Anda di halaman 1dari 4

TRI ADJI PRASETYA WIBOWO

1710611069
HUKUM LINGKUNGAN LOKAL AA

TUGAS INDIVIDU 1 HUKUM LINGKUNGAN

Kerangka Hukum Positif yang mengatur Masalah Perlindungan Lingkungan:

1. Mengapa melindungi dan mengelola lingkungan perlu di atur oleh hukum nasional,
berikan alasan/pengertian dasarnya dari para ahli dan sebutkan alasan dari menurut
pribadi?

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan di negara Indonesia perlu diatur dalam


instrumen-instrumen hukum dalam hukum nasional. Tujuannya, jelas untuk memberikan
tanggung jawab kepada manusia dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan yang
kian hari kian rusak oleh pembangunan-pembangunan yang dilakukan tanpa memikirkan
dampak terhadap lingkungan.
Saat ini selalu menjadi perdebatan antara perlunya pembangunan di satu sisi dan
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup di sisi yang lain. Memang tanpa
pembangunan kelangsungan hidup umat manusia akan terganggu tapi kalau lingkungan
hidup juga rusak maka akan lebih mengganggu lagi bagi umat manusia. Sehingga yang
penting sekarang ini adalah teruslah untuk membangun tetapi tanpa harus merusak
lingkungan. Pembangunan di sini adalah pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan
berkelanjutan harus diletakan sebagai kebutuhan dan aspirasi manusia kini dan masa depan.
Karena itu hak-hak asasi manusia seperti hak-hak ekonomi, sosial, budaya dan hak atas
pembangunan dapat membantu memperjelas arah dan orientasi perumusan konsep
pembangunan yang berkelanjutan. Secara lebih konkrit tidak bisa di sangkal bahwa hak
manusia atas lingkungan hidup yang sehat dan baik menjadi kebutuhan mendesak sebagai
bagian dari hak asasi manusia. Hak atas pembangunan tidak akan lepas dari ketentuan
bahwa proses pembangunan haruslah memajukan martabat manusia, dan tujuan
pembangunan adalah demi kemajuan yang terus menerus secara berkelanjutan untuk
mensejahterakan manusia secara adil dan merata. Dalam konteks Indonesia, hakikat
pembangunan menurut Emil Salim adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Pembangunan yang sedang dilakukan di banyak negara telah menghasilkan
berbagai kemajuan di berbagai bidang, baik di bidang teknologi, produksi, manajemen, dan
informasi yang kesemuannya ini telah meningkatkan kualitas hidup manusia. Namun
prestasi yang begitu tinggi tersebut telah diiringi tekanan-tekanan yang amat dahsyat pada
kemampuan daya dukung lingkungan hidup. Pertumbuhan industri di banyak negara telah
menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan, baik di darat, air maupun udara yang
mengakibatkan timbulnya berbagai macam petaka lingkungan, sepeti hujan asam, suhu
bumi yang semakin panas akibat efek rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global,
berbagai macam penyakit seperti sesak nafas, kanker, paru-paru, penyakit kulit, dan lain-
lain.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan lingkungan tersebut perlu di cari jalan
penyelesaiannya. Salah satunya perlu diusahakan agar hukum lingkungan perlu diciptakan
dan ditegakan. Menurut istilah bahasa pengertian hukum lingkungan dalam bahasa asing
adalah dalam bahasa Belanda (Milleurecht), bahasa Inggris (Environmental Law), bahasa
Jerman (Umweltrecht), bahasa Prancis (Droit del ‘environment), bahasa Malaysia (Hukum
Alam Seputar/Sekeliling), bahasa Tagalog (batas nan Kapaligiran), bahasa Thailand (Sin-
ved-lom kwalahm), bahasa Arab (Qanun Al-Bi’ah). Pengertian hukum lingkungan tidak
hanya meliputi lingkungan fisik saja akan tetapi masalah lingkungan berkaitan pula dengan
gejala sosial, seperti pertumbuhan penduduk, migrasi, dan tingkah laku sosial dalam
memproduksi, mengkonsumsi dan rekreasi. Menurut Danusaputro (1981:39) hukum
lingkungan adalah hukum yang mendasari penyelenggaraan perlindungan dan tata
pengelolaan serta peningkatan ketahanan lingkungan. Jadi tujuan diciptakannya hukum
lingkungan adalah agar lingkungan tetap terjaga walaupun terus di ekploitasi oleh manusia
dan hukum lingkungan itu tidak hanya meliputi lingkungan fisik saja tetapi berkatan
dengan hal-hal lainnya.
Lalu setelah gagasan mengenai hukum lingkungan di sepakati oleh berbagai pihak,
maka di negara Indonesia khususnya, perlulah sesegera mungkin membuat payung hukum
nasional untuk melindungi dan mengelola lingkungan. Maka dari itu, diilhami dari
konferensi Stockholm mengenai pengelolaan lingkungan hidup, Pada tanggal 11 Maret
1982, Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1982 yang disingkat UULH, menjadi landasan
yuridis pengelolaan lingkungan hidup, berdasarkan asas–asas dan prinsip–prinsip hukum
lingkungan hasil kesepakatan Deklarasi Stockholm pada tahun 1972.
Lebih kurang 14 tahun UU No. 4 Tahun 1982 yang mengatur, pengelolaan
lingkungan hidup, sangat disadari oleh Pemerintah RI untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan, pada tanggal 19 September 1997
telah diberlakukan Undang–Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Sebagai dasar hukum pengelolaan lingkungan hidup UU No. 23 Tahun 1997
mengharapkan dapat membawa keberhasilan pembangunan berkelanjutan berwawasan di
Indonesia pada semua sektor, khusus pada sektor ekonomi yang begerak di bidang
lingkungan, diharapkan peraturan pelaksanaannya baik yang sudah ada maupun yang akan
ada dapat mendukung dan mengacu kepada UU No. 23 Tahun 1997. Maka sasaran
pengelolaan lingkungan hidup menurut pasal 4 UUPLH No. 23 Tahun 1997 yang
menyatakan:
1) Tercapai keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan
lingkungan hidup;
2) Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang
memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;
3) Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
4) Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup;
5) Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;
6) Terlindunginya negara kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha
dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Adanya peraturan perundang-undangan mengenai Hukum Lingkungan dalam
hukum nasional kita, menjadikan negara kita ikut berkomitmen dalam penegakan
hukum yang berkaitan dengan lingkungan. Upaya-upaya konkrit oleh hukum untuk
menciptakan keserasian lingkungan harus kelihatan melalui fungsinya, menurut N.H.T.
Siahaan (2002 :379) adalah sebagai berikut :
1) Sebagai landasan interaksional terhadap lingkungan (basic to environment
interactive).
2) Sebagai sarana control atas setiap interaksi terhadap lingkungan ( a tool of
control);
3) Sebagai sarana ketertiban interaksional manusia dengan manusia lain, dalam
kaitannya dengan kehidupan lingkungan ( a tool of social order);
4) Sebagai sarana pembaharuan ( a tool of social engineering) menuju lingkungan
yang serasi, menurut arah yang dicita-citakan (agent of changes).

Instrumen hukum melalui fungsi-fungsinya itu akan menjadi pedoman bagi


prinsip yang dapat diterapkan berupa pembangunan berwawasan lingkungan.

Pendapat pribadi mengenai alasan perlunya hukum nasional mengatur dan


mengelola lingkungan hidup:

Menurut opini penulis, perlunya dibuat hukum nasional untuk mengatur dan
mengelola persoalan lingkungan hidup, merupakan hal yang memang harus dilakukan dan
sangat vital kehadirannya. Instrumen hukum jelas sangat diperlukan untuk menjaga
lingkungan Indonesia dan melakukan pembangunan-pembangunan yang berlandaskan
ramah lingkungan atau yang lebih familiar didengar yaitu pembangunan berkelanjutan
(sustainable development).
Lebih lanjut, kehadiran hukum nasional dapat memberikan pedoman dan juga
landasan hukum dalam fungsi penegakan dan mengatur segala bentuk pelanggaran dan
perusakan alam yang dilakukan manusia. Walaupun begitu, saat ini penegakan hukum
lingkungan di Indonesia begitu suram. Betapa banyak kerusakan lingkungan yang terjadi
dengan jumlah penjahat lingkungan yang semakin merajalela tetapi tindakan hukum
terhadap mereka tidak dilakukan secara optimal. Sebenarnya hal ini tidak harus terjadi
kalau hukum lingkungan benar-benar ditegakan. Mewujudkan supremasi hukum melalui
upaya penegakan hukum serta konsisten akan memberikan landasan kuat bagi
terselenggaranya pembangunan, baik di bidang ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan
keamanan. Namun dalam kenyataan untuk mewujudkan supremasi hukum tersebut masih
memerlukan proses dan waktu agar supremasi hukum dapat benar-benar memberikan
implikasi yang menyeluruh terhadap perbaikan pembangunan nasional.
Jadi, sangat penting bagi negara kita untuk selalu memperbaiki dan merevisi
landasan-landasan yuridis dalam hukum nasional yang berkaitan dengan lingkungan, agar
dapat selalu terjaga dan lestari tanpa adanya pencemaran dan kerusakan lingkungan.
2. Sebutkan perbedaan-perbedaan dari Peraturan Perundang-Undangan di Bidang
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Antara UU No. 4 tahun 1982 dengan UU No. 23
tahun 1997!

Anda mungkin juga menyukai