Anda di halaman 1dari 6

PAPER KRITIS 1

Kelompok 8

Ketua : Erawati 092310101045

Anggota : Maulidiyah Megasari 092310101012

Allusia Paradipta 092310101025

Riza Firman S 092310101027

Ivan Syah N 092310101037

SISTEM PELAYANAN GAWAT DARURAT TERPADU


(SPGDT) DAN MANAJEMEN BENCANA

1. Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)

a. Definisi

Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu adalah suatu jejaring sumber daya
yang saling berhubungan untuk memberikan pelayanan gawat darurat dan transportasi
kepada penderita yang mengalami kecelakaan atau penyakit mendadak. Pelayanan
gawat darurat modern dimulai dari tempat kejadian, berlanjut selama proses transportasi
dan disempurnakan di fasilitas kesehatan.

b. Tujuan
1) bagaimana agar korban/ pasien tetap hidup
2) bagaimana menyelamatkan korban sebanyak-banyaknya
3) Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali
dalam masyarakat sebagaimana mestinya
c. Komponen
Pada dasarnya sistem ini dapat dilakukan secara sederhana, dengan
komponen:

 Akses dan komunikasi


 Pelayanan pra rumah sakit ditempat kejadian
 Transportasi ke fasilitas medis

1) Akses dan Komunikasi

Semua upaya yang bertujuan agar penderita memperoleh pertolongan secara


professional secepat mungkin. Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus
meminta bantuan, baik yang umum maupun yang khusus.

2) Pelayanan Pra Rumah Sakit

Pertolongan yang diberikan kepada penderita di tempat kejadian. Hal yang perlu
dilakukan ketika menolong dalam keadaan darurat antara lain: Menilai penderita,
menstabilkan keadaan penderita, Imobilisasi bila diperlukan, transportasi bila perlu, dan
merujuk penderita.

3) Transportasi

Setelah seseorang memperoleh pertolongan di lapangan langkah berikutnya adalah


mengirim penderita tersebut ke fasilitas kesehatan. Cara pengiriman penderita ini dapat
dilakukan dengan pelayanan ambulans.

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan


penanganan gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah sakit, pelayanan di RS dan antar
RS dengan pendekatan lintas program dan multisektoral.. Pelayanan berpedoman pada
respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan
pelayanan oleh masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan
ambulans gadar dan sistem komunikasi.

1. Pra Rumah Sakit, dengan diketahui adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat,
penderita gawat darurat dilaporkan ke pelayanan penderita gawat darurat untuk
mendapatkan pertolongan, dilakukan pertolongan di tempat kejadian oleh anggota
masyarakat awam atau awam khusus (satpam, pramuka, polisi, dan lain-lain),
Pengangkutan penderita gawat darurat untuk pertolongan lanjutan dari tempat
kejadian ke rumah sakit (sistim pelayanan ambulan).

2. Pelayanan Rumah Sakit, melalui pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit,
pertolongan di kamar bedah (jika diperlukan), dan pertolongan di ICU/ICCU

3. Antar Rumah Sakit. Rujukan ke rumah sakit lain (jika diperlukan)

2. Manajemen Bencana

a. Definisi

Bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan


kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari
pihak luar (Depkes RI).

Manajemen bencana (Disaster Management) adalah Adalah seluruh kegiatan


yang meliputi aspek perencanaan penanggulangan bencana pada sebelum, saat dan
sesudah terjadi bencana mencakup tanggap darurat, pemulihan, pencegahan, mitigasi
dan kesiapsiagaan.
b. Tujuan Manajemen bencana
1. Menghindari kerugian pada individu, masyarakat, dan Negara melalui tindakan
sedini mungkin.
2. Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat dan Negara berupa kerugian
yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila bencana terjadi,
serta efektif bila bencana itu telah terjadi.
3. Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang
terkena bencana. Membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana supaya
dapat bertahan hidup.
4. Memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai resiko dari
bencana.
5. Memperbaiki kondisi sehingga individu dan masyarakat dapat mengatasi
permasalahan akibat bencana.

c. Fase Pada Manajemen Bencana

1. Fase Mitigasi

Mitigasi merupakan kegiatan mengurangi resiko dan potensi kerusakan akibat


keadaan darurat. Mitigasi mencakup pendidikan kepada public, tindakan untuk
menyiapkan bencana pada individu, keluarga, dan komunitas.

Mitigasi yang dilakukan adalah dengan pembangunan struktural dan non


struktural di daerah rentan bencana alam. Tindakan mitigasi struktural contohnya
dengan pemasangan sistem informasi peringatan dini tsunami. Mitigasi non struktural
adalah penataan ulang tata ruang area rentan bencana.

2. Fase kesiapsiagaan dan pencegahan (Prevention phase)

Fase kesiapsiagaan adalah fase persiapan yang baik dengan berbagai tindakan
untuk meminamalisir kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan
menyusun perencanaan agara dapat melakukan kegiatan pertolongan serta perawatan
yang efektif saat terjadi bencana. Contohnya pemetaan daerah rawan bencana gempa,
regionalisasi daerah bencana gempa, penetapan daerah yang menjadi wilayah basis
pencapaian lokasi bencana gempa, serta penetapan daerah lokasi evakuasi saat
dilakukan penanganan korban gempa bumi.

3. Fase tindakan (Respon phase)

Fase tindakan merupakan fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang
nyata untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Tujuan dari fase tindakan adalah
mengontrol dampak negatif dari bencana. Aktivitas yang dilakukan: instruksi
pengungsiaan; pencarian dan penyelamatan korban; menjamin keamanan dilokasi
bencana; pengkajian terhadap kerugian akibat bencana; pembagian dan penggunaan alat
perlengkapan pada kondisi darurat; pengiriman dan penyerahan barang material; dan
menyediakan tempat pengungsian.

4. Fase pemulihan

Fase pemulihan merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan


kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti kondisi sebelumnnya. Pada
fase ini orang-orang mulai melakukan perbaikan darurat tempat tinggal, mulai sekolah
atau bekerja, memulihkan lingkungan tempat tinggalnya.

5. Fase Rehabilitasi

Fase Rehabilitasi merupakan fase dimana individu atau masyarakat berusaha


mengembalikan fungsinya seperti sebelum bencana dan merencanakan rehabilitasi
terhadap seluruh komunitas.

d. Peran Perawat dalam Manajemen Bencana


1) Peran perawat dalam fase Pre-impact
a. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam penanggulangan ancaman
bencana
b. Terlibat dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi
bencanakepada masyarakat
c. Terlibat dalam promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat
menghadapi bencana melalui
1. Pertolongan diri sendiri
2. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga
3. Informasi menyimpan, membawa persediaan makanan, dan
penggunaan air
4. Memberi alamat dan nomor telepon darurat
2) Peran perawat dalam fase Impact
a. Bertindak cepat
b. Konsentrasi penuh
c. Bersama pihak terkait merancang revitalizing
3) Peran perawat dalam fase Post-impact
a. Bekerjasama dengan unsur lintas sector menangani masalah kesehatan
masyarakat pasca gawat darurat serta mempercepat pemulihan

Referensi

Depkes RI, 2006.Tanggap Darurat Bencana (Safe Community modul 4).

Dirjen Bina Yanmed Depkes RI.2006. Seri Penanggulangan Penderita Gawat


Darurat (PPGD) / General Emergency Life Support (GELS) : Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Cetakan ketiga.

Efendy, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori


dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Yang paling banyak bekerja : Erawati 092310101045

Yang paling sedikit bekerja : Maulidiyah MS 092310101012

Anda mungkin juga menyukai