Anda di halaman 1dari 30

IMAN KEPADA ALLAH DAN MALAIKAT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Al-Quran sem II

Dosen Pembimbing :

Juli Julaiha Pulungan

Oleh :

Kelompok III

Astri hikmayati Okastina; NIM : 0403161015

Desi Mulyana; NIM : 0403130620


Dwi Zahara; NIM : 0403163050

ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Iman kepada Allah adalah mengakui adanya Allah yang maha pencipta
semua mahkluk, pada hakikatnya iman kepada Allah bagi manusia sudah terjadi
ketika manusia sudah terjadi ketika manusia iyu dilahirkan,
manusiamembutuhkan perlindungan atau pertolongan yang sifatnya mutlak.
Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah dari cahaya, senantiasa
menyembah Allah, tidak pernah mendurhakai perintah Allah serta senantiasa
melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka. Dalam bab ini, kita akan
membahas tentang Iman kepada Allah dan Malaikat. Rukun akidah yang kedua
setelah iman kepada Allah, adalah iman kepada adanya malaikat. Iman kepada
malaikat lebih didahulukan daripada iman kepada nabi dan rasul, hal ini dikaitkan
dengan salah satu fungsi utama malaikat, yaitu sebagai penyampai wahyu Allah
kepada nabi-Nya.
Zat Allah adalah sesuatu yang ghaib, akal manusia tidak mungkin dapat
memilarkan zat Allah, oleh sebab itu mengenai adanya Allah, kita harus puas
dengan apa yang di jelaskan Allah melalui firman-firmannya dan bukti-bukti
berupa adanya alam semesta ini.Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun
Iman. Iman kepada malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat,
walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan bahwa mereka adalah salah satu
makhluk ciptaan Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka
menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tak
seorang pun mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui
jumlahnya.
Walaupun manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah
berkehendak maka malaikat dapat dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi
pada para Nabi dan Rasul. Malaikat selalu menampakan diri dalam wujud laki-
laki kepada para nabi dan rasul. Seperti terjadi kepada Nabi Ibrahim.
B. Rumusan Masalah
1. Ayat-ayat apa saja yang merujuk tentang iman kepada Allah?
2. Ayat-ayat apa saja yang merujuk tentang iman kepada Malaikat?
3. Bagaimana pengenalan terhadap Allah swt?
4. Bagaimana pengenalan terhadap Malaikat?
C. Tujuan makalah
1. Agar mahasiswa/i mengetahui ayat-ayat tentang iman kepada Allah
2. Agar mahasiswa/i mengetahui ayat-ayat tentang iman kepada Malaikat
3. Agar mahasiswa/i mengetahui pengenalan terhadap Allah
4. Agar mahasiswa/i mengetahui pengenalan terhadap Malaikat

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tafsiran Ayat tentang Iman kepada Allah

Al-Baqarah : 163

     


    

163. dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah :
163)

Tafsir Jalalain :

ِ ‫ست َ ِحقّ ِل ْل ِعبَا َد ِة ِم ْن ُك ْم {إلَه َو‬


‫احد} ََل‬ ْ ‫{وإِلَه ُك ْم} ا ْل ُم‬ ْ ‫َونَ َز َل لَ َّما قَالُوا ِص‬
َ ‫ف لَنَا َربّك‬
}‫الر ِحيم‬
َّ ‫{الرحْ َمن‬ َّ ‫{َل إ َله َّإَل ُه َو} ُه َو‬ َ ‫نَ ِظير له َل فِي ذَاته َو ََل ِفي ِصفَاته‬
‫طلَبُوا آ َية على ذلك فنزلت‬ َ ‫َو‬

Tafsir Al-Azhar Juz 2 :

“Dan Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Maha Esa,” (pangkal ayat 163).

Dialah Allah, Tuhan Pencipta. Berdiri sendiri Dia didalam kekuasaan dan
PenciptaanNya, tidak bersekutu Dia dengan yang lain. Mustahil berbilang Tuhan
itu; sebab kalau Dia berbilang, pecahlah kekuasaan. Mustahillah alam yang telah
ada ini diciptakan oleh kekuasaan yang berbilang. Dia adalah Esa dalam sifatNya
sebagai Illah, sebagai Tuhan pencipta. Dan Dia adalah Esa dalam sifatNya sebagai
pemelihara, sebagai Rabb; “ Tidak ada Tuhan melainkan Dia”.1

Apabila telah diakui TunggalnNya dalam penciptaanNya, maka hanya


Dialah yang wajib disembah dan dipuja. Itulah yang bernama Tauhid Rububiyah.
Dan setelah diakui bahwa tunggal Dia dalam pemeliharaanNya atas alam, maka
hany akepadanya sajalah tempat memohon pertolongan.

“Yang Maha Murah lagi Maha Penyayang.” (ujung ayat 163).

1 HAMKA, Tafsir Al-Azhar Juzu’ I (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1982). Hlm.36

2
Yang maha murah arti dari Ar-Rahman; maka Ar-Rahman adalah satu
diantara sifatNya yang berhubungan dengan diriNya sebagai Illah, sebagai Tuhan
Pencipta. Ar-Rahman adalah sifat Tetap pada diriNya. Sehingga untuk kejelasan
sifat tetap ar-rahman itu, sifat ini selalu dimulai dengan memakai Alif-lam (Al).
Ar-rahim ialah sifatNya dalam keadaanNya sebagai Rabb, sebagai Tuhan
pemelihara. Maka membekaslah Ar-Rhim Tuhan pada pemeliharaan.

Inilah pokok pendirian agama. Bila pokok yang pertama ini sudah
dipegang oleh seorang hamba, berarti dia telah memasuki pintu gerbang
kepercayaan. Maka dihmpunkanlah dia ke dalam ucapan syahadat pendek La
Ilaha Illallah (Tidak ada Tuhan melainkan Allah).

Tidak ada Tuhan yang patut aku sembah melainkan Allah. Tidak ada
Tuhan tempat aku meminta tolong melainkan Allah.

Menarik perhatian kita apa pada ayat ini ialah karena terlebih dahulu dia
menerangkan Allah dalam keEsaanNya: “Dan Tuhan kamu adalah Tuhan yang
Maha Esa.” Artinya bahwasanya dalam menciptakan alam ini Dia tidak bersekutu
dengan yang lain; “La Ilaha Illa Huwa”. Tidak ada Tuhan melainkan dia
sendirinya. Sebab itu tidak ada yang layak buat dipuja dan disembah, melainkan
Dia. Kalau Allah yang menciptakan Alam, bukanlah kepada berhala kita meminta
terima kasih.2

“Yang maha Murah lagi maha Penyayang.” Terasalah keMurahannya dan


kasih sayangNya didalalam seluruh alam ini. Satu, tiada berserikat dan pemurah
serta pengasih. Maka ayat ini selain menanamkan rasa Tauhid, adalah pula
menanamkan keindahan alam sekeliling kita. Tuhan Allah bukanlah diakui oleh
akal saja adanya, bahkan juga dirasakan dan diserap dalam bathin, dalam
kehalusan dan keindahahan.

Al-Baqarah : 255

     


     
     
      
    
    
    
     
  

2
HAMKA, Tafsir Al-Azhar Juzu’ I . Hlm.37

3
   
   
 

255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk
dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang
dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-
apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

[161] Kursi dalam ayat ini oleh sebagian mufassirin diartikan dengan ilmu
Allah dan ada pula yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.

Tafsir Jalalain :

}‫اء {ا ْلقَيُّوم‬ ِ َ‫{إَل ُه َو ا ْل َح ّي} الدَّائِم بِا ْلبَق‬


َّ ‫ق فِي ا ْل ُو ُجود‬ ٍّ ّ ‫{َّللا ََل إلَه} أ َ ْي ََل َم ْعبُود بِ َح‬ َّ
‫سنَة} نُ َعاس { َو ََل َن ْوم لَهُ َما فِي‬ ْ
ِ ُ‫{َل تَأ ُخذه‬ َ ‫ير َخ ْلقه‬ ِ ‫ا ْل ُم َبا ِلغ فِي ا ْل ِق َيام ِبت َ ْد ِب‬
‫ش َفع‬ْ َ‫ع ِبيدًا { َم ْن ذَا الَّذِي} أ َ ْي ََل أ َ َحد {ي‬ َ ‫اوات َو َما فِي ْاْل َ ْرض} ُم ْلكًا َو َخ ْلقًا َو‬ َ ‫س َم‬ َّ ‫ال‬
‫{و َما َخ ْلفه ْم} أ َ ْي ِم ْن أ َ ْمر‬ َ ‫ِع ْنده َّإَل بِ ِإ ْذنِ ِه} لَهُ فِي َها {يَ ْعلَم َما بَ ْين أ َ ْيدِيه ْم} أ َ ْي ا ْل َخ ْلق‬
‫ش ْيئ ًا ِم ْن َم ْعلُو َماته‬ َ ‫ون‬ َ ‫ون ِبش َْيءٍّ ِم ْن ِع ْلمه} أَ ْي ََل يَ ْعلَ ُم‬ َ ‫ط‬ ُ ‫{و ََل يُ ِحي‬ َ ‫ال ُّد ْنيَا َو ْاْل ِخ َرة‬
‫اوات‬ َ ‫س َم‬
َّ ‫سيّه ال‬ ِ ‫س َع ك ُْر‬ِ ‫{و‬
َ ‫سل‬ ُ ‫{إَل بِ َما شَا َء} أ َ ْن يُ ْع ِلم ُه ْم بِ ِه ِم ْن َها بِأ َ ْخبَ ِار ال ُّر‬ َّ
َ ‫علَ ْي ِه َما ِل َع‬
‫ظ َمتِ ِه‬ َ ‫شتَ ِمل‬ ْ ‫س ّي نَ ْفسه ُم‬ ِ ‫َو ْاْل َ ْرض} قِي َل أ َ َحا َط ِع ْلمه ِب ِه َما َوقِي َل ا ْلك ُْر‬
‫س ْبعَة أ ُ ْل ِق َيتْ في ترس {وَل‬ َ ‫س ّي َّإَل َكد ََرا ِهم‬ ِ ‫س ْبع فِي ا ْلك ُْر‬ َّ ‫اوات ال‬ َ ‫س َم‬
َّ ‫ث َما ال‬ ِ ‫ِل َحدِي‬
‫{و ُه َو ا ْل َع ِل ّي} فَ ْوق َخ ْلقه ِبا ْلقَه ِْر‬ َ ‫يؤوده} يثقله {حفظهما} أي السماوات َو ْاْل َ ْرض‬
‫{ا ْلعَ ِظيم} الكبير‬

Tafsir Al-Maraghy :

     


 

Tuhan yang Haq dan wajib disembah, hanyalah Allah yang Esa. Allah
adalah tempat berlindung, yang mempunyai kerajaan dunia dan langit;3 maha
hidup; tidak pernah mati; pengatur hamba-hambaNya; pemelihara, pengasuh dan
pemberi rezeki.

3 Ahmad Musthafa Al-Maraghy, Terjemah Tafsir Al-Maraghy Juzu’ 3 (Semarang : Toha putra, 1986). Cet.I

hlm. 19

4
     

Allah tidak pernah tidur dan tidak pernah terserang kantuk. Apabila Allah
mempunyai sifat seperti itu, berarti Allah selalu ada mengatur hamba-hambaNya
disegala waktu, baik siang atau malam.

Penjabaran yang dikemukakan oleh ayat ini sesuai dengan rentetan


kejadian hukum alam. Karenanya, di permulaan di sebutkan nafi (meniadakan)
sifat kantuk; setelah itu, baru disebutkan tidur. Dengan kata lain peniadaan yang
dikemukakan oleh ayat ini adalah secara bertahap, dimulai dari yang paling
lemah, lalu meningkat pada tahapan diatasnya yang lebih kuat.

Kesimpulannya, ayat ini mengukuhkan ayat sebelumnya, atau menetapkan


sifat hidup bagi Allah dalam bentuk yang paling sempurna. Sebab, orang yang
terkena kantuk dan tidur, berarti mengandung banyak kelemahan, yang berartki
fungsi mengatur diri sendiri, lebih-loebih orang lain, akan tampak sangat lemah.

     


 

Setiap yang ada dilangit dan dibumi, bernyawa ataupun tidak, semuanya
adalah milik hamba Allah. Semuanya tunduk terhadap kekuasaanNya dan
Allahlah yang mengatur segala urusan mereka, termasuk yang memelihara
keadaan mereka.4

Pengertian ayat ini adalah pengukuhan untuk kedua kalinya terhadap ayat
pertama yang mengandung arti keberadaan Allah. Sekaligus merupakan hujjah
atas kesendirian Allah. Sebab Allah lah yang menciptakan bumi dan langit serta
isinya.

     


 

Siapakah diantara hamba-hamba Allah yang mampu merubah ketetapan


Allah dan kebijaksanaanNya; undang-undang Allah; seperti disiksanya orang-
orang yang meyakini kebatilan dan orang-orang yang bermoral rendahan, yang
suka menimbulkan berbagai kerusakan dimuka bumi dan menyimpang dari agama
Islam yang benar, semua itu takkan bisa dilakukan kecuali mendapat izin dari
Allah swt.

4 Al-Maraghy, Terjemah Tafsir Al-Maraghy . hlm. 20

5
    
 

Allah maha mengetahui kejadian didunia yang telah mereka tinggalkan,


dan maha mengetahui kejadian-kejadian diakhirat yang sedang mereka nantikan.
Ayat ini juga menguatkan tentang tiadanya syafaatnya. Sebab, Allah Maha
mengetahui setiap hal yang dilakukan hamba-hambanya, baik yang sedang
mereka lakukan atau apa yang bakal terjadi pada diri mereka. Pahala atau siksaan
yang dianugrahkan oleh Allah, tidak lain sudah diketahui oleh Allah. Jadi,
pengertian syafaat sebagaimana kita kenal adalah suatu hal yang mustahil akan
dilakukan Allah swt. Sebab, pengertian syafa’at sebagaimana kita ketahui, tidak
akan terjadi melainkan terlebih dahulu ada permintaan dari pemberi syafa’at yang
memberitahukan kepada yang dimintai syafa’at, mengenai orang yang akan diberi
syafa’at itu.

Mengenai hadits-hadits yang meriwayatkan mengenai syafa’at ditafsirkan


sebagai doa (permohonan), dan Allah akan mengabulkan doa tersebut setelah
diucapkannya, tetapi berdasarkan pengetahuan Allah yang berifat ‘azaliy yang
telah memutuskan bahwa Allah akan mengabulkan doa tersebut. Orang yang
memberi syafa’at sama sekali tidak bisa merubah pengetahuan Allah, dan tidak
bisa mempengaruhi iradah Allah. Dengan demikian tampak jelas keagungan
Allah dan kemurahanNya dimata para sang hamba berdoa kepadaNya. Begitulah
pendapat Ibnu Taimiyyah.

   


     

Sesungguhnya, tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang Allah


ketahui kecuali apabila Allah menghendaki hal tersebut. Masalah syafa’at adalah
tergantung izin Allah dan izin Allah itu tidak akan diketahui kecuali hanya dengan
wahyuNya. Izin Allah itu, pada dasarnya bisa diketahui melalui hukkum-hukum
yang telah ditetapkan oleh Allah didalam Al-Quran.

Seseorang yang sudah jelas akan mendapatkan siksa dari Allah tidak ada
seorangpun yang berani memintakan ampunan agar ia diselamatkan dari siksaan
tersebut. Dan orang yang jelas-jelas berhak mendapatkan ridha Allah, maka ketika
dirinya melakukan kesalahan lantaran terpeleset, dirinya tidak akan berpaling
terus menerus bergelimang dalam perbuatan batil dan dosa. Ia akan tetap
melaksanakan apa yang telah dijanjikan Allah dalam kitabNya dan terus berjalan
sesuai dengan garis yang telah ditetapkan yakni ridha Allah swt.

   


 

6
Pada dasarnya, pengetahuan Allah itu meliputi segala yang dicapai oleh
hamba-hambaNya. Allah pun mengetahui terhadap apa saja yang belum merka
ketahui yang menyangkut masalah makhluknya.

Sebagian mufassir, diantaranya Al-Qaffal dan Zamakhsyari, berpendapat


bahwa pembahasan yang disuguhkan didalam ayat ini menggambarkan keagungan
Allah dan merupakan mitsal bagi kekuasaanNya.5 Pada hakikatnya, yang
dimaksudkan bukanlah kursiy-Nya; bukan pula masalah berdiri atau dudukNya.
Bukan itu yang dikehendaki Allah.

Kesimpulannya, kita percaya bahwa kursiy tersebut, besarnya sama


dengan bumi dan langit tetapi kita tidak perlu menentukan keadaan yang
sebenarnya. Kita juga tidak perlu mengadakan Penyelidikan tentang hakikatnya.
Dalam hal ini, tidak bisa kita menerima pendapat tanpa berdasarkan nash dari
Nabi saw.

   

Dalam memelihara bumi dan langit, sedikitpun Allah tidak merasakan


berat atau masyaqat . dalam ayat ini, tidak disebutkan mengenai isi bumi dan
langit. Tetapi pada hakikatnya sudah termasuk didalam pengertiana ayat ini.
Sebab, dengan memelihara harta keduanya, ini berarti apa saja yang terkandung
didalam nya termasuk dalam pemeliharaan Allah.

  




Allah swt., Maha Luhur dari segala apa yang menyamai dan
menyerupaiNya. Allah maha besar dari segala yang selainNya. Kebesaran
kekuasaan Allah adalah suci, tidak memerlukan siapa saja yang memberitahukan
tentang makhlukNya. Maha Suci Allah, tiada sesuatu yang bisa mendesakNya
agar Allah merubah pendirianNya dalam membalas semua amal perbuatan hamba-
hambaNya.

Tafsir Al-Azhar :

Tuhan telah manakdirkan manusia berselisih dan bertengkar. Tetapi


kitapun telah diberitahu bahwasanya inti jiwa manusia selalu ingin kepada
kebenaran, tidak suka kepada yang mudharat dan suka kepada yang manfaat.

5 Al-Maraghy, Terjemah Tafsir Al-Maraghy. hlm. 23

7
Bertambah dipelajari keadaan manusia, bertambah kita tafakur akan kekuasaan
Tuhan. Niscaya timbullah pertanyaan: Siapa Tuhan? Tuhan itu ialah : ALLAH.
Tidak ada Tuhan melainkan Dia.

Apa arti Tuhan? Tuhan ialah menurut naluri manusia wajib dipuji dipuja,
disembah disanjung. Tuhan ialah kekuasaan tertinggi yang mutlak yang diakui
ADAnya oleh akal manusia yang sehat. Dia tidak dapat ditangkap oleh panca
indra dan tidak kelihatan oleh mata, tetapi akal murni. Manusia mengakui akan
adanya kekuasaan tertinggi itu. Bekas perbuatannya inilah yang membuktikan
bahwa DIA ADA. Bertambah mendalam pengetahuan manusia membuktikan
adanya akal raya, akal agung. Kecil rasanya manusia di hadapan akal yang agung
itu. Sehingga akhirnya ahli filsafat keagamaan sampai kepada kesimpulan akal
(logika) bahwa yang ADA itu ialah ILMU. Maka ilmu adalah salah satu daripada
sifatNya atau namaNya.6

Maka terdapatlah yang diadakannya itu Hidup. Maka timbullah kesan


bahwasannya segala yang hidup ini, baik manusia dengan akalnya atau nabatat
(tumbuh-tumbuhan) dengan kesuburannya, atau hayawanat (binatang-binatang)
dengan nalurinya; semuanya itu hidup, pasti diberi hidup oleh yang sebenar
HIDUP.

Dalam akal mencari-cari itu datanglah tuntunan ayat ini : yang ADA itulah
ALLAH! Tidak Tuhan, artinya ada yang patut dipuja, disembah, dimuliakan,
melainkan DIA. Sebab tidak ada yang berkuasa seperti DIA. “Yang hidup, yang
berdiri sendiriNya”. Mustahil artinya tidak serupa dalam akal bahwa segala yang
didapati hidup ini adalah hidup dengan sendirinya, atau dia hidup tetapi hidupnya
itu berasal dari tidak apa-apa atau bersumber dari yang mati.

Al-Ikhlas : 1-4

     


     
     


1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."


6
HAMKA, Tafsir Al-Azhar Juzu’ 3. Hlm.16

8
Tafsir jalalain :

‫َّللا أ َ َحد} فَا َ ََّّلل َخبَر ُه َو َوأ َ َحد‬ َّ ‫سلَّ َم ع َْن َربّه فَنَ َز َل {قُ ْل ُه َو‬ َ ‫ع َل ْي ِه َو‬َ ‫َّللا‬َّ ‫صلَّى‬ َ ‫النَّبِ ّي‬
ٍّ َ‫بَدَل ِم ْنهُ أ َ ْو َخبَر ث‬
‫ان‬
‫علَى الد ََّوام‬ َ ‫صود فِي ا ْل َح َوا ِئج‬ ُ ‫ص َمد} ُم ْبتَدَأ َو َخبَر أ َ ْي ا ْل َم ْق‬ َّ ‫{َّللا ال‬
َّ
‫{ولَ ْم يُولَد} َِل ْن ِتفَا ِء الحدوث عنه‬ َ ‫سته‬ َ ‫اء ُم َجا َن‬ ِ َ‫{لَ ْم َي ِلد} َِل ْن ِتف‬
ّ ‫ع َل ْي ِه ِْلَنَّهُ َم َح‬
‫ط‬ َ ‫{ولَ ْم يَك ُْن َلهُ ُكفُ ًوا أ َ َحد} أَ ْي ُمكَافِئ ًا َو ُم َماثِ ًًل َولَهُ ُمتَعَ ِلّق ِب ُكفُ ًوا َوقُ ِ ّد َم‬ َ
‫سم يكن عنخبرها رعاية للفاصلة ) سورة‬ ْ ِ‫ا ْلقَصْد بِالنَّ ْفي ِ َوأ ُ ِ ّخ َر أ َ َحد َو ُه َو ا‬
(7١١٣‫الفلق‬
Tafsir Al-Maraghy :

   

Katakanlah (hai Muhammad) kepada orang yang bertanya kepadamu


mengenai sifat Tuhan “Allah itu Esa” Maha suci dari bilangan dan susunan. Sebab
jika zat itu berbilang, maka berarti Tuhan membutuhkan semua bentuk kumpulan
tersebut, sedang Allah tidak membutuhkan sesuatu apapun.7

  

Allahlah yang menjadi tempat bergantung semua hambanya dan mereka juga
menghadapkan dirinya kepadanya untuk meminta agar permintaan mereka itu
dikabulkan tanpa perantara atau koneksi. Dengan demikian, tampak salahlah
akidah kaum musyrik arab yang mengharuskan adanya perantara atau koneksi
ketika minta kepada Tuhan. Juga tampak salah akidah agama-agama lain yang
mempunyai kedudukan khusus disisi Tuhan dalam memenuhi kehendak mereka.
Karenanya, mereka minta kepada para perantara baik masih hidup atau sudah mati
dengan khusyu’ dan merendahkan diri. Mereka berziarah kekubur-kubur para
perantara itu, seperti khusyu’nya mereka menghadap Tuhan, bahkan lebih takut
dibanding takutnya kepada Tuhan.

    

Maha suci Allah dari mempunyai anak. Ayat merupakan jawaban terhadap
kaum musyrik arab yang mempunyai dugaan bahwa malaikat adalah anak
perempuan Allah. Juga merupakan bantahan untuk orng nasrani yang mengatakan
bahwa Isa Al-Masih itu anak Allah.

7 Al-Maraghy, Terjemah Tafsir Al-Maraghy . hlm. 465

9
(tidak diperanakkan). Sebab, jika Allah itu diperanakkan berarti sama
dengan selain Allah. Berarti Allah itu tadinya tidak ada menjadi ada. Maha suci
Allah dari semuanya itu.

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia mengatakan bahwa tafsiran ayat ini


ialah Allah tidak melahirkan seperti Maryam dan tidak dilahirkan seperti Isa dan
‘Uzair.8

Ayat ini merupakan jawaban terhadap keyakinan kaun Nasrani yang


mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah. Juga merupakan bantahan keyakinan
kaum Yahudi yang mengatakan bahwa ‘Uzair adalah anak Allah.

     

Tidak Tuhan yang menyamai Allah, ayat ini merupakan jawaban terhadap
keyakinan orang-orang yang bodoh, yang beranggapan bahwa Allah itu ada yang
menyamaiNya dalam seluruh perbuatannya. Keyakinan seperti ini juga dianut
oleh kaum musyrik arab yang mengatakan bahwa para malaikat itu adalah sekutu
Allah.

- Uraian Hadits Nabi saw

َ‫ش ْعبَةُ ع َْن أ َ ِبي َج ْم َرة‬ ُ ‫غ ْند ٌَر قَا َل َح َّدث َ َنا‬ ُ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ بَش ٍَّار قَا َل َح َّدثَنَا‬
‫ع ْب ِد ا ْلقَ ْي ِس‬ َ ‫اس فَقَا َل إِ َّن َو ْف َد‬ ِ َّ‫اس َوبَ ْي َن الن‬ َ ‫قَا َل ُك ْنتُ أُت َ ْر ِج ُم بَ ْي َن ا ْب ِن‬
ٍ َّ‫عب‬
ُ‫سلَّ َم فَقَا َل َم ْن ا ْل َو ْف ُد أ َ ْو َم ْن ا ْلقَ ْو ُم قَالُوا َر ِبي َعة‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫أَت َ ْوا النَّ ِب َّي‬
‫شقَّ ٍة‬ ُ ‫غ ْي َر َخ َزايَا َو ََل نَدَا َمى قَالُوا إِنَّا نَأْتِيكَ ِم ْن‬ َ ‫فَقَا َل َم ْر َحبًا ِبا ْلقَ ْو ِم أ َ ْو ِبا ْل َو ْف ِد‬
‫ست َ ِطي ُع أ َ ْن نَأْتِ َيكَ إِ ََّل‬ ْ ‫ض َر َو ََل َن‬ َ ‫بَ ِعي َد ٍة َوبَ ْينَنَا َوبَ ْينَكَ َهذَا ا ْل َح ُّي ِم ْن ُكفَّ ِار ُم‬
‫شه ٍْر َح َر ٍام فَ ُم ْرنَا ِبأ َ ْم ٍر نُ ْخ ِب ُر ِب ِه َم ْن َو َرا َء َنا نَ ْد ُخ ُل ِب ِه ا ْل َجنَّةَ فَأ َ َم َر ُه ْم‬ َ ‫فِي‬
‫اَّللِ ع ََّز َو َج َّل َوحْ َدهُ قَا َل‬
َّ ‫ان ِب‬ ِ ْ ‫ِبأ َ ْربَ ٍع َونَ َها ُه ْم ع َْن أ َ ْر َب ٍع أَ َم َر ُه ْم ِب‬
ِ ‫اْلي َم‬
ُ‫ش َها َدة‬ َ ‫سولُهُ أ َ ْعلَ ُم قَا َل‬ ُ ‫َّللاُ َو َر‬ َّ ‫اَّللِ َوحْ َدهُ قَالُوا‬ َّ ‫اْلي َما ُن ِب‬ ِ ْ ‫َه ْل تَد ُْرو َن َما‬
َّ ‫ص ََل ِة َوإِيتَا ُء‬
‫الزكَا ِة‬ َّ ‫َّللا َوإِقَا ُم ال‬ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َّللاُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬ َّ ‫أ َ ْن ََل إِلَهَ إِ ََّل‬
‫اء َوا ْل َح ْنت َ ِم‬ ِ َّ‫س ِم ْن ا ْل َم ْغنَ ِم َونَ َها ُه ْم ع َْن ال ُّدب‬ َ ‫طوا ا ْل ُخ ُم‬ ُ ‫ان َوت ُ ْع‬ َ ‫ض‬ َ ‫ص ْو ُم َر َم‬ َ ‫َو‬
ُ ‫ظو ه‬ ُ َ‫ير َو ُربَّ َما قَا َل ا ْل ُمقَيَّ ِر قَا َل احْ ف‬ ُ
ِ ‫ش ْعبَة ُربَّ َما قَا َل النَّ ِق‬ ُ ‫ت قَا َل‬ ِ َّ‫َوا ْل ُم َزف‬
‫َوأ َ ْخبِ ُروهُ َم ْن َو َرا َء ُك ْم‬

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basysyar] berkata, telah menceritakan
kepada kami [Ghundar] berkata, telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu
Jamrah] berkata aku pernah menjadi penerjemah antara [Ibnu 'Abbas] dan orang-orang,

8
Al-Maraghy, Terjemah Tafsir Al-Maraghy. hlm. 466

10
katanya; bahwasanya telah datang rombongan utusan Abdul Qais menemui Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Utusan
siapakah ini atau kaum manakah ini?" Utusan itu menjawab: "Rabi'ah". Lalu Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Selamat datang kaum atau para utusan dengan
sukarela dan tanpa menyesal". Para utusan berkata: "Wahai Rasulullah kami datang dari
perjalanan yang jauh sementara diantara kampung kami dan engkau ada kampung kaum
kafir (suku) Mudlor, dan kami tidak sanggup untuk mendatangi engkau kecuali di bulan
suci. Ajarkanlah kami dengan satu perintah yang jelas, yang dapat kami amalkan dan
kami ajarkan kepada orang-orang di kampung kami dan dengan begitu kami dapat masuk
surga." Lalu mereka bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang minuman.
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan mereka dengan empat hal dan
melarang dari empat hal, memerintahkan mereka untuk beriman kepada Allah satu-
satunya, beliau berkata: "Tahukah kalian apa arti beriman kepada Allah satu-satunya?"
Mereka menjawab: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Nabi shallallahu
'alaihi wasallam menjelaskan: "Persaksian tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali
Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan Ramadlan dan kalian mengeluarkan seperlima dari harta
rampasan perang". Dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang mereka dari empat
perkara, yaitu dari meminum dari dari al hantam, ad Dubbaa` dan al Muzaffaat. Syu'bah
menerangkan; terkadang beliau menyebutkan an naqir dan terkadang muqoyyir (bukan
naqir). Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "jagalah semuanya dan
beritahukanlah kepada orang-orang di kampung kalian". (HR. Bukhari dan Muslim) 9

B. Beriman kepada Allah


1. Pedoman dalam Menghadap Zat Tuhan
Telah kita ketahui bahwa umat Islam dilarang memikir-mikirkan
bagaimana zat Allah. Diriwayatkan oleh Abu Nuaim dari Ibn Abbas,
bahwa segolongan sahabat memikir-mikirkan tentang Allah, maka
bersabda Nabi saw.

“berzikirlah kamu pada penciptaan Allah dan jangan kamu memikirkan


tentang Zat Allah sendiri, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tak dapat
memenuhi kadarnya”10

Sabda Nabi ini tak memberi pengertian bahwa Islam membatasi


kemerdekaan akal atau membekukan pembahasan, atau menyempitkan
lingkup akal. Akan tetapi hadis ini memberi tuntunan kepada akal agar
terpeliharanya dari terjerumus kedalam kancah kesesatan dan menjauhkan
akal dari membahas hal-hal yang tak dapt dibahas, tak mampu di selidiki,
walaupun betapa kuat kemampuan akal dan daya pikir itu.

9
Muhammad Fuad Abdul Baqi, AL-LU’LU’ Wal Marjan (Jakarta timur: UMMUL QURA, 2012).
Cet.III hlm.63
10
Sukiman, TAUHID (Medan : Panjiaswaja Press, 2011) hlm.9

11
Inilah jalan yang ditempuh salihin yaitu hamba-hamba Allah yang
arif kepada keagungan zat Nya dan ketinggian kadarNya.

Pernah ditanya kepada Asy-Syibli, tentang Allah (zat Nya) maka


beliau menjawab: “seorang bertanya kepada Yahya Ibn Mu’ad, berkata
“terangkanlah kepadakutentang Allah” maka Yahya menjawab “Tuhan
yang Esa” sipenanya bertanya lagi: Allah senantiasa mengintai-intai
keadaanmu. Si penanya itu bertanya lagi “Bagaimana Dia?” Yahya
menjawab “Raja Yang berkuasa” Si penanya menanyakan pula “ Di mana
Dia” Yahya menjawab “Allah selalu mengintai-intai keadaanmu”. Si
penanya berkata: “saya tidak bertanya tentang yang demikian ini. Maka
berkatalah Yahya “yang selain ini adalah sifat makhluk. “sifat Allah
sebagai yang telah diterangkan.”11

2. Beriman kepada Nama dan Sifat-sifat Allah swt.

Seorang muslim beriman kepada Asmaul Husna (nama-nama yang


indah) yang dimiliki ole Allah swt., dan sifat-sifat-Nya yang agung, dengan
tidak mempersekutukan dengan siapapun denganNya didalam Asmaul
Husna dan sifat-sifat tersebut. Ia tidak menta’wilkannya
(menginterprestasikannya dengan arti yang tidak sesuai dengan maksudnya)
sehingga manta’thil (meniadakan sifat tersebut), dan tidak pula melakukan
tasbih (menyerupakan nama dan sifat Allah) dengan sifat makhluk, lalu
menanyakan hakikat sifat sifat-sifatnya (takyif) atau menyerupakan dengan
sifat-sifat makhluk, karena yang demikian itu mustahil adanya.

Adapun sifat yang wajib bagi Allah dan yang mustahil bagi Allah
dalam tabel berikut : 12

No Sifat yang Wajib Artinya Sifat yang Artinya


mustahil
1 Wujud Ada ‘Adam Tidak ada
2 Qidam Sedia Hudus Baharu
3 Baqa’ Kekal Fana Binasa
4 Mukhalafatu Berbeda dengan Mumatsalatu Serupa
lilhawadis yang baharu lilhaditsi dengan
makhluk
5 Qiyamuhu Berdiri dengan Ihtiyaju Berhajat pada
binafsih sendirinya bighairihi yang lain
6 Wahdaniyyah Maha esa Ta’addud Berbilang-

11
Ibid., hlm.10
12
Sukiman, TAUHID . hlm.22

12
bilang
7 Qudrat Maha kuasa ‘ajzu Lemah
8 Iradat Maha Karahah Terpaksa
berkehendak
9 Ilmu Maha mengetahui Jahlu Bodoh
10 Hayat Maha hidup Maut Mati
11 Sama’ Maha mendengar ‘Ashammu Tuli
12 Bashar Maha melihat A’ma Buta
13 Kalam Maha berkata- Bukmun Bisu
kata
14 Kaunuhu Qadiran Keadaannya maha Kaunuhu Keadaannya
kuasa ‘ajizan lemah
15 Kaunuhu Muridan Keadaannya maha Kaunuhu Keadaannya
berkehendak mukrohan terpaksa
16 Kaunuhu ‘Aliman Keadaannya maha Kaunuhu Keadaannya
mengetahui jahilan bodoh
17 Kaunuhu Hayyan Keadaannya maha Kaunuhu Keadaannya
hidup mayyitan mati
18 Kaunuhu Sami’an Keadaannya maha Kaunuhu Keadaannya
mendengar ashiman tuli
19 Kaunuhu Keadaannya maha Kaunuhu a’ma Keadaannya
Bashiran melihat buta
20 Kaunuhu Keadaannya maha Kaunuhu Keadaannya
Mutakalliman berkata-kata abkarna bisu

Adapun sifat yang harus bagi ALLAH swt. Ada satu sifat yaitu :
memperbuat segala yang mungkin atau meninggalkannya.

3. Dalil menurut al-quran (Dalil Naqli)


1. Adanya berita dari allah swt. Tentang nama-nama dan sifat-sifat-Nya
sebagaimana dalam firman-Nya :

  


   
  
   
  

Artinya : hanya milik Allah asmaa-ul husna[585], Maka


bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan

13
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya[586]. nanti mereka akan mendapat Balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan.(QS.Al-a’raaf : 180)

[585] Maksudnya: Nama-nama yang Agung yang sesuai dengan sifat-


sifat Allah.

[586] Maksudnya: janganlah dihiraukan orang-orang yang menyembah


Allah dengan Nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan
keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul husna, tetapi dengan
maksud menodai nama Allah atau mempergunakan asmaa-ul husna untuk
Nama-nama selain Allah.

Dan juga dalam firman lain allah swt. Menjelaskan :

    


    
   
    
   
 

Artinya : Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman.


dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul
husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan
suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya[870] dan
carilah jalan tengah di antara kedua itu". (QS.Al-Isra’ : 110)

[870] Maksudnya janganlah membaca ayat Al Quran dalam shalat


terlalu keras atau terlalu perlahan tetapi cukuplah sekedar dapat didengar
oleh ma'mum.

2. Berita dari rasulullah saw. Tentang nama-nama dan sifat-sifat allah


swt. Yang tertera didalam hadis-hadis shahih yang sangat jelas.
3. Pengakuan kaum salaf asshalihin dari generasi sahabat, tabi’in dan
para tokoh madzhab mutlaq yang empat (imam abu hanifah, imam
malik, imam syafi’i, imam ahmad bin hambal), tentang sifat-sifat allah
swt. Dan mereka tidak menta’wilkannya, dan tidak pula menolaknya
atau mengeluarkannya dari makna lahirnya.

Tidak seorang pun yang dari sahabat nabi yang menta’wilkan salah
satu sifat allah swt. Atau mengatakan bahwa zhahir sifat itu bukan yang

14
dimaksud. Akan tetapi mereka beriman kepada maknanya dan
mengartikannya sebagaimana zhahirnya. Mengetahui bahwa sifat-sifat
allah itu tidak seperti sifat-sifat segala makhluk ciptaan-Nya.13

4. Dalil-dalil menurut akal (Dalil ‘Aqli)


1. Allah swt. Telah menetapkan sifat-sifat bagi diri-Nya, dan telah
menamakan diri-Nya dengan sifat-sifat dan nama-nama tersebut, dan
tidak pernah menyuruh kita untuk melakukan ta’wil terhadap sifat-sifat
dan nama-nama-Nya itu, atau mengartikan nya diluar arti lahiriyahnya.
Lalu apakah masuk akal apabila dikatakan, kalau kita tak menyebut dan
mensifati allah dengan sifat dan nama-nama tersebut, berarti kita telah
menyerupakan dengan makhluk-Nya, maka dari itu kita wajib ta’wil dan
mengartikan diluar arti yang sebenarnya, sehingga dengan begitu kita
menjadi mu’thalil (orang yang meniadakan sifat-Nya) dan menaqfikan
sifat-sifat allah swt. Mengingkari nama-namaNya, padahal allah swt.
Telah mengancam orang-orang mulhidin (yang mengingkari). Allah
berfirman :

  


    
   
   


Artinya : hanya milik allah asmaul husna, maka bermohonlah (berdoa)


kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu, dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
(QS.Al-A’raf:180)

2. Bukanlah orang-orang yang menafikan salah satu sifat allah swt. Karena
takut dengan tasybih (takut terjerumus kepada keyakinan menyerupakan
atau menyamakan allah dengan yang makhluk-Nya) itu berarti telah
menyamakan sifat-sifat allah dengan sifat makhluk.

Kemudian karena takut dengan tasybih, ia lari dari-Nya dan


terjebak didalam nafi (meniadakan) allah dan ta’hil. Maka dengan begitu
ia menafikan dan mengingkari sifat-sifat allah swt. Yang dia tetapkan
bagi diri-Nya. Dan dengan demikian berarti ia telah melakukan dua dosa
besar sekaligus, yaitu tasybih dan ta’thil.

13
Sukiman, TAUHID . hlm.19

15
5. Zat Ketuhanan

Kemustahilan untuk Menemukan Zat Ketuhanan

Sesungguhnya hakikat dari zat ketuhanan itu tidak mungkin di


ma’rifati oleh akal fikiran dan sudah pasti tidak akan dapat dicapai betapa
keadaan yang sebenarnya atau puncak daripadanya itu, karena pemikiran
manusia itu sudah tentu tidak dapat menjangkau hal tersebut, karena
manusia itu tidak diberi dan ditunjuki jalan menemukannya atau wasilah
mencapainya.
Akal manusia bagaimanapun cerdiknya dan pandainya meskipun
sudah begitu kuat penangkapannya tetapi terbatas dalam suatu batas yang
tertentu dan malahan lemah sekali atau belum dapat mema’rifati hakikat
berbagai benda yang dilihatnya sendiri.
Manusia itu pun tidak dapat menguraikan hakikat cahaya atau nur,
padahal sinar atau cahaya itu adalah benda yang amat terang dan jelas
sekali.
Seorang profesor yang terkenal bernama kamy flamaryon menulis
dalam bukunya “kekeuatan alam yang belum dikenal” sebagai berikut :
“kita semua tahu bahwa kita ini berfikir, tapi apakah sebenarnya makna
berfikir itu? Tak seorang pun yang dapat menjawab pertanyaan ini. Kita
semua menegerti bahwa kita ini semua berjalan. Tetapi apakah sebenarnya
pekerjaan otot itu? Tak seorangpun yang mengetahui hakikatnya. 14
Jadi, bagaimana hal itu dapat terjadi secara spontan sekali, apakah
kiranya yang menjadi perantara yang berada ditengah-tengah antara
kekuatan akal dalam menimbulkan suatu hasil memepengaruhi gerakan
kebendaan itu?.
Jikalau demikian, kedudukan akal dalam menghadapi persoalan
hakikat jiwa, cahaya dan benda, serta apayang ada dialam semesta ini, baik
yang dapat dilihat dengan mata atau tidak, maka bagaimanakah akal itu
mema’rifati Zat Tuhan yang Maha Menciptakan semuanya itu yang bersifat
Maha Luhur keadaanNya. Bagaimanakah akal yang sesempit itu dapat
mencapai Zatnya Tuhan yang Maha Tinggi itu.
Sesungguhnya Zatnya Allah itu masih jauh lebih besar dari apa
yang dapat dicapai oleh akal ataupun yang dapat diliputi oleh pemikiran-
pemikiran. Oleh sebab itu alangkah tepatnya firman Allah swt., :

14
Sukiman, TAUHID . hlm.24

16
    
   
 

Artinya : Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha
mengetahui. (QS.Al-an’Am : 103)

C. Iman kepada Malaikat

1. Siapakah Malaikat itu?

Almala ul-‘ala (kelompok yang tinggi) yakni Malaikat, adalah suatu


alam yang halus, termasuk hal-hal yang ghaib, tidak dapat dicapai oleh
pancaindra. Jadi mereka itu tidak termsuk dalam golongan makhluk yang
wujud jasmaniahnya dapat dilihat, didengar, diraba, dicium, dan dirasakan.
Mereka hidup dalam suatu alam yang berbeda engan kehidupan alam semesta
yang kita saksikan ini, oleh sebab itu tidak dapat dicapai oleh pandangan kia
yang mengetahui perihal keadaan mereka itu dan hakikat yang sebenarnya
adalah Allah swt., sendiri.15

Malaikat itu disucikan dari kesyahwatan-kesyahwatan hayawaniyah,


terhindar sama sekali dari keinginan-keinginan hawa nafsu, terjauh dari
perbuatan dosa dan salah.

Mereka itu tidak seperti manusia yang suka makan, minu, tidak
berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, jadi mereka itu memang
mempunyai suatu alam yang tersendiri, berdiri dalam bidangnya sendiri,bebas
menurut hal-ihwalnya sendiri, tidak dihinggapi oleh sifat yang biasa
diterapkan kepada manusia, misalnya hubungannya denga kebendaan, (materi
keduniaan), juga mereka itu mempunyai kekuasaan dapat menjelma dalam
rupa manusia atau bentuk lain yang dapat dicapai oleh rasa dan penglihatan.
Hal ini jelas sekali sebagaimana kedatangan Jibril a.s ketempat syaidah
Maryam pada saat itu ia menjelmakan dirinya dalam bentuk dan rupa
manusia, sebagaimana disebutkan dalam al-quranul karim :

    


   
    
  

15
Sukiman, TAUHID . hlm.41

17
    


16. dan Ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, Yaitu ketika


ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,

17. Maka ia Mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka;


lalu Kami mengutus roh Kami[901] kepadanya, Maka ia menjelma di
hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. (QS.Maryam : 16-17)

[901] Maksudnya: Jibril a.s.

Ada suatu kisah lain yang menyebutkan bahwa sekelompok Malaikat


datang ditempat Nabi Ibrahim a.s dan mereka itupun menjelma sebagai
manusia, kedatanganya itu dengan membawa berita gembira. Nai Ibrahim
menyangka bahwa mereka itu adalah tamu-tamu manusia biasa, lalu diberi
hidangan makanan. Peristiwa ini tercantum dalam Al-Quran surah Hud ayat
69-73.

   


 
   
   
     
    
  
    
    
   
   
    
    
    
    
    
    
   
     
    
    
    
    
      
     

18
   
    

69. dan Sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah


datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka
mengucapkan: "Selamat." Ibrahim menjawab: "Selamatlah," Maka tidak
lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.

70. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya,


Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada
mereka. Malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut, Sesungguhnya Kami
adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth."

71. dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu Dia tersenyum, Maka
Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan
dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya'qub.

72. isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, Apakah aku akan


melahirkan anak Padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini
suamikupun dalam Keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-
benar suatu yang sangat aneh."

73. Para Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang
ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan
atas kamu, Hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha
Pemurah."

2. Percaya kepada Malaikat Allah

Rukun iman kedua iaalah beriman kepada Malaikat. Kata Malaikat


adalah kata jama’ dari kata malak yang berasal dari kata alukah yang berarti
risalah.
Dalam Al-quran terdapat banyak ayat yang mewajibkan setiap mukmin
untuk beriman kepada Malaikat,16 antara lain dalam surah Al-Baqarah Allah
swt., berfirman:

   


    
   
   
     

16
Sukiman, TAUHID . hlm.44

19
   
   

285. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
(mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami
dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami
dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS.Al-Baqarah : 285)

Dalam suatu hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim ada disebutkan


bahwa manusia diciptakan Allah dari tanah, Malaikat dijadikan dari Nur
(cahaya) dan Jin dijadikan dari api.17

Allah swt., menciptakan Malaikat itu berasal dari cahaya. Mereka


semua telah mempunyai sifat yang berbeda sekali dengan sifatNya manusia
sebab Malaikat itu tidak makan, minum, beristri, tidak tidur dan lainnya.
Adapun maksud dari percaya kepada Malaikat itu adalah membenarkan
bahwa mereka itu makhluk Tuhan yang benar-benar ada, sedangkan
mengenai jumlahnya itu banyak sekali tidak seorangpun yang
mengetahuinyakecuali Allah swt.

3. Sifat-sifat Malaikat

1. Malaikat diciptakan Allah dari cahaya (nur)


2. Malaikat tidak dapat dilihat manusia walaupun Mereka berada
ditengah-tengah mereka, dalam suatu hadits Nabi yang diriwayatkan
Imam Bukhari dan Imam Muslim, Nabi berkata kepada isterinya:
“wahai Aisyah ini jibril menyampaikan pesan kepadamu”. Pada waktu
Nabi mengatakan yang demikian itu Aisyah tidak dapat melihat
Malaikat yang berada disampingnya. Bakan setiap orang yang selalu
didampingi dua Malaikat yang bertugas menulis amalnya, tapi ia tidak
dapat melihatnya.
3. Malaikat dapat membentuk diri dalam wujud manusia rupawan seperti
Malaikat datang bertemu kepada Nabi Luth, sehingga kaumnya
terpedaya dengannya, sebagaimana dalam firman Allah swt.,

17
Sukiman, TAUHID .hlm.45

20
   
    
    

Artinya : dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu


kepada Luth, Dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena
kedatangan mereka, dan Dia berkata: "Ini adalah hari yang Amat
sulit[729]." (QS.Huud : 77)

[729] Nabi Luth a.s. merasa susah akan kedatangan utusan-utuaan Allah
itu karena mereka berupa pemuda yang rupawan sedangkan kaum Luth
Amat menyukai pemuda-pemuda yang rupawan untuk melakukan homo
sexual. dan Dia merasa tidak sanggup melindungi mereka bilamana ada
gangguan dari kaumnya.

Juga malaikat yang datang pada siti Maryam dengan membawa


berita beliau bahwa akan mengandung seorang anak laki-laki, yakni Nabi
Isa a.s dalam surah Maryam ayat 17

Demikian juga Malaikat yang bertemu kepada Nabi Ibrahim untuk


menyampaikan berita gembira bahwa istrinya yang sudah tua itu akan
melahirkan seorang anak lelaki, adalah juga dalam rupa seorang lelaki.
Allah berfirman:

   


    
     
  

Artinya : dan Sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-


malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar
gembira, mereka mengucapkan: "Selamat." Ibrahim menjawab:
"Selamatlah," Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging
anak sapi yang dipanggang. (QS.Huud : 69)

4. Malaikat mempunyai kekuatan yang luar biasa dengan izin Allah, Allah
berfirman:
     
   

4. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan


(kepadanya).

5. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. (QS.al-


Najm: 4-5)

21
5. Malaikat tidak memiliki hawa nafsu dan karenanya mereka tidak makan
dan tidak minum, tidak kawin dan tidak beranak. Mereka tidak tidur
dan mempunyai sifat manusia. Seperti sakit, lupa, ketawa, mengeluh,
kecewa, dan sebagainya. Allah mencela orang-orang kafir yang
mengatakan bahwa malaikat itu mempunyai isteri.
  
    
   
  
19. dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah
hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah sebagai orang-orang
perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat
itu? kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai
pertanggung-jawaban. (QS.Al-Zukhruf: 19)

6. Malaikat senantiasa tunduk dan patuh sepenuhnya kepada perintah Allah


dan tidak melanggar sedikitpun laranganNya.
Allah swt., berfirman:
    
    
  
   
   
  
49. dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit
dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) Para ma]aikat,
sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.
50. mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan
melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). (QS.An-
Nahl:49-50)

4. Tugas-tugas Malaikat

1. Malaikat jibril ditugaskan oleh Allah untuk menyampaikan wahyu


kepada Rasul-rasulNya. Dan dalam Al-quran, jibril disebut juga
sebagai Ruhul Amin atau Ruhul Qudus, yang disebutkan dalam friman
Allah :
  
   
  

22
192. dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam,
193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), (QS.Asy-
Syu’ara: 192-193)

2. Malaikat yan ditugaskan Allah untuk menurunkan hujan memberi


rezeki kepada akhluk. Dalam Al-quran Malaikat ini disebut Mikail,
seperti dalam firman Allah :
   
 
   
  

98. barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya,


rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah
musuh orang-orang kafir. (QS.Al-Baqarah:98)

3. Malaikat Israfil ditugaskan Allah untuk meniupkan sangkakala pada


hari kiamat, Allah swt., berfirman:
   
  
18. Yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangsakala lalu kamu
datang berkelompok-kelompok, (QS.an-Naba:18)

4. Malaikat Israil diberikan tugas kepada Allah untuk mengambil ruh


manusia dengan disertai beberapa pembantu seperti disebutkan dalam
firman Allah swt.,:
    
   
   
   
 
61. dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua
hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga,
sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara
kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-
Malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. (QS.Al-An’am:61)

Delapan Malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk memikul ‘Arsy


pada hari kiamat seperti yang disebutkan dalam Al-quran:

23
 
   
  
 
17. dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. dan pada
hari itu delapan orang Malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas
(kepala) mereka. (QS.Al-Haqqah: 17)

5. Malaikat Ridwan yang diberi tugas oleh Allah menjaga surga dengan
dibantu oleh beberapa Malaikat seperti yang disebut dalam al-quran:
    
  
  
    
     
   

23. (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-


sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-
isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke
tempat-tempat mereka dari semua pintu;
24. (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima
shabartum"[772]. Maka Alangkah baiknya tempat kesudahan itu.
(QS.ar-Ra’d: 23-24)
[772] Artinya: keselamatan atasmu berkat kesabaranmu

6. Malaikat Zabaniyah yang diberi tugas oleh Allah untuk menjaga


neraka yang jumlahnya 19 Malaikat dan diketuai oleh Malaikat Malik,
seperti disebutkan dalam Al-quran:
   
 
17. Maka Biarlah Dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18. kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah[1592], (QS.al-
Alaq:17-18)
[1592] Malaikat Zabaniyah ialah Malaikat yang menyiksa orang-
orang yang berdosa di dalam neraka.

7. Malaikat kiraman dan katibin atau Raqib atau ‘atid yang diberi tugas
oleh Allah untuk mencatat amalan manusia. Allah swt. berfirman:
   
  
   

24
10. Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang
mengawasi (pekerjaanmu),
11. yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu
itu),
12. mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.al-Infithar: 10-
12)

8. Malaikat Mungkar dan Nakir yang bertugas menanyakan orang dalam


kubur tentang Tuhannya, agamanya, Nabinya, dan lain-lainnya
(Hadits riwayat abu daud, Ibnu majah dan Ahmad).
9. Para malaikat yang bertugas meminta ampun kepada Allah bagi
orang-orang yang beriman dan berdo;a bagi kebaikan nereka didunia
dan akhirat.

Dan dalam hadis yang shahih disebutkan bahwa malaikat turut serta
bersama makmum membaca “amin” dalam shalat jama’ah. Juga turut hadir dalam
menyaksikan shalat jama’ah subuh dan shalat isya’. Demikian juga malaikat turut
hadir menyaksikan majlis zikir seperti tersebut dalam hadis yang diriwayatkan
oleh imam bukhari dan imam muslim.18

Beriman kepada malaikat termasuk bagian beriman kepada yang ghaib,


yaitu tidak dapat diketahui dengan indra dan akal. Dan karena itu sumber
pengetahuan kita tentang alam ghaib adalah wahyu allah atau hadis rasul-Nya.
Dan beriman kepada hal-hal yang seperti ini dimasukan dalam masalah yang
disebut sam’iyyat menyimak dari wahyu. Malah bukan manusia saja tidak
mengetahui hal-ihwal alam ghaib, bahkan saitan yang berupaya untuk
mengetahuinya juga tidak mampu.

Namun begitu, kita harus selalu sadar akan kehadiran malaikat bersama
kita pada setiap waktu sehingga kita senantiasa menjaga diri dari setiap perbuatan
dan perkataan yang keji dan munkar. Malaikat ada yang bertugas menulis semua
perbuatan dan perkataan atau ucapan kita.dari itu beriman kepada malaikatakan
menghindari diri kita melakukan perbuatan mungkar dan sebaliknya
mengemarkan kita melakukan amalan yang baik walaupun kecil. Dan ini akan
dicatat oleh malaikat dan akan diperhitungkan nanti pada hari hisab. Biasanya
orang yang akan melakukan amalan mungkar yang dilarang agama jika ia sendiri,
tidak dilihat atau diketahui orang, seperti mencuri, ataupun bersama orang yang

18
Sukiman, TAUHID . hlm.52

25
sepakat dalam perbuatan itu. Dan seandainya ia beriman kepada allah sungguh-
sungguh kepadanya malaikat yang senantiasa hadir bersamanya dan mencatat
amalan itu, maka tentunya perbuatan mungkar itu tidak dilakukannya. Nabi
muhammad bersabda dalam suatu hadis yang artinya :

sesungguhnya kepadamu ada malaikat yang tidak pernah berpisah dengan


mu kecuali pada waktu jamban (membuang hajat) dan berjimak. Maka hendaklah
kamu malu terhadap mereka dan muliakanlah mereka”.

Disini jelaslah kepada kita betapa erat hubungan iman dengan amal yang
shaleh. Semakin kuat iman seorang semakin banyak pula amal baik yang
dilakukan dan perkataan yang baik diucapkan. Demikian pula sebaliknya, iman
menuntut seorang muslim untuk selalu menjadi seorang hamba allah yang baik
dan jujur disegala tempat dan masa.

5. Keutamaan Manusia Melebihi Malaikat

Yang jelas bahwa manusia itu lebih utama dan lebih mulia daripada
malaikat itu, sebagaimana yang nyata tentang kelemahan malaikat itu untuk
menjawab berbagai pertanyaan yang dikemukakan oleh allah swt. Kepada mereka
itu mengenai nama-nama benda yang tertentu, sedangkan adam as. Dapat
menjelaskan dengan tepat dan benar. Jadi allah ta’ala telah memuliakan manusia
itu dengan menguraikan ilmu pengetahuan yang tidak diberikan kepada malaikat
itu, juga manusia itu diberikan keistimewaan untuk mengenal, mengetahui,
mema’rifati bermacam-macam benda dan barang. Selain itu allah memerintahkan
malaikat untuk memberi penghormatan kepada adam as. Sebagai bukti bahwa
allah ta’alab sengaja menunjukan bahwa manusia lah yang lebih utama dan mulia
daripada malaikat itu sendiri.19

Mereka taat terhadap semua perintah allah, dan menjauhi segala larangan-
Nya adalah suatu hal yang semestinya karena mereka tidak diberi nafsu syahwat.
Jadi tidak ubahnya berkembang kempisnya jantung., mengalirkan darah dengan
gerakan kedua paru-paru ketika bernafas, sedangkan manusia tidak semudah itu
dalam beribadah, berbakti serta meninggalkan kemaksiatan dan berbuat dosa. Ia
harus berjuang dengan segenap tenaga dan jiwa, melawan kehendak hawa nafsu,
memerangi ajakan syaitan memaksa diri untuk melakukan taat dan bekerja keras
guna menyempurnakan kesucian jiwa, meluhurkan ruh, dan membersihkan hati

19
Sukiman, TAUHID . hlm.54

26
baik ia melakukan itu dengan senang hati atau hanya terdorong oleh rasa takut
terhadap siksa.

Disinilah letak perbedaan yang jelas bahwa manusia itu memang lebih
mulia daripada malaikat.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan beriman kepada Allah :

· Merealisasikan pengesaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala sehingga


tidak menggantungkan harapan kepada selain Allah, tidak takut kepada yang
lain, dan tidak menyembah kepada selain-Nya

· Menyempurnakan kecintaan terhadap Allah, serta mengagungkan-


Nya sesuai dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang
Maha tinggi

· Merealisasikan ibadah kepada Allah dengan mengerjakan apa


yang diperintah serta menjauhi apa yang dilarang-Nya

Kesimpulan beriman kepada Malaikat :

· Malaikat terkadang disebut Al- mala, Al-ala (kelompok tertinggi)


adalah makhluk tuhan yang diciptakan dari an- nur(cahaya).

· Maksud iman kepada malaikat adalah mengimani bahwa mereka


adalah perantara antara Allah dan rosulnya, dalam menurunkan kitab-
kitabNya dan menyampaikan perintah dan larangannya.

· Perilaku beriman kepada malaikat, seperti: berkata jujur, menepati janji


dan menjaga amanah

B. Saran
Demikianlah makalah tentang iman kepada Allah dan Iman kepada
malaikat Allah yang telah kami paparkan. Kami menyadari makalah jauh dari
sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan untuk perbaikan makalah ini. Harapan pemakalah, semoga makalah
ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.

28
DAFTAR PUSTAKA

HAMKA. 1982. Tafsir Al-Azhar Juzu’ I. Jakarta : Pustaka Panjimas

Al-Maraghy, Ahmad Musthafa. 1986. Terjemah Tafsir Al-Maraghy. Semarang :


Toha Putra

Abdul Baqi, Muhammad Fuad. 2012. AL-LU’LU’ WAL MARJAN. Jakarta timur :
UMMUL QURA. Cet.III

Sukiman. 2011. TAUHID. Medan : Panjiaswaja Press

Anda mungkin juga menyukai