Heri Priyanto - D11112097 (Uas Pelabuhan)
Heri Priyanto - D11112097 (Uas Pelabuhan)
TUGAS PELABUHAN
Oleh:
HERI PRIYANTO
NIM D11112097
FAKULTAS TEKNIK
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat- Nya
EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN BARAT” dapat diselesaikan. Tugas ini disusun sebagai
Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan tugas ini masih banyak kekurangannya karena
keterbatasan penulis. Maka segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi rekan- rekan
mahasiswa maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan, khususnya dalam bidang Teknik
Sipil.
(Penulis)
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 1
2. GAMBARAN UMUM PELABUHAN PONTIANAK .............................................................4
2.1 Kondisi Umum Pelabuhan Pontianak ............................................................................4
2.2 Fasilitas Pelabuhan Pontianak ....................................................................................... 5
3. PELABUHAN DWIKORA SEBAGAI MODA TRANSPORTASI...........................................5
a. Jenis Kajian................................................................................................................................. 14
b. Lokasi Penelitian......................................................................................................................... 14
c. Jenis dan Sumber Data................................................................................................................ 14
d. Metode Pengumpulan Data......................................................................................................... 15
e. Variabel penelitian....................................................................................................................... 15
f. Populasi dan sampel.................................................................................................................... 16
g. Metode Analisis Data.................................................................................................................. 18
BAB V KESIMPULAN.......................................................................................................................... 29
A. Kesimpulan................................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah sangat luas, sangat
diperlukan adanya pengangkutan yang efektif dan efisien, dalam arti aman, murah, lancar, cepat, mudah,
teratur dan nyaman. Setiap tahap pembangunan sangat memerlukan transportasi yang efisien sebagai
salah satu prasyarat untuk terjaminnya pelaksanaan pembangunan negara tersebut, dan salah satu
pendukung transportasi ini adalah sub sektor transportasi laut. Negara Indonesia sebagai negara maritim,
peranan angkutan laut sangat penting bagi kehidupan sosial ekonomi penduduknya.Faktor ekonomis
yang dikehendaki adalah agar dalam sektor transportasi laut harus dicapai, antara lain bentuk-bentuk;
unitasi muatan atau muatan curah, bentuk kapal yang cocok dengan jenis muatan yang diangkut ataupun
perlengkapan peralatan bongkar muat yang memadai. Hal ini dapat dicapai bila perencanaan dan
perancangan pelabuhan dapat didekati dengan teknologi yang tepat dan operasional pelabuhan didukung
Peran penting dan strategis suatu pelabuhan dalam aktivitasnya sangat besar disumbangkan bagi
pertumbuhan industri, ekonomi dan perdagangan serta merupakan bidang usaha yang memberikan
kontribusi bagi pembangunan ekonomi nasional. Hal ini membawa konsekuensi terhadap pengelolaan
bidang usaha pelabuhan agar pengoperasiannya dapat dilakukan secara efektif, efisien dan profesional
sehingga pelayanan pelabuhan menjadi lancar, aman, dan cepat dengan biaya yang terjangkau. Pelayanan
yang diberikan oleh pelabuhan adalah pelayanan terhadap kapal dan terhadap muatan yaitu barang dan
penumpang. Pelabuhan sebagai bagian dari mata rantai transportasi laut berfungsi sebagai tempat
pertemuan (interface) dua moda angkutan atau lebih serta interface berbagai kepentingan yang saling
terkait. Barang yang diangkut dengan kapal akan dibongkar dan dipindahkan ke moda lain seperti moda
transportasi darat, misalnya ke truk atau kereta api). Sebaliknya barang yang diangkut dengan truk atau
kereta api ke pelabuhan bongkar akan dimuat lagi ke kapal. Oleh sebab itu berbagai kepentingan saling
bertemu di pelabuhan seperti perbankan, perusahaan pelayaran, bea cukai, imigrasi, karantina,
syahbandar dan pusat kegiatan lainnya. Berdasarkan hal-hal ini, maka dapat dikatakan bahwa pelabuhan
1
sebagai salah satu infrastruktur transportasi, dapat membangkitkan kegiatan perekonomian suatu wilayah
karena merupakan bagian dari mata rantai dari sistem transportasi maupun logistik.
Sebagai negara kepulauan, peranan pelabuhan sangat vital dalam perekonomian Indonesia.
Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan manusia di
negeri ini. Pelabuhan menjadi sarana paling penting untuk menghubungkan antarpulau maupun
antarnegara. Namun, ironisnya, kondisi pelabuhan di Indonesia sangat memprihatinkan. Hampir semua
pelabuhan yang ada di Indonesia saat ini sudah ketinggalan zaman. Dari 134 negara, daya saing
pelabuhan di Indonesia berada di peringkat ke-95, sedikit meningkat dari posisi 2008 yang berada di
urutan ke-104.5 Namun, posisi Indonesia itu kalah dari Singapura, Malaysia, dan Thailand. Kelemahan
pelabuhan di Indonesia terletak pada kualitas infrastruktur dan suprastruktur. Indonesia juga kalah dalam
produktivitas bongkar muat, kondisi kongesti yang parah, dan pengurusan dokumen kepabeanan yang
lama. Kualitas pelabuhan di Indonesia hanya bernilai 3,6, jauh di bawah Singapura yang nilainya 6,8 dan
Malaysia 5,6. Para pengusaha pun sudah lama mengeluhkan buruknya fasilitas kepelabuhanan di
Indonesia. Untuk bersandar dan bongkar muat, sebuah kapal harus antre berhari-hari menunggu giliran.
Seringkali, waktu tunggu untuk berlabuh jauh lebih lama ketimbang waktu untuk berlayar. Melihat
buruknya kondisi pelabuhan itu, tak heran bila investor enggan berinvestasi di bidang perkapalan.
Kalimantan Barat merupakan salah satu pulau di Indonesia yang tingkat perekonomiannya
didukung dari sektor kepelabuhan yang menjadi komponen penting dalam membuka jalur transportasi
dan perdagangan ke daerah lain dalam jumlah yang besar. Menurut data dari PT. Pelabuhan Indonesia II
Cab. Pontianak (2011), Kota Pontianak sebagai ibukota provinsi memiliki 1 (satu) pelabuhan utama
diantara 10 pelabuhan yang tersebar di seluruh Kalimantan Barat. Pelabuhan Dwikora Pontianak adalah
pelabuhan utama di Provinsi Kalimantan Barat yang berfungsi mengangkut penumpang dan telah lama
menjadi gerbang untuk keluar masuknya barang dari dan menuju ke Provinsi Kalimantan Barat,
khususnya Pontianak dan hal ini menuntut akan kelengkapan pelayanan fasilitas pelabuhan yang
memadai agar proses bongkar muat dan distribusi barang tidak terkendala.
Lokasi Pelabuhan Dwikora yang terletak di muara Sungai Kapuas ternyata telah menimbulkan
beberapa masalah yang dapat mengganggu alur pelayaran dari dan menuju ke pelabuhan.Hasil Studi
2
Kelayakan yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan Ditjen. Perhubungan Laut tahun 2010
menemukan telah terjadi pendangkalan sedalam 1,5 - 3 meter pada dasar permukan air di muara sungai
dan di beberapa titik lainnya dan harus dikeruk sebanyak 2 kali dalam 1 (satu) tahun yang mengakibatkan
biaya operasional sangat tinggi dan keadaan ini menimbulkan resiko kapal kandas atau karam sangat
mungkin terjadi. Kapal-kapal besar yang ingin bersandar ke pelabuhan terpaksa harus menunggu keadaan
air pasang sehingga terjadi antrian kapal untuk menunggu giliran masuk, ditambah dengan keadaan
kecilnya kapasitas dermaga dan semakin sempitnya lahan penumpukan petikemas yang menyebabkan
ketidakteraturan pada pemisahan antara petikemas yang kosong, petikemas yang berisi dan petikemas
yang akan dilakukan pemindahan moda transportasi. Penumpukan petikemas di Terminal Petikemas
Pelabuhan Pontianak terlihat menjulang tinggi melebihi tinggi bangunan di sekitarnya, di khawatirkan
akan mengancam keselamatan para pekerja di pelabuhan dan minimnya fasilitas umum atau rest area di
dalam terminal memaksa para pekerja untuk mencari konsumsi atau area beristirahat diluar kawasan
Terminal pada saat jam istirahat berlangsung, semua hal ini menjadi permasalahan besar bagi pihak
pelabuhan Pontianak.
Berdasarkan data PT. Pelindo II (2011), pergerakan jumlah penumpang, petikemas, kegiatan bongkar
muat dan pergerakan arus barang di Pelabuhan Pontianak mengalami peningkatan setiap tahunnya,
namun tidak diikuti dengan pengembangan, perbaikan dan peningkatan fasilitas pelabuhan, menuntut
pembangunan pelabuhan baru di lokasi strategis dengan skala fasilitas pelayanan yang lebih besar, yang
dimaksudkan untuk mengimbangi pergerakan angka barang yang terus meningkat dan
mempertimbangkan fakta menurut Mayona dan Salahudin (2012) bahwa wilayah perairan Kalimantan
Barat berbatasan langsung dengan jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia I (ALKI I) yaitu Laut Cina
Selatan yang melayani pelayaran dalam dan luar negeri. Berdasarkan data di atas, wilayah perairan
Kalimantan Barat memiliki salah satu dari beberapa potensi dasar untuk pembangunan pelabuhan
berskala internasional sebagai pengembangan dari Pelabuhan Dwikora Pontianak dan melalui keberadaan
Pelabuhan Internasional ini nilai-nilai kearifan lokal daerah setempat dapat lebih terangkat di mata dunia
melalui ciri khas desain atau bangunan yang terdapat di dalam kawasan pelabuhan ataupun terminal.
Pantai Kijing di Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak merupakan salah satu alternatif
lokasi pembangunan Pelabuhan Internasional sebagai pengembangan dari Pelabuhan Dwikora Pontianak
yang dianggap paling layak berdasarkan Studi Kelayakan tahun 2010 yang telah dikeluarkan oleh
Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Lokasi ini dianggap paling layak dari
3 (tiga) alternatif lokasi dengan nilai tertinggi yaitu Pantai Kijing, Pantai Kura-kura, dan Pelabuhan
Merabau dengan memperhatikan 10 aspek penilaian yaitu kedalaman pantai, arus dominan, pasang surut,
gelombang, sedimentasi, alur pelayaran, aksesbilitas, ketersediaan lahan, kondisi lahan dan fasilitas
pendukung.
3
Sesuai dengan Konsep Zoning Kawasan di atas, fungsi dan peruntukan kawasan Terminal Petikemas
terletak pada 3 (tiga) kawasan yang saling berhubungan yaitu Zona Kolam Pelabuhan, Zona Dermaga
dan Zona Industri, Perdagangan dan Gudang. Zona ini terletak di Desa Bundung Laut dan wilayah
perairan Pantai Kijing. Dilihat dari keadaan geografis dan administrasi Desa Bundung Laut memiliki
beberapa potensi yang menjadikan kawasan ini layak sebagai Terminal Petikemas, yaitu sebagai berikut
(Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat, 2012) :
1. Lokasi berada pada jalur jalan raya Arteri Primer Potianak – Singkawang
2. Berjarak 18 Km dari Kota Mempawah yang merupakan Ibukota Kabupaten Pontianak
3. Areal Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKR) darat cukup luas untuk dilakukan
pengembangan
4. Areal Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKR) perairan cukup luas untuk olah gerak kapal.
5. Memiliki kedalaman kolam pelabuhan >12 mdpl, telah memenuhi persyaratan Pelabuhan
Internasional, memungkinkan kapal-kapal besar untuk bersandar
6. Berjarak ±400 Mil dari jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia I (ALKI I) yang melayani jalur
pelayaran dalam dan luar negeri.
Dengan beberapa potensi yang telah disebutkan di atas, diharapkan mampu menjadikan solusi atas
permasalahan-permasalahan yang telah terjadi di Pelabuhan Dwikora Pontianak khususnya dalam sektor
pelayanan petikemas. Di samping itu dengan keberadaan Terminal Petikemas ini akan membuka banyak
lapangan pekerjaan bagi penduduk di sekitar dan menjadikan daerah tersebut lebih cepat berkembang
dalam berbagai sektor mulai dari pembangunan, ekonomi, perdagangan, kependudukan dan lainnya.
Pelabuhan Pontianak merupakan tempat kegiatan sarana transportasi laut terbesar di Kalimantan
Barat, dan merupakan pelabuhan internasional yang melayani kegiatan perdagangan antar pulau dan antar
negara. Pelabuhan Pontianak berada di tepian sungai Kapuas Kota Pontianak, berjarak 17 Km dari muara
Sungai Kapuas. Posisi Pelabuhan Pontianak yang strategis tersebut tidak terlepas dari letaknya yang
berada di tengah Kota Pontianak. Kota Pontianak terletak pada ketinggian antara 0,10 meter sampai
dengan 1,50 meter di atas permukaan laut, dan sebagian daerahnya berada di daratan delta Sungai
Kapuas. Pelabuhan Pontianak terletak pada 00 o - 01’ - 00" LS dan 109 o - 20' - 00" dengan jenis pelabuhan
samudera. Pelabuhan Pontianak mempunyai luas 91.789 m 2, dengan luas perairan 38.000 m2. Alur
pelayaran di Pelabuhan Pontianak memiliki panjang 17 mil dengan lebar 70 meter dengan kedalaman
maksimum – 5 m LWS dan kedalaman minimum -4 , LWS dengan dasar lumpur. Kolam pelabuhan
4
Pontianak memiliki panjang 1 mil dengan lebar 350 meter dengan kedalaman -10 meter LWS dan
kedalaman minimum -5 meter LWS dengan dasar lumpur
Pelabuhan Pontianak adalah salah satu pelabuhan sungai dan menjadi pelabuhan utama di Kalimantan
Barat. Perairan Pontianak mempunyai luas + 380.000 m2. Kolam pelabuhan di Pelabuhan Pontianak
mempunyai luas 34,8 Ha dengan kedalaman -4 LWS.
a. Dermaga
Pelabuhan Pontianak memiliki 8 (delapan) dermaga tambat dengan total panjang 832 meter. Selain
itu Pelabuhan Pontianak memiliki dermaga jety dengan panjang 55 meter dengan luas 275 m 2.
Dermaga di Pelabuhan Pontianak merupakan jenis dermaga tambatan beton. Luas total dermaga di
Pelabuhan Pontianak adalah 17.640 m2.
b. Gudang
Pelabuhan Pontianak pada tahun 2012 mempunyai 4 unit gudang yang difungsikan dengan luas
masing- masing 8.090 m2 dengan luas efektif 4.854 m 2. Panjang gudang di Pelabuhan Pontianak
mencapai 246 meter. Lebar gudang rata-rata adalah 30 meter.
c. Lapangan
Pelabuhan Pontianak pada saat ini memiliki sembilan (9) lapangan untuk penumpukan barang
dengan total luas 47.171 m 2 dengan kapasitas 2 ton per m 2. Secara keseluruhan total lapangan di
pelabuhan Pontianak terbagi menjadi 7 lapangan, dengan lapangan yang paling besar adalah
lapangan 7 dengan luas 12.942 m 2.
Pelabuhan Pontianak pada saat ini memiliki 12 jenis peralatan yang digunakan untuk membantu
aktivitas pelabuhan. Peralatan tersebut antara lain cantainer crane, mobil crane, forklift, head truck,
tronton, chassis, side loader, top loader, super tracker, terminal tracktor, rail munted gantry crane,
dan gantry jib crane. Sebagian besar peralatan tersebut merupakan milik pelabuhan, tetapi ada
beberapa fasilitas yang masih sewa dengan pihak lain.
5
tambatan atau striger yang terbuat dari kayu yang panjangnya 298 m, serta dibuat juga gudang untuk
menimbun barang-barang seluas 230 m2.
Pada tahun 1940, tepatnya tanggal 16 Juni, ditetapkan Pelabuhan Dwikora Pontianak sebagai
pelabuhan yang diusahakan (Bedrijthea) oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda yang tercantum dalam
Vender Gouvensur Vannerja.
Pada periode ini perusahaan besar diatur berdasarkan IBW (Indische Bedrijhvent Wet).
Sementara itu, untuk perusahaan kecil berdasarkan ICW (Indische Comtabilitie Wet).
Pada periode ini, dengan keluarnya undang-undang nomor 19 tahun 1960, perusahaan
Indonesia mengalami perubahan stastus dalam bentuk Perusahaan yang baru. Pelabuhan-pelabuhan
besar yang ditetapkan pada ICW dilebur ke dalam bentuk perusahaan baru yang disebut Perusahaan
Negara Pelabuhan (PN. Pelabuhan) dan dibagi menjadi tujuh Perusahaan Negara Pelabuhan
berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 15/16 tahun 1965.
Pada periode ini, dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1969, tentang susunan
organisasi dan tata cara kerja untuk menertibkan mekanisme kerja antar instansi Pelabuhan yang di
sebut Badan Pengelolahan Pengusaha Pelabuhan. Badan ini memiliki fungsi sebagai administrator
pelabuhan sekaligus sebagai pelaksana fungsi pemerintah dan fungsi pelabuhan.
Pada periode ini, perkembangan pelabuhan yang kian pesat pemerintah mengeluarkan PP No.
11 tahun 1983 untuk mengatur pembinaan kepelabuhanan. Hal ini dilakukan untuk lebih
meningkatkan peran pelabuhan sebagai pendukung kelancaran angkutan laut. Kemudian PP No. 15
tahun 1983 jo PP. No. 5 tahun 1985 di jadikan PT (persero) Pelabuhan Indonesia II dan mulai
ditetapkan dengan PP RI No. 57 tahun 1991 tanggal 19 Oktober 1991 menjadi PT (Persero).
6
Pelabuhan tidak bisa dipisahkan dengan daerah hinterlandnya. yang dimaksud dengan
hinterland pelabuhan adalah daerah-daerah yang terletak di sekitar (belakang) pelabuhan, termasuk di
dalamnya adalah kota pelabuhan itu sendiri dan kota-kota serta daerah-daerah pedalaman di luar kota
pelabuhan yang saling memiliki hubungan ekonomi dengan pelabuhan. Hiterland Pelabuhan Dwikora
adalah Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah ±146.897 km. Pelabuhan Dwikora Pontianak
dikelola oleh IPC. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Pontianak. Pelabuhan ini terletak di
pinggir Sungai Kapuas Kecil dengan jarak 31 km dari muara sungai yang dapat ditempuh selama ±2
jam pelayaran. Pelabuhan ini berfungsi melayani arus kapal, arus barang dan penumpang baik antar
pulau maupun antar negara.
Daerah lingkup kerja Pelabuhan Dwikora Pontianak dibedakan menjadi dua, yaitu Daerah
Perairan yang mempunyai wilayah seluas 9,25 Ha dan Daerah Daratan dengan luas 128.644 m 2 (yang
dikuasai) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Perairan Pelabuhan seluas 380.000 m 2. Batas-batas
Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan ditetapkan mulai dari
ambang luar sampai jembatan tol terletak pada 0º 05’ LS dan 109º16’ - 109º23’ BT, ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan No.46 Tahun 1998 dan
KM. 73 Tahun 1998 pada tanggal 10 Oktober 1998.
TAHUN
NO URAIAN
2010 2011 2012 2013 2014
1.
Luar Negeri
1.1 emberkasi 0 0 0 0 0
B. debarkasi 0 0 0 0 0
2. Dalam Negeri
A. embarkasi 193.538 156.077 151.121 173.833 109.934
B. debarkasi 197.865 215.618 174.783 194.603 152.249
TOTAL 391.403 371.695 325.904 368.436 262.183
Sumber : Data IPC. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Pontianak, 2016
7
Dari tabel 1.1. di atas dapat dilihat bahwa setiap tahun terjadi perubahan arus
penumpang di Pelabuhan Dwikora Pontianak. Perubahan yang terjadi pada hal tesebut
dipengaruhi oleh kondisi kapal yang datang dan pergi, selain itu dipengaruhi oleh
kondisi pelabuhan yang mengalami pegerukan sedimentasi setiap dua tahun, sehingga
jumlah penumpang kapal menurun.
A. Liner
0 0 0 0 0
GT
Unit 255 269 331 306 319
B. Tramper
1.147.423 1.122.048 1.120.132 1.136.565 1.279.776
GT
Sub Jumlah Unit 255 269 331 306 319
1.147.42 1.122.0 1.120.13 1.136.56 1.279.77
GT 3 48 2 5 6
Pelayaran 3.445 4.029 4.149 3.802 3.724
Dalam Unit
2.
5.436.886 6.128.574 6.958.726 7.154.497 7.469.867
Negeri GT
Unit 827 926 880 794 845
Pelayaran
3. Rakyat
120.644 189.728 161.597 109.016 123.625
GT
Unit 157 141 112 84 84
Pelayaran
4. Perintis
82.128 74.740 69.391 33.733 32.619
GT
Unit 38 30 22 27 45
5. Kapal Negara
46.015 21.209 31.341 23.433 38.794
GT
Sub Jumlah Unit 4.467 5.126 5.163 4.707 4.698
8
5.685.673 6.414.251 7.221.055 7.320.679 7.664.905
GT
Unit 4.722 5.395 5.494 5.013 5.017
Jumlah
6,833,096 7,536,299 8,341,187 8,457,244 8,944,681
GT
Perkembangan pembangunan bidang transportasi laut yang semakin pesat menuntut adanya
sistem penunjang sarana dan prasarana transportasi laut yang memadai, sehingga dapat mewujudkan
sistem pelayaran yang aman dan layak. Cakupan bidang pelayaran meliputi angkutan penumpang dan
barang, pelabuhan dan rute pelayaran.
Salah satu sarana dan prasarana yang melengkapi fasilitas-fasilitas yang ada di pelabuhan
adalah Terminal Penumpang Kapal Laut. Sebagai salah satu bangunan sarana publik, keberadaan
Terminal Penumpang tentunya harus memperhatikan kenyamanan publik sebagai pemakainya.
Kenyamanan yang dimaksud merupakan kenyamanan dari segi kemudahan akses serta kemudahan
pencapaian terhadap sarana transportasi darat dan jalan raya. Faktor tersebut akan mempengaruhi
kelancaran perpindahan transportasi dari laut ke darat.
BAB II
9
GAMBARAN PERMASALAHAN
Pelabuhan Dwikora Pontianak selain melayani kegiatan terminal penumpang, juga melayani
kegiatan bongkar muat barang yang terjadi setiap harinya dimana semakin hari kegiatan ini semakin
padat. Kondisi ini tidak didukung dengan pengembangan prasarana pada pelabuhan. Kemacetan
terjadi pada jalur sirkulasi ketika penumpang melakukan proses embarkasi dan debarkasi serta alur
keluar masuk truk dan container yang membahayakan pengguna jalan lainnya. Selain kemacetan
tersebut, desak-desakan terjadi antara pengantar, penjemput, dan penumpang akibat ketidak jelasan
alur sirkulasi pada terminal penumpang Pelabuhan Dwikora. Akibatnya, area khusus penumpang dapat
dimasuki oleh pengantar atau penjemput dan sehingga mengganggu dari segi keamanan.
Ini adalah gambar dari keadaan jalan yang selalu dilewati kendaraan dari kegiatan di
pelabuhan dwikora.
Truck container yang lewat dijalan Tanjungpura Pontianak, jalan ini adalag sebagai akses
utama yang setiap hari dilewati kendaraan dari pelabuhan peti kemas pelabuhan dwikora pontianak
yaitu salah satunya truck container tersebut yang mengakibatkan pengguna jalan tersebut mengurangi
kecepatan nya. Hal tersebut terjdi hampir setiap hari dari pagi hingga malam hari.
10
Jalan imam bonjol ini juga merupakan akses atau jalan yang selalu dilewati olehseperti jalan
tanjung pura juga, truck container yang ditimbulkan dari kegiatan di Pelabuhan Dwikora Pontianak.
Ini dijalan adisucipto, sam seperti jalan imam bonjol dan jalan tanjungpura yang juga elalu
dilewati kendaraan dari kegiatan pelabuhan dwikora salah satu nya truck container tersebut.
Pelabuhan Dwikora saat ini juga belum dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti : hotel
atau penginapan, agen travel, taksi atau ojek, jasa penyewaan porter sehingga saat kapal datang para
porter sering berdesak-desakan untuk memasuki kapal. Begitu pula dengan para penyedia jasa taksi
11
atau ojek, mereka dapat dengan leluasa memasuki area lapangan dermaga yang seharusnya hanya
boleh diakses oleh petugas yang berkepentingan dan para penumpang. Selain itu, tidak ada pemisah
antara ruang tunggu bagi penumpang yang akan menunggu keberangkatan dan penumpang yang
menunggu jemputan yang mengakibatkan penumpukan penumpang di ruang tunggu hingga ke selasar
terminal penumpang.
Masalah yang terjadi pada ruang luar adalah hanya ada satu pintu untuk akses keluar masuk
kendaraan dari area terminal pelabuhan, satu pintu yang ukurannya relatif kecil untuk digunakan untuk
akses keluar masuk kendaraan mengakibatkan kemacetan saat adanya jadwal kedatangan kapal,
mengingat penumpang kapal laut adalah penumpang moda transportasi dengan kapasitas yang cukup
besar dibanding moda transportasi lainnya. Area parkir yang kurang luas untuk menampung jumlah
kendaraan juga menjadi masalah di Terminal Penumpang Pelabuhan Dwikora. Tidak adanya penunjuk
arah mengakibatkan para pengunjung memarkirkan kendaraan seenaknya sehingga parkir menjadi
tidak teratur.
Dari beberapa masalah yang telah dijabarkan di atas, keterbatasan pelayanan Pelabuhan
Dwikora Pontianak menuntut adanya pengembangan pelabuhan untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang terjadi di pelabuhan. Ditambah lagi, masalah teknis seperti sedimentasi dari hulu Sungai
Landak dan Kapuas yang tinggi, pada muara Sungai Kapuas terjadi pendangkalan (1,5m – 3m) dan
harus dikeruk 2 kali dalam jangka waktu 1 tahun. Hal ini mengakibatkan biaya operasional pelabuhan
menjadi semakin tinggi. Perluasan lahan pelabuhan menjadi sulit untuk dilakukan akibat lokasi
pelabuhan yang berada di wilayah perkotaan yang telah padat dengan bangunan di sekitarnya.
Pengembangan Pelabuhan Dwikora diharapkan dapat mencapai tujuan pemerintah dalam mewujudkan
kenyamanan, keamanan dan ketertiban di pelabuhan dan sekitarnya.
Pembangunan pelabuhan baru yang dicanangkan pemerintah menjadi cukup penting sebagai
alternatif untuk mengatasi berbagai keterbatasan pelabuhan yang ada di Kalimantan Barat. Pelabuhan
internasional merupakan alternatif yang dapat menjadi pilihan dalam pengembangan pelabuhan yang
telah ada. Sesuai dengan fakta yang ada saat ini pelabuhan internasional mempunyai arti yang sangat
penting untuk mendorong roda perekonomian di Kalimantan Barat, mengingat Kalimantan Barat
berada di persilangan rute perdagangan dunia.
Pantai Kijing di Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak merupakan lokasi pembangunan
pelabuhan internasional baru sebagai pengembangan dari Pelabuhan Dwikora Pontianak yang
dianggap paling layak berdasarkan studi kelayakan yang telah dilakukan oleh Menteri Perhubungan,
Direktorat Perhubungan Laut Indonesia pada tahun 2010. Dengan adanya pengembangan Pelabuhan
12
Dwikora ke lokasi pelabuhan yang baru. Segala aktifitas pelabuhan yang ada di Pelabuhan Dwikora
termasuk aktifitas terminal penumpang akan dipindahkan ke lokasi pelabuhan yang baru.
Mengingat pentingnya pengembangan Pelabuhan Dwikora ke kawasan yang baru, maka sudah
selayaknya dilakukan perancangan terminal penumpang pelabuhan di kawasan Pelabuhan Utama
Kalimantan Barat. Hal ini dilakukan agar dapat mengikuti standar pelabuhan yang lebih baik dari
terminal yang telah ada sebelumnya, serta memenuhi faktor kenyamanan bagi para penggunanya agar
terwujud sistem transportasi laut yang aman, nyaman, dan efisien di daerah tersebut.
13
BAB III
METEDOLOGI KAJIAN
A. Jenis kajian
kajian ini termasuk dalam jenis kajian ini bersifat deskriptif kualitatif, kajian ini yaitu
kajian terapan yang di dalamnya mencakup penelitian survey, yang mana penelitian dengan
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini yaitu penelitian non matematis dengan proses
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kawasan tepi sungai kapuas tepatnya di sekitar
Pelabuhan Pontianak tepatnya dikota pontianak, kalimantan Barat, yang meliputi tahap
1. Jenis data
dikumpulkan berupa : data jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah sarana dan
b. Data kualitatif, yaitu data yang berbentuk bukan angka atau menjelaskan secara
2. Sumber data
a. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan yaitu suatu teknik penjaringan
data melalui pengamatan langsung pada objek penelitian. Survei ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi kualitatif objek studi. Jenis data yang dimaksud meliputi
14
b. Data sekunder dengan observasi pada instansi terkait dengan yaitu salah satu teknik
penjaringan data melalui instansi terkait guna mengetahui data kuantitatif objek
penelitian jenis data yang dimaksud meliputi, luas wilayah dari pembagian
dan lain-lain yang diperoleh dari UPT dan ASDP Pelabuhan Bira.
pada objek yang menjadi sasaran penelitian untuk memahami kondisi dan potensi
2. Pendataan instansional, salah satu teknik pengumpulan data melalui insatansi terkait
3. Kepustakaan (library research) adalah cara pengumpulan data dan informasi melalui
4. Studi dokumentasi untuk melengkapi data maka kita memerlukan informasi dari
dokumentasi yang ada hubungannya dengan objek yang menjadi studi. meliputi yaitu
E. Variabel Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, diperoleh beberapa variabel terpilih
yang dapat mendukung proses penelitian. Selengkapnya dapat dilihat pada table di bawah ini:
15
Tabel 2 Variabel Penelitian
• Tingkat Pendapatan
• Peluang Kerja
Sosial Ekonomi
• Tingkat Pendidikan
1. Populasi
keseluruhan subjek penelitian yang berada dalam wilayah penelitian. Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di
2. Sampel
Sampel merupakan contoh atau representasi dari suatu populasi yang cukup
besar jumlahnya atau satu bagian dari keseluruhan yang dipilih dan representatif
sifatnya, dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Slovin dari (Notoatmodjo
16
n= ❑ N
N ( d 2 ) +1
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Penduduk
D = derajat bebas/tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1%)
Penentuan jumlah Jiwa Penduduk dengan berdasar pada data jumlah keseluruhan dari
jiwa penduduk di wilayah penelitian tahun 2018 dengan jumlah 554.764 (sumber :
dengan demikian :
554764 jp
n=
554674 jp ( 0,12 ) +1
554674
n= =99,998=100 jiwa
55468,4
Jadi adapun sampel yang diambil dari keseluruhan Penduduk mencapai 100
responden.
17
G. Metode Analisi Data
Data yang digunakan yaitu, data yang terjaring melalui hasil quesioner, diolah dan dianalisis
(Crosstabulation). Data yang terkumpul dilakukan kategorisasi dengan skala Likert menurut Djaali
(2008:28) skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang
KUESIONER PENELITIAN
Kepada :
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
Warga Kota Pontianak, Kalimantan Barat
Di Tempat
Dengan hormat,
Sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam penyusunan skripsi yaitu diperlukan data
untuk mendukung kelancaran suatu penelitian, maka saya yang melakukan penelitian yang
berjudul “DAMPAK RELOKASI PELABUHAN PONTIANAK TERHADAP EKONOMI
MASYARAKAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT”,saya mohon kesediaan anda untuk
meluangkan waktu sejenak untuk mengisi angket ini. Tidak ada jawaban yang benar atau
salah. Sesuai dengan kode etik penelitian, maka semua data informasi dijamin
kerahasiaannya. Anda tidak perlu berpikir rumit, saya berharap anda akan menjawab dengan
lebih leluasa sesuai dengan pengetahuan, pengamatan, pendapat dan harapan anda mengenai
Relokasi Pelabuhan Pontianak. Saya harap anda menjawab jujur dan terbuka.
18
Saya sangat menghargai segala partisipasi dan ketulusan anda dalam menjawabb
kuesioner ini dan saya sangat mengucapkan banyak terima kasih atas semua kerjasamanya.
Petunjuk Pengisian
1. Isilah identitas responden dengan data diri anda dengan benar dan lengkap pada
tempat yang disediakan.
2. Setiap nomor dalam kuesioner ini berisi pertanyaan dan 4 (empat) pilihan jawaban.
Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan pandangan anda.
3. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih dan jangan sampai ada nomor
yang terlewatkan.
i. Identintas Responden
2. Bagaimana menurut saudara dampak relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap taraf hidup
masyarakat ?
A. Sangat menguntungkan C. Tidak berpengaruh
B. Menguntungkan D. Merugikan
19
3. Bagaiman dugaan saudara dampak relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap harga biaya
hidup di Kota Pontianak ?
a. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan menyebabkan harga biaya hidup naik drastis.
b. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan meningkatkan harga biaya hidup.
c. Relokasi Pelabuhan Pontianak tidak akan mempengaruhi harga biaya hidup.
d. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan menyebabkan harga biaya hidup turun.
4. Jika biaya hidup naik, berapa besar peningkatan pengeluaran biaya hidup saudara/i setiap
bulan ?
a. Pengeluaran meningkat tidak lebih dari 5 %
5. Bagaimana dugaan saudara dampak relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap harga barang
di sekitar Kota Pontianak ?
a. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan menyebabkan harga Barang naik drastis.
b. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan meningkatkan harga barang.
8. Sebutkan apa yang paling anda harapkan terhadap Relokasi Pelabuhan Pontianak :
…………………………………………………...........
20
BAB IV
Penelitian pada variabel ini adalah aspek keadaan sosial ekonomi masyarakat sebagai impilkasi
terhadap keberadaan Pelabuhan dwikora Pontianak. Dari observasi yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar Pelabuhan dwikora Pontianak relatif tidak banyak
berbeda pada sebagian kondisi masyarakat yang ada di kawasan kawasan kota Pontianak. Dalam
penelitian kondisi sosial ekonomi masyarakat sebagai pengaruh dari relokasi Pelabuhan dwikora
Pontianak, maka disusun pada indikator-indikator sub variabel yakni:
a. Tingkat Pendapatan
Pendapatan dari masyarakat yang berada disekitar Pelabuhan dwikora Pontianak diperoleh informasi
yang mengalami peningkatan, hal ini dimungkinkan bahwa sebagian besar hasil-hasil pendapatan mereka
baik sebagai pekerja pada sektor lain adalah cukup memadai, dalam arti bahwa dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka, responden memiliki sumber-sumber pendapatan yang memadai, hal ini
sejalan dengan berbagai aktivitas di kawasan pariwisata yang memberikan nilai tambah. Banyaknya
sumber-sumber pendapatan yang dapat diraih masyarakat di Pelabuhan dwikora Pontianak yang bekerja
di sekitar Pelabuhan jelas memberikan peluang bagi mereka untuk memperbaiki taraf hidup mereka.
21
2. Rp. 750.000 – Rp. 1.500.000 / Bulan 20 20
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan responden yang diteliti dalam penelititan ini, pada dasarnya
relatif bervariasi mulai dari SD sampai S1, Seperti yang disajikan dalam table 4.180
berikut ini:
1. SD 10 4
2. SLTP 20 26
3. SLTA 63 63
4. ≥ SARJANA 6 6
22
Jumlah 100 100
Berdasarkan table 21 diatas, dapat dilihat bahwa dari 100 responden yang
diteliti ternyata terdapat responden yang tidak berpendidikan atau tidak sekolah
yaitu sebanyak 4 %, dan berpendidikan SLTA ke atas mencapai 63% selebihnya
adalah berpendidikan SD, SLTP dan S1. Dilihat dari presentase responden yang
diteliti pada umumnya berpendidikan SLTA bahkan terdapat 26 % yang
berpendidikan SLTP kebawah dan 6 % yang berpendidikan SI atau yang telah lulus
perguruan tinggi. Hal ini tentu saja berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi
masyarakat sekitar Kota Pontianak yang relatif masih kurang memadai. Demikian
dapat dipastikan bahwa hampir keseluruhan responden yang diteliti pernah
memperoleh pendidikan, setingkat SLTP dan SLTA, terutama para nelayan, buruh
kapal, dan pedagang yang berada di sekitar Kota Pontianak.
23
1. Sangat Berpengaruh 73 73
2. Berpengaruh 27 27
3. Kurang Berpengaruh - -
4. Tidak Bepengaruh - -
1. Sangat Berpengaruh 67 67
2. Berpengaruh 17 17
3. Kurang Berpengaruh 6 6
24
4. Tidak Bepengaruh - -
1. Tidak Berminat 6 6
2. Cukup Berpeluang 12 12
3. Berpeluang 15 15
4. Sangat Berpeluang 67 67
25
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil
penelitian yang telah dilakukan pada 100 responden mengenai
peluang untuk melakukan aktivitas pekerjaan di Pelabuhan
Pontianak ternyata umumnya responden mengatakan sangat
berpeluang untuk melakukan aktivitas di Pelabuhan Bira, dan
mereka tahu bahwa beberapa peluang bisnis dapat dilakukan di
sekitar Pelabuhan, termasuk berdagang serta berbagai peluang
lainnya. Dan yang cukup berminat ternyata diidentifikasi adalah
yang memang memiliki aktivitas di sekitar Pelabuhan dengan tingkat
pendidikan yang kurang memadai, sedangkan bagi kelompok
responden yang memiliki pekerjaan formal mengatakan tidak
berminat.
Tabel 4.6. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Variabel Sosial Ekonomi Masyarakat
Faktor Sosial
Pengaruh Variabel Ekonomi Indikator Frekuensi Persentase Bobot
Sangat Berpengaruh 73 73 4
Tingkat Berpengaruh 27 27 2
Pendapatan Cukup Berpengaruh - - -
Tidak Berpengaruh - - -
Sangat Berpengaruh 67 67 4
Relokasi
Pelabuhan
Pontianak
Ekonomi Pendidikan Cukup Berpengaruh 6 6 1
Tidak Berpengaruh - - -
26
Sangat Berpeluang 67 67 4
Peluang Berpengaruh 15 15 1
Pekerjaan Cukup Berpengaruh 12 12 1
Tidak berminat 6 6 1
Sumber : Hasil Analisis 2018
Tabel 4.7. Rekapitulasi Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Variabel Sosial Ekonomi Masyarakat di
Sekitar Pelabuhan Pontianak
Tingkat
Pendapatan 73 66,67 – 88,88 4 Berpengaruh
Tingkat
Sosial Relokasi
27
Dari hasil rekapitulasi penilaian koesioner berdasarkan beberapa indikator yang di tampilkan
pada table 26 diatas maka ditarik kesimpulan dengan akumulasi nilai responden yang di dapat, maka
diketahui faktor yang sangat berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi
pelabuhan adalah tingkat pendapatan, dimana rata-rata masyarakat sekitar Pelabuhan memiliki
tingkat pendapatan yang relative tinggi, yaitu umumnya berpendapatan Rp. 1.500.000 – 2.500.000/
bulan, hal ini terlihat bahwa tingkat pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
dan mata pencaharian sangat mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat karena padatnya aktifitas
pelabuhan sehingga masyarakat banyak yang bekerja di sekitar pelabuhan baik itu berdagang atau
menawarkan jasa, serta bekerja sebagai buruh di kawasan pelabuhan. Dalam perkembangan wilayah,
keberadaan Pelabuhan Pontianak juga memegang peranan penting dalam mengembangkan wilayah
Kota Pontianak baik dari segi infrastruktur, sarana dan prasarana dan sistem transportasi.
28
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Provinsi Kalimantan Barat, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
Masyarakat Dikota Pontianak, selain itu mengurangi permasalahan Lalu lintas yang terjadi di Kota
Pontianak. Relokasi Pelabuhan Pontianak mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat baik dalam
pendapatan, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian, masyarakat yang diharapkan mampu
memenuhi segala kebutuhan dan mencapai kesejahteraan bagi masyarakat di Provinsi Kalimantan
Barat Khusus nya di Kota Pontianak yang Merupakan Ibukota dari Provinsi Kalimantan Barat ini,
dengan demikian adanya Relokasi pelabuhan memberikan peluang dan pengaruh bagi para
pedagang untuk melakukan aktivitas mengais rejeki dalam bentuk berdagang dan sebagainya.
Berdasarkan analisis, kriteria utama dari pelabuhan yang dapat dijadikan pintu masuk impor
produk industri berturut-turut mulai dari yang paling prioritas adalah
Masing-masing kriteria utama tersebut terdiri dari beberapa sub kriteria dengan bobot/prioritas
masing-masing. Hasil penentuan kriteria pelabuhan tersebut dapat dijadikan rujukan kriteria bagi
pengambil keputusan untuk menentukan pelabuhan yang akan ditetapkan sebagai pintu masuk impor
produk hortikultura dan industri.
29
DAFTAR PUSTAKA
Wahono, D. 2015. Skripsi :“ Terminal Petikemas pada Pelabuhan Internasional Pantai Kijing di
Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak”. Universitas Tanjungpura. Fakultas Teknik, Jurusan
Teknik Arsiektur.
https://pontianakkota.bps.go.id
https://kalbar.bps.go.id/statictable/2018/02/26/125/jumlah-penduduk-provinsi-kalimantan-barat-menurut-
kabupaten-kota-dan-jenis-kelamin-sensus-penduduk-2010.html
lampiran 1
Tabulasi Data Hasil Penelitian
I. IDENTITAS RESPONDEN
No. Usia Jenis Pendidikan Jumlah Penghasilan Kode Status Harapan Utama
pekerjaan
Rsp (Thn) Kelamin Terakhir Tanggungan (Rp) Kependudukan (Pertanyaan No.8)
Semakin maju
53 27 P PT 2 Wiraswasta Wiraswasta 1.000.000 C
mampu mempengaruhi
85 34 P PT 5 Wiraswasta Wiraswasta 8.500.000 C
kehidupan masyarakat agar lebih baik dalam bidang
sosial, ekonomi, dll.
86 25 P PT 2 wiraswasta wiraswasta 10.000.000 A Harus konsisten jangan banyak korupsi
87 37 P SMA 3 Wiraswasta wiraswasta 1.500.000 A Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat
Infrastruktur yang berkualitas sehingga meningkatkan
88 30 P PT 1 Wiraswasta - 5.000.000 C
pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar
89 34 P SMA 2 Wiraswasta - 1.000.000 A Menyediakan fasilitas sosial
90 40 P SMP 2 Tukang becak tkg becak 1.000.000 A Semoga dapat menciptakan lapangan kerja baru
Menyediakan fasilitas sosial bagi masyarakat kurang
91 54 W SD 6 Jualan Jualan 800.000 A
Mampu