Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelenjar seruminosa terdapat di dinding superior dan bagian tulang rawan


liang telinga. Sekresinya bercampur dengan sekret berminyak kelenjar sebasea
dari bagian atas folikel rambut, membentuk substansi yang kompleks yaitu
serumen. Serumen membentuk lapisan pada kulit liang telinga, bergabung dengan
lapisan keratin yang bermigrasi untuk membuat lapisan pelindung pada
permukaan yang tampaknya mempunyai sifat antibakteri. Terdapat perbedaan
besar dalam jumlah dan kecepatan migrasi serumen. Pada beberapa orang
mempunyai jumlah serumen sedikit, sedangkan lainnya cenderung terbentuk
massa serumen yang secara periodik menyumbat liang telinga. Dalam keadaan
normal serumen terdapat di sepertiga luar luar liang telinga karena kelenjar
sebasea dan kelenjar seruminosa hanya ditemukan di daerah ini. Konsistensinya
biasanya lunak, tetapi kadang-kadang kering. 1 Serumen dapat keluar sendiri dari
liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membran timpani
menuju ke luar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah. 2
Bila tidak dibersihkan dan menumpuk maka akan menimbulkan
sumbatan pada kanalis akustikus eksternus. Keadaan ini disebut serumen
obsturans (serumen yang menutupi kanalis akustikus eksternus). Sumbatan
serumen kemudian menimbulkan gejala berupa penurunan fungsi pendengaran,
menyebabkan rasa tertekan/ penuh pada telinga, vertigo, dan tinnitus. 3,4

BAB II

1
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Nn. M
 Umur : 28 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Perum Griya Mayang, Kota Jambi
 Agama : Islam
 Pekerjaan :
 Pendidikan : S1
 Masuk RS : 17 Februari 2018
II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)

 Keluhan Utama

Telinga kanan terasa penuh

 Riwayat Perjalanan Penyakit

Nn. M datang dengan keluhan telinga kanan terasa penuh sejak 2


hari yang lalu. Keluhan terjadi secara bertahap dan menetap. Riwayat
mengorek telinga dengan cotton buds (+). Keluhan lain seperti demam,
kepala terasa berputar, telinga terasa berdenging, terasa nyeri, terasa
gatal, atau keluar cairan dari telinga disangkal. Riwayat trauma dan
telinga tertampar sebelumnya disangkal. Keluhan pada hidung seperti
sering terasa tersumbat, sering keluar ingus, sering bersin-bersin, sering
terasa nyeri pada sekitar wajah atau kepala, perdarahan dari hidung, atau
tidak bisa mencium disangkal, serta keluhan pada tenggorok seperti
nyeri tenggorok, nyeri menelan, sulit menelan, terasa banyak dahak atau
terasa ada yang mengganjal di tenggorok, suara serak, atau sering batuk
disangkal.

 Riwayat Pengobatan

2
Belum pernah berobat sebelumnya

 Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat penyakit dengan keluhan serupa (-)

 Riwayat keluar cairan dari telinga (-)

 Riwayat penyakit alergi (-)

 Riwayat Penyakit Keluarga


 Di keluarga tidak ada riwayat penyakit alergi

III. HAL-HAL PENTING

TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING


Gatal :-/- Rinore : -/- Sukar Menelan : - Suara parau : -
Dikorek :+/- Buntu : -/- Sakit Menelan : - Afonia :-
Nyeri :-/- Bersin Trismus :- Sesak napas : -
Bengkak :-/- * Dingin/Lembab : - Ptyalismus :- Rasa sakit :-
Otore :-/- * Debu Rumah :- Rasa Ngganjal : - Rasa ngganjal: -
Tuli :-/- Berbau : -/- Rasa Berlendir : -
Tinitus :-/- Mimisan : -/- Rasa Kering :-
Vertigo :- Nyeri Hidung : -/-
Mual :- Suara sengau : -
Muntah : -

IV. PEMERIKSAAN FISIK


 Kesadaran : compos mentis

3
 Pernapasan : 20 x/ menit
 Suhu : 36,2 °C
 Nadi : 68 x/menit
 TD : 120/80 mmHg
 Anemia : -/-
 Sianosis : -/-
 Stridor inspirasi : -/-
 Retraksi suprasternal :-
 Retraksi interkostal : -/-
 Retraksi epigastrial : -/-

a) Telinga

Daun Telinga Kanan Kiri


Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Nyeri tekan tragus - -
Nyeri tarik aurikula - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen prop Banyak (+) Minimal (+)
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -

4
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis Sulit dinilai -
Retraksi Sulit dinilai -
Bulging Sulit dinilai -
Atropi Sulit di nilai -
Perforasi Sulit dinilai -
Bula Sulit dinilai -
Sekret Sulit dinilai -
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -

b) Hidung

Rinoskopi Anterior Kanan Kiri


Sekret (-), Hiperemis (-), Sekret (-), Hiperemis (-),
Vestibulum nasi
bisul(-), krusta(-) bisul(-), krusta(-)
Sekret (-), hiperemis (-), Sekret (-), hiperemis (-),
Kavum nasi
Edema mukosa (-) Edema mukosa (-)
Selaput lender Dbn Dbn
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Lantai + dasar hidung Dbn Dbn
Hipertrofi (-) hiperemis (-), Hipertrofi (-), hiperemis (-)
Konka inferior
udema (-) ,udema (-)
Meatus nasi inferior Sekret (-) Sekret (-)
Konka media Hiperemis(-), hipertropi(-) Hiperemis(-), hipertropi(-)

5
Meatus nasi media Sekret(-) Sekret (-)
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -
Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
Kavum nasi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Selaput lendir Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Koana Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Septum nasi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Konka superior Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Adenoid Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Massa tumor Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Fossa rossenmuller Tidak diperiksa Tidak diperiksa

c) Mulut

Hasil
Selaput lendir mulut Dbn
Bibir Sianosis (-) raghade (-), sudur bibir (N), gerakan bibir (N)
Lidah Atropi papil (-),aptae (-),tumor (-), parese(-)
Gigi Karies (-)
Kelenjar ludah Dbn

d) Faring

Hasil
Bentuk normal, terletak ditengah, permukaan
Uvula
rata. Edema(-), hiperemis (-)
Palatum mole hiperemis (-)
Palatum durum Hiperemis (-)
Plika anterior Hiperemis (-)
Tonsil Dekstra : tonsil T1, hiperemis(-) permukaan
rata, kripta melebar (-) detritus (-)

6
Sinistra : tonsil T1, hiperemis (-), permukaan
rata, kripta melebar (-), detritus (-)
Plika posterior Hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)

e) Laringoskopi indirect

Hasil
Pangkal lidah Tidak diperiksa
Epiglottis Tidak diperiksa
Sinus piriformis Tidak diperiksa
Aritenoid Tidak diperiksa
Sulcus aritenoid Tidak diperiksa
Corda vocalis Tidak diperiksa
Massa Tidak diperiksa

f) Kelenjar Getah Bening Leher

Kanan Kiri
Regio I Dbn Dbn
Regio II Dbn Dbn
Regio III Dbn Dbn
Regio IV Dbn Dbn
Regio V Dbn Dbn
Regio VI Dbn Dbn
area Parotis Dbn Dbn

7
Area postauricula Dbn Dbn
Area occipital Dbn Dbn
Area supraclavicula Dbn Dbn

V. PEMERIKSAAN AUDIOLOGI

Tes Pendengaran Kanan Kiri


Tes rinne + +
Tes weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Tes schwabach Sama dg pemeriksa/N Sama dg pemeriksa/N

 Kesimpulan : Fungsi Pendengaran dalam batas normal

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan pemeriksaan

VII. DIAGNOSIS
Serumen Prop Aurikular dextra

VIII. PENATALAKSANAAN
- Irigasi liang telinga

Monitoring pasca irigasi dengan menggunakan otoskop

Membrana Timpani Kanan Kiri


Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -

8
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

1. Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan manfaat dari


pengobatan yang diberikan kepada pasien.
2. Memberitahukan kepada pasien untuk tidak lagi mengorek telinga
dengan cotton bud.

IX. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad sanationam : bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Telinga dan Fisiologi Pendengaran


3.1.1 Anatomi Telinga

9
Gambar 1. Anatomi telinga

1. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya
terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira ± 2,5 - 3cm.2

Kulit liang telinga


Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar
serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Kanalis auricularis externus dilapisi oleh kulit yang terikat erat pada tulang
rawan dan tulang yang mendasarinya karena tidak adanya jaringan
subkutan di area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi sangat
peka.2
Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama
dengan lapisan kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel
skuamosa. Kulit liang telinga merupakan lanjutan kulit daun telinga dan
kedalam meluas menjadi lapisan luar membran timpani. Lapisan kulit

10
liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan dari pada bagian
tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5 – 1 mm, terdiri dari
lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan merekat dengan
perikondrium. Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya
terdiri dari 4 lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan
tanduk.2
Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih
tipis, tebalnya kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat
dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar
dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani.2
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah
otot intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis
superior dan m. aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun
telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat
rudimenter, tetapi pada beberapa orang tertentu ada yang masih
mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun telinganya keatas dan
kebawah dengan menggerakan otot-otot ini. Otot intrinsik terdiri dari m.
helisis mayor, m. helisis minor, m. tragikus, m.antitragus, m. obligus
aurkularis, dan m.transpersus aurikularis. Otot-otot ini berhubungan
bagian-bagian daun telinga.2
Perdarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari
cabang temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis
eksternal.
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi
oleh cabang aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu
cabang dari arteri auricular posterior mendarahi permukaan posterior
telinga. Banyak dijumpai anastomosis diantara cabang-cabang dari arteri
ini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan
permukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular dalam
arteri maksilaris interna.

11
Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam umumnya
bermuara kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi,
beberapa vena telinga mengalir kedalam vena temporalis superficial dan
vena aurikularis posterior.
Sistem limfatik
Kelenjar limfa regio tragus dan bagian anterior dari auricula
mengalir ke kelenjar parotid, sementara bagian posterior auricular
mengalir ke kelenjar retroauricular. Regio lobulus mengalir kelenjar
cervicalis superior. 5
Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara
saraf-saraf kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian
ketiga saraf trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral
permukaan telinga, dinding anterior dan superior liang telinga dan segmen
depan membrana timpani.Permukaan posteromedial daun telinga dan
lobulus dipersarafin oleh pleksus servikal nervus aurikularis mayor.
Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), nervus glossofaringeus
(N.IX) dan nervus vagus (N.X) menyebar ke daerah konka dan cabang-
cabang saraf ini menyarafi dinding posterior dan inferior liang telinga dan
segmen posterior dan inferior membrana timpani. 5

2. Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan bangunan berbentuk kubus yang terdiri dari: 2
 Membran timpani; yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna
kelabu mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari
arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang
telinga.

12
Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut
pars flaccida (membrane Sharpnell) dimana lapisan luarnya
merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan
dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa
merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi
ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan
sedikit serat elastin.
 Tulang pendengaran; yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes.
Tulang pendengaran ini dalam telinga tengah saling
berhubungan.
 Tuba eustachius; yang menghubungkan rongga telinga tengah
dengan nasofaring.

3. Telinga Dalam

Gambar 2. Anatomi telinga dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah


lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.
Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, yang berfungsi
menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibule. 2

13
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap
dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang
koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah
dan skala media (duktuskoklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala
timpani berisi perilimfa sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar
skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner Membrane)
sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini
terletak organ corti yang mengandung organel-organel penting untuk
mekanisme saraf perifer pendengaran. Pada skala media terdapat bagian
yang berbentuk lidah yang diebut membran tektoria, dan pada membran
basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut
luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.2

3.1.2 Fisiologi Pendengaran


Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi
oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara
atau tulang koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani
diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang
akan mengamplikasikan melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan daya tingkap lonjong.
Energi getar yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan
menggetarkan tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli
bergerak. Getaran ini diteruskan melalui membrane Reissner yang
mendorong edolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara
membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini proses ini merupakan
rangsang mekanik yang akan menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia
sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga neurotransmitter ke dalam sinapsis yang
akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke
nucleus auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus
temporalis.2

14
Gambar 3. Fisiologi pendengaran

3.2 Serumen Prop


3.2.1 Definisi
Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa,
epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Dalam keadaan normal serumen
terdapat di sepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan di

15
daerah ini. Serumen, atau kotoran telinga, biasanya dikeluarkan dari saluran
telinga oleh mekanisme pembersihan diri yang dibantu oleh gerakan rahang
sewaktu mengunyah. Serumen harus dibedakan dengan pengelupasan kulit yang
biasanya terdapat pada orang tua, maupun dengan kolesteatosis atau keratosis
obturans. 2,6
Serumen diketahui memiliki fungsi proteksi yaitu sebagai sarana
pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membrana
timpani. Serumen mengikat kotoran, menyebarkan aroma yang tidak disenangi
serangga sehingga serangga enggan masuk ke liag telinga. 2 Serumen juga
berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan
pembentukan fisura pada epidermis. Efek bakterisidal serumen berasal dari
komponen asam lemak, lisozim dan immunoglobulin. 5

Gambar 4. Serumen terbentuk di sepertiga luar liang telinga7


3.2.2 Faktor Resiko8,9

Faktor yang menyebabkan serumen terkumpul dan mengeras di liang


telinga, sehingga menyumbat antara lain ialah:
 Kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud
 Serumen terdorong oleh jari tangan atau ujung handuk setelah mandi
 Liang telinga sempit
 Dermatitis kronis liang telinga luar
 Produksi serumen banyak dan kering

16
 Penggunaan alat bantu dengar

3.2.3 Serumen tipe basah dan tipe kering

Ada dua tipe dasar, basah dan kering. Ras Kaukasia memiliki
probabilitas lebih dari 80% untuk menghasilkan kotoran telinga yang
basah, lengket, dan berwarna madu, yang dapat berubah warna menjadi
gelap bila terpapar. Ras kulit hitam bahkan lebih besar predisposisinya
terhadap tipe ini. 5
Pada ras Mongoloid termasuk Indian Amerika, lebih sering
ditemukan fenotip yang kering, bersisik seperti “beras”. Kedua varian
tersebut tidak jelas hubungannya dengan kondisi-kondisi radang pada
telinga luar. Serumen cenderung lebih kering pada orangtua. 5

3.2.4 Patofisiologi

Serumen yang menumpuk dapat menyebabkan impaksi. Impaksi


serumen terbentuk oleh karena gangguan dari mekanisme pembersihan
serumen atau produksi serumen yang berlebih. Sumbatan serumen
umumnya terdiri dari sekresi dari kelenjar serumen yang bercampur
dengan sebum, debris eksfoliatif, dan kontaminan. Pembersihan liang
telinga yang tidak tepat (khususnya dengan kapas telinga) dapat
mengganggu mekanisme pembersihan serumen normal dan mendorong
serumen ke arah membran timpani.2,3
Obstruksi serumen pada liang telinga disebabkan oleh impaksi
atau pembengkakan sumbatan serumen. Keadaan ini sering terjadi
setelah serumen kontak dengan air. Dengan bertambahnya umur, kulit
meatus yang semakin kering dan perubahan dari sekret dapat
menyebabkan serumen menjadi keras dan sulit dikeluarkan.2,3

3.2.5 Gejala

Impaksi/gumpalan serumen yang menumpuk di liang telinga


menyebabkan rasa penuh dengan penurunan pendengaran (tuli konduktif).

17
Terutama bila telinga masuk air (sewaktu mandi atau berenang), serumen
mengembang sehingga menimbulkan rasa tertekan dan gangguan
pendengaran semakin dirasakan sangat mengganggu. Beberapa pasien
mengeluhkan adanya nyeri telinga, gatal, vertigo atau tinitus.2,8,9

3.2.6 Diagnosis
Pada pemeriksaan dengan otoskopi dapat terlihat adanya
obstruksi liang telinga oleh material berwarna kuning kecoklatan atau
kehitaman. Konsistensi dari serumen dapat bervariasi. Evaluasi adanya
perforasi membran timpani dan riwayat fraktur tulang temporal
atau pembedahan telinga.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan antara lain dengan garpu

tala untuk mengevaluasi apakah terdapat gangguan pendengaran berupa

tuli konduktif. 3

 Tes Rinne
Cara pemeriksaan tes Rinne adalah dengan menggetarkan penala,
tangkainya diletakkan di prosesus mastoid, setelah tidak terdengar
penala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. bila masih terdengar
disebut Rinne positif (+), sedangkan bila tidak terdengar disebut Rinne
negatif (-).
 Tes Weber
Tes weber dilakukan dengan meletakkan tangkai penala yang telah
digetarkan pada garis tengah kepala (di vertex, dahi, pangkal hidung,
di tengah-tengah gigi seri atau di dagu). Apabila bunyi penala
terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi
kea rah telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga
mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.
 Tes Schwabach
Tes schwabach dilakukan dengan menggetarkan penala, kemudian
tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa

18
yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar
disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar,
pemeriksaan dilakukan dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan
pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih
dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien
dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut dengan
Schwabach sama dengan pemeriksa.
Hasil tes penala:

Rinne Weber Schwabach Diagnosis

(+) Lateralisasi (-) Sama dengan Normal


pemeriksa

(-) Lateralisasi ke Memanjang Tuli konduktif


telinga yang sakit

(+) Lateralisasi ke Memendek Tuli sensori-neural


telinga yang
sehat

3.2.7 Tatalaksana

Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen


yang lembik, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas.
Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Apabila
dengan cara ini serumen tidak dapat di keluarkan, maka serumen harus
dilunakkan lebih dahulu dengan tetes karbolgliserin 10% selama 3 hari.
Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong ke dalam liang telinga
sehingga dikuatirkan menimbulkan trauma pada membran timpani
sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air
hangat yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh. Sebelum melakukan
irigasi telinga, harus dipastikan tidak ada (riwayat) perforasi pada
2,7
membrane timpani. Perforasi membran memungkinkan masuknya

19
larutan yang terkontaminasi ke telinga tengah dan dapat menyebabkan
otitis media. Semprotan air yang terlalu keras ke arah membran timpani
yang atrofi dapat menyebabkan perforasi. Liang telinga dapat di irigasi
dengan alat suntik atau dengan yang lebih mudah dengan botol irigasi
yang diberi tekanan. Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga
ke atas dan kebelakang. Dengan pandangan langsung, arus air diarahkan
sepanjang dinding superior liang telinga, sehingga arus yang kembali akan
mendorong serumen dari belakang. Air yang keluar di tampung dalam
bengkok yang dipegang erat di bawah telinga. Alat-alat yang dibutuhkan
antara lain, Alat Spooling atau Spuit 20 cc, Kom berisi air hangat kuku
secukupnya, Bak Bengkok untuk menampung kotoran telinga, Handuk
sebagai alas pelindung , Sarung tangan disposable, pelilit kapas, kapas
secukupnya, Otoscope.1,7

Gambar 5 . Irigasi liang telinga

Tabel 1 . Pilihan terapi pada serumen prop6

20
BAB IV
ANALISIS KASUS

 Berdasarkan anamnesis didapatkan Nn. M datang dengan keluhan


telinga kanan terasa penuh sejak 2 hari yang lalu. Keluhan terjadi
secara bertahap dan menetap. Riwayat mengorek telinga dengan cotton
buds (+).Keluhan lain seperti demam, kepala terasa berputar, telinga
terasa berdenging, terasa nyeri, terasa gatal, atau keluar cairan dari
telinga disangkal. Riwayat trauma dan telinga tertampar sebelumnya
disangkal. Keluhan pada hidung seperti sering terasa tersumbat, sering
keluar ingus, sering bersin-bersin, sering terasa nyeri pada sekitar
wajah atau kepala, perdarahan dari hidung, atau tidak bisa mencium
disangkal, serta keluhan pada tenggorok seperti nyeri tenggorok, nyeri
menelan, sulit menelan, terasa banyak dahak atau terasa ada yang
mengganjal di tenggorok, suara serak, atau sering batuk disangkal.

21
Keluhan telinga terasa penuh ini bisa disebabkan oleh adanya
gumpalan serumen pada liang telinga. Berdasarkan teori, gejala
serumen prop anatara lain rasa penuh dengan penurunan pendengaran
(tuli konduktif). Beberapa pasien mengeluhkan adanya nyeri telinga,
gatal, vertigo atau tinnitus.
Pasien sering membersihkan telinganya dengan cotton bud.
Cotton bud justru dapat mendorong serumen lebih ke dalam sehingga
dapat menutup membrana timpani.

 Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum dalam batas normal.


Pada pemeriksaan otoskopi pada telinga kanan ditemukan serumen di
kanalis, sehingga membrana timpani sulit dinilai. Sedangkan liang
telinga kiri normal dengan serumen minimal dan membran timpani
tampak utuh, refleks cahaya membran timpani kiri terlihat di jam 7 .
Dari pemeriksaan garpu tala didapatkan fungsi pendengaran dalam
batas normal.

Hal ini sesuai teori, bahwa pemeriksaan dengan otoskopi dapat


terlihat adanya obstruksi liang telinga oleh material berwarna kuning
kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari serumen dapat bervariasi.

 Kesimpulannya Nn.M didiagnosis dengan serumen prop aurikula


dextra. Hal ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
otoskop.

 Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah irigasi liang telinga.
Secara teori, Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong ke dalam
liang telinga sehingga dikuatirkan menimbulkan trauma pada
membrane timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan
mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya sesuai dengan suhu
tubuh. Sebelum melakukan irigasi telinga, harus dipastikan tidak ada

22
(riwayat) perforasi pada membrane timpani. Liang telinga dapat di
irigasi dengan alat suntik atau dengan yang lebih mudah dengan botol
irigasi yang diberi tekanan. Liang telinga diluruskan dengan menarik
daun telinga ke atas dan kebelakang. Dengan pandangan langsung,
arus air diarahkan sepanjang dinding superior liang telinga, sehingga
arus yang kembali akan mendorong serumen dari belakang. Air yang
keluar di tampung dalam pasu/bengkok yang dipegang erat di bawah
telinga.
Setelah dilakukan irigasi liang telinga, membrane timpani pada
pasien di cek kembali. Hasilnya adalah membran timpani dalam
keadaan utuh dan dalam batas normal (hiperemis (-), retraksi (-),
bulging (-), atrofi (-), sekret (-), bula (-) )
Membran timpani harus dicek setelah serumen dibersihkan. Hal
ini untuk melihat apakah ada otitis media, yang ditandai dengan
adanya kelainan pada membran timpani, misalnya membran timpani
tampak hiperemis, edem,bulging atau adanya perforasi membran
timpani yang menyebabkan gangguan di telinga tengah.
 Pada pasien di edukasi agar tidak mengorek telinga dengan cotton bud.
Karena cotton bud justru semakin mendorong kotoran telinga ke arah
dalam liang telinga.
Secara teori, serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat
migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membran timpani menuju
ke luar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.

 Prognosis pada pasien ini adalah bonam

23
BAB V
KESIMPULAN

Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa,


epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Dalam keadaan normal serumen
terdapat di sepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan di
daerah ini.
Faktor yang menyebabkan serumen terkumpul dan mengeras di liang
telinga, sehingga menyumbat antara lain kebiasaan mengorek telinga dengan
cotton bud, serumen terdorong oleh jari tangan atau ujung handuk setelah mandi,
liang telinga sempit, dermatitis kronis liang telinga luar, produksi serumen banyak
dan kering, penggunaan alat bantu dengar
Impaksi/gumpalan serumen yang menumpuk di liang telinga
menyebabkan rasa penuh dengan penurunan pendengaran (tuli konduktif).

24
Terutama bila telinga masuk air (sewaktu mandi atau berenang), serumen
mengembang sehingga menimbulkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran
semakin dirasakan sangat mengganggu. Beberapa pasien mengeluhkan adanya
nyeri telinga, gatal, vertigo atau tinitus.
Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang
lembik, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen
yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Apabila dengan cara ini
serumen tidak dapat di keluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu
dengan tetes karbolgliserin 10% selama 3 hari. Serumen yang sudah terlalu jauh
terdorong ke dalam liang telinga sehingga dikuatirkan menimbulkan trauma pada
membrane timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan mengalirkan
(irigasi) air hangat yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ballenger JJ, Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher,
Jilid 2, Edisi 13, Alih Bahasa : Staf Ahli Bagian THT RSCM-FKUI.
Jakarta: Binapura Aksara.1997.
2. Soepardi.E.A, N.Iskandar, J.Bashiruddin, R.D.Restuti. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Vol VI(6).
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011.
3. Probst R. Grevers G. Iro H. Cerumen and Cerumen Impaction in Basic
Otorhinolaryngology. German; Thieme. 2006
4. Guest J.F. M.J. Greener A.C. Robinson A.F. Smith. Impacted cerumen:
composition, production, epidemiology and management. QJM: An
International Journal of Medicine, Volume 97, Issue 8, 1 August 2004,
Pages 477–488,
5. Adams, George, Boies, Lawrence, Higler, Peter. BOIES Buku Ajar
Penyakit THT. Edisi VI. Jakarta : EGC. 2013

25
6. Armstrong, Carrie. Diagnosis and Management of Cerumen Impaction.
American Academy of Otolaryngology–Head and Neck Surgery.
2009 Nov 1;80(9):1011-1013
7. Schwartz Seth R, MD, MPH et all. Clinical Practice Guideline (Update):
Earwax (Cerumen Impaction). American Academy of
Otolaryngology—Head and Neck Surgery. 2017, Vol. 156(1S) S1–S29
8. Dr. Waseem Qadir, Dr. Omar Shafi et all. Epidemiology, Clinical
Characteristics, and Magnitude of Economic Burden of Ear Wax in
Kashmir. European Journal of Pharmaceutical and Medical Research.
ejpmr, 2016,3(9), 282-286.
9. Adegbiji Waheed Atilade, Alabi Biodun Sulyman,et all. Earwax
Impaction: Symptoms, Predisposing Factors and Perception among
Nigerians. J Family Med Prim Care. 2014 Oct-Dec; 3(4): 379–382.

26

Anda mungkin juga menyukai