PENDAHULUAN
Teori Middle Range yang merupakan level kedua dari teori keperawatan. Teori Middle Range cukup
spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup
fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle range theory lebih banyak digunakan dari
pada grand theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris.
Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan
berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan
profesional akan berkembang bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset
keperawatan dan diimplementasikan didalam praktek keperawatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif
meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan
keperawatan yang berkualitas didukung oleh pengembangan teori dan model konseptual keperawatan.
Asuhan keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan rasional dalam menyelesaikan masalah
keperawatan yang ada, dengan pendekatan yang dilakukan tersebut bentuk penyelesaian masalah
keperawatan dapat terarah dan terencana dengan baik, dimana dalam asuhan keperawatan terdapat
beberapa tahap yaitu pengkajian, penegakkan diagnosa, perencanaan, implimentasi tindakan, dan evaluasi.
Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi
kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam
memberikan askep dalam praktek keperawatan.
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan konsep middle range theory dan beberapa teori
didalamnya yang dikembangkan oleh beberapa tokoh keperawatan.
Pengelompokan Teori :
TINJAUAN TEORI
Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/ gagasan yang saling berhubungan dan
berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan (Smith dan Liehr, 2008).
Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan dan dapat digambarkan dalam suatu
model. Middle range theories dapatdikembangakan pada tatanan praktek dan riset untuk menyediakan
pedoman dalam praktik dan riset/penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan.
Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk memberikan petunjuk
riset dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk
riset dan praktek, middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, dan dapat diuji
dalam pemikiran empiris.
Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara
penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam
disiplin praktik, selain itu Walker and Avant (1995) mempertahankan bahwa mid-range theories
menyeimbangkan kespesifikannya dengan konsep secara normal yang nampak dalam grand teori.
Mid-range teori memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak
secara ilmiah.Teori Middle Range, tingkat keabstrakannya pada level pertengahan, inklusif, diorganisasi
dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah variabel terbatas, dapat diuji secara langsung.
Kramer (1995) mengatakan bahwa mid-range theory sesuai dengan lingkup fenomena yang relatif luas
tetapi tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan merupakan masalah pada disiplin ilmu.
Bila dibandingkan dengan grand teori, middle range theory ini lebih konkrit. Merton (1968) yang
berberperan dalam pengembangan middle range theory, mendefinisikan teori ini sebagai sesuatu yang
minor tetapi penting dalam penelitian dan pengembangan suatu teori.
Sependapat dengan Merton, beberapa penulis keperawatan mengemukakan middle range theory jika
dibandingkan dengan grand theory:
Berdasarkan pengelompokkannya Middle Range Theory dikelompokkan oleh beberapa penyusun buku
menurut:
2.3.1. Peterson & Bredow (2004) mengklasifikasikan middle range theories ke dalam tipe-tipe :
1. Tipe fisiologis
2. Tipe kognitif
3. Tipe emosional
4. Tipe sosial
5. Tipe integrative
Review terhadap beberapa penelitian yang dipublikasikan mengungkapkan penggunaan Middle Range
Teori dalam penelitian keperawatan masih cukup luas. Dan sebagian besar Middle Range Teori berasal
dari disiplin ilmu lain.Hal ini sangat jelas ketika kita membandingkan seberapa sering Middle Range Teori
dan Grand Teori dikutip dalam literatur penelitian keperawatan. Dari 173 penelitian, yangdiidentifikasi
menggunakan teori adalah 79 (45%). Dan dari 79 penelitian tersebut diidentifikasi hanya 25 penelitian
yang benar-benar menggunakan teori keperawatan dan 54 lainnya menggunakan mengadopsi dari disiplin
ilmu lainnya dan kebanyakan dari ilmu psikologi.
Ketidakakuratan dari middle range teori hanya salah satu dari sekian banyak kritik terhadap teori ini.
Selain hal tersebut, ketidakjelasan definisi middle range teori telah dikritisi untuk membedakannya dengan
Grand Teori,karena mampu untuk diuji meggunakan ide postif –logis.
Ramona T. Mercer mengembangkan salah satu model konseptual keperawatan yang mendasari
keperawatan meternitas yaitu Maternal Role Attainment-Becoming a Mother. Fokus utama dari teori ini
adalah gambaran proses pencapaian peran ibu dan proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi
yang mendasarinya. Model ini juga menjadi pedoman bagi perawat dalam melakukan pengkajian pada
bayi dan lingkungannya, digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan bayi, memberikan bantuan terhadap
bayi dengan pendidikan dan dukungan, memberikan pelayanan pada bayi yang tidak mampu untuk
melakukan perawatan secara mandiri dan mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Konsep teori Mercer ini dapat diaplikasikan dalam perawatan bayi baru lahir terutama pada kondisi
psikososial dan emosional bayi baru lahir masih sering terabaikan. Model konseptual Mercer memandang
bahwa sifat bayi berdampak pada identitas peran ibu. Respon perkembangan bayi baru lahir yang
berinteraksi dengan perkembangan identitas peran ibu dapat diamati dari pola perilaku bayi.
Model pencapaian peran maternal yang dikemukakan oleh Mercer dengan menggunakan konsep
Bronfenbrenner’s (1979) memperlihatkan bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap pencapaian peran
ibu.
Kolcaba mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran logis antara lain:
1. Induksi
Induksi terjadi ketika penyamarataan dibangun dari suatu kejadian yang diamati secara spesifik. Di mana
perawat dengan sungguh-sungguh melakukan praktek dan dengan sungguh-sungguh menerapkan
keperawatan sebagai disiplin, sehingga mereka menjadi terbiasa dengan konsep Implisit atau eksplisit,
terminologi, dalil, dan asumsi pendukung praktek mereka.
1. Deduksi
Deduksi adalah suatu format dari pemikiran logis di mana kesimpulan spesifik berasal dari prinsip atau
pendapat yang lebih umum; prosesnya dari yang umum ke yang spesifik.
1. Retroduksi
Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat untuk memilih suatu fenomena
yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji. Pemikiran jenis ini diterapkan di (dalam) bidang di mana
tersedia sedikit teori.
Teori ini melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial
kultural. Namun untuk menilai semua aspek tersebut dibutuhkan komitmen tinggi dan kemampuan perawat
yang trampil dalam hal melakukan asuhan keperawatan berfokus kenyamanan (pengkajian hingga
evaluasi), yang di dalamnya dibutuhkan teknik problem solving yang tepat.
1. Vulnerability
Kesadaran seseorang akan adanya kematian, Konsep vulnerable meningkatkan kesadaran akan situasi
mendekati kematian termasuk di dalamnya adalah keadaan gawat seperti disabilitas, penyakit kronik,
kelahiran, dan pengasuhan.
1. Self-Transcendence
Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai, suatu gerak dari yang kurang baik
menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik.
1. Well-Being
Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual
yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik.
1. Moderating-Mediating Factors
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transendensi diri yang berkontribusi terhadap kondisi
yang baik, misalnya : usia, jenis kelamin, kemamapuan kognitif, pengalaman hidup, persepsi
spiritual, lingkungan sosial, dan riwayat masa lalu.
1. Point of Intervention
Hidup disituasikan dalam konteks biografi,konsepsi diri berakar pada kondisi fisik dan diformulasikan
berdasarkan kemampuan menerima untuk membentuk kebiasaan atau aktifitas yang diharapkan dalam
mencapai tujuan dari aturan yang berbeda.Interaksi dengan orang lain adalah pengaruh utama (major
influence) untuk membentuk suatu konsep diri. Sebagai ragam peran perilaku,seseorang memonotor reaksi
orang lain dan merasakan dirinya merupakan bagian yang terintegrasi dari proses yang
dibentuk/dihasilkan.
Pengalaman tentang sakit selalu ditempatkan alam konteks biografi oleh karena itu kondisi sakit adalah
pengalaman yang masih berlanjut.Domain dari kondisi sakit adalah berhubungan dengan ketidakpastian
bervariasi dalam dominasi di lintasan penyakit (table 30.1) melalui aliran dinamis dari persepsi tentang diri
dan interaksi dengan orang lain. Aktifitas dari hidup dan kehidupan seseorang dalam kondisi sakit
merupakan bentuk kerja .Lingkungan dari kerja termasuk individu dan yang lainnya dengan semua
interaksi,termasuk keluarga dan pelayanan kesehatan. Semua komponen yang berperan tersebut disebut
total organisasi. Seorang yang sakit (pasien) merupakan pekerja utama namun semua pekerjaan yang
diambil didalamnya dipengaruhi oleh total organisasi.
Depresi Postpartum adalah gangguan mood yang secara historis sering diabaikan dalam perawatan
kesehatan, membiarkan ibu menderita dalam ketakutan, kebingungan, dan keheningan. Jika hal ini tidak
terdiagnosa, dapat mempengaruhi hubungan ibu-bayi dan menyebabkan masalah emosional jangka
panjang bagi anak. Teori ini membedakan depresi postpartum dari gangguan mood dan kecemasan
postpartum lainnya dan aspek-aspek depresi postpartum: gejala, prevalensi, faktor risiko, intervensi, dan
efek pada hubungan dan perkembangan anak. Juga dibahas tentang Instrumen yang tersedia yang
digunakan untuk skrining depresi postpartum. Cheryl menegaskan bahwa depresi merupakan hasil dari
kombinasi stres fisiologis, psikologis, dan lingkungan dan bahwa gejala bervariasi dan kemungkinan akan
muncul beberapa gejala.
Cheryl memperkenalkan NURSE program untuk menangani depresi postpartum. NURSE program ini
meliputi 5 aspek perawatan yang diperlukan untuk menyembuhkan depresi postpartum, yaitu:
Masing-masing aspek didiskusikan secara terpisah dan dikolaborasikan dengan ibu yg bersangkutan.
Mereka seringkali hanya bisa berfokus pada satu atau dua aspek dalam satu waktu, namun program ini
harus diselesaikan dalam setiap tahap penyembuhan mereka.
Teori ini menjelaskan bahwa keraguan dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk beradaptasi pada
suatu penyakit.
Keraguan terhadap penyakit berhubungan dengan penyesuaian yang buruk, dan sering perlu dinilai
sebagai ancaman yang memiliki efek merusak. Dalam populasi sakit, keraguan terhadap penyakit terkait
dengan kepekaan yang meningkat terhadap nyeri dan toleransi yang menurun terhadap rangsangan nyeri.
Keraguan terhadap penyakit juga terkait dengan koping maladaptif, distress psikologis yang lebih tinggi,
dan penurunan kualitas hidup.
1. Nilai Tidal model dapat diringkas menjadi sepuluh komitmen yang perlu
diperhatikan:
2. Value the voice (menghargai suara). Mendengarkan cerita seseorang adalah yang hal
yang terpenting.
3. Respect the language (hormati bahasa). Memungkinkan orang untuk
mengekspresikan, menggambarkan, dan mendeskripsikan pengalaman hidup mereka
menggunakan cara dan bahasa mereka sendiri.
4. Develop genuine curiosity (mengembangkan rasa ingin tahu). Menunjukkan
ketertarikan dan rasa ingin tahu tentang cerita orang tersebut.
5. Become the apprentice (menjadi apprentice). Menempatkan diri dalam cerita tersebut
dan belajar serta mengambil hikmah dari cerita orang yang anda bantu (klien).
6. Reveal personal wisdom (mengungkapkan kebijaksanaan). Pada dasarnya setiap
orang memiliki sikap bijaksana dalam menghadapi setiap pengalaman hidupnya.
Praktisi atau tenaga penolong mempunyai tugas untuk membantunya mengungkapkan
kebijaksanaan tersebut yang akan membantu dalam proses pemulihannya.
7. Be transparent (jadilah transparan atau terbuka). Baik klien maupun praktisi atau
tenaga penolong profesional berada dalam posisi istimewa dan harus menjadi model
yang percaya diri, dengan cara setiap saat menjadi transparan atau terbuka dan
membantu untuk memastikan klien tersebut memahami apa yang sebenarnya sedang
dilakukannya.
8. Use the available toolkit (gunakan sumberdaya yang ada). Cerita seseorang berisi
informasi yang berharga untuk mengetahui sumberdaya mana yang dapat digunakan
untuk membantu proses pemulihan dan mana yang tidak dapat digunakan.
9. Craft the step beyond (menentukan langkah). Praktisi atau tenaga penolong bersama-
sama dengan klien membangun sebuah apresiasi dan menentukan langkah apa yang
harus dilakukan "sekarang" karena langkah awal merupakan langkah yang penting.
10. Give the gift of time (berikan waktu). Tidak ada yang lebih berharga daripada waktu
yang dihabiskan praktisi dan klien bersama-sama. Pertanyaan yang harus ditanyakan
bukan “Berapa banyak waktu yang masih kita punya?” melainkan "Bagaimana kita
menggunakan waktu yang ada saat ini?".
10. Know that change is constant (ketahuilah bahwa perubahan adalah konstan). Hal ini merupakan
pengalaman umum bagi semua orang.
Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancara yang dilakukannya pada wanita yang mengalami
keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit perawatan intensif, dan ibu yang secara sosial berisiko dan
telah melalui system untuk menerima berbagai macam bentuk perawatan kesehatan (Potter et al. 2005).
Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring secara keseluruhan dan pada
saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa yang diperlukan seorang perawat untuk merawat
pasien. Salah satu hal paling penting yang memberikan kontribusi pada teori keperawatan dalam hal ini,
yaitu argumen bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu yang terpisah, melainkan
sebagai manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah dan yang menjadi keutuhan
dibuat nyata dalam pikiran, perasaan dan perilaku "(Swanson, 1993). Hal yang menarik tentang pengertian
pasien ini adalah bahwa Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming tersebut. Jadi
dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi dispenser pengobatan medis,
tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih dekat dengan tujuannya (well-being).
Sumber Teoritis
Akhir Hidup Damai (EOL). Teori ini adalah informasi oleh sejumlah kerangka teoritis. Hal ini didasarkan
terutama pada model klasik Donabedians struktur, proses dan hasil (Ruland & Moore, 1998) yang
sebagian, dikembangkan dari teori besar pengaruh systems. Dalam teori EOL, pengaturan struktur adalah
sistem keluarga (pasien sakit parah dan semua orang lain yang signifikan) yang menerima perawatan dari
profesional pada unit rumah sakit perawatan akut.
(5) mengalami kedekatan kepada orang lain yang signifikan dan mereka yang peduli.
Teori EOL damai didasarkan pada bukti empiris yang berasal dari kedua pengalaman langsung dari
perawat ahli dan mengkaji secara menyeluruh literatur menangani beberapa komponen teori. Para standart
perawatan terdiri dari praktek terbaik berdasarkan bukti penelitian yang diturunkan di bidang nyeri,
kenyamanan gizi manajemen, dan teori preskriptif relaxation. Ruland dan Moore (1998) mengidentifikasi
enam pernyataan teoritis untuk teori mereka sebagai berikut:
1. Monitoring dan mengelola rasa sakit dan menerapkan intervensi farmakologis dan nonpharmacologic
kontribusi dari pengalaman pasien tidak sakit.
3. Termasuk yang lain pasien dan signifikan dalam pengambilan keputusan tentang perawatan pasien,
memperlakukan pasien dengan martabat, empati dan rasa hormat dan menjadi perhatian terhadap pasien
menyatakan kebutuhan, keinginan, dan preferensi berkontribusi dengan pengalaman pasien martabat dan
rasa hormat.
4. Memberikan dukungan emosional, pemantauan dan pertemuan pasien menyatakan kebutuhan untuk
obat antiansietas, kepercayaan inspirasi, memberikan yang lain pasien dan signifikan dengan bimbingan
dalam masalah-masalah praktis dan memberikan kehadiran fisik orang lain peduli apakah berkontribusi
diinginkan untuk pengalaman pasien merasa damai.
5. Fasilitasi dan berpatisipasi signifikan dalam perawatan pasien, empati kesedihan orang lain,
kekhawatiran dan pertanyaan dan memfasilitasi peluang untuk kedekatan keluarga kepada orang lain yang
signifikan atau orang yang peduli.
6. Pengalaman pasien tidak sakit, kenyamanan, martabat, dan rasa hormat yang damai, kedekatan dengan
orang lain yang signifikan atau orang-orang yang peduli berkontribusi sampai akhir hidup damai.
Teori EOL damai adalah sebuah teori baru yang menggunakan sumber asli dan dengan demikian, Ruland
dan Moore mengakui. Sejumlah langkah dapat digunakan untuk memajukan pembangunan. orang bisa
mempertimbangkan penggabungan beberapa kriteria proses dari tiga conceps (nyeri, kenyamanan, damai)
menciptakan sebuah konsep tunggal yang terkait dengan manajemen gejala fisik psikologis. Konsep atau
pemetaan analisis dapat digunakan untuk menentukan jika beberapa kriteria proses yang berhubungan
dengan tiga konsep (nyeri, kenyamanan, damai). Misalnya :
1. Kreteria proses dan konsep nyeri (monitoring dan mengelola rasa sakit dan menerapkan intervensi
farmakologis dan non phramlocological)
3. Proses perdamaian kriteria (pemantauan dan pasien yang memenuhi kebutuhan obat anti ansietas).
4. Intervensi nonpharmacological (misalnya musik, humor, atau relaksasi) yang berfungsi untuk distrac
pasien sekarat yang berguna untuk menghilangkan nyeri, kecemasan, dan ketidaknyamanan fisik secara
umum. Revisi ini juga akan berfungsi untuk menghubungkan Teori EOL Damai untuk berbagai teori
tengah Baik dan Moore (1996).
Para NCRCS ( The Nursing Consurtium For Research on Chronic Sorrow ) berdasarkan berbagai Middle
Range Theory kesedihan Cronic pada dua sumber utama. Karya Olshansky pada tahun 1962 dikutip
sebagai dasar dari konsep asli kesedihan kronis (Eakes, Burke & Hainsworth, 1998). Lazarus dan
Folksmans (1984) model stres dan adaptasi membentuk dasar bagi konseptualisasi tentang bagaimana
orang mengatasi kesedihan kronis.
Konsep kesedihan kronis berasal karya Olshansky Tahun 1962 (Lindgren, Burke, Hainsworth, & Eakes,
1992). Para ahli teori NCRCS mengutip pengamatan Olshanskys, orang tua mengalami kesedihan berulang
dan kesedihan kronis panjang. Konsep aslinya digambarkan secara luas sebagai deskripsi sederhana reaksi
psikologis untuk situasi tragis "(Lindgren et al, 1992).
Selama 1980 peneliti lain mulai meneliti pengalaman orang tua dari anak-anak baik secara fisik atau cacat
mental. Karya ini divalidasi kesedihan yang berulang dan sifat tidak pernah berakhir duka yang dialami
oleh orang tua. Sebelumnya untuk pekerjaan ini, duka dikonseptualisasikan sebagai proses yang
menyelesaikan dari waktu ke waktu dan jika belum terselesaikan, kesedihan yang abnormal menurut
Bowlby dan Lindemans (Lindgren et al, 1992). Berbeda dengan konseptualisasi terikat waktu, yang
melekat dalam konsep kesedihan kronis adalah bahwa kesedihan berulang merupakan pengalaman normal,
menurut Wikler, Wasow, dan Hatfiled (Lindgren et al, 1992). Burke dalam studinya anak-anak dengan
spina bifida, kesedihan kronis didefinisikan sebagai kesedihan luas yang bersifat permanen, periodik dan
progresif di alam '(hainsworth, Eakes, Burke 1994).
NCRCS tidak membatasi teori mereka adanya kesedihan kronis tetapi berusaha untuk memeriksa respon
terhadap duka. Mereka memasukkan Lazarus dan Folksmans 1984 bekerja pada stres dan adaptasi sebagai
dasar untuk metode manajemen yang efektif yang dijelaskan dalam model mereka (Eakes et al, 1998)
Kesenjangan ditemui dan respon untuk kembali kesedihan merangsang mekanisme koping individu. Ada
kategori mengatasi gaya atau manajemen. Strategi koping internal meliputi tindakan berorientasi kognitif
penilaian kembali dan perilaku interpersonal. Dengan demikian berbagai Middle Range Theory kesedihan
kronis diperpanjang dasar teoritis kesedihan kronis dalam situasi tertentu tetapi juga tanggapan berupaya
untuk fenomena tersebut.
Kesedihan kronis adalah kesenjangan yang sedang berlangsung yang dihasilkan dari kerugian ditandai
dengan pervasif dan permanen. Gejala kesedihan berulang secara periodik dan gejala ini berpotensi
progresif.
Kerugian
Kerugian terjadi sebagai akibat dari kesenjangan antara situasi ideal dan nyata atau pengalaman. Misalnya
ada seorang anak yang sempurna dan seorang anak dengan kondisi kronis yang berbeda dari ideal itu.
Pemicu Kejadian
Situasi pemicu kejadian , keadaan dan kondisi yang menonjolkan perbedaan atau kehilangan berulang dan
memulai atau memperburuk perasaan berduka.
Metode manajemen
Metode manajemen sarana yang berhubungan dengan individu kesedihan kronis. Ini mungkin internal
(strategi koping pribadi) atau eksternal (praktisi perawatan kesehatan atau orang lain yang intervensi)
Manajemen yang tidak efektif
Efektif manajemen hasil dari strategi yang meningkatkan ketidaknyamanan individu atau meningkatkan
perasaan kesedihan kronis.
Manajemen Efektif
Efektif manajemen hasil dari strategi yang mengarah pada peningkatan kenyamanan individu yang
terkena.
BAB 3
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada tinjauan teori, Middle Range teori adalah suatu
pengembangan teori pada tingkat yang lebih kongkret daripada Grand Teori,karena pada Grand teori lebih
berfokus pada fenomena pusat dari disiplin ilmu seperti individu sebagai sistem adaptif, defisit perawatan
diri,kesatuan manusia, atau menjadi manusia. Grand Teori yang kerangkanya terdiri dari konsep-konsep
dan pernyataan relasional yang menjelaskan fenomena abstrak.Sedangkan Midle Range Theory
diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori
Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara
penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam
disiplin praktik.
Pengembangan Middle Range Theory bisa bersumber dari Grand Teori,atau dapat pula bersumber dari
hasil penelitian klinis langsung, hal ini dapat kita lihat dari pernyataan beberapa ahli. Mungkin ada
hubungan yang eksplisit antara beberapa grand teori dan middle range teori. Sebagai contoh, (middle range
teori) Reed (1991) transendensi-diri dan (1988) teori Barrett kekuasaan secara langsung terkait dengan
Ilmu Rogers dari Kesatuan Manusia. Teori Midle range lainnya mungkin tidak memiliki hubungan
langsung dengan grand teori. Dalam hal ini,asumsi-asumsi filosofis yang mendasari middle range teori
dapat berada pada tingkat paradigma, bukan dari Grand Teori. Namun demikian, hubungan ini penting
untuk menetapkan validitas sebagai teori.
Jika kita bandingkan dengan filosofi teori dan Grand teori,middle range teori dapat digunakan langsung
dalam tatanan praktik, karena memiliki variable yang spesifik misalnya kita ambil contoh dari Teori
Trajectory Illness dari Wiener dan Dodd, teori ini lahir dari bentuk studi kualitatif yang dilakukan pada
khusus penderita kanker,kemudian juga teori Cheryl T.Beck yang mengkhususkan teori pada tatanan
praktik yang diaplikasikan pada Post Partum Depresion.
Midle range teori adalah bagian dari struktur disiplin ilmu keperawatan.Teori ini menjelaskan fenomena
spesifik yang terkait dengan praktek keperawatan. Kajian analisis teori transendensi-diri menjelaskan
bagaimana penuaan atau mendorong kerentanan manusia melampaui batas-batas untuk diri intrapribadi
fokus pada makna kehidupan, interpersonal pada koneksi dengan orang lain dan lingkungan, temporal
untuk mengintegrasikan masa lalu, sekarang, dan masa depan, dan transpersonally untuk terhubung dengan
dimensi di luar fisik realitas. Transendensi-diri ini terkait dengan kesejahteraan atau penyembuhan, salah
satu dari diidentifi kasi fokus dari disiplin keperawatan. Teori ini telah diuji dalam penelitian dan
digunakan untuk memandu praktik keperawatan. Dengan ekspansi Middle Range Teori memperkaya
disiplin ilmu keperawatan.
Dari beberapa ciri yang dimiliki Middle Range Teori ada beberapa aspek yang menjadi catatan penting
yaitu posisi Middle Range Teori berada pada lingkaran tengah, semi konsep semi praktis. Dapat dilakukan
ditarik keatas mendekati tatanan konsep dapat pula ditarik kebawah lebih mendekati praktik klinik,
tergantungan penggunaan konsep-konsep dan aplikasinya. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa cirri yang
diungkapkan oleh beberapa ahli yang menyatakan Middle Range Teori dipengaruhi oleh penggunaannya
yang mampu diaplikasikan dalam berbagai situasi, masih memiliki suatu unsur abstrak ,namun lebih
mudah diaplikasikan ke dalam praktik dibandingkan dengan Grand Teori.
DAFTAR PUSTAKA
Kolcaba. 1997. Comfort Theory and Practice. www.thecomfortline.com. Diunduh tanggal 24 September
2014, jam 20.15
Meleis, Afaf Ibrahim. 2010.Transitionstheory: middle-range and situation specific theories in nursing
research and practice. New York: SpringerPublishingCompany.
Parker,Marilyn E. & Smith, Marlaine Cappelli. 2010. Nursing theories and nursing practice. 3rd ed.
Philadelphia: F. A. Davis Company.
Peterson,Sandra J. & Bredow, Timothy S.2009. Middle Range Theories, Application to Nursing
Research.Second edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Sieloff, Christina Leibold and Frey, Maureen A. 2007. Middle Range Theory Development Using King’s
Conceptual System. New York: Springer Publishing Company .
Smith,Mary Jane & Liehr, Patricia R. 2008. Middle range theory for nursing. 2nd ed. New York: Springer
Publishing Company.
Tomey, Alligood. 2006. Nursing Theorist and Their Work. Sixth edition. Toronto: The CV Mosby
Company St. Louis