Anda di halaman 1dari 16

Laporan Rencana Reklamasi

PT, Mandiri Agung Jaya Utama

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Status Perijinan

1.1.1Identitas Perusahaan

Nama Perusahaan : PT. Mandiri Agung Jaya Utama

Alamat Perusahaan : Jalan Simponi 5, Bandung, Jawa Barat Telp/ Fax. (022)
7304547

Penanggung Jawab : H. M. Toyib Saman, S. H Jabatan : Direktur Utama

Lokasi Kegiatan : Kecamatan Ulu Rawas, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi


Sumatera Selatan

Bidang Usaha : Pertambangan Batu Besi

1.1.2 Status Perijinan

PT. Mandiri Agung Jaya Utama sebagai salah satu perusahaan penananam
modal dalam negeri yang melakukan usaha dibidang pertambangan saat telah
melakukan eksplorasi detail dan sedang menyusun studi kelayakan penambangan
pada areal Kuasa Pertambangan Eksplorasi (KP) seluas 3.266 Hektar di
Kecamatan Ulu Rawas Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan.
Kegiatan ini didasarkan pada Surat Keputusan Bupati Musi Rawas No.
545/2/DPE/2005 tentang Pemberian Kuasa Pertambangan Eksplorasi Bahan
Galian Batu Besi Kepada PT. Mandiri Agung Jaya Utama (KW.05 NPP 021)
tanggal 1 Nopember 2005.

Berdasarkan hasil eksplorasi yang telah dilakukan, PT. Mandiri Agung Jaya
Utama juga memperoleh peningkatan status perizinan menjadi Kuasa
Pertambangan Eskploitasi pada areal seluas 1.343 hektar berdasarkan Surat
Keputusan Bupati Musi Rawas Nomor 545/22/DPE/2005 tanggal 27 Desember

Rencana Reklamasi Page 1


2005 tentang Pemberian Kuasa Pertambangan Eksploitasi Bahan Galian Batu Besi
Kepada PT. Mandiri Agung Jaya Utama (KW.05 DSP 022). Menindaklanjuti
Undang-Undang Nomor 04 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara.

Laporan Rencana Reklamasi PT. Mandiri Agung Jaya Utama Batubara,


selanjutnya saat ini PT. Mandiri Agung Jaya Utama sedang mengajukan
permohonan penyesuaian status Kuasa Pertambangan Eksploitasi menjadi Izin
Usaha Pertambangan Operasi Produksi.

1.2 Luas wilayah Kuasa Pertambangan

Sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Musi Rawas tentang pemberian


Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi Nomor 545/22/DPE/2005. PT. Mandiri
Agung Jaya Utama memiliki luas wilayah Kuasa Pertambangan 1.343 Ha. 1.2.1.

1.2.1 Rencana kegiatan di dalam KP Eksploitasi

Kegiatan penambangan yang berada di dalam KP Eksploitasi PT. Mandiri


Agung Jaya Utama adalah sebagai berikut :

a. Bukaan tambang Direncanakan PT. Mandiri Agung Jaya Utama akan


membuat bukaan tambang sebanyak 4 pit yaitu ;
- Pit-1 (luas area 8,20 ha),
- Pit-2 (sebelah Barat pit 1, dengan luas area sebesar 5,50 ha),
- Pit-3 (sebelah Barat pit 2, dengan luas area sebesar 5,70 ha),
- Pit-4 (sebelah Barat pit 3, dengan luas area sebesar 9,10 ha),
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah cadangan, dari cadangan terukur
sebesar 3.294.835 ton dengan faktor "/ oosening"sebesar 8,9 °/ o, maka
jumlah cadangan terjual sebesar 3.000.000 ton. Dengan nilai stripping
ratio sebesar 1 : 0,04, maka total jumlah overburden sebesar 142.500
BCM.

Rencana Reklamasi Page 2


b. Disposal area Disposal area di luar pit adalah seluas 4,8 hektar dan
terdapat di dalam wilayah konsesi PT. Mandiri Agung Jaya Utama.
c. Settling pond Terdapat 6 settling pond yang berada di dalam wilayah
konsesi PT. Mandiri Agung Jaya Utama, yang masing-masing berukuran
20 m x 60 m x 4 m atau seluas 7200 m2 atau 0.72 Ha.
d. Kolam sedimen dan sarana kendali erosi Terdapat 2 settling pond yang
berada di luar wilayah konsesi Agung Jaya Utama, yang masing-masing
berukuran atau PT. Mandiri 20 m x 60 m x 4 m seluas 7200 m2 atau 0.72
Ha. e. Fasilitas penunjang lainnya Pengadaan fasilitas penunjang sangat
perlu untuk mendukung kegiatan utama pena mbangan sehingga dapat
berjalan sesuai dengan yang di rencanakan. Lokasi fasilitas penunjang ini
dikonsentrasikan pada daerah tertentu agar memudahkan dalam
pengaturan dan pengawasannya, yang biasanya dekat dengan daerah
penambangan. Adapun fasilitas yang akan dibangun adalah :
 Bangunan kantor administrasi tambang (perkantoran)
Luas bangunan kantor yang direncanakan dibangun 14.0 m x 10.8 m
atau sekitar 0.015 ha.
 Bangunan tempat ibadah
Luas bangunan untuk tempat ibadah (mushola) adalah sebesar 0.0064
ha dengan ukuran 8 m x 8 m.
 Bangunan tempat makan (kantin)
Lokasinya terletak disekitar bangunan perkantoran dengan ukuran 8 m
x 8.8 m, luas area sekitar 0.0070 hektar.
 Pos Keamanan
Bangunan pos keamanan dibangun dengan ukuran 3 m x 3 m, dengan
luas area sekitar 0.0009 hektar.
 Stasiun bahan bakar
Stasiun BBM berupa tangki, yang dibangun pada lahan seluas 6 m x 6
m dengan luas area sekitar 0.0036 hektar.
 Wash pat untuk mencuci dump truck seluas 5 m x 9 m, luas area
sekitar 0.0045 hektar.

Rencana Reklamasi Page 3


 Senior staff building dengan ukuran 14 m x 8.8 m, dan luas area sekitar
0.0123
 Staff building seluas 12 m x 8.8 m sekitar 0.0106 hektar Rec hall seluas
0.0078 hektar
 Water tank seluas 3.5 m x 5.5 m seluas 0.0019 hektar
 Subtytank seluas 5 m x 3 m sekitar 0.0015 hektar
 Genset room seluas 8m x 6.2 m sekitar 0.0050 hektar
 Workshop Light Vehicle 10.1 m x 10.0 m sekitar 0.0101 hektar
 Parking area seluas 15 m x 7.7 m sekitar 0.016 hektar Fuel trap seluas 2.0 m x
1.0 m sekitar 0.0002 hektar
 Jalan 5000 m x 20 m sekitar 10 hektar
 Stock pile seluas 200m x 150 m sekitar 3,0 hektar
 Settling Pond seluas 20 m x 60 m dengan kedalaman 4 meter, seluas 0.72
hektar
 Nursery untuk pembibitan seluas 50m x 100m sekitar 0, 5 hektar
 Stasiun pembangkit listrik
Total luasan lahan untuk pembangkit listrik sekitar 12 m2.
 Fasilitas air bersih
Sumber air bersih berasal dari sungai yang diolah di water treatment yang
berukuran 10 m x 10 m dengan kapasitas 150 m3 sampai memenuhi air baku
yang layak digunakan.
 Bengkel dan gudang
Bengkel dan fasilitasnya antara lain gudang (ware house), garasi, tempat cuci
kendaraan dan lain-lain dibangun di areal 500 m2. Gudang dibangun
berdekatan dengan bengkel yang dibangun dengan ukuran 5 m x 8 m (seluas
40 m2).
1.2.2. Rencana kegiatan Di Luar KP Eksploitasi
Kegiatan pertambangan yang berada di luar KP Eksploitasi PT. Mandiri
Agung Jaya Utama antara lain adalah angkut batu besi menghubungkan
lokasi tambang (ROM Stockpile) dengan Jalan Lintas Sumatera (Sale

Rencana Reklamasi Page 4


Stockpile) lebar 20 meter sepanjang 28,20 kilometer, maka luas lahan
terganggu untuk jalan angkut batu besi ini adalah sekitar 56,4 Ha.

1.3 Persetujuan AMDAL


PT. Mandiri Agung Jaya Utama telah melakukan Studi AMDAL yang
telah disepakati oleh Tim Teknis dan Komisi AMDAL Kabupaten Musi
Rawas serta telah disetujui oleh Bupati Musi Rawas berdasarkan Surat
Keputuan Nomor 19/KPTS/ BLHD/2008 tanggal 22 Desember 2008.

1.4 Lokasi dan Kesampaian


Daerah Survey batas untuk menentukan titik KP Eksplorasi dan KP
Eksploitasi telah dilakukan dengan menggunakan GPS (Global Position
Satelite) merek Garmin 60 CSx dan Trumble dengan ketelitian yang baik
dimana penyimpangannya berkisar sekitar 5 cm saja. Koordinat masing-
masing lokasi KP Eksplorasi dan KP Eksploitasi disajikan pada Tabel 1.1 dan
Tabel 1.2.

Rencana Reklamasi Page 5


Areal KP Eksplorasi PT. Mandiri Agung Jaya Utama dapat dicapai dari
beberapa kota besar di tiga propinsi yaitu Palembang, Bengkulu serta Jambi.
Palembang yang merupakan ibukota Propinsi Sumatera Selatan, dapat dijangkau
dari Jakarta dengan penerbangan komersial selama kurang lebih 1 jam. Dari
Palembang kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat dengan mobil selama
kurang lebih 6 jam menuju kota kecil Surulangun di Kabupaten Musi Rawas
dengan melewati jalan beraspal yang cukup baik. Dari Surulangun kemudian
dilanjutkan kearah baratdaya melewati jalan kabupaten dengan kondisi
pengerasan pasir dan batu selama kurang lebih satu jam, menempuh sekitar 25 km
melewati Desa Pangkalan dan Lubuk Mas dan berhenti di Desa Jangkat atau Desa
Pulau Kidak yang terletak di pinggir Sungai Rawas. Untuk sampai ke areal KP,
dari Desa Jangkat atau Desa Pulau Kidak perjalanan dilanjutkan dengan
menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki menuju ke arah arah utara
menempuh jarak sekitar 1 sampai 5 kilometer. Peta lokasi areal KP PT. Mandiri
Agung Jaya Utama disajikan pada Gambar 1.1.

Rencana Reklamasi Page 6


Peta lokasi areal KP PT. Mandiri Agung Jaya Utama Gambar 1.1.

1.5 Tata Guna Lahan Sebelum Ditambang dan Sesudah di Tambang

1.5.1 Tata Guna Lahan Sebelum Ditambang

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. KEP-


76/KPTS-II/2001 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan Dalam
Wilayah Provinsi Sumatera Selatan serta Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Selatan Nomor No. 14 tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan, bahwa status dan fungsi areal Kuasa Pertambangan Eksploitasi
PT. Mandiri Agung Jaya Utama seluas 1.343 hektar tersebut terdiri dari :

a. Seluas ± 1.120 hektar merupakan kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT)


Rawas Utara dan telah dibebani izin IUPHHK-HT atas nama PT. Persada
Karya Kahuripan.
b. Seluas ± 223 hektar merupakan Areal Penggunaan Lain.
Untuk rencana jalan angkut tambang sepanjang 28,20 kilometer,
sekitar 7,55 kilometer atau seluas ± 15,10 hektar dari rencana rute jalan

Rencana Reklamasi Page 7


tersebut termasuk kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) sedangkan sisanya
yaitu sepanjang 20,65 kilometer (41,30 hektar) merupakan Areal Penggunaan
Lain.

Peta Penunjukkan Kawasan Sebelum Di Tambang Gambar 1.2.

Saat ini sebagian lahan tersebut telah dimanfaatkan penduduk untuk


pemukiman, perkebunan karet, kebun buahan-buahan, budidaya tanaman
semusim dan berbagai kebun campuran lainnya sedangkan sebagian lagi
masih berupa hutan sekunder dan semak belukar.

Peta tutupan lahan wilayah studi disajikan pada Gambar 1.3.

Rencana Reklamasi Page 8


Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa areal kegiatan memiliki
fisiografi dataran-perbukitan dengan kelerengan 0-60 °/ o dan ketinggian berkisar
antara 100 - 500 meter diatas permukaan laut. Di wilayah studi dijumpai areal
perbukitan.

Peta kemiringan lereng wilayah studi disajikan pada Gambar 1.4

. Berdasarkan pengamatan dan pengukuran pada kenampakan morfologi,


ketinggian dan analisa proses eksogenik dilapangan serta control batuannya, maka
wilayah studi secara umum dapat dibagi dalam 3 (tiga) satuan geomorfologi, yaitu
satuan geomorfologi perbukitan (sudut lereng 30° - > 60°, satuan geomorfologi
dataran tinggi (50 m - 100m) dengan sudut lereng 10°- < 30°, satuan
geomorfologi dataran rendah (ketinggian < 50 m) atau dengan sudut lereng 0° - <
10° dan satuan geomorfologi dataran.

1) Satuan geomorfologi perbukitan (D1)


Satuan geomorfologi menempati hampir 40 °/ o dari wilayah studi pada
umumnya terdiri dari batuan beku lava maupun intrusi, batupasir dan
struktur lipatan. Ketinggian satuan ini antara 300 m ~ 600 m diatas
permukaan laut dengan sudut lereng 30° - > 60°. Satuan geomorfologi ini
tersusun oleh batuan yang keras dan homogen yaitu andesit.
2) Satuan geomorfologi dataran tinggi (D2)

Rencana Reklamasi Page 9


Satuan geomorfologi ini menempati 30 °/ o dari wilayah studi dan pada
umumnya terdiri dari batuan sedimen batupasir selangseling batulempung
sisipan batupasir dan lapisan tanah liat serta control struktur sayap sinklin
dan antiklin. Ketinggian satuan ini antara 100m - 300 meter diatas
permukaan laut dengan sudut lereng 10° - < 30°. Satuan geomorfologi ini
tersusun oleh batuan yang relatif keras dan homogen yaitu batupasir dan
batu lempung.

Peta kemiringan lereng wilayah studi disajikan pada Gambar 2.3.


3) Satuan geomorfologi dataran (D3)
Satuan geomorfologi ini menempati 30 °/ o dari wilayah studi dan pada
umumnya terdiri dari batuan sedimen diantaranya batulempung, tanah liat
dan beberapa batupasir selangseling batulempung sisipan tanah liat dan
control struktur sayap sinklin dan antiklin. Ketinggian satuan ini antara <
50 m diatas permukaan laut, atau dengan sudut lereng 0° - < 10°. Satuan
morfologi ini disusun oleh batuan yang relatif homogen dan merupakan
batuan hasil rombakan yaitu lempung, dan pasir.
Tanah yang dijumpai di wilayah studi adalah tanah Andisol (ordo
Tropudult, Dystropept dan Kambisol pada Gambar 2.4). Andisol
merupakan tanah dari bahan induk abu vulkanik, yang biasanya banyak
mengandung gelas vulkanik yang amorf, sedikit feldsfar, mineral-mineral
kelam (mineral Fe dan Mn) dan sejumlah kuarsa. Abu vulkan yang berasal
dari gunung berapi di Indonesia umumnya bersifat andesitik sampai basalt.
Disamping abu vulkanik, bahan induk Andisol adalah apa yang disebut
tufa, yaitu batuan porous yang biasanya berlapis-lapis terdiri dari
akumulasi scoria dan abu di sekitar gunung berapi yang terikat bersama
membentuk suatu masa padat. Kadang-kadang tufa terdiri dari abu
vulkanik dan pasir yang diangkut dan diendapkan oleh air hujan. Tanah
yang berkembang dari abu vulkanis di Sumatera berasal adari bahan induk
yang bersifat lebih masam, yaitu liparitik, dasitik dan andositik.

Rencana Reklamasi Page 10


Masalah yang paling menonjol pada Andisol adalah sifat
kemampuan menyerap dan menyimpan air yang tak pulih kembali apabila
mengalami kekeringan (irreversib/ e dij/ ing). Hal ini disebabkan oleh
koloid amorf seperti abu vulkan dan bahan organik yang mempunyai daya
serap air tinggi (equivalen 80 - 90 dari bobotnya). Kalau mengalami
kekeringan sampai 15 atm atau lebih maka film air yang terikat pada
permukaan partikel akan menguap dan selanjutnya tanah akan mengkerut
dan bersifat irreversibel, akibatnya jika sudah mengalami kekeringan akan
sulit untuk dibasahi kembali.

Tanahyang dijumpai di wilayah studi adalah tanah Andisol (ordo


Tropudult, Dystropept dan Kambisol pada Gamba 1.5).

Kohesi tanah pada sub soil yang basah lebih tinggi, sehingga
gerakan air dalam tanah selalu dapat ditahan oleh kohesi yang rendah pada
permukaan tanah yang kering. Bila ikatan antar partikel tanah putus/ rusak,
kekuatan tanah menjadi rendah, sehingga menyebabkan terjadinya gerakan
tanah bila terjadi hujan yang berlebihan. Hal tersebut menggambarkan
bahwa Andisol kurang mempunyai kestabilan lereng. Kecuraman lereng
pad Andisol umumnya memungkinkan terjadinya frekuensi pergerakan

Rencana Reklamasi Page 11


massa tanah. Hal ini tergantung pada geomorfologi dan iklimnya.
Kelongsoran merupakan masalah yang umum dijumai pada Andisol.
Andisol merupakan tanah yang cukup subur untuk dikembangkan
sebagai lahan pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.
Kendala-kendala yang dijumpai pada tanah ini diantaranya adalah: rawan
terhadap erosi karena berkembang di daerah bertopografi miring, berat
isinya ringan dan adanya sifat irreversible drying mengakibatkan tanah ini
mudah tererosi. Secara umum reaksi tanah tergolong agak masam,
kandungan bahan organik tergolong tinggi dan kandungan nitrogen total
adalah sedang sampai tinggi. Sedangkan kemampuan pertukaran kation
umumnya rendah. Sedangkan untuk peruntukkan lain selain pertanian
terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan mengingat tanah ini
mudah mengalami erosi, terutama karena sifat tanah andisol dan
kelerengan lahan yang cukup tinggi. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa tanah di wilayah studi didominasi oleh pasir dan debu. Tanah-tanah
yang didominasi oleh fraksi pasir mempunyai kesarangan yang tinggi
sehingga menahan air sangat rendah.

1.5.2 Tata Guna Lahan Setelah Ditambang

Lahan terganggu yang telah selesai ditambang seperti lahan bekas tambang,
timbunan tanah penutup (batuan penutup diluar tambang), jalan tambang dan jalan
non tambang yang tidak manfaatkan lagi, bekas kolam sedimen, dan fasilitas
penunjang lainnya harus akan segera direklamasi. Sampai pada Bulan Juli 2010
kegiatan tersebut diatas pada PT. Mandiri Agung Jaya Utama belum ada. Pada
uraian diatas dijelaskan bahwa lahan yang terganggu pada kegiatan PT. Mandiri
Agung Jaya Utama belum ada, maka secara tidak langsung mulai saat ini (Juli
Tahun 2010) belum ada lahan terganggu dan yang sudah direklamasi.

Rencana Reklamasi Page 12


BAB II

RENCANA PEMBUKAAN LAHAN

2.1. Tambang

2.1.1. Karakteristik Cadangan

Dari hasil pemetaan geologi dan hasil test pit diketahui bahwa terdapat empat
lokasi di areal KP Eksploitasi PT. Mandiri Agung Jaya utama yang mengandung
batu besi. Masing-masing lokasi ini mempunyai ketebalan cadangan batu besi
yang bervariasi yaitu :

a. Potensi Ore 1 Potensi ini terdapat di tengah daerah penyelidikan. Dari


pengukuran di dapat panjang intrusi adalah 480 m dengan lebar 170 meter.
b. Potensi Ore 2 Potensi ini terdapat di barat laut dari potensi A. Dari
pengukuran di dapat panjang intrusi adalah 370 m dengan lebar 150 meter.
c. Potensi Ore 3 Potensi ini terdapat di barat laut dari potensi B. Dari
pengukuran di dapat panjang intrusi adalah 470 m dengan lebar 130 meter.
d. Potensi Ore 4 Potensi ini terdapat di barat laut daerah penyelidikan. Dari
pengukuran di dapat panjang intrusi adalah 420 m dengan lebar 280 meter.

Gambar 2.1. Potensi Endapan Batu Besi

Rencana Reklamasi Page 13


Terhadap endapan yang ditemukan selanjutnya telah dilakukan pengujian
laboratorium untuk kadar besi dan kadar logam ikutan lainnya. Hasil analisis
yang diperoleh adalah sebagai berikut :

- Fe Total = 66,9 % (metode Volumetri)

- TiOZ = 0,015 % (metode Spektrofotometri)

- S Total = nil % (metode Gravimetri)

-P = 0,18 %

Perhitungan cadangan batu besi hanya dilakukan pada deposit yang


muncul di permukaan. Hal ini dikarenakan pada penyelidikan ini hanya
berdasarkan hasil pengamatan singkapan dan testpit. Selanjutnya perhitungan
cadangan batu besi di daerah penyelidikan didasarkan pada hasil korelasi dan
interpretasi , data eksplorasi yang telah dilakukan. Penyebaran lapisan batu
besi yang relatif stabil dan menerus pada satu tempat, maka cadangan endapan
batu besi dihitung dengan cara sederhana, yaitu dengan sistim penampang
sayatan (cross section), jarak antar penampang sayatan 50 meter. Dari hasil
korelasi endapan batu besi dan setelah dilakukan perhitungan cadangan
dengan cara cros section maka didapatkan cadangan seperti disajikan pada
Tabel 2.1. berikut ini.

Tabel 2.1. Cadangan Terukur PT. Mandiri Agung Jaya Utama

Rencana Reklamasi Page 14


2.1.2. Metode penambangan Sehubungan dengan bentuk dan karakteristik
endapan batu besi yang termasuk hasil intrusi yang muncul di lereng bukit, maka
sistem penambangan yang akan diterapkan adalah sistem tambang terbuka (open
pit). Peralatan tambang yang digunakan adalah kombinasi backhoe - dump truck
dibantu dengan bu/ /dozer sebagai alat garu-dorong dan grader untuk perawatan
jalan serta peledakan untuk memberaikan batu besi. Di tinjau dari morfologinya,
kegiatan penambangan akan dilakukan dengan sistem contour mining. Teknik
penggaliannya bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang rendah.
Penambangan akan berhenti sampai elevasi kontur yang terendah. Hal ini karena
perhitungan cadangan pada penyelidikan ini pada batu besi yang muncul di
permukaan. Kemajuan penambangan batu besi selanjutnya akan mengikuti arah
penyebaran lapisan batu besi pada setiap open cut yang akan ditambang. Ditinjau
dari sistem pembuangan over burden, maka sistem yang dipakai adalah sistem
inii/ l dump di mana over burden untuk tahun 1 dibuang di penampungan top soil
dan untuk tahun berikutnya di buang di open cut tahun 1 yang telah selesai (mine
out) dan selanjutnya dilakukan reklamasi. Over burden yang dihasilkan tidak
terlalu banyak yaitu berupa topsoil dengan ketebalan rata- rata 0,5 meter. Karena
bentuk design tambang berupa open cut, jadi tidak perlu melakukan penimbunan
untuk menutup pit, tetapi langsung ditebar top soil dan langsung dilakukan
reklamasi. Bab 3, Rencana Pembukaan Lahan IIl-3

23. Laporan Rencana Reklamasi PT. Mandin' Agung Jaya Utama


Gambar 3.2. Bentuk Ore dan Sistem Penambangan Open Cut Dengan
memperhatikan beberapa parameter pembentuk model desain tambang, maka
untuk melakukan analisis model desain tambang, daerah penambangan dapat
diasumsikan sebagai sebuah blok yang memiliki dimensi panjang, lebar dan
ketebalan tertentu. Dengan mempertimbangkan parameter model geologi
sumber daya batu besi, terutama aspek penyebaran endapan batu besi, maka
dapat dilakukan seleksi blok penambangan, untuk memilih sub blok
penambangan yang prospek untuk menjadi lokasi tambang sesuai dengan
persyaratan yang diberikan oleh desain tambang. Dari hasil proses design

Rencana Reklamasi Page 15


tambang, terbentuk empat buah open cut yang memiliki potensi batu besi
yang potensial sehingga dapat diusahakan secara ekonomis. Gambar 3.3. Peta
Design Open Cut Tambang

Rencana Reklamasi Page 16

Anda mungkin juga menyukai