Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TERNAK POTONG DAN KERJA


“PEMOTONGAN KAMBING”

Nisa Purnamasari 23010214060014


Maharani Ajeng P 23010214060020
Yohannes Bosco H W 23010214060027
Helga Savira A 23010214060033

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Kelompok : IVA
Tanggal Pengesahan : Desember 2015

Mengetahui,

Koordinator Umum Asisten Praktikum Asisten Pembimbing


Manajemen Pemotongan Ternak

Mardiyono Qabil Asta Rasyadi


NIM. 23010112140308 NIM. 23010112130296

Menyetujui,

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Manajemen Pemotongan Ternak

Ir. Sularno Dartosukarno


NIP. 19540904 198303 1 003
Nomor Hasil Evaluasi Refensi
1. Pemeriksaan ante mortem
a. Jenis Ternak : kambing a. Jenis ternak yang digunakan adalah a. Menurut Nurmiati (2014) bahwa ternak
kambing sebab tubunhya relatif kecil kambing merupakan ruminansia kecil
sehingga mudah dalam proses yang memiliki kelebihan yaitu tubuhnya
pemotongan dan harga terjangkau. relatif kecil dan harganya ekonomis.

b. Bangsa : Peranakan Etawa b. Kambing yang digunakan adalah b. Menurut Mulyono dan Sarwono (2004)
kambing bangsa Peranakan Etawa bahwa kambing PE memiliki warna
dengan ciri warna bulu hitam dan putih bulu hitam dan putih. Mukarom (2010)
menyatakan bahwa berbadan besar,
kepala tegak garis profil melengkung,
jantan dan betina tanduk mengarah
kebelakang, pada jantan lingkar testis
bisa mencapai 23cm.

c. Asal Ternak : Fakultas c. - c. -


Peternakan Pertanian Universitas
Diponegoro, Semarang

d. Pakan yang diberikan : - d. d.

e. Umur : < 1 tahun e. Umur ternak kambing PE adalah kurang e. Mulyono dan Sarwono (2004)
dari 1 tahun, sebaiknya menggunakan menyatakan bahwa kambing yang baik
ternak kambing yang berumur lebih dari untuk dipotong pada umur 8–24 bulan
2 tahun apabila menggunakan kambing karena dagingnya memiliki keempukan
yang masih berumur kurang dari 1tahun yang tinggi.
pertumbuhannya kurang maksimal
f. Jenis kelamin : Jantan f. Sudah sesuai karena ternak yang baik f. Santosa (2003) menyatakan bahwa
untuk dipotong adalah jenis kelamanin ternak jantan lebih mudah untuk
jantan karena betina dijadikan sebagai digemukkan dari pada ternak betina
indukan untuk meningkatkan populasi namun betina lebih baik untuk indukan
jantan dan mempunyai bobot yang cepat dan jantanlah yang cocok untuk
untuk digemukan. dipotong.
Nomor Hasil Evaluasi Refensi
g. Bobot hidup : 35,94 kg g. Bobot badan kambing jantan PE hanya g. Menurut Purnomoadi (2003) bahwa
35, 94 kg disebab kan oleh faktor umur bobot hidup kambing PE jantan adalah
yang belum mencapai pertumbuhan rata – rata 37 kg
maksimal.
h. Kondisi kesehatan : Sehat dan h. Kondisi kesehatan kambing Peranakan h. Menurut Payne (1993) bahwa ternak
tidak cacat fisik Etawa (PE) yaitu sehat dan tidak terdapat yang akan dipotong harus sehat, tidak
kecacatan pada tubuhnya. cacat fisik.

2. Proses pemotongan
a. Lama Pemuasaan : 12 jam a. Pemuasaan yang dilakukan sudah sesuai a. Menurut Soeparno (1994) menyatakan
yaitu 12 jam sebelum ternak dipotong bahwa salah satu syarat peristirahatan
untuk mendapatkan bobot tubuh kosong. selama 12-18 jam untuk dipuasakan,
memperoleh bobot tubuh kosong.

b. Bobot potong : 34,51 kg b. Bobot potong untuk ternak sudah baik b. Menurut Kuswandi dan Haryanto
karena untuk menghasilkan daging yang (1991) menyatakan bahwa bobot
banyak. potong yang baik untuk kambing
berkisar 18,5-32 kg. Menurut Rianto
et al. (2006) menyatakan bobot potong
kambing berkisar antara 21,20 – 25,98
kg.

c. Alur pemotongan : Penimbangan c. Alur pemotongan ternak sudah sesuai c. Menurut Soeparno (1994) menyatakan
ternak, merebahkan ternak, yaitu dilkukan pemotongan secara islam. bahwa mekanisme urutan pemotongan
penyembelihan, pengeluaran ternak yaitu penyembelihan secara
darah, penggantungan kambing, islam, pengeluaran darah sebanyak-
pengulitan, pengeluaran viscera, banyaknya, pemisahan kepala dari
pemotongan kaki kepala, tubuh, menyiapkan karkas termasuk
penimbangan karkas, pelayuan pengulitan. Pengulitan dilakukan
karkas, pengkarkasan. dengan digantung pada kaki belakang
dan bagian kepala sebelah bawah.
Nomor Hasil Evaluasi Refensi
d. Peralatan pemotongan : Pisau, d. Peralatan yang digunakan sudah sesuai d. Menurut Murtidjo (1990) bahwa
ember, timbangan, cutter, gergaji standar karena untuk memotong ternak peralatan yang digunakan saat
besi, tali. alat yang digunakan tidak boleh berkarat pemotongan menggunakan pisau
agar tidak menyakiti ternak saat tajam dan tidak berkarat agar ternak
dipotong. tidak merasa kesakitan.

e. Lama waktu pemotongan : 42 menit e. Lamanya waktu pemotongan sudah sangat e.Menurut Didik (2010) menyatakan
baik dan cepat ini sangat berpengaruh lama waktu pemotongan ternak
terhadap persentase karkas yang kambing sekitar 64 menit/ ekor terdiri
dihasilkan. dari seluruh produksi untuk
pengeluaran darah secara maksimal.

f. Lama waktu pengeluaran darah : 41 f. Lama pengeluaraan darah sudah sesuai f. Menurut Mettler (1986) menyatakan
detik. dan cepat karena pada ternak dilakukan bahwa jika penyembelihan dilakukan
pengantungan jadi pengeluaraan darah dengan baik pada kedua arteri karotid
dapat keluar secara maksimal dan cepat. maka ternak akan mengeluarkan darah
sebanyak mungkin baik dalam
keadaan digantung ataupun tidak
digantung.

g. Lama waktu pelayuan : 5 jam g. Lama waktu pelayuan kurang sesuai g. Menurut Sunarlim dan Setiyanto (2000)
58menit karena waktu untuk pelayuan minimal menyatakan susut bobot karkas dengan
12jam. pelayuan pada suhu 4oC selama sehari
sebesar 2,90% dan pada suhu kamar
selama 12 jam sebesar 2,42%.

h. Suhu pelayuan : 23º - 39º h. Suhu yang digunakan pada saat pelayuan h. Menurut Hadiwiyoto (1983)
kuarang sesuai dengan waktu yang cepat menyatakan bahwa selama
pada saat pelayuan. penyimpanan karkas dalam waktu
tertentu pada suhu di atas titik beku
(1,5ºC), daging menjadi empuk
kembali, dan hal ini dikenal sebagai
proses pelayuan
Nomor Hasil Evaluasi Refensi
3. Karkas
a. Bobot karkas panas : 16,611 kg a. Bobot karkas panas diperoleh dengan a. Rianto dan Budhiharjo (2004),
(48,13%) cara menimbang ternak sebelum menyatakan bahwa bobot potong
pelayuan, sedangkan karkas dingin berpengaruh terhadap bobot karkas dan
diperoleh setelah pelayuan. Persentase komponen-komponennya. Menurut
karkas diperoleh dengan cara membagi Purbowati et al., (1996) bobot karkas
bobot karkas dengan bobot potong kambing PE pada umur satu tahun
dikalikan 100%. presentase karkas 48,01%

b. Persentase karkas (48,13%) b. Persentase karkas sangat berpengaruh b. Menurut pendapat Sunarlim dan
terhadap bobot potong sehingga semakin Setiyanto (2005) menyatakan bahwa
tinggi bobot potong maka persentase persentase karkas kambing PE berkisar
karkas akan semakin tinggi juga. Dengan 43-44% .
standar presentase karkas berkisar 43-
44%.

c. Bobot karkas dingin : 14,579 kg c. Bobot karkas dingin hasilnya lebih c. Menurut Rianto et al. (2004)
rendah karena sudah mengalami menyatakan bobot karkas dingin pada
penyusutan akibat pelayuan. saat pelayuan karkas kehilangan air
melalui penguapan, sehingga bobot
karkas dingin lebih rendah 0,95% dari
bobot karkas panas.

d. Bobot karkas kanan : 7,425 kg d. Bobot karkas dibagi menjadi dua bagian d. Menurut Rianto et al. (2004)
yaitu bagian sebelah kanan dan sebelah menyatakan bobot karkas kanan
kiri kemudian dipotong sesuai dengan dipisahkan dengan bobot karkas kiri dan
potongan komersial. dipotong-potong berdasarkan potongan
komersial. Bobot daging, tulang dan
lemak karkas diperoleh dengan cara
mengurai daging, tulang dan lemak
karkas dari separuh potongan karkas
sebelah kanan. Lemak diambil di bagian
sekitar daging, ginjal, dan subkutan.
Nomor Hasil Evaluasi Refensi
e. Bobot ginjal : 56 g ( 3,94 %) e. Bobot ginjal dipengaruhi oleh konsumsi e. Menurut Sumardianto et al., (2013)
pakan dengan kandungan energi yang menyatakan bobot pada ginjal di
tinggi oleh ternak. kambing jantan sekitar 1%

f. Bobot lemak ginjal 6 g ( 0,17%) f. Bobot presentase lemak ginjal lebih dari f. Menurut Herman, (2002) presentase non
presentase yaitu 2,11%. karkas lemak ginjal 2,11%.

g. Bobot lemak pelvis : 137 g (3,96%) g. Bobot lemak pelvis diperoleh dari g. Menurut Herman (2002) presentase
presentase 3,96%, presentase ini lemak pelvis 2,11%.
melebihi dari standar yaitu 2,11%.

4. Non-karkas
a. Bobot darah : 2344,57 g (4,58%) a. Presentase bobot darah yang didapat a. Menurut Lestrasi et al., (2010)
melebihi presentase normal darah komponon non karkas presentase
kambing yaitu 3,54%. darah yaitu 3,54%. Hutama (2014)
menyatakan bahwa persentase normal
non karkas kambing untuk darah yaitu
8,24 %.

b. Bobot kulit : 3240 g (69,56%) b. Bobot kulit yang didapat kurang baik b. Menurut Rahman (2014) menyatakan
Lemak di kulit : 20 g (0,057%) karena kurang dari stndrad untuk bahwa bobot kulit untuk kambing
Daging yg menempel : 200 g kambing Etawa bobot kulit stndar yaitu Etawa yaitu 10,57 g dengan presentase
(0,57%) 7,7%. 7,7%.
c. Bobot ekor : 50 g (0,14 %) c. Presentase bobot ekor kambing belum c. Menurut Hutama (2014) menyatakan
sesuai dengan standar yaitu 0,26%. bahwa persentase normal non karkas
kambing untuk ekor yaitu 0,26 % .
Nomor Hasil Evaluasi Refensi
d. Bobot kepala : 5120 g (14,24%) d. Presentase kepala yang didapat sudah d. Tobing et al. (2004), bahwa kepala dan
- Kulit kepala : 450 (1,30%) baik yaitu 14,24% karena kepala kaki merupakan komponen yang
- Otak : - merupakan pertumbhan yang besar dalam mengalami pertumbuhan yang besar
- Tulang kepala + tanduk : 850 awal kehidupan pada awal kehidupan, tetapi mengalami
(2,46%) penurunan pertumbuhan pada akhir
- Daging / lemak : 250/300 (0,72 kehidupan. Menurut Muyasroh (2007)
% / 0,86 %) menyatakan bahwa preentase untuk
kepala kambing adalah 7,6%.
- Mata : 0,0045 (1,30 %)
- Telinga : 0,235 (6,80%)
- Lidah : 0,075 (2,17 %)
e. Bobot kaki : 1250 g (3,62%) e. Presentase bobot kaki lebih tinggi e. Menurut Rinto, 2013 presentase kaki
- Kaki depan kanan : 300 g (0,86 %) dibandingakan refenensi. Bobot kaki sekitar 2,22%
- Kaki depan kiri : 350 g (1,01) dipengaruhi komponen yang ada didalam
- Kaki belakang kanan : 300 g
(0,86 %)
- Kaki belakang kiri :300 g (0,86 %)
f. Diafragma : 105 g (0,30%) f. Presentase diafragma 0,30%. f. –

g. Bobot organ pencernaan g. Bobot organ pencernaan diuaraikan g. Menurut pendapat Suparyanto (2002)
sebagai berikut : menyatakan bahwa persentase non
karkas kambing untuk organ pencernaan
yaitu 10 %. Menurut pendapat Wea
(2013) menyatakan bahwa bobot
saluran pencernaan tergantung pada
pada pertumbuhan ternak, besarnya
konsumsi sebelum ditimbang, waktu
antara pemberian makanan dan
penimbangan pengukuran.
Nomor Hasil Evaluasi Refensi
1. Lambung 1. Berdasarkan praktikum, bobot lambung 1. Menurut Triyantini et al. (2002) bahwa
- Lambung+isi :6175g (17,8%) dan isi adalah 6175 g. Bobot lambung bobot lambung kosong kambing adalah
- Lemak di lambung : 495 g kosong adalah 1065 g. Bobot lambung 1290 g
(1,43) kosong adalah bobot lambung yang
- Lambung+isi tanpa lemak : sudah dikeluarkan isi dari lambung.
5680 g (3, 15)
- Lambung kosong : 1065 g
(3,08)
2. Usus halus 2. Berdasarkan praktikum, bobot usus halus 2. Menurut Triyantini (2002) bahwa bobot
- Usus halus+isi : 1165g (%) dan isi adalah 1165 g. Bobot usus halus total usus kambing adalah 4,68% dari
- Lemak di usus halus : 37 g kosong adalah 560 g. total bobot tubuhnya. Menurut Rianto et
(0,76%) al. (2004) bahwa lemak saluran
- Usus halus+isi tanpa lemak: pencernaan berkisar 15,81-23,08% dari
1090 g (0,84%) total karkas.
- Usus halus kosong : 560 g
(1,62)
3. Usus besar 920 g (2,66 %) 3. Berdasarkan praktikum, bobot usus besar 3. Menurut Kinardi dan Saka (2009) bahwa
- Usus besar+isi : 475g(1,73 %) dengan isi adalah 475 g. Bobot usus besar pada organ viscera perlu dikeluarkan
- Lemak di usus besar : 265 g kosong adalah 160 g. kotorannya.
(0,76%)
- Usus besar+isi tanpa lemak :
290 g (0,84 %)
- Usus besar kosong : 160
(0,26%)
4. Usus buntu 690g (1,99 %) 4. Bobot lemak usus untu tidak diketahui 4. Menururt Frandson (1992) bahwa usus
- Usus buntu+isi : 600g (1,73%) karena pada usus buntu tidak terdapat buntu akan terjadi pencernaan
- Lemak di usus buntu : lemak fermentatif, sehingga akan berpengaruh
- Usus buntu+isi tanpa lemak: terhadap berat organ.
- Usus buntu kosong : 90 (0,26%)
5. Oesophagus 5. Oeshopagus memiliki bobot kosng 39 g. 5.Menurut Subekti (2007) bahwa
- Oesophagus dengan isi : oehopagus merupakan saluran
- Oesophagus kosong : 39 pencernaan.
(0,11%)
Nomor Hasil Evaluasi Refensi
h. Oesophagus kosong panjang organ h. Berdasarkan praktikum, bobot usus buntu h. Menurut Hutama (2014) menyatakan
pencernaan dengan isinya adalah 600 g. Bobot usus bahwa rata rata persentase oesophagus
1. Oesophagus : 18cm buntu lebih berat dibanding usus besar 0,18%, persentase usus halus 1,59 %,
2. Usus halus : 1950 cm dikarenakan pada usus buntu terjadi persentase usus besar 1,62 %.
3. Usus besar : 382 cm fermentasi yang akan membuat bobotnya 1. –
4. Usus buntu: 140 cm lebih berat 2. Menurut Asplund (1994) bahwa
1. Organ oesophagus memiliki panjang panjang usus halus kambing antara
18cm fungsinya untuk menyalurkan 20-40m
pakan menuju ke lambung. 3. Menurut Asplund (1994) panjang
2. Panjang Usus besar belum ideal usus besar kambing 7m
3. Panjang Usus besar belum ideal 4. -
4. -
i. Bobot hati : 595 (1,65%) i. Bobot hati kambing PE mencapai 595 g i. Menurut Koyuncu et al. (2006) bahwa
dengan persentase 1,65% kurang sesaui persentase hati kambing adalah 2,69%.
dengan standar yaitu 2,69%.
j. Bobot pankreas : 50g (0,14%) j. kurang sesuai karena presentase prankreas j. Menurut Hutama (2014) menyatakan
kambing adalah 0,25 % tetapi bobot bahwa rata-rata persentase pankreas
pangkreas pada kambing normal tidak adalah 0,25%.
terlalu besar maupun kecil namun .

k. Bobot limpa : 40g (0,11%) k. Bobot limpa dapat dipengaruhi oleh k. Menurut Hutama (2014) menyatakan
konsumsi yang dicerna oleh ternak tinggi bahwa rata-rata persentase limpa adalah
hal ini bobot limpa termasuk kecil dan 0,23% konsumsi nutrisi yang tinggi
kurang sesaui dengan presntase normal akan menurunkan berat limpa.
yaitu 0,23%.

l.Bobot paru-paru: 340g (0,98%) L. Bobot paru-paru dan trakea tergolong l. Menurut Sembiring et al. (2006)
kecil hal ini dapat dipengaruhi oleh menyatakan bahwa rata-rata persentase
konsumsi nutrisi dan laju pertumbuhan paru paru adalah 1,67% konsumsi
pada kambing dan kurang sesuai dengan nutrisi tinggi akan menurunkan berat
presentase normal paru-paru kambing bobot paru paru dan trakea.
yaitu 1,67%.
Nomor Hasil Evaluasi Refensi
n. Bobot jantung : 95g (0,27%) n. Persentase bobot jantung kecil, karena n. Menurut Rahman (2014) menyatakan
jantung akan berkembang sesuai dengan bahwa rata-rata persetase jantung adalah
berat tubuh dan akan menurun setelah 0,67 %.
mencapai dewasa tubuh dan presentase
jantung kurang sesuai dengan presentase
normal kambing adalah 0,67%.

o. Bobot alat kelamin :240g (0,69%) o. Bobot alat kelamin pada kambing jauh o. Menurut Hutama (2014) menyatakan
dari rata rata persentase normal kambing bahwa rata-rata persentase alat kelamin
yaitu 2,50%, hal ini dapat dipengaruhi kambing adalah 2,50 %.
oleh umur, jenis ternak dan kondisi
makanan yang dikonsumsi
p. Bobot kandung kemih : - p. - p. -
q. Bobot vesica urinaria : 25g q. Bobot vesica urinaria kecil dan jauh dari q. Menurut Hutama (2014) menyatakan
(0,07%) presentase normal dari kambing yaitu bahwa rata-rata persentase vesica
0,19% hal ini dapat dipengaruhi oleh urinaria adalah 0,19%.
jenis ternak dan umur.
5. Persentase potongan komersial karkas Menurut Romans dan Ziegler (1974)
menyatakan bahwa potongan komersial
karkas dari kambing dan domba dibagi
menjadi delapan bagian yaitu paha (leg),
punggung (loin), rusuk (rack), bahu
(shoulder), leher (neck), lengan
(shank),dada (breast) dan lipat paha (flank).
Dari masingmasing potongan komersial
kambing/domba terdiri dari sekumpulan
daging, tulang dan lemak.

a. Neck (karkas kanan) : 493 g a. Potongan Komersial Neck atau potongan a. Menurut Rab (2014) menyatakan bahwa
(6,97%) leher dari karkas nilai neck adalah 5,2%
Tulang : 114 g
Daging : 350 g
Lemak : 29 g
Nomor Hasil Evaluasi Refensi
b. Shoulder (karkas kanan) : 1585 b. Shoulder diperoleh dari bagian rusuk ke b. Menurut Sunarlin dan Setanto (2005)
(22,45%) 5 sampai 6 menyatakan bahwa persentase pada
Tulang : 292 g Shoulder atau daging bahu ternak
Daging : 1085 g
kambing sebesar 14,5 %
Lemak : 208 g
c. Breast ( karkas kanan) : 624 g c. Breast yang diperoleh dari potongan antar c. Menurut Brest (2014) menyatakan
(8,77%) tulang rusuk bahwa nilai presentase breast adalah
Tulang : 135 g 8,7%.
Daging : 334 g
Lemak : 155 g

d. Flank (karkas kanan) : 64 g (0,9%) d. Flank merupakan potongan diperoleh d. Menurut Rab (2014) menyatakan bahwa
Tulang : - dari rusuk ke 11 nilai flank yang diperoleh adalah 8,3%
Daging : 41 g
Lemak : 23 g

e. Rack (karkas kanan) : 609 g e. Rack potongan yang diperoleh dari e. Menurut Reck (2014) menyatakan
(8,63%) bagian depan antara rusuk ke 5 atau 6 bahwa nilai rack adalah 16,43%.
Tulang : 173 g presentase yang dihasilikan kurang
Daging : 324 g sesuai dengan presentase normal yaitu
Lemak : 94 g 16,43%.
f. Loin (karkas kanan) : 679 g (9,5%) f. Loin potongan yang diperoleh dari bagian f. Menurut Salman (2014) menyatakan
Tulang : 150 g dibelakang kaki, presentase yang bahwa nilai loin adalah 3,75%
Daging : 173 g dihasilkan melebihi dari presentase
Lemak : 75 g normal yaitu 3,75%.

g. Fore shank (karkas kanan) : 706 g g. Fore shank yang didapat cukup baik g. Menurut SNI (2008) menyatakan bahwa
(9,96%) dengan ukuran yang standar Fore shank merupakan potongan yang
Tulang : 195 g diperoleh dengan memisahkan pangkal
Daging : 428 g humerus dengan karkas bagian depan.
Lemak : 83 g Menurut Mawarti et al., (2004)
menyatakan persentase pada fore shank
pada kambing sebesar 9,6 %
Nomor Hasil Evaluasi Refensi
h. Leg (karkas kanan) : 2398 g h. Potongan Leg diperoleh dari sepertiga h. Menurut SNI (2008) menyatakan Leg
(33,12%) bagian dari potongan setengah karkas, diperoleh dengan memisahkan karkas paruh
Tulang : 427 g presentase karkas yang dihasilkan belakang dengan loin antara lumbo
Daging : 1661 g melebihi dari presentase normal yaitu sacral terakhir dan flank. Menurut
Lemak : 280 g 12,55%. Salman (2014) menyatakan bahwa nilai
leg adalah 12,55%.
DAFTAR PUSTAKA

Asplund, J.M. 1994. The significance and interpretation ofbalance methods of determening the utiliziation of dietary proteins. In : Principles of
Protein Nutrition of Ruminants.

Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging, dan Telur. Liberty, Yogyakarta.

Herman, R. 2002. Komposisi karkas domba Priangan dan Ekor Gemuk jantan muda yang dipotong pada bobot yang berbeda. Jurnal peternakan
dan lingkumgan 8(2): 49-56.
Hutama, Y.G. 2014. Persentase Karkas dan Komponen Non Karkas Kambing Kacang Jantan Akibat Pemberian Pakan dengan Kadar Protein dan
Energi yang Berbeda. Universitas Diponegoro, Semarang.

Kiranadi, B., Dan I. K. Saka. 2009. Injeksi clenbuterol menurunkan lemak bawah kulit dan meningkatkan bobot karkas kambing
pernakan etawah. Jurnal Veteriner. 10(2): 87-96.

Koyuncu, M., S. Duru, S. Kara Uzun, S. Ozis and E. Tuncel. 2006. Effect of Castration on Growth and Carcass Traits in Hair Goat Kids Under a
Semi-intensive System in the South-Marmara Region of Turkey. University of Uludag. Faculty of Agriculture. Department of Animal
Science. Turkey.

Lestari, S., S. Dartosukarno., Dan I. Puspita. 2005. Edible portion domba lokal jantan yang diberi pakan dedak padi dan rumput gajah. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.

Lestari, S., Y. Hudoyo dan S. Dartosukarno. 2010. Proporsi karkas dan komponen-komponen non karkas sapi jawa dirumah potong hewan
swasta kecamatan ketanggungan kabupaten brebes. Seminar nasional teknologi peternakan dan veteriner. 1-5
Mawarti, S., Warastuti F., dan Agung Purnomoadi. 2004. Pengaruh pemberian ampas tahu terhadap pemotongan komersial karkas domba lokal
jantan. J. Peternakan 29 (3) : 172 – 176
Mukarom. 2010. Ciri-ciri kambing Peranakan Etawa (PE). Purworejo.
Mulyono dan Sarwono. 2004. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Sawadaya, Jakarta.
Murtidjo, B.A., 1995. Memelihara Domba, Kanisius, Yogyakarta.
Nurmiati. 2014. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Pertumbuhan Kambing Kacang Yang Dipelihara Secara Intensif. Fakultas Peternakan.
Universitas Hassanuddin. Skripsi.

Payne, W.J.A. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada Universitas Press, Yogyakarta.

Rab, S. A. 2014. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Bagian Karkas Kualitas Dua Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Intensif. Program
Studi Produksi Ternak Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. (Skripsi).

Rahman, L. 2014. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Persentase Beberapa Bagian Non-Karkas (Offal) Kambing Kacang yang Dipelihara Secara
Intensif. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Rianto, E., E. Lindasari dan E. Purbowati. 2006. Pertumbuhan dan komponen fisik karkas domba ekor tipis jantan yang mendapat dedak padi
dengan aras berbeda. Jurnal Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto. 8(1): 28 – 33

Salman, L. 2014. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Bagian Karkas Kualitas Satu Kambing Kacang Yang Dipelihara Secara Intensif. Program
Studi Produksi Ternak Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. (Skripsi).

Sembiring, I., T.M. Jacob dan Rukia, S. 2006. Pemanfaatan hasil sampingan perkebunan dalam konsetrat terhadap persentase bobot non-karkas
dan income over feed cost kambing kacang selama penggemukan. Jurnal Agribisnis Peternakan. 2(2): 56-61.
Setiyanto, H., Sunarlim, R. 2000. Pelayuan Pada Suhu Kamar Dan Suhu Dingin Terhadap Mutu Daging Dan Susut Bobot Karkas Domba. Balai
Penelitian Ternak. Bogor.

Standar Nasional Indonesia. 2008. Mutu dan Kualitas Daging Kambing/ Domba

Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University, Yogyakarta.
Subekti, E. 2007. Pengaruh jenis kelamin dan bobot potong terhadap kinerja produksi daging domba lokal. J. Ilmu-Ilmu Pertanian. 3(1): 59-66.

Sumardianto, T.A.P., E. Purbowati dan Masykuri. 2013. Karakteristik karkas kambing kacang, kambing peranakan Etawa dan kambing
Kejobong jantan pada umur satu tahun. J. Animal Agriculture 2 (4) : 175 – 182

Sunarlim, R dan H. Setiyanto. 2005. Potongan komersial karkas kambing kacang jantan dan domba lokal terhadap komposisi fisik karkas, sifat
fisik dan nilai gizi daging. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Bogor.
Tobing,M.M.,C.M.S.Lestaridan S.Dartosukarno. 2004. Proporsi karkas dan non karkas domba lokal jantan menggunakan pakan rumput Gajah
dengan berbagai level ampas tahu. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur pemotongan kambing

Kambing Penimbangan Kambing diikat


Kambing
dikeluarkan dari kambing sebelum untuk menunggu
disembelih
kandang proses pemotongan pemotongan

Pemotongan bagian Pengeluaran darah


Pengulitan Kambing digantung
kepala dan kaki hingga maksimal

Pemotongan dan
Pengeluaran organ Penimbangan penguraian
Pelayuan
viscera karkas perbagian
komersial daging
Lampiran 2. Perhitungan persentase karkas

Persentase karkas =

= 48,13%
Lampiran 3. Pemotongan komersil karkas

Bobot potong = 34510 g


Bobot karkas (panas) = 16611 g
Bobot karkas (dingin) = 15011 g
Bobot setengah karkas kanan = 7245 g
Bobot non karkas total =
Bobot karkas koreksi =
Bobot setengah karkas koreksi =

Bobot daging neck koreksi =

= 1,08 358,4
= 387,07

Bobot tulang neck koreksi = ( 114)

= 1,08 116,77
= 126,11
Bobot lemak neck koreksi = ( 29)
= 1,08 29,7
= 32,076
Bobot neck total = 387,07 + 126,11 + 32,076
= 545,256
Lampiran 3. Lanjutan

Bobot Komponen Karkas

Potongan Bobot Total Bobot Daging Tulang Lemak Bobot total


Daging Tulang Lemak
Komersial Kenyataan (koreksi) (koreksi) (koreksi) (koreksi)

--------------------------------------------------------------------------- g --------------------------------------------------------------------------
a. Neck 505 350 114 29 493 348,17 113,40 28,85 490,42
b. Shoulder 1626 1085 292 208 1585 1079,33 290,47 206,91 1576,72
c. Breast 635 334 135 155 624 332,26 134,29 154,19 620,74
d. Flank 66 41 0 23 64 40,79 0,00 22,88 63,67
e. Rack 625 342 173 94 609 340,21 172,10 93,51 605,82
f. Loin 688 454 150 75 679 451,63 149,22 74,61 675,45
g. Fore shank 721 428 195 83 706 425,76 193,98 82,57 702,31
h. Leg 2398 1633 427 280 2340 1624,47 424,77 278,54 2327,77
Total 7264 4667 1486 947 7100 4642,62 1478,24 942,05 7062,91
Sumber. Data Primer Praktikum Budidaya Ternak Potong dan Kerja, 2015
Lampiran 4. Dokumentasi

Lampiran 4. Dokumentasi

Gambar 1. Poel gigi Kambing PE Gambar 2. Perebahan Ternak Gambar 3. Penyembelihan Ternak
Gambar 4. Darah Tertampung Gambar 5. Pengulitan Gambar 6. Viscera Ternak
Gambar 7. Penimbangan Viscera Gambar 8. Penguraian Viscera Gambar 9. Pengikatan bagian-bagian
Gambar 10. Penyobekan viscera Gambar 11. Pembuangan isi Viscera Gambar 12. Pembersihan isi Viscera
Gambar 13. Karkas setelah pelayuan Gambar 14. Pemotongan setengah karkas
Gambar 15. Pemotongan karkas Gambar 16. Pemotongan komersial karkas

Gambar 17. Penimbangan Potongan komersial karkas Gambar 18. Pengambilan lemak di potongan komersial

Anda mungkin juga menyukai