Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Tulang kerangka manusia dewasa terdiri dari 206 segmen tulang yang sebagian besar
berpasangan satu dengan yang lain yaitu sisi kiri dan sisi kanan. Tulang kerangka pada bayi dan
anak-anak lebih dari 206 segmen tulang karena beberapa tulang dulunya belum mengalami
penyatuan, misalnya tulang sacrum dan coxae pada tulang vertebra. Kerangka aksial (kerangka
sumbu tubuh) terdiri dari 80 segmen tulang, beberapa diantaranya adalah tulang kepala
(cranium), tulang leher (os hyoideum dan vertebrae cervicales), dan tulang batang tubuh (costae,
sternum, vertebrae dan sacrum).Kerangka apendikular yaitu kerangka tambahan terdiri dari
tulang-tulang ekstremitas baik ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah dengan total 126
segmen tulang.

Tulang adalah salah satu struktur tubuh yang paling keras karena tersusun dari 67%
bahan inorganik yaitu hidroksiapatit dan 33% merupakan bahan organik yaitu kolagen dan 5%
protein non kolagen. Hidroksiapatit merupakan komposisi terpenting dari tulang yang
menstimuliasi perbaikan dari tulang atau meregenerasi tulang.

Tulang merupakan organ terpenting manusia yang termasuk vital, karena tulang
berfungsi sebagai penopang tubuh manusia dan menjadi penjaga organ- organ vital. Kerusakan
pada tulang akibat suatu trauma akan menjadi sangat berbahaya dan akan menyebabkan
keterbatasan dalam beraktivitas. Fraktur pada tulang merupakan salah satu contoh kerusakan
pada tulang. Fraktur tulang terjadi ketika kekuatan yang diberikan terhadap tulang lebih kuat dari
yang dapat ditanggung tulang. Ini dapat menganggu struktur dan kekuatan tulang serta
menyebabkan rasa sakit, hilangnya fungsi dan kadang- kadang perdarahan dan cedera di sekitar
lokasi.

Penanaman Bone graft (cangkok tulang) seringkali dilakukan sebagai solusi untuk patah
tulang yang tidak menyambung (non union) atau lambat menyambung (delayed union).
Penyebab keduanya bisa sistemik maupun lokal. Penyebab sistemik misalnya nutrisi yang buruk,
atau kurangnya suplai darah, misalnya pada perokok atau penderita diabetes.

1
Sedangkan penyebab lokal meliputi adanya luka yang besar disekitar patahan, pola patahan yang
kecil- kecil/ berkeping- keping, atau juga timbulnya infeksi. Bone graft bekerja untuk
menstimulasi pertumbuhan dari tulang baru.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bone graft

Bone graft adalah sebuah bahan pengisi untuk membantu menstimulasi pertumbuhan
tulang akibat dari suatu trauma yang menyebabkan fraktur sehingga korban mengalami
kehilangan atau pun kerusakan formasi tulang yang parah, dalam kedokteran gigi banyak
digunakan dalam rekonstruksi mandibula seperti pada kasus protrusi madibula, retrusi mandibula
dan fraktur pada mandibula1, 2.
Penggunaan Bone graft selalu dilakukan pada prosedur bedah, prosedur bedah dari Bone
graft dinamakan Bone grafting. Bone grafting adalah prosedur bedah yang bertujuan
menggantikan struktur tulang dengan material dari tubuh pasien itu sendiri, artificial, synthetic
atau natural subsitute. Bone grafting dapat dilakukan karena adanya kemampuan jaringan tulang
untuk beregenerasi. Seperti pada tulang yang asli, umumnya material graft dapat berinegrasi
dengan jaringan tulang natural sehingga dapat berikatan1, 3.
Indikasi dalam penggunaan Bone graft sendiri adalah menutup kavitas atau defek pada
tulang akibat dari kista atau pun tumor, untuk menyambungkan persendian dengan fungsi
arthrodesis, menyambungkan defek tulang yang besar, bone block untuk mengurangi gerak
sendi, menstimulasi perbaikan tulang pada pseudarthrosis3.
Kontraindikasi dari Bone graft adalah pasien yang mengalami reaksi alergi terhadap
recombinant human Bone Morphogenetic Protein-2, bovine Type I collagen atau pada
komposisinya yang lain, tidak dapat digunakan pada area yang sekitarnya memiliki tumor, pasien
dalam tahap perwatan tumor yang malignant, wanita hamil dan infeksi4.

2.2 Tipe Dan Sumber Bone graft

Bone graft sebagai sebuah material yang akan berkontak dengan jaringan tubuh memiliki
sifat biokompatibel atau dapat berikatan dengan jaringan tubuh tanpa menyebabkan suatu rekasi
alergi, memiliki sifat mekanik yang baik, dan mudah dimanipulasi. Secara garis besarnya
terdapat 4 macam Bone graft yang ada yaitu:

3
 Autograft
Autologous (autogenous) merupakan sumber Bone graft yang didapatkan
dari pasien itu sendiri. Keuntungan dari Bone graft ini sendiri adalah minimnya
kemungkinan terjadi reaksi sensitivitas dari tindakan ini, karena graft yang di
ambil bersalah dari tubuh pasien itu sendiri. Kekurangan dari autograft ini adalah
dibutuhkan tindakan bedah yang lain untuk mendapatkan graft dari tubuh, dapat
menyebabkan potensi infeksi atau pun sakit pada daerah post operasi.

 Allografts
Allografts bone, pada dasarnya seperti pada autogenous bone, graftsnya
diambil dari manusia. Bedanya alllografts diambil dari individu lain untuk di
donorkan pada penerima graft atau reciever. Allograft bone biasanya diambil dari
cadaver atau dari bone bank.
Pada kasus anak kecil yang membutuhkan donor Bone graft, diutamakan
didapatkan dari orang tuanya.

4
 Xenografts
Xenografts adalah Bone graft yang didapatkan dari spesies lain selain
manusia, seperti bovine (Bovinae adalah sebuah subfamili yang tergolong familia
Bovidae yang mencakup berbagai kelompok tersebar di 10 genus hewan berkuku
jari berukuran medium hingga besar, termasuk sapi domestik, bison, kerbau air,
yak, dan antelope) digunakan sebagai bahan kasifikasi matriks. Pengunaan
xenograft memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi karena donor tulang di
dapat kan dari spesies lain selain manusia1, 3, 5, 6.

 Alloplast atau Alloimplant


Alloplast grafts terbuat dari hydroxylapatite, mineral yang juga menjadi
penyusun utama atau komponen utama dari tulang. Dapat dibuat dari bahan glass
bioactive. Hydroxylapatite adalah Bone graft sintetis yang banyak digunakan
karena memiliki kelebihan seperti osteoconduction, hardness, dan dapat diterima
oleh tulang. Beberapa grafts sintesis dibuat dari calcium carbonate, tapi memiliki
kekurangan yaitu sangat mudah teresorbsi sehingga menyebabkan tulang menjadi
rawan untuk fraktur3.

5
Alloplastik merupakan bahan cangkok tulang buatan yang inert. Bahan cangkok
tulang yang paling utama digunakan adalah calcium carbonate, calcium sulfate,
polimer bioaktif glass, dan bahan keramik, termasuk HA buatan dan tricalcium
phosphate (TCP). Mekanisme aksi dari bahan ini yang pasti adalah
osteokonduksi.Bahan-bahan tersebut menyediakan fondasi/ rangka sementara
untuk meningkatkan perbaikan dan pertumbuhan jaringan tulang. Pemilihan
penggunaan bahan-bahan cangkok tulang (satu jenis atau kombinasi),
tergantung dari kapasitas pemulihan sistemik individu, yaitu potensi
penulangan baru pada area defek, dan waktu yang tersedia untuk pematangan
bahan cangkok tulang.Area defek yang besar dan kemampuan penulangan baru
rendah lebih baik menggunakan autograft, sedangkan yang kecil dapat
menggunakan jenis xenograft atau alloplastic graft. Bila diperlukan untuk hasil
yang lebih optimal sesuai dengan kasus yang dihadapi, dapat ditambahkan
aplikasi membrane sebagai barrier. Adapun bahan alloplast yang banyak
digunakan adalah:

A. Carbonate-Hydroxyapatite (CHA)
Komponen anorganik penyusun tulang, email, dan dentin kurang tepat bila
dikatakan berstruktur kimia berupa hydroxyapatite, lebih tepat lagi bila dikatakan
membentuk struktur ion karbonat apatit. Ion karbonat apatit yang telah dicoba
disintesis dengan beberapa metode, terbukti mempunyai karakteristik morfologi dan
kekuatan mekanis yang cocok sebagai material pengganti tulang. Berdasarkan hasil
penelitian lain, telah terbukti juga bahwa karbonat apatit sintetis dapat mempercepat
proses penulangan baru dan unsur tersebut dapat mengatur penyeimbangan kinerja/
peran pada tiap sel-sel tulang.Menurut sumber lain, berbagai alternatif biokeramik
untuk penggantian jaringan tulang, diantaranya adalah karbonat apatit yang
merupakan material yang memiliki kemampuan biodegradasi yang baik. Karbonat
apatit dapat disintesis melalui berbagai macam metode, misalnya melalui proses
hidrotermal gypsum; ataupun melalui proses fosfatisasi kalsium karbonat. Karbonat
apatit juga dapat diperoleh melalui sintesis kimiawi antara Ca(OH)2 dan H3PO4

6
melalui proses maturasi 2 jam ataupun 17 jam yang dapat menghasilkan CHA dengan
kristalinitas rendah.
Hal ini seperti yang telah diketahui dari penelitian-penelitian yang ada bahwa
bentukan mineral jaringan keras manusia mengandung Hydroxyapatite, berisi sejenis
ion murni seperti carbonate, sodium, magnesium, dan lain-lain. Carbonate adalah
salah satu ion yang terdapat sekitar 4-8wt%, sehingga jaringan keras identik
dengan komposisi carbonate-hydroxyapatite. Telah dilaporkan bahwa CHA buatan
menggambarkan aktivitas biologis lebih baik daripada HA, karena dengan
memasukkan unsur carbonateke dalam hydroxyapatite menyebabkan peningkatan
solubilitas, menurunkan kristalinitas perubahan dalam morfologi kristalnya, dan
mempertinggi reaktivitas kimia dengan pengikatan sementara jaringan tulang. CHA
sebenarnya lebih meningkatkan konsentrasi lokal ion Ca dan Phosphate yang penting
dalam pembentukan tulang baru. Komposisi dari CHA, dibentuk dari bahan Gypsum
dan Ca-Hydroxydeyang banyak diperoleh di Indonesia dan dilapisi gelatin yang tidak
menimbulkan reaksi imunologi/ alergi.

B. Biphasic Calcium Phosphate (β-TCP)

Sebagai bahan untuk regenerasi tulang, bioceramic biasanya mempunyai


fungsi osteokonduksi yang baik dan aktivitas biologis dengan bentukan mineral
yang mirip dengan jaringan tulang asli.Salah satu bahan cangkok tulang yang
termasuk bioceramic golongan hidroksiapatit adalah beta-tricalcium phosphate
yang merupakan bahan yang dapat mewakili komponen tulang dan dapat
menstimulasi regenerasi jaringan tulang.
Bahan cangkok tulang seperti Hydroxyapatite buatandan Beta-Tricalcium
Phosphate cukup menjanjikan, karena berasal dari alam dan memiliki
kemampuan untuk memfasilitasi pembentukan tulang baru. Komposit Biphasic
Calcium Phosphate (70% HA dan 30% β-TCP), bersifat biokompatibel, dapat
meningkatkan pembentukan tulang baru, dan melalui efek osteokonduksi dapat
menambah masa tulang di area defek. Osteon (Biphasic Calcium
Phosphate) adalah salah satu produk unik yang berbahan dasar koral laut,

7
yang mengandung unsur Calcium Carbonate di dalam struktur Calcium
Hydroxyapatite. Keuntungan bahan ini adalah struktur koral laut tersebut mirip
dengan trabekula tulang.
Sayangnya Biphasic Calcium Phosphatemempunyai beberapa kelemahan, yaitu
laju degradasinya lamban, ketahanan terhadap fraktur lemah, kristalinitasnya
tinggi, dan mempunyai keterbatasan dalam menstimulasi regenerasi sel-sel tulang;
serta dilapisi dengan kolagen, sehingga dapat memungkinkan terjadinya reaksi
imunologi/ alergi pada pasien yang memiliki hipersensitivitas7, 8.

2.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Bone graft

 Resepien dan Operator


Graft tulang merupakan suatu prosedur bedah dengan kepekaan teknis yang besar
dan dilakukan oleh ahli bedah mulut atau bedah maksilifacial. Graft tulang yang ada
biasanya dalam keadaan yang lemah akibat terganggunya suplai darah atau sudah tidak
adanya suplai darah. Selain itu resepien atau penerima graft menunjukkan vaskuliritas
yang menurun dan selularitas yang berkurang akibat adanya sikatirks, kemungkinan
berhasilnya menjadi sangat kecil. Karena prosedur graft sendiri memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi maka ahli bedah harus memperhatikan segala aspek yang ada.
 Infeksi
Infeksi merupakan tanda kematian dari graft tulang. Asepsis yang ketat
dipertahankan selama pembedahan, yaitu selama menanamkan graft, selama
penanganannya, dan dalam mempersiapkan resepien. Dalam graft mandibula untuk
merestorasi cacat kontinuitas, penanganannya biasanya perkutan, dan perhatian utama
diarahkan pada menhindari perforasi mukosa, yang dapat menyebabkan kontaminasi
rongga mulut. Untuk itu digunakan antibiotik profilaksis intravena pada pra-, intra- dan
pasca- bedah dengan penicillin atau cephalosporin dosis tinggi. Dengan membatasi
keberadaan graft di luar tubuh sesingkat mungkin akan dapat mempertahankan viabilitas
graft bebas dengan lebih baik dan memperkecil gangguan kontaminasi. Idealnya, graft
ditransfer langsung dari donor ke lokasi resipien, satu- satunya penundaan yang
dibolehkan adalah sewaktu mempersiapkan graft. Jaringan bagian dalam dirapatkan
seakurat mungkin untuk menutup graft, sehingga dapat menghindari terjadinya rongga
8
kosong. Rongga kosong akan meningkatkan pembentukan hematoma, yang akan
menghambat revaskularisasi dan dapat bertindak sebagai medium perkembangan bakteri.
Pada keadaan dimana hemostatis terganggu, drainase lapisan superfisial dari daerah
operasi dapat dipertimbangkan.
 Daerah Resipien
Karena keberhasilan osteogenesis fase kedua sebagian besar tergantung pada
kualitas jaringan dasar resepien, maka harus dilakukan persiapan secara cermat. Jika
daerah resepien telah terinfeksi sebelumnya, maka harus menunggu sekurang- kurangnya
3 sampai 4 bulan setelah infeksi hilang, sebelum melakukan prosedur graft. Eksisi
dilakukan pada jaringan parut/ sikratriks di atasnya, yang terletak diantara segmen tulang.
Tindakan ini dibutuhkan tidak saja untuk mendapatkan jaringan dasar yang bervaskular,
tetapi juga menggerakkan segmen untuk reposisi. Pada kasus penundaan rekonstruksi
mandibula, tonggak segmen terbentuk dari tulang kortikal yang padat dan relatif tak
berpembuluh (eburnasi). Tulang yang padat tersebut diambil hingga terjadi perdarahan
tulang, yang yang sering kali berarti melebarkan daerah cacat. Jika graft ditempatkan
untuk rekonstruksi secepatnya, dekortikasi graft dan permukaan tengah resipien harus
dilakukan, yang biasanya memanjang 1 sampai 2 cm dari tepi atau batas reseksi.
 Imobilisasi
Kegagalan mendapatkan fiksasi/ imobilisasi yang adekuat merupakan salah satu
penyebab utama dari kegagalan prosedur graft tulang pada mandibula. Bila terdapat gigi-
geligi, atau atau bila dapat dibuat splint yang adekuat (busur bukal atau jenis Gunning),
digunakan fiksasi maksilomandibular. Segmen- segmen mandibula distabilisasi secara
langsung melalui teknik plat tulang/ pengawatan atau melalui fiksasi skeletal eksterna
dengan menggunakan pasak.
Usaha untuk memodifikasi mandibula pada saat reseksi atau rekonstruksi, akan
membantu stabiliasi/ fiksasi. Koronoidotomi (pengangkatan periosteal) akan
menghilangkan daya pergeseran yang kuat dari musculus temporalis. Preparasi/
dekortikasi segmen mandibula bertujuan untuk membentuk garis fraktur yang
menguntungkan dan untuk mendapatkan adaptasi terbaik dari inlay/ onlay sehingga akan
memberikan persambungan graft/ resepien yang bersifat stabil. Sementar fiksasi
maksimandibular dilepas setelah 5 sampai 6 minggu pada penanganan fraktur mandibula

9
yang tidak komplikatif, pada kasus yang tidak menggunakan fiksasi rigid (osteosintasis
plat tulang) kemungkinan dibutuhkan fiksasi graft hingga 8- 10 minggu. Evaluasi sinar-
X yang diikuti pembukaan percobaan dan uji klinis penyatuan. Merupakan indikasi
khususnya bila tidak digunakan fiksasi skletal internal atau pun eksternal. Pemantauan
dengan radionuclide secepatnya ( 1 bulan pasca operasi ) dan jangka panjang (18 bulan )
akan memastikan revaskularisasi secara dini dan remodeling yang terus berlanjut dari
graft tulang2.

2.4 Prosedur Bone graft Pada Bedah Mulut


1. Anestesi.-
2. Insisi dan pembukaan flap mukoperiosteal.-
Para pakar menganjurkan untuk sedapat mungkin menggunakan flep preservasi papila.
Apabila tidak mungkin dapat juga berupa flep insisi sulkular.
3. Penyingkiran jaringan lunak dan jaringan granulasi.-
Semua jaringan lunak dan jaringan granulasi yang melekat ket tulang disingkirkan
dengan jalan pengkuretan.
4. Penyiapan permukaan akar gigi.-
Permukaan akar gigi dipersiapkan dengan jalan pengolesan larutan asam sitrat 1%
dengan pH 1.
5. Penyiapan daerah kerja.-
Dinding cacat tulang dibur dengan bur halus untuk membuat pendarahan dan
mempercepat pertumbuhan pembuluh darah baru.
6. Penempatan bahan Bone graft.-
Bahan cangkok yang digunakan bisaberupa butiran/kristal atau balok. Bila bahannya
berbentuk balok, bahan dipotong sesuai dengan bentuk cacat tulangnya. Cacat tulang
diisidengan bahan cangkok sampai ke atau sedikit koronal dari tepi cacat tulang.
7. Penutupan flep dan penjahitan.-
Dalam penutupan flep perludiperhatikan agar tepi flep beradaptasi rapat untuk
mencegah keluarnyabahan cangkok.
8. Pemasangan dressing periodontal7.

10
2.5 Mekanisme Kerja Bone graft

Regenerasi tulang dapat terjadi dengan lengkap melalui tiga mekanisme yang berbeda:
osteogenesis,osteoinduksi, dan osteokonduksi.Osteogenesis adalah pembentukan dan
perkembangan tulang, bahkan tanpa sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi. Osteoinduksi
adalah transformasi stem sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam osteoblast atau
kondroblast melalui faktor-faktor pertumbuhan yang ada hanya pada tulang hidup.
Osteokonduksi adalah proses yang menyediakan fondasi atau rangka sementara/ perancah
biologi, atau matrix fisik, yang sesuai dengan komposisi bentuk tulang baru disekitar tulang
mendukung diferensiasi sel-sel mesenkim untuk tumbuh disepanjang permukaan bahan cangkok
tulang. Jenis-jenis awal bahan cangkok tulang adalah autogenus, allograft, xenograft, dan
alloplastic.Semua bahan cangkok tulang mempunyai salah satu atau lebih dari ketiga mekanisme
tersebut.Mekanisme tersebut yang merupakan reaksi dari bahan cangkok tulang normalnya dapat
ditentukan berdasarkan asal dan komposisinya. Autogenous didapat dari pasien itu sendiri dan
mempunyai kemampuan membentuk tulang baru dalam aksi osteogenesis, osteinduksi, dan
osteokonduksi.Allograft didapatkan dari cadaver dalam spesies yang sama, mempunyai sifat
osteokonduksi dan kemungkinan osteoinduksi, tetapi tidak osteogenesis. Xenograft dan
Alloplastik graft hanya mempunyai sifat utama sebagai osteokonduksi.

Proses pembentukan tulang baru diawali oleh fase inflamasi , pada fase ini terjadi
pembentukan jendalan darah. Fase inflamasi terjadi antara minggu pertama sampai minggu ke-2.
Pada tingkat seluler, sel- sel inflamasi (neutrofil, makrofag dan fagosit) dan fibroblas akan
menginfiltrasi daerah luka yang distimulasi oleh prostaglandin. Sel-sel inflamasi bersama dengan
osteoklas berfungsi untuk membersihkan jaringan nekrotik, serta untuk mempersiapkan fase
reparasi. Infiltrasi sel-sel ini menimbulkan jaringan granulasi, meningkatkan pertumbuhan
vaskuler serta migrasi sel-sel mesenkimal agar area yang mangalami fraktur mendapat suplai
oksigen dan nutrisi dengan baik.

Selanjutnya terjadi fase reparasi, bone graf akan merangsang pertumbuhan dengan cara
menginduksi dan menjadi media bagi sel-sel punca dan osteoblas untuk melekat, hidup dan
berkembang dengan baik di dalam defek tulang. Kemudian luka akan distabilisasi oleh kartilago
(soft callus) yang nantinya akan menjadi tulang (hard callus). Fase ini terjadi dalam hitungan

11
beberapa bulan. Karakteristik fase reparatif yaitu terjadinya diferensiasi dari sel mesenkim
pluripotensial. Chondroblast dan fibroblas juga akan menginfasi daerah hematom fraktur dan
kemudian membawa matriks pada daerah luka. Kemudian pada minggu ke-4 hingga minggu ke-
6 terbentuk soft callus, yang tersusun oleh jaringan fibrous dan kartilago. Dalam penelitian yang
sudah ada, hidroksiapatit ternyata mampu menciptakan suasana yang cocok serta menjadi media
perlekatan sel-sel punca di dalam defek tulang sehingga dapat berdiferensiasi menjadi osteoblas
yang matur sehingga proses osteogenesis dapat dihasilkan oleh hidroksiapatit sebagai perancah
(scaffold) dalam proses regenerasi tulang.

Osteoblas ini akan membantu proses mineralisasi soft callus dengan cara mensekresi
matriks (kolagen tipe l) yang nantinya akan menjadi hard callus atau woven bone. Tulang pada
fase ini masih imatur, masih lemah terhadap kekuatan putar dan kekuatan tekan. Fase reparasi ini
menentukan kecepatan proses penyembuhan jaringan tulang.

Proses penyembuhan tulang berakhir ketika tercapai fase remodeling tulang. Fase ini
berlangsung beberapa bulan sampai tahun dan berfungsi untuk memperbaiki bentuk, struktur,
serta sifat-sifat mekanis tulang. Pada fase ini, aktifitas osteoblas dan osteoklas merubah tulang
imatur menjadi matur, dan woven bone yang susunannya tidak beraturan menjadi lebih beraturan,
dengan membentuk lamella yang lebih terorganisir serta menjadikan daerah fraktur lebih stabil.
Osteoblas sebagai sel sekretori yang aktif secara metabolik, menghasilkan sejumlah bone
morphogenetic protein (BMP) superfamily, antara lain BMP-2, BMP-7, dan perubahan faktor β,
dengan tambahan Insulin-Like Growth Factor, (IGF-I dan IGF-II), Platelet-Derived Growth
Factor (PDGF), Fibroblastic Growth Factors (FGF), TGF-β, interleukin I dan PDGF (Platelet-
Derived Growth Factor) dan osteoid yang sebagian terdiri dari kolagen tipe-I untuk proses
mineralisasi matriks tulang dengan cara mensekresi osteosit dan matriks tulang. Terjadi
pembentukan medullary canal, dan pembentukan permukaan tulang baru dengan proses resorpsi
dari bentuk cembung menjadi bentuk yang lebih lurus, sehingga pembentukan tulang yang baru
menjadi lebih baik dan lebih stabil5, 8.

12
BAB III

KESIMPULAN

Rekonstruksi cacat akibat trauma dengan bedah telah banyak mengalami kemajuan.
Transplantasi jaringan secara konstan makin berkembang melalui berbagai riset. Pemahaman
mekanisme dasar yang lebih baik mengani ketahan graft tulang memberikan dampak klinis yang
membawa pada perkembangan teknik dengan tingkat keberhasilan operasi yang lebih tinggi.
Tujuan menyuluruh dari pembedahan ini adalah untuk memberikan kualitas ketahanan yang
lebih baik bagi pendrita cedera orofacial dan untuk mencapai tujuan yang pasti dalam
memperbaiki fungsi tubuh.

Peranan dokter gigi dan dokter umum diperkuat dengan adanya pemahaman yang luas
mengenai diagnostik, perencanaan danm tindakan bedah yang termasuk dalam usaha
rekonstruksi dan perbaikan fungsi. Perkembangan dari teknologi bahan dalam kedokteran seperti
ini akan menambah pelayanan kesehatan yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai