Anda di halaman 1dari 9

Anastasia Distia Rini/20160100148

TRANSFER PRICING

Definisi Transfer pricing

Transfer pricing adalah harga yang dibebankan satuan usaha individual dalam
suatu perseroan multisatuan usaha atas transaksi di antara mereka sendiri. Konsep ini
digunakan bila setiap satuan usaha dikelola sebagai suatu pusat laba, yang masing-
masing bertanggung jawab atas laba dari modal yang diinvestasikan. Dengan praktek
transfer pricing, perusahaan akan melaporkan rugi sehingga tidak perlu membayar
pajak.

Transfer pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan harga


transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun transaksi
finansial yang dilakukan oleh perusahaan.

Menurut Charles T. Hongren dan Gary L. Sundem “Transfer Pricing adalah


usaha perusahaan multinasional untuk mengurangi pajak penghasilan dengan cara
pengalokasian laba perusahaan keanak perusahaan yang memiliki beban pajak yang
lebih rendah.” .

Transaksi transfer pricing juga dapat terjadi antar perusahaan, baik didalam grup
atau dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, baik yang di dalam
negeri maupun di luar negeri.

Transaksi transfer pricing memiliki 2 dimensi pengertian, yaitu:

1. Dimensi netral

Dalam dimensi ini, pengertian transaksi transfer pricing adalah strategi, taktik,
dan motif pengurangan beban pajak.
Menurut Gunadi “Transfer Pricing adalah penentuan harga atau imbalan
sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, atau pengalihan teknologi antar
Anastasia Distia Rini/20160100148

perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.”


Sedangkan menurut Sopar Lumbantoruan “Transfer Pricing adalah penentuan
harga balas jasa suatu transaksi antar divisi dalam suatu perusahaan dalam satu
grup.”

2. Dimensi pejoratif

Dalam dimensi ini, pengertian transaksi transfer pricing adalah suatu upaya untuk
menghemat beban pajak dengan cara menggeser laba ke perusahaan yang
memiliki jumlah laba lebih kecil sehingga jumlah pajak yang dikenakan lebih
kecil atau ke Negara yang tarif pajaknya lebih rendah.

Menurut Gunadi “Transfer Pricing adalah suatu rekayasa manipulasi harga secara
sistematis dengan maksud mengurangi laba secara artifisial, membuat seolah-
olah perusahaan rugi sehingga perusahaan dapat menghindari pajak.

Tujuan Transfer pricing

Tujuan yang ingin dicapai dalam transaksi transfer pricing antar perusahaan adalah
sebagai berikut:

 Memaksimalkan penghasilan global setelah dikurangi pajak.


 Mengamankan posisi kompetitif.
 Evaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara.
 Mengurangi risiko moneter.
 Mengatur cash flow anak/cabang perusahaan yang memadai.
 Mengurangi beban pengenaan pajak, dan bea masuk.
 Mengurangi risiko pengambilalihan pemerintah.
Anastasia Distia Rini/20160100148

Eden (2001) dalam Darussalam dan Sepriadi (2008) mengistilahkan transfer pricing
manipulation dengan suatu kegiatan untuk memperbesar biaya atau merendahkan
tagihan yang bertujuan untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.

Manipulasi harga yang dapat dilakukan dengan transfer pricing antara lain manipulasi
pada:

 Harga penjualan;
 Harga pembelian;
 Alokasi biaya administrasi dan umum atau pun pada biaya overhead;
 Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham
(shareholder loan);
 Pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalan atas jasa
manajemen, imbalan atas jasa teknik, dan imbalan atas jasa lainnya;
 Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak yang
mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar;
 Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang/tidak
mempunyai substansi usaha (seperti: dummy company, letter box company
atau reinvoicing center).

Transaksi transfer pricing yang dilakukan antar perusahaan ditandai dengan adanya
hubungan istimewa. Hal yang terpenting dalam menghitung laba kena pajak adalah
adanya indikasi hubungan istimewa dalam memperoleh penghasilan.
Anastasia Distia Rini/20160100148

Subsituton Product
Subsituton Product (barang pengganti) adalah barang yang dapat menggantikan
atau digantikan oleh barang lain apabila barang penggantinya sulit diperoleh atau
harganya meningkat. Keberadaan produk subsitusi dapat menjadi “threat” yang harus
diwaspadai. Substitute product sendiri ada yang sifatnya perfect substitute (pengganti
utama) dan inperfect substitute (tidak secara langsung).

Untuk Perfect Substitute produk ini dapat dikategorikan dalam beberapa jenis, yaitu :

1. Symiliar Characteristic Performance; keduanya memiliki karakteristik performa


produk yang sama. Misalkan : Mercedez dengan BMW sebagai mobile mewah.
Indosat bisa menjadi substitusi Telkomsel

2. Geographic Area; ketika dalam satu area geografis maka akan menjadi pesaing
utama. Misalkan : Koran Kompas Jogja akan menjadikan KR sebagai product
substitute utama

3. Occasion for Use; bisa dikatakan substitusi dikarenakan cara konsumsi yang
sama. Coca Cola secara langsung akan menjadi substitusi product minuman
cola/carbonasi seperti Pepsi. Namun ketika kita sedang berada dalam warung soto,
bisa jadi pesaing coca-cola bukan pepsi, melainkan teh botol sosro, fruit tea dan lain
sebagainya.

Meskipun sesama industri, namun cara mengkonsumsinya berbeda bisa dianggap


bukan pesaing utama. Contoh lah : Equil dengan Aqua. Equil hanya
menempatkan/mendistribusikan produknya ke tempat-tempat tertentu (hotel dan
cafe), oleh karena itu equil tidak perlu menjadikan aqua sebagai pesaing utama.
Begitu sebaliknya

Perlu upaya untuk menghindari terjadinya produk substitusi secara langsung. Pada
umumnya orang mencari produk substitusi dikarenakan faktor harga. Mereka
Anastasia Distia Rini/20160100148

berupaya dengan kinerja yang sama mereka akan mendapatkan harga yang lebih
efisien. Ada metode yang dapat kita lakukan berkaitan harga adalah membuat “Price
Discrimination”.

Metode tersebut antara lain :

1. Two Part Pricing; membuat paket-paket dari beberapa item produk. Misalkan :
fiteness. Ada model paket. Paket 1 (fitness, renang, tenis), Paket 2 (Fitness, renang,
Aerobic), atau model per satuan. Ketika dia membeli paket maka harga akan lebih
murah dibandingkan satuan.

2. Blog Pricing; membeli dalam kuantiti tertentu lebih murah dibandingkan dengan
satuan. Misalkan ketika kita beli Mie satu dus akan lebih murah dibandingkan beli
satuan (dengan jumlah dan item yang sama)

3. Commodity Bundling; memberikan harga khusus untuk pembelian produk


bundle/pelengkap. Misalkan beli komputer dengan software nya

4. Peak Load Pricing; ketika peak time maka harga lebih tinggi dibanding off peak.
Tujuannya adalah melakukan subsidi. Misalkan ketika libuaran harga hotel lebih
mahal.

5. Cross Price Subsidies; Satu harga menutup kerugian harga lainnya. Misalkan :
Coca cola digratiskan ketika kita beli paket Pizza Hut untuk 4 orang. Harga pizza
yang dijual pada dasarnya juga include harga minuman

6. Randomize Pricing; yaitu berusaha menciptkan kondisi uncertainty. Misalkan :


melakukan discount pada watu-waktu tertentu
Anastasia Distia Rini/20160100148

REDESAIN PRODUK
Redesain adalah sebuah aktivitas melakukan pengubahan pembaharuan
dengan berpatokan dari wujud desain yang lama diubah menjadi baru, sehingga
dapat memenuhi tujuan-tujuan positif yang mengakibatkan kemajuan.
Pengertian lain menyebutkan bahwa redesain merupakan proses mendesain
ulang produk yang sudah ada. Karena proses redesain memakan waktu yang cukup
lama maka dari itu harus memiliki alasan yang kuat sebelum melakukan desain
ulang. Dari beberapa uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Redesain
pada dasarnya sama dengan proses desain pada umumnya, akan tetapi pada
redesain proses desain dilakukan terhadap sebuah produk yang sudah ada agar lebih
memaksimalkan tujuan dan fungsi dari sebuah produk.
Sebuah produk dilakukan redesain dikarenakan produk tersebut kondisinya
sudah tidak layak lagi. Dalam hal ini produk tersebut sudah tidak sesuai fungsi dan
citranya. Sehingga secara umum produk tersebut harus dilakukan redesain agar
fungsi dan citra produk tersebut dapat kembali seperti awalnya.

Redesain juga harus memperhatikan masyarakat, agar produk tersebut


setelah dilakukan redesain semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dan
bukan sebaliknya, setelah dilakukan redesain produk tersebut semakin dijauhi oleh
masyarakat karena citra dan fungsiya semakin menghilang.
Anastasia Distia Rini/20160100148

Kesimpulan

 Transfer Pricing didefinisikan sebagai harga yang ditentukan oleh satu bagian
dari sebuah organisasi atas penyerahan barang atau jasa yang dilakukannya
kepada bagian lain dari organisasi yang sama. Transfer pricing dapat juga
diartikan sebagai nilai atau harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran
antar divisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling division)
dan biaya divisi pembeli (buying division). Dilihat dari aspek perpajakan,
pengertian transfer pricing adalah harga yang dibebankan oleh suatu
perusahaan atas barang, jasa, harta tak berwujud kepada perusahaan yang
mempunyai hubungan istimewa.
Tujuan penetapan harga transfer adalah untuk mentransmisikan data keuangan
di antara departemen-departemen atau divisi-divisi perusahaan pada waktu
mereka saling menggunakan barang dan jasa satu sama lain. Selain itu
transfer pricing terkadang digunakan untuk mengevaluasi kinerja divisi dan
memotivasi manajer divisi penjual dan divisi pembeli menuju keputusan-
keputusan yang serasi dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Namun
dalam praktik, seringkali ditemukan transaksi antar anggota perusahaan
multinasional yang tidak luput dari rekayasa transfer pricing.
 Subsituton Product (barang pengganti) adalah barang yang dapat
menggantikan atau digantikan oleh barang lain apabila barang penggantinya
sulit diperoleh atau harganya meningkat. Keberadaan produk subsitusi dapat
menjadi “threat” yang harus diwaspadai. Substitute product sendiri ada yang
sifatnya perfect substitute (pengganti utama) dan inperfect substitute (tidak
secara langsung).
 Redesain pada dasarnya sama dengan proses desain pada umumnya, akan
tetapi pada redesain proses desain dilakukan terhadap sebuah produk yang
sudah ada agar lebih memaksimalkan tujuan dan fungsi dari sebuah produk.
Anastasia Distia Rini/20160100148

TARGET COSTING
Pengertian
Target biaya atau target costing adalah metode penentuan biaya produksi dimana
perusahaan terlebih dahulu menentukan biaya produksi yang harus dikeluarkan
berdasarkan harga kompetitif, dengan demikian perusahaan memperoleh laba yang
diharapkan.

Target biaya = harga jual – laba yang diharapkan.

Terdapat dua alasan mengapa target costing sebaiknya digunakan perusahaan didalam
situasi pasar yang sangat kompetitif:

1. Perusahaan tidak dapat menentukan dan mengendalikan harga jual produknya


secara sepihak.
2. Sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap design.

Siklus biaya (The cost life cycle)


Siklus biaya adalah urutan aktivitas biaya dalam perusahaan mulai dari riset dan
pengembangan, desain, produksi, pemasaran distribusi dan pelayanan pada
pelanggan.

Riset dan pengembangan → Desain (Target Costing) → Produksi → Pemasaran dan


Distribusi → Pelayanan pada pelanggan

Siklus Biaya lanjutan..


Untuk menurunkan biaya sampai kepada tingkat yang dikehendaki tersebut,
perusahaan memiliki alternatif sebagai berikut:

1. Mengintegrasikan teknologi pemanufakturan baru, menggunakan teknik-


teknik manajemen biaya yang canggih
2. Dengan melakukan desain ulang terhadap produk atau jasa, perusahaan dapat
menurunkan biaya sampai tingkat target biaya yang diinginkan.

Pengimplementasian target costing


Untuk mengimplementasikan metode target biaya didalam perusahaan terdapat
serangkaian fase yang harus dilalui oleh perusahaan antara lain:

1. Menentukan harga pasar


Anastasia Distia Rini/20160100148

2. Menetukan laba yang diharapkan


3. Menghitung target biaya pada harga pasar dikurangi laba yang diharapkan
4. Menggunakan rekayasa nilai untuk mengidentifikasi cara yang dapat
digunakan untuk menurunkan biaya produk.
5. Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk terus
menurunkan biaya

Teori Kendala
Kebalikan dari target biaya yang berfokus pada tahap awal dari siklus biaya adalah
teori kendala (theory of constraint).

Teori kendala adalah suatu upaya untuk memfokuskan perhatian manajer pada
kendala atauy pemborosan, yang memperlambat proses produksi.

Anda mungkin juga menyukai