Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM SEISMOLOGI

STRESS DAN STRAIN

Disusun Oleh :

Adika Bagaskara
03411740000020

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2018
BAB I
ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum seismologi dengan judul stress dan strain yang bertujuan untuk
memahami konsep dari elastisitas batuan dan pengaruhnya terhadap parameter lainnya, memahami
pengaruh stress dan strain terhadap elastisitas batuan, menghitung dan menganalisis nilai stress dan
strain, serta membuat kurva strain dan stress serta menginterpretasikannya. Dalam praktikum ini
dilakukan perhitungan stress dan strain isotropik, perhitungan data masif stress dan strain, uji tarik,
serta perhitungan modulus shear dan bulk. Dari praktikum ini didapatkan beberapa kesimpulan yaitu
Modulus Young dipengaruhi oleh nilai stress (𝜖) dan strain (𝜎) dimana Modulus Young tersebut
berbanding lurus dengan gaya yang diberikan dan berbanding terbalik dengan luas permukaannya.
Selanjunya nilai stress dari suatu benda isotropik berbanding lurus dengan nilai strain dari benda
tersebut, semakin besar nilai stress dan strain dari suatu benda maka nilai slope atau gradiennya akan
semakin kecil. Selain itu suatu batuan akan cenderung menuju ke sifat plastis apabila diberikan stress
dan strain yang besar.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Teori Elastisitas
Secara garis besar, ukuran dan bentuk dari benda padat akan beruba ketika ada gaya yang
bekerja pada permukaan luarnya. Gaya eksternal ini melawan gaya internal yang menahan perubahan
bentuk dan ukuran. Saat gaya eksternal hilang, maka benda akan kembali ke bentuk semula. Hal ini
yang disebut dengan elastisitas. Sebuah benda dikatakan memiliki elastisitas sempurna jika setelah
dikenai gaya dan gaya tersebut hilang, benda akan kembali ke bentuk semula secara sempurna.
Benda-benda lain seperti fluida mampu memberikan gaya internal yang menahan deformasi struktural.
Pada kenyataannya, tidak ada benda yang memiliki elastisitas sempurna. Semua elemen bahkan
batuan sekalipun memiliki batas elastisitas. Elemen kecil dari elastisitas berperan penting dalam
menjelaskan mekanisme dari sifat elastisitas batuan itus endiri. Elemen berupa pasangan gaya dan
produk yang ditimbulkan ini disebut sebagai stress dan strain.

2.2 Stress dan Strain


Dalam elastisitas, dua istilah ini merupakan elemen dasar untuk memahami konsep utamanya.
Stress identik dengan tekanan yang terbagi secara umum menjadi penekanan (pressing) dan penarikan
(pulling). Sedangkan strain adalah produk dari stress berupa perubahan dimensi bentuk biasanya
panjang benda. Dalam benda isotropik, strain pada semua sisi akan seragam ketika dikenai stress yang
sama pula. Beda halnya dengan benda anisotropik, penentuan strainnya lebih kompleks dengan
menggunakan konsep tensor.
𝐹
𝜎=
𝐴

𝛥𝐿
𝜖=
𝐿
2.3 Modulus Elastisitas
Modulus dapat diartikan sebagai nilai kuantitatif yang menggambarkan kecenderungan
mempertahankan suatu struktur atau bentuk awal dari suatu benda saat dikenai gaya eksternal atau
tekanan. Modulus dibagi menjadi beberapa maca antara lain
a. Modulus Bulk atau inkompresibiltas yaitu ketahanan suatu material terhadap volume akibat
adanya suatu gaya yang bekerja terhadapnya.
𝛥𝐹⁄
𝐵= 𝐴
𝛥𝑉⁄
𝑉𝑜

b. Modulus Shear atau rigiditas yaitu ukuran ketahan suatu material terhadap regangan (shear)
akibat adanya gaya tangensial yang bekerja pada benda (sejajar dengan permukaan benda).
𝐹⁄
𝑆= 𝐴
𝛥𝑥⁄

c. Modulus Young adalah ukuran ketahanan suatu benda berdasarkan perbandingan kuantitatif
stress yang bekerja dengan strain yang timbul.

𝜎
𝑌=
𝜖

BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Perhitungan Stress dan Strain Isotropik


Dilakukan perhitungan stress dan strain isotropik dengan eksekusi satu per satu

3.1.1 Script
Adapun script yang digunakan untuk perhitungan ini adalah sebagai berikut

%% PERHITUNGAN EKSEKUSI SATU PER SATU


% STRESS DAN STRAIN ISOTROPIK

Gaya = input('Masukkan besar gaya ')


Luas_Permukaan = input('Masukkan luas permukaan ')
Panjang_Awal = input('Masukkan panjang awal ')
Delta_Panjang = input('Masukkan perubahan panjang ')

Stress = Gaya/Luas_Permukaan;
Strain = Panjang_Awal/Delta_Panjang;
Modulus_Young = Stress/Strain;

fprintf('Nilai dari tegangan yang bekerja adalah %5.4f N/m^2\n',Stress)


fprintf('Nilai dari regangan yang dihasilkan is %5.4f \n',Strain)
fprintf('Nilai Modulus Young sistem sebesar is %5.4f\n',Modulus_Young)

3.1.2 Data
Setelah memasukkan beberapa nilai ke dalam script maka didapatkan hasil dalam windows
command seperti berikut

Masukkan besar gaya 20


Gaya =
20
Masukkan luas permukaan 25
Luas_Permukaan =
25
Masukkan panjang awal 5
Panjang_Awal =
5
Masukkan perubahan panjang 2
Delta_Panjang =
2
Nilai dari tegangan yang bekerja adalah 0.8000 N/m^2
Nilai dari regangan yang dihasilkan is 2.5000
Nilai Modulus Young sistem sebesar is 0.3200

Dilakukan pengulangan pengambilan data dengan variabel Gaya (F) dan Luas Permukaan
(A) yang dibuat berbeda sehingga didapatkan beberapa nilai seperti yang disajikan pada Tabel 3.1
dan Tabel 3.2

Tabel 3.1 Hasil Data Perhitungan Stress dan Strain dengan variabel Gaya yang berbeda
Luas
Gaya Panjang Perubahan Tegangan Modulus
No. Permukaan Regangan
(N) Awal (m) Panjang (m) (N/m^2) Young
(m^2)
1 20 25 5 2 0.8000 2.5000 0.3200
2 40 25 5 2 1.6000 2.5000 0.6400
3 60 25 5 2 2.4000 2.5000 0.9600
4 80 25 5 2 3.2000 2.5000 1.2800
5 100 25 5 2 4.0000 2.5000 1.6000

Tabel 3.2 Hasil Data Perhitungan Stress dan Strain dengan variabel Luas Permukaan yang berbeda
Luas
Gaya Panjang Perubahan Tegangan Modulus
No. Permukaan Regangan
(N) Awal (m) Panjang (m) (N/m^2) Young
(m^2)
1 50 25 5 2 2.0000 2.5000 0.8000
2 50 36 6 2 1.3889 3.0000 0.4630
3 50 49 7 2 1.0204 3.5000 0.2915
4 50 64 8 2 0.7813 4.0000 0.1953
5 50 81 9 2 1.2346 4.5000 0.2743

3.2 Perhitungan Data Masif Stress dan Strain


Dilakukan perhitungan data masif stress dan strain lalu dilakukan plotting kurva dari data tersebut
3.2.1 Script
Adapun script yang digunakan untuk perhitungan ini adalah sebagai berikut
%% PERHITUNGAN DATA MASIF
% STRESS DAN STRAIN ISOTROPIK
% GY= Gaya, LP= Luas Permukaan, PO= Panjang Awal, AP= Perubahan Panjang
GY = 100:20:460;
LP = 10:10:190;
P0 = 10:10:190;
AP = 50:10:230;

Stress = GY./LP;
Strain = P0./AP;
Modulus_Young = Stress./Strain;

Mean_MY = mean(Modulus_Young);

%PLOTTING KURVA

subplot (2,1,1)
Stress = Mean_MY.*Strain;
plot (Strain,Stress,'b--o')
title ('Kurva Stress Strain')
ylabel ('Stress (N/m^2)')
xlabel ('Strain')
grid on

3.2.2 Data
Setelah memasukkan beberapa nilai ke dalam script maka akan didapatkan hasil plotting kurva
sebagai berikut
Gambar 3.1 Kurva Stress dan Strain hasil perhitungan

3.3 Uji Tarik


Dilakukan pengujian elastisitas batuan isotropik dengan membuat variasi tegangan dan regangan
kemudian dilakukan plotting kurva elastisitas mengikuti fungsi y=x^0.5 untuk menentukan hubungan
regangan dan tegangan. Selanjutnya dilakukan cek gradien untuk menentukan potensi elastisitas dan
plastisitas suatu batuan.

3.3.1 Script
Adapun script yang digunakan dalam perhitungan ini adalah sebagai berikut

%% UJI TARIK

%Disebutkan bahwa batuan isotropik diuji elastisitasnya dengan membuat


%variasi tegangan dan regangan
%Hubungan tegangan dan regangan (kurva elastisitas) mengikuti fungsi y=x^0.5
%Inputkan nilai dan cek gradient untuk identifikasi potensi elastisitas dan
%plastisitas
%Analogikan identifikasi dengan interpretasi geologi
%y= stress dan x = regangan
x= 0.5:100;
y=sqrt(x);

subplot(2,1,2)
plot(x,y,'y-d')
title('Uji Ketahanan Sederhana')
ylabel('Stress')
xlabel('Strain')
grid on

%CEK Gradient
%ELASTIS JIKA m>=1, PLASTIS JIKA m<1. FRACTURE JIKA m<0.01
m=y./x;

disp ('slope regangan tegangan')


disp ([m' x' y'])

3.3.2 Data
Setelah memasukkan beberapa nilai ke dalam script maka didapatkan hasil slope, regangan, dan
tegangan dalam windows command sebagai berikut

slope regangan tegangan


1.4142 0.5000 0.7071
0.8165 1.5000 1.2247
0.6325 2.5000 1.5811
0.5345 3.5000 1.8708
0.4714 4.5000 2.1213
0.4264 5.5000 2.3452
0.3922 6.5000 2.5495
0.3651 7.5000 2.7386
0.3430 8.5000 2.9155
0.3244 9.5000 3.0822

3.3.3 Kurva Elastisitas


Setelah dilakukan plotting dari data yang didapat pada sub bab 3.3.2, maka didapatkan kurva elastisitas
sebagai berikut
Gambar 3.2 Kurva Elastisitas

3.3.4 Nilai Gradien


Dilakukan pengecekan nilai gradien (m) dari data yang sudah didapatkan. Apabila m<1 maka batuan
tersebut bersifat plastis, jika m>=1 maka batuan tersebut elastis, dan jika m<0,01 maka batuan tersebut
adalah fracture. Hasil analisis dari gradien disajikan dalam tabel 3.3 berikut

Tabel 3.3 Analisa Sifat Elastisitas Batuan berdasarkan Nilai Gradien


No. Slope (m) Sifat Elastisitas
1 1,4142 ELASTIS
2 0,8165 PLASTIS
3 0,6325 PLASTIS
4 0,5345 PLASTIS
5 0,4714 PLASTIS
6 0,4264 PLASTIS
7 0,3922 PLASTIS
8 0,3651 PLASTIS
9 0,3430 PLASTIS
10 0,3244 PLASTIS

3.4 Perhitungan Modulus Shear dan Bulk


Dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai modulus shear dan bulk
3.4.1 Script
Adapun script yang digunakan dalam perhitungan ini adalah sebagai berikut
%% PERHITUNGAN MODULUS SHEAR DAN BULK
%STRESS DAN STRAIN ISOTROPIK
%MS=Shear, MB=Bulk
%Diketahui kubus berdimensi 6x6x6 m mengalami regangan geser. Perpindahan
%sisi atas sebesar 20 cm. Diperkirakan gaya sebesar 1400 Newton berperan
%dalam pergeseran tersebut.

V = 216 ;
As = 0.2 ;
F = 1400 ;

MS = (F/6^2)/(As/6)

%Variasi dilakukan pada variabel F dan As.

Fa = linspace (100,14000,30)
As = linspace (0.2,30,30)

MSa = (Fa./(6.*As))

disp (' Gaya Perubahan Modulus Shear')


disp([ Fa' As' MSa' ])
%Pada kasus ini, kubus sebelumnya mengalami kompresi setelah dikenai gaya yang sama sehingga
volumenya menjadi 1/4
%dari semula. Asumsi bahwa kubus bersifat homogen dan isotropik, maka nilai
%modulus bulk dapat dihitung secara sederhana.

V = 216;
Va = 54 ;
A = 36 ;

MB = (F/A)/(Va/V)

%Variasi dilakukan pada nilai gaya dan perubahan volume.

Fb = linspace (200,800,20)
Va = linspace (54,2,20)

MBa = (Fb/A)./(Va/V)

Gaya = [Fb'], PerubahanVolume = [ Va'], ModulusBulk = [MBa']

disp ('Gaya Perubahan_Volume Modulus_Bulk')


disp ([ Gaya PerubahanVolume ModulusBulk])

3.4.2 Data

3.4.2.1 Modulus Shear


Berikut ini adalah data yang didapatkan pada windows command dari hasil perhitungan
modulus shear dengan variasi variabel gaya (F) dan perubahan sisi atas

Gaya Perubahan Modulus Shear


1.0e+04 *

0.0100 0.0000 0.0083


0.0579 0.0001 0.0079
0.1059 0.0002 0.0078
0.1538 0.0003 0.0078
0.2017 0.0004 0.0078
0.2497 0.0005 0.0078
0.2976 0.0006 0.0078
0.3455 0.0007 0.0078
0.3934 0.0008 0.0078
0.4414 0.0009 0.0078

3.4.2.2 Modulus Bulk


Berikut ini adalah data yang didapatkan pada windows command dari hasil perhitungan
modulus bulk dengan variasi variabel gaya (F) dan perubahan volume

Gaya Perubahan_Volume Modulus_Bulk


1.0e+03 *

0.2000 0.0540 0.0222


0.2316 0.0513 0.0271
0.2632 0.0485 0.0325
0.2947 0.0458 0.0386
0.3263 0.0431 0.0455
0.3579 0.0403 0.0533
0.3895 0.0376 0.0622
0.4211 0.0348 0.0725
0.4526 0.0321 0.0846
0.4842 0.0294 0.0989
BAB IV
ANALISIS

Dari data yang didapatkan pada bab 3.1, dapat diketahui pengaruh dari variabel gaya yang
diberikan dan luas permukaan benda yang diukur terhadap besar dari Modulus Young. Seperti yang
dapat dilihat di tabel 3.1, pada saat besar gaya 20 N menghasilkan Modulus Young sebesar 0,032 dan
pada saat besar gaya 40 N menghasilkan Modulus Young sebesar 0,064. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa semakin besar gaya yang diberikan, semakin besar juga nilai Modulus Young yang
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena Modulus Young dipengaruhi oleh strain (𝜎) yang nilainya
berbanding lurus dengan gaya (F). Pada tabel 3.2, saat luas permukaannya 36 m^2 menghasilkan
Modulus Young sebesar 0,463 dan pada saat luas permukaannya diubah menjadi 49 m^2 nilai Modulus
Young menjadi 0,2915. Dengan demikian dari data pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa semakin
besar luas permukaan (A) suatu benda, maka semakin kecil Modulus Young dari benda tersebut.
Fenomena ini disebabkan karena Modulus Young dipengaruhi oleh strain (𝜎) yang berbanding terbalik
dengan luas permukaan suatu benda dan stress (𝜖) yang juga berbanding terbalik dengan panjang (L)
benda tersebut.

Pada bab 3.2 dilakukan perhitungan data secara masif dan kemudian dilakukan plotting untuk
menghasilkan kurva stress dan strain seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. Dari kurva tersebut
dapat diketahui hubungan antara stress dan strain dari suatu benda. Kurva tersebut menggambarkan
pergerakan linear yang cenderung konstan dimana semakin besar nilai stress maka semakin besar
juga nilai strain. Sehingga, hal tersebut menggambarkan bahwa nilai stress dari suatu benda
berbanding lurus dengan nilai strain dari benda tersebut. Hasil yang didapatkan pada paragraf pertama
dan paragraf kedua hanya dapat terjadi di benda isotropik karena pada benda jenis ini strain pada
semua sisi akan seragam ketika dikenai stress yang sama pula.

Pada bab 3.3 dilakukan perhitungan untuk mengetahui elastisitas dari batuan isotropik dengan
membuat variasi pada stress dan strain kemudian dilnjutkan dengan melakukan plotting kurva
elastisitas untuk mengetahui hubungan antara stress dan strain. Seperti yang sudah dibahas pada
paragraf sebelumnya, dalam kurva tersebut dapat dilihat bahwa nilai stress berbanding lurus dengan
strain. Namun, hal lain yang dapat dilihat adalah batas elastisitas dari benda tersebut. Pada gambar
3.2 dapat dilihat bahwa daerah batas elastisitasnya terdapat pada strain berada pada angka 10 karena
kurvanya cenderung masih linear. Sedangkan pada interval selanjutnya disebut dengan daerah plastis.
Uji tarik dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh nilai stress dan strain terhadap karakteristik suatu
batuan yaitu dengan melihat slope (m) atau gradiennya seperti yang disajikan pada tabel 3.3. Apabila
m<1 maka batuan tersebut bersifat plastis, jika m>=1 maka batuan tersebut elastis, dan jika m<0,01
maka batuan tersebut adalah fracture.

Pada bab 3.3.2 dapat dilihat semakin besar nilai stress dan strain dari suatu benda maka nilai
slope atau gradiennya akan semakin kecil. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa suatu batuan akan
cenderung menuju ke sifat plastis apabila diberikan stress dan strain yang besar. Contoh kasus pada
bidang petrofisika adalah apabila sebuah batuan diberikan gaya dengan jumlah stress dan strain
tertentu maka batuan tersebut nantinya akan mengalami deformasi yang mengakibatkan perubahan
fisis dari batuan tersebut. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh Modulus Young dari batuan tersebut,
semakin besar nilainya maka semakin besar juga ketahanannya dalam menerima gaya. Pada bab 3.4
dilakukan perhitungan Modulus Shear dan Bulk. Dari data yang didapatkan pada Bab 3.4.2.1, diketahui
bahwa nilai Modulus Shear berbading terbalik dengan gaya yang diberikan. Lain halnya dengan
Modulus Bulk, dimana semakin besar gaya yang diberikan maka semakin besar juga Modulus Bulk dari
benda tersebut atau dalam kata lain gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan
Modulus Bulk benda tersebut. Dalam bidang petrofisika, Modulus Bulk dan Modulus Shear dapat
digunakan untuk menentukan parameter elastisitas suatu batuan termasuk kompresibilitasnya.
BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang sudah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :

 Modulus Young dipengaruhi oleh nilai stress (𝜖) dan strain (𝜎) dimana Modulus Young tersebut
berbanding lurus dengan gaya yang diberikan dan berbanding terbalik dengan luas
permukaannya.
 Nilai stress dari suatu benda isotropik berbanding lurus dengan nilai strain dari benda tersebut
 Semakin besar nilai stress dan strain dari suatu benda maka nilai slope atau gradiennya akan
semakin kecil. Maka suatu batuan akan cenderung menuju ke sifat plastis apabila diberikan
stress dan strain yang besar.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Gadallah, R.M dan Fisher, R. 2009. Fundamentals of Petrophysics. Springer : Berlin

ojs.hagi.or.id/article/download

Anda mungkin juga menyukai