang salah satu penyebabnya adalah
penguncian sendi faset antara torakal dan lumbal. Hal ini dapat terjadi karena faktor trauma
atau proses biomekanis tulang belakang yang salah seperti pada saat mengangkat beban berat.
Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping menyebabkan otot tidak
mampu mempertahankan posisi tulang belakang thoracal dan lumbal, sehingga pada saat
facet joint lepas dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan
facet sendi menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan
keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Otot-otot yang berpengaruh langsung maupun
tidak langsung pada keluhan nyeri pinggang bawah sangatlah kompleks. Janda (1983)
membagi dua fungsi otot rangka, tipe I atau jenis tonik adalah otot yang memiliki fungsi
utama mempertahankan sikap, tipe II atau jenis fasik adalah otot yang berfungsi gerak
cepat kuat. Kelainan otot tipe I cenderung tegang dan memendek sedang otot tipe II
cenderung lemah dan lembek.
Gejala yang terjadi pada penderita nyeri pinggang bawah akibat joint block adalah
- Nyeri
- Spasme otot tulang belakang thoracolumbal
- Keterbatasan gerakan punggung

Intervensi Fisioterapi
Sebelum tindakan fisioterapi pada kondisi nyeri pinggang bawah maka langkah-langkah yang
harus dilakukan adalah

1. Pengumpulan data penderita secara objektif (anamnesis) :


- Identitas penderita
- Hal-hal lain yang berkaitan dengan keluhan
- Riwayat perjalanan penyakit

2. Pemeriksaan :
- Inspeksi statis dan dinamis

3. Pemeriksaan fungsi dasar :


- Gerakan aktif tulang belakang
- Gerakan pasif tulang belakang
- Gerakan isometrik tulang belakang melawan tahanan

4. Pemeriksaan spesifik:

- Tes Naffziger : Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan meningkat,
hal ini menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, sehingga timbul nyeri radikuler.
Tes ini (+) pada Spondilosis.

- Tes Laseque :Tes ini untuk meregangkan N. Ischiadicus dan radiks-radiksnya. Hasil (+) bila
penderita merasa nyeri sepanjang N.Ischiadicus.

- Tes Valsava :Penderita disuruh menutup mulut dan hidung kemudian meniup sekuatnya.
Hasil (+) pada Spondilosis.

- Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes
laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.

5. Problematik Fisioterapi
- Nyeri daerah pinggang dan bokong
- Keterbatasan gerak punggung
- Gangguan aktivitas sehari-hari

6. Program Fisioterapi
a. Tujuan Umum :
- Memelihara dan meningkatkan kemampuan fungsional penderita seoptimal mungkin.
b. Tujuan Khusus :
- Mengurangi/menghilangkan nyeri
- Menormalkan gerakan tulang belakang
- Memperbaiki sikap tubuh
- Memulihkan aktivitas kegiatan sehari-hari

7. Pengobatan Fisioterapi
a. High frequency current ( HFC CFM)
Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27MHz dan panjang gelombang 11,06 m,
dapat memberikan efek lokal antara lain :
- Mempercepat resolusi inflamasi kronik
- Mengurangi nyeri
- Mengurangi spasme
- Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous
b. Traksi Mekanik
Traksi merupakan proses mekanik menarik tulang sehingga sendi saling menjauh. Efek
mekanis traksi pada tulang belakang adalah :
- Mengulur otot-otot paravertebralis, ligamen dan kapsul sendi
- Peregangan terhadap diskus intervertebralis
- Peregangan dan penambahan gerakan sendi apofisial pada prosesus artikularis.
- Mengurangi nyeri sehingga efek relaksasi akan lebih mudah diperoleh
c. Bugnet Exercises
Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan berdasarkan kesanggupan
dan kecenderungan manusia untuk mempertahankan sikap badan melawan kekuatan dari luar.
Kemampuan mempertahankan sikap tubuh melibatkan aktivitas sensomotorik dan mekanisme
refleks sikap. Aktivitas motorik terapi ini bersifat umum yang diikuti oleh fungsi sensorik
untuk bereaksi mempertahankan sikap tubuh. Tujuan terapi ini:
- Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan gerakan tubuh
- Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan
- Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fisik dan psikis sehingga tidak
mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi darah dan pernafasan.
- Mengurangi nyeri

HERNIA NUKLEUS PULPOSU

S
Pengertian
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah
bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu
kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP
merupakan rupturnya nukleus pulposus.
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga
langsung ke kanalis vertebralis.

Patofisiologi
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus
menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di
anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma *jatuh, kecelakaan, dan
stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan
gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan
maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah
medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong
terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus
menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan
dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya
ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan
terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak
akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior.
Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami
lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.

Proses degeneratif

Kehilangan protein polisakarida

Kandungan air menurun

Trauma Stress Okupasi

HNP

Nukleus Pulposus Terdorong

Ujung saraf spinal tertekan

Perubahan sensasi Nyeri Penurunan Kerja reflek

Gangguan Mobilitas Fisik

Manifestasi Klinis
Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau lumbal.
Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau kronik) dan
pengaruh pada struktur disekitarnya. Nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang
(kambuh).

Pemeriksaan Diagnostik
1. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang
2. M R I : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit
spinal lumbal.
3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada M R
I
4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang
terkena.

Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah
defisit neurologik.
Macam :
a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus
intervertebral
b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada
kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis,
mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan
radiks
c. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
d. Disektomi dengan peleburan.
2. Immobilisasi
Immobilisasi dengan mengeluarkan kolor servikal, traksi, atau brace.
3. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan
beban.
4. Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jika
perlu kortikosteroid.

Nyeri Leher dan Punggung

Nyeri pada leher dan punggung dapat timbul pada semua kelompok usia, tetapi penyebabnya
berbeda beda. Pada kelompok usia muda, penyebabnya lebih cenderung akibat penyakit pada
jaringan ikat seperti Reiter's syndrome atau ankylosing spondylitis yang bermanifestasi
sebagai nyeri punggung dan nyeri sendi sakroiliaka. Pada kelompok usia pertengahan,
penyebab nyeri leher umumnya bersumber dari myofascial pain syndrome dan nyeri
posttraumatic. Sedangkan penyebab nyeri punggung pada kelompok ini sering berupa hernia
dari diskus intervertebralis. Pada kelompok usia lanjut, penyebab tersering dari nyeri leher
dan punggung dapat berupa PSD, fraktur osteoporotik, ataupun spinal stenosis.

Penyakit sendi degeneratif (PSD) umumnya mengenai sendi facet. Pada keadaan ini, nyeri
sering tercetuskan oleh gerakan ekstensi dan rotasi dari tulang spinal. Gerakan fleksi akan
mengurangi keluhan nyeri. Terapi dari PSD spinal terdiri dari pemberian NSAID, latihan
memperkuat otot punggung, dan instruksi mengenai pola pergerakan sendi spinal untuk
mencegah timbulnya keluhan nyeri. Suntikan langsung pada sendi facet kadang diperlukan
untuk kasus yang ekstrim. Pada keadaan degenerasi yang berat dimana telah terjadi
spondylolisthesis, diperlukan program latihan seperti isometric flexion strengthening exercise
dan kemungkinan diperlukan ortosis lumbosakral.

Fraktur osteoporotik merupakan kejadian akhir dari suatu proses osteoporosis. Fraktur ini
sering mengenai tulang vertebra thoracalis ataupun lumbalis. Nyeri sendi umumnya
berkurang pada saat fraktur mulai sembuh dan memerlukan waktu beberapa bulan. Fraktur ini
sering menyebabkan deformitas berupa kifosis. Jika tidak dijumpai defisit neurologis, maka
penanganan fraktur kompresi akut ini adalah pada periode istirahat yang singkat, pemberian
analgesik, dan penderita dianjurkan untuk segera kembali ke aktivitas bila kondisi klinis
memungkinkan. Posisi seperti fleksi harus dicegah. Pemakaian back brace tidak selalu dapat
ditolerir oleh usia lanjut dengan fraktur kompresi.

Spinal stenosis tidak jarang dijumpai pada kelompok usia lanjut dan umumnya timbul pada
daerah vertebra cervicalis serta lumbalis. Stenosis juga dapat timbul pada area intervertebra
foramina, yaitu daerah dimana nervus spinalis keluar dari canalis vertebralis. Stenosis yang
terjadi setinggi vertebra cervicalis dapat menyebabkan myelopati atau kerusakan spinal cord.
Kondisi ini akan memberikan tanda-tanda lower motor neuron pada setinggi daerah lesi dan
gambaran upper motor neuron pada daerah di bawah lesi. Penderita sering mengeluh rasa
kebas, semutan, dan kelemahan, terutama pada lengan atas dan tangan. Pada kasus yang lebih
berat, dapat dijumpai spastisitas, hiperefleksia, dan timbulnya refleks patologis, terutama
pada ekstremitas bawah. Diagnosa dapat dilakukan dengan elektromiografi dan dikonfirmasi
dengan myelogram, CT, ataupun MRI. Terapi bersifat konservatif dengan cervical collar,
NSAID, dan latihan fisik ringan. Bila keluhan penderita sedemikian menganggu aktivitas
harian maka tindakan dekompresi secara operatif harus dilakukan.

Gambaran klinis dari stenosis vertebra lumbalis sering berupa klaudikasio neurogenik
(pseudoclaudicatio). Dalam klinik, perlu dibedakan klaudikasio murni akibat terganggunya
aliran darah arterial ke tungkai dengan claudicatio neurogenik. Pada klaudikasio murni, nyeri
tungkai dapat diprediksikan setelah suatu interval pergerakan tungkai. Simtom dari
pseudoclaudicatio lebih bervariasi dan umumnya nyeri timbul bila dilakukan ekstensi
punggung dan saat berdiri (tidak hanya berjalan). Simtom tidak muncul saat olah raga dalam
posisi sendi spinal dalam keadaan fleksi (seperti posisi bersepeda ataupun berjalan dengan
membungkuk ke depan). Gambaran inilah yang sering membedakannya dengan klaudikasio
murni, di mana nyeri akan berkurang saat istirahat dan tidak tergantung pada posisi sendi
spinal.

Stenosis spina lumbalis sering diterapi dengan program latihan fleksi pada lumbal pemakaian
korset, ataupun dengan sepatu shock-absorbing. Pada beberapa kasus mungkin diperlukan
operasi dekompresi.

Spinal stenosis pada area foramina intervertebralis (lateral stenosis) akan memberikan
gambaran radikulopati sesuai dengan nervus spinalis yang terkena. Terapi umumnya bersifat
konservatif dengan NSAID, injeksi kortikosteroid epidural, nerve root sleeve,
ataupun pemberian oral. Tindakan operatif berupa dekompresi kadang diperlukan dalam
beberapa kasus10. Pada kasus dimana lateral stenosis disertai dengan hernia nukleus
pulposus, terapi secara operatif jauh lebih berhasil dibanding konservatif11.

Selain beberapa kondisi yang disebut di atas, kelompok usia lanjut juga cenderung menderita
nyeri leher dan punggung yang disebabkan oleh metastasis karsinoma, nyeri leher akibat
rheumatoid arthritis, dan nyeri posttraumatik. Pada kelompok usia muda, ligamentum flavum
di bagian posterior dari canalis spinalis bersifat fleksibel dan elastis, tetapi di saat usia
bertambah lanjut elastisitasnya akan berkurang. Akibatnya, suatu gerakan hiperekstensi
seperti pada gerakan whiplash (fleksi-ekstensi) pada kecelakaan kenderaan bermotor akan
menyebabkan trauma pada spinal cord sehingga menyebabkan nyeri leher.
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Penyakit apa saja yang dapat menimbulkan sakit pinggang?


- Spondylitis ankylosa
- HNP
- Spondylosis
- Radikulopati lumbal  iritasi saraf di punggang karena adanya kerusakan di diskus
intervertebralis.
- Lumbago (fibrositis lumbal akut)  nyeri hebat dan mendadak
- Osteoporosis
- Penyakit ginjal (batu ginjal, radang ginjal)
- Canal stenosis  mirip HNP
- Tumor intraspinal bagian lumbal
- Myophasial pain
- Osteofibrosis
- Skoliosis lumbal
- Osteomyelitis vertebralis
- Fibromyalgia
- Pancreatitis akut/ kronik
- Penyakit prostat (Ca, infeksi)
- Spondylitis Tb

Nyeri pinggang: - Lumbosakral

- Sacral iliaka
2. Pertanyaan apalagi ayang harus diajukan kepada pasien untuk melengkapi anamnesis?
- Identitas : -nama
- pekerjaan
-status kawin

- RPS : - morning sickness  curiga osteoarthritis

- sifat nyeri  tajam atau tumpul

- kegiatan yang memperberat  batuk/kerja berat

- disalah satu sisi atau keduanya?

- onset  pagi atau sore

- nyeri menetap atau menjalar  bila diluar vertebra, biasanya rasa nyeri menjalar
- timbul mendadak/ progressif

- posisi timbulnya nyeri  berdiri/ duduk?

- factor yang memperingan nyeri  pada keadaan apa?

- ad nyeri tekan?

- ada stress atau tidak?

- RPD :
- ada trauma?
- pernah menderita TBC atau tidak?
- pernah melakukan operasi atau tidak?  ginjal, untuk hilangkan DD sakit ginjal
- menderita keganasan atau tidak?
- ada gangguan menstruasi atau tidak  wanita
- ada gangguan libido atau tidak?  lakilaki
- ada riwayat demam?
- ada gangguan miksi?  curiga ada masalah dengan prostat

- Riwayat kebiasaan:
- pekerjaan?
- sering angkat beban berat apa tidak?

1. Dimanakah diperkirakan lokasi gangguan pasien tersebut? (anatominya?)

- Terjadi didaerah lumbosakral ( pada saat manusia berdiri, tekanan pada lumbal paling
besar)  sakroiliaka (saat duduk, tekanan paling tinggi)

- Pada diskus intervertebralis

- DD/ L5-S1  menopang berat badan  dialurkan ke ekstremitas

- L4-L5  yang paling sering terkena

2. Adakah relevansi pekerjaan pasien dengan keluhan yang dideritanya? Bila ada, jelaskan
relevansinya! Bila tidak ada, sebutkan alasannya!

- Terdapat relevansi antara pekerjaan dan keluhan yang diderita.

- Relevansi terkait:

- posisi duduk yang lama


- dari segi ergonomic  mempengaruhi penyesuaian posisi, dapat terjadi keluhan
contohnya bila meja terlalu rendah  badan menjadi bunguk  tekanan intradiskus
meningkat sekitar 30 %  terjadi trauma berulang  annulus fibrosus robek

- masa jabatan yang lama (bertahun-tahun)  frekuensi duduk meningkat

Pertanyaan:

1. Jelaskan proses patofisiologi terjepitnya saraf pada HNP!


Degenerative  annulus fibrosus robek ( bisa karena trauma dan tekanan juga)  HNP
ujung saraf spinal tertekan  nyeri (ganggu aktivitas fisik)
- L4-L5  penyangga Bb, mobilitas tinggi
- Posterolateral  runcing kebawah. Bagian lateral tidak ada ligamen
2. Selain pemeriksaan fisik neurologis tersebut diatas, pemeriksan fisik neurologis apa lagi yang
dapat dilakukan pada pasien dengan keluhan nyeri pinggang bawah?
- Valsava test : tahan napas, jika nyeri menjalar ke tungkai  HNP + (valsava test +)
- Laseque: (N: > 70˚), <70˚  sakit, da iritasi plexus lumbosakral atau rangsang
meningeal.
- Kernig : (N: >135˚), < 135˚  + , unilateral pada HNP, bilateral pada meningitis
- Tendon Achilles menurun : L5-S1
- Patella menurun : L3-L4
- Pada pasien ini: - pemeriksaan neurologis : laseque: iritasi plexus lumbosakralis
Kernig : HNP
- reflex fisiologis: LMN

- tes modifikasi bragard ???  posisi: laseque, dorsiflexi max  nyeri sepanjang tungkai :
HNP

- test naffzider (+, spondylosis)  tekan v.jugularis  tekanan LCS eningkat __> tekanan
radix positif  nyeri radikuler

- pasien disuruh mengejan

3. Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologis, diagnose kerja apa yang
dipikirkan?
- HNP

4. Apa beda HNP dengan kanal stenosis?

- Kanalis stenosis: nyeri khas, neurogenic claudication


- HNP: kesemutan, usia muda (pada usia lanjut diskus intervertebralis sudah mengeras),
robeknya annulus fibrosus
5. Keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien tersebut, dapat digolongkan dalam bentuk nyeri..
nyeri fisiologis

clinical nociceptive somatik

neuro pathy viseral

perifer
sentral

psikiatri
- Neuropathy perifer

6. Pemeriksaan penunjang apa yang diperlukan?


MRI
7. Rencana terapi yang akan diberikan pada pasien ini?
- Medikamentosa: acitaminofen, NSAID, muscle relaxant (bila terjadi spasme otot
berlebihan, karena spasme otot adalah mekanisme pertahanan tubuh)
- Nonmedikamentosa: traksi lumbal (tidak bersifat pengobatan, hanya sementara), edukasi
posisi badan, diathermy ultrasound (US) stimulation, bila dengan langkah-langkah diatas
tidak bisa juga, maka lakukan operasi  laminektomy
- Pada LBP penting untuk tau apakah termasuk mechanical atau non mechanical, lau tanda-
tanda red flek atau yellow flek agar tahu tindakan lanjutnya apakah merupakan kasus
yang darurat dan harus dirujuk ke bedah saraf atau tidak

Identitas

Nama : Tn. A

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pekerjaan : manajer

Alamat :-

Anamnesis tambahan
- Faktor pencetus ?
- Pekerjaan pasien ? apakah sering mengangkat benda berat ?
- Apakah nyeri tersebut bersifat lokal atau menyebar ke tungkai ?
- Apakah dirasakan kesemutan/kebas pada tungkai ?
- Bagaimana hubungannya dengan gerakan, istirahat ?
- Apakah ada posisi tertentu yang dapat meredakan nyeri pasien tersebut ?

Hasil pemeriksaan fisik

Walaupun pekerjaan pasien hanya duduk saja (tidak pernah melakukan pekerjaan berat,
seperti mengangkat benda-benda berat), namun duduk itu sendiri akan menambah tekanan
intradisk 30%, sehingga dengan pekerjaan pasien yang hanya duduk saja (apalagi dengan
posisi duduk yang tidak ergonomic) selama berjam-jam untuk setiap harinya dan hal tersebut
berlangsung untuk bertahun-tahun, tentunya merupakan trauma berulang-ulang pada diskus
intervetebralis, sehingga akan menyebabkan robeknya anulus fibrosus.

Setelah dilakukan anamnesis lebih lengkap dan dilakukan pemeriksaan fisik neurologis,
mengarahkan diagnosis kerja kepada HNP lumbal (Hernia Nukleus Pulposus).

Dari keluhan pasien saja, kita biasanya sudah dapat membedakan apakah pasien ini
mengalami HNP atau Canal Stenosis.

HNP :

-Biasanya terjadi pada usia lebih muda.

-Terjadi karena pecahnya anulus fibrosus

-Keluhan pasien biasanya terjadi bila bangkit dari tempat duduk (dimana pada saat
duduk pasien tidak merasakan nyeri).

-Nyeri menjalar ketungkai.

Kanal stenosis :
-Biasanya terjadi pada usia lebih tua

-Terjadi karena pecahnya anulus fibrosus disertai dengan penebalan pada ligamentum
flavum

-Keluhan pasien biasanya terjadi bila berjalan agak jauh, maka dirasakan (salah satu
atau kedua) tungkainya kebas/kesemutan yang hebat sehingga memaksa pasien untuk
mencari tempat duduk untuk meredakan keluhannya tersebut.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan :


-X-ray vertebra lumbalis AP/Lateral

-EMG (ELEKTROMYOGRAFI) untuk melihat adanya radiculopathy.

-MRI (Magnetic Resonance Imaging) lumbal

-MSCT (dengan kontras)

Rencana terapi :
-Medikamentosa : -Antinyeri (Gol. NSAID maupun untuk Neuropathic Pain)
-Pelemas otot

-Fisioterapi

-Informasi dan edukasi untuk tidak melakukan gerakan-gerakan atau postur tubuh
yang dapat menyebabkan beban besar di pinggang, seperti jangan membungkuk,
mengangkat benda-benda berat, pada saat berdiri posisi tubuh harus tegak, tidak boleh
bungkuk. Posisi duduk yang ergonomic.

-Bila tidak membantu, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan ‘pain therapy’ dengan
PRF (pulse radio frequency)

-Tindakan terakhir, bila semuanya tidak menolong, adalah dilakukan operasi (minimal
invasive) dengan teknik endoscopy (untuk kasus HNP yang murni); microdisectomy.

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam

Ad fungsionam: dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Diagnosis dini dan pengobatan tepat prognosis sangat baik.

BAB V

KESIMPULAN

Nyeri pinggang bawah merupakan salah satu penyakit yang dapat menurunkan
produktivitas manusia karena dapat menghilangkan jam kerja seseorang. Diperlukan
penanganan oleh dokter dan fisioterapis, agar keluhan nyeri pinggang bawah ini dapat diatasi
dengan baik.
Pengobatan fisioterapi nyeri pinggang bawah akibat joint block yang ideal adalah :
HFC 27 MHz, traksi mekanik dan exercise therapy berupa latihan bugnet serta pemberian
petunjuk tentang sikap dan posisi yang baik saat beraktifitas maupun saat istirahat seperti
duduk, baring dan berdiri.
Untuk mencegah terulangnya trauma, kembalinya keluhan semula dan makin beratnya
keluhan, penderita harus memperhatikan sikap dan posisi tubuh yang baik pada saat
beraktifitas sehari-hari, seperti berbaring, duduk, berdiri, meraih dan mengangkat benda serta
kegiatan olah raga.

BAB VI

SARAN

Sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada di belakang serta bokong
menyentuh belakang kursi. Seluruh lengkung tulang belakang harus terdapat selama duduk.
Caranya, duduklah di ujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. Setelah
itu, tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh sebisa mungkin. Tahan untuk beberapa detik
kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 10 derajat). Posisi duduk seperti
inilah yang terbaik. Duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul
(gunakan penyangga kaki bila perlu) dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang.
Jaga agar kedua kaki tidak menggantung. Hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari
20-30 menit.

Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi atau meja, jaga bahu tetap rileks. Bila
duduk dengan kursi beroda dan berputar, jangan memutarkan pinggang selama duduk,
sebaiknya putarkan seluruh tubuh. Bila berdiri dari posisi duduk, usahakan berdiri dengan
meluruskan kedua tungkai. Hindari membungkukkan badan ke depan pinggang, segera
luruskan punggung dengan melakukan 10 kali gerakan membungkukkan badan selama
berdiri.

Selain tindakan pencegahan tersebut di atas, yang terpenting adalah perlu adanya program
kegiatan olahraga senam untuk mengurangi maupun mencegah nyeri pinggang bawah pada
setiap pekerja sebelum memulai hari kerjanya. Di samping itu, hal penting lain yang tidak
boleh dilupakan adalah desain kursi yang ergonomis. Perusahaan LA Times mengurangi
kerugian jutaan dollar AS akibat nyeri pinggang bawah, leher, bahu, dan pergelangan tangan
di antara pekerjaan sebesar 50 persen, dengan memperbaiki sistem ergonomi (antara lain
desain kursi yang sesuai dan sikap duduk) dan sering istirahat.

BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

1.Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth

edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC, 2002

2. Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000.

3. Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 1998.


4. Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni

Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996.

5. Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian

Rakyat, 1996.

6. Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta :

Gajahmada University Press, 1993

7. Cailliet R. Soft Tissue Pain and Disability, Philadelphia: FA Davis Co, 1977.

8. Fienneson BE. Low Back Pain, 1980.

9. Gfrive GP. Mobilisation of the spine, 4th ed , New York: Churchill Livingstone,

1984.

10. Hoppenfield S. Physical Examination of the Spine and Extremity. New York:

Appleton Century Croft., 1976.

11. Kisner C. Therapuetic Exercises Foundation and Techniques. 2nd ed,

Philadelphia: FA Davis 1987.

12. Sugijanto. Manual Terapi pada Keluhan Nyeri Pinggang Non Spesifik.

TITAFI VIII, Bandung, 1990

Anda mungkin juga menyukai