CRS Serumen Prop
CRS Serumen Prop
PENDAHULUAN
BAB II
1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. M
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Perum Griya Mayang, Kota Jambi
Agama : Islam
Pekerjaan :
Pendidikan : S1
Masuk RS : 17 Februari 2018
II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan Utama
Riwayat Pengobatan
2
Belum pernah berobat sebelumnya
3
Pernapasan : 20 x/ menit
Suhu : 36,2 °C
Nadi : 68 x/menit
TD : 120/80 mmHg
Anemia : -/-
Sianosis : -/-
Stridor inspirasi : -/-
Retraksi suprasternal :-
Retraksi interkostal : -/-
Retraksi epigastrial : -/-
a) Telinga
4
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis Sulit dinilai -
Retraksi Sulit dinilai -
Bulging Sulit dinilai -
Atropi Sulit di nilai -
Perforasi Sulit dinilai -
Bula Sulit dinilai -
Sekret Sulit dinilai -
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
b) Hidung
5
Meatus nasi media Sekret(-) Sekret (-)
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -
Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
Kavum nasi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Selaput lendir Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Koana Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Septum nasi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Konka superior Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Adenoid Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Massa tumor Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Fossa rossenmuller Tidak diperiksa Tidak diperiksa
c) Mulut
Hasil
Selaput lendir mulut Dbn
Bibir Sianosis (-) raghade (-), sudur bibir (N), gerakan bibir (N)
Lidah Atropi papil (-),aptae (-),tumor (-), parese(-)
Gigi Karies (-)
Kelenjar ludah Dbn
d) Faring
Hasil
Bentuk normal, terletak ditengah, permukaan
Uvula
rata. Edema(-), hiperemis (-)
Palatum mole hiperemis (-)
Palatum durum Hiperemis (-)
Plika anterior Hiperemis (-)
Tonsil Dekstra : tonsil T1, hiperemis(-) permukaan
rata, kripta melebar (-) detritus (-)
6
Sinistra : tonsil T1, hiperemis (-), permukaan
rata, kripta melebar (-), detritus (-)
Plika posterior Hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)
e) Laringoskopi indirect
Hasil
Pangkal lidah Tidak diperiksa
Epiglottis Tidak diperiksa
Sinus piriformis Tidak diperiksa
Aritenoid Tidak diperiksa
Sulcus aritenoid Tidak diperiksa
Corda vocalis Tidak diperiksa
Massa Tidak diperiksa
Kanan Kiri
Regio I Dbn Dbn
Regio II Dbn Dbn
Regio III Dbn Dbn
Regio IV Dbn Dbn
Regio V Dbn Dbn
Regio VI Dbn Dbn
area Parotis Dbn Dbn
7
Area postauricula Dbn Dbn
Area occipital Dbn Dbn
Area supraclavicula Dbn Dbn
V. PEMERIKSAAN AUDIOLOGI
VII. DIAGNOSIS
Serumen Prop Aurikular dextra
VIII. PENATALAKSANAAN
- Irigasi liang telinga
8
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
9
Gambar 1. Anatomi telinga
1. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya
terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira ± 2,5 - 3cm.2
10
liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan dari pada bagian
tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5 – 1 mm, terdiri dari
lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan merekat dengan
perikondrium. Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya
terdiri dari 4 lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan
tanduk.2
Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih
tipis, tebalnya kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat
dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar
dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani.2
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah
otot intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis
superior dan m. aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun
telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat
rudimenter, tetapi pada beberapa orang tertentu ada yang masih
mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun telinganya keatas dan
kebawah dengan menggerakan otot-otot ini. Otot intrinsik terdiri dari m.
helisis mayor, m. helisis minor, m. tragikus, m.antitragus, m. obligus
aurkularis, dan m.transpersus aurikularis. Otot-otot ini berhubungan
bagian-bagian daun telinga.2
Perdarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari
cabang temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis
eksternal.
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi
oleh cabang aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu
cabang dari arteri auricular posterior mendarahi permukaan posterior
telinga. Banyak dijumpai anastomosis diantara cabang-cabang dari arteri
ini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan
permukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular dalam
arteri maksilaris interna.
11
Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam umumnya
bermuara kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi,
beberapa vena telinga mengalir kedalam vena temporalis superficial dan
vena aurikularis posterior.
Sistem limfatik
Kelenjar limfa regio tragus dan bagian anterior dari auricula
mengalir ke kelenjar parotid, sementara bagian posterior auricular
mengalir ke kelenjar retroauricular. Regio lobulus mengalir kelenjar
cervicalis superior. 5
Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara
saraf-saraf kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian
ketiga saraf trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral
permukaan telinga, dinding anterior dan superior liang telinga dan segmen
depan membrana timpani.Permukaan posteromedial daun telinga dan
lobulus dipersarafin oleh pleksus servikal nervus aurikularis mayor.
Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), nervus glossofaringeus
(N.IX) dan nervus vagus (N.X) menyebar ke daerah konka dan cabang-
cabang saraf ini menyarafi dinding posterior dan inferior liang telinga dan
segmen posterior dan inferior membrana timpani. 5
2. Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan bangunan berbentuk kubus yang terdiri dari: 2
Membran timpani; yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna
kelabu mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari
arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang
telinga.
12
Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut
pars flaccida (membrane Sharpnell) dimana lapisan luarnya
merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan
dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa
merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi
ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan
sedikit serat elastin.
Tulang pendengaran; yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes.
Tulang pendengaran ini dalam telinga tengah saling
berhubungan.
Tuba eustachius; yang menghubungkan rongga telinga tengah
dengan nasofaring.
3. Telinga Dalam
13
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap
dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang
koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah
dan skala media (duktuskoklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala
timpani berisi perilimfa sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar
skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner Membrane)
sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini
terletak organ corti yang mengandung organel-organel penting untuk
mekanisme saraf perifer pendengaran. Pada skala media terdapat bagian
yang berbentuk lidah yang diebut membran tektoria, dan pada membran
basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut
luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.2
14
Gambar 3. Fisiologi pendengaran
15
daerah ini. Serumen, atau kotoran telinga, biasanya dikeluarkan dari saluran
telinga oleh mekanisme pembersihan diri yang dibantu oleh gerakan rahang
sewaktu mengunyah. Serumen harus dibedakan dengan pengelupasan kulit yang
biasanya terdapat pada orang tua, maupun dengan kolesteatosis atau keratosis
obturans. 2,6
Serumen diketahui memiliki fungsi proteksi yaitu sebagai sarana
pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membrana
timpani. Serumen mengikat kotoran, menyebarkan aroma yang tidak disenangi
serangga sehingga serangga enggan masuk ke liag telinga. 2 Serumen juga
berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan
pembentukan fisura pada epidermis. Efek bakterisidal serumen berasal dari
komponen asam lemak, lisozim dan immunoglobulin. 5
16
Penggunaan alat bantu dengar
Ada dua tipe dasar, basah dan kering. Ras Kaukasia memiliki
probabilitas lebih dari 80% untuk menghasilkan kotoran telinga yang
basah, lengket, dan berwarna madu, yang dapat berubah warna menjadi
gelap bila terpapar. Ras kulit hitam bahkan lebih besar predisposisinya
terhadap tipe ini. 5
Pada ras Mongoloid termasuk Indian Amerika, lebih sering
ditemukan fenotip yang kering, bersisik seperti “beras”. Kedua varian
tersebut tidak jelas hubungannya dengan kondisi-kondisi radang pada
telinga luar. Serumen cenderung lebih kering pada orangtua. 5
3.2.4 Patofisiologi
3.2.5 Gejala
17
Terutama bila telinga masuk air (sewaktu mandi atau berenang), serumen
mengembang sehingga menimbulkan rasa tertekan dan gangguan
pendengaran semakin dirasakan sangat mengganggu. Beberapa pasien
mengeluhkan adanya nyeri telinga, gatal, vertigo atau tinitus.2,8,9
3.2.6 Diagnosis
Pada pemeriksaan dengan otoskopi dapat terlihat adanya
obstruksi liang telinga oleh material berwarna kuning kecoklatan atau
kehitaman. Konsistensi dari serumen dapat bervariasi. Evaluasi adanya
perforasi membran timpani dan riwayat fraktur tulang temporal
atau pembedahan telinga.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan antara lain dengan garpu
tuli konduktif. 3
Tes Rinne
Cara pemeriksaan tes Rinne adalah dengan menggetarkan penala,
tangkainya diletakkan di prosesus mastoid, setelah tidak terdengar
penala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. bila masih terdengar
disebut Rinne positif (+), sedangkan bila tidak terdengar disebut Rinne
negatif (-).
Tes Weber
Tes weber dilakukan dengan meletakkan tangkai penala yang telah
digetarkan pada garis tengah kepala (di vertex, dahi, pangkal hidung,
di tengah-tengah gigi seri atau di dagu). Apabila bunyi penala
terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi
kea rah telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga
mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.
Tes Schwabach
Tes schwabach dilakukan dengan menggetarkan penala, kemudian
tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa
18
yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar
disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar,
pemeriksaan dilakukan dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan
pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih
dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien
dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut dengan
Schwabach sama dengan pemeriksa.
Hasil tes penala:
3.2.7 Tatalaksana
19
larutan yang terkontaminasi ke telinga tengah dan dapat menyebabkan
otitis media. Semprotan air yang terlalu keras ke arah membran timpani
yang atrofi dapat menyebabkan perforasi. Liang telinga dapat di irigasi
dengan alat suntik atau dengan yang lebih mudah dengan botol irigasi
yang diberi tekanan. Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga
ke atas dan kebelakang. Dengan pandangan langsung, arus air diarahkan
sepanjang dinding superior liang telinga, sehingga arus yang kembali akan
mendorong serumen dari belakang. Air yang keluar di tampung dalam
bengkok yang dipegang erat di bawah telinga. Alat-alat yang dibutuhkan
antara lain, Alat Spooling atau Spuit 20 cc, Kom berisi air hangat kuku
secukupnya, Bak Bengkok untuk menampung kotoran telinga, Handuk
sebagai alas pelindung , Sarung tangan disposable, pelilit kapas, kapas
secukupnya, Otoscope.1,7
20
BAB IV
ANALISIS KASUS
21
Keluhan telinga terasa penuh ini bisa disebabkan oleh adanya
gumpalan serumen pada liang telinga. Berdasarkan teori, gejala
serumen prop anatara lain rasa penuh dengan penurunan pendengaran
(tuli konduktif). Beberapa pasien mengeluhkan adanya nyeri telinga,
gatal, vertigo atau tinnitus.
Pasien sering membersihkan telinganya dengan cotton bud.
Cotton bud justru dapat mendorong serumen lebih ke dalam sehingga
dapat menutup membrana timpani.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah irigasi liang telinga.
Secara teori, Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong ke dalam
liang telinga sehingga dikuatirkan menimbulkan trauma pada
membrane timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan
mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya sesuai dengan suhu
tubuh. Sebelum melakukan irigasi telinga, harus dipastikan tidak ada
22
(riwayat) perforasi pada membrane timpani. Liang telinga dapat di
irigasi dengan alat suntik atau dengan yang lebih mudah dengan botol
irigasi yang diberi tekanan. Liang telinga diluruskan dengan menarik
daun telinga ke atas dan kebelakang. Dengan pandangan langsung,
arus air diarahkan sepanjang dinding superior liang telinga, sehingga
arus yang kembali akan mendorong serumen dari belakang. Air yang
keluar di tampung dalam pasu/bengkok yang dipegang erat di bawah
telinga.
Setelah dilakukan irigasi liang telinga, membrane timpani pada
pasien di cek kembali. Hasilnya adalah membran timpani dalam
keadaan utuh dan dalam batas normal (hiperemis (-), retraksi (-),
bulging (-), atrofi (-), sekret (-), bula (-) )
Membran timpani harus dicek setelah serumen dibersihkan. Hal
ini untuk melihat apakah ada otitis media, yang ditandai dengan
adanya kelainan pada membran timpani, misalnya membran timpani
tampak hiperemis, edem,bulging atau adanya perforasi membran
timpani yang menyebabkan gangguan di telinga tengah.
Pada pasien di edukasi agar tidak mengorek telinga dengan cotton bud.
Karena cotton bud justru semakin mendorong kotoran telinga ke arah
dalam liang telinga.
Secara teori, serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat
migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membran timpani menuju
ke luar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.
23
BAB V
KESIMPULAN
24
Terutama bila telinga masuk air (sewaktu mandi atau berenang), serumen
mengembang sehingga menimbulkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran
semakin dirasakan sangat mengganggu. Beberapa pasien mengeluhkan adanya
nyeri telinga, gatal, vertigo atau tinitus.
Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang
lembik, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen
yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Apabila dengan cara ini
serumen tidak dapat di keluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu
dengan tetes karbolgliserin 10% selama 3 hari. Serumen yang sudah terlalu jauh
terdorong ke dalam liang telinga sehingga dikuatirkan menimbulkan trauma pada
membrane timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan mengalirkan
(irigasi) air hangat yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ballenger JJ, Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher,
Jilid 2, Edisi 13, Alih Bahasa : Staf Ahli Bagian THT RSCM-FKUI.
Jakarta: Binapura Aksara.1997.
2. Soepardi.E.A, N.Iskandar, J.Bashiruddin, R.D.Restuti. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Vol VI(6).
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011.
3. Probst R. Grevers G. Iro H. Cerumen and Cerumen Impaction in Basic
Otorhinolaryngology. German; Thieme. 2006
4. Guest J.F. M.J. Greener A.C. Robinson A.F. Smith. Impacted cerumen:
composition, production, epidemiology and management. QJM: An
International Journal of Medicine, Volume 97, Issue 8, 1 August 2004,
Pages 477–488,
5. Adams, George, Boies, Lawrence, Higler, Peter. BOIES Buku Ajar
Penyakit THT. Edisi VI. Jakarta : EGC. 2013
25
6. Armstrong, Carrie. Diagnosis and Management of Cerumen Impaction.
American Academy of Otolaryngology–Head and Neck Surgery.
2009 Nov 1;80(9):1011-1013
7. Schwartz Seth R, MD, MPH et all. Clinical Practice Guideline (Update):
Earwax (Cerumen Impaction). American Academy of
Otolaryngology—Head and Neck Surgery. 2017, Vol. 156(1S) S1–S29
8. Dr. Waseem Qadir, Dr. Omar Shafi et all. Epidemiology, Clinical
Characteristics, and Magnitude of Economic Burden of Ear Wax in
Kashmir. European Journal of Pharmaceutical and Medical Research.
ejpmr, 2016,3(9), 282-286.
9. Adegbiji Waheed Atilade, Alabi Biodun Sulyman,et all. Earwax
Impaction: Symptoms, Predisposing Factors and Perception among
Nigerians. J Family Med Prim Care. 2014 Oct-Dec; 3(4): 379–382.
26